Download - BAB 5 betul (siti).doc
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai
dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit
Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 yang
memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan serta
merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi
Provinsi Sumatera Utara, D.I. Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya
dibangun di atas tanah seluas ± 10 ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17
km.12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera
Utara.
5.1.2 Karakteristik Individu
Berdasarkan data rekam medis, jumlah kasus Rhinosinusitis yang berobat di
RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010 tercatat 96 kasus. Karakteristik
yang akan dinilai adalah berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat
pendidikan, keluhan utama, lokasi, jumlah sinus yang terlibat, lama penyakit dan
komplikasi.
5.1.3 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Umur
Berdasarkan data rekam medis, penderita rhinosinusitis pada tahun 2010 di
RSUP H. Adam Malik Medan berusia antara umur 3 sampai 79 tahun. Berikut ini
tabel distribusi sampel berdasarkan kelompok umur:
31
Tabel 5.1 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Umur di RSUP. H.
Adam Malik pada Tahun 2010
No Umur Jumlah % Jumlah
1. 0-9 2 2.1
2. 10-19 10 10.4
3. 20-29 17 17.7
4. 30-39 16 16.7
5. 40-49 21 21.9
6. 50-59 19 19.8
7. 60-69 7 7.3
8. 70-79 4 4.2
Total 96 100
Dapat juga dilihat bahwa kelompok usia responden tertinggi terdapat pada
kelompok usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 21 orang (21,9%) sedangkan
kelompok usia terendah terdapat pada kelompok usia 0-9 tahun yaitu sebanyak 2
orang (2,1%).
5.1.4 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan jenis kelamin pasien di
RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010 dijelaskan pada tabel 5.2 berikut
Tabel 5.2 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Jenis Kelamin di
RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2010
No. Jenis Kelamin Jumlah % Jumlah
1. Laki-Laki 38 39.6
2. Perempuan 58 60,4
Total 96 100.0
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa jumlah penderita rhinosinusitis
lebih banyak diderita oleh perempuan yaitu 58 orang (60,4%), sedangkan laki-laki
32
yaitu sebanyak 38 orang (39,6%)
5.1.5 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Pekerjaan
Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan pekerjaan di RSUP. Haji
Adam Malik Medan tahun 2010 dijelaskan pada tabel 5.3 berikut:
Tabel 5.3 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Pekerjaan di
RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2010
No. Pekerjaan Jumlah % Jumlah
1. Ibu rumah tangga 21 21.9
2. Mahasiswa 6 6.3
3. Nelayan 2 2.1
4. Pegawai negeri 15 15.6
5. Pegawai swasta 8 8.3
6. Pelajar 13 13.5
7. Pensiunan 2 2.1
8. Petani 5 5.2
9. Tidak bekerja 3 3.1
10. Tukang 1 1.0
11. Wiraswasta 20 20.8
Total 96 100.0
Berdasarkan Tabel 5.3 diatas dijelaskan bahwa jumlah sampel dengan
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga merupakan yang tertinggi dengan sampel
sebanyak 21 orang (21,9%), sedangkan pekerjaan sebagai tukang merupakan
sampel yang terendah yaitu sebanyak 1 orang (1.0%).
5.1.6 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Tingkat pendidikan di
RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010 dijelaskan pada tabel 5.4
berikut:
33
Tabel 5.4 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Tingkat
Pendidikan di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2010
No. Tingkat pendidikan Jumlah % Jumlah
1. belum tamat SD 2 2.1
2. SD 16 16.7
3. SMP 13 13.5
4. SMA 31 32.3
5. Sarjana 34 35.4
Total 96 100.0
Berdasarkan Tabel 5.4 diatas dijelaskan bahwa pasien dengan tingkat
pendidikan Sarjana lebih banyak menderita rhinosinusitis yaitu sebanyak 34 orang
(35,4%). Sedangkan pasien yang belum tamat SD merupakan yang paling sedikit
menderita rhinosinusitis yaitu 2 orang (2,1%).
