1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karakteristik yang berbeda di antara bahasa-bahasa di dunia merupakan
objek yang menarik untuk diteliti oleh para linguis. Karakteristik tersebut
umumnya berkaitan dengan struktur kalimat, ada tidaknya pemarkah dalam
sebuah bahasa, atau kajian terhadap verba dalam sebuah kalimat. Unsur-unsur
sebuah bahasa, baik kata, frase, maupun klausa dapat dikaji dari berbagai
pendekatan yang ada.
Bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki beberapa persamaan dan
perbedaan dengan bahasa Indonesia (Rohim, 2013:39). Jika dilihat dari struktur
kalimatnya, bahasa Arab dan bahasa Indonesia memiliki persamaan. Bahasa
Indonesia mempunyai pola struktur kalimat SPO (Subjek-Predikat-Objek) begitu
juga dengan bahasa Arab. Akan tetapi secara tipologi, bahasa Arab berbeda
dengan bahasa Indonesia. Bahasa Arab bertipe fleksi, yaitu perubahan bentuk
katanya sesuai dengan perbedaan waktu, jenis kelamin, dan jumlah (2013:39).
Adapun, bahasa Indonesia bertipe aglutinatif, yaitu bahasa yang pembentukan
katanya melalui penambahan pada akar kata.
Seperti halnya bahasa-bahasa lain, verba sebagai predikat dalam bahasa
Arab memiliki peranan sangat penting dalam kalimat karena verba merupakan
komponen utama pembentuk sebuah klausa. Verba sebagai predikat menentukan
jumlah argumen. Selain itu, umumnya beberapa bahasa melekatkan atau
2
mengubah bentuk verba untuk mengungkapkan hal-hal, seperti aspek dan kala.
Jadi aspek sebuah kalimat dapat diketahui melalui verbanya. Misalnya dalam
bahasa Arab verba ضرب /dharaba/ „telah memukul‟, يضرب /yadhribu/ „sedang
memukul‟ sedangkan dalam bahasa Indonesia verba tidak berubah ketika diberi
pananda kala, seperti telah memukul atau sedang memukul.
Perbedaan lainnya, yaitu setiap konstituen kalimat dalam bahasa Arab
memiliki pemarkah masing-masing, sedangkan bahasa Indonesia tidak memiliki
pemarkah. Konstituen subjek dalam bahasa Arab dimarkahi dengan tanda baca
dhammah ( ) „u‟, konstituen objek dimarkahi dengan tanda baca fatchah ( ) „a‟.
Perbedaan struktur dasar mempengaruhi konstruksi-konstruksi dasar yang lain,
baik frasa maupun klausa. Untuk menunjukkan struktur dasar kalimat dan
pemarkah bahasa Arab, berikut contoh kalimat dasar (al-Ghula>yaini>, 2007:30) ف تح ‟Fatacha Tha>riqun al-Andalusa/ „Thariq membuka kota Andalusia/ طارق الندلس
yang digambarkan di bawah ini.
s
V NP NP
Fatacha Tha>riqun (u) al-Andalusa (a)
membuka Tha>riq Andalusia
Berkaitan dengan struktur klausa, perbedaan lain antara bahasa Indonesia
dan bahasa Arab adalah dalam konstruksi klausa relatif. Klausa relatif bahasa
Indonesia bisa dikenali dengan pronomina relatif „yang‟. Misalnya, orang yang
berdiri di sana adalah Mira (Dewi, 2013:3), sedangkan klausa relatif bahasa
3
Arab tidak selalu terdapat pronomina relatif. Kemunculan pronomina relatif
tergantung pada bentuk nomina inti.
