1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Transportasi merupakan suatu aspek yang penting dalam
pembangunan wilayah. Sistem transportasi merupakan wadah bagi
pergerakan dari suatu wilayah ke wilayah lainnya baik itu pergerakan
orang maupun barang atau jasa. Manusia melakukan pergerakan dari suatu
tempat ke tempat lainya dan sistem transportasi yang menjadi wadah bagi
pergerakan manusia. Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik dalam
suatu sistem transportasi di suatu wilayah, maka akan memudahkan suatu
pergerakan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lainya. Sarana
dan prasarana transportasi di suatu wilayah haruslah disesuaikan dengan
kebutuhannya agar dapat menunjang perkembangan wilayah tersebut.
Menurut Nasution (2003), transportasi dapat memajukan
kesejahteraan ekonomi dan masyarakat karena transportasi menciptakan
serta meningkatkan aksesibilitas (degree of accessibility). Sumberdaya
alam yang tadinya tidak dimanfaatkan akan menjadi terjangkau karena
adanya jaringan transportasi yang baik sehingga dapat menjangkau pasar
dan akan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya
pengangkutan akan menyebabkan nilai barang lebih tinggi di tempat tujuan
dibandingkan di tempat asal.
Kabupaten Indragiri Hilir merupakan salah satu kabupaten yang
terdapat di Propinsi Riau. Kabupaten Indragiri Hilir terletak di pantai timur
Pulau Sumatera dengan luas daratan 11.605,97 km² dan perairan 7.207 Km²
dengan jumlah penduduk kurang lebih 683.354 jiwa dan memiliki 20
kecamatan, 174 Desa, dan 18 Kelurahan.”Kabupaten Indragiri Hilir Berjaya
dan Gemilang Tahun 2025” merupakan misi dari pembangunan Kabupaten
Indragiri Hilir yang artinya pada 13 tahun mendatang Kabupaten Indragiri
Hilir diharapkan akan menjadi kabupaten yang maju dan berkembang dari
2
segala bidang termasuk pembangunan fisik dan juga peningkatan
kesejahteraan masyarakatnya, dengan tolak ukur pendapatan masyarakat yang
meningkat dan distribusi pendapatan yang merata. Suatu kemajuan tersebut
yang akan dicapai melalui pengelolaan yang strategis terhadap perencanaan
dan tata ruang wilayah Kabupaten Indragiri Hilir.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam percepatan
pembangunan wilayah dalam memperkuat daya saing antar daerah pada
bidang ekonomi adalah potensi wilayah untuk berkembang serta sarana dan
prasarana publik baik itu sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, maupun
transportasi. Semakin baik dan lengkap sarana dan prasarana pada suatu
wilayah maka semakin baik pula kesejahteraan penduduk di wilayah tersebut.
Manfaat dalam ekonomi sendiri, sarana dan prasarana transportasi sebagai
fasilitas perpindahan barang sumberdaya wilayah ke wilayah lain serta selain
sebagai perpindahan barang juga sebagai perpindahan orang dari suatu tempat
ke tempat lain dalam melakukan kegiatan ekonomi dan untuk kepentingan
lainya. Sarana dan prasarana transportasi merupakan bagian terpenting bagi
perkembangan suatu wilayah.
Terminal merupakan prasarana transportasi yang berfungsi sebagai
menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan moda transportasi,
menyediakan sarana untuk simpul lalu lintas, menyediakan tempat untuk
menyiapkan kendaraan, dan juga menjadi unsur ruang yang mempunyai peran
penting bagi efisiensi kehidupan wilayah menurut Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat Tahun 1995. Terminal juga merupakan sarana penunjang
untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan sektor retribusi.
Sebuah terminal yang akan dibuat harus sesuai dengan fungsinya dan
kegunaanya serta harus sesuai dengan perencanaan tata ruang dan tata wilayah
daerah.
Lokasi Terminal Bandar Laksamana Indragiri terletak pada Bagian
Wilayah Kota (BWK) I, dimana wilayah pada bagian ini memiliki potensi
untuk berkembang pesat dibandingkan wilayah-wilayah lainnya, oleh karena
itu membutuhkan prioritas penanganan dan pengaturan fisik atau berkembang
3
pesat menjadi kawasan terbangun. Agar terjadi percepatan perkembangan
wilayah, harus didukung dengan sarana dan prasarana sebagai bangkitan.
Penempatan terminal pada lokasi ini juga didasarkan kepada potensi dari
wilayah tersebut untuk dibangunnya terminal yang terdapat didalam Rencana
Tata Ruang Kota (RTRK) Kota Tembilahan. Wilayah yang menjadi BWK I
meliputi wilayah Kelurahan Tembilahan Hulu dari parit 6 hingga parit 11
yang merupakan bagian dari Kecamatan Tembilahan Hulu.
Lokasi dari Terminal Bandar Laksamana Indragiri termasuk kedalam
wilayah strategis ataupun wilayah yang menjadi prioritas dalam Kawasan
agropolitan tanaman pangan dengan sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
wilayah. Tidak hanya berpotensi sebagai wilayah yang berpotensi sebagai
lahan terbangun. Kawasan strategis ataupun kawasan andalan mempunyai
pengaruh yang sangat penting dalam lingkung Kabupaten terhadap kegiatan
ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungannya. Dalam mendukung tujuan
pembangunan wilayah harus dilandasi oleh kebijakan dan strategi dalam
penataan ruang wilayah yang baik dan benar serta penempatan lokasi-lokasi
fasilitas yang dapat menunjang kegiatan masyarakat serta tepat sasaran.
Pembanguna terminal yang diresmikan sejak tahun 2010 lalu hingga
saat ini masih minim dalam pemanfaatannya. Minimnya pemanfaatan terminal
ini dapat dilihat dari belum berfungsinya terminal sebagi tempat pengaturan
kendaraan umum dan tempat pangkalan kendaraan umum. Menurut
pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir, bahwa Terminal Bandar Laksamana
Indragiri hingga saat ini hanya sebagai tempat pemungutan retribusi
kendaraan umum yang datang dan berangkat sedangkan agen angkutan umum
dan stafnya masih belum mau untuk menjadikan Terminal BLI sebagai tempat
pangkalan. Sulitnya pengaturan terhadap pemilik jasa angkutan umum untuk
diajak beroperasi didalam terminal begitu pula dengan masyarakat pengguna
kendaraan umum. Kondisi lalu lintas perkotaan yang masih mengalami
kemacetan yang disebabkan oleh parkirnya kendaraan umum yang
menggunakan badan jalan hingga saat ini belum dapat diatasi oleh
pemerintah. Pemerintah menyebutkan bahwa kondisi keberadaan terminal
4
Bandar Laksamana Indragiri hingga saat ini masih belum berfungsi secara
efektif dikarenakan oleh hal tersebut.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pembangunan sarana transportasi pada wilayah BWK I
yang hingga saat ini belum tepat sasaran. Penelitian ini lebih berfokus kepada
mengidentifikasi penyebab dari tidak efektifnya Terminal Bandar Laksamana
serta dapat mendeteksi strategi arah kebijakan yang tepat baik bagi
pemerintah ataupun pihak pengelola terminal dalam mengoptimalkan fungsi
dari terminal tersebut dari hasil penelitian ini.
