Download - BAB I Barbir
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Ikan hias banyak digemari masyarakat, peminat ikan hias tidak terbatas
hanya pada individu yang gemar memelihara ikan hias sebagai hobi tapi
telah merambah ke dunia bisnis yakni para eksportir dan importir. Salah
satu ikan hias air tawar yang digemari masyarakat adalah ikan Barbir.
Ikan Barbir (Puntius conchonius) merupakan salah satu jenis ikan hias yang
banyak diminati masyarakat karena memiliki warna yang indah, gerakan
yang cukup agresif dan gesit. Selain itu bila dilihat dari sisi budidaya, ikan
Barbir mudah dibudidayakan karena tidak membutuhkan lahan dan modal
yang besar.
Tujuan akhir produksi dalam budidaya ikan hias adalah jumlah
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan yang tinggi. Masalah kematian
sering dialami pada usaha pembesaran disebabkan oleh berbagai faktor
termasuk faktor pemberian pakan. Dalam usaha pembesaran, kualitas pakan
merupakan faktor penting yang dapat dijaga (dimanipulasi) guna
meningkatkan angka pertumbuhan dan daya tahan tubuh untuk selanjutnya
dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan.
Perlakuan pemberian jamu beras kencur pada pakan diharapkan mampu
meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan tubuh ikan Barbir (Puntius
conchonius). Mengingat jamu beras kencur merupakan minuman penyegar
khas dari Indonesia (Jawa). Minuman ini juga digolongkan sebagai jamu
karena memiliki khasiat meningkatkan nafsu makan (Wikipedia.com; 2012).
1
1.2. Perumusan masalah
Apakah penambahan jamu beras kencur berpengaruh pada pertumbuhan
bobot dan panjang tubuh benih ikan Barbir (Puntius conchonius)?
1.3. Tujuan
Penelitian tugas akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh
formulasi bahan tambahan pakan yang mampu meningkatkan pertumbuhan
dan meningkatkan daya tahan benih ikan Barbir (Puntius conchonius)
dengan menambahkan jamu beras kencur pada pakan.
1.4.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Biologi ikan Barbir (Puntius conchonius)
1.1.1. Klasifikasi ilmiah ikan Barbir (Puntius conchonius)
Klasifikasi ilmiah ikan Barbir menurut F. Hamilton (1822) dalam
Wikipedia.com sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Family : Cyprinidae
Genus : Puntius
Spesies : Puntius conchonius
1.1.2. Morfologi ikan Barbir (Puntius conchonius)
Ikan Barbir (Puntius conchonius) memiliki tubuh memanjang
berbentuk pipih ke samping. Sebagian besar tubuh termasuk perut
berwarna keperakan dan mengkilat dengan corak merah lembut.
Selama masa kawin biasanya warna merah tersebut akan sangat
dominan (Lingga dan Susanto; 2003).
Sirip-sirip berwarna kemerahan dan transparan, di bawah jari-jari
sirip punggung terakhir terdapat sebuah titik hitam berbentuk
lingkaran. Sirip punggung dan sirip anal berwarna gelap pada
ujungnya (Lingga dan Susanto; 2003). Barbir (Puntius conchonius)
muda memiliki satu warna yakni keperakan dengan bintik hitam
3
pada bagian bawah ujung sirip punggung (Wikipedia.com; 2012).
Morfologi ikan Barbir dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Ikan Barbir (Puntius conchonius)
Sumber: Google.com
1.1.3. Habitat dan kebiasaan makan ikan Barbir (Puntius conchonius)
Ikan Barbir (Puntius conchonius) hidup secara berkelompok pada
perairan tenang dan mengalir. Kualitas air optimal untuk Barbir
(Puntius conchonius) pada suhu 20 – 25 oC, rentang pH 6,0 - 7,0,
dan kesadahan 2 – 15 dH. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan
yang telurnya diserakkan. Ikan ini dapat tumbuh hingga ukuran 12,5
cm (Wikipedia.com; 2012).
Barbir (Puntius conchonius) juga dapat hidup di akuarium serta
dapat hidup berdampingan dengan ikan lain. Barbir (Puntius
conchonius) dapat hidup dengan ikan-ikan permukaan, seperti ikan
beranak (Molly) karena ikan Barbir (Puntius conchonius) termasuk
jenis ikan yang hidup di dasar dan tengah perairan (Lingga dan
Susanto; 2003).
