32
BAB 3
SISTEM HIERARKI GEREJA BALA KESELAMATAN
3.1. Pendahuluan
Di dalam Bab 2, penulis telah menjelaskan bahwa pada hakikatnya gereja merupakan
suatu persatuan dan persekutuan antar manusia. Gereja merupakan masyarakat yang
sempurna, dalam arti dia tidak tunduk kepada suatu masyarakat lain, dan juga dia memenuhi
semua syarat yang dituntut oleh suatu institusi yang sempurna. Institusi dipahami sebagai
satu lembaga yang mengatur perjalanan kehidupan gereja. Institusi tersebut dibentuk untuk
menjawab kebutuhan, artinya bagaimana institusi tersebut membuat pelayanan gereja
menjadi lancar. Hal tersebut, tidak terlepas dari para pelayannya, bagaimana pemahaman para
pelayan berkaitan dengan gereja sebagai suatu institusi, bagaimana pelayanan berjalan
berdasarkan aturan dan peraturan yang memungkinkan institusi itu berjalan dalam arah yang
teratur.
Dalam bab ini penulis akan memaparkan hasil penelitian lapangan yang telah penulis
lakukan, hasil penelitian lapangan yang penulis peroleh terkait dengan topik yang sedang
digumuli dan diharapkan semuanya akan semakin memperkaya penulisan skripsi ini.
Sebagaimana judul skripsi ini, maka sejarah gereja Bala keselamatan, Kehadiran dan
Perkembangan Gereja Bala Keselamatan Di Indonesia, misi pelayanan Bala Keselamatan di
Indonesia, sistem hierarki Gereja Bala Keselamatan dan dampak sistem hierarki Gereja Bala
Keselamatan dalam menjalankan pelayanan Gereja merupakan unit analisis dalam penulisan
bab ini.
33
3.2. Sejarah Gereja Bala Keselamatan
Bala Keselamatan didirikan pada tahun 1865 di East End London oleh William Booth
bersama dengan isterinya Catherine Mumford, seorang mantan pendeta di Gereja Metodis.1
Booth dilahirkan di Nottingham, Inggris pada tahun 1829. Pada usia 13 tahun ia dikirim
untuk magang di sebuah pegadaian. Setelah magangnya selesai, Booth pindah ke London dan
di sana kembali ia bekerja di sebuah rumah gadai. Ia bergabung dengan sebuah Gereja
Metodis dan belakangan memutuskan untuk menjadi pendeta.
Setelah menikah William Booth menjadi seorang pengkhotbah keliling di Inggris,
sambil berkhotbah kepada siapa saja yang mau mendengarkannya. Namun Booth merasa ia
harus melakukan lebih daripada itu. Karena itu Booth kembali ke London bersama
keluarganya, dan melepaskan jabatannya sebagai seorang pendeta Metodis setelah berbeda
pendapat dengan pimpinan dan rekan-rekannya pada konferensi Methodist New Connection
pada tahun 1862 dan menjadi pengkhotbah keliling.
Tahun 1865, Booth berada di East End di London, berkhotbah kepada sekumpulan
orang di jalan-jalan. Di luar sebuah pub (klub malam) yang bernama Blind Beggar, beberapa
misionaris mendengarkan Booth berbicara dan tertarik oleh khotbahnya yang sangat
mengesankan. Karena itu, mereka meminta Booth untuk memimpin serangkaian kebaktian
kebangunan rohani yang sedang mereka selenggarakan di sebuah tenda (disebut juga Tent
Mission; sebuah penginjilan gaya John Wesley dan kaum Metodis). Booth segera sadar
bahwa inilah yang selama ini dicari-carinya. Karena itu, pada tanggal 15 Juli 1865 ia
mendirikan asosiasi perkumpulan The East London Spesial Service Committe dan kemudian
berubah menjadi Christian Revival Association (kemudian lebih dikenal dengan nama
Christian Mision).
1Hasil wawancara dengan Komisioner Ribut Basuki Kartodarsono (Komandan Teritorial Bala Keselamatan
Indonesia) pada hari Rabu, 14 Desember 2011.
34
Asosiasi ini merupakan cikal bakal dari Bala Keselamatan. Tanggal 15 Juli 1865
dijadikan sebagai hari lahir bala keselamatan, walaupun secara resmi nama Bala Keselamatan
baru digunakan pada tahun 1878. Organisasi ini pada awal terbentuknya diberi tujuan dan ciri
khas sebagai persekutuan keagamaan bagi kaum miskin, di mana mereka bisa beribadah
sambil bersama-sama mengupayakan perbaikan kondisi sosial ekonomi. Dalam waktu singkat
organisasi ini memiliki puluhan pos penginjilan dan pelayanan yang tersebar di kota London.
Booth kemudian mendaftarkan akta pendirian Bala Keselamatan kepada Mahkamah Agung
Inggris pada tanggal 13 Agustus 1878.
