BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-zarnuji adalah salah seorang tokoh dalam dunia pendidikan Islam. Ia
tergolong sebagai ulama’ klasik yang hidup pada abad pertengahan masa bani
Abbasiyah. Al-Zarnuji dikenal melalui karya monumentalnya yaitu kitab Ta’lim
al Muta’allim. Namun ketenaran nama serta biografinya tidak sehebat kitab yang
dikarangnya, sebagai satu–satunya karya beliau yang masih ada sampai sekarang.
Berbicara mengenai kitab Ta’lim al-Muta’allim, maka tidak lepas dari
lingkungan pesantren, madrasah, serta lembaga pendidikan yang bercorak klasik
lainnya. Sebab kitab tersebut sampai sekarang masih sangat melekat dan
berpengaruh dalam lingkungan pendidikan tersebut. Bahkan nilai-nilai
pendidikan yang tetuang dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim dijadikan suatu dasar
tuntunan dan etika dalam belajar bagi mereka secara umum. Mereka yang
mengikuti pendidikan (peserta didik) maupun pendidik tidak punya pamrih dalam
melaksanakan pendidikan, kecuali semata-mata menjalankan kewajiban sebagai
manifestasi pengabdian diri atau ibadah kepada Allah. 1
Dari konsep-konsep al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim menurut
Nurul Huda Ia berusaha mengemukakan konsep-konsep praktis yang mudah
dilaksanakan dan sejalan dengan aturan-aturan Islam (al-Qur’an dan al-Sunnah)
yang dikenal masyarakat, terlepas apakah hadits-hadits tersebut shahih ataupun
dhaif atau bahkan maudhu’. Ia cenderung memahami persoalan belajar dari sisi
pendekatan etis (ethic approach), dipandang dari ukuran baik dan tidak baik.
1 Moh. Ali, Reorientasi Makna Pendidikan : Urgensi Pendidikan Terpadu,, dalam Marzuki
Wahid, Suwendi, Syaefudin Zuhri (ed), Pesantren Masa Depan, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), hlm. 172
2
Sehingga siswa yang memahami kitab tersebut selalu berusaha melakukan yang
sebaiknya-baiknya seluruh isi kitab yang dipelajari. 2
Hal ini menunjukkan bahwa pemikiran al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim
yang ditulis pada abad 13 M, cukup mendapat perhatian dari sebagian komunitas
masyarakat Islam. Bahkan diawal abad ini kitab Ta’lim al Muta’allim telah
diterjemahkan kedalam bahasa Inggris oleh Orientalis Amerika kenamaan Von
Grunebaum, pendiri Islamic Studies UCLA.3
Akan tetapi dilain pihak ada pula yang kontra terhadap konsep–konsep
pendidikan yang terdapat dalam kitab tersebut, seperti enam prasyarat yang harus
dipenuhi oleh murid (pencari ilmu) dalam mencari ilmu, yakni modal, semangat,
waktu yang memadai, petunjuk guru, keuletan (kesabaran), dan kecerdasan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Abdurrahman, bahwa selama ini banyak pihak
yang menganggap kuno syarat-syarat konvensional mencari ilmu tersebut.
Padahal, kritik yang hanya melontarkan kata ‘kuno’ tanpa pembahasan dan
argumen yang mendalam hanya terjebak pada logika yang tidak benar alias bias,
atau apriori. 4
Terlepas dari beberapa kritik yang kontroversi, mengenai kitab Ta’lim-al
Muta’allim, maka menjadi sangat menarik untuk mengkaji pemikiran al-Zarnuji
tentang berbagai konsep pendidikan, seperti aspek guru murid, serta model
hubungan antara keduanya yang sarat dengan nilai–nilai dan etika moral.
Sehingga kiranya konsep–konsep tersebut masih relevan untuk diaplikasikan
dalam aktivitas belajar mengajar, tanpa mengurangi substansi dan isi dari kitab
tersebut.
2 Nurul Huda, Konsep Belajar Dalam Kitab Ta’lim Al-muta’allim, (Pusat Penelitian IAIN
Walisongo: Semarang, 2000), hlm.1. t.d 3 Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan Non Dikotomik, (Yogyakarta: Gama
Media, 2002), hlm. 204 4 Ibid, hlm. 203 - 204
3
Secara implisit pembahasan mengenai interaksi guru dan murid oleh al-
Zarnuji ditulis dalam bab IV tentang Memuliakan Ilmu dan Ahli Ilmu.
