-
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kepatuhan Terhadap Lalu Lintas
2.1.1.1 Definisi Kepatuhan
Baron, Branscombe, dan Byrne (Sarwono & Meinarno, 2012) mengatakan
kepatuhan adalah salah satu jenis pengaruh sosial dimana suatu kelompok atau
individu mematuhi dan mentaati permintaan pemegang otoritas guna untuk
melakukan tingkah laku tertentu. Kepatuhan juga bersifat taat, tunduk dan patuh
pada suatu perintah maupun aturan. Bentuk dari kepatuhan yaitu sikap patuh
individu ataupun kelompok kepada pemegang otoritas.
Kepatuhan adalah adanya perubahan pada sikap serta perilaku seseorang untuk
mengikuti permintaan dari orang lain (Atkinson, 2004). Individu yang bersedia
untuk mengikuti dan tunduk pada perintah orang lain termasuk individu yang patuh
akan peraturan.
Kepatuhan yaitu individu mengubah tingkah laku dan sikap untuk mengikuti
perintah atau permintaan orang lain. Upaya individu dalam mengubah tingkah
lakunya karena permintaan orang lain juga merupakan bentuk dari kepatuhan
(Feldman, 2003). Setiap individu memiliki tujuan atau alasan dari sikapnya yang
patuh pada perintah. Warga Negara yang baik merupakan warga Negara yang
bersedia untuk mentaati serta mematuhi hukum atau aturan di negaranya.
Berdasarkan penjelasan teori di atas, kepatuhan yaitu perubahan dari perilaku
dan sikap individu yang disebabkan adanya permintaan untukpatuh dan tunduk
terhadap aturan.
2.1.1.2 Definisi Lalu Lintas
Lalu lintas yaitu individu yang berpindah dengan atau tanpa alat penggerak dari
tempat satu ke tempat lainnya (Sasambe, 2016). Berlalu lintas yaitu melakukan
suatu tindakan dengan kendaraan terkait dengan aturan lalu lintas yang perlu
dipatuhi.
-
9
Soekanto (Sumampow, 2013) menjelaskan lalu lintas yaitu sesuatu yang
berkaitan dengan perjalanan dari tempat satu ke tempat yang lainnya. Perjalanan
yang dimaksudkan tidak hanya perjalanan dari jalur darat, namun jalur laut dan jalur
udara. UU No. 22 tahun 2009 terkait aturan lalu lintas dan angkutan jalan
menjelaskan bahwa lalu lintas merupakan gerak dari kendaraan dan individu yang
berada di ruang jalan seperti prasarana untuk gerak pindah kendaraan, orang, dan
fasilitas pendukung lainnya.
Berdasarkan penjelasan dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa lalu lintas
yaitu manusia dan kendaraan yang bergerak di dalam jalan atau fasilitas pendukung
lainnya.
Tata cara berlalu lintas berdasarkan buku panduan praktis yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (2005) yaitu sebagai berikut :
a. Ketertiban dan keselaman yaitu setiap individu diwajibkan untuk tertib dan
mencegah perbuatan yang dapat mengganggu dan membahayakan
keselamatan dan keamanan sehingga dapat menimbulkan kerugian jalan.
b. Pengendara sepeda motor wajib mematuhi beberapa ketentuan seperti
mematuhi marka jalan, rambu-rambu lalu lintas, gerakan lalu lintas,
pemberian alat untuk isyarat lalulintas, alat untuk berhenti dan parkir,
kemudian peringatan dalam bentuk bunyi (klakson) dan sinar (lampu),
kecepatan minimal dan maksimal, serta tata cara dalam pengandengan dan
tata cara penempelan dengan kendaraan lain.
c. Setiap pengendara wajib menunjukkan dan memiliki surat tanda kendaraan
bermotor (STNK) serta wajib memiliki surat ijin mengemudi (SIM).
d. Pengendara atau penumpang kendaraan bermotor wajib menggunakan helm
yang memenuh standar nasional indonesia (SNI).
e. Pengendara sepeda motor wajib menyalakan lampu baik siang atau malam
hari.
2.1.1.3 Definisi Kepatuhan Berlalu Lintas
Kepatuhan berlalu lintas merupakan bentuk sikap patuh terhadap aturan lalu
lintas. Aturan tersebut digunakan untuk membimbing pengguna jalan agar patuh
-
10
terhadap aturan sehingga berdampak positif untuk pengguna jalan dan mengurangi
peristiwa seperti kecelakaan lalu lintas (Ucho et al., 2016). Lalu lintas dalam
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
didefiniskan sebagai gerak kendaraan dan ruang lalu lintas dijalan. Transportasi
jalan diselenggarakan dengan tujuan mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan
dengan selamat, aman, cepat, lancer, tertib dan teratur nyaman dan efisien. Agar
transportasi tersebut dapat digunakan sebagaimana mestinya dibuatlah rambu lalu
lintas untuk memberikan petunjuk mengenai yang boleh dan tidak boleh dilakukan
saat berkendara (Sadono, 2016).
