1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengaruh globalisasi dengan penggunaan sarana teknologi informasi dan
komunikasi telah mengubah pola hidup masyarakat, dan berkembang dalam tatanan
kehidupan baru sehingga mendorong terjadinya perubahan sosial, ekonomi, budaya,
pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum.1 Salah satu dampak dari pengaruh
globalisasi adalah bertambahnya alat pembayaran, yang sebelumnya hanya ada
pembayaran tunai dalam bentuk uang Giral dan uang kartal, kini berkembang menjadi
pembayaran dilakukan dengan sistem elektronik. Salah satu alat pembayaran dengan
sistem elektronik atau non tunai adalah dengan menggunakan uang elektronik (e-money).
Transaksi Elektronik menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-undang nomor 11 tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah sebuah perbuatan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media
elektronik lainnya.2 Maka dapat dikatakan bahwa salah satu dari kegiatan elektronik
adalah pembayaran yang dilakukan melalui sistem elektronik atau yang dikenal dengan
sistem pembayaran elektronik. Dalam menggunakan transaksi elektronik, masyarakat
membutuhkan transaksi yang cepat, aman, nyaman dan memberikan kepastian, baik
kepastian bertransaksi, maupun kepastian hukum, khususnya dengan menggunakan
transaksi elektronik.
1Siswanto Sunarso, 2009, Hukum Informasi dan Transaksi Elektronik, Rineka Cipta, Jakarta, hlm.,1.
2.Lihat Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008.
2
Jenis alat pembayaran eletronik ada berbagai macam bentuk seperti kartu kredit,
kartu debet, dan yang belum lama ini masuk dan berkembang di Indonesia adalah uang
elektronik atau e-money yang biasanya dalam bentuk kartu penyimpanan dana. Dalam
Pasal 1 angka 3 Peraturan Bank Indonesia No. 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Uang Elektronik (Elektronic Money) adalah
alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagi berikut :
a. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada
penerbit;
b. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip;
c. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan
penerbit uang eletronik tersebut, dan
d. Nilai uang eletronik yang dikelola oleh penerbit bekan merupakan simpanan sebagai
mana dimaksud dalam undang – undang yang mengatur mengenai perbankan.
Dalam penggunaan sistem elektronik ada dua hal mendasar yang perlu di
perhatikan, pertama teknologi merupakan hasil temuan manusia yang tentunya akan
mempunyai kelemahan-kelemahan dalam sistem teknisnya, kedua teknologi selain
memiliki kelemahan dalam sistem teknisnya, juga mempunyai ketidakpastian dalam segi
jaminan kepastian hukum.3 2
Dari sisi sistem pembayaran non tunai, Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga
pengawas di sektor Jasa keuangan berkepentingan untuk memastikan bahwa sistem
pembayaran non tunai yang digunakan oleh masyarakat dapat berjalan dan terlaksanan
secara aman, nyaman, dan memberikan kepastian, baik dari transaksi itu sendiri, maupun
3 Editorial Jurnal Hukum Bisnis. E-commerce Meningkatkan Efisiensi. Vol.18 Maret 2002.Hlm 4
3
kepastian hukum. Oleh karena itu, perkembangan penggunaan alat pembayaran non tunai
mendapat perhatian serius dari Otoritas Jasa Keuangan, mengingat perkembangan
pembayaran non tunai di harapkan dapat mengurangi beban penggunaan uang tunai dan
semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Karena belum adanya sosialisasi secara efisien dan menyeluruh terhadap
masyarakat tentang penggunaan uang non tunai atau uang elektronik, sehingga belum
banyak masyarakat yang menggunakan uang non tunai, atau bertransaksi dengan
menggunakan uang elektronik. Salah satu hambatan perkembangan uang non tunai atau
uang elektronik adalah kepercayaan masyarakat terhadap uang tunai, yang sudah terbukti
keamaan, kenyamanan, dan memberikan kepastian dalam bertransaksi.