Sebagaimana nasehat beliau yang berbunyi :
����� ��������������� �������������������� ������������������������������� �� ����� ������ ��!"#$��
“Ketahuilah sesungguhnya orang yang mencari ilmu itu tidak akan memperoleh ilmu dan kemanfaatannya, kecuali dengan memuliakan ilmu beserta ahlinya, dan memuliakan guru.”
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi
tersebut merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar,
interaksi dalam proses belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak
sekedar hubungan antara guru dan siswa tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam
hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan
penanaman sikap dan nilai dari diri siswa yang sedang belajar.6�
Salah satu faktor yang paling menentukan berhasilnya proses belajar
mengajar adalah guru, oleh karena itu guru tidak saja mendidik fungsi sebagai
orang dewasa yang bertugas profesional memindahkan ilmu pengetahuan
(transfer of knowledge) yang dikuasai kepada anak didik, melainkan lebih dari itu
memimpin, atau menjadi pendidik dan pembimbing dikalangan anak didiknya.7
5 Al-Zarnuji dalam Syeh Ibrahim bin Ismail, (syarah) Ta’lim al-Muta’allim, (Indonesia, CV.
Karya Insan, tt.), hlm. 16 6 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000),
hlm. 4 7 H.M., Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 163
4
Berdasar pada pemikiran diatas, maka guru dituntut untuk bekerja lebih
profesional, memiliki kompetensi 8 dalam menjalankan tugas dan fungsinya serta
berpegang pada kode etik yang ada, dengan mengedepankan moral dan etika
dalam berinteraksi dengan siswa dalam proses belajar mengajar maupun diluar
proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan secara
menyeluruh.
Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 31-32 yang
berbunyi:
%&&&'�(�(��&)�(*+�'�&&,��(-(.��(�/'�012�&03��(4�5)'�67��5)�(8&,9�5�:5;<675=+;'��'�'�>'?�5@&&'A5B&&&'C&&&&&&&&&&&&&&&,D��:'�(��+�64(E(F(��5+�6�+�01�,��
�(G+5#�5HI./&'�5���(�'��(�,�5�'��(J (�K+=6��,��0��'#�/�(���(L���(�(�+*52;(J+5�(��,��(M +;'����6�+5A(K,���6�.��
N ��OF>=��P��Q���R�S����
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nana-nama (benda-benda) seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar, mereka menjawab Maha Suci Engkau tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengeetahui lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Al-Baqarah: 31-32)
Menilik ayat sebagsaimana tertera di atas, maka tersirat dengan jelas
bahwa tak ada seorangpun yang memperoleh pengetahuan tanpa melalui proses
belajar, dengan belajar akan diperoleh ilmu, dan ilmu tidak terpisah dengan guru,
yang mana guru sebagai pentransfer ilmu terhadap anak didik, maka dapat
dikatakan bahwa, baik tidaknya mutu pendidikan sangat ditentukan oleh
8 Kata Profesional berarti : memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehinga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Sedang Kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Kompetemsi mencakup tiga aspek yaitu: kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. (Moh. Uzer Usman, Op. Cit., hlm. 14-17)
9 R.H.A Soenarjo, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Kumudasmoro Gravindo; 1994), hlm. 14
5
keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Sehingga peran
dan fungsi guru dalam hal ini menjadi sangat urgen, dan dalam proses
pembelajaran ini secara otomatis terjalin hubungan antara pengajar dan orang
yang belajar atau penerima ilmu, yakni bentuk hubungan yang memiliki ciri khas
tersendiri yang dilandasi sikap mental keagamaan serta moral dan etika Islam
yang patut dijadikan sebagai pedoman bagi komponen guru dan murid pada
proses pembelajaran, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Sebagaimana tujuan pendidikan dalam Islam yang dikemukakan oleh Al-
Ghulayaini yang disebut dalam pengertian pendidikan, yaitu menciptakan
manusia yang berakhlak mulia. Artinya adalah untuk memebentuk jiwa anak
didik menjadi bermoral, berjiwa bersih, berkemauan keras, bercita-cita besar,
tahu akan arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak orang lain,
tahu membedakan antara yang baik dan yang buruk, memilih suatu keutamaan
karena cinta keutamaan, menghindari suatu perbuatan tercela karena hal itu
memang tercela dan selalu ingat kepada Allah dalam setiap langkah dan
perbuatannya.10
Menurut Mas’udi yang dikutip oleh Affandi Muhtar, yakni berkaitan
dengan pandangan kalangan pesantren tentang “ilmu”. Bagi masyarakat
pesantren, ilmu adalah sesuatu yang hanya bisa diperoleh melalui jalan
pengalihan, pewarisan, tranmisi, dan bukan sesuatu yang diciptakan (created).