Sejalan dengan upaya perluasan jaringan pelayanan, dipikirkan pula pemantapan
organisasi. Untuk itu pada tahun 1870 William Booth menyusun peraturan dengan
mempedomani pola organisasi gereja Metodis, di mana konferensi merupakan pemegang
wewenang tertinggi. Tetapi berbeda dari peraturan gereja Metodis, ditetapkan bahwa jabatan
General Superintendent dipangku seumur hidup, kecuali jika konferensi membuat keputusan
lain. Di kemudian hari sebutan General Superintendent untuk pemimpin atau pejabat
tertinggi di lingkungan Bala Keselamatan diganti menjadi General atau Jenderal (setelah
William Booth dan Bramwell Booth jabatan itu tidak berlaku seumur hidup).2
Menurut Komisioner Ribut Basuki, teologi Bala Keselamatan didasarkan pada dua
pokok pemikiran:3 Pertama, bahwa pertobatan adalah sesuatu yang mutlak dalam kehidupan
orang Kristen. Orang harus percaya bahwa ia dilahirkan dalam kuasa dosa warisan dan
kelepasan hanya bisa diperoleh dengan menerima anugerah Kristus pada salib. Kedua, setelah
pertobatan orang cenderung tetap berdosa, tetapi Allah menawarkan kesempurnaan di dalam
2Hasil wawancara dengan Komisioner Ribut Basuki Kartodarsono (Komandan Teritorial Bala Keselamatan
Indonesia) pada hari Rabu, 14 Desember 2011 3Hasil wawancara dengan Komisioner Ribut Basuki Kartodarsono (Komandan Teritorial Bala Keselamatan
Indonesia) pada hari Rabu, 14 Desember 2011.
35
anugerah-Nya. Melalui anugerah itu, kasih Allah bagi manusia dan kasih manusia terhadap
Allah membersihkan sisa-sisa keakuan dan kesombongannya.
Pada tahun 1878 Bala Keselamatan juga menyempurnakan rumusan Doktrin Bala
Keselamatan, yang rumusan awalnya sudah disusun sejak 1870. Rumusan doktrin yang
berjumlah sebelas butir pengakuan ini, hingga saat ini masih tetap berlaku, sangat
mencerminkan pengaruh rumusan ajaran gereja Metodis. Isinya kemudian dijelaskan dalam
buku The Salvation Army Handbook Doctrine (terjemahan dalam bahasa Indonesia: Buku
Pengajaran Agama – Doktrin Bala Keselamatan). Berbeda dari rumusan doktrin yang tetap
berlaku hingga saat ini buku pengajaran agama ini berkembang dari waktu ke waktu, sesuai
dengan teologi yang dianut dan dikembangkan di lingkungan Bala Keselamatan.4
Komisioner Ribut Basuki menjelaskan lebih lanjut, Bala Keselamatan saat ini telah
melayani di hampir kurang lebih 124 negara termasuk di Indonesia dan selalu membuka diri
untuk bekerjasama dengan pemerintah, badan-badan Kristen, lembaga-lembaga sosial
kemasyarakatan dan semua orang demi kepentingan manusia dan kemuliaan Tuhan.
Pimpinan tertinggi Bala Keselamatan sedunia berpangkat jenderal dan berkedudukan di
London, Inggris. Kedudukan ini sekarang dijabat oleh Jenderal Linda Bond, seorang wanita
berkebangsaan Kanada.
3.3. Bentuk Pelayanan Ibadah Gereja Bala Keselamatan
Di lingkungan Gereja Bala Keselamatan, setiap hari minggu diadakan dua jenis
kebaktian: kebaktian kesucian untuk mengantar umat (yang sudah Kristen atau warga Bala
Keselamatan) dan kebaktian tebusan untuk mengajak orang-orang yang belum bertobat untuk
menerima penebusan Kristus. Kebaktian tebusan ini dalam gereja Bala Keselamatan sering
4Hasil wawancara dengan Komisioner Ribut Basuki Kartodarsono (Komandan Teritorial Bala Keselamatan
Indonesia) pada hari Rabu, 14 Desember 2011
36
disebut sebagai ibadah “Bangku kosong”, dimana orang-orang yang belum bertobat diundang
untuk maju ke depan altar untuk duduk pada sebuah kursi kemudian melakukan prosesi
pengakuan dosa dihadapan umat dan pemimpin ibadah. Selain itu juga berbagai kegiatan
penginjilan, termasuk “Kebaktian Luar” yaitu penginjilan di tempat terbuka, yang diiringi
musik. Di samping dua jenis kebaktian serta kegiatan penginjilan, dalam lingkungan Gereja
Bala Keselamatan tidak mengakui dan melayankan kegiatan sakramen Baptisan dan
sakramen Perjamuan Kudus. Bala Keselamatan tidak menjalankan kedua sakramen tersebut,
karena bagi mereka baptisan cukup dilambangkan dengan janji yang sungguh-sungguh di
hadapan Tuhan. Sementara Perjamuan Kudus tidak dilayankan karena kekuatiran bahwa hal
tersebut akan menimbulkan keinginan minum-minum di antara umat yang telah
meninggalkan minum minuman beralkohol.5
