1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Internet merupakan salah satu perkembangan teknologi di bidang
penyebaran informasi dan data. Internet ini sendiri dikatakan sebagai new
media karena keberadaannya kini sudah dapat disetarakan dengan media-
media konvensional lainnya. Dikatakan demikian karena dalam internet
dapat terkandung semua hal yang terkandung pada media konvensional,
seperti audio maupun visual, dalam tujuannya yakni sebagai penyampai
pesan.
Gambar 1.1 : Data Pengguna Internet di Indonesia Tahun 2014
Sumber: Website We Are Social diakses pada tanggal 21 September 2015 pukul
22:03 WIB
Data terbaru yang dilansir oleh We Are Social pada bulan Januari
2014 memaparkan bahwa dari populasi penduduk Indonesia yang
berjumlah 250 jutaan, terdapat penetrasi dalam penggunan internet sebesar
2
29%. Bahkan pengguna perangkat mobile di Indonesia mengalami
peningkatan sejumlah 112%, yang berarti hampir setiap orang terutama di
kota-kota besar memiliki lebih dari satu perangkat mobile guna
mendukung aktivitas kesehariannya. (Lihat Gambar 1.1)
Salah satu hasil perkembangan dunia teknologi informasi yaitu
media sosial. Media sosial merupakan suatu platform media komunikasi
terbaru dengan berbasis data dan dilakukan secara online atau maya.
Social media merupakan salah satu media di internet yang paling banyak
digunakan di dunia, bahkan di Indonesia. Negeri yang tahun ini dipimpin
oleh seorang Joko Widodo sendiri mencatat 93% penduduknya memiliki
akun Facebook pribadi, serta diikuti dengan media-media sosial lainnya
seperti yang tersaji pada data dibawah ini. (Lihat Gambar 1.2)
Gambar 1.2
Data Penggunaan Media Sosial di Indonesia Per-Tahun 2014
Sumber: Website We Are Social diakses pada tanggal 21 September 2015 pada
pukul 22:10 WIB
3
Di Provinsi Jawa Barat sendiri, terutama untuk wilayah KSN
Cekungan Bandung, terdapat tiga kota yang masuk ke dalam jajaran kota
dengan penggunaan media sosial tertinggi, yaitu Bandung, Sumedang dan
Cimahi. Bandung sendiri menempati posisi pertama sebagai kota dengan
pengguna media sosial tertinggi, karena mengingat kota ini merupakan
pusat pemerintahan dari Jawa Barat. Hal ini terlihat dari paparan data
dibawah ini. (Lihat Gambar 1.3)
Gambar 1.3 : Data Pengguna Media Sosial di Provinsi Jawa Barat
Sumber: https://politicawave.wordpress.com/2013/02/06/pengguna-media-sosial-
di-jawa-barat/ diakses pada tanggal 21 September 2015 pada pukul 23:04 WIB
Selanjutnya, dalam Gambar 1.2 terlihat bahwa Instagram
menempati peringkat terbawah dalam hasil survey yang dilansir lama
berikut. Walau nilai tersebut dipandang masih kecil dibandingkan dengan
kompetitor lainnya, setidaknya Instagram berhasil memasuki jajaran lima
teratas dalam hal penggunaan media sosial di Indonesia. Instagram dalam
laman web-nya mendefinisikan dirinya sendiri sebagai, “adalah cara yang
gratis dan sederhana untuk berbagi hidup Anda dan terhubung dengan
orang lain—Mengambil gambar atau video, lalu menyesuaikannya dengan
filter dan alat kreatif. Posting di Instagram dan berbagi langsung di
4
Facebook, Twitter, Tumblr dan lebih—atau mengirimkannya langsung
sebagai pesan pribadi. Cari orang untuk mengikuti berdasarkan pada hal-
hal Anda ke dalam, dan menjadi bagian dari komunitas inspirasional.”
