52
BAB 3
ANALISIS SISTEM BERJALAN
3.1 Sejarah Singkat SMA Gonzaga
Kolese Gonzaga dan Seminari Menengah Wacana Bhakti adalah dua unit
karya yang berbeda tetapi bertalian satu sama lain. Keduanya merupakan kesatuan
yang tidak terpisahkan di dalam satu lembaga pendidikan yakni Badan Seminari
Wacana Bhakti.Seminari Menengah Wacana Bhakti menampung dan mendidik para
calon imam di tingkat menengah. Di kelas X, XI dan XII para seminaris mengikuti
pendidikan di Kolese Gonzaga.
Pada awalnya direncanakan sebuah Seminari Menengah di Keuskupan
Agung Jakarta, namun kemudian dipikirkan bahwa mendirikan seminari menjadi
terlalu mahal biaya operasionalnya.Sebuah Kolese akhirnya didirikan bersamaan
dan berdampingan dengan seminari di atas tanah seluas 2,8 hektar di wilayah
Pejaten Barat ini.Semula tanah ini adalah tanah milik Mgr. A. Djajaseputra, S.J.
(Alm). Oleh Pengganti Mgr. Djajaseputra S.J., dibentuklah sebuah panitia kecil
untuk pembangunan kompleks Seminari dan Sekolah. Pengajuan izin untuk
mendirikan bangunan sudah dimulai sejak tahun 1978, namun baru lima tahun
kemudian izin keluar. Maka mulai saat itu panitia kecil yang ditunjuk terus bekerja
keras, menghimpun dana, dan mengadakan studi-studi untuk merencanakan
pembangunannya. Tidak lebih dari dua tahun (1986-1987), seluruh kompleks
Seminari yang dirancang oleh Ir Wanda Basuki ini selesai dikerjakan.
Tahun1987/1988 mulai dilaksanakanproses pembelajaran angkatan I, dengan nama
53
SMA Kanisius Unit Selatan. Tanggal 3 November 1988 merupakan hari bersejarah
bagi Kolese Gonzaga karena pada hari itu sekolah diresmikan oleh Mgr. Leo
Soekoto S.J. bersama dengan Bapak Mochtar Zakaria, Wali Kota Jakarta Selatan.
Berkat kerja keras P. J. Drost, S.J., Kepala Sekolah yang sekaligus Rektor
pertama bersama seluruh staff pengajar dan karyawan, pada tahun ajaran ke empat
tepatnya pada tanggal 9 Januari 1991, Kolese Gonzaga mendapatkan status
disamakan dari Pemerintah. Semenjak itu upaya-upaya pengembangan pendidikan di
Kolese Gonzaga dan Seminari Wacana Bhakti ini terus ditingkatkan. Mulai tahun
1990, untuk memberikan nuansa pergaulan para remaja yang wajar baik bagi para
seminaris maupun para siswa Kolese Gonzaga pada umumnya, mulailah Kolese
Gonzaga menerima putri. Bagi para seminaris sendiri diharapkan agar sejak dalam
proses pendidikan awal tidak menjadi canggung bertegur sapa dengan kaum wanita.
Apabila dalam medan pelayanan imamat kelak merekapun mesti berhadapan dengan
keduanya secara wajar. Bagi para siswapun diharapkan agar sejak awal mereka dapat
mengalami pergaulan yang wajar. Di bawah kepemimpinan P. R. Murtrisunu
Wisnumurti, S.J. (1991-1993) Br. Budiharjo S. J. (1993-2000), dan P.J. Heru
Hendarto, S.J. (2000-sekarang) berbagai pengembangan dan penataan fisik
dilaksanakan.
Ruang-ruang laboratorium yang dirasakan kurang memadai diadakan
dengan menggeser R. ganti siswa/i & R. Guru, sehingga sekarang telah disediakan
ruang praktikum Fisika, Kimia dan Biologi. Keasrian taman pun tak luput dari
perhatian sehingga Kolese Gonzaga menjadi kompleks yang sejuk demi
pengembangan proses belajar mengajar di sekolah. Ruang perpustakaan yang semula
tanpa pendingin telah bisa dinikmati sebagai ruang yang sejuk ber-AC sehingga
54
nyaman untuk membaca. Akhirnya Sport Hall Kolese Gonzaga juga diperluas,
sehingga menjadi sangat memadai sebagai tempat olah raga indoor untuk basket,bola
volley, Tennis dan 3 lapangan bulu tangkis ditambah tribun. Juga penambahan
fasilitas Lab. Komputer satu siswa satu komputer dan Lab. bahasa yang sangat
memadai termasuk R. AVI maupun R. Seni (R.Teater dan Tari).
Lewat proses refleksi atas pengalaman bersama memasuki lustrum ke
dua, pada tahun 1995 dirumuskan visi-misi pendidikan Kolese Gonzaga dan
Seminari Menengah Wacana Bhakti, yakni : ”membentuk pemimpin masa depan
yang memiliki keunggulan, kompetensi, tanggung jawab, sikap terbuka dan daya
integratif dengan semangat pelayanan dan kepedulian” Proses belajar mengajar di
Kolese Gonzaga bertujuan untuk memberikan dasar yang kokoh bagi pertumbuhan
mental, kepribadian, kemampuan intelektual dan keterampilan para siswa serta rasa
tanggung jawab sosial yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan di
Kolese Gonzaga adalah : pembentukan pribadi seutuhnya yang mengutamakan
hidup, mengembangkan nurani yang diterangi oleh iman untuk melayani sesama
berdasarkan kasih serta kompetensi ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya.
55
3.2 VISI, MISI dan Profil Lulusan SMA Gonzaga Jakarta
Visi SMA Gonzaga Jakarta :
"Membentuk pemimpin masa depan yang memiliki keunggulan,
kompetensi dan tanggungjawab, sikap terbuka dan daya integrative dengan
semangat pelayanan dan kepedulian"
Visi ini membawa tugas yang tidak ringan yang harus diemban yakni
suatu proses yang sekondusif mungkin dalam pembentukan pribadi, yaitu suatu
proses pembentukan yang memiliki ciri keunggulan dibidang pengembangan
intelektual, kerohanian, kepribadian dan sosial. SMA Gonzaga mesti mampu
mengangkat peluang terbukanya kesadaran untuk memprioritaskan nilai-nilai
kehidupan ( pendidikan yang berkarakter), sikap kritis, keadilan, dan kepedulian.