Badawi (2004:489) memberikan contoh gambaran klausa relatif bahasa
Arab seperti berikut :
يتحدث الذي جلس الرجل .1
/Jalasa’r-rajulu’l-ladzi> [yatachaddatsu]/
„Laki-laki yang berbicara itu duduk‟
جلس رجل يتحدث .2
/Jalasa rajulun yatachaddatsu/
„Laki-laki yang berbicara itu duduk‟
Contoh (1) terdiri dari klausa utama /jalasa’r-rajulu/ „laki-laki itu duduk‟
dan klausa relatif /yatachaddatsu/ „berbicara‟. Selain itu terdapat pronomina
relatif /a’l-ladzi>/ „yang‟. Kemunculan pronomina relatif /a’l-ladzi>/ „yang‟
disebabkan oleh nomina inti yang berbentuk definit, yaitu /a’r-rajulu/ „laki-laki‟.
Sebuah kata bisa disebut kata definit jika terdapat (ال) /alif lam/ yang berfungsi
memberikan makna definit pada sebuah kata. Apabila kita perhatikan pada contoh
(2), maka terdapat perbedaan dengan contoh (1). Pada contoh (2) tidak terdapat
pronomina relatif /a’l-ladzi>/ „yang‟. Hal tersebut disebabkan oleh nomina inti
yang berbentuk non-definit, yaitu /rajulun/ ‘laki-laki’. Meskipun kedua contoh di
atas adalah klausa relatif akan tetapi perbedaan bentuk dari nomina inti akan
berpengaruh dalam konstruksi klausa relatif.
Badawi (2004:506) juga menambahkan klausa relatif dengan pronomina
relatif من /man/ dan ما /ma>/ sebagai berikut.
4
يتليس من يوقع يل شهاد .3
/Laisa [man yuwaqqi’ li> syaha>dati>]/
„Orang itu bukan yang menandatangani ijazahku‟
ما جيهلو ىالتعرف عل .4
/At-Ta’arrufu ‘ala> [ma> yajhaluhu]/
„Mengenali sesuatu yang tidak dia tahu‟
Pada contoh (3) dan (4) ini, kata /man/ dan /ma>/ adalah pronomina relatif
sebagaimana pronomina relatif /a’l-ladzi>/ dan /a’l-lati>/ yang telah disebutkan
dalam contoh di atas. Hanya saja /a’l-ladzi>/ dan /a’l-lati>/ lebih spesifik dan terikat
oleh jumlah dan gender sedangkan /man/ dan /ma>/ lebih umum dan tidak terikat
jumlah dan gender.
Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa bahasa Arab memiliki
konstruksi klausa relatif yang beragam dan perelatif yang beragam pula. Cerpen
‘Ali> Ba>ba> karya Ka>mil Ki>la>ni> dan cerpen A’r-Ra>‘i> A’sy-Syujja>‘ karya „Athiyyah
Al-Ibra>syi> dipilih sebagai objek penelitian karena di dalam cerpen tersebut
terdapat cukup banyak klausa relatif dengan susunan bahasa yang sederhana,
sehingga memudahkan untuk memahami klausa relatif bahasa Arab. Penelitian-
penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti lain mempunyai
hubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan penelitian klausa
relatif bahasa Arab dalam cerpen ‘Ali> Ba>ba> karya Ka>mil Ki>la>ni dan cerpen A’r-
Ra>‘i> A’sy-Syujja>‘ karya „Athiyyah Al-Ibra>syi> ini. Adapun penelitian-penelitian
yang telah dilakukan mengenai klausa relatif adalah sebagai berikut :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Djumingin (2010) dengan judul
Skripsi “Suatu Analisis Transformasi Generatif (The Relative Clause in The
5
Gorontalo Language : A Transformation Generative Analysis)”. Penelitian ini
membahas mengenai klausa relatif bahasa Gorontalo (BG) dengan teori analisis
Generatif Transformatif. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa kaidah
struktur frase klausa relatif BG adalah sama dengan klausa relatif BG. Klausa
relatif BG diklasifikasikan ke dalam bentuk, yaitu klausa relatif restriktif, klausa
relatif nonrestriktif, nomina plus klausa relatif, dan klausa relatif bebas.. Ada dua
tipe pemarkah yaitu u dan ta. Perilaku pemarkah klausa relatif BG letaknya selalu
mendahului klausanya, bersifat opsional dan dapat muncul berulang-ulang, serta
dapat muncul bersama-sama komplemen. Transformasi yang berlaku adalah
pemindahan dan pelesapan untuk posisi subjek, pada posisi objek langsung dan
objek tak langsung terjadi transformasi berurutan yakni pemindahan frase nomina
objek langsung, pergantian frase verba aktif lampau menjadi frase verba pasif
lampau, lalu pelesapan frase nomina objek langsung. Posisi oblik bisa langsung
direlatifkan dan juga dengan syarat preposisinya diubah dulu menjadi objek tak
langsung. Perelatifan posisi pemilik berlaku transformasi pergantian pronomina -
tio (-io) 'dia' sehingga secara otomatis pelesapan frase preposisi li atau lo 'oleh' di
depan pronomina tersebut.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Setia (2008) dengan judul Artikel
“Klausa Kompleks dan Variannya”. Penelitian ini membahas mengenai struktur
segmental yaitu metafungsi logis yang diwujudkan dalam klausa kompleks.