Dalam perkembangannya, sistem pembayaran dengan uang elektronik sangat di
pengaruhi oleh perkembangan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat. Saat ini
perkembangan pembayaran non tunai berjalan sangat pesat seiring dengan perkembangan
teknologi pembayaran yang pada akhir-akhir ini telah membawa dampak bagi pihak-
pihak yang terlibat dalam sistem pembayaran tersebut. Perubahan polah hidup
masyarakat dan peningkatan pola hidup masyarakat menuntut tersedianya sarana
telekomunikasi dan transportasi yang cepat sehingga hambatan jarak dan waktu dapat di
kurangi. Perkembangan telekomunikasi dan transportasi ini juga memberikan dampak
yang besar bagi transaksi keuangan, terutama terkait dengan cara antar pihak melakukan
pembayaran, dengan menggunakan transaksi elektronik.
Alat pembayaran non tunai ini khususnya jenis-jenis pembayaran menggunakan
kartu atau alat pembayaran elektronik pada awalnya di kenal dalam bentuk kartu kredit
4
(credict card) yang kemudian dari kertu kredit, berkembang pula alat-alat pembayaran
menggunakan kartu lainnya yaitu kartu Debet (Debit card) dan kartu penyimpanan dana
(stored value card). Kehadiran dan kemunculan kartu-kartu ini telah memberikan pilihan
bagi para pengguna untuk memilih cara pembayaran sesuai dengan keperluan masing-
masing.
Lembaga selain Bank adalah badan usah bukan Bank yang berbadan hukum dan
didirikan berdasarkan hukum Indonesia.4 Adanya peluang bagi lembaga non bank untuk
menjadi penerbit terhadap uang elektronik, hal ini akan memberikan kesempatan bagi
masyarakat luas, meskipun bukan nasabah bank, tetapi dapat menggunakan fasilitas ini.
Dari hal di atas, tentu akan memberikan kemudahan terhadap mesyarakat dalam
menggunakan alat pembayaran non tunai.
Berdasarkan Undang-undang nomor 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia, salah
satu wewenang bank Indonesia dalam rangka mengatur dan menjaga sistem pembayaran
adalah menetapkan penggunaan alat pembayaran. Penetapan penggunaan alat pembayaran
ini dimaksud agar alat pembayaran yang digunakan dalam masyarakat memenuhi
persyaratan keamanan dan kenyamanan bagi penggunannya. 3
Perkembangan Teknologi di bidang Informasi dan Komunikasi memberi dampak
terhadap munculnya inovasi inovasi baru dalam pembayaran Elektronik (Electronic
Payment). Dalam hal ini yang dimaksud dengan pembayaran Elektronik adalah
pembayaran yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan komunikasi. Pembayaran
Elektronik sendiri telah berkembang dan dipakai oleh sebagaian besar masyarakat
4 Pasal 1 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11/ 11 /PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat
Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu
5
Indonesia seperti Phone Banking, Internet Banking, Kartu Kredit dan Kartu Debit/ATM.
Meskipun teknologi yang digunakan berbeda beda, seluruh pembayaran elektronik
tersebut selalau terkait langsung dengan rekening nasabah bank yang menggunakannya.
Dalam hal ini setiap instruksi pembayaran yang dilakukan nasabah, baik melalui Phone
Banking, Internet Banking, Kartu Kredit maupun Kartu Debit/ATM, akan selalu
dibebankan langsung ke dalam rekening nasabah tersebut.
Saat ini di beberapa Negara telah dikembangkan produk pembayaran elektronik
yang dikenal sebagai Electronic Money (e-money atau uang elektronik) yang
karakteristiknya berbeda dengan pembayaran elektronik yang telah disebutkan
sebelumnya, karena setiap pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan e-money
tidak selalu memerlukan proses otorisasi dan tidak terkait secara langsung dengan rekening
nasabah di bank (ketika melakukan transaksi, saldo rekening tidak terpotong), karena e-
money merupakan produk “stored value” dimana sejumlah nilai telah terekam dalam alat
pembayaran yang digunakan.