Maka pengembangan komunitas pendidikan reflektif sangat diperlukan untuk
semakin mendorong tumbuhnya pribadi-pribadi yang mampu mengambil
pilihan-pilihan hidup secara benar bagi masa depan para peserta didik.
Misi SMA Gonzaga Jakarta:
1. Mengembangkan pribadi dewasa dan utuh, melalui pengalaman, refleksi
aksi dan evaluasi.
2. Memupuk kepedulian sosial.
3. Mengembangkan pemahaman dan penghayatan nilai-nilai kehidupan
melelui latihan rohani.
4. Menanamkan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan sehari-hari
5. Membina sikap terbuka dan kesukaan berdialog
6. Pendekatan pribadi (personal approach)
56
7. Menumbuhkembangkan diri secara terus-menerus
SMA Gonzaga bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki ciri-
ciri berikut :
1. Kokoh sebagai pribadi, mampu beradaptasi dengan perkembangan
masyarakat dan perkembangan global, dengan tetap berpegang pada
penilaian hati nurani yang sehat serta kepedulian bagi sesama.
2. Bersikap proaktif, mampu mencari dan mengolah informasi dari berbagai
sumber.
3. Mampu mempelajari hal-hal baru sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
baik.
4. Memiliki keterampilan berkomunikasi di tengah masyarakat.
5. Memahami dan menghargai kerjasama dengan macam-macam orang dari
berbagai macam latar belakang.
6. Memiliki sikap positif terhadap kerja tangan yang bertumpu pada
penghargaan akan martabat manusia.
7. Mencintai dan memelihara lingkungan hidupnya.
8. Peduli terhadap sesama, khususnya yang miskin dan menderita.
57
3.3 Struktur Organisasi , Pembagian Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang
3.3.1 Struktur Organisasi SMA Gonzaga
Gambar 3.1 Struktur Organisasi SMA Gonzaga
(Sumber : Buku Pedoman SMA Gonzaga, 2008)
3.3.2 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab
3.3.2.1 Tugas Kepala Sekolah
Mengelola sekolah sesuai Standar Pengelolaan Pendidikan dengan
mengimplementasikan Standar Kompetensi sebagai pendidik,
manager, administrator, supervisor, leader, motivator dalam:
a. Menjabarkan visi kedalam misi target mutu, merumuskan
tujuan dan target mutu yang akan dicapai, menganalisis
tantangan, peluang, peningkatan mutu, bertanggung jawab
dalam membuat anggaran sekolah.
58
b. Melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan
keputusan penting sekolah, pengambilan keputusan
tersebut harus melibatkan penyelenggara sekolah.
c. Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari
orang tua peserta didik dan masyarakat, menjaga dan
meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga
kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian
penghargaan atas prestasi dan sangsi atas pelanggaran
peraturan dank kode etik.
d. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi
peserta didik dan bertanggung jawab atas perencanaan
partisipasif mengenai pelaksanaan kurikulum.
e. Merumuskan program supervisi dan melaksanakan, serta
memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja
sekolah/ madrasah, melaksanakan bibingan penyusunan
program bimbingan konseling.
f. Meningkatkan mutu pendidikan melalui efektifitas dan
efisiensi dari pengembangan, pemberdayaan 8 Standar
Nasional Pendidikan.
g. Menyusun Program Jangka Menengah (PJM) 4 tahun dari
8 Standar Nasional Pendidikan.
h. Melaksanakan Analysis SWOT dar keberadaan 8 Standar
Nasional Pendidikan.
i. Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)
59
j. Mengkoordinasikan Penyusunan KTSP sesuai Standar Isi
dan Standar Kompetensi Lulusan Standar Sasional atau
Standar Kurikulum Nasional Plus atau standar Kurikulum
berlevel International.
k. Menyusun Program Penjagaan Mutu(QA) dan
pengendalian Mutu (QC) Pendidikan
3.3.2.2 Tugas Wakil Kepala Sekolah
1. Membantu Kepala Sekolah dalam:
• Menjabarkan visi kedalam misi target mutu,
merumuskan tujuan dan target mutu yang akan
dicapai, menganalisis tantangan, peluang, kekuatan
dan kelemahan sekolah/madrasah, membuat
rencana kerja strategis dan erncana kerja tahunan
untuk pelaksanaan peningkatan mutu, bertanggun
jawab dalam membuat anggaran sekolah.
• Melibatkan guru, komite sekolah dalam
pengambilan keptusan penting sekolah,
pengambilan keputusan tersebut harus melibatkan
penyelenggara sekolah.
• Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan
intensif dari orang tua peseta didik dan masyarakat,
menjaga dan meningkatkan motivasi kerja
pendidik dan tenaga kependidikan dengan
60
menggunakan sistem pemberian penghargaan atas
prestasi dan sansi atas pelanggaran peraturan dan
kode etik.
• Menciptakan lingkungan pembelajaran yang
efektif bagi peserta didik dan bertanggung jawab
atas perencanaan parisipasif mengenai pelaksanaan
kurikulum.
• Merumuskan program supervisi dan melaksanakan,
serta memanfaatkan hasil dupervisi untuk
meningkatkan kinerja sekolah/madrasah,
melaksanakan bimbinga penyusunan program
bimbingan konseling.
• Meningkatkan mutu pendidikan melalui efektifitas
dan efisiensi dari pengembangan, pemberdayaan 8
Standar Nasional Penddikan.
• Menyusun Program Jangka Menengah (PJM) 4
tahun dari 8 Standar Nasional Pendidikan.
• Melaksanakan Analysis SWOT dari keberadaan 8
Standar Nasional Pendidikan.
2. Membantu Kepala Sekolah dalam:
• Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)
61
• Pelaksanaan Penyusunan KTSP sesuai Standar Isi
dan Standar Kompetensi Lulusan Standar Nasional
atau Standar Kurikulum Nasional Plus dan atau
standar Kurikulum berlevel International.
• Penyusunan program pengembangan diri melalui
Bimbingan Konseling dan ekstrakulikuler.
• Penyusunan Program Penjagaan Mutu (QA) dan
Pengendalian Mutu (QC) Pendidikan.
• Mengkoordinasikan pelaksanaan program
pengembangan diri melalui Bimbingan Konseling
dan ekstrakulikuler.
• Mengkoordinasikan kegiatan pembelajaran
akademik dan pembelajaran non akademik.
