-
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Permasalahan
A.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk memperoleh bekal
pengetahuan dalam menjalani hidup ini. Salah satu pendidikan yang telah kita dapatkan sejak dari
masih anak-anak adalah pendidikan agama khususnya agama Kristen. Sekolah Minggu (SM)
cukup mempunyai andil yang besar dalam memberikan pendidikan agama bagi anak-anak
terutama pengenalan akan Kristus. Melalui peran SM inilah anak-anak dibekali pertama-tama
dengan pengetahuan akan Kristus.
Oleh karena SM mempunyai peran yang penting dalam pendidikan agama Kristen bagi anak-
anak maka gereja perlu memberikan perhatian yang maksimal kepada SM. SM merupakan
tempat untuk mempersiapkan anak-anak menjadi generasi penerus di tengah-tengah gereja dan
masyarakat, yang mempunyai iman yang teguh dalam menghadapi tantangan jaman. Agar tujuan
dari SM ini tercapai maka pendidikan agama Kristen yang diberikan harus dengan sungguh-
sungguh, benar dan tepat sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan anak-anak. Salah satu faktor
penting yang harus diperhatikan oleh gereja adalah kurikulum yang digunakan oleh SM. Setiap
gereja memiliki kurikulum SMnya sendiri-sendiri yang berbeda-beda. Kurikulum dipakai sebagai
arahan dalam pelaksanaan SM dan sering juga disebut sebagai rancangan belajar.
Kurikulum yang baik direncanakan untuk menolong para pendidik untuk dapat menyampaikan
makna dan tujuan dari pendidikan yang ingin diberitakan pada anak-anak, terutama juga sangat
menolong kaum awam yang baru mendalami bidang pelayanan anak-anak. Menurut salah
seorang pakar penulis kurikulum Lawrence O. Richards dalam bukunya yang berjudul
Mengajarkan Alkitab Secara Kreatif, bahwa manfaat dari adanya kurikulum dalam pelajaran
anak-anak SM adalah dapat menyesuaikan dengan pertumbuhan anak-anak di mana mereka
mulai besar dan mengalami tahap-tahap pertumbuhan yang ditandai dengan perubahan
-
10
kebutuhan, minat, pola berpikir serta respon.1 Para pakar kurikulum itu biasanya adalah orang-
orang yang cukup mengenal masa pertumbuhan anak-anak yang sering berubah-ubah dan
membuat suatu pendekatan yang cocok dengan pikiran dan perasaan anak-anak sesuai dengan
kelasnya. Hal ini membantu para pengajar dalam memilih konsep, ayat-ayat dan cerita yang
cocok dengan pola kebutuhan dan kelompok umur anak-anak yang telah disusun dalam
kurikulum. Sehingga dengan demikian orang dapat mengenal Firman Allah dengan cukup baik
dari masa anak-anak sampai menjadi dewasa. Selain itu kurikulum dapat memberikan kreativitas
dalam memberitakan Firman Allah di SM, karena biasanya para pakar kurikulum memasukkan
hal-hal yang baru dalam kurikulum yang mereka susun. Dengan demikian kurikulum itu menjadi
menarik dan memberikan ide-ide baru pada guru-guru SM dalam menjalankan tugasnya di kelas.
Setiap gereja pasti menginginkan dapat memilih dan memberikan kurikulum yang baik bagi
SMnya. Menurut Lawrence O. Richards, ciri-ciri kurikulum yang baik adalah: Pertama,
mengungkapkan pandangan yang benar tentang Alkitab. Maksudnya yaitu setiap penyataan
tentang Allah itu bukan hanya sekedar informasi tentang Allah, melainkan dapat membuat kita
berhubungan dengan Allah, dan bahwa penyataan itu menuntut suatu respon yang tepat dari
anak-anak. Karena Allah menghendaki agar dalam menjalani kehidupan ini kita secara spontan
memberi respons kepada Allah yang adalah Roh, dan bukan hanya hidup dengan mentaati
peraturan-peraturan yang kaku saja. Kedua, mempunyai konsep yang kreatif mengenai cara
mengajarkan Alkitab. Kurikulum yang baik mencerminkan kesadaran akan adanya kesenjangan
yang menghambat respons kita kepada Allah. Tujuan atau sasaran pelajarannya ialah respon.
