Download - Bab I, II, III Poposal
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak
dan dibangun melalui proses penalaran dedukatif, yaitu kebenaran suatu
konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah
diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat
sangat kuat dan jelas. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada
semua siswa mulai dari Sekolah Dasar (SD) yang berumur berkisar antara 6
atau 7 tahun, sampai 12 tahun atau 13 tahun. Menurut piaget, anak-anak
berada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase
operasional konkret.1
Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan basic atau dasar
yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Matematika
berfungsi sebagai pengembang kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bilangan-bilangan, simbol-simbol serta ketajaman penalaran
yang dapat membantu memperjelas dan mempermudah menyelesaikan
permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut pada
jenjang sekolah dasar ini diutamakan agar siswa mengenal, memahami serta
1 Heruman. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007) , 1.
2
mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-
hari.2
Fungsi matematika adalah mengembangkan kemampuan berhitung,
mengukur, menurunkan rumus, dan menggunakan rumus yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar,
peluang dan statistika, kalkulus dan trigonometri.3
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa tujuan diberikannya
matematika di sekolah adalah kita dapat melihat bahwa matematika sekolah
memegang peranan sangat penting. Anak didik memerlukan matematika
untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan siswa/siswi
dari pembelajaran matematika, diantaranya :
1. Dapat berhitung,
2. Dapat menghitung isi dan berat,
3. Dapat mengumpulkan,
4. Dapat mengolah data,
5. Dapat menyajikan data,
6. Dapat menafsirkan data dan
7. Dapat menggunakan kalkulator dan komputer.
Sebagai warga negara Indonesia yang berhak mendapatkan pendidikan
seperti yang tertuang dalam UUD 1945, tentunya harus memiliki
pengetahuan umum minimum. Pengetahuan minimum itu diantaranya adalah
2 Saepul A, Kusaeri dkk, Pembelajaran Matematika I, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2008), 6. 3 Depdiknas. Standar Kompetensi Matematika.
3
matematika. Oleh sebab itu, matematika sekolah sangat berarti baik bagi para
siswa yang melanjutkan studi maupun yang tidak.
Bagi mereka yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih
tinggi, matematika dapat digunakan dalam berdagang dan berbelanja, dapat
berkomunikasi melalui tulisan/gambar seperti membaca grafik dan
persentase, dapat membuat catatan-catatan dengan angka, dan lain-lain.
Kalau diperhatikan pada berbagai media massa, seringkali informasi
disajikan dalam bentuk persen, tabel, bahkan dalam bentuk diagram. Dengan
demikian, agar orang dapat memperoleh informasi yang benar dari apa yang
dibacanya itu, mereka harus memiliki pengetahuan mengenai persen, cara
membaca tabel, dan juga diagram. Dalam hal inilah matematika memberikan
peran pentingnya.
Jadi pada dasarnya matematika sangat bermanfaat bagi kehidupan
sehari-hari, seperti halnya pada KD 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan
dan ratusan. Dalam matematika, nilai tempat bilangan cacah perlu dipahami
oleh peserta didik terutama untuk menuliskan lambang bilangan. Nilai tempat
juga berguna untuk penamaan, pembandingan, pembulatan bilangan,
memahami algoritma penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian.4
Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan guru
Matematika di MI Tarbiyatul Athfal Gresik kelas II semester I
memperlihatkan bahwa penguasaan mata pelajaran matematika pada
4 Tridayat, BSE Matematika 2. (Jakarta : Pusat perbukuan, 2009), 22.
4
Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan masih
rendah. Rendahnya penguasaan siswa terhadap materi nilai tempat
ditunjukkan dengan hasil Uji Kompetensi 4.3, dimana diperoleh data dari 36
siswa yang mendapat nilai 75 keatas baru 10 siswa, sedangkan 26 siswa
memperoleh nilai kurang dari 75. Itu berarti tingkat keberhasilannya masih
4,0%.5
Dalam hal ini penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika di MI Tarbiyatul Athfal Gresik adalah guru ketika
mengajar matematika terkait materi nilai tempat masih kurang dalam
penggunaan media pembelajaran. Dalam hal ini guru ketika mengajar
hanya menggunakan contoh yang abstrak saja tanpa menggunakan contoh
konkret, sehingga siswa sangat kesulitan untuk memahami dan mengerti
tentang apa yang menjadi tujuan yang harus dicapai.
Melihat keadaan tersebut, peneliti ingin meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Matematika terkait materi nilai tempat dengan
menggunakan media sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan.
Media ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi siswa yang kurang
memahami dalam materi nilai tempat.
Penggunaan media yang baik adalah media yang dapat
mengefektifkan dan mengefesienkan pembelajaran. Salah satunya adalah
menggunakan media sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan,
5 Sumber: Dokumen Data Kelas 2 Semester I, MI Tarbiyatul Athfal Gresik.
5
sehingga siswa tidak mudah cepat bosan, dan media yang sangat efektif yang
membantu siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan.6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas II MI Tarbiyatul Athfal
Gresik sebelum diberi tindakan?
2. Bagaimana penerapan media sedotan (Drinking Straws) dan kantong
bilangan dalam meningkatkan hasil belajar matematika kelas II di MI
Tarbiyatul Athfal Gresik?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika kelas II materi nilai
tempat dengan media sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan di
MI Tarbiyatul Athfal Gresik ?
C. Tindakan yang dipilih
Tindakan yang dipilih untuk meningkatkan hasil belajar matematika
materi nilai tempat tersebut adalah dengan menggunakan media sedotan
(Drinking Straws) dan kantong bilangan. Penggunaan media sedotan
(Drinking Straws) dan kantong bilangan ini, dikarenakan dapat
mempermudah peserta didik dalam memahami materi operasi hitung dalam
matematika.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:
6 Abd. Wahab Rosyidi dan Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa
Arab. (Malang: UIN-Maliki Press, 2011), 79.
