Download - Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis
obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang
cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical
errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai:
The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion)
or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya
kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah
direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan
tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan
perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near
Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius
tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi
tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan),
dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini
lalu diberikan antidotenya).
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian
yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission),
dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau
keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan
cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil
pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur
pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan
merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak; tahap preventive seperti tidak
1
memberikan terapi provilaktik serta monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau
pada hal teknis yang lain seperti kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau system
yang lain.
Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan
mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah adverse
event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung
tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua.
Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of
Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient
safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga menetapkan capaian-
capaian peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target utamanya.
Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam “TO ERR IS HUMAN,
Building a Safer Health System” melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat
inap di rumah sakit ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse
Event). Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World
Alliance for Patient Safety, program bersama dengan berbagai negara untuk
meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.
Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005
tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk
tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan
memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan
mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan
pasien di rumah sakit.
Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah
sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya
terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient Safety yang dirancang
mampu menjawab permasalahan yang ada.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Terwujudnya keamanan dan keselamatan bagi setiap individu dalam ruang lingkup
pelayanan kesehatan di RS.
2
Tujuan Khusus
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya KTD di RS
4. Terlaksananya program-program pencegahan shg tidak terjadi pengulangan
KTD.
C. Metode Penulisan
- Study Lapangan
- Kepustakaan
D. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisa
BAB II Tinjauan Teori
A. Definisi
B. Tujuan
C. Sembilan solusi keselamatan Pasien di Rumah Sakit.
D. Standar Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.
E. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Safety.
BAB III Tinjauan Kasus
A. Laporan insiden
B. 7 STANDAR KESELAMATAN PASIEN
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
3
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Sejak awal tahun 1900 Institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada
tiga elemen yaitu struktur, proses dan outcome dengan bermacam – macam konsep
dasar, program regulasi yang berwenang misalnya penerapan standar pelayanan
rumah sakit, penerapan Quality Assurance, Total Quality Manajement, Countinuos
Quality Improvement, Perizinan, Akreditasi, Kredensialing, Audit Medik, indicator
klinis dan lain sebagainya.
Program – program tersebut telah dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
baik pada aspek struktur, proses maupun outcome, akan tetapi harus diakui pada
pelayanan yang berkualitas tersebut masih terjadi KTD yang tidak jarang berakhir
dengan tuntutan hukum. Oleh karena itu diperlukan suatu program yang dikenal
dengan istilah Keslematan Pasien (patient Safety).
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu system dimana rumah sakit
membuat asuhan kepada pasien dengan aman. Patient Safety adalah bebas bagi pasien
dari harm/cedera (penyakit, cedera fisik, psikologis, social, penderitaan, cacad,
kematian dll) yang tidak seharusnya terjadi atau cedera yang potensial, terkait dengan
pelayanan kesehatan. System tersebut meliputi : assessment risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisa
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. System tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Aspek yang harus di perhatikan yaitu :
1. Keselamatan/safety
Bebas dari bahaya atau risiko (hazard)
2. Hazard/bahaya
Adalah suatu keadaan, perubahan atau tindakan yang dapat meningkatkan risiko
pada pasien.
4
3. Harm / cedera
Dampak yang terjadi akibat ganguan struktur atau penurunan pungsi tubuh dapat
berupa fisik, spikologis dan social. Yang termasuk harm/cedera adalah penyakit,
cedera fisik/psikologis/social, pendeitaan, cacat dan kematian antara lain yaitu :
a. Penyakit/disease
Disfungsi fisik/psikis
b. Cedera/injuring
Kerusakan jaringan yang disebabkan agent
c. Penderitaan/suffering
Pengalaman atau gejala yang tidak menyenangkan, termasuk
nyeri,malaise, mual, muntah, depresi, agitasi, dan ketakutan.
d. Cacad/disability
Segala bentuk kerusakan struktur atau fungsi tubuh, keterbatasan
aktifitas dan atau restriksi dalam pergaulan social yang berhubungan
dengan harm yang terjadi sebelumnya atau saat ini.