Tertib berarti disiplin, taat dan patuh akan peraturan yang berlaku di suatu
tempat. Tertib berlalu lintas merupakan cerminan yang sangat baik, baik akan
keselamatan diri sendiri maupun orang lain dan menaati peraturan rambu-rambu
yang berlaku. Melakukan pelanggaran aturan lalu lintas merupakan dorongan sikap
oleh pengemudi itu sendiri, yang memiliki implementasi di tiga level individual,
interpersonal dan sociental (Soni Sadono, 2016).
Menurut Ali dalam penelitian Sadono (2016). Menyatakan Kepatuhan Hukum
Dan Ketaatan Hukum adalah kesadaran yang positif. Sementara itu ketidak taatan
hukum padahal yang bersangkutan memiliki kesadaran hukum, berarti kesadaran
hukum yang dimiliki adalah kesadaran hokum yang negatif. Kesadaran hukum
masyarakat tidak identik dengan kepatuhan dan ketaatan hokum masyarakat itu
sendiri.
Lingkungan jalan merupakan sarana dari pihak pemerintah (Ditjen Bina Marga
dan Ditjen perhubungan Darat) yang dikhususkan untuk pengguna jalan raya,
mengingat kondisi lingkungan jalan yang sudah mendukung tidak lepas juga
dengan peraturan-peraturan lalu lintas di jalan raya yang di wajibkan untuk
pengguna jalan menaati peraturan yang berlaku di lalu lintas demi keselamatan saat
berlalu lintas dan angkutan jalan.
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 13 Tahun 2014 Tentang Rambu
Lalu Lintas Di Jalan Pasal 1 ayat (1) Rambu Lalu Lintas adalah salah satu dari
perlengkapan jalan, berupa lambang, huruf, angka, kalimat dan /atau perpaduan
diantaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai
-
11
jalan. Pemasangan rambu pada jalan memiliki fingsi sebagai alat yang utama dalam
mengatur, memberi peringatan dan mengarahkan lalu lintas agar dapat berfungsi
dengan baik, perencanaan dan ukuran rambu, desain rambu, lokasi rambu, operasi
rambu, serta pemeliharaan rambu.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 (pasal
1:17) Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan jalan yang berupa lambang,
huruf, angka, kalimat dan atau perpaduan yan berfunsi sebagai peringatan,
larangan, atau petunjuk bagi pengguna jalan.
Rambu-rambu lau lintas memiliki ketentuan agar dapat berfungsi secara efektif
oleh para pengguna jalan , diantaranya adalah :
1. Memenuhi kebutuhan.
2. Menarik perhatian dan mendapat respek pengguna jalan.
3. Memberikan pesan yang sederhana dan mudah dimengerti.
4. Menyediakan waktu yang cukup kepada pengguna jalan dalam memberikan
respon.
Menurut Menteri Perhubungan Republik Indonesia (2014) Rambu Lalu Lintas
sesuai fungsinya dikelompokkan menjadi 4 (empat) jenis yaitu :
1. Rambu Peringatan
Rambu Peringatan digunakan untuk memberikan peringatan kemungkinan ada
bahaya dibagian jalan didepannya, berwarna dasar kuning dengan lambang atau
tulisan berwarna hitam dan dapat dilengkapi dengan papan tambahan. Rambu
peringatan ditempatkan dengan jarak tertentu pada sisi jalan sebelum tempat
berbahaya dan dapat diulangi dengan ketentuan jarak antara rambu dengan awal
bagian yang berbahaya dinyatakan dengan papan tambahan.
-
12
Rambu peringatan ditempatkan sekurang-kurangnya pada jarak 50 meter atau
pada jarak tertentu sebelum tempat bahaya dengan memperhatikan kondisi lalu
lintas, cuaca dan keadaan jalan yang disebabkan oleh factor geografis, geometris,
permukaan jalan, dan kecepatan rencana jalan. Rambu peringatan memiliki dua
buah bentuk berupa bujur sangkar dan empat persegi panjang, berikut adalah jenis-
jenis rambu peringatan sesuai dengan peraturan menteri perhubungan Republik
Indonesia No. 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas.
Sumber : Satlantas Polrestabes Kota Semarang
Gambar 2.1
Rambu-Rambu Peringatan.
2. Rambu Larangan
Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang untuk
dilakukan oleh pemakai jalan, ditempatkan sedekat mungkin dengan titik larangan
dimulai serta dapat dilengkapi dengan papan tambahan, berwarna dasar putih
dengan warna lambing hitam atau merah. Untuk memberikan petunjuk
pendahuluan pada pemakai jalan dapat ditempatkan rambu petunjuk lain pada jarak
yang layak sebelum titik larangan dimulai. Berikut adalah jenis-jenis rambu
larangan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. 13 Tahun 2014
Tentang Rambu Lalu Lintas.