6
1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas II MI Tarbiyatul
Athfal Gresik sebelum diberi tindakan.
2. Untuk mendeskripsikan penerapan media sedotan (Drinking Straws) dan
kantong bilangan dalam meningkatkan hasil belajar matematika kelas II
di MI Tarbiyatul Athfal Gresik.
3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika kelas II materi
nilai tempat dengan media sedotan (Drinking Straws) dan kantong
bilangan di MI Tarbiyatul Athfal Gresik.
E. Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil
penelitiannya akurat, permasalahan tersebut di atas akan dibatasi pada hal-hal
tersebut dibawah ini :
1) Subjek penelitian adalah pada siswa kelas II MI Tarbiyatul Athfal Gresik
semester I tahun ajaran 2013/2014, karena kelas ini terdapat kesulitan
pada mata pelajaran matematika terutama pada paningkatan hasil belajar
matematika pada materi nilai tempat. PTK ini dilakukan sebanyak 2
Siklus atau 2 Pertemuan @2 jam pelajaran (2 RPP).
2) Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran matematika kelas II
Semester I, dengan Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan nilai tempat
puluhan dan satuan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
7
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai acuan bagi penulis lain
dalam menyusun karya ilmiah mengenai penggunaan media sedotan
(Drinking Straws) dan kantong bilangan untuk meningkatkan hasil belajar
matematika materi nilai tempat pada siswa kelas II MI.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
1) Dapat meningkatkan keprofesionalan peneliti dalam mengajar.
2) Peneliti dapat berbagi media dalam mengajar, terutama media
sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan dalam
mengajarkan materi nilai tempat.
3) Memudahkan peneliti dalam menyampaikan materi pelajaran
karena menggunakan media pembelajaran.
b. Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan penguasaan materi nilai tempat.
2) Dapat memudahkan siswa dalam menerima materi nilai tempat
karena menggunakan media pembelajaran.
3) Dapat berinteraksi dengan pasangan diskusinya dan bekerjasama
dengan baik.
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, khususnya mata
pelajaran matematika.
2) Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.
3) Tumbuhnya pembelajaran yang menyenangkan di kelas.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hasil Belajar
1. Teori Hasil Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang kompleks yang
terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi
karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh
karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu
pertanda bahwa seseorang itu belajar adalah adanya perubahan tingkah
laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya
perubahan pada tingkat pengetahuan, ketrampilan, atau sikapnya.7
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus
dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya
kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat
ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan dan tindakan.8
Seperti yang dikemukakan oleh Hubermas, bahwa belajar adalah
sesuatu yang akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan
7 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), 1.
8 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 21.
9
lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan
alam, lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan.9
Adapun hasil belajar menurut Hamalik adalah perubahan tingkah
laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor
dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang.10
Sedangkan
menurut Abdurrahman, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
anak melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari
seseorang, di mana hasil belajar dipengaruhi oleh inteligensi dan
penguasaan anak tentang materi yang akan dipelajarinya.
Para ahli biasanya merumuskan bahwa hasil belajar secara relatif
bersifat konstan dan berbekas. Dikatakan “secara relatif”, karena ada
kemungkinan suatu hsil belajar ditiadakan atau dihapus dan diganti dengan
hasil yang baru; ada kemungkinan pula suatu hasil terlupakan. Sedangkan
yang di maksud konstan dan berbekas adalah perubahan akibat belajar itu
akan bertahan lama, bahkan sampai taraf tertentu tidak menghilang lagi.
Kemampuan yang diperoleh menjadi milik pribadi yang tidak akan
terhapus begitu saja. Misalnya, orang yang pernah belajar berbahasa
inggris sampai mampu berbicara dengan cukup lancar, tidak akan
mengalami bahwa pada suatu hari kemampuan itu hilang begitu saja.
Sedangkan, kemampuan yang di peroleh dalam hasil belajar itu
digolongkan menjadi kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan dan
pemahaman, kemampuan sensotik-motorik yang meliputi keterampilan
9 Ibid, 73.
10 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara, 1995), 34.
10
melakukan rangkaian gerak-gerik badan dalam urutan tertentu,
kemampuan dinamik-afektif yang meliputi sikap dan nilai, yang meresai
perilaku dan tindakan.11
Penggolongan ini sepadan dengan penggolongan
atas tiga bidang yang dikemukaan oleh Bloom, yaitu belajar kognitif,
belajar sensorik-motorik dan belajar dinamik-afektif yang merupakan
suatu hasil belajar dan mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan
tingkah lakunya.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar
merupakan sebuah perubahan (cara pandang, tingkah laku, dan lain-lain)
yang dihasilkan dari adanya sebuah proses yang disebut pembelajaran.
Seberapa besar perubahan yang dihasilkan akan sangat bergantung pada
proses yang diberikan. Salah satunya dapat diwujudkan dengan
penggunaan metode yang proposional terhadapat aktivitas pebelajar, dan
ketersediaan waktu yang memadai untuk kelangsungan proses
pembelajaran tersebut.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
seorang siswa digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Menurut Ahmadi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
adalah:
a. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah (fisiologi)
11
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), 57.
11
baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya
penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. Faktor
psikologis yang terdiri atas faktor intelektif misalnya kecerdasan dan
bakat, serta faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi
dan penyesuaian diri. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b. Faktor eksternal adalah faktor dari luar individu. Kedua faktor
tersebut mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka membantu
siswa dalam mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Dan yang
tergolong dalam faktor eksternal adalah : faktor sosial yang terdiri
atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat
dan lingkungan kelompok. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian. Faktor lingkungan fisik seperti
fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim. Faktor lingkungan spiritual
atau keamanan.