Klausa yang dihubungkan bersama dengan hubungan semantik/makna logis untuk
membentuk rangkaian. Ada dua dimensi dasar yang menjadi pertimbangan dalam
mengkaji dan menganalisis klausa kompleks yang berhubungan satu sama lain.
Dimensi pertama yang berkaitan dengan kesaling tergantungan atau taksis
6
(parataksis dan hipotaksis) dan dimensi kedua berkaitan dengan hubungan
semantik/makna logis (elaborasi, ekstensi, ganda, proyeksi ide, dan proyeksi
lokusi) dalam bentuk parataksis dan hipotaksis.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2007) dengan judul
Artikel “Reduksi Klausa Relatif Restriktif Lengkap dalam Bahasa Inggris dan
Padanannya dalam Bahasa Indonesia”. Penelitian ini membahas mengenai
struktur klausa relatif restriktif lengkap yang dapat direduksi dan bentuk dan
kontruksi hasil dari reduksi klausa relatif lengkap. Dari hasil penelitian,
menunjukkan bahwa klausa relatif restriktif lengkap yang bisa direduksi, yaitu
yang mempunyai konstruksi (1) who/which + be + Noun, (2) Prep + who/which
+ Subject + Verb, (3) Who/which + Subject + Modal (except can/should), and (4)
When/ where/why/ whose+ Subject/Verb.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2013) dengan judul
Skripsi “Klausa Relatif Bahasa Indonesia”. Penelitian ini menekankan pada
strategi perelatifan obliteration/gapping pada klausa relatif bahasa Indonesia,
kata-kata yang bisa menjadi penanda klausa relatif, dan fungsi gramatikal klausa
relatif dalam bahasa Indonesia. Strategi perelatifan obliteration/gapping pada
klausa relatif bahasa Indonesia dengan melesapkan nomina yang tedapat pada
klausa relatif, kata-kata yang menjadi penanda klausa relatif adalah kata yang dan
tempat. Fungsi klausa relatif dalam gramatikal bisa menduduki subjek, objek, dan
keterangan.