5.1.7 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Keluhan Utama
Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Keluhan Utama di RSUP.
Haji Adam Malik Medan tahun 2010 dijelaskan pada tabel 5.5 berikut:
Tabel 5.5 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Keluhan Utama
di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2010
No Keluhan Utama Jumlah % Jumlah
1. Hidung tersumbat 65 67.7
2. Nyeri di hidung 6 6.3
3. Nyeri di pipi 2 2.1
4. Hidung berair 8 8.3
5. Sakit kepala 5 5.2
6. Mata bengkak 2 2.1
7. Hidung berbau 3 3.1
8. Hidung berdarah 3 3.1
34
9. Batuk 1 1.0
10. Sakit menelan 1 1.0
Total 96 100.0
Dijelaskan pada tabel 5.5 keluhan utama yang paling banyak diderita pada
pasien Rhinosinusitis di RSUP. Haji Adam Malik medan adalah keluhan hidung
tersumbat yaitu 65 orang (67,7%). Lalu didapatkan juga keluhan keluhan lain
seperti keluhan hidung berair sebanyak 8 orang (8,3%), nyeri di hidung sebanyak
6 orang (6,3%), sakit kepala sebanyak 5 orang (5,2%), nyeri di pipi sebanyak 2
orang (2,1%), mata bengkak sebanyak 2 orang (2,1%), keluhan batuk sebanyak 1
orang (1%) dan sakit menelan sebanyak 1 orang (1%).
5.1.8 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Lokasi
Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan lokasi Rhinosinusitis di
RSUP. Haji Adam Malik Medan tahun 2010 dijelaskan pada tabel 5.6 berikut:
Tabel 5.6 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan lokasi
Rhinosinusitis di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2010
No. Tipe Jumlah % Jumlah
1. Maksilaris 62 64.6
2. Etmoidalis 2 2.1
3. Sfenoidalis 1 1.0
4. Maksilaris, Etmoidalis 12 12.5
5. Maksilaris, Sfenoidalis 3 3.1
6. Maksilaris, Frontalis 2 2.1
7. Etmoidalis, Sfenoidalis 1 1.0
8. Maksilaris, Etmoidalis,Sfenoidalis 2 2.1
9. Etmoidalis, Sfenoidalis, Frontalis 2 2.1
10. Maksilaris, Sfenoidalis, Frontalis 1 1.0
11. Maksilaris, Etmoidalis, Frontalis 5 5,3
35
12. Maksilaris,
Etmoidalis,Sfenoidalis,Frontalis
3 3,1
Total 96 100.0
Pada tabel 5.6 dijelaskan bahwa yang menderita rhinosinusitis maksilaris
sebanyak 62 orang (64,6%) dan merupakan lokasi yang paling banyak terlibat
sedangkan lokasi yang paling sedikit terlibat adalah rhinosinusitis sfenoidalis
yaitu 1 orang (1.0%). Pada beberapa pasien, infeksi pada sinus tidak hanya
melibatkan 1 sinus saja tetapi bisa pada beberapa sinus. Pada penelitian ini
didapatkan bahwa infeksi yang melibatkan dua atau lebih sinus terbanyak
didapatkan pada lokasi maksilaris beserta etmoidalis sebanyak 12 orang (12.5%)
sedangkan infeksi yang paling sedikit didapatkan pada lokasi maksilaris beserta
etmoidalis dan lokasi sinus maksilaris, sfenoidalis beserta frontalis dengan
masing-masing 1 orang (1.0%)
5.1.9 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Jumlah Sinus yang
terlibat
Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan jumlah sinus yang terlibat
di RSUP. Haji Adam Malik Medan tahun 2010 dijelaskan pada tabel 5.7 berikut :
Tabel 5.7 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Jumlah Sinus
yang terlibat di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2010
No Sinus yang terlibat Jumlah % Jumlah
1. Single rhinosinusitis 65 67.7
2. Multisinusitis 28 29.2
3. Pansinusitis 3 3.1
Total 96 100.0
Pada tabel 5.7 diatas dapat dijelaskan bahwa berdasarkan jumlah sinus
yang terlibat untuk single rhinosinusitis merupakan yang paling banyak diderita
oleh pasien-pasien yang datang ke RSUP Haji Adam Malik Medan yaitu sebanyak
36
64 orang (66,7%) lalu diikuti dengan Multisinusitis dengan 28 orang (29,2%) dan
Pansinusitis yaitu 4 orang (4,2%).