Dari website resmi milik Bank Indonesia Uang elektronik (e-money) adalah uang
yang digunakan dalam transaksi internet dengan cara elektronik. Biasanya, transaksi ini
melibatkan penggunaan jaringan computer (seperti Internet dan sistem penyimpanan harga
digital). Selain itu Uang elektronik (e-money) secara singkat didefenisikan oleh Bank
Sentral Eropa adalah sebuah toko elektronik dengan nilai moneter pada perangkat teknis
yang mungkin banyak digunakan untuk melakukan pembayaran kepada usaha selain
6
penerbit tanpa harus melibatkan rekening bank pada transaksi, tetapai bertindak sebagai
instrument pembawa prabayar.5
4
Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/8/PBI/2008 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu adalah Alat pembayaran dengan
menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban
yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk
melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi
terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan
pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara
sekaligus ataupun secara angsuran. Pengertian lain kartu kredit merupakan alat
pembayaran pengganti uang tunai yang dapat digunakan oleh konsumen untuk ditukar
dengan barang dan jasa yang diinginkannya ditempat tempat yang dapat menerima
pembayaran dengan menggunakan kartu kredit.
Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) terdiri dari kartu kredit, kartu
debit, dan/atau kartu ATM, dimana berbeda dengan Uang Elektronik, Perbedaan
mendasarnya adalah sebagai berikut : pertama Uang elektronik bersifat prabayar (prepaid)
sedangkan APMK bersifat akses: 5
Prabayar/prepaid merupakan Nilai uang telah tercatat dalam instrumen e-money
atau sering disebut stored velue dana yang tercatat dalam e-money sepenuhnya berada
dalam penguasaan konsumen, kedua pada saat transaksi perpindahan dana dalam bentuk
electronic value dari kartu e-money milik konsumen kepada terminal merchant dapat
4
5 Bank Sentral Eropa, 2000 dalam Jurnal Reynolds Stephen F. Austin State University
7
dilakukan secara off-line, dalam hal verifikasi cukup dilakukan pada level merchant (point
of sale) tanpa harus on-line ke komputer issuer, berbeda dengan APMK dimana pada saat
transaksi, instrument kartu digunakan untuk melakukan akses secara on-line ke komputer
issuer untuk mendapatkan otorisasi melakukan pembayaran atas beban rekening nasabah,
baik berupa rekening simpanan (kartu debet) maupun rekening pinjaman (kartu kredit).
Setelah di otorisasi oleh issuer, rekening nasabah kemudian akan langsung di debet.
Dengan demikian pembayaran menggunakan kartu kredit dan kartu debet mensyaratkan
adanya kemunikasi on-line ke komputer issuer.
Awalnya penggunaan e-money bertujuan untuk memberikan kepraktisan, hanya
dengan beberapa proses yang mudah transaksi berhasil dilakukan, selain itu, kita tidak
perlu membawa uang tunai jika ingin membeli sesuatu. Namun pada dasarnya e-money
tidak bertujuan untuk menggantikan fungsi uang tunai secara total. Pemegang e-money
sebaiknya memilih kartu e-money sesuai kebutuhannya, hal ini dikarenakan banyaknya
jenis kartu e-money yang beredar, yang menawarkan berbagai fasilitas tidak sama. selain
itu tidak semua pedagang menerima pembayaran dengan menggunakan e-money, sehingga
dapat dikatakan bahwa e-money belum dapat menjawab semua kebutuhan.