Dalam Ta’lim al- Muta’allim Thariq at-Ta’allum sebagai salah satu kitab
kuning yang menjadi pedoman belajar kalangan pesantren,� menurut Affandi
Muhtar, diajarkan bahwa ilmu adalah sesuatu yang kamu ambil dari lisan rijal
(guru atau kyai), karena mereka telah menghafal bagian yang paling baik dari
10 Ahmad Muthohar, Pemikiran Pendidikan Al-Ghulayaini,” dalam Ruswan Tayyib dan
Darmuin (editor), Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan pustaka Pelajar,1999), hlm. 121
6
yang mereka dengar dan menyampaikan bagian yang paling baik dari yang
pernah mereka hafal. 11
Atas dasar inilah seorang murid hendaknya dapat mengambil suatu
pelajaran untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan seorang guru baik di
dalam maupun di luar proses pembelajaran, yakni dengan memuliakannya. Dan
menurut al-Zarnuji sebagian dari menghormati guru atau memuliakannya ialah
tidak berjalan di depannya, tidak duduk di tempat duduknya, tidak memulai
bicara kecuali mendapat izin darinya, tidak banyak bicara, tidak mengajukan
pertanyaan disaat guru sedang dalam keadaan tidak enak, dan jagalah waktu,
jangan sampai mengetuk pintunya, harus sabar menunggu sampai guru keluar.12
Prinsip–prinsip umum yang menjadi dasar metode mengajar seperti
prinsip menjaga motivasi pelajar dan kebutuhan, minat dan kegunaannya pada
proses belajar, prinsip menjaga tujuan pelajar dan menolongnya mencapai tujuan
tersebut, prinsip kemestian memelihara tahap kematangan yang dicapai oleh
peserta belajar dan kesediaannya untuk belajar, prinsip menjaga perbedaan–
perbedaan perseorangan diantara pelajar–pelajar, serta prinsip menyiapkan
peluang partisipasi yang praktikal akan mempengaruhi pola hubungan guru dan
murid. 13
Menurut para ahli ada lima faktor yang sangat mempengaruhi kualitas
perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya, kelima faktor tersebut ialah : (1)
jenis kewenangan (authority) yang benar-benar diserahkan kepada guru, (2)
kualitis atasan yang mengawasi dan mengontrol perilaku guru, (3) kebebasan
yang diberikan kepada guru, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, (4)
11 Marzuki Wahid, penyunting, Op. Cit., hlm 233 12 Al-Zarnuji dalam Ibrahim bin Isma’il, Op.,Cit., hlm. 17 13 Prof. Dr. Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam (terj.) Prof.
Dr. Hasan Langgulung dari judul asli Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979),cet. I , hlm. 595-603
7
hubungan guru dengan muridnya, (5) pengetahuan guru tentang dirinya sendiri
dan kepercayaan terhadap dirinya sendiri.14 Dari sini terlihat bahwa tiga faktor
pertama merupakan persoalan yang terletak seluruhnya dalam daerah kekuasaan
birokrasi pendidikan, sedang dua faktor terakhir merupakan persoalan yang dapat
diselesaikan oleh guru sendiri.
Hubungan guru dengan siswa atau anak didik dalam proses belajar
mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan dan ikut mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang
diberikan, sempurnanya metode yang dipergunakan, namun jika hubungan guru
siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis maka dapat menciptakan suatu
keluaran yang tidak diinginkan.15
Akan tetapi dalam sejarahnya hubungan guru murid dalam Islam ternyata
sedikit demi sedikit mulai berubah, nilai-nilai ekonomi sedikit demi sedikit mulai
masuk, yang terjadi sekarang kurang lebih sebagai berikut :
a. kedudukan guru dalam Islam semakin merosot.
b. Hubungan guru murid semakin kurang bernilai kelangitan, atau penghormatan
murid terhadap guru semakin menurun.