5.1.10 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Lama Penyakit
Distribusi penderita berdasarkan lama penyakit Rhinosinusitis di RSUP.
Haji Adam Malik Medan tahun 2010 dijelaskan pada tabel 5.8 berikut :
Tabel 5.8 Distribusi Penderita berdasarkan Lama penyakit Rhinosinusitis
di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2010
No. Lama penyakit Jumlah % Jumlah
1. Akut 9 9.4
2. Subakut 12 12.5
3. Kronis 75 78.1
Total 96 100.0
Penderita Rhinosinusitis kronis merupakan yang terbanyak yang diderita
oleh pasien di RSUP. Haji Adam Malik pada tahun 2010 dengan pasien sebanyak
75 orang (78,1%) dan penderita Rhinosinusitis akut merupakan yang terendah
yang diderita oleh pasien yaitu sebanyak 9 orang (9,4%).
5.1.11 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Komplikasi
Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Komplikasi di RSUP. Haji
Adam Malik Medan tahun 2010 dijelaskan pada tabel 5.9 berikut :
Tabel 5.9 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Komplikasi di
RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2010
No. Komplikasi Jumlah % Jumlah
1. Tidak ada 95 99.0
2. Mukokel 1 1.0
Total 96 100.0
Berdasarkan tabel 5.9 dilihat bahwa komplikasi yang diderita pasien yaitu
37
Mukokel pada 1 orang pasien (1,0%). Sedangkan sekitar 95 orang pasien (99%)
tidak menunjukkan adanya komplikasi
5.2 Pembahasan
5.2.1 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Umur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP. Haji Adam Malik pada
tahun 2010 didapatkan bahwa kelompok umur yang paling banyak menderita
rhinosinusitis berada pada kelompok 40-49 tahun yaitu sebanyak 21 orang
(21,9%). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Multazar
(2008) di RSUP. Haji Adam Malik Medan bahwa proporsi tertinggi penderita
rhinosinusitis adalah kelompok usia 20-50 tahun. European Position Paper on
Rhinosinusitis and Nasal Polyps pada tahun 2007 juga menyatakan bahwa usia
yang paling banyak menderita rhinosinusitis adalah penderita dengan usia <50
tahun.
Varonen (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pasien-pasien
rhinosinusitis yang menjadi subjek penelitiannya berasal dari umur 18-75 tahun,
dengan umur rata-rata yaitu 39,7 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Acala (2010) di Poliklinik RSUP. Dr.
Sardjito bahwa pasien rhinosinusitis paling banyak pada umur dekade ke 3 yaitu
30%.
Penelitian yang dilakukan Frisdiana (2010) di RS. Santa Elisabeth Medan
pada tahun 2006-2010 menyatakan bahwa kelompok usia yang terbanyak menderita
rhinosinusitis adalah 23-31 tahun yaitu sebanyak 22 orang (21,6%).
Dari data diatas didapati bahwa penderita rhinosinusitis lebih banyak
diderita oleh kelompok usia dewasa. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh
kelompok usia dewasa merupakan kelompok usia yang aktif dan sering terpapar
oleh polutan atau zat-zat iritan yang mungkin dapat menyebabkan atau
memperberat terjadinya rhinosinusitis, sehingga lebih banyak penderita dengan
kelompok usia dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.