I.2 Perumusan Masalah
Seiring dengan lajunya pertumbuhan penduduk serta peningkatan
aktivitas sosial ekonomi di Kabupaten Indragiri Hilir, khususnya Kota
Tembilahan serta berkembangnya perdagangan kota Tembilahan maka
infrastruktur dan transportasi pun sudah mulai berkembang. Berkembangnya
jasa-jasa angkutan-angkutan umum antar daerah, antar kabupaten ataupun
kota serta antar kota-desa untuk menunjang kegiatan masyarakat yang
semakin meningkat.
Tingginya kebutuhan akan transportasi dari pertumbuhan penduduk
tersebut yang kemudian menjadi pemicu berkembangnya jasa-jasa angkutan
umum dengan berbagai tawaran jasa yang disediakan. Kondisi kantor-kantor
agen jasa angkutan umum yang berada di wilayah perkotaan yang minim
sehingga tidak memiliki lapangan parkir yang cukup untuk menampung
seluruh kendaraan umum sehingga menggunakan badan-badan jalan di
sebagai lahan parkir dan keberadaannya mengganggu kelancaran lalu lintas
dan keindahan pusat perkotaan.
Terminal Tipe C M boya yang sudah ada sebelumnya berada
bersebelahan dengan lokasi pasar, sehingga keberadaan terminal tersebut
hanya menambah parah kemacetan di areal perkotaan. Kapasitas terminal
Tipe C tersebut sudah tidak mencukupi untuk menampung moda angkutan
5
umum yang semakin bertambah sehingga pembangunan terminal baru dengan
Tipe dan kapasitas yang lebih besar mampu menjadi solusi terhadap
permasalahan lalu lintas yang sedang dihadapi.
Pembangunan terminal tipe B bertujuan juga untuk menyediakan
sarana untuk simpul lalu lintas serta pengembangan wilayah pinggiran agar
pusat kegiatan tidak hanya berkembang pada pusat perkotaan dan mengontrol
pertumbuhan wilayah perkotaan. Lokasi pembangunan terminal berada pada
pinggiran kota yaitu Kecamatan Tembilahan Hulu dimana lokasi dari terminal
ini berada pada Jalan Propinsi yang menghubungkan Kabupaten Indragiri
Hilir dengan wilayah lainnya.
Keberadaan Terminal Bandar Laksamana Indragiri hingga saat ini
belum berfungsi secara optimal. Tidak efektifnya terminal Bandar Laksamana
ini dapat dilihat dari masih rendahnya pemanfaatan terminal. Hingga saat ini,
terminal hanya digunakan sebagai tempat untuk melapor kendaraan umum
yang datang dan berangkat serta untuk membayar retribusi. Pada awal tahun
2012 lalu, Terminal Bandar Laksamana Indragiri aktif sebagai terminal tipe B
pada umumnya, namun hanya bertahan 1 ubulan dan kemudian moda
angkutan umum kembali beroperasi pada kantor agen masing-masing seperti
sebelumnya.
Fungsi Terminal Bandar Laksamana Indragiri harus efektif untuk
memenuhi tugas terminal sebagai terminal tipe B secara umum agar dapat
memenuhi tuntutan pelayanan yang sebaik-baiknya, yang mana pelayanan ini
menyangkut pandangan pihak-pihak yang terkait yaitu pihak pengelola
Terminal dalam hal ini pemerintah dan pihak pengguna jasa layanan seperti
masyarakat dan pemilik jasa angkutan umum.
Terminal berfungsi sebagai titik konsentrasi (traffic consentration)
penumpang, titik dispersi, titik tempat penumpang berganti moda angkutan
(traffic interchange), pusat pelayanan penumpang (service avaibility).
(Whrigh dan Asford,1989) dalam Salleh, 2005. Menurut Pernyataan tersebut
dan dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya, bahwa Terminal Bandar
Laksamana Kota Tembilahan belum efektif. Tidak Efektifnya terminal
6
tersebut dikarenakan hingga saat ini moda-moda angkutan umum menaikkan
dan menurunkan penumpang tidak di terminal Bandar Laksamana melainkan
masih pada lokasi-lokasi pool, kantor/agen-agen jasa angkutan umum, serta
persimpangan jalan.
Berdasarkan dari uraian rumusan masalah yang telah dipaparkan,
faktor apa yang sangat mempengaruhi dari tidak efektifnya fungsi dari
Terminal Bandar Laksamana Indragiri tersebut perlu diteliti dan dianalisis
lebih lanjut . Penelitian ini bermaksud untuk menjawab beberapa pertanyaan
sebagai berikut :
1. Apakah pembangunan Terminal Bandar Laksamana Indragiri sudah
sesuai dengan kriteria pembangunan Terminal Tipe B secara umum?
Baik dari segi fasilitas, lokasi, manajemen, dan pelayanan yang
diberikan.
2. Apakah pembangunan Terminal Bandar Laksamana Indragiri sudah
mencapai tujuan pembangunan dari terminal tersebut?
3. Bagaimanakah upaya yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan
fungsi terminal Bandar Laksamana Indragiri sebagai terminal
penumpang tipe B ?
I.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Mengevaluasi efektivitas fungsi terminal Bandar Laksamana Indragiri
berdasarkan fungsi terminal secara umum
2. Mengidentifikasi Faktor yang mempengaruhi inefektivitas
keberadaan Terminal Bandar Laksamana Indragiri
3. Memberikan alternatif rekomendasi arah kebijakan yang terkait
dengan optimalisasi fungsi terminal Tipe B Kabupaten Indragiri Hilir.
7
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan karya ilmiah yang
dapat menambah referensi tentang informasi pembangunan infrastruktur
wilayah yang akan di rumuskan sebagai berikut :
1. Memberikan gambaran umum tentang pembangunan infrastruktur
wilayah terkait pembangunan terminal yang tidak berfungsi secara
efektif.
2. Memberikan masukan pengambil keputusan dalam upaya
peningkatan efektifitas Terminal berdasarkan prioritas penangananya
dalam pencapaian sasaran.
3. Mendorong masyarakat khususnya responden untuk terlibat dalam
perencanaan pembangunan infrastruktur di wilayah tersebut.
I.4 Keaslian Penelitian
Terkait dengan tema tentang sarana dan prasarana transportasi ,pada
saat ini semakin berkembang dan semakin beragam pula masalah yang ada.
Karena transportasi sendiri merupakan bagian yang sangat penting bagi
pembangunan suatu daerah. Oleh karena itu pada bagian ini menjelaskan
tentang perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang
memiliki tema sarana dan prasarana transportasi yang akan dijabarkan pada
Tabel 1.1.
8
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Nama
Peneliti
Jenis
Penelitian
Judul dan Tahun Variabel Metode Teknik Analisis
Data
Kesimpulan
Abdul
Ghani
Salleh
Jurnal
Penelitian
Analisis prioritas
faktor-faktor yang
mempengaruhi
efektivitas
terminal amplas,
2005.