3. Ranah-Ranah Pembelajaran
Menurut Bloom, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus
dirumuskan dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga domain
(bidang), yaitu:12
a. Domain kognitif
12 Tim Pengembang MKDP, Kurikulim dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 48.
12
Domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan
dengan kemampuan intelektual dan kemampuan memecahkan masalah.
Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari enam tingkatan, yaitu:
1) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan (Knowledge) adalah kemampuan mengingat dan
kemampuan mengungkapkan kembali informasi yang sudah
dipelajarinya (recall). yakni mengetahui tentang hal-hal khusus,
peristilahan, fakta-fakta khusus, prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.
Kemampuan pengetahuan ini merupakan kemampuan taraf yang
paling rendah.
2) Pemahaman (comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu
objek atau subjek pembljaran. Kemampuan untuk memahami akan
mungkin terjadi manakala didahului sejumlah pengetahuan
(Knowledge). Oleh sebab itu, pemahaman tingkatannya lebih tinggi
daripada pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat
fakata, tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan,
menerangkan, menafsirkan, atau kemampuan menangkap makna
atau arti suatu konsep.
3) Penerapan (aplication)
Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep,
prinsip, prosedur pada situasi tertentu. Kemampuan menerapkan
merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi tingkatannya
13
dibandingkan dengan pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini
berhubungan dengan kemampuan mengaplikasika suatu bahan
pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil,
hukum, konsep, ide dan lain sebagainya ke dalam situasi baru yang
konkret.
4) Analisis
Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah
sustu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta
hubungan antar bagian bahan itu. Analisis merupakan tujuan
pembelajaran yang kompleks yang hanya mungkin dipahami dan
dikuasai oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan
memahami dan menerapkan. Analisis berhubungan dengan
kemampuan nalar.
5) Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-
bagian ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti
merumuskan tema, rencana atau hubungan abstrak dari berbagai
informasi yang tersedia. Sintesis merupakan kebaikan dari analisis.
Kalau analisisa mampu menguraikan menjadi bagian-bagian, maka
sintesis adalah kemampuan menyimpan unsur atau bagian-bagian
menjadi sesuatu yang utuh.
6) Evaluasi
14
Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain
kognitif. Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan membuat
penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu
serta kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan
berbagai pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu.
Penguasaan kognitif diukur dengan menggunakan tes lisan dikelas
atau berupa tes tulis. Ranah kognitif juga dapat diukur dengan
menggunakan portofolio.
b. Domain afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi.
Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain
kognitif. Domain afektif memiliki tngkatan, yaitu:13
1) Penerimaan
Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang
terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah. Seseorang
memiliki perhatian yang positif terhadap gejala-gejala tertentu
manakala mereka memiliki kesadaran tentang gejala, kondisi atau objek
yang ada.
2) Merespons
Merespons atau menanggapi ditunjukkan oleh kemauan untuk
menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi,
kemauan untuk membantu orang lain dan sebagainya.
13 Ibid, 51-52.
15
3) Menghargai
Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuk memberi penilaian
atau kepercayaan kepada gejala atau objek tertentu.
4) Mengorganisasi
Tujuan yang berkenaan dengan organisasi ini berkenaan
pengembangan nilai ke dalam sistem organisasi tertentu, termasuk
hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu.
5) Karakteristik Nilai
Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi sistem
nilai dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang
dibangunnya itu dijadikan pandanagn (falsafah) hidup serta dijadikan
pedoman bertindak dan berperilaku.
Ada beberapa skala yang digunakan untuk mengukur sikap:
1) Skala likert
Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh 5
respon yang menunjukkan tingkatan, misal :
SS : sangat setuju
S : setuju
TB : tidak berpendapat
TS : tidak setuju
STS : sangat tidak setuju
2) Skala Pilihan Ganda
Bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda.
16
3) Skala Thursione
Merupakan skala mirip skala buatan likert, karena merupakan suatu
instrumen yang jawabannya menunjukkan tingkatan.
4) Skala Guttmctu
Berupa tiga atau empat buah pernyataan yang masing-masing harus
di jawab “ya”atau “tidak”
5) Smantic Differential
Mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi yaitu baik – tidak
baik, kuat- lemah dan cepat-lambat atau aktif-pasif.
6) Pengukuran Minat
c. Domain Psikomotor
Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan
kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Ada tujuh tungkatan yang
termasuk dalam domain ini:14
1) Persepsi (perception)
Persepsi merupakan kemampuan seseorang dalam memandang
sesuatu yang dapat dipermasalahkan.
2) Kesiapan (set)
14 Ibid, 52.
17
Kesiapan merupakan berhubungan dengan kesediaan seseorang
untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan
dengan prilaku-prilaku khusus.
3) Meniru (imitation)
Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempraktikkan
gerakan-gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya.
4) Membiasakan (Habitual)
Membiasakan merupakan kemampuan seseorang untuk
mempraktikkan gerakan-gerakan tertentu tanpa harus melihat contoh.
5) Menyesuaikan (Adaptation)
Menyesuaiakan merupakan kemampuan beradaptasi gerakan atau
kemampuan itu sudah disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi
yang sudah ada.
6) Menciptakan (Organization)
Menciptakan merupakan kemampuan seseorang untuk berkreasi
dan mencipta sendiri suatu karya.
Tes untuk mengukur aspek psikomotorik adalah tes yang dilakukan
untuk mengukur penampilan atau perbuatan atau kinerja (performance)
yang telah dikuasai siswa. Contoh tes penampilan atau kinerja diantaranya
yaitu: a) Tes tertulis, b) Tes identifikasi, dan c) Tes simulasi.
B. Pembelajaran Matematika
1. Teori Pembelajaran Matematika
18
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.15
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi
pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi
ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut
akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar
dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui
proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang
memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik
lebih mudah mencapai target belajar.
Menurut James and James, matematika adalah ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan
satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi kedalam
tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Adapun matematika menurut Johnson dan Rising adalah pola fikir,
pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas
15 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineke Cipta, 2005), 19.