“is a free and simple way to share your life and keep up with other
people — Take a picture or video, then customize it with filters and
creative tools. Post it on Instagram and share instantly on
Facebook, Twitter, Tumblr and more—or send it directly as a
private message. Find people to follow based on things you’re into,
and be part of an inspirational community”. (diakses pada pukul
14.25 WIB tanggal 29 September 2015 pada website
http://instagram.com/aboutus)
Instagram berasal dari dua suku kata yang memiliki arti berbeda
satu sama lain, yakni “insta” dan “gram”. Kata “insta” sendiri merujuk
kepada kata “instan” yang memiliki arti tentang sebuah proses dan
kecepatan saat melakukan suatu hal. Foto polaroid merupakan salah satu
contohnya, yang pada masanya lebih dikenal dengan “foto instan”. Sama
halnya dengan foto polaroid, Instagram juga memberikan kesan seperti itu
namun lebih ke bentuk yang digital. Selanjutnya untuk kata “gram” yang
berasal dari kata “telegram”, dimana telegram sendiri bekerja untuk
mengirimkan suatu informasi dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat.
Seperti halnya Instagram yang dapat mengunggah atau membagikan foto
hanya dalam waktu singkat jika menggunakan konektivitas internet.
Dari pemaparan tersebut, dapat diasumsikan bahwa Instagram
merupakan sebuah media sosial yang bergerak di bidang visual, yang
memungkinkan penggunanya berbagi foto maupun video kepada orang
lain.
5
Gambar 1.4 : Data Pengguna Instagram
Sumber: Website Trenologi diakses pada tanggal 21 September 2015 pada pukul
22:36 WIB
Data terbaru yang dikeluarkan oleh Facebook sebagai pemegang
saham tertinggi Instagram pada penutup tahun 2013 memperlihatkan
bahwa pengguna aktif Instagram diseluruh dunia mencapai titik 150 juta
orang dengan jumlah foto sebanyak 55 juta foto yang diunggah tiap
harinya. Tidak mengherankan jika Instagram juga menjadi salah satu
media sosial yang digunakan di Indonesia jika melihat data pada Gambar
1.4.
Instagram sendiri memberikan banyak kemudahan bagi para
penggunanya untuk mengeksplor keberadaan media sosial tersebut.
Sebutlah fitur filter foto guna memberikan kesan artistik pada foto yang
akan diunggah, hingga fitur tagging yang berfungsi untuk menandai
seseorang—dalam kasus ini ialah akun Instagram orang tersebut—pada
sebuah foto yang memang berkaitan dengan orang tersebut. Salah satu
6
fitur lainnya adalah hadirnya fitur hashtag (#). Fitur ini sendiri
memungkinkan pengguna untuk mengklasifikasikan foto-foto yang
mereka unggah serta mencari klasifikasi tersebut.
Melalui fitur hashtag ini pula-lah penulis menemukan fakta bahwa
#bandung memiliki foto unggahan sebanyak enam juta lebih (Lihat
Gambar 1.5). Namun sayangnya, tidak semua foto memang
diklasifikasikan khusus untuk Bandung itu sendiri. Bahkan beberapa kali
penulis menemukan foto-foto yang bermoduskan penjualan produk yang
menggunakan hashtag ini. Bukan berarti apapun, pengguna tersebut
memasukkan hashtag tersebut untuk mengklasifikasikan bahwa produk
jualannya tersebut merupakan produk Bandung maupun domisili penjual
yang berada di Bandung.
Gambar 1.5 : #bandung
Sumber: Dokumentasi Penulis diambil pada tanggal 21 September 2015 pada
pukul 22:54 WIB
Selanjutnya, penulis melakukan observasi singkat mengenai
penggunaan hashtag yang paling sering digunakan serta memiliki
keterkaitan dengan Bandung yaitu, #bandungjuara, #bdg, #infobdg,
#explorebandung dan #kulinerbandung. Dari observasi singkat yang
penulis lakukan dengan cara memantau traffic masing-masing hashtag
7
tersebut dari pukul 23:20 WIB hingga pukul 23:39 WIB pada tanggal 21
September 2015 (hingga tulisan ini diturunkan) terlihat bahwa #infobdg
menjadi urutan paling akhir dan #explorebandung menjadi pemimpin dari
urutan lima teratas ini.