Tingkat pelayanan
jalan, keamanan,
kenyamanan,
fasilitas terminal,
aksesibilitas
Deduktif Teknik analisis data
yang digunakan
adalah deskriptif
kualitatif.
Berdasarkan hasil analisis bobot
otoritas penentuan efektivitas fungsi
terminal amplas adalah keamanan
lingkungan 30,9559%, tingkat
pelayanan jalan 24,0787%,
aksesibilitas 19,1385%, fasilitas
terminal 14,0924%, dan kenyamanan
lingkungan 11,7346%.
Aris
Munandar
Skripsi Persepsi
Stakeholder
Terhadap Lokasi
Dan Fungsi
Terminal
Penumpang Tipe
A Kab. Kebumen,
2012.
Kebijakan relokasi
terminal, kondisi
fisik, keberadaan
lokasi, pemanfaatan
fungsi,
permasalahan
khusus terkait
keberadaan terminal
Induktif Teknik analisis
yang digunakan
adalah deskriptif
Kualitatif
Jumlah kedatangan bus dan
penumpang naik turun terminal
Kebumen mengalami peningkatan,
namun pemanfaatan dirasa kurang
optimal karena kapasitas daya
tampung pelayanan terminal tipe A
masih belum sesuai dengan
peningkatan kedatangan bus yang
pertahun mencapai 8,05 % pada tahun
2004-2010
Djamahaen
Purba
Tesis Analisis Prioritas
Faktor Yang
Mempengaruhi
Efektivitas
Terminal
Sarantama Tahun,
2008.
Tingkat pelayanan
jalan, aksesibilitas,
fasilitas terminal,
kenyamanan dan
keamanan
lingkungan
Deduktif Teknik analisis
yang digunakan
adalah deskriptif
kualitatif
Masalah keamanan lingkungan
menjadi faktor pengaruh efektivitas
fungsi Terminal Sarantama Kota
Pemantang Siantar
9
Sumber : Perpustakaan Geografi UGM tahun 2012
Fery Wisnu
Ardiyansyah
Tesis Pengaruh Terminal
Batay Kota Lahat
Terhadap Aktivitas
Pemanfaatan
Lahan di Kawasan
Sekitarnya, 2005.
Perubahan aktivitas
pemanfaatan lahan,
dan Kegiatan
Informal disekitar
Terminal
Deduktif Teknik analisis
yang digunakan
adalah kualitatif
deskriptif.
Keberadaan Terminal Batay Kota Lahat
memiliki pengaruh terhadap
perkembangan guna lahan/aktivitas
pemanfaatan lahan dan harga lahan di
wilayah sekitar terminal. Jenis aktivitas
bidang usaha yang paling banyak
berkembang di kawasan Terminal
Batay berdasarkan hasil kuesioner dari
responden adalah warung dan yang
paling sedikit yaitu aktivitas bidang
usaha penginapan.
Dhina
Pahlawanti
Skripsi Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Inefektivitas
Terminal Bandar
Laksamana
Indragiri Kab
Indragiri Hilir,
RIAU
Pelayanan Terminal,
Tingkat pelayanan
jalan, Kondisi
Lingkungan,
Kondisi sosial,
Aksesibilitas.
Deduktif Teknik analisis
yang digunakan
adalah metode
Deskriptif
Kualitatif
Pembangunan Terminal Bandar
Laksamana Indragiri masih belum
efektif. Faktor yang paling
mempengaruhi tidak efektifnya
terminal tersebut adalah faktor
aksesibilitas. Tidak tersedianya
angkutan umum lokal menuju terminal
dari pusat-pusat kegiatan merupakan
faktor yang paling berpengaruh.
Rekomendasi arah kebijakan yang
disarankan bagi pemerintah adalah
dengan memfasilitasi angkutan umum
lokal yang efektif dan efisien serta
memperbaiki tingkat pelayanan
terhadap terminal dan jaringan jalan.
10
Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Ghani Shalleh Tahun 2005, hampir
sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Djamahaen Purba Tahun 2008.
Metode yang digunakan oleh kedua peneliti ini sama-sama menggunakan metode
deduktif dan teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan
menggunakan AHP (Analytical Hirarki Proses) untuk penetuan prioritas faktor
dari beberapa faktor. Variabel yang digunakan oleh kedua peneliti ini hampir
sama. Perbedaan kedua penelitian tersebut dengan penelitian tentang Inefektivitas
Terminal Bandar Laksamana Ingragiri Kabupaten Indragiri Hilir adalah metode
yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metode deduktif kualitatif dengan
melakukan evaluasi terhadap objek penelitian dan menarik kesimpulan dari hasil
pengumpulan data primer.
Skripsi Aris Munandar 2012, menggunakan variabel penelitian lebih
kepada kebijakan relokasi terminal, kondisi fisik, keberadaan lokasi, pemanfaatan
fungsi, permasalahan khusus terkait keberadaan terminal kemudian metode yang
digunakan adalah induktif dan teknik analisis data kualitataif. Perbedaanya
dengan penelitian tentang Inefektivitas Terminal Bandar Laksamana Indragiri ini
adalah dari metode yang digunakan dan variabel-variabel yang digunakan karena
kondisi terminal pada penelitian ini sama sekali belum difungsikan dan belum
berkontribusi terhadap PAD Kabupaten Indragiri Hilir, sementara pada penelitian
sebelumnya, kondisi terminal sudah aktif namun kapasitas terminal yang kurang
memadai.
Tesis Fery Wisnu Ardiyansyah 2005, lebih mengkaji kepada perubahan
penggunaan lahan yang disebabkan oleh adanya pengaruh kegiatan Terminal.
Namun dalam penelitian Inefektivitas Terminal Bandar Laksamana Indragiri
Kabupaten Indragiri Hilir ini lebih mengkaji kepada faktor yang mempengaruhi
inefektivitas dari fungsi terminal tersebut. Metode yang digunakan sama yaitu
menggunakan metode deduktif dengan teknik analisis kualitatif dan menggunakan
teori-teori sebagai acuan penelitian. Hasil yang diperoleh dari kedua penelitian ini
sangat berbeda, dapat terlihat dari variabel yang digunakan serta tema dari
penelitian tersebut.
11
I.5 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini digunakan sebagai acuan dalam
pembuatan kerangka konseptual yang berisi tentang teori-teori yang menjadi
landasan dalam penelitian ini. Selain itu, tinjauan pustaka ini akan menjadi titik
fokus dalam penelitian.
I.5.1 Pengertian Geografi
Geografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang seluruh
permukaan bumi dan isinya yang terdapat dipermukaan bumi. Geografi memiliki
2 aspek yaitu aspek fisik dan aspek manusia serta mempelajari hubungan
keduanya Mustofa, 2007.