Kelima penelitian sudah dilakukan oleh Saputra (2003) dengan judul Tesis
“Klausa Relatif Bahasa Arab”. Penelitian ini membahas mengenai struktur klausa
7
relatif, kedudukan pronomina relatif, dan relator di dalam klausa relatif. Saputra
menyebutkan bahwa struktur klausa relatif dikelompokkan menjadi enam
kelompok, yaitu sebagai berikut :
1. Struktur frase nomina dan frase verba (FN + FV)
إنك أنت الطفلة الوحيدة اليت عطفت علي /Innaki anti a’th-thiflatul-wachi>datu’l-lati> „athafat „alayya/
„Kamulah satu-satunya anak yang baik kepada saya‟
2. Struktur frase verba dan frase nomina (FV + FN)
قرأ الستاذ الكتاب الذي كتبو طاه حسني
/Qara„a’l-Usta>dzul-kita>ba’l-ladzi> katabahu Tha>ha Chusain/
„Profesor itu telah membaca buku yang ditulis oleh Thaha Husain‟
3. Struktur frase nomina dan frase adjektiva (FN + FAdj)
لقد قدمت يل ما ىو أمثن من احلياة /Laqad qaddamti li> ma> huwa atsmanu minal-chaya>h/
„Kamu telah memberikan kehidupan yang lebih berharga kepadaku‟
4. Struktur frase nomina dan frase preposisi (FN + FPre)
وختلصو مما ىو فيو
/Wa tukhallishuhu mimma> huwa fi>hi/
„Dia membebaskannya dari derita yang dialaminya/
5. Struktur frase preposisi dan frase nomina (FPre + FN)
كمكر لقد أنزلنا إليكم كتابا فيو ذ
/Laqad anzalna> ilaikum kita>ban fi>hi dzikrukum/
„Telah kami turunkan kepadamu sebuah kitab yang di dalamnya kemuliaanmu‟
6. Struktur frase preposisi (FPre)
كل من عليها فان
/Kullu man „alaiha> fa>nin/
„Setiap yang ada di atasnya (bumi) akan binasa‟
8
Pada kalimat (1), klausa relatif /„athafat „alayya/ „dia baik kepada saya‟
mempunyai struktur FN + FV. FN /hiya/ ‘dia’ dan FV /„athafat „alayya/ „baik
kepadaku‟. Pada kalimat (2), klausa relatif /katabahu Tha>ha Chusain/ „buku yang
ditulis oleh Thaha Husein‟ mempunyai struktur FV + FN. FV /katabahu/ „ditulis‟
dan FN /Tha>ha Chusain/. Pada kalimat (3), klausa relatif /huwa atsmanu minal-
chaya>h/ „dia lebih berharga daripada kehidupan‟ mempunyai struktur FN + FAdj.
FN /huwa/ „dia‟ dan FAdj /atsmanu/ „lebih berharga‟. Pada kalimat (4), klausa
relatif /huwa fi>hi/ „dia di dalamnya‟ mempunyai struktur FN + FPre. FN /huwa/
„dia‟ dan FPre /fi>hi/ „di dalamnya‟. Pada kalimat (5), klausa relatif /fi>>hi
dzikrukum/ „di dalamnya kemuliannmu‟ mempunyai struktur FPre /fi>hi/ „di
dalamnya‟ dan FN /dzikrukum/ „kemuliaanmu‟. Pada Kalimat (6), klausa relatif
/„alaiha> fa>nin/ „di atasnya binasa‟ mempunyai struktur FPre. FPre /„alaiha/ „di
atasnya‟.
Seperti contoh-contoh di atas, kedudukan pronomina relatif tidak masuk
dalam klausa relatif dan relator harus ada dalam klausa relatif kecuali dalam
kondisi tertentu saja relator dilesapkan. Jadi, penelitian Saputra ini fokus pada
struktur dan hal-hal yang berkaitan dengan klausa relatif. Penelitian ini menjadi
acuan untuk mengembangkan penelitian klausa relatif bahasa Arab ini yang
menekankan pada unsur gramatikal yang bisa diikuti oleh klausa relatif, strategi
yang digunakan dalam pembentukan klausa relatif dan relasi gramatikal yang
diperoleh dari nomina inti di dalam klausa relatif. Jika penelitian Saputra di atas
menggunakan pendekatan tata bahasa transformasi, maka penelitian klausa relatif
bahasa Arab dalam cerpen ‘Ali> Ba>ba> karya Ka>mil Ki>la>ni dan cerpen A’r-Ra>‘i>
A’sy-Syujja>‘ karya „Athiyyah Al-Ibra>syi> ini menggunakan teori tipologi yang
9
dikemukakan oleh Comrie. Pemilihan teori ini untuk mengidentifikasi strategi
yang digunakan dalam klausa relatif bahasa Arab, dan relasi gramatikal dari
nomina inti dalam klausa relatif bahasa Arab.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Unsur gramatikal apa saja yang dapat diikuti klausa relatif dalam cerpen
‘Ali> Ba>ba> dan cerpen A’r-Ra>‘i> A’sy-Syujja>‘?