Pelajarannya memperlihatkan suatu struktur yang membimbing kita kepada Firman, menyelidiki
Firman itu, dan membimbing anak-anak untuk menyelidiki relevansi Firman itu dengan
kehidupan sehari-hari dan merencanakan suatu respons.2 Dalam kurikulum yang baik,
penerapannya bersifat fleksibel, anak-anak diajak ikut ambil bagian sebanyak mungkin dan anak-
anak dibimbing agar mencari sendiri implikasi dari kebenaran Alkitab itu untuk kehidupan
pribadinya.
1 Lawrence O Richards, Mengajarkan Alkitab Secara Kreatif, Kalam Hidup, Bandung, 1970, h 194. 2 Scn 1, h. 196-198.
-
11
Namun pada kenyataannya gereja belum sepenuhnya dapat merencanakan dan membuat suatu
kurikulum SM yang baik. Banyak kendala atau pun masalah yang sering dihadapi gereja
berkaitan dengan kurikulum ini. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk membahas
kurikulum SM HKBP. Kurikulum SM HKBP yang dijabarkan dalam sebuah buku panduan yang
diterbitkan oleh Kantor Pusat HKBP dan digunakan secara menyeluruh oleh seluruh gereja-gereja
HKBP.3 Penulis ingin melihat dan meninjau kurikulum SM HKBP, karena masih terdapat
kendala-kendala dalam penerapannya terhadap anak SM HKBP. Karena itu dapat dikatakan
bahwa masalah-masalah kurikulum yang dihadapi juga hampir sama di setiap gereja HKBP.
Masalah ini harus segera mendapat penanganan dan pengelolaan secara cepat dan tepat agar tidak
terus berlarut-larut dalam kekurangan yang ada dalam kurikulum SM HKBP. Penanganan ini
tentunya tidak dapat diselesaikan oleh seseorang saja atau dalam hal ini seorang majelis atau
pendeta, namun perlulah gereja secara keseluruhan ikut bertanggungjawab untuk masalah ini.
A.2. Rumusan Masalah
HKBP merupakan salah satu gereja yang sangat kuat dalam memegang doktrin yang dianutnya.
Sehingga hal ini mengakibatkan antara lain, seluruh aktivitas dan kegiatan pelayanannya juga
terpengaruh, termasuk perumusan kurikulum SM HKBP yang diuraikan dalam buku panduan
yang digunakan oleh para pengajar atau guru SM. Pada umum dapat dikatakan bahwa buku
panduan SM HKBP masih monoton dan teologis dalam hal menyusun materinya. Dan buku ini
sering masih sulit untuk dapat dipahami dan dimengerti oleh para pengajar atau guru SM secara
baik dan tepat, terutama yang masih awam atau baru mulai dalam bidang pelayanan anak-anak
SM. Biasanya hal tersebut dialami oleh guru-guru SM yang tidak memiliki ilmu yang mendalam
dan luas mengenai teologi. Karena tiap-tiap pengajar atau guru SM memiliki latar belakang
pendidikan yang berbeda. Sehingga seringkali mengakibatkan adanya perbedaan arah dan tujuan
setiap guru dalam menyampaikan pokok pelajaran pada proses pengajaran anak-anak SM. Selain
itu buku panduan SM HKBP kurang optimal dalam menyajikan pendidikan agama Kristen pada
anak-anak. Juga kurang sesuai dengan kebutuhan anak dan tahap-tahap perkembangan anak
dalam menghadapi era atau masa yang sudah semakin berkembang dan maju ini. Akibatnya
3 Berdasarkan pengamatan penulis di beberapa jemaat HKBP, misalnya HKBP Yogyakarta dan HKBP Immanuel
Resort II Pekanbaru. Pada saat pengamatan, penulis juga melakukan wawancara dengan para Majelis dan guru SM di gereja-gereja tersebut tentang kurikulum SM HKBP, pada bulan Agustus-September 2004.