Menurut Suratman 2009, bidang kajian geografi meliputi kajian atas bumi,
proses dan aspek pembentuk bumi, hubungan kausal dan spasial antara manusia
dengan lingkunganya, serta interaksi antara manusia dengan ruang. Ilmu geografi
memadukan antara dimensi fisik dengan manusia dalam menelaah keberadaan
serta kehidupan manusia di tempat dan lingkunganya. Ilmu geografi
menggunakan 3 pendeketan yaitu : Pendekatan keruangan (spatial approach),
pendekatan lingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah
(regional complex approach).
Pendekatan keruangan (spatial approach)
Pendekatan keruangan merupakan pendekatan yang dilakukan dengan
mengkaji venomena alam yang ada dipermukaan bumi.Kerangka kerja
analisis pendekatan keruangan bertolak dari permasalahan-permasalahan
pembentuk ruang.
Pendekatan lingkungan (ecological approach)
Pendekatan ekologi dalam pendekatan geografi yaitu lebih menekankan
kepada hubungan kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya yang
12
membentuk suatu aspek keruangan yang disebut dengan ekosistem yang
menghubungkan suatu region dengan region lainya.
pendekatan kompeks wilayah (regional complex approach)
Pendekatan kompleks wilayah merupakan penggabungan antara pendekatan
keruangan dengan pendekatan ekologikal atau lingkungan. Pendekatan ini
mengkaji karakteristik fenomena fisik dan social yang terjadi dipermukaan
bumi yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainya. Pendekatan
ini lebih menekankan kepada perbedaan dari tiap-tiap wilayah dalam
perencanaan suatu wilayah.
Pendekatan geografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan keruangan (spatial approach). Pendekatan keruangan adalah suatu
cara untuk memahami suatu gejala yang bertujuan untuk mengetahui suatu hal
yang lebih mendalam dan menggunakan ruang sebagai variabel utama dalam
melakukan analisis (Yunus 2010).
Kompleksitas gejala yang ditinjau dari proses terbentuknya dari penelitian
ini merupakan gejala yang terjadi oleh buatan manusia (artificial phenomena).
Gejala ini terbentuk karena dibuat oleh manusia seperti permukiman, industri,
kota, jalan, gedung, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Penelitian ini menggunakan
pendekatan keruangan dengan meneliti objek yang dibuat oleh manusia yaitu
terminal yang menjadi variabel penelitian merupakan wilayah kajian atau lokasi
dari terminal tersebut. Ditinjau dari gejala ekspresi keruangannya yaitu gejala
fisik dan non fisik. Gejala fisik merupakan gejala yang eksistensinya menunjukan
bentuk yang dapat disentuh secara fisik (tangible) yaitu fasilitas sebagai objek
penelitian dan non fisik (untangible) yaitu persepsi.
1.5.2 Geografi dalam Pembangunan Wilayah
Wilayah dalam kajian geografi merupakan suatu bagian dari permukaan
bumi yang memiliki karakter khusus yang menggambarkan satu keseragaman
sehingga dapat dengan jelas dibedakan dengan wilayah-wilayah lainnya.
13
Karakteristik ini dapat berupa keadaan alam, ekonomi, demografi, serta sosial-
budaya. Pembangunan merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu wilayah untuk
memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat dengan cara perencanaan dalam
segala aspek kehidupan masyarakat. Geografi Pembangunan merupakan cabang
dari ilmu geografi yang mempelajari mengenai keterkaitan antara proses
pembangunan yang dilakukan oleh suatu wilayah dengan keadaan alam serta
penduduk pada wilayah tersebut. Dalam pembanguan suatu wilayah, kajian
geografi terhadap wilayah tersebut sangat penting dilakukan khususnya geografi
pembangunan agar rancangan atau perencanaan pembangunan wilayah tersebut
dapat sesuai dengan karakteristik wilayah baik karaktersitik alam maupun
manusia dan budayanya.
Aspek perkembangan dan pengembangan wilayah tidak dapat lepas dari
adanya ikatan-ikatan ruang perkembangan wilayah secara geografis. Chapin
dalam Ardiyansyah, 2005 mengemukakan ada 2 hal yang mempengaruhi tuntutan
kebutuhan ruang yang selanjutnya menyebabkan perubahan penggunaan lahan
yaitu (1) adanya perkembangan penduduk dan perekonomian, (2) pengaruh sistem
aktivitas, sistem pengembangan, dan sistem lingkungan.
Strategi dalam mempercepat pembangunan suatu wilayah, sarana dan
prasarana merupakan modal yang sangat penting bagi pemerintah untuk
mempercepat pembangunan wilayah tersebut. Sarana atau infrastruktur di wilayah
sebagai dasar bagi seluruh kegiatan sosial ekonomi bagi masyarakatnya sehingga
dengan pembentukan sarana dan prasarana atau infrastruktur wilayah yang baik
merupakan cara yang paling penting untuk memajukan wilayah belakang agar
terciptanya pembangunan wilayah secara merata pada tiap-tiap daerah pada suatu
cakupan wilayah administrasi.
Faktor yang paling menarik perkembangan antara dua daerah pusat
kegiatan adalah adanya jalur transportasi dan komunikasi yang baik antara satu
wilayah dengan wilayah yang lain. Selain hal tersebut, prasarana wilayah juga
merupakan pendukung utama kehidupan, meliputi fasilitas jalan, fasilitas listrik,
failitas air bersih, fasilitas telepon serta fasilitas drainase (Koestoer, 2001).
14
Fasilitas jalan baik yang menghubungkan antar bagian wilayah,
memegang peranan yang sangat penting bagi kelancaran aktivitas penduduk dan
perkembangan wilayah serta merupakan kerangka dasar yang membentuk struktur
wilayah. Faktor dominan adalah manusia dan aspek kehidupan, menyangkut
politik, ekonomi, sosial, kultural dan keadaan teknologinya.
I.5.3 Pengertian Transportasi dan Geografi Transportasi
Transportasi merupakan suatu kegiatan pemindahan barang dan manusia
dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sebuah wahana baik yang
digerakan oleh manusia ataupun mesin. Dengan demikian maka transportasi
memiliki dimensi seperti lokasi (asal dan tujuan), alat (teknologi), dan keperluan
tertentu. Transportasi dibagi menjadi 3 jenis yaitu transportasi darat, transportasi
launt, dan transportasi udara. Pengertian transportasi menurut Miro Tahun 1997
dijelaskan pada Gambar 1.1 ini.