19
dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa
simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika Menurut
Suwarsono adalah ilmu yang memiliki sifat khas yaitu: objek bersifat
abstrak, menggunakan lambang-lambang yang tidak banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari, dan proses berpikir yang dibatasi oleh
aturan-aturan yang ketat.16
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat,
representasinya dengan lambang-lambang atau simbol dan memiliki arti
serta dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan
bilangan.
Pengertian pembelajaran matematika menurut Tim MKPBM
terbagi dua macam:
a. Pengertian pembelajaran matematika secara sempit, yaitu proses
pembelajaran dalam lingkup persekolahan, sehingga terjadi proses
sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru,
sumber atau fasilitas, dan teman sesama siswa.
b. Pengertian pembelajaran matematika secara luas, yaitu upaya penataan
lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar matematika
tumbuh dan berkembang secara optimal.
16 Catur Supatmono, Matematika Asyik, (Jakarta: Grasindo, 2002), 101.
20
Nickson berpendapat bahwa pembelajaran matematika adalah
pemberian bantuan kepada siswa untuk membangun konsep-konsep dan
prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses
internalisasi (arahan terbimbing) sehingga konsep atau prinsip itu
terbangun.17
Pendapat tersebut menandakan bahwa guru dituntut untuk
dapat mengaktifkan siswanya selama pembelajaran berlangsung. Proses
pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru melainkan pada siswa. Guru
bukan mentransfer pengetahuan pada siswa tetapi membantu agar siswa
membentuk sendiri pengetahuannya.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian pembelajaran
matematika, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika
merupakan serangkaian aktivitas guru dalam memberikan pengajaran
terhadap siswa untuk membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip
matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi,
sehingga konsep atau prinsip itu terbangun dengan metode atau
pendekatan mengajar dan aplikasinya agar dapat meningkatkan
kompetensi dasar dan kemampuan siswa.
2. Tujuan Pembelajaran Matematika
Adapun tujuan pembelajaran khususnya pelajaran matematika
adalah:
17 Jajang, Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: Sinar Jaya,2005), 5.
21
a. Melatih cara berpikir dan menalar dalam menarik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyelidikan, ekplorasi, eksperimen,
menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten.
b. Mengembang aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, garfik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.18
3. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika
Adapun ciri-ciri pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:19
a. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral.
(mengkaitkan dengan pelajaransebelumnya, konsep diberikan ll benda
benda konkrit).
b. Pembelajaran matematika bertahap (dari konsep sederhana ke
konsep yang lebih sulit, contohmenggunakan kelereng, untuk
memulai perkalian).
c. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif.
d. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.
e. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna.
4. Ruang Lingkup
18
Depag RI, Standar Kompetensi SD/MI, (Jakarata: Depdiknas, 2005), hal. 21. 19 Ibid, 11.
22
Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
a. Bilangan
b. Geometri dan pengukuran
c. Pengolahan data
5. Nilai Tempat
a. Pengertian nilai tempat
Setiap angka pada suatu bilangan, memiliki nilai, yang nilainya
tergantung pada posisi/letak/tempat angka tersebut pada bilangan yang
dimaksud. Nilai ini dinamakan dengan nilai tempat.20
Nilai tempat bilangan-bilangan mulai dari posisi paling kanan
menuju ke posisi kiri berturut-turut adalah: satuan, puluhan, ratusan,
ribuan, puluh ribuan, ratus ribuan, jutaan, dan seterusnya. Sebagai
contoh misalnya terdapat bilangan 31527.
3 1 5 2 7
Puluh ribuan Ribuan Ratusan Puluhan Satuan
Nilai angka 5 dalam 31527 adalah ratusan, atau nilainya 500. Nilai
angka 1 dalam 31527 adalah ribuan, atau nilainya 1000.
Setiap bilangan yang terdiri dari dua angka/lebih dapat dituliskan
dalam bentuk panjang dengan menggunakan nilai tempat. Tabel 1.2
20 Rahma Johar, Pembelajaran Matematika SD 1, (Jakarta: Pustaka Media, 2007), 4.
23
berikut menunjukkan perbedaan penulisan bilangan bentuk standar dan
bentuk panjang.
Tabel 1.2
Bentuk Standar Bentuk Panjang
376 300 + 70 + 6
1735 1000 + 700 + 30 + 5
C. Media Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong Bilangan
1. Pengertian Media Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong Bilangan
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berarti “tengah, perantara, atau pengantar”. Dalam bahasa arab, media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan. Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
ketrampilan, atau sikap.21
Schramm, mengatakan media teknologi pembawa informasi atau
pesan instruksional. Sedangkan Briggs mengatakan media adalah segala
wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
pembelajar untuk belajar.
21 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo,1997), 3.
24
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa media adalah sarana
pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses
pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam
mencapai tujuan pengajaran. Dalam pengertian yang luas media adalah
alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara pengajar dan
pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas.22
Adapun Media pembelajaran Sedotan (Drinking Straws) dan
Kantong Bilangan merupakan suatu alat sederhana yang ditujukan untuk
mempermudah siswa dalam memahami materi operasi hitung dalam
matematika.