4
Termasuk ke dalam ikan pemakan segala (omnivor). Perawatan di
akuarium, Barbir (Puntius conchonius) dapat diberi pakan alami baik
pakan hidup maupun pakan beku (cacing darah), Daphnia, dan
Artemia dapat juga diberi pakan berupa pellet perairan (Lingga dan
Susanto; 2003).
1.1.4. Feeding rate
Pakan diberikan kepada benih ikan sesuai dengan kebutuhan dan
dapat memberikan pertumbuhan dan efisiensi pakan yang paling
tinggi. Kebutuhan pakan harian dinyatakan sebagai tingkat
pemberian pakan (feeding rate) per hari yang ditentukan berdasarkan
persentase dari bobot ikan (Gusrina; 2008). Tingkat pemberian
pakan ditentukan oleh ukuran ikan. Semakin besar ukuran ikan maka
feeding rate-nya semakin kecil, tetapi jumlah pakan perharinya
semakin besar.
Penghitungan kebutuhan pakan harian dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus:
Keterangan:
FR = feeding rate (%)
BM = bobot boimasa (gr)
1.1.5. Padat penebaran
Padat penebaran merupakan jumlah ikan yang dapat ditebar per
satuan luas (atau volume air) kolam atau wadah pemeliharaan ikan
lainnya. Benih ikan Barbir ukuran M memiliki padat tebar optimal 5
ekor/liter (Kurniawan; 2009).
5
Jumlah pakan harian (gr) = FR x BM
1.1.6. Pertumbuhan
Pertumbuhan ikan adalah perubahan bentuk ikan baik berat, panjang
maupun volume yang disebabkan pertambahan waktu, ikan dapat
tumbuh dengan baik jika jenis pakannya memiliki kandungan gizi
lengkap, yang meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin serta
mineral dalam jumlah tertentu. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ikan antara lain keturunan, pertumbuhan kelamin dan
umur, serta kerentanan penyakit (Lesmana dan Iwan; 2006).
Untuk tumbuh secara optimal benih ikan harus memakan pakan
bergizi. Semua spesies ikan membutuhkan pakan yang terdiri dari
protein dengan asam amino essensial, lemak sesnsial, karbohidrat,
vitamin dan mineral (Djajasewaka; 1985). Banyaknya gizi yang
dibutuhkan disamping tergantung pada spesies ikan, juga tergantung
pada ukuran atau besarnya ikan serta lingkungan hidup ikan tersebut.
Pakan merupakan sumber energi bagi kehidupan dan pertumbuhan
ikan. Kandungan yang terpenting dalam pakan adalah protein.
Jumlah dan kualitas protein mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Protein yang dibutuhkan dalam pakan pada setiap jenis ikan berkisar
20-60%.
Pertumbuhan individu akan terjadi bila ada kelebihan energi dan
asam amino yang berasal dari pakan setelah digunakan tubuh untuk
metabolisme, darah, pergerakkan, perawatan bagi tubuh atau
pengganti sel-sel yang telah rusak. Pakan yang diberikan pada ikan
tidak boleh melebihi kebutuhan hidupnya. Jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh seekor ikan secara umum berkisar antara 5 sampai
dengan 6% dari berat tubuhnya perhari (Djajasewaka; 1985).
6
1.1.7. Kelangsungan hidup (SR)
Menurut Effendi (2004) kelangsungan hidup ikan adalah persentase
ikan yang hidup dari seluruh ikan yang dipelihara setelah melewati
masa pemeliharaan. Kelangsungan hidup ikan pada saat pembesaran
sangat ditentukan oleh tersedianya makanan. Makanan yang
diberikan akan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup dalam
pertumbuhan ikan. Ikan akan mengalami kematian apabila dalam
waktu yang singkat tidak berhasil mendapatkan makanan, akibatnya
akan terjadi kehabisan tenaga.
1.2. Biologi beras
1.2.1. Klasifikasi ilmiah beras
Beras berasal dari tanaman padi yang telah dikupas kulit arinya.
Klasifikasi ilmiah padi berdasarkan Wikipedia.com (2012) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa
1.2.2. Morfologi beras
Berdasarkan Wikipedia.com (2012) bagian-bagian tanaman padi
secara garis besar digolongkan dalam dua bagian yakni:
a. Bagian vegetatif, yang meliputi: akar, batang, dan daun.
7
b. Bagian generatif, yang meliputi: malai yang terdiri dari bulir-
bulir daun bunga.