Gambar 1. 1 Pengertian Transportasi
Sumber : Miro, 1997
Sementara itu menurut Tamin 1993, menyebutkan bahwa transportasi
terdiri dari beberapa sistem makro yaitu :
1. Sistem kegiatan
2. Sistem jaringan prasarana transportasi
3. Sistem pergerakan lalu lintas
15
4. Sistem kelembagaan
Kemudian keempat sistem tersebut membentuk suatu sIstem transportasi secara
makro seperti pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Sistem Transportasi Makro
Sumber : Tamin, 1993
Proses transportasi meliputi pergerakan dari tempat asal ke tempat tujuan
serta menaikan kegunaan dari barang yang diangkut. Kegunaan dari barang dapat
diciptakan oleh pengangkutan tersebut. Utilitas atau kegunaan dapat dibagi
menjadi 2 macam yaitu utilitas tempat atau place utility dan utilitas waktu atau
time utility. Utilitas tempat adalah kenaikan nilai ekonomi dari suatu komoditi
yang diciptakan oleh pengangkutan komoditi tersebut dari suatu daerah ke daerah
lainnya dikarenakan kegunaan komoditi tersebut lebih besar dibandingkan
kegunaan komoditi tersebut di wilayah asal. Utilitas waktu adalah kesanggupan
barang untuk memenuhi kebutuhan manusia pada waktu yang diperlukan dengan
menggunakan transportasi sebagai usaha pemindahan barang secepatnya untuk
memenuhi kebutuhan manusia pada saat yang diperlukan (Kadir 2006).
Transportasi memiliki beberapa manfaat ataupun kegunaan selain manfaat
ekonomi. Adanya transportasi yang baik disuatu wilayah akan berpengaruh
kepada perkembangan wilayah tersebut termasuk perkembangan fisik.
Perkembangan fisik yang terjadi akan mempercepat pembangunan suatu wilayah,
16
namun akan cepat pula terjadi perubahan lingkungan dengan adanya perubahan
penggunaan lahan dari lahan pertanian ataupun hutan menjadi lahan terbangun.
Transportasi juga sangat berkaitan dengan produktivitas. Perkembangan
transportasi akan berpengaruh kepada peningkatan mobilitas manusia, mobilitas
faktor-faktor produksi, serta mobilitas hasil olahan sumberdaya yang akan
dipasarkan. Semakin tinggi mobilitas maka lebih cepat dalam pergerakan
perpindahan bahan yang kurang bermanfaat didaerah asalnya ke daerah yang
bahan tersebut manfaatnya lebih besar. Semakin tinggi mobilitas, maka semakin
produktif (Nasution, 2003).
Transportasi atau pengangkutan diperlukan karena sumber kebutuhan
manusia tidak hanya terdapat di satu tempat saja. Sumber bahan baku harus
melalui tahapan-tahapan produksi yang lokasinya berbeda-beda. Geografi
transportasi mempelajari tentang kesenjangan jarak antara lokasi sumberdaya
alam, lokasi produksi, dan lokasi konsumen yang membentuk suatu pengangkutan
atau transportasi.
Geografi Transportasi adalah sebuah ilmu yang mempelajari aturan
tentang geografi transportasi termasuk didalamnya pola-pola dan moda-moda
transportasi, kuantitas ilmu untuk pergerakan dari barang, orang, pelayanan, dan
informasi serta mempelajari hubungan antar transportasi dan faktor geografi
lainya (Yunus 2012).
I.5.4 Faktor Penentu Perkembangan Transportasi
Faktor yang mempengaruhi perkembangan transportasi menurut Hay 1977
dalam Nasution 2003, adalah :
a) Ekonomi
Biasanya faktor ekonomi dapat dijadikan alasan dikembangkanya sistem
transportasi yang bertujuan untuk mengurangi biaya produksi dan untuk
menjelajah pasar yang lebih luas.
17
b) Geografi
Alasan berkembangnya sistem transportasi dari faktor geografi adalah
untuk mengatasi kondisi fisik wilayah seperti pegunungan dengan
mengembangkan sistem transportasi kereta gantung.
c) Politik
Alasan dikembangkanya sistem transportasi dari faktor politik dikarenakan
bertujuan untuk menyatukan daerah satu kedaerah lainya yang dikaitkan
untuk pemerataan kemakmuran diseluruh daerah.
d) Pertahanan dan Keamanan
Alasan dikembangkanya sistem transportasi dari segi pertahanan dan
keamanan adalah untuk keperluan keteselenggaraan akses perindahan dari
satu tempat ke tempat yang strategis untuk keperluan pembelaan diri
seperti daerah perbatasan, pusat pemerintahan, dan instalasi penting
lainnya.
e) Teknologi
Dengan adanya penemuan teknologi-teknologi baru akan mendorong
adanya perkembangan sistem transportasi baru seperti ditemukannya
computer akan berpengaruh terhadap perkembangan sistem informasi dan
komunikasi.
f) Kompetisi
Adanya persaingan antar moda dalam bentuk pelayanan, material dan lain
sebagainya akan mendorong berkembangnya sistem transportasi dalam
memberikan pilihan yang terbaik.
g) Urbanisasi
Meningkatnya arus urbanisasi di kota-kota besar akan mengakibatkan
tingginya jumlah populasi diperkotaan sehingga kebutuhan untuk
transportasi dalam menampung populasipun semakin meningkat dan
beragam.
18
I.5.5 Pengertian terminal
Definisi terminal menurut Direktur Jendral Perhubungan Darat, No. 31
Tahun 1995, Terminal Transportasi merupakan :
1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai
pelayanan umum.
2. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian lalu
lintas.
3. Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk
melancarkan arus penumpang dan barang.
4. Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi
kehidupan kota.
Menurut Keputusan Mentri Perhubungan No.31 Tahun 1995 bahwa
Terminal Penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
menurunkan dan menaikan penumpang, perpindahan intra dan /atau antar moda
transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.
Menurut Direktur Jendral Perhubungan Darat, No.14 2002, terminal
angkutan penumpang merupakan salah satu agian dari sistem transportasi, tempat
kendaraan umum mengambil dan menurunkan penumpang dari satu moda ke
moda transportasi lainnya, juga merupakan prasarana angkutan penumpang dan
menjadi unsur ruang yang mempunyai peran penting bagi efisiensi kehidupan
wilayah.
Dilihat dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal
angkutan umum pusat dari sistem jaringan transportasi, tempat bertemunya
sekumpulan angkutan umum. Terminal berperan sangat penting dan berfungsi
secara signifikan karena terminal angkutan umum merupakan komponen utama
dari jaringan transportasi jalan (Purba 2008).
Dibutuhkan suatu pelayanan yang baik yang berfungsi secara efektif dan
efisien pada sebuah terminal agar mendukung terhadap kelancaran efektifitas dan
19
efisiensi kendaraan umum secara keseluruhan. Sebuah terminal harus mampu
memberikan pelayanan yang baik, untuk itu untuk mengoptimalkan fungsinya
sebagai sebuah terminal yang baik maka kapasitas terminal harus memadai untuk
mencakup semua pergerakan kendaraan umum di suatu wilayah.
I.5.6 Tipe dan fungsi terminal
Tipe dan fungsi terminal menurut Keputusan Mentri Perhubungan Tentang
Terminal Transportasi Jalan No 31 Tahun 1995 Terminal penumpang terditi dari
tiga tipe yaitu terminal penumpang tipe A, terminal penumpang tipe B, dan
terminal penumpang tipe C.
1. Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara,
angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
2. Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan
pedesaan.
3. Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan pedesaan.