c. Harga karya mengajar semakin menurun.16
Sebagaimana dikemukakan oleh Husain dan Ashraf (1986: 153-160) yang
dikutip oleh Ahmad Tafsir, bahwa kedudukan guru pada zaman sekarang ini juga
di dunia Islam telah menurun. Pengajar sekarang hanya dipandang sebagai
petugas semata yang mendapat gaji dari negara atau dari organisasi swasta dan
mempunyai tanggung jawab tertentu yang harus dilaksanakannya. Akibatnya
14 Muhtar Bukhori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan dalam Renungan, (Yogyakarta:
PT. Tiara Wacana Yogya (Anggota IKAPI),1994), hlm. 35-36 15 Sardiman AM., Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1988),
hlm. 144 16 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1994), hlm. 77
8
ialah jarak antara guru dan siswa semakin jauh padahal pada masa lampau jarak
itu tidak ada.17 Hal ini berarti terjadi kesenjangan dalam hubungan guru dengan
murid, sehingga keadaan semacam ini dapat menyebabkan kurang tercapainya
tujuan pendidikan, dimana terjadi hubungan guru murid yang kurang harmonis
karena adanya muatan nilai materialis dan ditinggalkannya nilai-nilai etis
humanitis.
Dengan latar belakang inilah maka penulis termotivasi untuk meneliti
tentang pola hubungan guru murid, dengan memunculkan tokoh pendidikan
klasik dari dunia Islam yakni Al-Zarnuji yang dikenal sebagai pengarang kitab
Ta’lim al-Muta’allim dengan mengangkat judul” STUDI ANALISIS
PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG POLA HUBUNGAN GURU MURID
DALAM KITAB TA’LIM al-MUTA’ALLIM “
B. Penegasan Istilah Judul
Agar pembahasan tema dalam skripsi ini menjadi terarah, jelas dan
mengena pada sasaran yang dimaksud maka perlu dikemukakan batasan-batasan
judul yang masih perlu mendapatkan penjelasan secara rinci.
1. Studi
Pendekatan untuk meneliti gelaja sosial dengan menganalisis satu kasus
secara mendalam dan utuh.18
2. Analisis
Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya)
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.19 Analisis yang dimaksud adalah
penelitian secara mendalam terhadap karya pemikiran Al-Zarnuji tentang pola
17 Ibid., hlm. 87 18 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Ed. II, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet. Ke 3, hlm. 965 19 Ibid., hlm 37
9
hubungan guru murid yang termuat dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim
sehingga diperoleh kejelasan mengenai hal tersebut.
3. Pemikiran
Proses, cara, perbuatan memikir.20 Maksud dari pemikiran ini adalah proses
berpikir terhadap suatu obyek dengan pendekatan tertentu.
4. Al-Zarnuji
“ Bahwasanya Al-zarnuji merupakan ahli pendidikan dan pengikut fiqih
Hanafi yang mana beliaulah yang telah mengarang kitab Ta’lim al
Muta’allim. Disisi lain ada orang lain lagi yang dikenal sebagai Al-zarnuji,
yaitu Nu’man Ibrahim Al-zarnuji (640 H / 1242 M ) seorang ahli bahasa dari
Bukhara dan penulis kitab Al-muwadloh fi syarhi Maqomat Al-hariri.”21
5. Pola
Model, gambar yang dipakai contoh.22 Pola disini berarti model atau bentuk
pendekatan yang digambarkan oleh Al- Zurnuji dalam kitab Ta’limul
Muta’allim.
6. Hubungan
Pertalian, sangkut paut, kontak, ikatan, karena adanya suatu kegiatan atau
proses yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.23 Maksud hubungan ini
adalah ikatan antara guru dan murid karena adanya kegiatan belajar mengajar.
7. Guru
Orang yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar.24 Banyak
sekali pengertian yang diambil dari istilah guru, akan tetapi yang sekiranya
20 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1993, Hlm. 683 21 Imam Ghozali Said, Ta’limul Muta’aliim Thoriiqut Ta’alum, Surabaya: Diyantama, 1997),
hlm. 15 22 M.Sastra Praja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981),
hlm. 384 23 WJS. Poerwodaarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982),
hlm. 37
10
cocok diutarakan dalam skripsi ini adalah orang yang membimbing,
mengarahkan, mengajarkan serta memiliki tanggung jawab dalam
pendewasaan anak didik.
8. Murid
Makhluk yang sedang dalam proses perkembangan atau pertumbuhan
menurut fitrah masing-masing.25 Maksud murid disini adalah peserta didik
yang berada dalam masa pendidikan untuk mengembangkan potensi dirinya.