Secara morfologi, beras dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Beras
Sumber: Google.com
1.2.3. Komposisi kimia beras
Komposisi kimia beras berbeda-beda tergantung pada varietas dan
cara pengolahannya. Selain sebagai sumber energi dan protein, beras
juga mengandung berbagai unsur mineral dan vitamin. Sebagian
besar karbohidrat beras adalah pati (85-90%), sebagian kecil
pentosan, selulosa, hemiselulosa dan gula.
Sebagian besar (80%) protein beras merupakan fraksi tidak larut
dalam air, yang disebut protein glutelin. Sebagai bahan makanan
pokok di Indonesia, beras dalam menu makanan sehari-hari
menyumbang sedikitnya 45% protein. Unsur mineral utama adalah
fosfor, kalsium, magnesium dan besi (Fauzi; 2002).
8
1.2.4. Manfaat beras
Menurut Wardana, dkk (2002) beras ternyata memiliki berbagai
manfaat diantaranya:
- Selaput biji; bersifat manis dan netral. Berkhasiat memelihara
lambung, memperkuat limpa, meningkatkan nafsu makan dan
antineuritis, dan gangguan pencernaan.
- Beras; berkhasiat sebagai pelembut kulit, peluruh kencing dan
pendingin.
1.3. Biologi kencur
1.3.1. Klasifikasi ilmiah kencur
Berdasarkan Wikipedia.com (2012) kencur diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Subfamli : Zingiberoideae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga
9
1.3.2. Morfologi kencur
Kencur (Kaempferia galanga) termasuk suku tumbuhan
Zingiberaceae dan digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon
yang mempunyai daging buah paling lunak dan tidak berserat.
Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik. Daging buah
kencur berwarna putih dan kulit luarnya berwarna coklat. Jumlah
helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan
berhadapan. Bunganya tersusun setengah duduk dengan mahkota
bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga berwara
lembayung dengan warna putih lebih dominan.
Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu pada
musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun
yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka
(Afriastini; 2002). Morfologi rimpang kencur dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Rimpang kencur (Kaemferia galanga)
Sumber: Google.com
10
1.3.3. Habitat, komposisi kimia dan manfaat kencur
Menurut Afriastini (2002) kencur merupakan temu kecil yang
tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang
tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air.
Komposisi kimia yang terdapat dalam rimpang kencur berupa pati
4,14%, mineral 13,73% dan minyak-minyak atsiri 0,02% berupa
sineol, asam metal kamil dan penta dekaan, asam sinamat, etil ester,
borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisat, alkaloid dan gom.
Kencur memiliki manfaat yang cukup banyak. Selain sebagai bumbu
penyedap masakan, bahan baku pembuat minuman, kencur juga
dimanfaatkan sebagai kosmetikan dan ramuan obat tradisional yang
berkhasiat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Manfaat tersebut
ada karena kencur mengandung minyak atsiri (Afriastini; 2002).
Menurut Wardana, dkk (2002) rimpang kencur digunakan untuk
tujuan menghangatkan badan, penyegar, menghilangkan rasa sakit,
membantu mengeluarkan gas dari perut dan penambah nafsu makan.
1.4. Jamu beras kencur
Rimpang kencur yang digiling halus bersama-sama beras, kemudian diseduh
dengan air masak dan diberi sedikit gula atau anggur disebut beras kencur.
Minuman tersebut berguna bagi kesehatan tubuh dan dapat menambah nafsu
makan (Afriastini; 2002).
Menurut Anne Ahira dalam
http://www.anneahira.com/tanaman-obat/kencur.htm selain menyegarkan,
11
bagi manusia meminum jamu beras kencur selain terasa enak ternyata
banyak manfaat, yakni sebagai berikut:
- Minyak atsiri yang dikandung kencur diklaim memiliki banyak
senyawa bermanfaat. Senyawa ini berfungsi sebagai analgesik, yaitu zat
yang memiliki kemampuan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri.
- Jamu beras kencur memiliki kemampuan untuk menambah tenaga
karena memiliki sifat stimulant.
- Manfaat jamu beras kencur lain adalah sebagai minuman penambah
nafsu makan.
- Jamu beras kencur dipercaya bias menghilangkan beberapa penyakit
seperti batuk, radang lambung, sariawan, keracunan makanan atau perut
kembung.