3.4. Kehadiran dan Perkembangan Gereja Bala Keselamatan Di Indonesia
Pada tanggal 24 November 1894, Jenderal William Booth (Pendiri Bala Keselamatan)
mengutus para opsir perintis dari negara Belanda, yaitu: Kapten Jacob Gerrit Brouwer serta
Ensign Adolf van Emmerik untuk membuka pekerjaan Bala Keselamatan di Hindia Belanda
(sebutan untuk Indonesia pada waktu itu).6 Sesuai dengan petunjuk Gubernur Jenderal,
mereka memilih Sapuran, sebuah desa kira-kira 50 km dari kota Purwokerto di Jawa Tengah
sebagai tempat awal pelayanan penginjilan. Untuk kelancaran pekerjaan pelayanan, mereka
mempelajari bahasa dan adat istiadat penduduk setempat. Dengan cara serta peralatan yang
sederhana, mereka mulai mengabarkan Injil, merawat orang sakit, memberi makan kepada
mereka yang lapar serta mengajar para pemuda-pemudi. Oleh karena permintaan dari
5Hasil wawancara dengan Komisioner Ribut Basuki Kartodarsono (Komandan Teritorial Bala Keselamatan
Indonesia) pada hari Rabu, 14 Desember 2011. 6Hasil wawancara dengan Komisioner Ribut Basuki Kartodarsono (Komandan Teritorial Bala Keselamatan
Indonesia) pada hari Rabu, 14 Desember 2011.
37
beberapa keluarga yang beragama Kristen, maka untuk pertama kalinya sebuah gedung
kebaktian didirikan dengan amat sederhana beberapa bulan kemudian.
Dalam bulan September 1895, datanglah bantuan beberapa orang opsir dari Inggris
dan pada akhir tahun itu juga pekerjaan Bala Keselamatan dimulai di Semarang. Pada tahun
1899 tercatat sebanyak 15 opsir. Pekerjaan yang makin meluas ini memerlukan tenaga-tenaga
dari penduduk pribumi. Oleh karena itu diadakan suatu kursus yang dimaksudkan untuk
melatih serta mendidik pemuda-pemudi bangsa Indonesia untuk menjadi Opsir. Demikianlah
Pusat Latihan Bala Keselamatan yang pertama didirikan pada tahun 1903 di Kedung Pani
(dekat Semarang). Sejak tahun 1957 Pusat Latihan Bala Keselamatan dipindahkan ke Jakarta.
Selama tujuh tahun pekerjaan Bala Keselamatan di Indonesia, berada dibawah
pengawasan Teritori Australia dan pada masa-masa permulaan banyak Opsir dari Australia
dengan sukarela menyumbangkan pikiran mereka demi kelanjutan pekerjaan Bala
Keselamatan. Baru pada tahun 1908 dengan diangkatnya Letnan Kolonel Pieter Dirk van
Rossum sebagai Komandan Teritorial yang pertama, pulau Jawa (pada waktu itu pekerjaan
Bala Keselamatan hanya ada di pulau Jawa) dijadikan Teritori tersendiri dengan nama “Het
Leger des Heils” berkedudukan di Semarang.7 Pada tahun 1913 dipindahkan ke Bandung
dengan nama Kantor Pusat Teritorial Bala Keselamatan di Indonesia. Pada bulan Februari
1960 anggaran dasar “Het Leger des Heils” dirubah dan ditetapkan seluruhnya ke dalam
bahasa Indonesia, dengan menerangkan bahwa “Het Leger des Heils” kini bernama “Bala
Keselamatan”.
Tanggal 15 September 1913, Ensign Charles Jensen dan Hendrik Loois merintis
pekerjaan Bala Keselamatan di Sulawesi Tengah. Setibanya di daerah itu, mereka memulai
pekerjaan di dua tempat, Kulawi dan Rowiga. Dalam waktu yang tidak begitu lama, mereka
7Hasil wawancara dengan Kolonel Ross R. Gower (Kepala Sekertaris Bala Keselamatan Indonesia) pada hari
Kamis, 15 Desember 2011.
38
mulai mendirikan sekolah-sekolah dan tempat-tempat penginjilan lainnya. Kini Sulawesi
Tengah merupakan salah satu jaringan kerja Bala Keselamatan yang paling luas.8 Pada
pertengahan tahun 1911, sebuah perusahaan besar dan perusahaan perkebunan mencari jalan
keluar untuk mengatasi persoalan buruh-buruh yang terserang penyakit kusta di Sumatera
Timur. Mereka meminta bantuan, Bala Keselamatan menyanggupi permintaan tersebut dan
mengirimkan Staf Kapten Robert Berney dan pada tahun 1914 disamping melayani bidang
perawatan, juga melayani pelayanan rohani.9
Pada tahun 1928, pekerjaan rohani di Ujung Pandang dimulai. Daerah Sulawesi Utara
mulai dibuka pada tahun 1933 dan opsir pertama yang dikirim oleh Kantor Pusat ialah
Ajudan dan Nyonya Edward Rosenlund. Tetapi, sebelum pekerjaan Bala Keselamatan secara
resmi dibuka di Tempat itu, beberapa anggota Bala Keselamatan penduduk pribumi telah
merintis serta bertindak sebagai pembuka jalan,diantaranya ialah Envoy H. M dan Josep O.F.