Media ini berbentuk segi empat dengan empat kotak yang menempel
atau disebut dengan kantong bilangan. Kantong bilangan tersebut
berfungsi sebagai penentu nilai suatu bilangan, yaitu satuan, puluhan,
ratusan, dan ribuan. Dengan adanya pengelompokan nilai suatu bilangan,
maka akan memudahkan siswa untuk melakukan operasi hitung baik
penjumlahan maupun pengurangan. Sedotan pada media ini digunakan
sebagai penentu jumlah suatu bilangan. Apabila satu sedotan diletakkan
pada kantong yang bernilai tempat ribuan, maka nilai satu sedotan tersebut
adalah seribu. Begitu juga bila sedotan tersebut diletakkan pada kantong
22 Hujair Sanaky, Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2009), 79.
25
nilai tempat ratusan maka satu sedotan tersebut bernilai seratus dan
seterusnya.23
2. Desain Media Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong Bilangan
Media pembelajaran Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong
Bilangan dibuat berbentuk kotak dengan empat kantong yang menempel
dibagian tengah kotak utama. Sedangkan sedotan sendiri digunakan
sebagai pengisi kantong-kantong yang tersedia sebagai indikator jumlah
bilangan yang akan dihitung. Adapun desain media pembelajaran
Sedotan (Drinking Straws)dan Kantong Bilangan dapat digambarkan
sebagai berikut :
Media Pembelajaran Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong Bilangan
3. Langkah-langkah Media Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong
Bilangan
Penggunaan media pembelajaran Sedotan (Drinking Straws) dan
Kantong Bilangan sangatlah mudah, yaitu hanya dengan memasukkan
23 Rostina Sundayan, Media Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Graha Pustaka, 2010), 101.
26
sedotan sesuai dengan nilai angka yang akan kita hitung kemudian
masukkan atau ambil sedotan lagi sesuai dengan nilai angka yang
digunakan sebagai angka penambah, pengurang, pengali ataupun
pembaginya. Agar lebih jelas lagi, berikut prosedur penggunaan media
pembelajaran Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong Bilangan dalam
pembelajaran:
a. Persiapkan sedotan dan kantong bilangan yang akan digunakan
untuk melakukan operasi hitung.
b. Letakkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya, misalnya 1312
berarti 2 sedotan berada pada kantong satuan, 4 sedotan berada pada
kantong puluhan, 3 sedotan berada pada kantong ratusan, dan 1
sedotan berada pada kantong ribuan.
c. Lakukan operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian
ataupun pembagian) dengan menambahkan sedotan ataupun
mengurangi sedotan yang ada dalam kantong sesuai dengan angka
penjumlah atau pengurangnya.
d. Sedotan yang masih ada dalam kantong merupakan hasil operasi
hitung yang dilakukan.
e. Hitung jumlah sedotan yang masih ada dalam kantong bilangan
sesuai dengan nilai tempatnya.
f. Jika dalam satu kantong terdapat lebih dari sepuluh sedotan, maka
ambil sepuluh sedotan pada kantong tersebut, kemudian tambahkan
27
satu sedotan pada kantong nilai yang bernilai tempat lebih besar
yang ada di sampingnya.
Contoh penerapan media Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong
Bilangan dalam menyelesaikan soal penjumlahan : Soal : 1342 + 245 = …
Maka langkah yang dilakukan yaitu :
1) Letakkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya, yaitu 1 sedotan pada
kantong ribuan, 3 sedotan pada kantong ratusan, 4 sedotan pada
kantong puluhan, dan 2 sedotan pada kantong satuan.
2) Tambahkan sedotan pada kantong berdasarkan nilai tempatnya, yaitu
2 sedotan pada kantong ratusan, 4 sedotan pada kantong puluhan, dan
5 sedotan pada kantong satuan.
3) Hitung sedotan yang ada pada masing-masing kantong.
4) Tulis hasil penghitungan sedotan ke dalam lembar jawab.
4. Kelebihan dan Kekurangan Media Sedotan (Drinking Straws) dan
Kantong Bilangan
a. Kelebihan Media sedotan Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong
Bilangan
1) Membantu guru untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan
lebih menarik.
2) Membantu guru untuk bisa menyampaikan suatu konsep
pembelajaran yang abstrak menjadi sebuah situasi yang nyata.
3) Memantapkan pengetahuan siswa dalam memahami nilai tempat
suatu bilangan.
28
4) Membantu siswa untuk menyelesaikan masalah operasi hitung
dengan cara yang sistematis.
b. Kekurangan Media Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong
Bilangan
1) Tidak bisa digunakan dalam pembelajaran operasi hitung
yang melibatkan bilangan negatif maupun desimal.
29
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan untuk
melakukan penelitian pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu
pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan
dalam kegiatan pembelajaran bersama guru dan siswa selama
pembelajaran berlangsung, yakni menggunakan bentuk kolaboratif, yang
mana guru merupakan mitra kerja peneliti. Adapun unsur-unsur yang
dapat dijadikan sasaran/objek PTK tersebut adalah: (1) guru, (2) siswa, (3)
materi pembelajaran, (4) peralatan atau sarana pendidikan, (5) hasil
pembelajaran, (6) lingkungan dan (7) pengelolaan.
Menurut Suharsimi Arikunto menjelaskan PTK dengan
memisahkan kata-kata dari penelitian – tindakan – kelas:24
1. Penelitian adalah menunjukkan pada kegiatan mencermati suatu objek,
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan
mutu suatu hal yang diminati.
24
Rido Kurniyanto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2009), paket. 3,
hal. 9.
30
2. Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk
rangkaian siklus kegiatan untuk peserta didik.
3. Kelas adalah dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas,
tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yakni sekelompok peserta
didik dalam waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru
yang sama pula.
Penelitian ini menggunakan media sedotan (Drinking Straws) dan
Kantong Bilangan, yang merupakan variasi dalam pembelajaran
matematika. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
menggunakan bentuk kolaboratif, yang mana guru merupakan mitra kerja
peneliti. Masing-masing memusatkan perhatiannya pada aspek-aspek
penelitian tindakan kelas yang sesuai dengan keahliannya, guru sebagai
praktisi pembelajaran, peneliti sebagai perancang dan pengamat yang
kritis.25
Dalam melaksanakan media sedotan (Drinking Straws) dan
Kantong Bilangan, peneliti menggunakan model PTK “guru sebagai
observer” dengan acuan model siklus PTK yang dikembangkan oleh Kurt
Lewin, yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat
langkah pokok, yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) aksi atau tindakan
(Acting), 3) observasi (observing), dan 4) refleksi (reflecting).26
25 Mohammad Asrori, Penelitian tindakan kelas, (Bandung:CV Wacana Prima, 2007), 158. 26 Eni Purwati, dkk, Penelitian Tindakan Kelas Paket 5, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2009), hal. 12.