4. Keselamatan Pasien/pasien safety
Bebas, bagi pasien dari harm/cedera (penyakit,cedera fisik, psikologis, social,
penderitaan, cacad, kematian dll) yang tidak seharusnya terjadi atau cedera yang
potensial, terkait dengan pelayanan kesehatan
5. Keselamatan Pasien di rumah sakit/hospital patient safety
Suatu system dimana rumah sakit memberikan asuhan pasien lebih aman. Hal ini
termasuk assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien; pelaporan dan analisa insiden; kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjut seperti implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko.
6. Insiden Keselamatan Pasien (IKP)/ Patient Safety Incident
Setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang tidak seharusnya terjadi
7. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event
Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pada pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis
karena tidak dapat dicegah.
5
8. Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss
Suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencedrai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena “keberuntungan” (mis, pasien
terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat.)
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
C. Sembilan solusi keselamatan Pasien di Rumah Sakit.
WHO Colaborating Centre For Patient Safety pada tanggal 2 mei 2007 resmi
menerbitkan panduan “Nine Life-Saving Patient Safety Solutions” , Sembilan topik
yang diberikan solusinya adalah sebagai berikut :
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (Look-Alike, Sound-Alike
Medication Names)
2. Pastikan identitas pasien
3. Komunikasikan secara benar saat serah terima/pengoperan pasien.
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concetrated)
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi
nosokomial
D. Standar Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.
Standar keselamatan pasien di rumah sakit yang disusun mengacu pada
“hospital patient Safety Standars” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on
Acreditation of healt organizations, lllinois, USA, tahun 2001, yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi perumahsakitan di Indonesia. Standar Keselamatan pasien
wajib diterapkan oleh rumah sakit.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :
1. Hak pasien
6
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesimbungan pelayanan
4. Penggunaan metode – metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staff tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :
Standar I. Hak pasien
Standar
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tidak
diharapkan.
Kriteria :
1.1 Harus ada dokter penangung jawab pelayanan
1.2 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
1.3 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas
dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan, atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya
kejadian tidak diharapkan
Standar II : Mendidik pasien dan keluarga
Standar :
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan
pasien yang merupakan patner dalam proses pelayanan. Karena itu, dirumah sakit
harus ada system dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tangung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut
diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1.1 Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur
1.2 Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga
1.3 Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
7
1.4 Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
1.5 Mematuhi intruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
1.6 Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
1.7 Memenuhi kewajiban financial yang disepakati
Standar III : Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standar :
Rumah sakit menjamin kesinambiungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga unit pelayanan.
Kriteria :
1.1 Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnose, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan
dan saat pasien keluar dari rumah sakit
1.2 Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan dengan baik dan lancar
1.3 Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan social,
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
1.4 Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif
Standar IV : Penggunaan metode – metode peningkatan kinerja untuk melakukan
Evaluasi dan program keselamatan pasien
Standar :
Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisa secara
intensif kejadian tidak diharapkan. Dan melakukan perubahan untuk meningkatkan
kinerja serta keselamatan pasien
Kriteria :
1.1 Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan yang baik mengacu pada
visi, misi dan tujuan rumah sakit, kebutuhan petugas pelayanan kesehatan, kaidah
klinis terkini, praktek bisnis yang sehat, factor lain yang berpotensi risiko bagi
pasien sesuai dengan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit
8
1.2 Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang lain terkait
dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen resiko, utikisasi, mutu
pelayanan, keuangan
1.3 Setiap rumah skait harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua KTD,
dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi
1.4 Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisa
untuk menentukan perubahan system yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.
Standar V : Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar :
1.1 Pimpinan ,mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “ Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
1.2 Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi resiko
keselamatan pasien dan program penekanan atau mengurangi KTD
1.3 Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit
dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pasien
1.4 Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji,
dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien
1.5 Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusi dalam meningkatkan
kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
Kriteria :
1.1 Terdapat tim antar disiplin ilmu untuk mengelola program keselamatan pasien
1.2 Terdapat program proaktif untuk indetifikasi resiko identifikasi risiko
keselamatan dan program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis – jenis
kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera”
(Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan” (Adverse event).
1.3 Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah
sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien
1.4 Tersedia prosedur “cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
keperawatan pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
9
1.5 Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi dengan benar dan jelas tentang analisa akar
masalah (RCA) “KNC/Near miss” dan “kejadian sentinel” pada saat program
keselamatan pasien mulai dilaksanakan
1.6 Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai insiden, misalnya menangani
kejadian sentinel atau kegiatan proaktif untuk memperkecil resiko, termasuk
mekanisme untuk mendukung staff dala kaitannya dengan kejadian sentinel.