Berdasarkan pedoman pengelolaan terminal menurut Dinas Pekerjaan
Umum Tahun 2010, Fungsi terminal adalah :
1. Menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan moda transportasi
2. Menyediakan sarana untuk simpul lalu lintas
3. Menyediakan tempat untuk menyiapkan kendaraan
Pengklasifikasian terminal ini yang mendasari suatu perencanaan, karena
setiap tipe terminal memiliki fungsi yang berbeda begitu pula kebutuhan akan
fasilitas terminal tersebut tentu berbeda pula. Tujuan dari perencanaan ketiga tipe
terminal ini tetap sama yaitu sebagai fasilitas yang melayani perpindahan dan
pergerakan penumpang dan kendaraan umum di wilayah tersebut (Purba 2008).
20
Selain dengan data langsung yang berkaitan dengan terminal, efisiensi atau
kemampuan layanan sebuah terminal dapat diukur dari beberapa variabel antara
lain :
1. Biaya dan waktu transport (cost and timeliness of transport)
2. Kebutuhan Transportasi (Demand transport).
3. Compliance cost.
4. Energy cost saving, dan
5. City cost transport efficiency
Fungsi terminal menurut Pedoman Teknis Pembangunan Terminal
Angkutan Jalan Raya Dalam Kota dan Antar Kota (Dirjen Perhubungan Darat
Direktorat Bina Sistem Prasarana) dapat ditinjau dari tiga unsur yang terkait
dengan terminal yaitu:
1. Fungsi terminal bagi penumpang adalah untuk kenyamanan menunggu,
kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda atau
kendaraan yang lain, tempat tersedianya fasilitas-fasilitas dan informasi serta
fasilitas-fasilitas parkir bagi kendaraan pribadi.
2. Fungsi terminal bagi pemerintah antara lain adalah dari segi perencanaan
dan manajemen lalu lintas untuk menata lalu lintas dan menghindari
kemacetan, sebagai sumber pemungutan retribusi dan sebagai pengendali
arus kendaraan umum.
3. Fungsi terminal bagi operator bus adalah untuk pengaturan pelayanan
operasional bus, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus
dan fasilitas pangkalan.
I.5.7 Kriteria Lokasi Terminal
Penentuan lokasi terminal biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dari
suartu daerah dalam menempatkan sebuah prasarana publik tergantung dari
jaringan transportasi jalan dan jumlah kendaraan umum yang ada di daerah
tersebut. Dilihat dari tipe terminal Bandar laksamana yang terletak di wilayah
kabupaten, Terminal Bandar Laksamana Kabupaten Indragiri Hilir merupakan
Terminal penumpang Tipe B.
21
Menurut Keputusan Mentri Perhubungan No 31 Tahun 1995 bahwa
Penetapan lokasi terminal penumpang Tipe B selain harus memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, harus memenuhi persyaratan:
a. terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi;
b. terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-kurangnya
kelas IIIB;
c. jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal penumpang
tipe A, sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa dan 30 km di Pulau lainnya;
d. tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan
Sumatera, dan 2 ha untuk terminal di pulau lainnya;
e. mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan
jarak sekurang-kurangnya 50 m di Pulau Jawa dan 30 m di pulau lainnya,
dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.
Rancangan pembuatan dan penetapan lokasi terminal Tipe B biasanya
dilakukan oleh Kepala Daerah Tingkat I setelah mendengar pendapat Kepala
Kantor Wilayah Departemen Perhubungan setempat dan mendapat persetujuan
Direktur Jenderal, untuk terminal penumpang tipe B.
Menurut Abubakar 1996, dalam Purba 2008 dalam pembangunan terminal
agar tercapainya tujuan dari pembangunan terminal harus mempertimbangkan
beberapa hal yaitu :
1. Terminal harus sesuai dengan tata ruang.
2. Terminal harus menjamin kelancaran lalu lintas barang maupun
penumpang.
3. Lokasi Terminal hendaknya dapat mendukung kegiatan serta
penggunaan terminal secara efektif dan efisien.
4. Lokasi terminal hendaknya tidak mengganggu kelancaran lalu lintas
serta tidak merusak kelestarian lingkungan sekitarnya.
I.5.8 Fasilitas Terminal Penumpang
Setiap terminal harus memiliki fasilitas yang menunjang fungsi dari
sebuah terminal tersebut. Fasilitas yang ada harus didasarkan dengan kebutuhan
22
dari terminal tersebut sesuai dengan Tipe Terminal. Fasilitas Terminal Menurut
Keputusan Mentri Perhubungan No 31 Tahun 1995 terbagi menjadi fasilitas
utama dan fasilitas penunjang. Fasilitas utama meliputi :
a. Jalur pemberangkatan kendaraan umum
b. Jalur kendaraan umum
c. Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan,
termasuk didalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan
umum
d. Bangunan kantor terminal
e. Termpat tunggu penumpang dan /atau pengantar
f. Menara pengawas
g. Loket penjualan karcis
h. Rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat
petunjuk jurusan, tarif, dan perjalanan
i. Peralatan parkir kendaraan pengantar dan /atau taksi.
Ketentuan dalam butir c, f, g, dan i tidak berlaku untuk terminal tipe C. Fasilitas
penunjang berupa :
a. Kamar kecil/toilet
b. Musholla
c. Kios/kantin
d. Ruang pengobatan
e. Ruang informasi dan pengaduan
f. Telepon umum
g. Tempat penitipan barang
h. Taman
I.5.9 Penyelenggara Terminal
Penyelenggaraan Terminal Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat 1995, meliputi kegiatan pengelolaan terminal, pemeliharaan terminal, dan
penertiban terminal.
23
A. Pengelolaan Terminal penumpang yang harus dilakukan meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pengoperasian Terminal.
a. Kegiatan perencanaan Terminal meliputi :
1. Penataan pelataran Terminal menurut rute atau jurusan.
2. Penataan fasilitas penumpang.
3. Penataan fasilitas penunjang Terminal.
4. Penataan arus lalulintas di daerah pengawasan Terminal.
5. Penyajian daftar rute perjalanan dan tarif angkutan.
6. Penyusunan jadwal perjalanan berdasarkan kartu pengawasan.
7. Pengaturan jadwal petugas Terminal.
8. Evaluasi sistem pengoperasian Terminal.
b. Kegiatan pelaksanaan pengoperasian Terminal penumpang meliputi ;
1. Pengaturan tempat tunggu dan arus kenderaan di dalam Terminal.
2. Pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kenderaan menurut jadwal
yang telah ditetapkan.
3. Pemungutan jasa pelayanan Terminal penumpang.
4. Pemberitahuan tentang pemberangkatan dan kedatangan kendaraan
umum kepada penumpang.
5. Pengaturan arus lalu-lintas didaerah pengawasan Terminal.
c. Kegiatan pengawasan pengoperasian terminal penumpang meliputi :
1. Pemantauan pelaksanaan tarif.
2. Pemeriksaan kartu pengawasan dan jadwal perjalanan.
3. Pemeriksaan kenderaan yang tidak memenuhi kelayakan melakukan
perjalanan.