Berdasarkan penjelasan arti kata diatas maka yang dimaksud dengan Studi
Analisis Pemikiran al-Zarnuji Tentang Pola Hubungan Guru-Murid Dalam Kitab
Ta’lim al-Muta’allim adalah suatu kajian dan penelitian terhadap hasil karya al-
Zarnuji yang tertuang dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim yang mencakup
pendekatan serta metode yang dipakai mengenai model ikatan atau pertalian
antara guru dan murid dalam suatu proses pendidikan dan pembelajaran yang
secara global termuat dalam Bab IV tentang Memuliakan Ilmu dan Ahli Ilmu.
C. Alasan Pemilihan Judul
Ada beberapa alasan yang mendorong penulis dalam memilih judul: Studi
Analisis Pemikiran al-Zarnuji Tentang Hubungan Guru Murid Dalam Kitab
Ta’lim al-Muta’allim. Adapun alasan-alasan tersebut antara lain :
1. Perubahan kondisi sosio cultural sangat berpengaruh sekali terhadap
komunitas suatu bangsa, dan setiap tahap perkembangan umat manusia
merupakan akibat langsung dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sehingga disadari atau tidak, perkembangan tersebut akan membawa dampak
tersendiri bagi dunia pendidikan secara umum. Salah satu contoh realitas
sekarang ini, sikap hormat dan tawadhu’ seorang murid terhadap seorang guru
24 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Ed. II, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1997), Cet. Ke 9, hlm. 330 25 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam ,(Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm . 144
11
semakin pudar, dan kurang mendapat perhatian yang mendalam oleh murid,
sejalan dengan krisis moral yang semakin memprihatinkan, kewibawaan
seorang pendidik semakin menurun dan guru tidak lagi dianggap sebagai
sosok atau seorang figur yang dapat digugu dan ditiru, sehingga hal ini
mengakibatkan kurang harmonisnya hubungan guru dan murid yang terikat
dalam sebuah lingkunganm pendidikan baik didalam maupun diluar proses
pembelajaran.
2. Sebagai komponen utama dalam pendidikan, guru dan murid dituntut untuk
mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, sebab ada diantara
guru dan murid yang kurang memahami tugas dan kewajibannya. Dengan
mengetahui tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh masing-masing
komponen, suatu proses pembelajaran yang mengarah pada tujuan pendidikan
bagi peserta didik akan berjalan dengan baik, sehingga tercipta suatu kondisi
lingkungan pendidikan yang harmonis, yakni terwujudnya suatu hubungan
yang etis humanities antara guru dengan murid serta terwujudnya tujuan
pendidikan secara optimal. Maka dari itu sebagai calon tenaga pendidik Islam,
menjadi sangat penting untuk menggali teori-teori keilmuwan dari para
pemikir pendidikan Islam, seperti tokoh klasik yang dianggap masih relevan
untuk dijadikan bahan rujukan dalam rangka untuk menciptakan hubungan
guru dan murid yang edukatif, yang mengedepankan nilai-nilai etis
humanities. Berdasar inilah penulis mengambil penelitian tentang “ Pola
hubungan guru dan murid ” dengan mengkaji kitab “Ta’lim al-Muta’allim”
yang dikenal sebagai karya dari Syeh al-Zarnuji yang dibahas dalam bab IV,
yang berisi tentang “Memuliakan Ilmu dan Ahli ilmu”.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah sebagaimana yang penulis paparkan diatas,
maka muncul beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, antara
lain :
12
1. Bagaimana pemikiran al-Zarnuji tentang pola hubungan guru murid dalam
kitab Ta’lim al- Muta’allim ?
2. Bagaimana hakekat pemikiran al-Zarnuji tentang hubungan guru murid dan
kontekstualisasinya terhadap kondisi pendidikan saat sekarang ini ?
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Berdasar permasalahan-permasalahan diatas, maka penelitian ini
bertujuan:
1. Untuk mengetahui pemikiran al-Zarnuji tentang pola hubungan guru murid
dalam kitab Ta’lim al- Muta’allim
2. Untuk mengetahui hakekat pemikiran al-Zarnuji tentang hubungan guru murid
dan kontekstualisasinya terhadap kondisi pendidikan saat sekarang ini
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Supaya guru dan murid sebagai komponen pokok dalam pendidikan
mengerti arti penting hubungan guru dan murid
2. Sebagai tuntunan bagi guru murid dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
yang optimal, baik di dalam maupun di luar proses belajar mengajar.