1.7 Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antara unit dan
antara pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan disiplin.
1.8 Tersedia sumber daya dan system informasi yang dibutuhkan dalam perbaikan
kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien. Termasuk evaluasi
berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut
1.9 Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevalulasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasi
Standar VI : Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar :
1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas
2. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatiihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staff serta
pendekatan interdisipllin dalam pelayanan pasien
Kriteria:
1.1 Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan pelatihan dan
orientasi bagi staff baru yang memuat topic keselamatan pasien sesuai tugasnya
masing – masing
1.2 Setiap rumah sakit mengintegrasikan topic keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan in – service training dan member pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden
1.3 Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok teamwork guna mendukung pendekatan interdisplin dan kolaboratif
dalam rangka melayani pasien
10
Standar VII : Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai
keselamatan pasien
Standar :
1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat
Kriteria :
1.1 Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal – hal terkait
dengan keselamatan pasien
1.2 Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.
E. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Safety
Mengacu pada standar keselematan pasien,maka rumah sakit harus
mendesaign proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisa secara intensif kejadian
tidak diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien. Proses perancangan tersebut harus disesuaikan dengan “Tujuh
Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”. Berkaitan dengan hal tersebut maka
perlu ada kejelasan perihal tujuah langkah keselamatan pasien rumah sakit tersebut.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan pasien Rumah Sakit adalah sebagai
berikut :
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil
Langkah penerapannya :
a. Bagi rumah sakit
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang
dilakukan staff segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah – langkah
pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan
kepada staff, pasien dan keluarga.
1) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden
11
2) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di
rumah sakit
3) Lakukan asesmen dengan mengggunakan survey penilaian keselamatan
pasien
b. Bagi unit/tim
1) Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden
2) Demonstrasikan kepada tim anda ukuran – ukuran yang dipakai di
rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara
terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yang tepat
2. Pimpin dan dukung staff anda
Bangunlah komitmen dan focus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien
di rumah sakit anda.
a. Untuk rumah sakit
1) Pastikan ada anggota direksi atau pimpinan yagn bertanggung jawab atas
keselamatan pasien
2) Identifikasi ditiap bagian rumah sakit, orang – orang yang dapat
diandalkan untuk menjadi penggerak dalam gerakan keselamatan pasien.
3) Prioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat direksi/pimpinan
maupun rapat – rapat manajemen rumah sakit
4) Masukan keselamatan pasien dalam semua program latihan staff rumah
sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.
b. Untuk unit/tim
1) Nominasikan penggerakan dalam tim anda sendiri untuk memimpin
gerakan keselamatan pasien
2) Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi
mereka dengan menjalankan gerakan keselamatan pasien
3) Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
Kembangkan system dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi
assesmen hal yang potensial masalah.
Langkah penerapan :
12
a. Untuk rumah sakit
1) Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko
klinis dan nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan
terintegrasi dengan keselamatan pasien dan staff.
2) Kembangkan indikator – indikator kinerja bagi system pengelolaan
risiko yang dapat dimonitor oleh Direksi/Pimpinan rumah sakit.
3) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari system
pelaporan insiden dan assemen risiko untuk dapat secara proaktif
meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
b. Untuk unit/Tim
1) Bentuk forum – forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu – isu
keselamatan pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen
yang terkait.
2) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses assemen
risiko rumah sakit
3) Lakukan proses assesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko dan ambilah langkah – langkah yang tepat
untuk memperkecil risiko tersebut
4) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke
proses assesmen dan pencatatan risiko rumah sakit
4. Kembangkan system pelaporan
Pastikan staff anda agar dengan mudah melaporkan kejadian/insiden, serta
rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKPRS)
Langkah penerapan:
a. Untuk Rumah sakit
Lengkapi rencana implementasi system pelaporan insiden ke dalam maupun
keluar, yang harus dilaporkan ke KPPRS – PERSI
b. Untuk Unit/TIM
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan
setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi
juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
Kembangkan cara – cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
13
a. Untuk Rumah Sakit
1) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan
cara – cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang insiden
dengan para pasien dan keluarga.
2) Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar
dan jelas bilamana terjadi insiden.
3) Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar
selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya
b. Untuk TIM/ Unit
1) Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan
keluarganya jika terjadi insiden.
2) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi
insiden dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan
benar – benar tepat
3) Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukan empati kepada pasien
dan keluarganya
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
Dorong staff anda untuk melakukan analisa akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
Langkah – langkah penerapan :
a. Untuk Rumah sakit
1) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
secara tepat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab
2) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria
pelaksanaan analisa akar masalah (RCA) yang mencakup insiden yang
terjadi dan minimum satu kali pertahun melakukan falirue modes and
effects analisis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.
b. Untuk unit/TIM
1) Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari analisa insiden
2) Identifikasi unit atau bagian yang lain yang mungkin terkena dampak
dimasa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas
7. Cegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan pada system pelayanan
14
a. Untuk Rumah sakit
1) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari system
pelaporan, assemen risiko, kajian insiden dan audit serta analisa untuk
menentukan solusi setempat.
2) Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang system (struktur dan
proses), penyesuaian pelatihan staff dan/atau kegiatan klinis, termasuk
penggunaan instrument yang menjamin keselamatan pasien.
3) Lakukan assesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan
4) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS – PERSI
5) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden yang dilaporkan
b. Untuk unit/TIM
1) Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat
asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman
2) Telaah kembali perubahan – perubahan yang dibuat tim anda dan
pastikan pelaksanaannya
3) Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut
tentang insiden yang dilaporkan
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Laporan insiden
1. Data penderita :
15
Nama inisial : Ny. i
Umur : 33 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 90 kg
2. Data perusahaan
Nama perusahaan : RSUD KARAWANG
Jenis perusahaan : Tipe B Non Pendidikan
Lokasi perusahaan: Galuh Mas
3. Jenis kejadian
Kejadian tidak diharapkan : Tidak ada
Kejadan nyaris cedera : Tidak ada
Akibat penggunaan alat : Tidak ada
Lain – lain, sebutkan :
1) Pakai infus set karena alasan dana kebanyakan menggunakan jampersal.
2) Transfuse darah sudah habis 4 kolf.
Lab tanggal 11.
Hb 9,1
Leukosit 15, 86
Lab tanggal 19/11/2013
Albumin 1,85
Leukosit 17,69
Trombosit 253rb
Ht 27,1
Natrium 132
Kalium 4,2
Klorida 106
Nifas hari ke 7
3) Terdapat Catatan keperawatan dan catatan kebidanan .
4) Hari pertama di ruangan Rawat gabung mendapatkan MGSO4
16
5) Tidak terdapat tempat tidur bayi Ny. i .
6) Terdatapat nama bayi atau tanda pengenal di pergelangan kaki.
7) Posisi infuse menghambat pergerakan pada pasien.
8) Tidak ditemukan balance cairan.
9) Nifas hari ke 5.
4. Tanggal dan waktu kejadian
Tanggal : -
Waktu : -
5. Kejadian menyangkut
Karyawan operator : Tidak ada
Karyawan lain, sebutkan : Tidak ada
6. Tempat kejadian
Unit / kerja/ departemen : Tidak ada
Lokasi kejadian : tidak ada
7. Akibat kejadian terhadap penderita
Kematian : Tidak ada
Membahayakan jiwa : Tidak ada
Perlu perawatan RS : Tidak ada
Timbul cedera : Tidak ada
Timbul kecacatan : Tidak ada
Memerlukan tindakan : Tidak ada
8. Orang pertama yang melaporkan kejadian
Petugas kesehatan :
Penderita :
Karyawan lain :
9. Kronologi kejadian
Klien datang ke RSUD karawang usia kehamilan 9 bulan. Dengan komplikasi
KPD, Pada minggu pagi pukul 10.00 wib lahirnya seorang anak perempuan.