4. Pemeriksaan batas kapasitas muatan yang diijinkan.
5. Pemeriksaan pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa angkutan.
6. Pencatatan dan pelaporan pelanggaran yang terjadi.
7. Pemeriksaan kewajiban pengusaha angkutan sesuai dengan peraturan
perundang - undangan yang berlaku.
24
8. Pemantauan pemanfaatan Terminal serta fasilitas sesuai dengan
peruntukannya.
9. Pencatatan jumlah kenderaan dan penumpang datang dan berangkat.
B. Terminal penumpang harus senantiasa dipelihara sebaik-baiknya untuk
menjamin agar Terminal tetap bersih, teratur, tertib, rapi serta berfungsi
sebagaimana mestinya. Pemeliharaan Terminal meliputi :
1. Menjaga kebersiahan bangunan serta perbaikannya.
2. Menjaga kebersihan pelataran terminal, perawatan tanda-tanda dan
perkerasan pelataran.
3. Merawat saluran-saluran air yang ada.
4. Merawat instalasi listrik dan lampu-lampu penerangan.
5. Menjaga dan merawat peralatan komonikasi.
6. Menyediakan dan merawat sistem hidrant atau alat pemadam kebakaran
lainnya yang siap pakai.
C. Kegiatan penertiban Terminal meliputi ;
1. Penertiban calon penumpang yang keluar dan atau masuk daerah
kewenangan Terminal.
2. Penertiban penggunaan fasilitas penunjang sesuai peruntukkannya.
3. Penertiban Terminal dari gangguan pedagang asongan, pengemis, calo dan
lain sebagainya.
4. Penertiban Terminal dari gangguan keamanan.
I.5.10 Pengertian dan pengukuran efektifitas Terminal
Pengertian efektifitas pada dasarnya secara umum menunjukan pencapaian
suatu hasil yang sering dikaitkan dengan pengertian efisien, namun keduanya
tetap memiliki perbedaan. Efektifitas lebih menekankan kepada hasil yang dicapai
sedangkan efisien lebih menekankan kepada proses pencapaian hasil dengan
pembanding input dan outputnya (Menurut Haryani 2007 dalam Purba 2008).
Efektivitas pelayanan umum dapat dilihat dari tujuan penyediaanya
fasilitas pelayanan umum tersebut. Jika suatu fasilitas pelayanan tidak mencapai
25
tujuan pembangunanya maka suatu fasilitas pelayanan umum dapat dinilai belum
efektif dan belum dapat bermanfaat bagi orang banyak.
Inefektivitas dapat terjadi karena tingkat pencapaian hasil ataupun tujuan
output sebuah sistem yang direncanakan belum mengalami pencapaian sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.
Pengukuran efektifitas (Krishnomo 1998 dalam Salleh 2005) sebuah
pelayanan umum dapat diukur efektivitasnya berdasarkan tujuan dari penyediaan
fasilitas pelayanan umum tersebut dengan menggunakan langkah-langkah
menentukan tujuan, menentukan kriteria penilaian, memberikan bobot angka
relatif dari penjabaran faktor-faktor yang dilakukan, baik pada kriteria ataupun
kontribusinya terhadap tujuan penyediaan fasilitas pelayanan umum. Kemudian
melakukan evaluasi dari setiap nilai-nilai berdasarkan faktor-faktor yang dipilih
serta menghitung dan menganalisis nilai ke efektivannya.
Pengukuran inefektivitas terminal yang akan dilakukan dengan cara
menentukan kriteria-kriteria yang berhubungan langsung dengan fungsi terminal
dengan pelayanan maksimal yang mengacu kepada undang-undang yang terkait
dengan pemanfaatan fungsi terminal. Penilaian efektivitas fungsi Terminal Bandar
Laksamana Indragiri dapat ditinjau dari kriteria-kriteria sebagai berikut :
1. Tingkat Pelayanan Terminal, kriteria dalam tingkat pelayanan terminal ini
diukur dari fasilitas yang ada didalam terminal serta manajemen pengelola
terminal untuk kenyamanan dan keamanan penggunaan terminal oleh
penumpang/calon penumpang, pemilik jasa angkutan, supir, serta pengguna
terminal lainya.
2. Tingkat Pelayanan Jalan, kriteria dalam menilai tingkat pelayanan jalan
berdasarkan kondisi fisik eksisting jalan dan jembatan disekitar terminal seperti
analisis arus lalu lintas, kapasitas jalan, dan volume lalu lintas dengan cara
mengetahui nilai LOS (Level of Service) ruas-ruas jalan dari pusat
kota/pemukiman menuju terminal.
3. Kondisi Lingkungan, kriteria dalam penilaian lingkungan yaitu berdasarkan
keamanan dan kenyamanan lingkungan, luas lahan terminal, daya dukung lahan
disekitar terminal, serta akses jalan keluar masuk pintu terminal
26
4. Aksesibilitas, kriteria dalam pengukuran aksesibilitas meliputi jumlah arah
perjalanan, frekwensi pejalanan, kemudahan untuk mencapai lokasi terminal dari
pusat-pusat kegiatan, serta jarak dan waktu yang digunakan untuk menuju
terminal dari pusat-pusat perkotaan dan permukiman padat.
I.5.11 Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk mengukur
keberhasilah sebuah program. Tolak ukur dari keberhasilan sebuah program itu
diukur dari hasil yang telah dicapai oleh program tersebut.
Menurut Stufflebeam 1985 dalam Sari 2010, evaluasi adalah “the process
of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision
alternatives". Yang berarti bahwa evaluasi merupakan suatu kegiatan
menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang digunakan sebagai
informasi yang digunakan untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Kegiatan evaluasi dapat dirumuskan sebagai sesuatu yang dilakukan
dengan tujuan untuk menilai apakah tujuan dari kebijakan, suatu program, dan
suatu kegiatan tertentu yang telah dibuat telah tercapai atau belum. Evaluasi tidak
hanya menghasilkan kesimpulan bahwa suatu kebijakan, program, ataupun
kegiatan tersebut telah tercapai ataupun belum tercapai tetapi, evaluasi juga
menghasilkan suatu informasi yang dapat digunakan dalam merancang alternatif
yang lebih baik lagi untuk analisa kebijakan-kebijakan dimasa yang akan datang.
Menurut Widodo 2008 dalam Sari 2010, beberapa tahapan yang dilakukan
dalam proses evaluasi. Baik itu evaluasi kebijakan, program, maupun kegiatan,
diantara lain :
a. Mengidentifikasi apa yang menjadi tujuan kebijakan, program dan
kegiatan.
b. Menjabarkan tujuan dari kebijakan, program, ataupun suatu kegiatan
ke dalam kriteria ataupun indicator pencapaian tujuan ptogram.
c. Data yang dikumpulkan dilapangan berdasarkan indikator pencapaian
tujuan kebijakan program.
27
d. Hasil data yang diperoleh dari lapangan diolah dan dikomparasi
dengan kriteria pencapaian tujuan.