F. Tinjauan Pustaka
Sejauh pengetahuan penulis, dari beberapa literatur yang penulis baca
terdapat beberapa buku, serta penelitian-penelitan yang telah membahas kitab
Ta’lim al- Muta’allim dengan kajian yang berbeda-beda baik mengenai isi kitab
tersebut maupun kajian terhadap seluk beluk penulisnya, diantaranya :
a. Afandi Muhtar dalam bukunya The Method of Moslem Learning as
Ilustration in al-Zarnuji’s Ta’limul Muta’allim Thoriqut Ta’allum (Depag RI,
1997), dalam penelitian ini lebih ditekankan pada metode belajar yang
meliputi dua kategori : salah satunya adalah etika pelajar yang meliputi niat,
13
ketekunan dan tawakkal serta hormat, sedang yang lain yaitu pemilihan
subyek pelajaran, pemilihan guru dan proses belajar. Juga M Djudi dalam
bukunya Konsep Belajar : Telaah atas kitab Ta’limul Muta’allim. Dalam
buku ini penekanan M Djudi tidak jauh berbeda dengan Afandi Muhtar dari
segi taktik dan segi belajar. 26 Ta’limul Muta’allim Thoriqut Ta’allum yang
ditulis oleh Dr. Imam Ghozali Said,M.A, yang berisi pembahasan mengenai
biogafi Al- Zarnuji dan pembahasan mengenai isi pokok kitab Ta’lim secara
keseluruhan dari bab I sampai bab XIII. Disamping itu ada pula buku tentang
Al-zarnuji yang berbahasa Arab dengan judul “ Al-Ta’allum Inda Burhanul
Islam al-Zarnuji, yang ditulis oleh Dr. Ahmad Usman. Sedangkan dalam
buku-buku lain yang berupa bab tersendiri bagian dari sebuah buku, terdapat
beberapa kajian tentang pemikiran pendidikan al-Zarnuji dari segi yang
berbeda, diantaranya :
��Konsep Kependidikan Para Filosof Muslim oleh Drs. Busyairi Madjidi,
yang mengangkat pokok-pokok pikiran al-Zarnuji mengenai pendidikan
dan pengajaran yang diklasifikasikan menurut faktor-faktor pendidikan
antara lain, tujuan pendidikan, terdidik, pendidik, alat pendidikan dan
lingkungan pendidikan.
��Islam Berbagai Perspektif; Didedikasikan Untuk 70 Tahun Prof.
Dr.H.Munawir Sadzali, Affandi Muchtar menulis tentang “ Ta’lim al-
Muta’allim Thoriqut Ta’allum, menyajikan hasil kajian dari beberapa
pemerhati pendidikan Islam tentang karya al-Zarnuji, termasuk kalangan
sarjana barat yang menekuni kajian keislaman, yang dikombinasikan
dengan studi sarjana lain seperti Moh. Abdul Muid Khan, I.O. Oleyede
dan M.A. Quraishi secara komprehenship
26 Awaluddin Pimay, Konsep Pendidik dalam Islam (Studi Komparasi atas Pandangan al-
Ghozali dan al-Zarnuji),” Tesis PPS IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Pasca Sarjana IAIN Walisongo, 1999), hlm. 7, t.d.
14
��Pemikiran para tokoh pendidikan Islam (seri kajian filsafat pendidikan
Islam), yang ditulis oleh Dr.H. Abudin Nata, MA., Yang membahas
tentang konsep pendidikan Burhanuaddin al- Zarnuji, yang berupa
kesimpulan dari sebuah analisa yang diajukan oleh Abdul Muid Khan
dalam bukunya The Muslim Theories Of Education During The Middel
Ages
b. Beberapa penelitian tentang pemikiran pendidikan al-Zarnuji yang dilakukan
oleh para peneliti sebelumnya, antara lain :
- Kosep Pendidik Dalam Islam (Studi Komparasi Atas Pandangan Al-
Ghozali dan Al-Zarnuji) oleh Awaludin Pimay, berupa Tesis Program
Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang
- Reward and Punishment: Sebagai Metode Pendidikan Anak (Studi
Pemikiran Ibnu Maskawaih, Al-Ghozali dan Al-Zarnuji): Tesis Program
Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang, 2001, yang ditulis oleh
Maemonah, yang mana dalam hubungannya dengan metode reward and
punishmemnt, dalam kitab ta’lim menurutnya dapat dilihat melalui
hubungan guru dan murid
- Konsep Belajar Dalam Kitab Ta’lim Al-Muta’allim, Penelitian Individu
(Puslit IAIN Walisongo Semarang, 2000) yang ditulis oleh Drs. Nurul
Huda M.Ag.
c. Buku buku lain yang berkaitan dengan guru dan murid, seperti :
- Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru – Murid (Studi Pemikiran
Tasawuf Al-Ghozali), karangan Dr. Abudin Nata, MA., yang membahas
tentang pol;a hubungan guru murid yang bernuansa sufistik, dengan
mengambil rujukan kepada saeorang sufi dan teolog besar al-Ghazali,
yang memaparkan bagaimana penerapan pendidikan Islam yang mampu
membentuk sikap mental keagamaan dan akhlak yang mulya.