• Mengkoordinasikan pelaksanaan supervise sebagai
aksion riset dan pelaporan tingkat efektifitas dan
produktifitas pelaksanaan pembelajarna akademik
dan pembelajaran non akademik dari pengkajian
data supervise akademik dan non akademik.
• Mengkoordinasikan pelaksanaan penjaminan mutu
(QA) dan pengendalian mutu(QC) mutu proses
belajar dan mutu hasil belajar akademik dan non
akademik.
62
3.3.2.3 Tugas Guru Mata Pelajaran
1. Menjadi figure contoh bagi siswa dalam sopan santun,
etos kerja dan disiplin.
2. Melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai agen
pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi, mendidik,
membimbing, dan melatih peserta didik sehingga menjadi
manusia berkualitas dan mampu mengaktualisasikan
potensi kemanusiaannya secara optimal.
3. Menggunakan fasilitas, peralatan dan alat bantu yang
tersedia secara efektif dan efisien.
4. Mengarahkan kepada pendekatan kompetensi agar dapat
mengasilkan lulusan yang mudah beradaptasi, memiliki
motivasi, kreatif, mandiri, mempunyai etos kerja yang
tinggi, memahami belajar seumur hidup, dan berpikir
secara logis dalam menyelesaikan masalah.
5. Membuat persiapan pembelajaran siswa dalam
Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran:
a. Menyusun silabus mandiri sesuai standar isis dan
standar kompetensi llulusan standar nasional atau
standar nasional plus dan atau standar kurikulum
tingkat internasional.
63
b. Mengidentifikasi silabus mandiri dalam pemetaan
alat pelajaran, sumber belajar, model pembelajaran
interaktif dan penilaian otentik.
c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran atau
disiplin disain pembelajaran siswa (Lesson Scheme
Works)
d. Menentukan standar kriteria ketuntasan minimal
mata pelajaran yang dimiliki.
e. Menyusun kisi-kisi tes tertulis dan non tes untuk
menyusun Paket Uji Kompetensi setiap
Kompetensi Dasar sesuai karakteristik mata
pelajaran dalam penguasaan dan Pemahaman
konsep dan Penerapan Konsep atau menguji
kemampuan kognitif, skills dari afektif.
f. Melaksanakan proses oembelajaran interaktif
berbasis kecerdasan sesuai model pembelajaran
interaktif yang dipilih dan sesuai jadwal
pembelajaran.
g. Melaksanakan Penilaian autentik berbasis
kecerdasan setiap pokok materi sesuai Standar
Kompetensi(SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
melalui tes tertulis, observasi dan atau tugas-tugas
lain sesuai karakterisktik mata pelajaran yang
dimiliki, remedial dan atau pengayaan.
64
h. Melaporkan hasil belajar kepada Kepala Sekolah
sesuai sistem informasi manajemen penilaian
melalui Kepala Sekolah tentang:
a. Perkembangan pencapaian Ketuntasan
belajar setiap Uji Kompetens KD(UH),
UTS dan UAS berdasarkan KKM dan SNP.
b. Nilai Raport atau Laporan hasil belajar
siswa setiap tengah semester, akhir
semester, akhir tahun pelajaran.
c. Perkembangan Gane Score Achivement
(GSA) setiap hasil uji kompetensi kepada
siswa secara klasikal.
d. Perkembangan analisa hasil penilaian
sebagai langkah pengendalian mutu atau
quality control (QC) dan pengendalian
mutu atau quality assurance(QA) dari
mutu proses da mutu hasil belajar sesuai
mata pelajaran yang dimiliki.
3.3.2.4 Tugas Wali Kelas
Wali kelas membantu Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekola
dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Mengelola perkembangan kemajuan prestasi siswa dan
situasi kelas
65
2. Menyelenggarakan administrasi kelas meliputi:
a. Membuat denah tempat duduk siswa,
b. Mengatur daftar piket kelas,
c. Merekap kehadiran dan absensi siswa,
d. Mengontrol buku kegiatan pembelajaran,
e. Mengontrol tata tertib kelas,
f. Mengisi pengolahan nilai siswa(leger),
g. Menyusun catatan khusus tentang siswa,
h. Mengisi buku laporan hasil belajar siswa(rapor)
i. Melaporkan mutu hasil belajar akademik semua
mata pelajaran di kelasnya,
j. Membagi buku LHBS (rapor) secara langsung
kepada orang tua siswa.
3.3.2.5 Tugas Kepala Tata Usaha / Koordinator Administrasi
Sekolah
1. Menyusun Program Pengembangan Administrasi Sekolah
(PPAS).
2. Menyusun administrasi ketenagaan dan kesiswaan.
3. Mengembangkan dan pembinaan kerja yang efektif dan
efisien pelayanan administrasi sekolah.
4. Menyusun administrasi perlengkapan sekolah.
5. Menyajikan data/statistik siswa.
6. Mengkoordinasikan dan melaksanakan 7K.
66
7. Mengembangkan Sistem Informasi Manajement (SIM)
administrasi sekolah agar pelayanan cepat, tepat, dan
menyenangkan.
8. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan
ketatausahaan secara berkala.
3.4 Sistem Pembelajaran Yang Sedang Berjalan
Dari hasil diskusi dan wawancara dengan pihak SMA Gonzaga mengenai
sistem pembelajaran yang berlajan selama ini, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pada awal tahun ajaran baru, Wakasek bidang kurikulum akan membuat rencana
jadwal mengajar yang akan diberikan kepada guru-guru bidang studi sesuai
dengan kurikulum yang ditetapkan Depdiknas yaitu kurikulum KTSP. Guru
bidang studi merancang materi-materi yang akan diajarkan sesuai dengan
kurikulum KTSP tersebut. Rencana tersebut, kemudian akan dipertimbangkan
oleh guru bidang studi untuk direvisi jika ada perubahan. Wakasek bidang
kurikulum akan mengarsipkan jadwal proses belajar mengajar yang pasti dan
materi mengajar guru. Wakasek kurikulum akan memberikan jadwal mengajar
yang pasti beserta silabus pelajaran. Secara otomatis saat jadwal mengajar para
guru telah ditentukan jadwal pelajaran siswa akan disesuaikan .
Mulai tahun ajaran 2009/2010 di SMA Gonzaga telah diterapkan metode
baru dalam proses belajar mengajar yaitu metode moving class di mana bukan
guru yang menghampiri murid, tetapi sebaliknya murid yang menuju kelas yang
sudah ditentukan dan guru sudah siap di kelas (Guru memiliki ruangnya sendiri).