31
Bagan prosedur PTK model Kurt Lewin:
Identifikasi
masalah
Perencanaan
(planning)
Tindakan
(Acting)
Refleksi
(reflecting)
Observasi
(observing)
Siklus I
Perencanaan
ulang
Siklus II
dst
Gambar 1 Model Kurt Lewin
32
Secara keseluruhan, bagan tersebut mempunyai empat tahapan
dalam PTK yang membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam
bentuk spiral.
Untuk mengatasi masalah dan memperbaiki proses pembelajaran
agar lebih bermutu maka mungkin diperlukan lebih dari satu siklus.
Tahapan-tahapan dalam siklus tersebut meliputi: pertama, sebalum
melaksanakan tindakan, peneliti harus menyusun perencanaan (planning),
yaitu dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dikelas,
mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data
mengenai proses dan hasil tindakan. Kedua, setelah perencanaan tersusun
dengan rapi dan matang, barulah peneliti melaksanakan tindakan (acting)
yang telah dirumuskan pada RPP pada situasi yang aktual, yang meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Ketiga, pada tahapan ini
peneliti melaksanakan pengamatan (observing) dikelas yang meliputi: 1)
mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran;
2) memantau kegiatan diskusi/kerja sama antar siswa-siswi dalam
kelompok; 3) mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan
materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK.
33
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas II MI Tarbiyatul Athfal
Panceng Gresik pada mata pelajaran Matematika.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada pertengahan semester
ganjil yaitu pada bulan Oktober 2014.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II MI Tarbiyatul Athfal
Panceng Grasik tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa dalam
satu kelas 36 siswa, yaitu 16 siswa laki-laki dan 20 siswi perempuan.
Kompetensi Dasar yang digunakan adalah 4.3. “Menentukan nilai
tempat puluhan dan satuan”. Objek penelitian ini adalah siswa kelas II
MI Tarbiyatul Athfal Panceng Grasik yang hasil belajar masih di bawah
KKM. Selain itu pembelajaran dengan menggunakan media sedotan
(Drinking Straws) dan Kantong Bilangan belum pernah di terapkan
pada sekolah tersebut.
C. Variabel yang Diteliti
Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah
meningkatkan hasil belajar dengan menerapkan media sedotan (Drinking
Straws) dan Kantong Bilangan pada mata pelajaran matematika kelas 2
34
tentang nilai tempat. Disamping variabel tersebut masih ada beberapa
variabel yang lain yaitu :
1. Variabel input : Siswa kelas II MI Tarbiayatul Athfal Panceng
Gresik
2. Variabel Proses : Penerapan media sedotan (Drinking Straws) dan
Kantong Bilangan.
3. Variabel output : hasil belajar siswa materi nilai tempat (puluhan
dan ratusan) pada mata pelajaran matematika.
D. Rencana Tindakan
Penelitian ini di rancang dengan menggunakan model siklus, dan
dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas beberapa tahap,
yaitu: tahap membuat rencana tindakan, melaksanakan tindakan,
mengadakan pemantauan atau observasi, mengadakan refleksi.
Peneliti memilih model siklus karena apabila pada awal
pelaksanaan adanya kekurangan, maka peneliti bisa mengulang kembali
dan memperbaiki pada siklus-siklus selanjutnya sampai apa yang di
inginkan peneliti tercapai. Jika sampai pada siklus dua belum berhasil,
maka peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya.
Siklus 1
1. Menyusun Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini peneliti membuat rancangan RPP, menyusun
fasilitas atau sarana seperti media yang di perlukan dikelas,
mempersiapkan instrumen untuk menganalis data mengenai proses
35
dan hasil tindakan yaitu : lembar kerja, lembar observasi guru dan
siswa.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap ini peneliti (guru) melaksanakan pembelajaran dengan
materi pengolahan data dengan media sedotan (Drinking Straws) dan
Kantong Bilangan . Adapun kegiatan yang dilakukan guru sebagai
berikut:
a. Guru melakukan apersepsi dan motivasi, agar siswa siap menerima
materi yang akan diajarkan dengan penuh semangat.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
c. Guru memperkenalkan media sedotan (Drinking Straws) dan
Kantong Bilangan yang akan dilaksanakan selama proses
pembelajaran.
d. Guru memberikan post tes/ kuis kepada setiap siswa secara
individu dan melakukan pembelajaran dengan menerapkan media
sedotan (Drinking Straws) dan Kantng Bilangan sesuai dengan
langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP I, yaitu:
Kegiatan awal
- Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
- Berdoa dengan di pimpin oleh perwakilan siswa
- Menyampaikan tujuan pembelajaran
- Mengaitkan pembelajaran yang sudah dipelajari dengan
pembelajaran yang akan di pelajari saat ini.
36
- Menumbuhkan motivasi dan minat untuk meningkatkan hasil
belajar matematika khususnya pada menyebutkan puluhan dan
ratusan pada materi nilai tempat dengan menanamkan manfaat
bagi mereka mengetahui nilai tempat puluhan dan ratusan.
Kegiatan Inti
- Siswa diminta berkelompok sesuai dengan aturan yang dibuat
guru.
- Guru memberikan media sedotan (Drinking Straws) dan
Kantong Bilangan pada setiap kelompok.
- Guru memberi Lembar kegiatan pada setiap kelompok beserta
instruksinya.
- Setiap kelompok diminta untuk mengerjakan soal yang ada di
lembar kegiatan.