Pekerjaan Bala Keselamatan di Ambon dimulai pada tahun 1935, kemudian pada
tahun 1948 di Timor Kupang dan pada tahun 1963 Bala Keselamatan membuka pekerjaannya
di Palembang. Pusat pekerjaan rohani yang terakhir diresmikan ialah di Denpasar, Bali pada
bulan Januari 1974.10
Pimpinan Bala Keselamatan di Indonesia di sebut Komandan Teritorial, tercatat 21
orang Komandan Teritorial yang pernah memimpin Teritori Indonesia. Komandan Teritorial
saat ini dipegang oleh Komisioner Ribut Basuki Kartodarsono dan berkedudukan di
Bandung. Jumlah Korps (gereja) Bala Keselamatan di Indonesia sampai dengan saat ini
tercatat 267 Korps, Dengan jumlah anggota jemaat 15. 710 jiwa. Jumlah hamba Tuhan
(pelayan) 664 perwira, 460 Kadet. 241 pusat pekerjaan rohani; sebuah Pusat Latihan; 88
8Melattie M. Brower, Zamrud di Katulistiwa: Sejarah Gereja Bala Keselamatan Di Indonesia (Bandung: Kantor
Pusat Teritorial Bala Keselamatan, 1994), 78. 9Melattie M. Brower, Zamrud di Katulistiwa, 80. 10Melattie M. Brower, Zamrud di Katulistiwa, 83.
39
sekolah 15 pusat pelayanan kesehatan serta 14 pusat pelayanan sosial yang tersebar di
Indonesia.11
3.5 Misi Pelayanan Gereja Bala Keselamatan Di Indonesia
Misi pelayanan sosial Bala Keselamatan di Indonesia dimulai pada tahun 1902 di
Semarang. Pada tahun itu di Jawa Tengah terjadi bencana banjir dan kelaparan yang
menyebabkan beribu-ribu orang mengungsi ke Semarang. Dengan dibukanya tempat
penampungan orang-orang miskin di Bugangan, Semarang, Bala Keselamatan memulai
pekerjaan sosialnya dan sampai sekarang pekerjaan tersebut masih dilanjutkan di tempat
tersebut. Perumahan bagi orang-orang tidak mampu ini diikuti dengan pembukaan panti
asuhan, perumahan ibu dan bayi, rumah sakit; perkumpulan orang-orang yang menderita
kusta; dan lain sebagainya.
Sejak berdirinya Bala Keselamatan di Indonesia, misi pelayanan kepada anak-anak
telah menjadi salah satu bagian terpenting dari Bala Keselamatan di bidang kerohanian. Yang
menjadi tujuan pokok misi Bala Keselamatan bekerja diantara anak-anak ialah untuk
menolong mereka mengenal Tuhan pada waktu mereka masih muda, melatih serta
memajukan kehidupan kerohanian mereka. Anak-anak yang berusia 3-7 tahun mendapat
pelajaran agama yang sederhana, kemudian bila mereka ingin melanjutkan pelajaran, mereka
dapat melanjutkan ke bagian Prajurit Muda kemudian dilanjutkan lagi dengan Kadet Korps
yang anggota-anggotanya terdiri dari mereka yang berusia 13 tahun ke atas. Bukan saja
pelajaran agama yang diberikan, tetapi juga paduan suara, musik serta kerajinan tangan.
Sebelum Bala Keselamatan didirikan, Pendiri (secara khusus Chaterine Booth) merasa
bahwa wanita juga mempunyai kemampuan untuk mengabarkan Injil seperti juga kaum pria.
11Hasil wawancara dengan Kolonel Ross R. Gower (Kepala Sekertaris Bala Keselamatan Indonesia) pada hari
Kamis, 15 Desember 2011.
40
Oleh sebab itu, setelah Bala Keselamatan didirikan, maka misi pelayanan terhadap kaum
wanita pun diikutsertakan serta diberikan hak yang sama dengan kaum pria untuk
mengabarkan Injil serta tugas lainnya. Untuk tujuan ini Bala Keselamatan berusaha keras
melatih dan memajukan kaum wanita dengan beberapa cara. Di Indonesia dan negara lain ada
suatu Persekutuan Kaum Wanita yang terdiri dari kaum wanita, baik yang sudah maupun
yang belum berumah tangga, berkumpul untuk memperoleh beberapa macam pelajaran
seperti: pelajaran Alkitab, pelajaran mengurus rumah tangga, merawat anak-anak, merawat
orang-orang sakit serta mendidik anak-anak.Semua ini akan menolong mereka untuk ikut
serta dengan giat menyebarkan Injil di rumah mereka sendiri, di tetangga atau dimana pun
mereka berada.