-
13
Sumber : Satlantas Polrestabes Kota Semarang
Gambar 2.2
Rambu-Rambu Larangan
3. Rambu Perintah
Rambu perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan
oleh pemakai jalan, ditempatkan sedekat mungkin dengan titik wajib dimulai, dapat
dilengkapi dengan papan tambahan, serta dengan warna dasar sebagai batas akhir
perintah. Untuk memberikan petunjuk pendahuluan pada pemakai jalan dapat
ditempatkan rambu petunjuk pada jarak yang layak sebelum titik kewajiban
dimulai.
Berikut adalah jenis-jenis rambu perintah sesuai dengan peraturan menteri
perhubungan no. 13 tahun 2014 tentang rambu lalu lintas di jalan.
-
14
Sumber : satlantas polrestabes Kota Semarang
Gambar 2.3
Rambu-Rambu Perintah.
4. Rambu Petunjuk
Rambu petunjuk digunakan untuk menyediakan petunjuk mengenai jurusan,
jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pemakai jalan.
Rambu petunjuk ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai daya guna
sebesar-besarnya dengan memperhatikan keadaan jalan dan kondisi lalu lintas.
Rambu petunjuk yang menyatakan tempat fasilitas umum, batas wilayah suatu
daerah, situasi jalan, dan rambu berupa kata-kata serta tempat khusus dinyatakan
dengan warna dasar biru, sedangkan rambu petunjuk pendahulu jurusan rambu
petunjuk arah untuk mencapai tujuan antara lain kota, daerah/ wilayah serta rambu
yang menyatakan nama jalan dinyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambing
dan/atau tulisan warna putih. Serta rambu petunjuk jurusan kawasan dan obyek
wisata dinyatakan dengan warna coklat dengan lambing dan/atau tulisan warna
putih serta dapat dinyatakan dengan papan tambahan.
Selain rambu-rambu yang disebutkan diatas, adapun yang disebut rambu
sementara. Rambu sementara adalah rambu lalu lintas yang tidak dipasang secara
tetap dan digunakan dalam keadaan dan kegiatan tertentu. Bentuk, lambing, warna
dan arti rambu juga berlaku ketentuan untuk rambu sementara, dan untuk
kemudahan penggunaan rambu sementara dapat dibuat portable atau variabel.
-
15
Berikut adalah jenis-jenis rambu petunjuk sesuai dengan peraturan menteri
perhuungan No. 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas di Jalan.
Sumber : Satlantas Polrestabes Kota Semarang
Gambar 2.4
Rambu-Rambu Petunjuk.
5. Papan Tambahan
Papan tambahan digunakan untuk memuat keterangan yang diperlukan untuk
menyatakan hanya berlaku untuk waktu-waktu tertentu, jaraj-jarak dan jenis
kendaraan tertentu ataupun perihal lainnya sebagai hasil manajemen dan rekayasa
lalu lintas. Papan tambahan berwarna dasar putih dengan tulisan dan bingkai
berwarna hitam serta tidak boleh menyatakan suatu keterangan yang tidak berkaitan
dengan rambunya sendiri.
Berikut ini adalah contoh papan tambahan yang ditempatkan pada rambu lalu
lintas di jalan raya :
-
16
Sumber : Satlantas Polrestabes Kota Semarang.
Gambar 2.5
Papan Rambu Tambahan.
2.1.2 Pengetahuan Berlalu Lintas
Pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan terhadap suatu obyek tertentu
dan menjadi domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan atau perilaku
seseorang. Perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi
manusia dan lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku
terdiri dari factor intern dan ekstern. Factor intern mencakup pengetahuan,
kecerdasan, emosi, inovasi. Faktor ekstern meliputi lngkungan sekitar, baik fisik
maupun non fisik seperti iklim, social ekonomi, kebudayaan (Green dan Kreurier.
2000) dalam (Mulyono Notosiswoyo, 2014).
Perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran tidak akan
berlangsung lama (Notoatmojo,.S. 2003) dalam (Mulyono Notosiswoyo, 2014).
Setiap orang harus mengetahui menggunakan jaln wajib berperilaku tertib dan
mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan dan
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, atau yang dapat menimbulkan
kerusakan jalan. Mematuhi ketentuan tentang kelas jalan, rambu-rambu dan marka
jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, waktu kerja dan waktu istirahat, gerakan lalu
lintas, berhenti dan parkir, persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor.
Penggunaan kendaraan bermotor, pringatan dengan bunyi dan sinar, kecepatan
-
17
maksimum/ minimum, tata cara pengangkut orang, tata cara penggandengan dan
penempelan kendaraan lain (Wesli, 2015).