- Siswa meletakkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya,
misalnya 1312 berarti 2 sedotan berada pada kantong satuan, 4
sedotan berada pada kantong puluhan, 3 sedotan berada pada
kantong ratusan, dan 1 sedotan berada pada kantong ribuan.
- Siswa melakukan operasi hitung (penjumlahan, pengurangan,
perkalian ataupun pembagian) dengan menambahkan sedotan
ataupun mengurangi sedotan yang ada dalam kantong sesuai
dengan angka penjumlah atau pengurangnya.
- Siswa menghitung jumlah sedotan yang masih ada dalam
kantong bilangan sesuai dengan nilai tempatnya.
37
- Setelah berdiskusi, jawaban yang sudah di peroleh ditempel di
dinding, masing-masing kelompok menunjuk salah satu teman
untuk menjaga galerynya yang bertugas menjaga galeri dan
menjawab apabila ada kelompok lain yang ingin bertanya.
- Siswa yang tidak bertugas menjaga galery di wajibkan untuk
mengunjungi dari masing-masing galery yang ada, (tidak boleh
mengunjungi galerynya sendiri).
- Setelah selesai siswa-siswi diharapkan kembali ke kelompok
semula.
Kegiatan Penutup
- Guru memberikan penilaian tentang diskusi kelompok.
- Untuk kegiatan akhir guru mengulang lagi tentang apa yang
sudah dipelajari dan manfaatnya.
- Guru menutup pembelajaran dengan berdoa dan mengingatkan
siswa-siswi untuk belajar dan di akhiri dengan salam.
e. Menyiapkan lembar pengumpulkan data dengan bantuan guru yang
bertugas selama pembelajaran. Peneliti melakukan observasi
terhadap aktivitas siswa dalam belajar selama proses pembelajaran
yang diterapkan dengan menggunakan media sedotan (drinking
straws) dan kantong bilangan.
f. Melaksanakan tes/ evaluasi untuk semua siswa pada akhir siklus.
38
3. Tahap observasi (Pengumpulan data)
Tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap
berlangsungnya proses perbaikan pembelajaran Pengelolahan Data pada
mata pelajaran Matematika dengan media sedotan (drinking straws) dan
kantong bilangan di kelas II MI Tarbiyatul Athfal Panceng Gresik. Hal
yang dilakukan pengamat adalah:
a. Mengamati dan mencatat semua gejala yang muncul selama proses
perbaikan pembelajaran dalam lembar observasi.
b. Menyeleksi data yang diperlukan dalam penelitian, yaitu:
1) Lembar pengamatan kegiatan siswa.
2) Lembar pengamatan kegiatan guru.
3) Lembar tes tertulis.
4) Lembar kerja diskusi.
5) Lembar kerja siswa (LKS).
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah : mencatat hasil
observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran,
mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan
perancangan siklus berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.
Refleksi terhadap proses belajar mengajar ini perlu dilakukan
anatara penelitian dan pengamatan untuk menemukan penyebab mencari
jalan pemecahannya. Dengan demikian diharapkan pada akhir siklus
tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai.
39
E. Data dan Cara Pengumpulan
1. Sumber data
Sumber data PTK ini adalah :
a. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa selama
proses kegiatan belajar mengajar
b. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi media
sedotan (drinking straws) dan kantong bilangan terhadap hasil
belajar siswa pada materi nilai tempat dalam proses pembelajaran.
2. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diupayakan agar bisa
mendapatkan data yang yang benar-benar valid, maka peneliti
melakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :
1) Observasi
Merupakan proses pengamatan atau pengindraan langsung
terhadap kondisi, situasi, proses, dan prilaku saat proses
pembelajaran berlangsung. Observasi dipergunakan untuk
mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar dan penerapan materi dengan media sedotan (drinking
straws) dan kantong bilangan yang dilaksanakan guru dan peneliti.
Lembar observasi terlampir.
40
2) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan informasi
melalui komunikasi secara langsung dengan responden. Teknik
wawancara dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data
tentang pendapat siswa mengenai proses belajar yang di alami.
F. Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat
tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau
memperbaiki PBM dikelas. Indikator kinerja harus realistik dan data dapat
diukur (jelas cara pengukurannya).27
Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah sebagai berikut :
1. Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan hasil belajar siswa pada
pelajaran matematika materi pengolahan data meningkat. Diukur dari
presentase ketingkatan hasil belajar siswa sebelum menggunakan media
sedotan (drinking straws) dan kantong bilangan dan sesudah
menggunakan media sedotan (drinking straws) dan kantong bilangan.
2. Meningkatnya prosentase ketuntasan belajar ≥ 80%.
3. Meningkatnya hasil belajar siswa rata-rata menjadi ≥75.
27 Nana Sudjana, Evaluasi Hasil Belajar, (Bandung: Pustaka Mertiana, 1998), 127.
41
Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus I
Nama Sekolah : MI Tarbiyatul Athfal Gresik
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : II / I (ganjil)
Hari / Tanggal : Selasa, 06 Mei 2014
Hasil pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan media
sedotan (drinking straws) dan kantong bilangan.
No Indikator / Aspek Yang Diamati
Pengamat
Skor Skor Penilaian
1 2 3
1. Siswa merespon apersepsi/motivasi yang
diberikan oleh guru.
√
2
2. Siswa mendengarkan saat tujuan pembelajaran
disampaikan.
√ 2
3. Siswa memusatkan perhatian pada materi
pembelajaran yang dipelajari.
√ 2
4. Siswa antusias ketika diperkenalkan dan
dijelaskan oleh guru tentang nilai tempat
dengan media sedotan dan kantong bilangan.
√ 2
5. Siswa melakukan pekerjaan mencari nilai
tempat (puluhan dan ratusan) pada suatu
bilangan dengan media sedotan dan kantong
√ 3
42
bilangan.
6. Siswa mengerjakan dengan tertib lembar kerja
kelompok.
√ 2
7. siswa mempresentasikan hasil pekerjaanya.
