Download - BAB I jiwa
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan unsur paling penting dalam kesejahteraan hidup
baik perorangan, kelompok atau masyarakat luar yang sangat dipengaruhi oleh
terpenuhinya kebutuhan dasar hidup seperti pangan, sandang, perumahan,
penghasilan, lapangan kerja, pendidikan, kebebasan beragam, kesempatan
untuk mengembangkan daya cipta (Depkes RI, 2006). Masyarakat yang hidup
sehat adalah masyarakat yang sadar, mampu mengenali dan mengatasi
permasalahan kesehatan yang sedang dihadapi, sehingga dapat bebas dari
gangguan kesehatan, baik yang disebabkan oleh penyakit fisik maupun
psikologis, termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan
dan perilaku yang tidak mendukung hidup sehat termasuk masalah kesehatan
jiwa.
Definisi sehat oleh World Health Organization (WHO) health is a state of
complete physical, mental and social well being and not merely the absence of
disease or infirmity. UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan juga menjelaskan
tentang definisi kesehatan yaitu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis.
Berdasarkan kedua definisi maka dapat disimpulkan selain sehat secara fisik,
kesehatan secara jiwa adalah penting.
Menurut WHO (2009) prevalensi masalah kesehatan jiwa mencapai 13%
dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan berkembang menjadi 25%
di tahun 2030. Gangguan jiwa ditemukan di semua Negara, di asia tenggara
mencapai 6,5 juta perorang. Menurut Depkes RI 2009 diperkirakan gangguan
jiwa diperkirakan 1.037.454 orang. Tahun 2009 angka kejadian penderita
gangguan jiwa di Jawa Tengah berkisar antara 3300 orang sampai 9300 orang
(Widyayati, 2009).
Skizofrenia berasal dari kata mula-mula digunakan oleh Eugene Bleuler
seorang psikiater berkebangsaan Swiss. Bleur mengemukakan manifestasi
primer skizofrenia ialah gangguan pikiran, emosi menumpul dan terganggu. Ia
-
2
menganggap bahwa gangguan pikiran dan menumpulnya emosi sebagai gejala
utama daripada skizofrenia dan adanya halusinasi atau delusi (waham)
merupakan gejala sekunder atau tambahan terhadap ini (Lumban tobing,
2007). Sedangkan menurut Caplan dan Sadock, 2010, skizofrenia dapat
didefinisikan sebagai suatu sindrom dengan variasi penyebab (banyak yang
belum diketahui), dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang
luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pengaruh genetic, fisik, dan
social budaya. Menurut ilmu keperawatan kasus penyakit jiwa tegolong
bermacam-macam yaitu halusinasi, waham, perilaku kekerasan, resiko
perilaku kekerasan, resiko bunuh diri, isolasi sosial, dll.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan Mawar dan hasil
observasi didapatkan data pada bulan Maret, klien yang memiliki masalah
Halusinasi sebanyak 15 orang (88,2%), klien yang memiliki masalah Defisit
Perawatan Diri sebanyak 1 orang (14,3%), dan klien yang memiliki masalah
Resiko Perilaku Kekerasan sebanyak 1 orang (14,3%). Pada bulan April,
seluruh klien di ruang Mawar yang memiliki masalah Halusinasi sebanyak 14
orang (100%). Dan pada bulan Mei, seluruh klien di ruang mawar yang
memiliki masalah Halusinasi sebanyak 11 orang (100%).
Selama kami praktek di Ruang Mawar RS Jiwa Soeharto Heerdjan, dari 4
Mahasiswa mengelola pasien dengan masalah Halusinasi. Menurut asuhan
keperawatan jiwa penyebab dari halusinasi adalah isolasi sosial, sehingga
perlu adanya penanganan isolasi sosial secara tepat. Berdasarkan uraian diatas
maka kelompok kami tertarik untuk mengangkat masalah keperawatan untuk
isolasi social dengan judul makalah : Asuhan Keperawatan Pada Tn.H
Dengan ISOLASI SOSIAL Di Ruang Mawar RSJ. Dr. Soeharto Heerdjan
Jakarta 2015
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
Isolasi Sosial di ruang mawar RS Jiwa Dr Soeharto Heedjan.
-
3
b. Tujuan khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Isolasi Sosial
2. Mampu merumuskan masalah dengan diagnosa keperawatan pada klien
dengan isolasi sosial.
3. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
gangguan isolasi sosial
4. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan isolasi social.
5. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara kasus
dengan terori pada klien dengan isolasi sosial
6. Mampu mengidentifikasi factor pendukung, penghambat, serta dapat
mencari solusinya.
7. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam
bentuk narasi.
c. Proses Pembuatan makalah
Kelompok berjumlah 4 orang praktek diruang mawar selama 4 minggu
dari tanggal 4 mei, mahasiswa bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan semua klien yang dirawat diruang tersebut dengan cara
membagi habis pasien yang ada di ruang mawar saat mahasiswa praktek.
Dengan alasan isolasi social menempati urutan kedua setelah
halusinasi pertama dan kelompok merasa tertarik untuk mengangkat kasus
isolasi social merupakan masalah keperawatan yang unik dan menjadi
tanggung jawab perawat untuk membantu klien untuk mengatasinya,
karena untuk mengatasi isolasi social tidak hanya diperlukan terapi
psikofarmaka. Apa yang di butuhkan klien dengan masalah isolasi social
adalah motivasi yang kotinyu untuk membantu mengontrol halusiansi klien
tersebut dan sehingga peran perawat sangat diperlukan.
Berdasarkan data tersebut diatas, maka kelompok tertarik untuk
mengambil judul makalah Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien Tn.H
dengan masalah isolasi sosial di ruang mawar rumah sakit jiwa dr. Soeharto
Heerdjan. Dikarenakan selain merupakan kasus resume, proses
pengocokan kasus dengan ruangan lain juga dikarenakan halusinasi
-
4
merupakan hal yang paling rentan dengan kejadian isolasi social, harga diri
rendah, deficit perawatan diri dan perilaku kekerasan.
Asuhan keperawatan pada Tn.H di awali oleh satu orang mahasiswa
yang melakukan pendekatan secara intensif sebagai klien kelolaan.
Selanjutnya kelompok mengadakan interaksi secara bergantian dengan
pasien untuk membina hubungan saling percaya. Strategi yang dilakukan
kelompok pada tahap kerja dilakukan oleh satu anggota kelompok
melakukan implementasi sesuai dengan masalah yang ditemukan pada
pasien. Pada tahap evaluasi mahasiswa melakukan koordinasi antar
mahasiswa terutama dalam rencana yang akan datang sehingga
kesinambungan antara nggota kelompok satu dengan yang lain.
Kolaborasi terhadap intervensi yang di lakukan oleh mahasiswa juga
melibatkan perawat diruang mawar, khususnya di pagi hari. Mahasiswa
melakukan pendokumentasian dan mengkonsultasikannya dengan
pembimbing.