1
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu
cepat di era global ini tanpa disadari telah mempengaruhi setiap aspek kehidupan
manusia, termasuk dalam dunia pendidikan. Perubahan-perubahan besar dan cepat
di dunia luar merupakan tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh dunia
pendidikan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, maka upaya pengembangan
merupakan suatu keharusan, mengingat tuntutan standar kualitas serta kebutuhan
di lapangan yang terus-menerus mengalami perubahan dan perkembangan. Hal
tersebut menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi
secara global yang memerlukan keterampilan tinggi atau melibatkan pemikiran
kritis, kreatif, sistematis, logis, dan kemampuan pemecahan masalah.
Keterampilan tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pembelajaran
matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut
Depdiknas (2004) adalah: 1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik
kesimpulan, 2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, 3)
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan 4) mengembangkan
kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan.
2
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Namun fakta di lapangan, penguasaan siswa terhadap matematika masih
tergolong rendah, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wahyudin (1999) yang
menyatakan bahwa rata-rata tingkat penguasaan siswa dalam mata pelajaran
matematika adalah 19,4% dan simpangan baku 9,8% dengan model kurva positif
(miring ke kiri) yang berarti sebaran tingkat penguasaan para siswa terhadap
matematika cenderung rendah.
Demikian pula dengan hasil studi Trend in International Mathematics and
Science Study (TIMSS) yang memperlihatkan bahwa nilai matematika siswa
Indonesia berada di ranking ke-35 dari 44 negara. Dalam hal ini, penguasaan
matematika siswa Indonesia berada jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura.
Hasil serupa juga disampaikan oleh Global Campaign for Education (GCE) yang
melaporkan penguasaan matematika siswa di Indonesia pada posisi ke-37 dari 44
negara (Samba, 2007: 11). Hasil studi Program for International Student
Assessment (PISA) tahun 2009 yang dikoordinir oleh Organization for Economic
Co-operation and Development (OECD) menunjukkan kondisi yang tidak jauh
berbeda yaitu prestasi Indonesia pada bidang matematika berada pada rangking 10
besar terbawah dari 65 negara, jauh tertinggal dari Singapura yang berada pada
posisi kedua. Siswa Indonesia tidak mampu menjawab soal-soal matematika tidak
rutin yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis.
O‟Daffer dan Thornquist (Suryadi, 2005) berdasarkan hasil penelitiannya
menyatakan bahwa siswa sekolah menengah kurang menunjukkan hasil yang
memuaskan dalam akademik yang menuntut kemampuan berpikir kritis.
3
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Demikian halnya dengan hasil penelitian Priatna (2003) menunjukkan
bahwa kemampuan penalaran (analogi dan generalisasi) yang di dalamnya termuat
kemampuan berpikir kritis, pada siswa SLTP di Bandung hanya sekitar 49% dari
skor ideal. Begitupun dengan hasil penelitiannya Runisah (2006) yang
melaporkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMA masih
rendah.
Penelitian lainnya adalah hasil survey IMSTEP-JICA (1999) di Kota
Bandung yang menemukan sejumlah kegiatan yang dianggap sulit oleh siswa
antara lain pembuktian, pemecahan masalah yang memerlukan penalaran
matematis, menemukan generalisasi dan konjektur, dan menemukan hubungan
antara data-data atau fakta yang diberikan. Jika diperhatikan, kegiatan-kegiatan
tersebut merupakan kegiatan yang menuntut kemampuan berpikir kritis dari
siswa. Selanjutnya, Suryadi (2005) melaporkan bahwa siswa kelas delapan SMP
di Kota dan Kabupaten Bandung mengalami kesulitan dalam mengajukan
argumen, menerapkan konsep yang relevan, serta menemukan pola bentuk umum
(kemampuan induksi). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis
matematis siswa di kota Bandung masih rendah, sehingga diperlukan strategi
pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi siswa dalam bidang matematika.
Berkenaan dengan berpikir kritis, Wahab (1996) mengemukakan empat
alasan pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis, yaitu: 1) tuntutan
zaman yang mengharuskan warga negara dapat mencari, memilih, dan
menggunakan informasi untuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara; 2) setiap
warga negara senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan
4
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
sehingga dituntut untuk mampu berpikir kritis dan kreatif; 3) kemampuan
memandang sesuatu dengan cara yang berbeda dalam memecahkan masalah; dan
4) berpikir kritis merupakan aspek dalam memecahkan permasalahan secara
kreatif agar peserta didik dapat bersaing secara adil dan mampu bekerja sama
dengan bangsa lain.