#infobdg merupakan pengklasifikasian foto mengenai informasi-
informasi seputar wilayah Bandung. Selain itu hashtag ini merujuk kepada
salah satu merek kanal informasi yang terkenal di Bandung yaitu akun
infobdg—akun ini juga berjaya pada media sosial Twitter. Hashtag ini
terklasifikasi memiliki 104.831 foto dalam Instagram. (update jumlah
postingan)
Selanjutnya ada #bdg yang merupakan akronim dari kata Bandung
itu sendiri. Akronim ini sudah menjadi ciri khas bagi Bandung hingga
merambah ke dalam dunia hashtag Instagram. Terbukti ada 158 ribuan
foto yang menggunakan hashtag ini. (update jumlah postingan)
#kulinerbandung berada diperingkat ketiga dalam jajaran tertinggi
penggunan hashtag yang berkaitan dengan Bandung. Hal ini disebabkan
identitas Bandung yang sudah melekat sebagai salah satu kota yang kaya
akan wisata kulinernya. Keberadaan hashtag ini dirasa membantu bagi
penduduk asli maupun wisatawan untuk menemukan tempat makan yang
sesuai dengan keinginan mereka. Foto-foto yang menggunakan hashtag ini
biasanya berpusat pada bentuk pelayanan maupun promosi sebuah rumah
makan maupun aktivitas foodstagramming—kebiasaan memfoto makanan
sebelum disantap—para pengguna Instagram Sebanyak 259 ribuan foto
diunggah dengan menggunakan hashtag ini. Selain itu, sama halnya
dengan #infobdg, hashtag ini juga mengacu pada penggunaan sebuah
merek atau akun yang memang sudah terkenal di bidang kuliner, bahkan
nama akun tersebut dibuat mirip dengan hashtag yang ada. (update jumlah
postingan)
8
Posisi kedua teratas ditempati oleh #bandungjuara yang tak lain
dan tak bukan merupakan slogan dari kepemimpinan Kang Emil demi
mewujudkan Kota Bandung yang unggul diberbagai bidang. (update
jumlah postingan)
Tempat pertama diduduki oleh #explorebandung dengan jumlah
foto mencapai 628 ribuan (Lihat Gambar 1.6). #explorebandung
merupakan sebuah hashtag yang berfungsi untuk mengklasifikasikan
tempat-tempat baru, unik dan menarik dari seluruh penjuru wilayah
Bandung. Jika #kulinerbandung lebih terspesifikasi sebagai hashtag
kuliner, #explorebandung memposisikan dirinya sebagai hashtag jelajah,
petualang, eksplorasi dan jalan-jalan. Hal tersebut terlihat dari penggunaan
kata-kata explore yang dialihbahasakan berarti menjelajah ataupun
eksplorasi.
Gambar 1.6 : #explorebandung
Sumber: Dokumentasi Penulis pada tanggal 21 September 2015 pada pukul 23:30
WIB
Kesamaan lain hashtag ini dengan hashtag sebelumnya ialah
keduanya sama-sama lahir dari sebuah akun Instagram. #explorebandung
merupakan satu kesatuan dari akun Instagram yang bertajuk sama yaitu
cv
9
@explorebandung (Lihat Gambar 1.7). Uniknya, jika data yang
dihimpun dalam penggunaan hashtag #explorebandung mencapai kepala
enam dalam ratusan ribu, hal lain justru terlihat dari jumlah followers akun
@explorebandung yang hanya berjumlah 240 ribuan saja. Hal ini
menandakan bahwa tidak semua pengguna hashtag #explorebandung
merupakan pengikut dari akun serupa. Jika dahulu orang lebih banyak
mengenal Bandung melalui beberapa wilayahnya, seperti Dago,
Cihampelas dan Cibaduyut, namun beda dengan apa yang terjadi saat ini.
