BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Terapi Modalitas
1.1 Pengertian
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di
berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi
perilaku adaptif (Keliat, 2004). Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan
jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-modality)
sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya (Sarka, 2008)
1.2 Jenis-jenis terapi modalitas
1.2.1 Terapi individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan
hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan
yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku
klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi,
dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini
terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal
hubungan.
Universitas Sumatera Utara
1.2.2 Terapi lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi
perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.
Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik.
Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku
dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
Tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan klien dapat hidup di
luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi yang diperlukan untuk
beralih dari lingkungan rumah sakit ke lingkungan rumah tinggalnya
1.2.3 Terapi biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical
di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit.
Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi: pemberian obat
(medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT), foto
terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan dalam
pelayanan kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan ECT.
1.2.4 Terapi kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang
mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah membantu
mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola
berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut.
Ada tujuan terapi kognitif meliputi:
5
Universitas Sumatera Utara
- Mengembangkan pola berfikir yang rasional.
- Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering mengakibatkan gangguan
perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi yang
actual. Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam
menanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.
- Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan
terlebih dahulu mengubah pola berfikir.
1.2.5 Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga
mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah
keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang
dituntut oleh anggotanya.
1.2.6 Terapi aktivitas kelompok
Terapi aktivitas kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial, yang
bertujuan untuk meningkat hubungan sosial dalam kelompok secara bertahan
(Keliat & Akemat, 2005)
Sesi-sesi dalam TAKS
Sesi I: TAKS
Tujuan
Universitas Sumatera Utara
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama: nama
lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Tape recorder
2. Kaset
3. bola tenis
4. buku catatan dan pulpen
5. jadwal kegiatan pasien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. diskusi dan tanya jawab
3. bermain peran
Langkan kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu isolasi sosial: menarik
diri.
b. Membuat kontrak dengan klien
Universitas Sumatera Utara
c. Mempersiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
a. Memberi salam teraupetik: salam dari terapis
b. Evaluasi/validasi
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri
2) Menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus minta
ijin kepada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikut i kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Jelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder akan dihidupkan
serta pola diedarkan berlawanan arah jarum jam (yaitu kearah kiri)
dan pada saat tape dimatiakn maka anggota kelompok yang
memagang bola memperkenalkan dirinya.
b. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis
berlawanan dengan jarum jam.
c. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyebutkan : salam, nama lengkap, nama
panggialan, hobi dan asal dimulai oleh tertapis sebagai contoh.
Universitas Sumatera Utara
d. Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan tempel/ pakai.
e. Ulangi b,c dan d sampai semua anggota mendapat giliran.
f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap kelompok melatih memperkenalkan diri
kepada orang lain di kehidupan sehari-hari
2) Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal
kegiatan harian pasien
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan degan
anggota kelompok
2) Menyepakati waktu dan tempat
Sesi 2: TAKS
Tujuan
Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
a. memperkenalkan diri sendiri
b. menanyakan diri anggota kelompok yang lain
Universitas Sumatera Utara
Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruang nyaman dan tenang
Alat
1.Tape recorder
2. Kaset
3. Bola tennis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrakn dengan anggota kelompok pada sesi
TAKS
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
a. Memberi salam teraupetik
1) Salam dari terapis
Universitas Sumatera Utara
2) Peserta dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi / validasi
1) Menanyakan perasaan pasien saat ini
2) Menanyakan apakah telah mencoba memperkenalkan diri pada
orang lain.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan
anggota kelompok
2) Menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok
harus meminta ijin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan jaru jam.
b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang
ada disebelah kanan dengan cara:
1) Memberi salam
2) Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
Universitas Sumatera Utara
3) Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi lawan
bicara.
4) Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
c. Ulang a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
d. Hidupkan kembalim kaset pasa tape recorder dan edarkan bola, pada
saat tape di matikan , minta pada anggota kelompok yang memegang
bola untuk memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah
kanannya kepada kelompok, yaitu nama lengkap, nama panggialn, asal
dan hobi. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
e. Ulangi d sampai semua anggota mendapat giliran.
f. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberi pujian atas keberhasilan klien
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan semua anggota kelompok latihan berkenalan.
2) Memasukkan kegiatan berkenalan pada jadwal kegiatan
harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Universitas Sumatera Utara
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu dengan bercakap-cakap
tentang kehidupan pribadi.
2) Menyepakati waktu dan tempat.