2. Strategi apa saja yang digunakan dalam pembentukan klausa relatif bahasa
Arab dalam cerpen ‘Ali> Ba>ba> dan cerpen A’r-Ra>‘i> A’sy-Syujja>‘?
3. Bagaimanakah relasi gramatikal yang diperoleh nomina inti dari klausa
relatif bahasa Arab dalam cerpen „Ali> Ba>ba> dan cerpen A’r-Ra>‘i> A’sy-
Syujja>‘?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, dapat diketahui bahwa tujuan penelitian ini
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan unsur gramatikal yang dapat diikuti klausa relatif dalam
cerpen ‘Ali> Ba>ba> dan cerpen A’r-Ra>‘i> A’sy-Syujja>‘.
2. Mendeskripsikan strategi yang digunakan dalam pembentukan klausa
relatif bahasa Arab dalam cerpen ‘Ali> Ba>ba> dan cerpen A’r-Ra>‘i> A’sy-
Syujja>‘.
10
3. Mendeskripsikan relasi gramatikal yang diperoleh nomina inti dari klausa
relatif bahasa Arab dalam cerpen ‘Ali> Ba>ba> dan cerpen A’r-Ra>‘i> A’sy-
Syujja>‘.
D. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan aspek yang penting di dalam suatu
penelitian. Pembatasan masalah dilakukan untuk mencegah meluasnya topik
bahasan dalam suatu penelitian. Apabila dalam suatu penelitian tidak ditemukan
adanya pembatasan masalah maka di dalam penelitian tersebut akan ditemukan
bahasan yang sangat luas dan tidak terfokus pada satu hal.
Mengingat pembahasan mengenai klausa relatif ini bisa sangat luas, maka
penelitian ini membatasi permasalahan dalam hal :
1. Unsur- unsur gramatikal yang dapat diikuti oleh klausa relatif
2. Strategi yang digunakan dalam klausa relatif bahasa Arab.
3. Kedudukan nomina inti dan relasinya di dalam klausa relatif bahasa
Arab.
E. Landasan Teori
Dalam subbab teori ini diuraikan mengenai (1) sintaksis, (2) klausa relatif,
(3) klausa relatif restriktif, (4) klausa relatif non-restriktif, (5) pronomina relatif,
(6) relator, (7) strategi perelatifan, dan (8) teori tipologi.
1. Sintaksis
Istilah sintaksis secara langsung terambil dari bahasa Belanda syntaxis.
Dalam bahasa inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis adalah bagian atau
11
cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa,
dan frase (Ramlan, 1996:18).
Al-Khuli (1982:279) mengatakan sintaksis adalah
."دراسة أحكام ترتيب الكلمات والعبارات واجلميالت داخل اجلملة والعالقات النحوية بينها ”
/Dira>satu achka>mi tarti>bil-kalima>ti wal-„iba>ra>ti wal-jumaila>ti da>khilal-
jumlati wal-„ala>qa>ti’n-nachwiyyati bainaha>/
„Sintaksis adalah ilmu yang mengkaji kaidah susunan kata, ujaran, dan
klausa yang masuk ke dalam kalimat serta hubungannya secara sintaksis‟.
Dari batasan-batasan yang diberikan oleh para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa sintaksis adalah ilmu yang membicarakan tentang tata bahasa
atau gramatikal. Pemahaman tentang sintaksis itu penting mengingat penelitian ini
mengkaji tentang klausa relatif yang termasuk bagian dari sintakis.
a. Frasa
Frasa adalah kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari
tuturan yang lebih panjang (Verhaar, 2004:291). Menurut Ramlan (1996:151)
frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi unsur klausa, maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam
satu fungsi unsur klausa, yaitu S, P, O, PEL, atau KET.
b. Klausa
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari Predikat (P), baik disertai
Subjek (S), Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket) ataupun tidak,
maksudnya dalam klausa tidak harus menghendaki adanya S, O, Pel, dan Ket.