Gambar 1.7 : Akun @explorebandung
Sumber: Dokumentasi Penulis pada tanggal 22 September 2015 pada pukul 00:30
WIB
Teknologi pada zaman sekarang dapat memberikan dampak yang
begitu luar biasa bagi banyak hal, salah satunya adalah keberadaan suatu
tempat pada satu wilayah. Ini dibuktikan dengan popularitas KSN
Cekungan Bandung semenjak adanya media baru Instagram dan
keberadaan akun serta hashtag #explorebandung. Tempat-tempat baru
bermunculan ke publik, seperti Tebing Keraton, Bukit Moko,
Lawangwangi Artspace, Stone Garden dll. Tempat-tempat tersebut muncul
dan eksis dikalangan masyarakat berkat adanya teknologi bernama
cv
10
Instagram dengan fitur pengklasifikasiannya yang bernama hashtag.
Lantas fitur tersebut selanjutnya digunakan oleh pemuda/i kreatif Bandung
untuk mempromosikan tempat-tempat tersebut sekaligus meningkatkan
citra Bandung sebagai salah satu destinasi wisata di Jawa Barat.
Kota Bandung merupakan salah satu wilayah yang termasuk ke
dalam KSN Cekungan Bandung. KSN merupakan kepanjangan dari
Kawasan Strategis Nasional yang memiliki pengertian yaitu wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang
sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan
keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan, termasuk
wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia (diakses dari
http://www.minerba.esdm.go.id/library/sijh/pp26-2008.pdf pada tanggal
20 Desember 2015 pukul 17.16 WIB). Menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia no. 26 Tahun 2008 Lampiran X tentang Penetapan
Kawasan Strategis Nasional, Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung
masuk ke dalam kawasan yang mendapat perhatian khusus untuk
dikembangkan lebih lanjut. Ada lima kota/kabupaten yang menempati
wilayah cekungan Bandung itu sendiri, yaitu Kota Bandung, Kota Cimahi,
Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung Selatan dan Kabupaten
Sumedang. Seperti dilansir pada laman Tempo, para otoritas kelima
wilayah tersebut sudah sepakat akan keberlanjutan Peraturan Pemerintah
tersebut ke dalam bentuk Peraturan Presiden guna mensinergikan proyek
pengembangan yang telah disepakati (diakses dari
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/11/13/058718711/tata-ruang-
bandung-raya-bakal-diatur-lewat-perpres pada tanggal 20 Desember 2015
pukul 17.29 WIB).
Dengan adanya peraturan tersebut, akan tercipta kesinambungan
antar wilayah Cekungan Bandung dalam mengembangkan potensi
pariwisata yang mereka miliki masing-masing. Cekungan Bandung
beruntung memiliki wilayah-wilayah seperti Kota Bandung, Kabupaten
11
Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten
Sumedang dalam lingkup geografisnya, karena memang kawasan ini kaya
akan potensi-potensi pariwisata untuk dikembangkan lebih lanjut.
Contohnya seperti kawasan hutan Cikole-Jayagiri, perkebunan teh di
Pangalengan dan Kawah Putih yang berada di Kabupaten Bandung,
Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda, Alun-Alun Kota Bandung, kawasan
Braga dan Bukit Moko yang berada di Kota Bandung, Stone Garden yang
berada di Padalarang, ataupun Curug Cimahi yang akhir-akhir ini menjadi
buah bibir dikalangan wisatawan lokal. Beberapa tempat tersebut terpisah
di beberapa wilayah Cekungan Bandung, namun dengan adanya hashtag
#explorebandung didukung dengan keluarnya PP serta perpres nanti, akan
membuat citra kawasan ini semakin kuat akan daya tarik pariwisatanya.