Sesi 3: TAKS
Tujuan
Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok:
1. Menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok.
2. Pertanyaan tentang kehidupan pribadi
Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Tape recorder
2. Kaset
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran dan stimulasi
Langkah kegiatan
Universitas Sumatera Utara
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 2 TAKS
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam teraupetik
Pada tahap ini terapis melakukan:
1) Memberi salam teraupetik
2) Peserta dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi dan validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah telah mencoba berkenalan dengan orang lain
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bertanya dan menjawab tentang
kehidupan pribadi.
2) Menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Selain klien mengikuti kegiatan dari awal sampai ahir.
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam.
Universitas Sumatera Utara
b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota
kelompok yang ada disebelah kanan dengan cara:
1) Memberi salam
2) Memanggil panggilan
3) Menanyakan kehidupan pribadi: orang terdekat/dipercayai
disegani, pekerjaan.
4) Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
d. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang
kehidupan pribadi dengan orang lainpada kehidupan sehari-hari.
2) Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan
harian pasien.
c. Kontrak yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan
membicarakan topik pembicaraan tertentu.
2) Menyepakati waktu dan tempat
Sesi 4: TAKS
Tujuan
Klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota
kelompok
1. Menanyakan topik yang ingin dibicarakan
2. Memilih topik yang ingin dibicarakan
3. Memberi pendapat tentang topik yang dipilih
Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Tape recorder
2. Kaset
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5.Jadwal kegiatan klien
6.Flipcart dan spidol
Metode
1.Dinamika kelompok
Universitas Sumatera Utara
2.Diskusi dan tanya jawab
3.Bermain peran dan stimulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 3 TAKS
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam teraupetik
Pada tahap ini terapis melakukan:
1) Memberikan salam teraupetik
2) Peserta dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi dan validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah telah mencoba berkenalan dengan orang lain
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih dan
memberikan pendapat tentang topik percakapan
2) Menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai ahir.
Universitas Sumatera Utara
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis
berlawanan dengan arah jarum jam.
b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyampaikan satu topik yang ingin
dibicarakan . dimulai oleh terapis sebagai contoh. Misalnya ” cara
bicara yang baik ” atau ” cara mencari teman
c. Tuliskan pada flipcart topik yang disampaikan secara berurutan
d. Ulangi 1,2dan 3 sampai semua anggota kelompok mendapat
giliran menyampaikan topik yang diinginkan
e. Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tennis. Pada saat dimatikan ,
anggota memegang bola memilih topik yang disukai untuk
dibicarakan dari daftar yang ada.
f. Ulangi 5 sampai semua anggota kelompok memilih topik.
g. Terapis membantu menetapka topik yang paling banyak terpilih
h. Hidupkan lagi kaset dan edarka bola tenis. Pada saat dimatikan,
anggota yang memengang bola menyampaikan pendapat tentang
topik yang terpilih.
i. Ulangi 8 sampai semua anggota kelompok menyampaikan
pendapat
j. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.
Universitas Sumatera Utara
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang
kehidupan pribadi dengan orang lainpada kehidupan sehari-hari.
2) Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan harian
pasien.
c. Kontrak yang akan datang.
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan
membicarakan topik pembicaraan tertentu.
2) Menyepakati waktu dan tempat
Sesi 5: TAKS
Tujuan
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang
lain
1. menyampaikan masalah pribadi.
2. Memilih satu masalah yang ingin dibicarakan .
3. Memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih.
Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
Universitas Sumatera Utara
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Tape recorder
2. Kaset
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien
6. Flipcart dan spidol
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran dan stimulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 4 TAKS
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
a. Memberi salam teraupetik
1) Salam dari terapis
2) Klien dan terapi memakai papan nama
b. Evaluasi dan validasi
Universitas Sumatera Utara
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah telah latihan bercakap cakap tentang topik/ hal
tertentu dengan orang lain.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih dan
memberikan pendapat tentang masalah pribadi.
2) Menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
b) .Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai ahir.
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam.
b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyampaikan satu masalah pribadi yang ingin
dibicarakan . dimulai oleh terapis sebagai contoh. Misalnya ” sulit bercerita
” atau ” tidak diperhatikan orang tua ”.
c. Tuliskan pada flipcart topik yang disampaikan secara berurutan
d. Ulangi a,b dan c sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
menyampaikan masalah pribadi yang diinginkan
Universitas Sumatera Utara
e. Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tennis. Pada saat dimatikan , anggota
memegang bola memilih topik masalah yang disukai untuk dibicarakan dari
daftar yang ada.
f. Ulangi e sampai semua anggota kelompok memilih masalah.
g. Terapis membantu menetapka topik yang paling banyak terpilih
h. Hidupkan lagi kaset dan edarka bola tenis. Pada saat dimatikan, anggota
yang memengang bola menyampaikan pendapat tentang masalah yang
terpilih.
i. Ulangi h sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapa
j. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang masalah
pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari.
2) Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan harian
pasien.
c. Kontrak yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan membicarakan
topik pembicaraan tertentu
2) Menyepakati waktu dan tempat
1.2.7 Terapi perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul
akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan
disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi
jenis ini adalah:
- Role model
- Kondisioning operan
- Desensitisasi sistematis
- Pengendalian diri
- Terapi aversi atau releks kondisi
1.2.8 Terapi bermain.
Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, anak yang
mengalami ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse). Bahkan juga terapi
bermain ini dianjurkan untuk klien dewasa yang mengalami stress pasca trauma
gangguan identitas disosiatif dan klien yang mengalami penganiayaan (Majnun.
2009)
2. Komunikasi
2. 1 Pengertian Komunikasi
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi adalah pemindahan informasi dari satu orang ke orang terlepas
percaya atau tidak, tetapi informasi yang di transfer tentulah harus di mengerti oleh
penerima (Koont & O’Donel, 1996). Menurut Yoder dkk (1998), komunikasi berasl
dari sumber yang sama seperi kata common yang artinya bersama; bersama-sama
dalam membagi ide. Apabila seorang berbicara; orang lan mendengarkan.
2.2 Tipe-Tipe komunikasi
Menurut jenisnya dapat dibagi yaitu:
a. Pelaksana
Komunikasi formal dan komunikasi informal;
Komunikasi formal; komunikasi yang terjadi antara bawahan dan atasan
dalam lingkungan pekerjaan yang hirarki berbeda dan terjadi dalam situasi
formal.
Komunikasi informal ; komunikasi yang dalam pelaksanaannya tidak
mengenal hirarki dan tidak ada sangsinya.
b. Bentuk komunikasi
Komunikasi verbal dan komunikasi non verbal
Komunikasi verbal : komunikasi yang mempergunakan lambang dalam
penyampaian pesan kepada sipenerima
Komunikasi non verbal : komunikator tidak memberi kesempatan kepada
komunikan untuk meminta penjelasan, penjelasan dan lain-lain.
c. Umpan balik
Komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah
Universitas Sumatera Utara
komunikasi satu : komunikator tidak memberi kesempatan kepada komunikan
untuk meminta penjelasan, pembenaran dan lain-lain.
Komunikasi dua arah : mempunyai sistem umpan balik yang melekat;
informasi jelas dan terbuka untuk pertanyaan yang belum jelas. (purwanto,
1998)
2.3 Unsur-Unsur komunikasi
a. Komunikator (orang yang memprakarsai adanya komunikasi)
b. Pesan (berupa ide, pendapat, fikiran dan saran)
c. Saluran komunikasi (sarana yang digunakan oleh komunikator dalm
penyampaian pesan)
d. Metode komunikasi (cara yang digunakn dalam mengadakan hubungan
dengan orang lain)
e. Komunikan (orang yang menjadi objek dari komunikasi/pihak yang
menerima berita atau pesan dari komunikator)
f. Lingkungan komunikasi (suasana dimana proses komunikasi berlangsung)
g. Umpan balik (tanggapan yang diberikan oleh komunikan kepada
komunikator)
2.4 Proses komunikasi
Adanya komunikator yang mengembangkan ide membuat lambang-lambang
kemudian menyampaikan lambang dan menyampaikan pesan yang dimilikinya.