Menurut Patton dan Sawicki 1986, hal-hal yang harus dilakukan dalam
mengevaluasi kebijakan-kebijakan adalah sebagai berikut :
a. Implementasi alternatif telah dilakukan secara benar
b. Memastikan bahwa tidak terjadinya perubahan kebijakan yang
sembarangan
c. Memastikan apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak-
dampak yang sesuai dengan yang diinginkan
d. Apakah harus didesain ulang atau dimodifikasi
e. Ataukah hal tersebut sudah sesuai dengan apa yang diinginkan sehingga
tidak perlu ditindaklanjuti lagi.
Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi terhadap Fungsi Terminal Bandar
Laksamana Indragiri yang mengacu kepada fungsi terminal secara umum dalam
Keputusan Mentri Perhubungan Nomor 31 tahun 1995 tentang Terminal
Transportasi jalan yang berisi tentang fungsi terminal berdasarkan tipe yang
diukur melalui kriteria tingkat pelayanan terminal, tingkat pelayanan jalan,
aksesibilitas,dan kondisi lingkungan. Semua kriteria tersebut dijadikan tolak ukur
atau indikator dalam pengukuran efektivitas fungsi terminal secara umum dan
kondisi eksisting Terminal Bandar Laksamana Indragiri.
I.6 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran penelitian ini berawal dari perkembangan wilayah di
Kabupaten Indragiri Hilir seperti berkembangnya industri, perdagangan, dan jasa
yang menyebabkan pertumbuhan penduduk. Berkembangnya jasa angkutan umum
atas permintaan akan sarana transportasi umum untuk melakukan perpindahan
baik orang maupun barang sehingga pertumbuhan jasa angkutan hingga saat ini
belum terkontrol yang menyebabkan kemacetan pada wilayah-wilayah perkotaan.
28
Berkembangnya loket-loket jasa angkutan umum sangan berdampak negatif
terhadap kondisi lalu lintas di areal pusat-pusat kegiatan yang minim lahan parkir
sehingga menggunakan badan jalan sebagai tempat parkir kendaraan umum.
Pembangunan terminal oleh pemerintah diharapkan mampu mengatasi
berbagai permasalahan lalu lintas yang disebabkan oleh kendaraan umum.
Pembangunan Terminal Bandar Laksamana Indragiri sebagai terminal penumpang
tipe B sebagai tempat untuk mengatur kendaraan umum, menjadi pembangkit di
wilayah pinggiran, serta menjadi simpul transportasi di Kabupaten Indragiri Hilir
hingga saat ini belum efektif. Belum efektifnya Terminal Bandar Laksamana
Indragiri dapat dilihat dari minimnya penggunaan sarana transportasi tersebut.
Terminal saat ini hanya digunakan sebagai tempat pelapor kendaraan
umum yang datang dan berangkat serta tempat untuk membayar retribusi. Oleh
karena itu sangat diperlukan dilakukannya penelitian tentang inefektivitas fungsi
Terminal Bandar Laksamana Indragiri ini. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
apakah terminal tersebut sudah sesuai dengan standar pembangunan terminal tipe
B secara umum dan dari evaluasi tersebut akan teridentifikasi apa saja faktor yang
menjadi penyebab tidak efektifnya fungsi terminal dan faktor efektifnya fungsi
Terminal Bndar Laksamana Indragiri. Faktor efektif tersebut yang kemudian akan
dijadikan sebagai rekomendasi arah kebijakan dalam mengoptimalkan fungsi
Terminal Babdar Laksamana Indragiri.
Beberapa faktor yang dijadikan sebagai indikator dalam pengukuran
fungsi Terminal BLI akan dikomparasikan dengan fungsi terminal bagi
pemerintah, masyarakat, pengelola termian, serta pemilik jasa angkutan umum
yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor mana yang paling dominan dari
inefektivitas Terminal BLI tersebut. Kerangka pemikiran juga dijelaskan pada
bagan yang terdapat pada Gambar 1.3.
29
Gambar 1.3 Kerangka Penelitian
I.7 BATASAN OPERASIONAL
1. Evaluasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk melihat seberapa
jauh keberhasilan sebuah hasil yang dicapai. Evaluasi meliputi kegiatan
mengukur dan menilai. Mengukur dapat diartikan juga dengan
membandingkan sesuatu yang diteliti dengan suatu dasar ukuran ataupun
kriteria-kriteria tertentu yang dapat dijadikan sebagai acuan.
2. Efektifitas merupakan suatu ukuran dalam pencapaian suatu target
ataupun tujuan yang telah ditetapkan tujuannya terlebih dahulu.
Perkembangan WilayahKebutuhan Sarana Dan Prasarana
Transportasi darat
Permasalahan Lalu Lintas :
- Kemacetan
- Pelanggaran ketentuan
lalu lintas
- Kecelakaan lalu lintas
- Pencemaran Lingkungan
Berkembangnya Loket-Loket Jasa
Angkutan Umum
Pembangunan Terminal
Bandar Laksmana
Indragiri
Fungsi Terminal
Indikator :
- Tempat perpindahan moda transportasi
- Sarana untuk simpul lalu lintas
- Tempat menyediakan kendaraan
- Memperlancar angkutan kota
- Pembangkit kegiatan wilayah pinggiran
Persepsi
Stakeholder
EVALUASI
Efektif Inefektif
-Pelayanan Terminal
-Tingkat pelayanan jalan
-Kondisi Lingkungan
-Kondisi sosial
Persepsi Stakeholder
Tinjauan Kebijakan
Rekomendasi
Kebijakan
-Simpul transportasi (terminal,stasiun)
-Hubungan (jalan,rel,pipa)
-Pribadi (sepeda,motor,mobil)
-Umum(bus,taksi,angkot,kereta)
30
Pengukuran efektifitas sebuah terminal diukur dari pencapaian layanan
terminal pada moda transportasi dan penumpang ditinjau dari segi kualitas
hasil, kualitas kerja, serta batas waktu yang ditargetkan.
3. Terminal penumpang merupakan suatu again dari sistem transportasi
dimana terminal sebagai tempat menaikan dan menurunkan penumpang
dari satu moda ke moda lainya. Terminal terbagi menjadi 3 tipe terminal,
dalam penelitian ini dibatasi pada kajian terminal penumpang tipe B.
Terminal penumpang Tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan
pedesaan ( Keputusan mentri perhubungan No 31 Tahun 1995 )
4. Stakeholder merupakan sekelompok orang yang terlibat ataupun
memeliki kepentingan dalam suatu urusan tertentu. Stakeholder memiliki
3 komponen sub sistem yaitu : pengambil kebijakan, pemberi pelayanan,
dan penerima dampak. Untuk sub sistem disini adalah pemerintah yang
terkait langsung dengan pembangunan terminal, pemberi pelayanan yaitu
pemilik jasa angkutan umum dan supir angkutan umum, sedangkan sub
sistem penerima dampak adalah masyarakat/penumpang angkutan umum.
5. Transportasi merupakan usaha untuk mengangkut ataupun memindahkan
barang dan orang dari satu tempat ke tempat yang lainya dengan
menggunakan alat angkutan baik itu melalui jalur udara, darat, laut, dan
air.