Menurut Notoatmodjo (2010) dalam Novita Chrussiawanti (2015) ada
beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:
1. Cara tradisional
Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,
sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik
dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan periode ini antara lain, meliputi:
a. Cara coba-salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini
gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan apabila
kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya,
sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini
disebut metode trial (coba) dan error (gagal atau salah) atau metode coba
salah coba-coba.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-
kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-
kebiasaan ini biasanya di wariskan turun temurun dari generasi ke generasi
berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan
pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas
pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah
orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan
kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan
penelitian sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima
pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah
benar.
-
18
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah
ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan.
d. Melalui Jalan Pikir
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia
pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain,
dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
2. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau
lebih populer disebut metodelogi penelitian (Research Methodology).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : (Novita Chrussiawanti,
2015).
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, maka
umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pula
pengetahuannya (Hendra, 2008).
2. Pengalaman
Suatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan
tentang sesuatu yang bersifat nonformal.
3. Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mental
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun
(Hendra, 2008).
-
19
4. Informasi
Informasi akan memberi pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika dia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misal seperti TV,
radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang (Hendra, 2008).
5. Lingkungan Budaya
Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaiman orang tua mendidik sejak
kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam berfikir
selama jenjang hidupnya (Notoatmodjo, 2007).
2.1.3 Budaya Masyarakat
Budaya atau kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam Bahasa Inggris,
kebudayaan disebut dengan Culture yang berasal dari Bahasa Latin Colere, yang
berarti mengolah atau mengerjakan. Dalam Bahasa Indonesia Culture sudah
menjadi kata serapan yaitu kultur (Muhaimin, 2001). Greet (dalam Tasmuji, 2011:
154) mengatakan bahwa budaya adalah suatu system makna dan simbol yang
disusun dalam pengertian dimana individu-individu mendefinisikan dunianya,
menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya, suatu pola
makna yang ditransmisikan secara historis, diwujudkan dalam bentuk-bentuk
simbol melalui sarana dimana orang-orang mengkomunikasikan, mengabadikan,
dan mengembangkan pengetahuan, karena kebudayaan merupakan suatu system
simbol maka haruslah dibaca, diterjemahkan dan diinterprestasikan.
Guru besar antropologi Indonesia Koentjaraningrat (1993) berpendapat bahwa
“kebudayaan” berasal dari kata sansekerta buddhayah bentuk jamak dari buddhi
yang berarti budi dan akal, sehingga menurutnya kebudayaan dapat diartikan
sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal, ada juga yang
berpendapat sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi-daya yang artinya
daya dari budi atau kekuatan dari akal.
-
20
Sementara Solo Soemardjan dan Soeleman Soemardi (dalam Ranjabar, 2006)
merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau
kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam
sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadiakan untuk keperluan
masyarakat.
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup secara bersama-sama
di suatu wilayah dan membentuk sebuah sistem, baik semi terbuka maupun semi
tertutup, dimana interaksi yang terjadi di dalamnya adalah antara individu-individu
yang ada di kelompok tersebut. Secara Etimologis kata “masyarakat” berasal dari
bahasa Arab, yaitu “musyarak” yang artinya hubungan (interaksi). Sehingga
definisi masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup bersama-sama di
suatu tempat dan saling berinteraksi dalam komunitas yang teratur.
Seperti halnya seorang pengendara yang kurang terampil dalam mengendarai
sepeda motor dapat saja mengalami suatu kecelakaan meskipun sedang berkendara
di jalan yang tidak terdapat pengguna jalan lainnya. Pengendara pada tingkat ini
tidak benar-benar menguasai sepeda motor yang sedang dikendarainya sehingga
hal-hal kecil saja dapat membuatnya terlibat dalam sebuah kecelakaan. Pengendara
yang kurang terampil akan berkendara dalam perasaan yang tidak yakin atau tidak
percaya diri sehingga gerakan tubuh pengendara dan kendaraannya akan sulit
dipahami oleh pengguna jalan lainnya.
Kurang terampilnya seseorang dalam mengendarai sepeda motor bisa
disebabkan beberapa hal, seperti seseorang yang baru belajar mengendarai sepeda
motor atau seseorang mengendarai sepeda motor dengan jenis yang berbeda dari
yang biasa dikendarai, contoh seseorang yang biasa mengendarai sepeda motor
standard dan tidak pernah menggunakan jenis lainnya tiba-tiba mengendarai sepeda
motor jenis skutik (skuter otomatik) atau sebaliknya.
Berikut beberapa tips berkendara yang aman di Jalan Raya, agar perjalanan
aman, nyaman untuk anda dan juga pengendara lain (Departemen Perhubungan
Darat, 2008):
-
21
1. Periksa Kendaraan Anda
Yang pertama yaitu dengan memeriksa mesin kendaraan anda, dan juga
perlengkapan yang harus anda bawa, seperti cek keadaan mesin, periksa
tekanan angin ban sesuai anjuran.
2. Atur Posisi Mengemudi
Untuk pengendara motor dan juga mobil juga harus tahu bagaimana cara
mengatur posisi mengemudi yang baik itu seperti apa, kalau bisa atur terlebih
dahulu posisi duduk anda bagaimana yang nyaman dan tidak membuat anda
menjadi pegal, kram dan juga selainnya.