Komunikator membaca lambang/kode dan menggunakannya kemudian komunikan
memberikan umpan balik kepada komunikator.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada pasien gangguan
jiwa
2.5.1 Ditinjau dari komunikator (perawat)
a. Kecakapan perawat (dapat menguasai cara-cara menyampaikan
pikiran, mudah dimengerti, sederhana, baik secara lisan maupun
tulisan)
b. Sikap perawat (sikap terbuka, bermuka manis, saling percaya, rendah
hati, dapat menjadi pendengar yang baik)
c. Pengetahuan perawat (wawasan/pengetahuan semakin dalam dan
menguasai masalah akan semakin baik dalam memberikan
uraian/penjelasan)
d. Sistem sosial (penyesuaian terhadap situasi/kondisi, dimana, dengan
siapa berkomunikasi)
e. Pengaruh komunikasi (gerak tubuh perawat dalam berkomunikasi
terutama komunikasi lisan)
2.5.2 Ditinjau dari komunikan (pasien jiwa)
a. Kecakapan
b. Sifat
c. Pengetahuan
d. Sistem sosial
e. Saluran (pendengaran, penglihatan) dari komunikan
2.6 Faktor-faktor penghambat komunikasi
Universitas Sumatera Utara
a. Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi
b. Sikap yang kurang tepat
c. Kurang pengetahuan
d. Kurang memahami sistem sosial
e. Prasangka yang tidak beralasan
f. Jarak titik yang berjauhan
g. Tidak ada persamaan persepsi
h. Indera yang rusak
i. Berbicara yang berlebihan
j. Mendominasi pembicaraan dan lain-lain
2.7 Komunikasi efektif
a. Mempergunakan bahasa yang baik; agar artinya jelas
b. Lengkap agar pesan yang disampaikan dipahami komunikan secara
menyeluruh
c. Atur arus informasi sehingga antara pengiriman dan umpan balik
seimbang
d. Dengarkan secara aktif
e. Tahan emosi
f. Perhatikan isyarat non verbal
3. Isolasi sosial
Universitas Sumatera Utara
Kesejahteraan manusia berorientasi secara sosial, dan untuk meningkatkan
kepuasan hidup, individu harus mampu menciptakan hubungan interpersonal yang
sehat/positif. Hubungan interpersonal dikatakan sehat apabila individu dapat terlibat
dalam suatu hubungan yang intim dengan orang lain, sementara ia tetap dapat
mempertahankan identitasnya.
3.1 Pengertian
Menurut Townsend (1998) isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang
dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan
mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKES RI (1998) penarikan diri atau
withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun
minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara
atau menetap.
Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami
atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 1998:). Menurut
Rawlins & Heacock (1988) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar
dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan
hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan,
berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu ketentuan oleh orang
lain dan sebagai suatu keadaan yang negatif atau mengacam; kelainan interaksi sosial
Universitas Sumatera Utara
adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam suatu kuantitas
yang tidak cukup atau berlebih atau kualitas interaksi sosial tidak efektif
(Townsend.1998)
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
3.2 Faktor pendukung/pencetus terjadinya isolasi sosial
Rentang Respon Perilaku
Respon adaptif Respon maladaptif
Solitud Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerjasama Tergantung Narkisisme
Saling tergantung
(Stuart dan Sundeen, 1998)
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma,
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif
terdiri dari : solitud, otonomi, bekerjasama dan saling tergantung. Respon maladaptif
adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat keparahan
(Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif terdiri dari manipulasi, impulsif dan
narkisisme. Berdasarkan gambar rentang respon sosial diatas, menarik diri termasuk
Universitas Sumatera Utara
dalam transisi antara respon adaptif dengan maladaptif sehingga individu cenderung
berfikir ke arah negatif.
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart
dan Sundeen (1998), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal.
Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:
3.2.1. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang
memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada
bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambatterbentuknya
rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku
curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang
hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan sebagai
objek.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
Universitas Sumatera Utara
- Sikap bermusuhan/hostilitas
- Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
- Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
- Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak,
hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi
kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara
terbuka dengan musyawarah.
- Ekspresi emosi yang tinggi
- Double bind
Dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang membuat
bingung dan kecemasannya meningkat.
c. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena
norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak
produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
d. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita
skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila salah
Universitas Sumatera Utara
diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot
persentasenya 8%.
Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan
skizofrenia.
3.2.2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi:
a. Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai,
kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah
sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
b. Stresor Biokimia
- Teori dopamin
Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta tractus saraf
dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
- Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalm otak. Karena salh satu kegiatan MAO adalah
sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga
dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
- Faktor endokrin
Universitas Sumatera Utara
Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien skizofrenia.
Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh
dopamin.
Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon
adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
- Viral hipotesis
Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik diantaranya
adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.
c. Stresor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat
interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
d. Stresor psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan
memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan
menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak
dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar.
Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal
ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase
simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
Universitas Sumatera Utara
Strategi koping digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah laku
adalahsebagai berikut:
- Tingkah laku curiga : proyeksi
- Dependency: reaksi formasi
- Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
- Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
- Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
- Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi
dan regrasi.
Universitas Sumatera Utara