Di kelas guru akan memberi pelajaran berupa penjelasan materi, catatan, latihan,
67
tugas, ulangan, diskusi dan lain-lain. Siswa juga dapat bertanya kepada guru, dan
guru akan menjawab pertanyaan siswa tersebut. Guru akan memberikan nilai dari
tugas atau ulangan yang telah dikerjakan oleh siswa.
Setiap nilai dari latihan dan ulangan yang diberikan para guru bidang studi
kepada siswa akan dimasukkan ke dalam buku nilai. Ada 3 jenis ulangan yang
diberikan yaitu ulangan harian, ulangan blok dan ulangan umum. Ulangan harian
diberikan sesuai dengan perencanaan masing-masing guru bidang studi, 3 kali
ulangan harian tiap semesternya. Ulangan blok berlangsung saat pertengahan
semester, pelaksanaannya telah ditentukan oleh sekolah. Setelah dilakukan
penilaian, dikumpulkan beberapa siswa yang hasil ulangannya tidak memenuhi
standar penilaian guru, maka siswa itu wajib untuk mengikuti remedial atau
pengulangan untuk memperbaiki nilai ulangannya. Sebelum ulangan umum,
maka akan diadakan clinical program untuk me-review materi-materi yang telah
diajarkan sebelumnya. Ulangan umum berlangsung di akhir semester,
pelaksanaannya juga telah ditentukan jadwalnya oleh sekolah. Setiap akhir
semester guru bidang studi mengakumulasikan nilai siswa berdasarkan nilai
tugas dan ulangan. Nilai-nilai tersebut nantinya dipisahkan menurut kelas dan
diberikan kepada wali kelas. Wali kelas akan memasukan nilai tiap siswa
kedalam rapor untuk kemudian diberikan kepada orangtua murid, sebagai
laporan hasil belajar anaknya selama disekolah pada semester tersebut.
68
Adapun jadwal proses belajar mengajar di SMA Gonzaga adalah sebagai berikut:
Jam 07.00 - 07.45 : Pelajaran Pertama (I)
Jam 07.45 - 08.30 : Pelajaran Kedua (II)
Jam 08.30 – 09.15 : Pelajaran Ketiga (III)
Jam 09.15 – 09.30 : Istirahat Pertama
Jam 09.30 – 10.15 : Pelajaran Keempat (IV)
Jam 10.15 – 11.00 : Pelajaran Kelima (V)
Jam 11.00 - 11.45 : Pelajaran Keenam (VI)
Jam 11.45 – 12.10 : Istirahat Kedua
Jam 12.10 – 12.50 : Pelajaran Ketujuh (VII)
Jam 12.50 – 13.30 : Pelajaran Kedelapan (VIII)
Catatan:
• Hari Senin s/d. Kamis 8 jam pelajaran
• Hari Jumat dan Sabtu 6 jam pelajaran
• Lima menit sebelum pelajaran I, IV, dan VII siswa harus siap di dalam kelas.
69
Gambar 3.2 Sistem Pembelajaran yang Berjalan
70
3.4.1 Sistem Ujian Remedial
Sistem ujian remedial yang berjalan selama ini, dapat dijelaskan
sebagai berikut. Setelah guru menilai ulangan harian atau ulangan blok
yang telah dikerjakan oleh siswa. Maka guru tersebut mengetahui siswa
mana saja yang harus mengikuti remedial. Siswa yang harus mengikuti
remedial adalah siswa yang nilai ulangan harian atau ulangan bloknnya
kurang dari standar nilai yang telah ditetapkan sekolah yaitu 72. Siswa
yang mengikuti remedial cukup banyak.
Guru akan mengumumkan jadwal remedial di papan tulis. Pada
saat waktu remedial tiba, siswa yang telah menempati ruangan yang telah
ditentukan harus mengerjakan soal remedial yang telah diberikan oleh
guru dan setelah selesai mengerjakannya, siswa mengumpulkan jawaban
remedial tersebut. waktu dalam mengerjakan soal remedial adalah 45
menit. Setelah dikumpulkan maka guru akan menilai remedial tersebut
dan memberikan nilai remedial kepada siswa.
Apabila nilai dari siswa yang mengikuti remedial masih dibawah
standar yang telah ditetapkan sekolah sebanyak tiga kali berturut-turut,
maka guru akan melaporkan hal tersebut kapada moderator. Moderator
akan memberikan surat peringatan kepada siswa, untuk dapat
meningkatkan nilainya tersebut. Apabila remedial yang berikutnya masih
dibawah standar maka, guru akan melapor kembali kepada moderator,
wali kelas akan membuat surat peringatan yang akan ditujukan kepada
orang tua siswa.
71
Apabila siswa yang diharuskan mengikuti remedial tetapi tidak
mengikuti remedial tersebut sebanyak dua kali berturut-turut maka guru
akan melaporkan kepada moderator. Moderator akan memberikan surat
peringatan kepada siswa tersebut, untuk harus dapat mengikuti remedial
yang berikutnya. Tetapi, apabila remedial yang berikutnya tetap tidak
diikuti oleh siswa tersebut. Maka, guru akan melapor kepada moderator,
lalu moderator akan memberikan surat peringatan kepada orang tua
siswa.
Gambar 3.3 Rich Picture Remedial
72
3.4.2 Sistem Pembelajaran Clinical Program
Clinical Program atau sering dikenal dengan program pengayaan
pelajaran merupakan salah satu program sekolah dalam meningkatkan
kualitas belajar siswa. Program ini berlaku bagi mata pelajaran pokok
seperti IPA (Fisika, Kimia, Biologi, Matematika), IPS (Ekonomi,
Akuntansi, Sejarah, Geografi,), Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Sistem pembelajaran Clinical Program yang berjalan selama ini, dapat
dijelaskan sebagai berikut. Setelah guru menilai ulangan blok dari siswa.
Maka siswa yang ulangan bloknya kurang dari 72 maka harus mengikuti
clinical program agar persiapan menghadapi UAS lebih siap lagi. Jadwal
ulangan blok akan diumumkan kepada siswa melalui papan tulis.
Pada saat clinical program berlangsung maka guru akan me-
review materi selama 1 semester. Lalu guru akan memberikan catatan
kepada siswa dan menjawab pertanyaan apabila ada pertanyaan dari
siswa. Guru akan memberikan soal latihan untuk dikerjakan oleh siswa
dan kemudian dilakukan pembahasan soal. Clinical Program
dilaksanakan setiap selesai jam sekolah dan berlangsung selama 3 jam.