1.5. Pakan buatan
Pakan buatan biasanya berupa pellet, baik yang tenggelam maupun
terapung. Pakan buatan jarang digunakan oleh petani dalam budidaya ikan
hias karena cepat mengotori air padahal sebenarnya dengan kadar dan
frekuensi pemberian pakan buatan yang seimbang akan memberikan hasil
yang baik. Ini disebabkan kandungan gizi pakan buatan sudah disesuaikan
dengan kebutuhan ikan karena sudah ditambahkan vitamin (Lesmana dan
Dermawan; 2006).
Proses berlangsungnya pencernaan makanan pada ikan diawali dengan
adanya rangsangan. Untuk menimbulkan rangsangan maka khusus pakan
buatan ada beberapa hal secara teknis perlu mendapatkan perhatian. Pakan
harus memenuhi persyaratan kandungan nutrisi yang menyangkut protein,
lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral (Saparinto; 2008).
12
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 40 hari dari tanggal 13 Pebruari s.d 24
Maret 2012 di Hatchery Departemenen Agribisnis Perikanan Budidaya
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PPPPTK) Pertanian Cianjur.
3.2. Alat dan bahan
3.2.1. Alat
- 9 buah toples volume 16 liter
- 1 set aerator
- Selang sipon
- Timbangan digital
- Penggaris
- pH meter
- DO meter
- Thermometer
3.2.2. Bahan
- 180 ekor benih ikan Barbir ukuran M
- Pellet
- Beras
- Kencur
13
3.3. Rancangan/strategi penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan
dua perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan tersebut antara lain:
a. Perlakuan A (kontrol) yakni pakan tanpa tambahan ekstrak beras kencur;
b. Perlakuan B, pakan dengan tambahan ekstrak beras kencur
(perbandingan berat beras kencur dan pellet adalah 2:1);
c. Perlakuan C, pakan dengan tambahan ekstrak beras kencur
(perbandingan berat beras kencur dan pellet adalah 2:1).
Beras digunakan sebanyak 1 Liter dan kencur 250 gram. Ekstrak yang
didapat dengan cara menyangrai beras (beras digoreng tanpa minyak) lalu
dihaluskan. Bahan kencur yang sudah dibersihkan ikut dihancurkan dengan
cara ditumbuk. Setelah itu, bubuk beras dan kencur ini dicampur, diberi
sedikit air hangat lalu diperas dengan kain saring, kemudian dicampurkan
dengan pakan yang akan diberikan ke benih ikan Barbir.
Pakan diberikan tiga kali sehari yakni pada pukul 06.00, 12.00 dan 18.00
WIB. Dalam satu hari jumlah pakan yang diberikan adalah 20% hingga 10%
dari total bobot tubuh per akuarium (disesuikan dengan pertambahan berat
dan panjang ikan ketika penelitian). Pakan yang digunakan berupa pellet
butiran dengan komposisi protein min 30%, lemak min 3%, serat kasar
maks 4%, abu maks 12%, dan kadar air maks 12%.
Data-data yang telah diperoleh selanjutnya akan diolah secara pengamatan
langsung atau kualitatif dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar, serta
grafik. Data yang dapat dianalisis secara kuantitatif (biasanya yang berupa
angka-angka) dianalisis sesuai dengan perhitungan yang telah ada
berdasarkan literatur yang ada di perpustakaan dan internet.
14
3.4. Parameter pengamatan dan teknik pengumpulan data
3.4.1. Parameter pengamatan
Parameter uji utama pada penelitian ini adalah pemberian pakan
tambahan berupa jamu beras dan kencur pada pertumbuhan benih
ikan Barbir. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat morfologis
benih.
Berat mutlak
Pertambahan bobot tubuh benih ikan Barbir diukur dengan
menggunakan timbangan analitik yang dilakukan pada awal
penelitian dan setiap 10 hari selama 40 hari penelitian dengan
cara mengamati pertambahan panjang tubuh ikan. Data
pertumbuhan panjang tubuh ikan dihitung berdasarkan Marsandre
(2007) yaitu:
Keterangan:
GR = pertumbuhan mutlak
Wt = bobot rata-rata akhir (gr/ekor)
Wo = bobot rata-rata awal (gr/ekor)
T = waktu (hari)
Panjang
Pertambahan panjang tubuh benih ikan Barbir diukur dengan
menggunakan penggaris yang dilakukan pada awal penelitian dan
setiap 10 hari dengan cara mengamati pertambahan panjang tubuh
ikan. Data pertumbuhan panjang tubuh ikan ditentukan
berdasarkan rumus menurut Marsandre (2007) yaitu:
15
GR=(wt−wo)
t
Keterangan:
P = pertambahan panjang tubuh ikan (cm)
Lt = panjang rata-rata tubuh ikan pada akhir
penelitian (cm),
Lo = panjang rata-rata tubuh ikan pada awal
penelitian (cm).