15
- Pendidikan Islam Menghadapi abad 21 karangan Hasan Langgulung
- Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, karangan Syaiful Bahri
Djamarah
- Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Karangan Muhibbin
Syah, M.Ed.
Adapun skripsi yang akan penulis ajukan ini adalah sebagai lanjutan dan
pengembangan dari penelitian yang telah ditulis oleh para peneliti sebelumnya,
dengan mencoba menelaah dan mencari tahu tentang signifikansi dari kitab
Ta’lim, untuk mengungkap pemikiran pendidikan al-Zarnuji lebih spesifik tentang
pola hubungan guru dan murid untuk mendapatkan gambaran bagaimana
hubungan guru murid yang tertuang dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim, yang
ditulis pada Bab IV yakni “ Memuliakan Ilmu beserta Ahlinya”, apakah ide-ide
al-Zarnuji tentang hubungan guru dan murid yang dikemukakan pada zaman
dahulu (abad pertengahan) masih memiliki relevansi (tingkat kesesuaian)
terhadap konteks dan pelaksanaan pendidikan dewasa ini, yang telah mengalami
kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, di mana hal ini juga membawa
perubahan orientasi pendidikan dalam masyarakat secara umum.
G. Metode Penulisan Skripsi
Dalam rangka memudahkan penulis dalam mengkaji penulisan skripsi ini,
maka penulis menggunakan metode, sebagai berikut :
1. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penulisan
skripsi ini, penulis menggunakan metode Library research, yaitu suatu telaah
16
pustaka, “atau penelitian kepustakaan murni”. 27 Metode kepustaan ini
digunakan untuk mengkaji pemikiran Al-Zarnuji tentang pola hubungan guru
dan murid dalam kitab Ta’lim-al Muta’allim, sebagai sumber primer dan
buku-buku ilmiah atau penelitian-penelitian yang dahulu yang berkaitan
dengan penelitian ini serta kitab-kitab lain untuk penunjang sebagai sumber
skunder.
2. Metode Analisis Data
Setelah data-data terkumpul maka untuk mengolah dan menganalisis
penulis menggunakan metode sebagai berikut :
a. Metode deduktif
Diawali dengan penentuan konsep yang abstrak berupa teori yang
masih umum sifatnya, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan bukti-
bukti atau kenyataan khusus untuk pengujian, berdasarkan hasil pengujian
tersebut kemudian diambil suatu kesimpulan 28
b. Metode induktif
Berangkat dari pengamatan terhadap pernyataan khusus
diabstraksikan ke dalam bentuk kesimpulan yang umum sifatnya. 29
c. Metode analisis
Cara penanganan terhadap suatu obyek ilmiah tertentu dengan
jalan memilah antar pengertian yang yang satu dengan yang lain untuk
sekedar memperoleh kejelasan mengenai halnya. 30
27 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi UGM,1993) , hlm. 10 28 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, (Jakarta:
PT. Grafindo Persada, 1996), hlm. 34 29 Ibid 30 Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 1997), hlm. 59
17
Dalam analisis ini yang dimaksud adalah analisis Deskriptif dan
analisis holistika.
�� Analisis deskriptif
Merupakan metode penelitian dalam rangka untuk menguraikan
secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek yang diteliti.31
Metode ini penulis gunakan untuk mendiskripsikan yaitu
memaparkan apa adanya, menggambarkan, menguraikan dan
menjelaskan hubungan guru murid yang tertuang dalam kitab Ta’lim
al-Muta’allim
��Analisis holistika
Konsep yang bersangkutan dilihat dalam keseluruhan konteks
pemikiran setiap filsuf (tokoh) atau periode dengan melihat secara
luas menurut konteks saat itu.32 Dalam hal ini penulis berusaha untuk
memahami keseluruhan visi dan konsep-konsep al-Zarnuji tentang
pola hubungan guru�murid dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim dengan
melihat dan meninjau secara luas menurut konteks zaman saat itu
serta seluruh kenyataan yang melingkupinya sehingga diketahui dan
didapatkan hakekat dari pemikiran Al-Zarnuji tentang pola hubungan
guru-murid tersebut.