Berbeda dengan kartu kredit dan kartu debit, kartu e-money tidak memerlukan
konfirmasi data atau otorisasi Personal Identification Number (PIN) ketika akan digunakan
sebagai alat pembayaran dan tidak terkait langsung dengan rekening nasabah di bank. Hal
ini karena e-money merupakan produk stored value dimana sejumlah nilai monetary value
telah terekam dalam alat 6pembayaran yang digunakan.6 hal tersebut memungkinkan kartu
6 Yasser Arafat, E-money dalam Kacamata Plus-Minus, 2011. http://resaay.wordpress.com/2011/11/28/e-money-
dalam-kacamata-plus-minus/, Di akses pada tanggal 5 Agustus 2015 pukul 01:59 WIB
8
dapat dipindahtangankan dan bisa dipakai siapapun selama saldo masih muncukupi. Hal ini
dapat membahayakan karena jika kartu e-money hilang, maka saldo yang tersisa dapat
digunakan oleh orang lain, tanpa persetujuan kita. Pada kenyataannya, e-money dengan
nilai yang dapat di top up atau diisi ulang ini tidak termasuk dalam inventori bank sebagai
salah satu lembaga yang mengeluarkan produk ini.7 Artinya jika pencurian atau
penggunaan kartu e-money yang bukan pemegang kartu tidak dapat dilacak keberadaannya
dan kartu tersebut tidak dapat diblokir.7
Meskipun relative masih dalam tahap perkembangan awal, e-momey mempunyai
potensi dalam menggeser peran uang tunai untuk pembayaran pembayaran yang bersifat
retail, sebab transaksi retail tersebut dapat dilakukan dengan lebih mudah dan murah baik
bagi konsumen maupun pelaku usaha. Dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengatakan bahwa konsumen adalah setiap
orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia,
baik sendiri maupun bersama sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha
dalam berbagai bidang ekonomi.8
7Anastasia Lilin Y, E-money Mengontrol Pengeluaran Dengan Uang Elektronik, 2012, Kontan.co.id
http://personalfinance.co.id/news/mengontrol-pengeluarandengan-
uang-elektronik-selesai, diakses pada tanggal 5 Agustus 2015 pukul 02:08 WIB 8
Pasal 1 ayat (3) undang undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
9
Pengembangan e-money di berbagai Negara telah melahirkan berbagai implikasi
pengembangan e-money terhadap kebijakan Otoritas Jasa Keuangan khususnya yang
berkaitan dengan fungsi pengawasan sistem pembayaran dan efektifitas kebijakan moneter.
Perlindungan terhadap pengguna e-money harus diberikan didasari oleh semakin majunya
ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggeragak bagi produktifitas
dan efisiensi atas barang atau jasa yang dihasilkan dalam rangka mencapai sasaran usaha.
Dalam rangka mencapai sasaran usaha tersebut, akhirnya baik langsung maupun tidak
langsung konsumen yang umumnya akan merasakan dampaknya. Mengingat hal itu semua
tentu sudah menjadi keperluan yang mendesak akan adanya suatu perlindungan terhadap
Pemegang e-money sebagai konsumen, untuk dicarikan solusinya, mengingat demikian
kompleksnya permasalahan yang menyangkut perlindungan konsumen, lebih-lebih
menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang.9
8
Maka dari itu seorang pengguna alat pembayaran menggunakan kartu uang
elektronik (e-money) sudah selayaknya dilindungi secara hukum dalam regulasi terhadap
teknologi informasi yang memadai. Selain itu juga diperlukan kemampuan dari aparat
penegak hukum, kesadaran hukum masyarakat dan prasaraana-prasarana yang mendukung
penegakan hukum di bidang teknologi informasi. 9
10
9 Sri Rejeki Hartono, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Madar Maju, Bandung, Hal 33.
9
10 Johanes Ibrahim, 2004, Kartu Kredit Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan, Rafika Aditama, Bandung, Hal 1.
10
B. Rumusan Masalah
Dengan didasarkan pada urasian diatas maka penulis tertarik untuk membahas
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kaedah hukum pengaturan terhadap pemegang kartu e-money
dalam melakukan transaksi elektronik di Indonesia?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang kartu e-money dalam
melakukan transaksi elektronik di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan, terlebih penelitian dalam rangka
penulisan suatu karya ilmiah khususnya skripsi. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui kaedah hukum pengaturan terhadap pemegang kartu e-
money dalam melakukan transaksi elektronik di Indonesia.