3. Gunakan Sabuk Pengaman
Ketika anda menggunakan mobil jangan lupa untuk menggunakan Sabuk
pengaman. Sabuk pengaman berfungsi untuk melindungi pengemudi dan
penumpang dari benturan jika terjadi kecelakaan, selain dari adanya kantung
udara (airbags).
4. Ikuti Arus Lalu Lintas
Yang keempat anda sebagai pengendara yang disiplin harus mengikuti
arus lalu lintas dan juga ramb-rambu lalu lintas yang benar sesuai dengan
ketentuan yang sudah di tetapkan. Karena jika anda melanggar peraturan lalu
lintas bisa saja anda dijerat pasal hukum dan Undang-undang tentang
Transpotasi. Bukan hanya itu saja, dengan menaati peraturan lalu lintas yang
ada anda juga akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
5. Atur Kecepatan Berkendara
Yang kelima yaitu dengan mengatur kecepatan anda dalam berkendara,
berkendara dengan kecepatan tinggi memang boleh namun perhatikan
pengendara lain yang ada di samping kanan kiri anda, mereka juga memerlukan
jalan untuk kendaraan mereka.
6. Sering Periksa Kaca Spion Anda
Yang keenam dan paling penting namun sering diabaikan oleh para
pengendara yaitu kaca spion, fungsinya untuk melihat kendaraan lain yang ada
dibelakang, berfungsi ketika kalian hendak ingin berbelok atau ketika kalian
akan menyebrang ke persimpangan.
-
22
7. Gunakan Jalur Kanan Untuk Menyalip
Yang ketujuh yaitu dengan menggunakan jalur kanan untuk menyalip
mobil dan juga motor, yang mana sudah menjadi peraturan lalu lintas yang
sudah di tetapkan dalam Undang-undang Transportasi. Hal ini bertujuan untuk
mengindari yang namanya kecelakaan dan juga kemancetan.
8. Jangan Menggunakan Ponsel
Yang kedelapan jangan menggunakan ponsel pada saat berkendara karena
bisa menggangu konsentrasi anda pada saat dijalan raya. Dan pastikan anda
jika ingin menggunakan ponsel atau gadget anda berhenti sejenak di
persimpangan jalan untuk menghindari kemancetan dan juga kecelakaan.
9. Istirahat Jika mengantuk
Kemudian yang kesembilan kalau anda merasa mengantuk dan capek
sebaiknya berhenti sejenak untuk beristirahat. Dan bisa lanjutkan perjalanan
kembali jika badan sudah merasa fit.
10. Jagalah Penglihatan Pada Malam Hari
Yang kesepuluh yaitu jika anda berkendara di malam hari maka jagalah
penglihatan anda dengan baik supaya terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan. Selain sikap, berkendara juga memiliki etika dalam berkendara,
ketika seseorang sudah memiliki SIM C untuk kendara bermotor, belum tentu
dalam berkendara ia sudah memiliki etika yang sesuai. Dalam berkendara,
pengendara dituntut untuk bisa dapat mengetahui etika berkendara dan
melaksanakannya.
Etika berkendara sendiri tidak lain adalah perilaku berkendara yang sopan,
santun dan juga tidak membahayakan pengendara lain. Ada lima etika mengemudi
di jalan raya. Etika ini tidak memandang status dan usia. Siapapun yang mengemudi
di jalan raya diharuskan memiliki kelima etika berikut ini (Rahmat Hidayat
Nasution, 2013):
1. Bertanggungjawab
Dalam mengemudi, setiap pengemudi wajib bertanggungjawab saat
berada di jalan raya. Jika ia melanggar atau melakukan kesalahan, ia berani dan
siap untuk bertanggung jawab. Tanggung jawab tidak hanya saat terjadi
-
23
kecelakaan. Saat jalanan lengang, ia juga harus bertanggungjawab bahwa ia
tidak boleh mengemudi dengan sekencang-kencangnya. Ia tetap mengemudi
dengan penuh tanggung jawab.
2. Konsentrasi
Dalam mengemudi, pengemudi tak hanya dituntut tanggung jawab, tapi
wajib juga berkonsentrasi. Dengan konsentrasi, bisa menjaga diri agar tidak
terjadi kecelakaan. Dengan konsentrasi juga, bisa memperhatikan jalanan yang
dilaluinya. Dengan konsentrasi, dengan mudah mengontrol kondisi
kendaraannya saat di jalan raya.
3. Antisipasi
Setelah bertanggung jawab, pengemudi juga harus mampu mengantisipasi
segala kemungkinan yang terjadi. Karena itu, sebelum mengemudi, sudah
selayaknya pengemudi memeriksa kondisi kendaraan. Meski kendaraan dinilai
aman, ada baiknya pengemudi juga melakukan antisipasi. Misalnya
menyiapkanban serap, membawa air aki sebagai cadangan, dan lain-lain.