73
Gambar 3.4 Rich Picture Sistem Clinical Program
74
3.4.3 Pembelajaran Bahasa Inggris Kelas X
Pembalajaran bahasa inggris kelas X memiliki standar kompetensi
sebagai berikut:
1. Mendengar ( Listening )
Memahami berbagai makna(interpersonal, ideasional, tekstual)
dalam berbagai teks lisan interaksional dan menolong terutama
yang berbentuk descriptive, narrative, spoof/recount, procedure,
report, news item, anekdot, exposition, explanation, discussion,
commentary, dan review.
2. Berbicara (Speaking)
Mengungkapkan berbagai makna (interpersonal, ideasional,
tekstual) dalam berbagai teks lisan interaksional dan menolong
terutama yang berbentuk descriptive, narrative, spoof/recount,
procedure, report, news item, anekdot, exposition, explanation,
discussion, commentary, dan review.
3. Membaca (Reading)
Memahami berbagai makna(interpersonal, ideasional, tekstual)
dalam berbagai teks lisan interaksional dan menolong terutama
yang berbentuk descriptive, narrative, spoof/recount, procedure,
report, news item, anekdot, exposition, explanation, discussion,
commentary, dan review.
4. Menulis (Writing)
Mengungkapkan berbagai makna (interpersonal, ideasional,
tekstual) dalam berbagai teks lisan interaksional dan menolong
75
terutama yang berbentuk descriptive, narrative, spoof/recount,
procedure, report, news item, anekdot, exposition, explanation,
discussion, commentary, dan review.
Materi pembelajaran bahasa inggris kelas X terdiri dari tahapan-
tahapan sebagai berikut:
1) Recount Text
2) Narrative Text
3) Procedure
4) Descriptive
5) News Item
6) Passive Voice
7) Reported Speech
8) Report
9) Analytical Exposition
10) Noun Phrase
11) Adjective Clause
12) Spoof
13) Hortatory Exposition
14) Complex Sentences
15) Modals
16) Conjunction
76
a. Permasalahan yang Dihadapi
Berdasarkan hasil analisis sistem yang berjalan di SMA Gonzaga Jakarta
terdapat permahasalahan yang dihadapi yaitu:
- Kurangnya waktu untuk kegiatan clinical program yang sekarang
ini hanya dilakukan sebanyak 1 pertemuan dengan durasi 3 jam
untuk membahas materi selama satu semester.
- Guru mengalami kesulitan untuk mendistribusikan materi
tambahan kepada siswa.
- Jumlah siswa yang mengikuti remedial dari tiap kelas tidak
menentu, dan seringkali adanya perbedaan kegiatan sepulang
sekolah membuat guru harus mengadakan ujian remedial susulan.
b. Usulan pemecahan masalah
Usulan pemecahan masalah yang terjadi di SMA Gonzaga yaitu
merancang suatu sistem E-Learning, dengan pertimbangan sistem tersebut
akan mampu digunakan untuk:
• Memberikan siswa lebih banyak soal review beserta
penjelasannya..
• Mendistribusikan materi tambahan untuk siswa dengan cepat
dengan adanya fasilitas multimedia dan blog.
• Memungkinkan siswa melakukan ujian remedial secara online.
77
E-Learning merupakan solusi yang paling baik untuk menjawab
permasalahan yang terjadi di SMA Gonzaga dengan alasan:
1. Penambahan waktu belajar diluar waktu sekolah kurang
memungkinkan karena adanya peraturan mengenai waktu belajar
di sekolah.
2. Infrastruktur yang dimiliki oleh SMA Gonzaga telah terpenuhi
dimana SMA Gonzaga sudah memiliki:
• Koneksi hot-spot internet,
• server,
• switch/router,
• kabel jaringan,
• Komputer yang terhubung dengan internet terdapat di
ruang guru dan ruang komputer.
• LCD Proyektor pada setiap ruang kelas, ruang komputer
dan laboratorium bahasa inggris.
• Laptop pribadi yang telah dimiliki oleh beberapa guru,
sehingga nantinya dibutuhkan penambahan komputer
untuk tiap-tiap kelas. (ini bukan merupakan suatu
keharusan).
78
c. Kebutuhan Proses Informasi
Untuk mendukung proses perancangan system yang akan diusulkan, maka
dibutuhkan proses informasi yang mencakup :
1. Informasi siswa dan guru yang aktif di SMA Gonzaga Jakarta
2. Informasi seringnya penggunaan komputer di kalangan siswa dan
guru.
3. Informasi tempat pengaksesan internet yang biasa digunakan,
khususnya oleh para siswa.
4. Informasi pemahaman siswa dan guru mengenai E-Learning.
5. Informasi penilaian siswa terhadap sistem yang berjalan saat ini.
6. Informasi mengenai hambatan utama yang dialami siswa dalam
sistem pembelajaran saat ini.
7. Informasi penilaian fitur utama yang perlu tersedia untuk mengatasi
masalah pada sistem Clinical Program yang berjalan.
Berdasarkan poin-poin kebutuhan informasi di atas, maka akan dilakukan
sebuah pengumpulan data dari hal-hal tersebut melalui penyebaran kuesioner
yang akan dibagikan kepada siswa kelas X , serta wawancara yang akan ditujukan
kepada salah satu guru, siswa dan Wakasek yang mengajar di SMA Gonzaga
Jakarta, sehingga akan diperoleh suatu informasi yang dapat mencakup seluruh
kebutuhan informasi utama yang dibutuhkan dalam merancang sebuah sistem
Clinical Program dan ujian remedial online usulan bagi SMA Gonzaga Jakarta.
79
3.5 Kuesioner dan Wawancara
Untuk mendukung analisis terhadap permasalahan yang terjadi di SMA
Gonzaga, maka dilakukan wawancara kepada Wakasek bidang kurikulum, Guru
bahasa inggris, dan beberapa siswa serta penyebaran kuesioner kepada 50 siswa
kelas X.