(Ramlan, 1981:62 dalam Pateda, 1990:88). Menurut pendapat Chaer (2009:41)
klausa adalah satuan sintaksis yang berada di atas satuan frase dan di bawah
satuan kalimat, berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Dari pendapat
12
Chaer di atas, artinya di dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frase
yang berfungsi sebagai predikat dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai
objek, dan sebagainya. Keberadaan fungsi predikat di dalam klausa itu wajib ada,
sedangkan fungsi lainnya seperti fungsi subjek, fungsi objek, fungsi pelengkap,
dan fungsi keterangan tidak wajib ada.
Al-Khuli (1982:42) menyatakan bahwa /jumailah/ adalah susunan
kebahasaan yang menyerupai kalimat dalam hal unsur-unsurnya. Susunan
kebahasaan tersebut membentuk bagian dari kalimat. /Jumailah/ dapat berupa
/jumailah ta>bi„ah/ „klausa sematan‟ dan /jumailah ra‘i>siyyah/ „klausa inti‟.
/Jumailah ta>bi„ah/ „klausa sematan‟ adalah klausa yang berperan sebagai sesuatu
yang berada di dalam /jumailah ra‘i>siyyah „klausa inti‟. /Jumailah ta>bi„ah/ „klausa
sematan‟ tersebut bisa menduduki fungsi /na„at/ „adjektif‟, /ism/ „kata benda‟, dan
/zharaf/ „keterangan‟.
Alwi, dkk (2003:313) mengungkapkan bahwa setiap konstruksi sintaksis
yang terdiri atas unsur subjek dan predikat (tanpa memperhatikan intonasi atau
tanda baca akhir) adalah klausa. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pembeda
antara klausa dengan kalimat karena sebagaimana diatur dalam ejaan, penulisan
kalimat selalu diawali dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda titik, tanya,
atau seru. Pemakaian tanda baca ini tergantung pada jenis kalimat tersebut.
Kalimat berita diakhiri dengan tanda titik, kalimat tanya diakhiri dengan tanda
tanya, dan kalimat seru diakhiri dengan tanda seru.
Sama halnya dengan kalimat, klausa juga mempunyai unsur-unsur
fungsional, kategorial, dan peran. Unsur fungsional adalah unsur-unsur fungsi
yang terdapat di dalam klausa seperti subjek predikat, objek, pelengkap, dan
13
keterangan (Ida, 2010:12). Asrori (2004:77) menyebutkan struktur intern klausa
dalam bahasa Arab setidaknya ada dua unsur, yaitu /musnad ilaih/ (MI) atau
subjek (S) dan /musnad/ (M) atau predikat (P). Meskipun MI atau S merupakan
unsur inti klausa, dia sering tidak dimunculkan sebagai akibat dari penggabungan
klausa, atau berada dalam kalimat jawaban, ataupun dalam klausa –khususnya
klausa bahasa Arab- yang fungtor MI/S-nya dapat diindikasikan secara spesifik
oleh morfem yang ada pada P/M. Klausa yang memiliki fungtor S dan P atau MI
dan M disebut klausa lengkap, sedangkan yang tidak memiliki fungtor S/MI
disebut klausa tidak lengkap. Kedua klausa ini dapat dijelaskan pada contoh di
bawah ini.