4. Sabar
Dalam mengemudi, pengemudi wajib sabar. Tidak boleh mengemudi
dengan kebut-kebutan, tidak boleh mendahului kendaraan lain dengan tergesa-
gesa, harus sabar saat berada di dekat lampu lalu lintas. Andai kata lampu lalu
lintas menunjukkan warna hijau, tak buru-buru membunyikan klakson
kendaraannya.
5. Yakin
Dalam mengemudi, pengemudi harus yakin bahwa selama perjalanan akan
aman-aman saja. Karena jika pikiran pengemudi dalam kondisi tak yakin, ini
bisa membahayakan dirinya dan penumpangnya. Karena pikiran dapat
memunculkan tindakan. Oleh karena itu, pengemudi harus yakin akan
keselamatan dalam mengemudi.
-
24
2.1.4 Pemahaman Pengendara
Pemahaman adalah proses, perbuatan,cara memahami atau memahamkan.
Dalam hal ini pemahaman dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang diikuti
hasil belajar sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran. Suharsimi (2009 : 118)
dalam (Zainul Akhyar 2014) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension)
adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates),
menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan
contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dengan pemahaman,
Pengendara diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang
sederhana di antara fakta –fakta atau konsep.
Meningkatnya jumlah kasus kecelakaan disejumlah daerah menjadikan kita
miris, bagaimana tidak ancaman kehilangan jiwa ada didepan mata jika tidak
menggubris atau menjalankan pemahaman norma dalam berlalu lintas. Sepatutnya
sadar akan bahaya tersebut untuk kemudian mulai berhati-hati dalam menggunakan
jalan, sehingga tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain. Akan tetapi
kesadaran seperti ini saja tidak cukup, pemerintah mestinya mulai berfikir untuk
mengevaluasi semua ini. Jika perlu wawasan dan pemahaman akan pentingnya
etika dalam berlalu lintas dimasukan dalam materi pembelajaran disekolah-sekolah
sejak dini.
Nampaknya falsafah jawa yang mengatakan “Alon-Alon Waton Klakon”
senyatanya telah terbukti. Yang lebih jelasnya adalah segala sesuatu harusnya
dijalankan dengan penuh kehati-hatian dalam segala hal termasuk berlalu lintas.
Dalam budaya jawa memang prinsip tersebut sangatlah penting karena jika
dibenturkan dengan perilaku masyarakat sekarang dalam memakai jalan sangat
memperihatinkan. Disamping kondisi jalan, kepemilikan SIM yang tidak
semestinya dan juga perangkat rambu-rambu yang tidak berfungsi lagi juga
mempengaruhi (Zainul Akhyar, et al, 2014).
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian, sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari peneliti terdahulu penulis tidak
-
25
menemukan judul yang sesuai dengan judul penelitian penulis, namun penulis
mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian
pada penelitian penulis. Berikut merupakan beberapa peneliti terdahulu berupa
jurnal terkait dengan penelitian penulis. Pada tabel 2.1 di bawah ini dijelaskan jurnal
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Tabel 2.1
Rujukan penelitian untuk variabel pengetahuan, kepatuhan berlalu lintas
Judul Pengetahuan Dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Berlalu
Lintas; Tinjauan Terhadap Pelaku Lalu Lintas Usia
Remaja di SMK YPT 1 Purbalingga
Penulis Jurnal Eko Maulana Syaputra, Tayong Siti Nurbaeti
Sumber Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 4, No. 2, Agustus
2019:64-69
Variable Penelitian variable terikat yang digunakan :
- Kepemilikan SIM
- Pengetahuan tentang rambu
- Pengetahuan tentang marka
variable bebas yang digunakan :
- Perilaku berlalu lintas
Metode Analisis Teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan data
pokok ( primer) dari sebuah sampel dengan menggunakan
instrumen kuesioner. Analisis data menggunakan
kuantitatif.
Hasil Penelitian Bahwa ada pengaruh kepemilikan SIM, pengetahuan
tentang rambu, dan pengetahuan marka terhadap perilaku
berlalu lintas.
Hubungan Dengan
Penelitian
Dari kesimpulan jurnal terdahulu, terdapat variabel yang
sama dan berkaitan erat dengan penelitian penulisan saat
ini yaitu : pengetahuan, kepatuhan berlalu lintas
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020
-
26
Tabel 2.2
Rujukan penelitian untuk variabel Budaya Masyarakat
Judul Budaya Disiplin Dalam Berlalu Lintas Kendaraan Roda
Dua di Kota Bandung.
Penulis Jurnal Soni Sadono.
Sumber jurnal.fkip.uns.ac.id, vol. 12 no. 1. 2017
Variable Penelitian Variabel bebas yang digunakan
- Internalisasi
- Disiplin
- Lalu Lintas
- Kendaraan roda dua dan tertib
Metode Analisis Teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan data
pokok ( primer) dari sebuah sampel dengan menggunakan
instrumen kuesioner. Analisis data menggunakan
kualitatif.