Bagi Bala Keselamatan, Penginjilan bukan hanya terbatas di dalam ruangan kebaktian
saja. Ada penginjilan di dalam dan penginjilan di luar. Oleh sebab itu Penginjilan ke luar
merupakan suatu bagian misi pelayanan yang sangat penting. Kebaktian luar, kunjungan ke
rumah, mengunjungi orang sakit baik di rumah maupun di rumah sakit merupakan tugas yang
tidak pernah berhenti dalam kegiatan Bala Keselamatan.
3.6. Sistem Hierarki Gereja Bala Keselamatan
3.6.1. Landasan Teologi Sistem Hierarki Gereja Bala Keselamatan
Gereja Bala Keselamatan memiliki bentuk sistem hierarki yang hampir sama dengan
pola sistem kemiliteran. Kelompok Gereja ini mudah kita ketahui melalui pakaian seragam
yang mirip dengan seragam dinas militer, serta dilengkapi dengan pangkat-pangkat
kemiliteran dari prajurit sampai dengan jendral. Saat ini ada sembilan pangkat, dimulai dari
pangkat tertinggi: Jendral, Kepala Staf, Komisioner, Kolonel, Letnan Kolonel, Mayor,
41
Kapten, Letnan, dan Kadet atau prajurit.12 Meskipun secara umum sistem hierarki Gereja
Bala Keselamatan mirip dengan sistem kemiliteran, tetapi dalam tingkah-lakunya secara
pribadi seolah-olah seperti suatu keluarga dalam bentuk dan aturannya, sesuai dengan ajaran-
ajaran pokok dari Alkitab tentang kasih dan persatuan.
Dalam perkembangannya, sistem hierarki Bala Keselamatan bergantung banyak pada
tradisi untuk mendukung konsepnya tentang sistem hierarki dari gereja. Gereja Bala
Keselamatan sangat mengacu pada sejarah reformasi gereja Anglikan dan Metodis di Inggris.
Disamping itu, Bala Keselamatan juga kuat dipengaruhi oleh gerakan injili seperti aliran
Kongregasionalis, Baptis dan Quaker.13 Pada satu pihak Bala Keselamatan lahir dari
lingkungan Gereja Anglican dan Metodis di Inggris serta meawarisi semangat gerakan
kesucian (yang melatar belakangi gerakan Pentakostal dan Kharismatik). Pada pihak yang
lain Bala Kesleamatan juga menyatakan diri sebagai bagian dari gerakan injili.
Gereja Bala Keselamatan telah mengembangkan suatu organisasi yang mempunyai
banyak persamaan dengan gereja-gereja yang mengikuti sistem ”Episkopalisme”.14 Jauh dari
sikap memberikan kebebasan kepada setiap persekutuan setempat, Gereja Bala Keselamatan
menempatkan kekuatan sentralnya di kantor-kantor pusat teritorialnya. Hal ini disebabkan
sebagian karena sifat-sifat dari para perintis Bala Keselamatan, dan sebagian lagi karena
kaum Methodis yang mendahului Bala Keselamatan, yang menggunakan tata cara
pemerintahan yang agak sama. Jadi prinsip Gereja Bala Keselamatan dalam hal penyesuaian
dari langkah-langkah yang diambilnya memberikan dasar yang baik untuk pengorganisasian
gereja.
12Hasil wawancara dengan Mayor Spener N. Tetenaung, S.Th (Kepala Sekertaris Divisi Humas Bala
Keselamatan Indonesia) pada hari Selasa, 20 Desember 2011. 13Hasil wawancara dengan Mayor Spener N. Tetenaung, S.Th (Kepala Sekertaris Divisi Humas Bala
Keselamatan Indonesia) pada hari Selasa, 20 Desember 2011. 14John. J. Coutts, Inilah Yang Kami Yakini: Suatu Studi Mengenai Latar Belakang dan Arti dari Doktrin-Doktrin
Bala Keselamatan, cet. 1 (Bandung: Kantor Pusat Teritorial Bala Keselamatan, 1979), 127.
42
Catatan ini penting untuk memahami kelahiran Bala Keselamatan serta seperangkat
sistem hierarki gereja bergaya militer dan peristilahan di dalam jabatan gerejawinya. Bala
Keselamatan tidak pernah menyatakan bahwa hanya mereka sajalah yang merupakan satu-
satunya gereja yang benar, semua orang beriman boleh menerima roh dan bersaksi mengenai
hal itu. Kristus tidaklah meninggalkan tata cara tertentu untuk diikuti oleh para pengikutnya.