5.2.2 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Jenis Kelamin
38
Berdasarkan penelitian ini, ditemukan bahwa jumlah sampel berjenis
kelamin perempuan lebih banyak yaitu sekitar 58 orang (60,4%) dibandingkan
laki-laki yaitu 38 orang (39,6%) . Hasil tersebut sejalan dengan hasil-hasil
penelitian sebelumnya, bahwa penderita rhinosinusitis berdasarkan jenis kelamin
memang lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan laki-laki.
Berdasarkan penelitian Daudia (2008) dijelaskan bahwa Insidensi kunjungan ke
dokter-dokter untuk keluhan rhinosinusitis akut di Belanda pada tahun 2000
adalah sekitar 20 per 1000 laki-laki dan 33,8 per 1000 wanita. Penelitian di
Kanada juga menyebutkan prevalensi rata-rata rinosinusitis kronis lebih banyak
diderita oleh wanita, dengan rasio perbandingan 6:4. US Government Statistics
pada tahun 1994 juga mengatakan bahwa Rhinosinusitis kronis lebih sering terjadi
pada wanita dibandingkan pria.
Penelitian yang dilakukan oleh Lindbaek (1997) di Norwegia menyatakan
bahwa dari 1.053 subjek yang didiagnosa menderita rhinosinusitis, didapatkan
bahwa perempuan sebanyak 69% sedangkan laki-laki sebanyak 31%.
Varonen (2003) pada penelitiannya menyatakan bahwa dari total 150
pasien rhinosinusitis yang dimasukkan kedala penelitiaanya, terdapat 105
perempuan (70%) dan 45 laki-laki (30%).
Chen (2009) dalam penelitiannya di Kanada menyatakan bahwa dari
73.364 subjek rhinosinusitis yang diteliti, didapatkan prevalensi rhinosinusitis
tertinggi pada wanita yaitu sebesar 5,7% sedangkan laki-laki yaitu 3,4%.
Manor (2010) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa dari 137
pasien rhinosinusitis, terdapat bahwa perempuan sebanyak 83 orang sedangkan
laki-laki 54 orang.
Penelitian secara case series oleh Multazar (2008) juga menyatakan bahwa
proporsi penderita rhinosinusitis lebih banyak dijumpai pada jenis kelamin
perempuan, yaitu sebanyak 57,09% sedangkan laki-laki sebanyak 42,91% .
Banyaknya penderita rhinosinusitis perempuan pada penelitian ini
kemungkinan karena perempuan lebih peduli dengan keluhan sakit sehingga pasien
yang lebih banyak dan lebih cepat berobat ke rumah sakit. Selain itu European
Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps pada tahun 2007 menyatakan
39
beberapa teori bahwa adanya efek hormonal dari estrogen, progesteron dan placental
growth hormon pada mukosa nasal dan pembuluh darah.
5.2.3 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Pekerjaan
Pada penelitian ini ditemukan bahwa jumlah sampel dengan pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga merupakan yang terbanyak yang dijumpai yaitu 21
orang (21,9%).
Hal tersebut mungkin disebabkan karena Ibu Rumah Tangga sering
dihadapkan kepada pekerjaan-pekerjaan rumah tangga seperti sering terpapar asap
atau debu yang dapat memacu terjadinya aeroalergen yang akhirnya dapat
meningkatkan kejadian rinosinusitis. Selain itu adanya penelitian-penelitian lain yang
menyatakan bahwa rhinosinusitis memang lebih banyak diderita oleh perempuan
dibandingkan laki-laki.
Pada penelitian saya ditemukan bahwa rhinosinusitis juga
banyak diderita oleh pekerja baik sebagai pegawai negeri, pegawai
swasta, wiraswasta, petani, nelayan dan tukang yaitu sebanyak 51
orang. Hal tersebut sejalan dengan penelitian case series oleh
Pujiwati (2006) terhadap 80 orang pekerja, dimana yang menderita rinosinusitis
akibat kerja sebanyak 35 orang (43,8%).