Hasil Penelitian Internalisasi disiplin berkendara roda dua di kota Bandung
selama ini baru terjadi pada tataran sekolah formal yaitu
pada tingkatan sekolah dasar.
Hubungan Dengan
Penelitian
Dari kesimpulan jurnal terdahulu, terdapat variabel yang
sama dan berkaitan erat dengan penelitian penulisan saat
ini yaitu : budaya Masyarakat.
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020.
-
27
Tabel 2.3
Rujukan penelitian untuk variabel Pemahaman Pengendara.
Judul Pemahaman Siswa SMA Tentang Arti Marka Jalan Dan
Peraturan Lalu Lintas
Penulis Jurnal Achmad Hercahyo Jatiputro, Ika Setiyaningsih, Gotot
Slamet Mulyono
Sumber Journals.ums.ac.id/ Vol.11/No.1, Hal. 54-60/ Maret 2015
Variable Penelitian Variabel terikat yang digunakan :
- Pemahaman Terhadap Marka Jalan
Variabel bebas yang digunakan
- Jenis kelamin
Metode Analisis Metode menggunakan alat bantu kuisioner yang
sebelumnya sudah diuji validitas dan reliabilitasnya
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa klasifikasi tingkat
pemahaman marka lalu lintas didapatkan data, klasifikasi
sangat paham 78 responden, klasifikasi paham 51
responden dan klasifikasi kurang paham 11 responden.
Sedangkan pemahaman peraturan lalu lintas didapatkan
hasil tingkat pemahaman para responden dengan 3
klasifikasi yaitu sangat paham terdapat 121 responden,
klasifikasi paham terdapat 19 responden dan klasifikasi
kurang paham sebanyak 0 responden
Hubungan Dengan
Penelitian
Dari kesimpulan jurnal terdahulu, terdapat variabel yang
sama dan berkaitan erat dengan penelitian penulisan saat
ini yaitu : pemahaman pengendara.
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020
.
-
28
Tabel 2.4
Rujukan penelitian untuk variabel Kepatuhan Berlalu Lintas
Judul Pengaruh Usia, Pendidikan dan Budaya Terhadap
Kepatuhan Lalu Lintas di Wilayah Hukum Polres Jepara
Penulis Jurnal Dwi Agung Nugroho Arianto, Samsul Arifin.
Sumber Publikasiilmiah.ums.ac.id/ ISSN 2407-9189 / (2016)
Variable Penelitian Variabel terikat yang digunakan :
- Patuh lalu lintas
Variabel bebas yang digunakan
- Usia
- Budaya
- Pendidikan
Metode Analisis Teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan data
pokok( primer) dari sebuah sampel dengan menggunakan
instrumen kuesioner. Analisis data menggunakan
kuantitatif.
Hasil Penelitian Usia, pendidikan dan budaya masyarakat secara bersama-
sama berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan lalu
lintas di wilayah hukum polres jepara.
Hubungan Dengan
Penelitian
Dari kesimpulan jurnal terdahulu, terdapat variabel yang
sama dan berkaitan erat dengan penelitian penulisan saat
ini yaitu : kepatuhan berlalu lintas.
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020.
-
29
Tabel 2.5
Rujukan penelitian untuk variabel Pengetahuan, Budaya Masyarakat.
Judul Pengaruh Pengetahuan Berkendara Terhadap Perilaku
Pengendara Sepeda Motor Menggunakan Structural
Equation Model (SEM).
Penulis Jurnal Wesli
Sumber Teras Jurnal-jurnal Teknik Sipil/ Vol.5, No.1/ 2015
Variabel Penelitian Variabel terikat yang digunakan :
- Kecelakaan lalu lintas.
Variabel bebas yang digunakan
- Pengetahuan berkendara.
- Perilaku pengendara.
Metode Analisis Teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan data
pokok( primer) dari sebuah sampel dengan menggunakan
instrumen kuesioner. Analisis data menggunakan
kuantitatif.
Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian menyimpulkan bahwa
pengetahuan pengendara sepeda motor berpengaruh
sebesar 16,2% terhadap perilaku pengendara dengan nila
critical rati sebesar 2,033 dan nilai p-value 0,04 jadi dapat
disimpulkan bahwa variable yang dibentuk factor perilaku
pengemudi terhadap kecelakaan lalu lintas diperoleh nilai
loading factor sebesar 0,749 dengan p-value signifikan
maka dapat menjelaskan kondisi actual kecelakaan lalu
lintas.
Hubungan Dengan
Penelitian
Dari kesimpulan jurnal terdahulu, terdapat variabel yang
sama dan berkaitan erat dengan penelitian penulisan saat
ini yaitu : pengetahuan, Budaya.
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020.