Dengan demikian Bala Keselamatan lebih menyesuaikan sistem hierarki mereka berdasarkan
kebutuhan jaman.15
3.6.2 Struktur Organisasi Gereja Bala Keselamatan
Pengetahuan yang tepat mengenai cara penguasaan Gereja Bala Keselamatan dan
pengertian yang jelas tentang prinsip-prinsip dasarnya, harus dimiliki oleh setiap anggota
Gereja Bala Keselamatan. Gereja Bala keselamatan sedang melaksanakan suatu peperangan
yang dahsyat melawan kuasa kejahatan, oleh sebab itu, agar berhasil, usahanya harus kokoh,
giat, cepat dan tegas. Kekuatan dan kegiatan yang menyebabkan setiap golongan dapat
melanjutkan usahanya harus selaras dengan kuasa dan dari penguasaannya. Berkaitan dengan
hal tersebut, Bala Keselamatan membutuhkan suatu struktur organisasi dan kepemimpinan
yang kuat.16
Bagian-bagian penting dalam penyelengaraan usaha Gereja Bala Keselamatan adalah
Korps, Divisi, dan Teritori (Command). Korps merupakan sejumlah prajurit (anggota jemaat)
dan rekrut yang berkumpul dan bekerja sama di bawah pemeliharaan dan pimpinan seorang
Opsir Berkuasa. Sebuah Korps biasanya memiliki gedung (gereja) dimana mereka bertemu,
dan pekerjaannya ada pada daerah tertentu.
15Hasil wawancara dengan Mayor Spener N. Tetenaung, S.Th (Kepala Sekertaris Divisi Humas Bala
Keselamatan Indonesia) pada hari Selasa, 20 Desember 2011. 16Hasil wawancara dengan Mayor Spener N. Tetenaung, S.Th (Kepala Sekertaris Divisi Humas Bala
Keselamatan Indonesia) pada hari Selasa, 20 Desember 2011.
43
Sejumlah Korps yang digabungkan disebut sebagai Divisi atau Distrik.
Kepemimpinan dilaksanakan oleh seorang Komandan Divisi atau Opsir Divisi. Apabila
Distrik, maka kepemimpinan dilaksanakan oleh Opsir Distrik. Teritori (Command) ditetapkan
menurut lingkungan daerah di dunia ini yang ada di bawah pimpinan seorang Komandan
Teritorial (Opsir Command).
Jabatan-jabatan utama di suatu Kantor Pusat Teritorial (Command) antara lain adalah
sebagai berikut: Komandan Teritorial (Officer Commanding). Bertanggung jawab atas
kelangsungan pekerjaan atau pelayanan Gereja Bala Keselamatan di seluruh wilayahnya. Sep
Sekretaris (Sekretaris Jenderal). Sebagai pimpinan kedua, bertanggung jawab atas pekerjaan
di Kantor Pusat, membantu mengawasi seluruh pekerjaan dalam Teritori (Command) atau
Sekretaris Bidang Program, dan mewakili Komandan Teritorial (Officer Commanding) bila
tidak ada di tempat. Sekretaris Lapangan (Asisten). Bertanggung jawab atas Opsir-Opsir
lapangan dan kebutuhan mereka.
Jabatan-jabatan utama di suatu Kantor Pusat Divisi antara lain: Komandan Divisi
(Opsir Divisi). Bertanggung jawab atas pekerjaan di dalam Divisi tersebut. Sekertaris Orang
Muda dan Anak-Anak. Bertanggung jawab kepada Komandan Divisi atas pekerjaan di
kalangan anak-anak dan orang muda. Seorang ”Chancellor”. Bertanggung jawab atas seluruh
pekerjaan di kalangan orang dewasa.
44
Struktur Organisasi Gereja Bala Keselamatan
Sumber: Arsip Bala Keselamatan Bandung, 2011
3.6.3. Sistem kepangkatan Di Dalam Gereja Bala Keselamatan
Sejak tahun 1878 di lingkungan Gereja Bala Keselamatan telah dilengkapi dengan
perintah dan aturan yang meniru peraturan disiplin militer dan penuh dengan metafora
kemiliteran termasuk jenjang kepangkatannya. Penggunaan perintah dan aturan serta simbol-
simbol kemiliteran tersebut diprakarsai oleh Elijah Cadman, salah seorang staf Wiliam
Booth. Alasan digunakannya perintah dan aturan serta simbol-simbol militer tersebut, antara
lain adalah: Bala Keselamatan sedang berperang melawan kerajaan iblis (kejahatan) dengan
sepenuh tenaga. Yesus Kristus merupakan komandan tertinggi dalam Bala Keselamatan, dan
Bala Keselamatan memiliki Bala tentara yang akan berperang menghadapi dunia, sifat-sifat
kedagingan dan iblis (kejahatan).17
17Hasil wawancara dengan Mayor Spener N. Tetenaung, S.Th (Kepala Sekertaris Divisi Humas Bala
Keselamatan Indonesia) pada hari Selasa, 20 Desember 2011.