Setelah itu terjadi perdarahan, dokter menyarankan untuk dilakukan histerektomi
subdural. Pada hari minggu itu juga di lakukan histerektomi, setelah dilakukan
histerektomi klien mengalami penurunan kesadaran dan klien di rawat di ICU
selama 2 hari. Kemudian setelah kesadaran klien kembali normal klien di bawa di
17
rawat gabung untuk di lakukan perawatan lanjut. Setelah dilakukan perawatan
pada balutan klien terdapat infeksi tanda-tandanya terdapat darah dan nanah di
luka operasi Caesar .
10. Tindakan yang di lakukan segera setelah kejadian, hasilnya
-
11. Factor-faktor yang berpengaruh (aspek system/staf/karyawan)
-
12. Kemungkinan tindakan pencegahan (pemikiran tentang kemungkinan pencegahan
yang dapat diambil )
-
13. Catatan petugas yang bertanggung jawab di lokasi pada saat kejadian :
-
14. Catatan kepala unit kerja
-
15. Apakah kejadian ini pernah terjadi di unit kerja yang sama ?
-
16. Apakah kejadian ini pernah terjadi di unit kerja lain
-
17. Hasil analisa
-
18. Solusi pemecahan masalah
B. 7 STANDAR KESELAMATAN PASIEN
NO INSTRUMEN ADA/TIDAKKETERANGAN/AKAR
MASALAHSOLUSI
1 Sosialisasi hak dan
kewajiban pasien
Tidak ada Tidak ada sosialisasi dan
hak dan kewajiban pasien
Harus dibentuk
sosialisasi
dalam bentuk
lisan dan
18
DPJP (dokter
penanggung jawab
pasien )
CP (clinical
pathway)
Rencana Pelayanan
Dr.DPJP
Penjelasan dr. DPJP
Ada
Tidak ada
Ada
Ada
Ada formmya saja , tapi
tidak di isi oleh dokter
dan tidak ada tanda
tangan dokter.
Tidak ada clinical
pathway yang
diberlakukan di ruangan.
tulisan.
Form harus di
isi oleh dokter
dan di tanda
tangani.
Harus di
adakan Clinical
pathway.
2 Koordinasi antar
tenaga/unit
pelayanan
Ada
3 TIM KPRS
(program s.d
evaluasi)
Tidak ada Belum dibentuknya Tim
KPRS
Harus dibentuk
tim KPRS
4 Diklat seluruh staf
tentang KP
Tidak ada
5 Orientasi karyawan
baru
Ada
C. 7 LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN
NO INSTRUMEN ADA/TIDAK KETERANGAN/AKAR
MASALAH
SOLUSI
1 Kebijakan /SK tim KPRS
Tupoksi
Tidak ada Belum dibentuknya
kebijakan / Tim KPRS.
Segera bentuk
tim KPRS
19
Program kerja
Sosialisasi
Prosedur
System pelaporan
(internal/eksistensi)
evaluasi
2 Rapat tim dengan
manajemen
Tidak ada Tidak adanya tim KPRS
diRS.
Pembentukan
kembali tim
KPRS
3 Identifikasi risiko dan
assesmen
Tidak ada Belum adanya
sosialisasi
Harus diadakan
sosialisasi
tentang
identifikasi
risiko dan
assesmen.
4 SOP bila terjadi insiden Ada
5 Analisis akar masalah
semua insiden
Ada
6 Mekanisme umpan balik Ada
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
20
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
Bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit ; Bahaya kebakaran dan ledakan dari
zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat– obatan), Bahan beracun, korosif
dan kaustik, Bahaya radiasi, Luka bakar, Syok akibat aliran listrik, Luka sayat akibat
alat gelas yang pecah dan benda tajam & Bahaya infeksi dari kuman, virus atau
parasit.
B. Saran
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya di Indonesia secara
umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2008 Indonesia menempati posisi
yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi
tersebut mencerminkan kesiapan daya saing pelayanan dan kualitas saranan kesehatan
Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit
menghadapi persaingan global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan
tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan pelayanan tersebut
sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian
instansi itu sendiri, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi
atau bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis
sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan
kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja pelayanan kesehatan. Semakin
tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
21
Allen, carol Vestal, 1998, Memahami Proses keperawatan dengan pendekatan latihan, alih
bahasa Cristantie Effendy, Jakarta : EGC
Depkes RI, 1991, pedoman uraian tugas tenaga keperawatan dirumah sakit, Jakarta.:Depkes
RI
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996
22