Tingginya kejadian rhinosinusitis pada pekerja mungkin dapat diakibatkan
oleh terpaparnya polutan atau zat-zat iritan yang berpotensi untuk terjadinya
rhinosinusitis. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Mangunkusumo (2007), bahwa
apabila terpapar terus menerus oleh lingkungan yang berpolusi, udara dingin dan
kering serta kebiasaan merokok yang lama, hal tersebut akan menyebabkan
perubahan mukosa dan merusak silia.
5.2.4 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pada penelitian ini, Pasien dengan tingkat pendidikan sarjana lebih banyak
menderita rhinosinusitis yaitu sebanyak 34 orang (35,4%). Sedangkan pasien yang
belum tamat SD merupakan yang paling sedikit menderita rhinosinusitis yaitu 2
orang (2,1%). Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Pujiwati (2006), bahwa
terdapat sekitar 82,5% penderita rhinosinusitis terdapat pada pasien dengan
40
pendidikan sedang (SMA), pendidikan rendah (SD dan SMP) sekitar 13,8% dan
pendidikan tinggi (Sarjana) sekitar 3,8%.
Hal tersebut mungkin dapat terjadi dikarenakan pasien dengan tingkat
pendidikan SMA atau Sarjana biasanya lebih peduli pada kesehatannya dan juga
langsung memeriksakan diri ke dokter apabila terdapat keluhan pada kesehatannya.
Sehingga pada penelitian ini, lebih banyak pasien rhinosinusitis dengan tingkat
pendidikan Sarjana yang tercatat di rekam medis RSUP. Haji. Adam Malik medan
pada tahun 2010.
5.2.5 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Keluhan Utama
Keluhan Utama yang paling banyak didapatkan pada penelitian ini yaitu
keluhan hidung tersumbat sebanyak 65 orang (67,7%). Hal tersebut sejalan
dengan penelitian case series Kurnia (2002) terhadap 40 penderita rinosinusitis di
RSUP H. Adam Malik, Medan bahwa terdapat keluhan utama rhinosinusitis yang
terbanyak adalah hidung tersumbat dengan 38 penderita (95%). Penelitian case
series yang dilakukan oleh Multazar (2008) juga menunjukkan bahwa proporsi
keluhan utama terbanyak pada penderita rinosinusitis adalah hidung tersumbat
sebesar 75,3%.
Penelitian case series oleh Frisdiana (2010) di RS. Santa Elisabeth Medan
pada tahun 2006-2010 juga didapati bahwa keluhan utama yang paling banyak
ditemukan adalah hidung tersumbat yaitu 63,7%.
Hidung tersumbat terjadi karena adanya proses inflamasi,
baik karena infeksi sebelum terjadi rhinosinusitis ataupun sebagai
infeksi sekunder dari rhinosinusitis. Bila terinfeksi organ-organ yang
membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan
saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga
menyebabkan tersumbatnya ostium sehingga terjadi penghambatan drainase sinus.
Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi
media yang baik untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri dan dapat menyebabkan
infeksi sekunder. (Casiano,1999; Mangunkusumo E, 2007; Meltzer, 2011)
Penyebab lain hidung tersumbat bisa dikarenakan oleh deviasi septum,
hipertrofi konka, polip kavum nasi, tumor hidung. (Ballenger, 1994)
41
5.2.6 Distribusi Proporsi Pasien Rhinosinusitis berdasarkan Lokasi
Pada penelitian ini didapatkan bahwa yang menderita rhinosinusitis
maksilaris merupakan yang terbanyak yang diderita yaitu sebanyak 62 orang
(64,6%). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Sogebi (2008) yang menyatakan
bahwa sinus maksilaris merupakan lokasi sinus yang paling banyak mendapatkan
kelainan yaitu sebanyak 70,51%, sedangkan sinus sfenoidalis merupakan lokasi
sinus yang paling jarang terdapat kelainan yaitu 0%.