45
Sistem kepangkatan di dalam Gereja Bala Keselamatan biasanya hanya diperuntukkan
bagi para Opsir (pejabat) Gereja Bala Keselamatan. Para Opsir Bala Keselamatan ialah pria
dan wanita yang telah meninggalkan segala usaha dan pekerjaannya, telah menyerahkan
hidup mereka demi dan untuk melayani Tuhan dan sesama, telah mengikuti masa latihan,
telah diangkat secara resmi menjadi opsir, dan secara penuh waktu (kecuali pensiun) menjadi
pemimpin di dalam lingkungan Bala Keselamatan.
Sebelum diangkat menjadi Opsir, mereka disebut sebagai Kandidat-Kandidat.
Kandidat-Kandidat yaitu mereka yang mencalonkan diri untuk menjadi Opsir, harus
memenuhi syarat-syarat kesehatan, umur, pengalaman rohani, tabiat, pendidikan dan
kecakapan. Kandidat-Kandidat yang diterima untuk menjadi Opsir perlu menandatangani
perjanjian-perjanjian mereka dengan Bala Keselamatan.
Mengikuti suatu masa latihan selama dua tahun dalam salah satu tempat latihan untuk
menjadi Opsir Bala Keselamatan merupakan syarat mutlak untuk dapat menjadi seorang
Opsir. Mereka yang mengikuti masa latihan disebut Kadet-Kadet. Latihan ini termasuk
perkembangan hidup rohani, sikap dan akal budi. Pengajaran diberikan dalam pelbagai mata
pelajaran diantaranya: Alkitab, Pendidikan Agama, latihan lapangan, pengetahuan umum,
cara membimbing jiwa dan pelayanan sosial. Para kadet dari Inggris dan dari beberapa negara
lain diberi latihan di Pusat Latihan Internasional, di London. Yang lain menerima latihan di
pusat latihan atau sekolah Opsir yang ada dalam teritori mereka sendiri.
Para Opsir memiliki salah satu dari pangkat sebagai berikut: Letnan, Kapten, dan
Mayor. Pangkat-pangkat lain, yang dikhususkan bagi Opsir-Opsir yang memiliki tanggung
jawab yang lebih besar ialah: Letnan Kolonel, Kolonel, dan Commissioner. Pangkat-pangkat
Opsir ini berlaku bagi semua bagian pelayanan dan di seluruh dunia.
46
Setelah menyelesaikan masa latihan, setiap Kadet akan menerima sebuah surat
pengangkatan sebagai Opsir dan diutus dengan pangkat Letnan. Surat pengangkatan Opsir
dikeluarkan atas nama Jenderal, umumnya oleh Komandan Teritorial dari Teritori di mana
mereka akan ditugaskan sesudah pengangkatan dan pengutusan. Seorang Opsir harus
senantiasa memasang tanda-tanda pangkat yang berlaku padanya bila ia memakai uniform
resmi. Uniform resmi yang lengkap sebagaimana telah ditetapkan bagi suatu teritori harus
dipakai oleh para Opsir bila mereka memimpin atau menghadiri kumpulan-kumpulan
(Ibadah), baik yang di dalam ruangan maupun di luar ruangan, dan juga pada waktu
pertemuan para Opsir.
Sebelum memperoleh kenaikan pangkat, seorang Opsir harus sekurang-kurangnya
mempunyai masa dinas selama: Menyelesaikan masa latihan sebagai Kadet sebelum
dinaikkan pangkatnya menjadi Letnan, atau satu tahun sebagai Kadet-Letnan sebelum
kenaikan pangkat ke Letnan, atau satu tahun sebagai Kadet-Sersan sebelum kenaikan pangkat
ke Letnan. Lima tahun sebelum kenaikan pangkat ke Kapten. Dua puluh tahun sebelum
kenaikan pangkat ke Mayor.
Jenderal mempunyai hak untuk menaikan pangkat seorang Opsir (tanpa
diperhitungkan masa dinasnya) jika kebutuhan Bala Keselamatan menuntutnya. Selain masa
dinas dan kebutuhan Bala Keselamatan, kenaikan pangkat dari seorang Opsir kebanyakan
tergantung dari sifatnya, kepatuhan dan kecakapan untuk menerima tanggung-jawab yang
lebih besar dan keadaan kesehatan fisik dari seorang Opsir.
47
Lambang Atribut dan Tanda Kepangkatan
Gereja Bala Keselamatan
3.6.4. Dampak Sistem Hierarki Gereja Bala Keselamatan Dalam Menjalankan
Pelayanan Gereja
Bila sejumlah orang hendak berusaha secara bersama-sama untuk mencapai suatu
tujuan tertentu, maka masing-masing orang mempunyai pendapat yang berbeda tentang
bagaimana mereka harus bergerak, dan masing-masing orang akan menganggap bahwa
pendapatnya adalah yang terbaik. Jadi bila mereka hendak bergerak bersama-sama, haruslah
ada sistem kepemimpinan yang terorganisasi. Kepemimpinan dalam Gereja Bala
Keselamatan harus kuat, sesuai dengan kondisi dan situasi serta diilhamkan Allah.