Kemampuan berpikir kritis dapat bermanfaat untuk menghadapi berbagai
kemungkinan dan kemampuan berpikir kritis ini memiliki karakteristik yang
paling mungkin dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika
(Depdiknas, 2004). Untuk itu, sudah sepatutnya bagi pengajar matematika
membiasakan menggunakan model atau pendekatan pembelajaran yang tidak
hanya dibawa ke arah taraf berpikir kritis tentang apa, tetapi dibawa kepada taraf
berpikir tentang mengapa dan bagaimana. Marzano (Harsanto, 2005) menyatakan
bahwa seharusnya anak-anak sejak dini dibiasakan untuk bertanya „mengapa‟ atau
ditanya „mengapa‟ karena kebiasaan ini merupakan sarana dan jalan efektif
menuju kemampuan berpikir analitis, kritis, dan kreatif.
Berkaitan dengan prestasi siswa yang rendah, salah satu penyebabnya
adalah ketidaksenangan siswa terhadap matematika yang menganggap bahwa
matematika sebagai pelajaran yang sulit dan susah dimengerti. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Ruseffendi (1984: 15) “matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak
pada umumnya merupakan pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan pelajaran
yang dibenci”. Demikian halnya dengan pernyataan Turmudi (2008: 1) yang
mengemukakan bahwa pendidik dan ahli pendidikan matematika telah
mengupayakan agar matemtika dapat dikuasai dengan baik oleh siswa, namun
5
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
pada kenyataannya banyak siswa yang tidak menyukai matematika.
Ketidaksenangan siswa terhadap pelajaran matematika kemungkinan disebabkan
oleh sukarnya memahami pelajaran matematika dan juga desain pembelajaran
yang disampaikan oleh guru. Ketidaksenangan terhadap mata pelajaran
matematika dapat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar matematika siswa.
Salah satu cabang matematika yang dianggap sulit oleh siswa adalah
geometri. Di dalam geometri dipelajari objek-objek seperti titik, garis, bidang,
ruang, serta hubungan-hubungannya yang keseluruhan objeknya bersifat abstrak.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Stein (Yadnya, 2011: 1) berikut ini:
“Geometry is the study of points, lines, planes and spaces, of measurement and
construction of geometric figures, and of geometric facts and relationships”. Hal
ini kontras dengan kebanyakan siswa pada umumnya yang terbiasa berpikir
objek-objek yang konkret. Oleh karena itu, konsep-konsep geometri tidak sekedar
ditransfer begitu saja dalam bentuk kumpulan informasi kepada siswa. Melainkan
diberikan suatu proses aktivitas belajar yang bermakna agar siswa dapat
memahami objek-objek kajian geometri. Proses pembelajaran tersebut hendaknya
mengantarkan siswa pada proses melakukan dan mengalami kegiatan-kegiatan ke
arah pembentukan konsep-konsep geometri.
Geometri diajarkan di sekolah berguna untuk meningkatkan berpikir logis,
mengembangkan intuisi keruangan, membuat generalisasi secara benar dan
menanamkan pengetahuan untuk menunjang materi yang lain, maka kemampuan
konsep geometri oleh siswa harus dikuasai secara mendalam karena konsep-
konsep geometri berperan sebagai alat.
6
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Pada dasarnya geometri mempunyai peluang yang lebih besar untuk
dipahami siswa, karena refresentasi geometri telah dikenal siswa sejak mereka
belum masuk sekolah, misalnya garis, bidang, dan ruang. Namun, bukti-bukti di
lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar geometri siswa masih rendah dan
perlu ditingkatkan. Bahkan, di antara cabang matematika, geometri menempati
posisi yang paling memprihatinkan.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa geometri merupakan salah
satu bagian dari matematika sekolah yang cukup bermasalah. Bukti-bukti empiris
di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar geometri, mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa prestasi geometri siswa SD
masih rendah (Husnaeni, 2006: 1), sedangkan di SMP ditemukan bahwa masih
banyak siswa yang belum memahami konsep-konsep geometri. Sesuai penelitian
Sunardi (Abdussakir, 2010) dilaporkan bahwa banyak siswa yang salah dalam
menyelesaikan soal-soal mengenai garis sejajar pada siswa SMP dan masih
banyak siswa yang menyatakan bahwa belah ketupat bukan jajargenjang. Di
SMU, Madja (Abdussakir, 2010) mengemukakan bahwa hasil tes geometri siswa
kurang memuaskan jika dibandingkan dengan materi matematika yang lain.
Kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep geometri terutama pada konsep
bangun ruang.
Bukan hanya di Indonesia saja, di belahan dunia lainnya pun mengalami
hal yang sama. Di Amerika Serikat, hanya separuh dari siswa yang ada
mengambil pelajaran geometri formal, dan hanya sekitar 34% siswa-siswa
7
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
tersebut dapat membuktikan teori dan mengerjakan latihan secara deduktif. Selain
itu, prestasi semua siswa dalam masalah yang berkaitan dengan geometri dan
pengukuran masih rendah. Selanjutnya Hoffer (Siswanto, 2011: 3) menyatakan
bahwa siswa-siswa di Amerika dan Uni Soviet sama-sama mengalami kesulitan
dalam belajar geometri.
Rendahnya kemampuan siswa dalam bidang geometri bertolak belakang
dengan presentase keseluruhan isi kurikulum matematika pada jenjang SMP yang
berdasarkan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dengan kata lain,
materi geometri mendapatkan porsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
beberapa materi yang lain seperti aljabar, peluang atau statistika. Hal ini
menggambarkan bahwa geometri merupakan salah satu komponen penting pada
kurikulum matematika di SMP, sehingga ketidaksenangan siswa pada geometri
akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan atau ketidakberhasilan
pembelajaran matematika di sekolah secara keseluruhan. Di lain pihak, siswa
SMP berada pada perkembangan fase konkrit, selayaknya digunakan alat peraga
dalam proses pembelajaran.
Keterbatasan alat peraga atau media pembelajaran di sekolah menjadi
suatu penghambat dalam pengajaran geometri. Dengan kata lain, permasalahan
pengajaran geometri muncul ketika guru tidak mampu atau memandang tidak
perlu untuk melakukan visualisasi objek-objek geometri yang abstrak. Bahkan
tidak jarang, sebagian guru bersikap tidak peduli dan pasrah terhadap keadaan
sekolah yang tidak memiliki sarana (dalam hal ini media) pembelajaran
matematika khususnya materi geometri. Sebagian lainnya menunggu bantuan alat
8
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
dari pemerintah atau pihak-pihak lainnya, tanpa berupaya membuat alat sendiri,
sehingga jelaslah materi tentang geometri sulit untuk dipahami oleh siswa dan
siswa pun tidak dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir logis
yang merupakan komponen dari berpikir kritis.
Demikian halnya dengan model atau pendekatan pembelajaran yang
digunakan oleh guru, memberi pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa. Salah
satu cara belajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk ikut terlibat aktif
dalam pembelajaran, dan berorientasi konstruktivisme atau pembelajaran yang
berpusat pada siswa (Student-Centered Learning) adalah pembelajaran dengan
pendekatan induktif.
Selama ini, guru-guru lebih senang menggunakan model pembelajaran
ceramah tanpa menerapkan pendekatan induktif. Hal ini diperkuat dengan
temuannya Dahiana (2010) yang mengatakan bahwa guru-guru di Kota Bandung
masih sedikit mengimplementasikan pendekatan induktif, dan kebanyakannya
lebih memilih metode ceramah dan ekspositori dalam pembelajaran, guru asyik
sendiri menyampaikan materi dan siswa hanya mendengarkan apa yang dijelaskan
guru. Pembelajaran seperti ini menjadikan rendahnya sikap positif siswa terhadap
materi yang disampaikan, siswa merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti
pelajaran yang akhirnya berdampak buruk pada keberhasilan siswa. Padahal
menurut Ruseffendi (1991) sikap positif siswa berkorelasi positif terhadap prestasi
belajar siswa.
Bahkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006
menjadikan sikap dan minat belajar sebagai tujuan dalam pembelajaran. Dengan
9
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
demikian, guru perlu memilih cara atau strategi pembelajaran yang dapat
meningkatkan sikap dan minat belajar siswa. Hal ini sejalan dengan
pernyataannya Turmudi (2009:87) yang mengatakan bahwa perlu adanya strategi
yang menarik, memberikan motivasi, rasa aman belajar, dan menyenangkan bagi
siswa, sehingga siswa bersikap positif terhadap matematika.