Citra ini tentu akan berpengaruh pada ketertarikan investor dalam
perihal menanam investasinya pada sebuah kota. Jika sebuah wilayah
memiliki citra yang buruk—baik itu dari penampilan fisik maupun
kualitas orang-orang yang bekerja dibelakang wilayah tersebut—tentu
investor akan berpikir dua kali untuk menanam investasi di wilayah
tersebut. Pemandangan yang berbeda akan terjadi jika sebuah wilayah
memiliki citra yang baik, tentu investor tidak akan berpikir panjang untuk
menanam investasi di wilayah tersebut, sehingga roda perekonomian
wilayah tersebut dapat terus berjalan. Disini terlihat bahwa ternyata citra
turut memberikan peranan yang penting dalam membangun infrastruktur
sebuah wilayah.
Citra sebuah wilayah terbentuk sebagai hasil interaksi warga
dengan lingkungannya. Interaksi tersebut bisa bersifat tidak langsung
berkat adanya media. Media disini dibagi menjadi dua jenis, yaitu media
yang dikontrol pengelola wilayah (website, video promosi, brosur, dll) dan
media yang tidak dikontrol oleh pengelola wilayah (media sosial, televisi,
surat kabar, dll). Dalam kenyataannya, citra yang lahir dalam media yang
tidak dikontrol oleh pengelolanya bisa berdampak lebih besar. Seperti
12
contoh kasus Jakarta dalam citranya di media. Diungkapkan Yananda dan
Salamah (2014: 133), Jakarta memiliki jumlah berita sebanyak 1557 berita
dengan pembagian tone berita positif sebanyak 621 berita, berita negatif
sebanyak 838 berita dan berita netral sebanyak 98 berita. Pada kasus ini,
berita diambil menjadi objek dalam melihat citra di media, karena dalam
berita-lah seseorang dapat melihat identitas dari suatu wilayah. Dilihat dari
perbandingan tone berita tersebut, bisa disimpulkan bahwa Jakarta
merupakan wilayah yang kaya akan citra. Namun, citra yang dominan
adalah citra yang buruk, terutama dalam aspek kriminalitas, kemacetan,
kecelakaan dan bencana. Terlihat bahwa media yang tidak dikontrol dapat
memberikan efek yang tidak kecil bagi wilayah/kota tersebut, baik itu efek
negatif maupun positif.
Sama halnya dengan Jakarta, wilayah-wilayah di Cekungan
Bandung-pun tidak terlepas dari masalah-masalah yang sama. Sebaliknya,
otoritas wilayah yang berada di lingkungan KSN Cekungan Bandung,
terbantu oleh adanya Instagram ini dalam hal meningkatkan citra
wilayahnya. Ini dapat dilihat dari jumlah postingan foto yang diunggah di
Instagram, serta sudut-sudut pengambilan foto yang menampilkan
keindahan dari wilayah-wilayah yang terdapat di kawasan Cekungan
Bandung. Dengan melihat jumlah pengguna media sosial tertinggi di Jawa
Barat tentu masyarakatnya sudah paham akan keberadaan Instagram yaitu
sebagai media berbagi informasi dalam bentuk foto ataupun video,
walaupun ternyata penggunaannya dapat jauh lebih berarti dibandingkan
hanya dengan mengunggah sebuah foto, yakni meningkatkan citra wilayah
Cekungan Bandung itu sendiri. Jumlah tersebut-pun belum dihitung
dengan para wisatawan yang sengaja datang ke Bandung untuk berwisata.
Hal ini seperti efek domino yang dihasilkan dari keberadaan citra dalam
media yang tidak dikontrol. Tentu dalam waktu yang tidak lama,
penggunaan hashtag explorebandung menjadi sebuah fenomena.