Bentuk dari sistem hierarki Gereja Bala Keselamatan adalah meniru peraturan disiplin
militer dan penuh dengan metafora kemiliteran. Dengan bentuk sistem hierarki yang seperti
itu, maka diperlukan suatu sikap kerelaan dan kesediaan menerima dari para Opsir (pejabat
gereja) dan Prajurit Korps (jemaat) terhadap sistem hierarki tersebut. Serta menyerahkan
kepada pihak yang memimpin mengenai ketetapan cara kerja dan tugas masing-masing di
48
dalam usaha itu. Tanpa sifat-sifat itu, tak mungkin ada persatuan dan usaha bersama yang
berhasil.18
Maka dengan sendirinya, setiap Opsir dan para Prajurit Korps dengan lebih dahulu
menyatakan persetujuannya akan dasar sistem kepemimpinan tersebut. Harus menunjukkan
kepada para pemimpin-pemimpinnya ketaatan yang setia dan dengan penuh suka-cita.
Hendaknya para Opsir dan Prajurit Korps menerima perintah dan petunjuk mereka dengan
percaya bahwa semua itu diilhamkan oleh Allah dan menaatinya tanpa perlawanan atau
bersungut-sungut, asalkan perintah-perintah tersebut tidak berlawanan dengan nilai
kebenaran.
Dengan penguasaan sistem hierarki yang bercorak kemiliteran, Gereja Bala
Keselamatan mengkombinasikan unsur kebebasan dengan kekuatan. Di dalam Gereja Bala
Keselamatan ada kebebasan yang sangat luas untuk menjadi baik dan berbuat baik. Selain itu,
kepemimpinan yang cakap menghasilkan kecekatan dan efisiensi dalam usaha pelayanan
gereja. Penguasaan sistem hierarki Gereja Bala Keselamatan menuju persatuan dan
keselarasan. Hal itu memungkinkan adanya perundingan dan pertimbangan pada setiap
tingkatan di dalam Gereja Bala Keselamatan. Hal tersebut juga memberikan kuat kuasa
kepada pemimpin-pemimpinnya, yang bila dipergunakan dengan bijaksana akan
memungkinkan mereka memberi semangat kepada banyak orang supaya bekerja-sama untuk
maksud dan tujuan yang sama. Sistem hierarki Gereja Bala Keselamatan mudah untuk
disesuaikan, terbukti dalam hasil penyesuaian pada keadaan yang sangat berlainan.
18Hasil wawancara dengan Mayor Spener N. Tetenaung, S.Th (Kepala Sekertaris Divisi Humas Bala
Keselamatan Indonesia) pada hari Selasa, 20 Desember 2011
49
3.7. Kesimpulan
Gereja Bala Keselamatan memiliki bentuk sistem hierarki yang hampir sama dengan
pola sistem kemiliteran. Kelompok Gereja ini mudah kita ketahui melalui pakaian seragam
yang mirip dengan seragam dinas militer, serta dilengkapi dengan pangkat-pangkat
kemiliteran dari prajurit sampai dengan jendral. Dalam perkembangannya, Gereja Bala
Keselamatan telah mengembangkan suatu organisasi yang mempunyai banyak persamaan
dengan gereja-gereja yang mengikuti sistem ”Episkopalisme”.
Bagian-bagian penting dalam penyelengaraan usaha Gereja Bala Keselamatan adalah
Korps, Divisi, dan Teritori (Command). Jabatan-jabatan utama di suatu Kantor Pusat
Teritorial (Command) antara lain: Komandan Teritorial (Officer Commanding), Sep
Sekretaris (Sekretaris Jenderal), Sekretaris Lapangan (Asisten). Jabatan-jabatan utama di
suatu Kantor Pusat Divisi antara lain: Komandan Divisi (Opsir Divisi), Sekertaris Orang
Muda dan Anak-Anak, dan ”Chancellor”.
Sistem kepangkatan di dalam Gereja Bala Keselamatan biasanya hanya diperuntukkan
bagi para Opsir (pejabat) Gereja Bala Keselamatan. Bagi para calon Opsir, wajib Mengikuti
suatu masa latihan selama dua tahun dalam salah satu tempat latihan untuk menjadi Opsir
Bala Keselamatan merupakan syarat mutlak untuk dapat menjadi seorang Opsir. Setelah
menyelesaikan masa latihan, setiap calon Opsir akan menerima sebuah surat pengangkatan
sebagai Opsir dan diutus dengan pangkat Letnan. Jenderal mempunyai hak untuk menaikan
pangkat seorang Opsir (tanpa diperhitungkan masa dinasnya) jika kebutuhan Bala
Keselamatan menuntutnya.