Hal tersebut diperkuat dengan Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 yang
menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan
menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dalam pendekatan induktif, siswa dituntut untuk melakukan analisis
terhadap suatu persoalan matematika, kemudian mengkonstruksi pemahamannya
dan pada akhirnya siswa dapat memberikan suatu dugaan terhadap apa yang telah
ditemukannya. Kegiatan ini bersesuaian dengan metode penemuan. Dengan
pembelajaran seperti ini, diharapkan dapat menguatkan kemampuan pemahaman
dan hapalan siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya, serta dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menghadapi suatu
permasalah, baik dalam bidang matematika, bidang lain maupun permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan dengan pembelajaran
matematika melalui pendekatan induktif. Pada proses induktif menuntut siswa
untuk berpikir dalam membuat konjektur dan membuat kesimpulan. Priatna
10
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
(2003) menyebutkan bahwa penalaran induktif merupakan proses berpikir berupa
penarikan kesimpulan yang umum (berlaku untuk semua/ banyak) atas dasar
pengetahuan tentang hal yang khusus yang dimulai dari sekumpulan fakta yang
ada dengan berproses dari hal-hal yang bersifat konkrit ke yang bersifat abstrak.
Untuk menemukan suatu formula siswa terlibat aktif dalam mengobservasi,
berpikir dan bereksperimen.
Dalam perkembangan matematika, penalaran induktif sangat berperan.
Hal ini ditandai dengan banyak penemuan konsep matematika berawal dari
penarikan kesimpulan dengan menerapkan penalaran induktif. Selain itu penalaran
induktif banyak dijadikan sebagai pijakan untuk mendapatkan suatu konsep dalam
matematika. Dengan kata lain, penalaran secara induktif dapat menggiring siswa
menemukan pola berpikir deduktif.
Berkaitan dengan pembelajaran geometri khususnya segitiga, penyajian
bahan ajar yang menggunakan pendekatan induktif dimulai dari pemberian
contoh-contoh yang bersifat khusus artinya diberikan berbagai ukuran segitiga
yang berbeda-beda, siswa dibimbing untuk menggambarkannya, kemudian siswa
dibimbing dan diarahkan untuk membuat suatu kesimpulan tentang konsep atau
definisi yang sesuai dengan materi geometri yang diberikan. Kegiatan seperti ini,
dapat membuat ingatan siswa lebih lama, dibandingkan dengan pembelajaran
menggunakan metode ceramah, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, tidak
diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pemahaman yang telah dimilki
sebelumnya.
11
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Pengajaran geometri di sekolah diharapkan dapat mewujudkan sikap dan
kebiasaan sistematis bagi siswa untuk dapat memberikan gambaran tentang
hubungan dan pengklasifikasian di antara bangun-bangun geometri. Karena itu,
perlu disediakan kesempatan dan alat yang dapat mendukung agar siswa dapat
mengeksplorasi, mencoba, dan menemukan prinsip-prinsip geometri lewat
aktivitas informal dan kemudian melanjutkannya pada aktivitas formal, dan
menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari.
Penggunaan media dalam proses pembalajaran dapat menarik minat dan
motivasi siswa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sadiman (2011: 17) bahwa
penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap
pasif siswa, yaitu siswa lebih bergairah dalam belajar, siswa belajar mandiri
menurut kemampuan dan minatnya, sehingga dengan menggunakan media
pembelajaran ini siswa dapat termotivasi untuk belajar.
Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan saat ini adalah
media berbasis komputer. Komputer dapat membantu siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya dan mengembangkan kemampuan eksplorasi
siswa pada suatu topik tertentu serta membantu siswa memahami keterkaitan antar
konsep.
Penggunaan komputer dalam proses pembelajaran telah diinstruksikan
oleh pihak pemerintah sebagai pemilik kebijakan yang tercantum dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Mata Pelajaran Matematika SD sampai
dengan SMA: “Sekolah dapat menggunakan teknologi seperti kalkulator,
12
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
komputer, alat peraga atau media lainnya untuk meningkatkan efektifitas
pembelajaran…” (Depdiknas, 2003).