-
30
2.3 Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian,
setelah penelitian mengemukakan landasan teori dan kerangka pikir. Menurut
bahasa hipotesis berasal dari dua kata yaitu hipo dan tesis. Hipo artinya adalah
bersifat meragukan dan sedangkan tesis berarti kebenaran. Jadi kalau digabungkan
akan mempunyai makna suatu kebenaran yang masih bersifat meragukan. Menurut
Sugiyono (2011) mengatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat.
Jadi dapat ditarik kesimpulan hipotesis adalah pernyataan atau dugaan bersifat
sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah
sehingga harus diuji secara empiris. Dalam suatu penelitian hipotesis merupakan
pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan
variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut.
Maka untuk memberikan jawaban sementara atas masalah yang dikemukakan
diatas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H1. Diduga Pengetahuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan
Berlalu Lintas pada sepeda motor di ruas jalan Majapahit semarang.
H2. Diduga Budaya Masyarakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kepatuhan Berlalu Lintas pada sepeda motor di ruas jalan Majapahit
Semarang.
H3. Diduga Pemahaman Pengendara berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kepatuhan Berlalu Lintas pada pengendara sepeda motor di ruas jalan
Majapahit Semarang.
H4. Diduga Pengetahuan, Budaya Masyarakat Serta Pemahaman Pengendara
secara simultan berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Berlalu Lintas pada
pengendara sepeda motor diruas jalan Majapahit Semarang.
-
31
2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis
H1
H2
H3
H4
Keterangan :
= Variabel = Pengaruh
= Indikator = Pengukur
H = Hipotesis
pengetahuan
(X1)
Budaya
Masyarakat
(X2)
Kepatuhan
Berlalu lintas
(Y)
Pemahaman
pengendara
(X3)
X1.2
X1.3
X2.1
X2.2
X2.3
X3.2
X3.1
X3.3
Y2 Y1 Y3
X1.1
Gambar 2.7
Kerangka Pemikiran Teoritis
-
32
Variabel dalam penelitian ini meliputi:
1. Kepatuhan Berlalu Lintas (Y) (Pengaruh Citra Polisi, Pengetahuan Siswa Dan
Agresivitas Dengan Kepatuhan Terhadap Peraturan Lalu Lintas Pada Siswa
Dibandar Lampung, 2017).
a. (Y.1) = Menaati Peraturan Lalu Lintas
b. (Y.2) = Memakai Helm Saat Berkendara
c. (Y.3) = Kelengkapan Surat-Surat.
2. Pengetahuan (X1) (Pengatahuan Dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Berlalu
Lintas; Tinjauan Terhadap Pelaku Lalu Lintas Usia Remaja di SMK YPT 1
Purbalingga. 2018)
a. (X1.1) = Pengetahuan Tentang Berlalu Lintas.
b. (X1.2) = Pengetahuan Keselamatan Berkendara.
c. (X1.3) = Pengetahuan Tentang Marka Dan Rambu.
3. Budaya Masyarakat (X2) (Budaya Disiplin Dalam Berlalu Lintas Kendaraan
Roda Duadi Kota Bandung. 2017).
a. (X 2.1) = Tidak Menyiap Kendaraan Lain Dari Sisi Kiri.
b. (X 2.2) = Tidak Melaju Dengan Kecepatan Tinggi.
c. (X 2.3) = Tidak Menerobos Lampu Lalu Lintas.
4. Pemahaman pengendara (X3) (Pemahaman Siswa SMA Tentang Arti Marka
Jalan Dan Peraturan Lalu Lintas, Achmad Hercahyo Jatiputro Dkk 2015).
a. (X 3.1) = Pemahaman Pentingnya Safety Riding Saat Berkendara.
b. (X 3.2) = Memahami Rambu-Rambu Lalu Lintas.
c. (X 3.3) = Memahami Norma-Norma Berkendara.
-
33
2.5 Diagram Alur Penelitian
Data cukup
(data tidak cukup)
Latar Belakang Masalah
Landasan Teori
Metodelogi Penelitian
Pengumpulan Data
Pengetahuan
(X1)
Pemahaman
pengendara
(X3)
Budaya
Masyarakat
(X2)
Kepatuhan
berlalu lintas
(Y)
Pengolahan Data
Analisis Data
Implikasi Manajerial
Gambar 2.6
Diagram Alur Penelitian
Kesimpulan Dan Saran
Data Cukup
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Tinjauan Pustaka2.1.1 Kepatuhan Terhadap Lalu Lintas2.1.1.1 Definisi Kepatuhan2.1.1.2 Definisi Lalu Lintas2.1.1.3 Definisi Kepatuhan Berlalu Lintas
2.1.2 Pengetahuan Berlalu Lintas2.1.3 Budaya Masyarakat2.1.4 Pemahaman Pengendara2.2 Penelitian Terdahulu2.3 Hipotesis2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis2.5 Diagram Alur Penelitian