3.5.1 Hasil Kuesioner
1. Apakah Anda memiliki sambungan internet di rumah?
Gambar 3.5 Diagram Persentase Jumlah Siswa yang Memiliki Sambungan Internet di
Rumah
Pertanyaan No 1 berkaitan dengan jumlah siswa yang memiliki akses internet
di rumah. Secara umum terlihat bahwa hampir semua siswa dapat mengakses
internet di rumah masing-masing. Hal ini berarti pengaksesan internet bukan
menjadi kendala bagi siswa SMA Gonzaga.
80
2. Berapa lama waktu penggunaan internet dalam sehari?
Gambar 3.6 Diagram Lama Waktu Penggunaan Internet dalam Sehari
Pertanyaan No 2 berkaitan dengan menggunakan internet. Rata-rata jumlah
jam akses internet tiap siswa dalam sehari adalah selama 2-3 jam. Hal ini
berarti bahwa siswa/i SMA Gonzaga sudah terbiasa dan membutuhkan akses
internet.
3. Jenis koneksi apa yang Anda gunakan di rumah?
Gambar 3.7 Diagram Jenis Koneksi Internet yang Digunakan
81
Pertanyaan No 3 berkaitan dengan koneksi yang digunakan untuk akses
internet di rumah. Dari data yang terkumpul disimpulkan bahwa umumnya
menggunakan koneksi ADSL untuk akses internet di rumah, sisanya
menggunakan koneksi wi-fi , broadband 3G dan dial-up. Hal ini penting
dalam pembangunan website nantinya dimana fitur-fitur dan desain web
harus menyesuaikan dengan kecepatan akses internet para siswa.
4. Menurut Anda, apakah mata pelajaran bahasa inggris itu sulit?
Gambar 3.8 Diagram Tingkat Kesulitan Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Pertanyaan nomor 4 berkaitan dengan tingkat kesulitan mata pelajaran bahasa
inggris. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa 14 % siswa sample
menyatakan sulit untuk mempelajari mata pelajaran bahasa inggris. 64%
siswa sample menyatakan mata pelajaran bahasa inggris cukup sulit untuk
dipelajari dan 22% menyatakan mata pelajaran bahasa inggris mudah
dipelajari.
82
5. Apakah Anda mengikuti les tambahan untuk mempelajari bahasa inggris?
Gambar 3.9 Diagram Siswa yang Mengikuti Les Tambahan Bahasa Inggris
Pertanyaan nomor 5 berkaitan dengan tingkat kesulitan pelajaran bahasa
inggris sehingga siswa mengikuti les tambahan bahasa inggris. Dari data
yang telah terkumpul disimpulkan bahwa 24 % siswa sample mengikuti les
tambahan bahasa inggris. 76% siswa sample tidak mengikuti les tambahan
bahasa inggris. Dari wawancara lebih lanjut dengan siswa/i yang tidak
mengikuti les tambahan bahasa inggris menyatakan alasan beragam yaitu
karena kegiatan sekolah yang padat oleh kepanitian acara sekolah dan tidak
ada biaya untuk mengikuti les tambahan bahasa inggris.
83
6. Menurut Anda, bagaimana proses pembelajaran bahasa inggris di SMA
Gonzaga?
Gambar 3.10 Diagram Proses Pembelajaran Bahasa Inggris di SMA Gonzaga
Pertanyaan No 6, berkatian dengan cara pembelajaran bahasa inggris di SMA
Gonzaga. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa 54 % siswa sample
menyatakan sudah cukup baik, 40% menyatakan pembelajaran bahasa inggris
sudah baik. 6% siswa sample menyatakan pembelajaran bahasa inggris
sangat baik.
84
7. Apakah sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran bahasa inggris
sudah dipergunakan secara maksimal?
Gambar 3.11 Diagram Penggunaan Sarana dan Prasarana dalam Proses Pembelajaran
Bahasa Inggris
Pertanyaan No 7, mengenai sarana dan prasarana yang mendukung untuk
pembelajaran bahasa inggris. Sarana dan prasarana yang dimaksud yaitu
proyektor, papan tulis, internet, ruang laboratorium bahasa inggris, ruang
audio visual, dll. Dari data yang didapat dapat disimpulkan 72% siswa
sample menyatakan bahwa penggunaan sarana dan prasarana belum
digunakan secara maksimal. 28% siswa sample menyatakan bahwa
penggunaan sarana & prasarana sudah digunakan secara maksimal.
85
8. Apakah kendala yang ditemukan dalam pembelajaran bahasa inggris di
sekolah?
Gambar 3.12 Diagram Kendala yang Ditemukan dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
di SMA Gonzaga
Pertanyaan No 8 berkaitan dengan kendala - kendala yang dirasakan siswa
saat pembelajaran bahasa inggris berlangsung di kelas. Dari data yang
terkumpul dapat disimpulkan bahwa 50% siswa sample menyatakan sarana
dan prasarana yang kurang mendukung, 24% menyatakan bahwa jumlah
waktu pembelajaran yang kurang, 10% siswa sample menyatakan pengajar
bahasa inggris yang kurang kompeten(kualitas). Dan 16% siswa sample
menyatakan alasan lain diantaranya yaitu karena siswa/i kurang fokus, cara
mengajar guru yang kurang menarik, pelajaran yang diberikan terlalu dasar,
dan beberapa siswa merasa kurang mampu dalam mata pelajaran bahasa
inggris.
86
9. Apakah waktu pembelajaran bahasa inggris di sekolah sudah cukup?
Gambar 3.13 Diagram Waktu Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah
Pertanyaan No 9 berkaitan dengan durasi pembelajaran bahasa inggris di
sekolah. Dari data yang terkumpul disimpulkan bahwa 54% siswa sample
merasa durasi pembelajaran bahasa inggris masih kurang. 46% siswa sample
menyatakan waktu pembelajaran bahasa inggris sudah cukup.
87
10. Apakah Anda mengikuti clinical program untuk mata pelajaran bahasa
inggris?
Gambar 3.14 Diagram Jumlah Siswa yang Mengikuti Clinical Program
mata pelajaran Bahasa Inggris
Pertanyaan No 10 berkaitan dengan jumlah siswa yang mengikuti clinical
program mata pelajaran bahasa inggris di sekolah. Dari data yang terkumpul
disimpulkan bahwa 68 % siswa sample mengikuti clinical program mata
pelajaran bahasa inggris dan 32% tidak mengikuti clinical program. Hal ini
menunjukkan masih banyak siswa yang kesulitan dalam memahami materi
bahasa inggris sehingga harus mengikuti clinical program.
88
11. Apakah clinical program membantu Anda dalam memahami materi bahasa
inggris?