Hal ini didukung oleh hasil penelitian di tahun-tahun sebelumnya yang
menunjukkan bahwa keefektifan pembelajaran dengan menggunakan komputer
dapat meningkatkan pemahaman kognitif siswa. Sebagaimana yang dikutip oleh
Suherman (2003: 240) bahwa Bitter (1987), Kulik (1987), Liao (1992), Niemic
dan Walberg (1992), dan Ryan (1991) telah menemukan bukti yang kuat tentang
pemberdayaan teknologi komputer dalam pembelajaran matematika yaitu dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran. Begitupun dengan National Council of
Teachers of Mathematics (NCTM, 1991), dan Mathematical Association of
America (MAA, 1991) merekomendasikan penggunaan komputer dalam
pembelajaran matematika.
Dengan melihat hasil penelitian-penelitian tersebut, maka sudah
sepatutnya guru tidak hanya menggunakan komputer sebagai alat untuk mengetik
dan menyimpan data saja, melainkan dapat mendayagunakan komputer dalam
pembelajaran. Dengan menggunakan komputer dimungkinkan dapat
meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa terutama pada bidang matematika
yang selama ini sebagian besar siswa menganggap pelajaran yang paling sulit dan
menakutkan disebabkan banyaknya hitungan dan rumus yang harus dihafalkan.
Ditambah metode dan gaya mengajar guru yang monoton, sehingga membuat
siswa bosan serta tidak dapat mengembangkan kreativitasnya.
Salah satu teknologi komputer yang dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika adalah software Geometer’s Sketchpad. Software ini merupakan
13
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
software matematika yang dinamis (Dynamic Geometry software) yang di
dalamnya mempelajari geometri, aljabar, kalkulus, dan sebagainya. Dengan
menggunakan Geometer’s Sketchpad dimungkinkan siswa memiliki kesempatan
untuk melihat bentuk-bentuk yang berbeda dalam konsep geometri,
mengkonstruksi bangun-bangun geometri pada bidang datar, melakukan
eksplorasi dan analisis terhadap bangun-bangun yang dikonstruksikan, sehingga
hal ini dapat meningkatkan kemampuan kreatif dan kritis siswa dalam
bereksperimen, berelabolari, berhipotesis, dan bersintesis.
Ada beberapa pertimbangan tentang penggunaan Dynamic Geometry
Software seperti Geometer’s Sketchpad dalam pembelajaran matematika,
khususnya geometri. Menurut Villiers (2004) pengajaran geometri dengan
penggunaan dan pengelolaan alat bantu atau model pembelajaran yang baik
(Sketchpad, teori Van Hiele, pendekatan Rekonstruktif) memberikan suatu
aktivitas belajar yang bermakna bagi siswa, sehingga siswa dapat
mengembangkan pemahaman matematika sebelumnya sebagai suatu bukti.
Dalam hal ini, siswa ikut terlibat dalam proses pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat bentuk-bentuk yang berbeda
dalam konsep geometri. Goindenber (Krismiati, 2011) menguatkan hal di atas,
dengan mengatakan bahwa Dynamic Geometry Software memberikan kesempatan
bagi siswa dalam mengkonstruksi, mengeksplorasi, serta melakukan proses
penemuan yang merupakan ciri dari kemampuan berpikir kritis dan kreatif
matematis.
14
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Dalam pembelajaran matematika, selain dari aspek guru sebagai pengajar,
aspek siswa pun perlu diperhatikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya
kemampuan siswa dalam satu kelas cendrung heterogen. Galton (Ruseffendi,
1991: 113) mengemukakan, “…dari sekelompok anak sebarang (yang tidak
dipilih khusus) terdapat sejumlah anak-anak yang berbakat hebat yang ada di atas
kelompok sedang (menengah) yang jumlahnya sama dengan anak-anak bodoh
yang ada di bawah anak-anak yang sedang itu”. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa di dalam suatu kelas akan terdapat siswa-siswa yang memiliki kemampuan
tinggi (atas), sedang (tengah) dan rendah (bawah). Dimana jumlah antara siswa
yang berkemampuan tinggi relatif sama dengan siswa yang berkemampuan
rendah, sehingga dalam satu kelas kemampuan siswa menyebar secara normal.