H. Sistematika Penulisan skripsi
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas serta mempermudah
pembahasan, secara keseluruhan isi skripsi ini terdiri dari lima bab dengan
sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab pertama, Merupakan gambaran umum tentang penulisan skripsi
berisi Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah,
31 Ibid., hlm. 116 32Ibid.., hlm. 115
18
Alasan Pemilihan Judul, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penulisan
Skripsi, Sistematika Penulisan Skripsi.
Bab kedua, Pada Bagian ini akan di paparkan Tinjauan Umum tentang
Guru Murid yang terdiri dari, Pengertian Guru Dan Murid, Tugas dan Tanggung
Jawab Guru, Hak dan Kewajiban Murid.
Bab ketiga, Merupakan pembahasan Pemikiran Al-Zarnuji tentang Pola
Hubungan Guru Murid dalam Kitab Ta’lim Al-Muta’allim, yang terdiri dari,
Biografi Al-Zarnuji, Latar Belakang Sosial dan Politik, Latar Belakang
Pendidikan Intelektual, Pemikiran Pendidikan al-Zarnuji, Hubungan Guru Murid
Menurut Al-Zarnuji dalam Kitab Ta’lim Al-Muta’allim
Bab keempat, berisi tentang Analisis Pemikiran Al-Zarnuji tentang Pola
Hubungan Guru-Murid, yang terdiri dari, Fungsi guru menurut al-Zarnuji, Status
Murid Menurut al-Zarnuji, Kontekstualisasi Hubungan Guru Murid menurut al-
Zarnuji.
Bab kelima, terdiri dari Kesimpulan, Saran dan Penutup.
19
A. PENUTUP
Demikian gambaran isi keseluruhan skripsi ini secara garis besar. Mudah-
mudahan uraian di dalamnya akan dapat memberikan pemahaman bagi para
pembaca serta dapat mengikuti alur pemikiran peneliti, sehingga tidakakan
ditemui kejanggalan-kejanggalan dalam menangkap maksud dari uaraian yang
disampaikan dari peneliti. Dan semoga Allah Swt, senantiasa memberikan
hidayah dan pertolongan-Nya dalam menyelesaikan tugas skripsi ini. Amien.
Semarang, Juli 2003
Peneliti
Sri Khomsatun Khoiriyah NIM. 3198178
Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ikrom, M.Ag Amin Farikh, M.Ag NIP. 150 268 786 NIP. 150 314 242
20
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, Gama Media,
Yogyakarta, 2002
Ahmad Tafsir, Dr, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, PT. Remaja Rosda
Karya, Bandung, 1994
Anton Bakker dan Dr.Drs. A. Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,
Kanisius, Yogyakarta, 1992
Arifin H.M, .M.Pd, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1996
----------------------, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2000
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Toha Putra, Semarang,
1989
Depdikbud, Anton M Moelyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, Cet. Ke 3, 1990
Ibnu Hadjar, Drs., M.Ed, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam
Pendidikan, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 1996
Ibrahim bin Isma’il, (Syarah) Ta’lim al-Muta’allim, CV. Karya Insan,
Indonesia, tt.
Imam Ghozali Said M.A, Ta’limul Muta’aliim Thoriikut Ta’allum, Diyantama,
Surabaya, 1997
Moh. Ali, Reorientasi Makna Pendidikan : Urgensi Pendidikan Terpadu,, dalam
Marzuki Wahid, Suwendi, Syaefudin Zuhri (Editor), Pesantren Masa Depan,
Pustaka Hidayah, Bandung, 1999
21
Moh. Uzer Usman, Drs., Menjadi Guru Profesional, PT. Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2001
Muhtar Bukhori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan dalam Renungan, PT.
Tiara Wacana Yogya (Anggota IKAPI), Yogyakarta, 1994
Nurul Huda, Konsep Belajar Dalam Kitab Ta’lim Al-muta’allim, Pusat Penelitian
IAIN Walisongo, Semarang, 2000
Poerwodaarminto, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1982
Qurish Shihab, Dr. M., Membumikan Al-Qur’an, Mizan, Bandung, 2000
Sardiman AM., Interaksi dan Motifasi Belajar Mengaja,.Rajawali Pers, Jakarta, 1988
Sastra Praja, M, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, Usaha Nasional, Surabaya,
1981
Sudarto, Drs., Metode Penelitian Filsafat, Rajawali Grafindo Persada, Jakarta,1996
22