2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pemegang kartu e-money
dalam melakukan transaksi elektronik di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi ilmu
pengetahuan hukum khususnya pada hukum perlindungan konsumen dan Undang-
Undang Telekomunikasi
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperjelas bagaimana perlindungan hukum
terhadap pengguna kartu e-money dalam melakukan transaksi elektronik di indonesia.
11
E. Metode Penelitian
Dalam rangka penulisan skripsi ini sebagai upaya untuk mendapatkan
hasil yang bersifat objektif maka diperlukan adanya data dan informasi yang
valid dan relevan serta berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Sebagai
upaya dalam perolehan data yang valid, penulis mempergunakan metode
penelitian yang berfungsi sebagai sara dan pedoman dalam perolehan data serta
untuk mengoperasionalkan tujuan penelitian, meliputi:
1. Jenis Penelitian Yang Digunakan
Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat normative, penelitian
bersifat normative berasal dari bahan hukum baik itu bahan hukum primer
maupun bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum
yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri
dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan
undang-undang dan putusan-putusan hakim. Untuk bahan hukum primer yang
memiliki otoritas tertinggi adalah Undang-Undang Dasar (UUD), dan bahan
hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan
dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks,
kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan
pengadilan.
2. Pendekatan Yang Digunakan
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan perundang-
undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach)
pendekatan perundang-undangan adalah suatu pendekatan yang dilakukan
12
terhadap berbagai aturan hukum yang menjadi focus sekaligus tema sentral suatu
penelitian1110 yang dikaji seperti: Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, Peraturan OJK Nomor 1 tahun 2013 tentang Perlindungan
Konsumen Sektor Jasa Keungan, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11/ 11
/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan
Menggunakan Kartu, Peraturan Bank Indonesia No.16/8/PBI/2014 tentang
Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11/12/PBI/2009 tentang
Uang Elektronik (Electronic Money), dan pendekatan konseptual adalah suatu
pendekatan yang dilakukan dengan mempelajari pandangan-pandangan dan
doktrin-doktrin didalam ilmu hukum, sehingga penelitian akan menemukan ide-
ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum dan
asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi.1211
12
3. Bahan Hukum
Bahan Hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Bahan Hukum Primer
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
b. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
c. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan
11
10 Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, Surabaya, 2005, Hal, 302
12
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2005, hal 135
13
d. Peraturan OJK Nomor 1 tahun 2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor
Jasa Keungan.
e. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.
f. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 16/8/PBI/2014 tentang Perubahan Atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik
(Electronic Money)
2. Bahan Hukum Sekunder
Data Sekunder diperoleh dari bahan-bahan yang mendukung bahan hukum primer
seperti artikel-artikel baik dari internet, yang berisikan tentang Hukum Perbankan,
Hukum Telematika dan Hukum Perlindungan Konsumen.
4. Unit Amatan
Unit amatan dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, Peraturan OJK Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor
Jasa Keungan, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11/11/PBI/2009 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, dan Peraturan
Bank Indoneisa Nomor : 16/8/PBI/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor : 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money).
14
5. Unit Analisa
Unit analisa dalam penelitian ini yaitu kaedah hukum pengaturan terhadap pemegang kartu e-
money dalam melakukan transaksi elektronik di Indonesia, dan perlindungan hukum terhadap
pemegang kartu e-money dalam melakukan transaksi elektronik di Indonesia.
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan berisi uraian mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan, Manfaat, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II Pembahasan membahas dan mejawab permasalahan yang telah ditentukan
sebelumnya, yaitu kaedah hukum pengaturan terhadap pemegang kartu e-money dalam
melakukan transaksi elektronik di Indonesia, dan perlindungan hukum terhadap pemegang
kartu e-money dalam melakukan transaksi elektronik di Indonesia..
Bab II Penutup berisi kesimpulan dari jawaban permasalahan yang menjadi obyek
penelitian, saran-saran dan daftar bacaan.