Gambar 3.15 Diagram Manfaat dari Clinical Program untuk Pembelajaran
Bahasa Inggris
Pertanyaan No 11 berkaitan dengan peran clinical program dalam membantu
pembelajaran bahasa inggris. Dapat disimpulkan 76% siswa sample yang
mengikuti clinical program menyatakan sangat terbantu dengan program
tersebut. Sedangkan 24% menyatakan tidak terbantu, alasan mereka yaitu
karena waktu pengadaan clinical program setelah jam sekolah sehingga
menjadikan mereka tidak dapat menangkap materi karena kelelahan.
89
12. Apakah clinical program berjalan efektif di SMA Gonzaga?
Gambar 3.16 Diagram Keefektifan Clinical Program yang Telah Berjalan
Pertanyaan No 12 berkaitan dengan tingkat keefektifitasan clinical program
yang telah berjalan. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa 35% siswa
sample menyatakan clinical program telah berjalan efektif, 41% menyatakan
cukup efektif dan 24% menyatakan belum efektif.
90
13. Apakah Anda pernah mengikuti pembelajaran e-learning?
Gambar 3.17 Diagram Persentase Siswa yang Pernah Mengikuti E-Learning
Pertanyaan No 13 berkaitan dengan pengetahuan siswa dengan e-learning.
Dari data yang diperoleh disimpulkan bahwa siswa pada umumnya belum
tahu dan belum pernah menggunakan e-learning sebagai sarana belajar.
3.5.2 Hasil Wawancara
Wawancara Kami lakukan sejalan dengan observasi untuk
mengetahui penjelasan lebih lanjut tentang sistem yang sedang berjalan di
SMA Gonzaga sekarang ini. Di bawah ini merupakan rangkuman dari
proses wawancara Kami dengan Wakasek Bidang Kurikulum SMA
Gonzaga :
T: Bagaimana kegiatan belajar mengajar di SMA Gonzaga ?
J: Kami menggunakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pengajaran)
yang memberikan otoritas kepada sekolah untuk menetapkan nilai
91
minimum kelulusan suatu mata pelajaran. Nilai tersebut harus sama
dengan atau di atas nilai standar kelulusan yang tercantum dalam
buku pedoman KTSP. Bagi siswa belum mencapai nilai yang
ditetapkan sekolah, maka siswa belum lulus dan diwajibkan
mengikuti ujian remedial.
T: Apakah Bapak mengetahui e-learning ?
J: Ya. Kami bahkan berencana untuk menerapkan e-learning dengan
nama GonzL untuk mendukung moving class yang akan diterapkan
secara penuh pada tahun 2011. Sistem moving class ini sekarang sudah
mulai diterapkan tapi masih dilakukan per-kelas. Jadi, setiap mata
pelajaran siswa pindah kelas. Di tahun 2011, yang merupakan rencana
pemerintah juga, moving class yang akan berjalan memungkinkan
adanya percampuran antara kelas X, XI, XII di kelas yang sama,
seperti halnya sistem perkuliahan.
T: E-learning seperti apakah yang Bapak harapkan untuk diterapkan di
SMA Gonzaga?
J: E-learning yang dapat mendukung proses pembelajaran siswa di
sekolah dan di rumah, termasuk mendukung penjadwalan, nilai, dan
clinical program.
92
T: Dapatkah Bapak jelaskan apa yang dimaksud dengan Clinical
Program ?
J: Clinical Program adalah sebuah program pengayaan yang diadakan
sebanyak 1 pertemuan menjelang Ujian Akhir Semester dengan durasi
3 jam. Program ini diperuntukkan bagi siswa kelas X yang nantinya
akan mulai penjurusan. Clinical program ini tidak diikuti oleh semua
siswa kelas X. Hanya untuk siswa yang mendapatkan nilai Ujian Blok
yang di bawah standar SMA Gonzaga. Yang diajarkan di clinical
program adalah materi pembelajaran selama 1 semester. Jadi ini
semacam review. Para guru memiliki metode pengajaran yang
berbeda-beda untuk clinical program. Ada yang menerangkan kembali
seluruh materi atau dengan pembahasan soal. Waktu yang terbatas
tidak memungkinkan para guru mengajar secara efektif di clinical
program.
Untuk memperjelas apa yang disampaikan oleh Wakasek Bidang
Kurikulum, maka Kami mewawancarai guru mata pelajaran bahasa
inggris. Demikian rangkuman dari wawancara tersebut :
T: Apakah kendala yang Bapak hadapi ketika mengajar?
J: Karena pelajaran bahasa inggris terbagi menjadi 2, yaitu teori dan
praktek, maka waktunya pun terbagi meskipun apa yang dipelajari
93
sangat berkaitan. Sehingga banyak siswa yang kurang memahami
materi yang diajarkan.
T: Bagaimana hasil ujian selama ini?
J: Karena SMA Gonzaga menetapkan nilai minimal untuk mata pelajaran
bahasa inggris 72, yang lebih tinggi 7 poin bila dibandingkan nilai
standar yang tercantum dalam buku pedoman KTSP, maka jumlah
siswa yang “gagal” menjadi cukup banyak setiap kali ujian.
T: Apa yang harus dilakukan siswa ketika dikategorikan “gagal”?
J: Siswa wajib mengikuti ujian remedial yang biasanya diadakan setelah
jam pulang sekolah. Karena jumlah siswa yang mengikuti remedial
tidak menentu, maka dilakukan penggabungan bagi yang seangkatan.
Soal yang diberikan berbeda dengan soal ujian sebelumnya, tapi masih
dalam pokok bahasan yang sama. Nilai yang bisa didapatkan siswa
maksimal 72, sesuai dengan standar minimum yang ditetapkan.
T: Apakah kriteria penilaian untuk mata pelajaran bahasa inggris?
J: Bahasa inggris memiliki 4 aspek penilaian, yaitu : reading, listening,
writing, dan speaking. Materi yang selama ini diajakan di sekolah
nantinya akan mendukung 4 aspek tersebut. Untuk memenuhi 4 aspek
tersebut, maka siswa harus menguasai grammar, didukung dengan
kemampuan berbicara yang baik (untuk speaking) dan mendengar
94
yang baik (untuk listening). Berdasarkan pengalaman, siswa masih
lemah di speaking dan listening, hal itu diakibatkan kurangnya latihan,
Kreatifitas guru dalam mengajar sangat dibutuhkan dalam
menyampaikan materi bahasa inggris. Saya sendiri selalu mencari
podcast sebagai bahan pembelajaran tambahan bagi siswa dan menulis
di blog yang berisi penjelasan tambahan mengenai apa yang diajarkan
di sekolah atau informasi-informasi umum berkaitan dengan bahasa
inggris untuk dibaca oleh siswa.