-
12
banyak para guru SM HKBP yang malas menggunakan buku panduan SM HKBP, dan lebih
tertarik menggunakan buku-buku panduan SM lainnya yang beredar di kalangan masyarakat. Hal
tersebut mengakibatkan tujuan dari kurikulum yang telah ditetapkan belum tercapai dengan
optimal.
Ketika mendisain suatu kurikulum tentu ada perumusan tujuan yang ingin dicapai sehingga perlu
kesungguhan untuk melaksanakannya agar tujuan itu tercapai. Kurikulum SM mempunyai tujuan
menyampaikan pengetahuan akan Kristus di mana pengajarannya disesuaikan dengan kebutuhan
anak-anak yang mengalami pertumbuhan dan perubahan zaman. Maksudnya sesuai dengan
kebutuhan anak-anak yaitu memberitakan Firman Allah disesuaikan dengan tahap-tahap
pertumbuhan anak-anak yang terus makin besar. Pada umumnya kurikulum membagi anak-anak
dalam beberapa kelas berdasarkan pengelompokkan umur anak-anak. Sedangkan sesuai dengan
perubahan zaman maksudnya yaitu mengajarkan Alkitab secara konseptual dan kontekstual
dalam arti dapat dimengerti dengan terarah, tepat guna, dapat menerjemahkan pengajarannya
dengan baik, dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan keadaan pada saat ini.
Dengan kenyataan seperti yang disebutkan di atas tadi maka penulis tertarik meninjau kembali
kurikulum SM HKBP yang dijabarkan dalam buku panduan SM yaitu Buku Pemandu Guru SM
(BPGSM). Dalam peninjauan itu penulis akan mengajukan beberapa pertanyaan, yaitu: Sejauh
manakah keterarahan materi BPGSM HKBP dengan perkembangan dan kebutuhan anak?
Apakah materi BPGSM HKBP sudah sesuai atau cocok dengan perkembangan dan kebutuhan
anak? Acuan apa sajakah yang harus diperhatikan dalam penyusunan desain kurikulum yang
kontekstual? Sehingga setelah melihat hasil dari peninjauan dan pengamatan penulis terhadap
kurikulum SM HKBP, penulis berusaha menyusun sebuah usulan desain kurikulum yang
kontekstual bagi SM HKBP. Oleh karena itu penulis membatasi penyusunan desain kurikulum ini
hanya berlaku bagi SM HKBP.
B. Alasan Pemilihan Judul
B.1. Rumusan Judul
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis memberi judul skripsi ini:
-
13
USULAN DESAIN KURIKULUM BAGI SEKOLAH MINGGU
DI HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN (HKBP)
B.2. Penjelasan tentang Judul
Penulis akan membuat sebuah usulan desain kurikulum di mana desain tersebut diharapkan dapat
menjawab permasalahan dan kendala-kendala yang dihadapi para pengajar atau guru pada
khususnya dan HKBP pada umumnya. Desain tersebut masih merupakan rancangan yang belum
tentu sepenuhnya baik dan bermutu, namun diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
meningkatkan mutu pendidikan agama Kristen bagi anak-anak SM di HKBP.
Sedangkan kurikulum sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni curriculae, artinya jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada saat ini, pengertian kurikulum adalah sebagai rencana
pembelajaran. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Jadi kurikulum adalah suatu program
pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Namun kurikulum tidak terbatas pada
sejumlah mata ajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
perkembangan siswa, seperti: bangunan, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-
gambar, halaman, dan lain-lainnya; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar
secara efektif.4
Sekolah Minggu adalah suatu sistem pelayanan gereja dalam menyampaikan pendidikan agama
Kristen bagi anak-anak di luar sekolah dan orangtuanya, biasanya dilakukan dengan berbagai
aktivitas dan kreativitas yang diberikan oleh tenaga pengajar atau guru SM dalam rangka
memahami Firman Allah. Sasarannya adalah anak-anak kelompok bermain,misalnya balita, anak
di tingkat SD dan SLTP.
HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) adalah wadah persekutuan dari orang-orang yang berasal
dari segala kelompok, kalangan dan suku bangsa yang berada di seluruh Indonesia, serta di dunia
ini, yang dibaptis di dalam nama Allah Bapa, AnakNya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus.
HKBP pada mulanya merupakan gereja suku Batak dan hanya terdapat di daerah Sumatra Utara,
4 Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, h 17.
-
14
namun seiring berjalannya waktu maka saat ini HKBP bukan lagi gereja kesukuan. Karena sudah
dapat menerima jemaat dari berbagai suku atau etnis dan HKBP sudah ada di mana-mana.
B.3. Alasan Pemilihan Judul
Pertama, karena menarik di mana berkaitan dengan peran gereja dalam meningkatkan pendidikan
agama Kristen anak-anak khususnya mengenai kurikulum SM.
Kedua, karena baru di mana penulis mengamati belum ada yang menulis mengenai kurikulum
SM HKBP khususnya di UKDW Yogyakarta.
Ketiga, karena bermanfaat bagi penulis, gereja dan juga jemaat. Penulis dapat memahami dan
mendalami pengetahuan akan pendidikan anak SM khususnya dalam bidang kurikulum. Gereja
dapat lebih meningkatkan perhatian dan pelayanannya terhadap anak SM akan hal penyampaian
Firman Tuhan. Sedangkan jemaat dapat mengetahui dan mengenal kehidupan pelayanan SM
terutama pentingnya penyampaian pengetahuan Firman Tuhan yang benar dan tepat.
C. Metode Pembahasan
Dalam membahas skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif-analitis di mana penulis
akan berusaha menggambarkan secara analitis masalah yang ada dalam SM HKBP khususnya
mengenai kurikulum SM. Untuk mendapatkan bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini
maka penulis akan menggunakan metode penelitian, di mana penulis akan melakukan wawancara
dengan Majelis dan guru-guru SM HKBP Yogyakarta dan HKBP Immanuel Resort II, pada bulan
Agustus-September 2004 dan mendapatkannya juga secara literatur atau kepustakaan.
D. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan mengerjakan dan memahami skripsi ini maka penulis menggunakan
sistematika sebagai berikut:
-
15
Bab I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan beberapa hal yang dapat menjelaskan pembahasan
yang akan dilakukan. Beberapa hal tersebut adalah permasalahan, alasan pemilihan judul, metode
pembahasan dan sistematika pembahasan.
Bab II GAMBARAN UMUM KURIKULUM SEKOLAH MINGGU HKBP
Bagian ini akan menguraikan mengenai sejarah SM HKBP, kurikulum SM HKBP, Buku
Pemandu Guru SM (BPGSM) HKBP dan kendala-kendala yang dihadapi dalam penggunaannya,
fakta penggunaan BPGSM HKBP di jemaat, dan tinjauan terhadap penggunaan BPGSM HKBP.
Bab III ACUAN DALAM PENYUSUNAN KURIKULUM
Pada bagian ini penulis akan memaparkan mengenai pengaruh tokoh-tokoh sejarah dalam
kurikulum, teori penyusunan kurikulum, tahap-tahap perkembangan anak, implikasi terhadap
kurikulum SM HKBP, dan tinjauan kritis terhadap BPGSM HKBP.
Bab IV USULAN DESAIN KURIKULUM SEKOLAH MINGGU HKBP
Dalam bagian ini penulis akan menjelaskan tentang dasar-dasar pertimbangan penyusunan
kurikulum dan mengusulkan suatu desain kurikulum yang kontekstual bagi SM HKBP.
Bab V PENUTUP
Bagian ini berisi kesimpulan tentang penyusunan suatu kurikulum dan saran-saran bagi Pimpinan
Pusat HKBP, jemaat-jemaat HKBP dan para pengajar atau guru SM di jemaat-jemaat HKBP.