Penelitian case series oleh Frisdiana (2010) di RS. Santa Elisabeth Medan
pada tahun 2006-2010 bahwa rhinosinusitis maksilaris merupakan yang paling
banyak diderita oleh pasien yaitu sebesar 94,1%. Mangunkusumo (2007)
menyatakan bahwa sinus yang paling sering terkena rhinosinusitis adalah sinus
etmoid dan maksila.
Sinus maksila merupakan sinus yang paling sering terinfeksi, oleh karena
merupakan sinus paranasal yang terbesar dan letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar
sinus. Selain itu dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi sehingga infeksi gigi dapat
menyebabkan sinusitis maksila (Ballenger, 1997)
5.2.7 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Jumlah Sinus yang
terlibat
Single rhinosinusitis merupakan yang paling banyak diderita oleh pasien-
pasien yang datang ke RSUP Haji Adam Malik Medan yaitu sebanyak 64 orang
(66,7%) lalu diikuti dengan Multisinusitis dengan 28 orang (29,2%) dan
Pansinusitis yaitu 4 orang (4,2%).
Hal tersebut sejalan dengan penelitian oleh Ogunleye (1999) yang
menyatakan di Ibadan, Nigeria, berdasarkan studi retrospektif pada 90 pasien,
didapatkan bahwa yang menderita single rhinosinusitis yaitu sekitar 56%,
multisinusitis 16% dan pansinusitis yaitu 29%.
Sogebi (2008) juga menyatakan bahwa sebanyak 73,08% subjek pada
penelitiannya menderita single rhinosinusitis, 21,79% multisinusitis dan 5,13%
pansinusitis.
42
Penelitian yang dilakukan Multazar (2008), juga menyatakan bahwa yang
paling banyak terlibat adalah single rhinosinusitis sebesar 87,8% dan paling rendah
adalah pansinusitis sebesar 0,4%.
Pada penelitian ini yang paling banyak ditemukan adalah single maksilaris
yaitu sebanyak 62 orang (64,6%). Hal tersebut dikarenakan rongga sinus maksilaris
merupakan yang terbesar dan letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar sinus. Sehingga
hal tersebut menyebabkan sinus maksilaris lebih berpotensi untuk terkena infeksi
dibandingkan organ sinus yang lain.
5.2.8 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Lama penyakit
Penderita Rhinosinusitis kronis merupakan yang terbanyak yang diderita
oleh pasien di RSUP. Haji Adam Malik pada tahun 2010 dengan pasien sebanyak
75 orang (78,1%) sedangkan penderita Rhinosinusitis akut diderita oleh pasien
yaitu sebanyak 9 orang (9,4%). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Ogunleye (1999) dalam penelitiannya di Ibadan, Nigeria, bahwa
terdapat sekitar 93% pasien rhinosinusitis kronis sedangkan hanya 7% pasien
rhinosinusitis akut.
Namun hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang diadakan di
Jerman pada tahun 2001, bahwa angka kejadian rhinosinusitis akut sebesar 6,3
juta orang sedangkan angka kejadian rhinosinusitis kronis sebesar 2,6 juta orang.
Adanya perbedaan tersebut dapat terjadi dikarenakan gejala Rhinosinusitis
akut dianggap gejala yang biasa karena waktu pada saat muncul gejalanya hanya
sebentar sehingga orang awam lebih banyak menanggap hal tersebut bukan
merupakan suatu masalah yang berarti dan tidak datang berobat ke rumah sakit.
5.2.9 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Komplikasi
Komplikasi yang diderita oleh pasien rhinosinusitis di RSUP. Haji Adam
Malik Medan pada tahun 2010 adalah Mukokel sebanyak 1 orang pasien (1,0%).
Sedangkan sekitar 95 orang pasien (99 %) tidak menunjukkan adanya komplikasi.
43
Penelitian Frisdiana (2010) , bahwa dari 102 penderita rinosinusitis kronik
yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth dari tahun 2006-2010,
semuanya tidak ada menunjukkan adanya komplikasi.
44