Pada siswa yang memiliki kemampuan tingkat tinggi, apapun pendekatan
yang digunakan tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar,
karena mereka sudah terbiasa dengan belajar yang disiplin, bersemangat, dan
menantang. Namun lain halnya dengan siswa yang memiliki kemampuan tingkat
sedang dan rendah, diperlukan pemilihan pendekatan yang tepat guna
meningkatkan prestasi dan sikap siswa. Sebagaimana yang diungkapkan
Ruseffendi (1991) bahwa perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa bukan
merupakan bawaan lahir seutuhnya, melainkan dipengaruhi pula oleh lingkungan
sekitar. Oleh karena itu, pemilihan pendekatan pembelajaran yang merupakan
lingkungan belajar siswa perlu diperhatikan sebagai pertimbangan dalam
pengakomodasiaan kemampuan siswa yang heterogen.
15
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Pendekatan induktif berbantuan Geometer’s Sketchpad dimungkinkan
dapat memberikan perbedaan yang signifikan dalam meningkatkan berpikir kritis
matematis siswa. Dengan demikian perlu pula diketahui pada tingkat kemampuan
mana pendekatan induktif berbantuan Geometer’s Sketchpad memberikan
peranan yang lebih besar dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis.
Penelitian terhadap penggunaan Geometer’s Sketchpad dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa Sekolah Menengah
Pertama (SMP) pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif. Pada hasil penelitiannya terfokus pada diskusi
yang merupakan komponen dari pembelajaran kooperatif. Dengan demikian, hasil
penelitian tentang pembelajaran menggunakan pendekatan induktif berbantuan
Geometer’s Sketchpad belum ditemukan, sehingga perlu untuk diteliti lebih
lanjut.
Berdasarkan uraian di atas, diduga pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan induktif berbantuan Geometer’s Sketchpad dapat dijadikan salah satu
cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Untuk
menguji kebenaran dugaan tersebut, maka dilakukan sebuah penelitian dengan
judul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah
Menengah Pertama melalui Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan Induktif
Berbantuan Geometer’s Sketchpad”.
B. Rumusan masalah
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
16
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Induktif berbantuan
Geometer’s Sketchpad lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran geometri secara konvensional?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
induktif berbantuan Geometer’s Sketchpad antara kelompok kemampuan
tinggi, sedang dan rendah?
3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran geometri dengan pendekatan
induktif berbantuan Geometer’s Sketchpad?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menelaah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan induktif
berbantuan Geometer’s Sketchpad dan siswa yang memperoleh
pembelajaran geometri secara konvensional.
2. Menelaah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan pendekatan induktif berbantuan
Geometer’s Sketchpad antara kelompok kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
3. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran geometri dengan pendekatan
induktif berbantuan Geometer’s Sketchpad.
17
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
masukan bagi semua pihak, yaitu:
1. Bagi guru, penelitian ini mengenalkan salah satu software pembelajaran
matematika dan diharapkan dapat memberi motivasi bagi guru (calon guru)
matematika untuk memanfaatkan kemajuan teknologi komputer dan sarana
yang telah tersedia dalam bentuk media pembelajaran berbasis komputer
berupa program Geometer’s Sketchpad.
2. Bagi siswa, melalui hasil penelitian ini dapat meningkatkan minat, kesan
positif, dan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika, khususnya
kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa.
3. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam melakukan
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan media pembelajaran berbasis
komputer.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Kemampuan berpikir kritis matematis yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kemampuan melakukan menganalisis suatu permasalahan dan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi (menghasilkan pola
atas permasalahan yang dihadapi dalam kategori yang lebih luas).
2. Pendekatan induktif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah
proses berpikir dalam pembelajaran geometri yang memfokuskan pada
18
Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
pengalaman siswa seperti mengamati gejala (menganalisis), mencoba suatu
proses (melakukan konjektur), kemudian mengambil kesimpulan
(generalisasi).
3. Model Pembelajaran geometri konvensional yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru yaitu
model ceramah.
4. Geometer’s Sketchpad adalah sebuah software matematika yang dirancang
untuk mendukung pembelajaran geometri dan dapat mendorong siswa untuk
melakukan eksplorasi dari pengetahuan yang telah diperolehnya dan
mengkontruksi objek-objek geometri, mengembangkan konjektur,
melakukan proses penemuan, serta dapat membuat animasinya. Geometer’s
Sketchpad yang digunakan dalam penelitian ini adalah GSP versi 4. 07.