13
Oleh karena itu, dilihat dari data-data yang tersaji sebelumnya dan
dengan maraknya penggunaan hashtag #explorebandung di Instagram
yang menjadi fenomena hangat dikalangan pengguna Instagram di kota
Bandung saat ini, dengan mayoritas penggunanya yang berada di rentang
umur 18-24 tahun yang merupakan usia muda mahasiswa (Alfiasari et.al,
2012: 159), kemudian Bandung merupakan peringkat teratas dalam perihal
penggunaan media sosial di Jawa Barat (diakses dari
http://politicawave.wordpress.com pada tanggal 21 September 2015 pada
pukul 23:04 WIB). Maka penulis merasa tertarik untuk mendalami
penelitian ini dengan merumuskannya ke dalam judul: “Citra Kawasan
Strategis Nasional Cekungan Bandung Melalui Instagram. Studi Deskriptif
Terhadap Pengguna Hashtag #explorebandung”
1.2 Fokus Penelitian
Berikut adalah fokus penelitian pada penelitian ini: “Bagaimana
hashtag #explorebandung secara tidak langsung dapat memperkuat citra
KSN Cekungan Bandung sebagai daerah wisata?”. Adapun pertanyaan
penelitian untuk dapat menggali topik ini adalah sebagai berikut:
1. Apa bentuk kegiatan yang dilakukan oleh pengguna
hashtag #explorebandung dalam keterkaitannya mengenai
citra KSN Cekungan Bandung di Instagram?
2. Bagaimana citra KSN Cekungan Bandung oleh pengguna
hashtag #explorebandung?
3. Tempat mana sajakah yang sering dijadikan objek foto oleh
pengguna hashtag #explorebandung di Instagram?
14
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun hal yang menjadi tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui bentuk kegiatan yang dilakukan oleh pengguna
hashtag #explorebandung dalam keterkaitannya mengenai citra
KSN Cekungan Bandung di Instagram.
2. Mengetahui citra KSN Cekungan Bandung oleh pengguna hashtag
#explorebandung mengenai.
3. Mengetahui tempat yang sering dijadikan objek foto oleh pengguna
hashtag #explorebandung di Instagram.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi
pengembangan dunia ilmu komunikasi, terutama yang
berkaitan dengan bidang media sosial, citra kota maupun
kepariwisataan.
2. Sebagai penambah referensi bagi penelitian-penelitian
deskriptif yang selanjutnya, sehingga dapat dijadikan sebagai
perbandingan.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Penelitian secara praktis akan berguna sebagai penambah
wawasan dan pengetahuan pembaca tentang bagaimana
Instagram sebagai media baru dapat meningkatkan citra
Bandung sebagai salah satu destinasi wisata di Jawa Barat.
2. Penelitian ini dapat memberi masukan bagi pengguna
Instagram dan hashtag #explorebandung khususnya agar tetap
dapat membangun citra Bandung yang positif dengan
menggunakan media baru maupun secara nyata.
15
1.5 Tahapan Penelitian
cv
Sumber: Olahan penulis
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.6.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada area kawasan Cekungan
Bandung (meliputi wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi,
Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Sumedang), serta tidak menutup kemungkinan untuk melakukan
penelitian di tempat lain. Ini disebabkan dengan responden pada
penelitian ini adalah pengguna Instagram yang berbeda tempat,
maka penelitian dilakukan dengan mengikuti tempat/lokasi
narasumber beraktivitas.
Tahap Pra Lapangan
Tahap Lapangan
Tahap Analisis Data
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Menetapkan Fokus Penelitian
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Pemaknaan Data
Pemunculan Teori/Hipotesis
Pelaporan Penelitian
16
1.6.2 Waktu Penelitian
Data penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu antara
bulan September 2015 hingga bulan Februari 2016.
No. Tahapan Bulan
September
2015
Oktober
2015
November
2015
Desember
2016
Januari
2016
Februari
2016
1. Penyusunan
Proposal
Skripsi BAB
I sampai
BAB III
2. Sidang
Proposal
Skripsi
3. Pengumpulan
Data
Sekunder
(Observasi)
4. Pengumpulan
Data Primer
(wawancara
mendalam
dengan
sumber)
5. Penyelesaian
Data meliputi
Kesimpulan
dan Saran