√
2
8. Siswa memberi tanggapan saat guru mengecek
pemahaman.
√ 3
9. Siswa mengerjakan dengan tertib saat
dilaksanakan tes evaluasi tertulis perorangan
oleh guru.
√ 3
10. Siswa merespon kesimpulan materi
pembelajaran yang disampaikan guru.
√ 2
Skor perolehan 23
Persentase = x 100 = x 100 = 76
Skor Maksimal 30
76 %
43
Keterangan:
Pengisian Lembar Observasi Guru dengan memberi tanda Checklist (√)
1 : Jika aktivitas siswa sangat kurang.
2 : jika aktivitas siswa cukup.
3 : jika aktivitas siswa sangat baik.
Skor perolehan
4 : Persentase = x 100
Skor Maksimal
Gresik, 06 Mei 2014
Peneliti
Ummu Kholisatin
NIM. D07211031
44
Lembar Observasi Aktifitas Guru Siklus I
Nama Sekolah : MI Tarbiyatul Athfal Gresik
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : II / I (ganjil)
Hari / Tanggal : Selasa, 06 Mei 2014
Hasil Checklist Aktivitas Guru
No Kegiatan
Skor
1 2 3 4
1 Membuka pelajaran
a. Menarik perhatian
b. Menimbulkan motivasi
b. Menunjukkan kaitan
c. Menyampaikan tujuan
√
2 Penguasaan materi ajar
a. Orientasi, motivasi, dan bahasa(sederhana dan
jelas).
b. Sistematika dan variasi penjelasan.
c. Kevakuman materi terhadap kompetensi.
d. Keluasan materi ajar.
√
3 Strategi yang digunakan
a. Kesesuaian strategi dengan indikator
pembelajaran.
√
45
b. Kesesuaian strategi dengan karakter peserta didik.
c. Kesesuaian strategi dengan karakter materi ajar.
d. Variasi strategi.
4 Performance
a. Suara intonasi, nada, dan irama.
b. Posisi dan gerakan guru.
c. Pola interaksi perhatian pada siswa.
d. Ekspresi roman muka.
√
5 Media, bahan, sumber pembelajaran(MBSP)
a. Kesesuaian MBSP dengan indikator
pembelajaran.
b. Kesesuaian MBSP dengan karakter materi ajar.
c. Kesesuaian MBSP dengan karakter peserta didik.
d. Variasi MBSP
√
6 Bertanya
a. Pertanyaan jelas dan konkrit.
b. Pertanyaan memberikan waktu berfikir.
c. Pemerataan pertanyaan pada siswa.
d. Pertanyaan sesuai indikator kompetensi.
√
7 Reinforment(memberi penguatan)
a. Penguatan verbal.
b. Penguatan non verbal.
c. Variasi penguatan.
√
46
d. Feed back.
8 Menutup pembelajaran
a. Memberi reward / penghargaan pada siswa.
b. Menarik kesimpulan.
c. Memberi dorongan psikologis.
d. Mengevaluasi.
√
Skor perolehan 21
Persentase = x 100 = x 100 = 65,6
Skor maksimal 32
65,6 %
Keterangan :
1 : jika ada satu dari empat butir
2 : jika ada dua dari empat butir
3 : jika ada tiga dari empat butir
4 : jika lengkap empat butir
Skor perolehan
5: Prosentase = x 100
Skor Maksimal
47
Gresik, 06 Mei 2014
Peneliti
Ummu Kholisatin
NIM. D07211031
48
Pedoman Wawancara untuk Siswa
Nama Siswa :
Tanggal :
1. Apakah kamu suka materi tentang nilai tempat?
...............................................................................................................................
2. Kesulitan apa yang kamu hadapi dalam menyelesaikan soal terkait materi nilai
tempat?
...............................................................................................................................
3. Bagaimana tanggapan kalian terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan
media sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan?
...............................................................................................................................
4. Apakah kalian lebih mudah memahami materi nilai tempat ketika
menggunakan media sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan?
...............................................................................................................................
5. Bagaimana kesannya dalam mempelajari nilai tempat dengan menggunakan
media sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan?
...............................................................................................................................
Kesimpulan:
.................................................................................................................... ...........
...............................................................................................................................
........................................................................................................................
49
Pedoman Wawancara untuk Guru
Nama Guru :
Tanggal :
1. Bagaimana menurut Ibu tentang media sedotan (Drinking Straws) dan
kantong bilangan?
...............................................................................................................................
2. Apakah Ibu mengetahui tentang langkah-langkah dalam menggunakan media
sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan?
...............................................................................................................................
3. Menurut Ibu apakah keuntungan media sedotan (Drinking Straws) dan kantong
bilangan ini dalam pembelajaran nilai tempat di kelas 2?
...............................................................................................................................
4. Bagaimana kesannya terhadap sedotan (Drinking Straws) dan kantong
bilangan?
...............................................................................................................................
5. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan media
sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan?
............................................................................................................................
50
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab Rosyidi dan Mamlu’atul Ni’mah. 2011. Memahami Konsep Dasar
Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN-Maliki Press.
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Asrori, Mohammad. 2007. Penelitian tindakan kelas. Bandung:CV Wacana
Prima.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Eni Purwati, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Paket 5. Surabaya: LAPIS
PGMI.
Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara.
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Jajang. 2005. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Sinar Jaya.
Johar, Rahma. 2007. Pembelajaran Matematika SD 1. Jakarta: Pustaka Media.
Rido Kurniyanto, dkk. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: LAPIS PGMI.
Sanaky, Hujair. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press.
Sudjana, Nana. 1998. Evaluasi Hasil Belajar. Bandung: Pustaka Mertiana.
Supatmono, Catur. 2002. Matematika Asyik. Jakarta: Grasindo.
Tridayat. 2009. BSE Matematika 2. Jakarta : Pusat perbukuan.
W.S. Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.