Karena keterbatasan hasil dari kuesioner, maka Kami
mewawancarai beberapa siswa untuk memperjelas apa yang Kami dapat
dari kuesioner dan melihat apa saja kendala-kendala yang dihadapi bila
dilihat dari sisi siswa. Dari beberapa siswa yang Kami wawancarai, Kami
merangkum menjadi satu apa yang Kami dapat dari para siswa :
T: Bagaimana proses pembelajaran bahasa inggris di sekolah selama ini ?
J: Menurut Saya, pembelajarannya sama saja dengan mata pelajaran lain.
Hanya saja Saya tidak bisa terlalu bergantung pada apa yang diajarkan
di kelas bila ingin memahami materi-materi bahasa inggris. Saya dan
mungkin banyak teman-teman lain juga mengikut les di luar. Sejauh ini
apa yang Saya dapat di sekolah masih sangat terbatas. Meskipun
pemanfaatan fasilitas seperti lab bahasa juga sudah cukup baik dan
beberapa guru pun sudah mulai memaksimalkan fasilitas yang
diberikan sekolah.
95
T: Apa yang Anda ketahui mengenai clinical program?
J: Clinical program diadakan di akhir semester sebagai pelajaran
tambahan setelah pulang sekolah.
T: Apakah banyak siswa yang mengikuti clinical program?
J: Cukup banyak dan disaring berdasarkan nilai ujian blok. Tetapi terkadang
ada siswa yang ingin mengikuti clinical program meskipun nilai ujian
bloknya mencapai nilai minimum yang ditetapkan.
T: Bagaimana proses pembelajaran di clinical program itu sendiri? Sama
seperti di kelas reguler?
J: Ya, kurang lebih sama. Tetapi karena materi yang disampaikan adalah
penggabungan dari seluruh materi yang diajarkan per semester, maka
guru menerangkannya secara lebih cepat. Memang ini merupakan
pengulangan yang seharusnya tidak perlu diterangkan kembali secara
detail. Maka sangat dibutuhkan keaktifan ekstra bagi siswa untuk
meminta penjelasan ulang bagi materi yang memang benar-benar belum
dimengerti. Waktu 3 jam yang disediakan sepertinya masih kurang, tetapi
untuk 3 jam itu saja bisa Kami jalani karena sekolah meniadakan kegiatan
ekstrakurikuler atau kepanitiaan menjelang Ujian Akhir Semester.
96
T: Apakah Anda pernah tidak mencapai nilai standar minimum yang
ditetapkan sekolah?
J: Ya, pernah beberapa kali.
T: Bagaimanakah proses ujian perbaikan atau remedial diadakan di SMA
Gonzaga?
J: Ujian dilakukan setelah jam pelajaran berakhir. Biasanya digabung
dengan kelas lain yang seangkatan. Soal biasanya berupa soal essay yang
berbeda dengan ujian sebelumnya. Apabila ada kegiatan sepulang sekolah
yang tidak bisa ditinggalkan, biasanya Saya meminta ijin untuk
mengikuti ujian remedial di lain hari.
3.5.3 Kesimpulan Kuesioner dan Wawancara
Secara keseluruhan, dapat Kami simpulkan bahwa standar nilai
yang ditetapkan SMA Gonzaga menuntut para siswanya untuk mencapai
nilai yang cukup tinggi. Sayangnya, clinical program sebagai program
yang diharapkan dapat membantu siswa, dirasa kurang berhasil dalam
pelaksanaannya. Materi-materi tambahan yang seharusnya disampaikan
seringkali tidak tersampaikan akibat kurangnya waktu pelaksanaan
clinical program tersebut.
Sebenarnya hal itu bukan hanya terjadi pada saat clinical
program, tetapi juga dalam kegiatan belajar mengajar reguler yang
berdampak pada banyaknya siswa yang mendapatkan nilai dibawah
97
standar. Pada akhirnya, hal tersebut-lah yang menimbulkan kewajiban
bagi siswa untuk mengikuti ujian remedial sebagai ujian perbaikan dan
mengikuti clinical program sebagai persiapan Ujian Akhir Semester.
Tingkat pemahaman siswa yang masih perlu ditingkatkan itu pula yang
membuat banyaknya siswa Gonzaga mengikuti les tambahan bahasa
inggris di luar sekolah. Padahal di SMA Gonzaga sendiri Kami lihat
sarana dan prasarana yang dimiliki sudah cukup lengkap, hanya
pemanfaatannya saja yang kurang dimaksimalkan.
Ujian remedial, seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
diadakan untuk memperbaiki nilai ujian yang belum mencukupi.
Pelaksanaannya cukup merepotkan karena dilakukan penggabungan dari
tiap kelas per angkatan dengan jumlah siswa yang berbeda-beda. Siswa
dengan kegiatan sepulang sekolah yang berbeda-beda tentu akan sulit
disatukan dalam satu waktu.
Berdasarkan kuesioner yang kami sebarkan di SMA Gonzaga
juga dapat dilihat bahwa para siswa sudah sangat menyadari keberadaan
internet sebagai sarana penyampai informasi, hiburan, dll. Sebagian besar
dari mereka juga telah memiliki sambungan internet di rumah masih-
masing. Tapi dalam hal penerapan e-learning, kami melihat sangat
sedikitnya siswa yang telah mengetahui atau bahkan menjalani proses
belajar dengan e-learning. Oleh karena itu, kami mengusulkan sistem e-
learning untuk mendukung clinical program dan ujian remedial online
yang akan memenuhi kriteria di bawah ini :
98
1. Memaksimalkan peranan clinical program untuk mencapai target
nilai yang telah ditetapkan sekolah dengan menyediakan kumpulan
soal-soal sebagai bahan latihan lengkap dengan penjelasannya.
2. Memudahkan guru dalam pendistribusian materi tambahan kepada
siswa dengan menyediakan fitur multimedia dan blog.
3. Memungkinkan ujian remedial dilakukan secara online untuk
menghemat penggunaan waktu dan tempat, serta memudahkan
guru dalam pemilihan dan pemberian soal kepada siswa.