Kelulus hidupan (SR)
Survival rate (SR) merupakan tingkat kelangsungan hidup selama
masa pemeliharaan. Penghitungan dilakukan pada akhir penelitian
dengan menggunakan rumus yang dikemukakan Marsandre
(2007), yaitu:
Kualitas air
Parameter kualitas air yang diukur meliputi kadar oksigen
terlarut, pH, suhu, dan salinitas.
- Oksigen terlarut diukur dengan menggunakan DO meter,
- pH diukur dengan menggunakan pH meter,
- Suhu diukur dengan menggunakan thermometer,
Kualitas air diukur setiap 10 hari pada pukul 07:00, 11:00 dan
15:00 WIB.
16
P = Lt – Lo
SR= jumlah benihakhirjumlahbenih awal
× 100 %
3.4.2. Teknik pengumpulan data
Data-data yang diperoleh adalah data pertumbuhan benih ikan Barbir
setiap 10 hari sekali selama 40 hari penelitian dan data pengamatan
kualitas air setiap 10 hari pada pukul 07.00, 11.00, dan 15.00 WIB.
Jumlah ikan yang disampling adalah 40% dari jumlah ikan per
wadah budidaya atau 8 ekor dari 20 ekor per toples.
Proses pengumpulan data dan keterangan yang diperlukan, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
- Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada
lokasi penelitian. Teknik ini dilakukan dengan melakukan
pengamatan secara langsung.
- Teknik pengumpulan data sekunder, yakni pengumpulan data
yang dilakukan melalui studi kepustakaan yang terdiri dari:
a. Penelitian kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang
diperoleh dari buku, karya ilmiah, pendapat ahli yang
memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
b. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan
menggunakan catatan-catatan atau dokumentasi yang ada di
lokasi penelitian serta sumber-sumber yang relevan dengan
objek penelitian.
17
3.5. Jadwal pelaksanaan
No
.Kegiatan
Januar
i Pebruari
Maret April
II
I
I
VI
I
I
II
I
I
V
I II II
I
I
V
I II II
I
I
V
1.
Persiapan
wadah dan
media
2.Penebaran
benih
3.
Pengukura
n panjang
dan berat
4.
Pengukura
n kualias
air
5.Penyusuna
n laporan
6.Seminar
TA
7.
Konsultasi
dan
bimbingan
TA
18
DAFTAR PUSTAKA
. 2012. Kencur. Artikel [online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kencur [diunduh pada 2 Pebruari 2012 pukul
15:36 WIB].
. 2012. Padi. Artikel [online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Padi [diunduh pada 2 Pebruari 2012 pukul
15:39 WIB].
Afriastini. 2002. Bertanam Kencur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Ahira, Anne. 2012. Macam-macam Manfaat Jamu Beras Kencur. Artikel [online].
Tersedia: http://www.anneahira.com/tanaman-obat/kencur.htm [diunduh
pada 2 Pebruari 2012 pukul 15:34 WIB].
Ahira, Anne. 2012. Tanaman Obat (padi). Artikel [online]. Tersedia:
http://www.anneahira.com/tanaman-obat/padi.htm [diunduh pada 2 Pebruari
2012 pukul 15:20 WIB].
Djajasewaka, H. 1985. Pakan Ikan. Jakarta: C.V Yasaguna.
Effendi, I. 2009. Pengantar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Fauzi, Arif. 2009. Aneka Tanaman Obat dan Khasiatnya. Yogyakarta: Media
Pressindo.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Hernani dan Rahardjo, M. 2006. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta:
Penebar Swadaya.
19
Lesmana, D. S dan Darmawan, I. 2006. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Lingga, P dan Susanto, H. 2003. Ikan Hias Air Tawar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Marsandre. 2007. Parameter Dasar Budidaya Perairan. Artikel [online].
Tersedia:http://jlcome.blogspot.com. [Diunduh pada 12 Januari 2012 pukul
13.15 WIB].
Muhlisah, Fauziah. 1999. Temu-temuan dan Empon-empon. Yogyakarta:
Kanisius.
Saparinto, Cahyo. 2008. Panduan Lengkap Gourami. Jakarta: Penebar Swadaya.
Wardana, dkk. 2002. Tanaman Obat Rimpang. Jakarta: Penebar Swadaya.
20