a. ة الن مدي نة خالية رية ق عصرية و كانت مك
/Makkatul-a>na madi>natun„ashriyyatun wa ka>nat qaryatan kha>liyatan/
„Sekarang Makkah adalah kota yang maju, dahulu adalah desa yang
sepi‟
b. وق ار و يدخلون الس يضر التج
/Yachdhuru’t-tujja>ru wa yadkhulu>na’s-su>qa/
„Para pedagang datang dan memasuki pasar‟
Dua kalimat di atas, masing-masing terdapat dua klausa. Kalimat (a)
mengandung klausa /Makkatul-a>na madi>natun „ashriyyatun/ „sekarang Makkah
adalah kota yang maju‟ dan klausa /ka>nat qaryatan kha>liyatan/ „dahulu adalah
desa yang sepi‟. Kalimat (b) mengandung klausa /yachdluru’t-tujja>ru/ „para
pedagang datang‟ dan klausa /yadkhulu>na’s-su>qa/ „memasuki pasar‟. Klausa
/Makkatul-a>na madi>natun „ashriyyatun/ terdiri atas S/MI yaitu /makkatu/ dan
P/M yaitu /madi>natun „ashriyyatun/ demikian halnya klausa /yachdluru’t-tujja>ru/
14
terdiri atas S/MI yaitu /a’t-tujja>ru/ dan P/M yaitu /yachdluru/ Kedua klausa ini
merupakan klausa lengkap.
Adapun klausa خالية رية ق كانت dan وق secara eksplisit berunsur P/M يدخلون الس
saja dan tidak secara eksplisit berunsur S/MI. Demi efektifitas, pada klausa
terakhir ini tidak dimunculkan S/MI, karena S/MI pada klausa tersebut hakikatnya
sama dengan S/MI pada klausa sebelumnya. Dalam hal ini cukup ditempelkan
pemarkah S/MI pada P/M, yaitu ت pada كانت dan ون pada يدخلون . Klausa yang
secara tidak eksplisit memunculkan S/MI ini disebut klausa tidak lengkap.
Dikaji dari tipe predikatnya, jenis klausa dapat dibedakan menjadi, yaitu
klausa verbal transitif /fi„l muta„adi/ dan klausa verbal intransitif /fi„l lazim/ (al-
Ghula>yaini>, 2007:30).
a). Klausa verbal transitif /fi„l muta„adi/
/Fi„l muta„adi/ adalah kata kerja yang membutuhkan /maf’u>l bih/ „objek‟.
(al-Ghula>yaini>, 2007:30).
ف تح طارق الندلس
O S P
/Fatacha Tha>riqun al-Andalusa/
membuka Thariq Andalusia
„Thariq membuka kota Andalusia‟
b). Klausa verbal intransitif /fi„l la>zim/.
/Fi„l la>zim/ adalah kata kerja yang tidak membutuhkan /maf’u>l bih/
„objek‟ (al-Ghula>yaini>, 2007:39)
15
ذىب سعيد
S P
Dzahaba Sa„i>dun
pergi Sa‟id
„Sa‟id (telah) pergi‟
Hasan (2008:151) menyebut /fi„l la>zim/sebagai /fi„l/ „kata kerja‟ yang
tidak me-nashab-kan /maf’u>l bih/ „objek‟ dengan kata kerja itu sendiri, akan
tetapi me-nashab-kan dengan bantuan huruf /jar/. /Fi„l/ „kata kerja‟ ini disebut
dengan /muta‘adi lighairihi/. Seperti contoh di bawah ini.
الفقر أمره إىل ىأسرف أمحق يف مالو انتهذا إ /Idza> asrafa achmaqu fi> ma>lihi intaha> amruhu> ilal-faqri/
‘Jika si tamak berlebih-lebihan terhadap hartanya, maka perkaranya habis
pada kefakiran’
Kata kerja /asrafa/ „berlebih-lebihan‟ dan /intaha>/ „habis‟ me-nashab-kan
/maf’u>l bih/ (objek) menggunakan bantuan huruf /jar/ atau preposisi /fi>/ dan /ila>/.
Meskipun secara formal /maf’u>l bih/ yaitu /fi> ma>lihi/ ‘hartanya‟ dan /ilal-faqri/
„kefakiran‟ tersebut berupa /jar majru>r/ „frasa preposisi‟ yang menunjukkan
keterangan akan tetapi secara makna menjadi /maf’ul bih/ „objek‟ dari /fi„l/ „kata
kerja‟ yang terletak sebelumnya. Sehingga kata /ma>lihi/ „hartanya‟ dan /al-faqri/
„kefakiran‟ adalah objek langsung dari /fi„l/ „kata kerja‟ /asrafa/ „berlebih-lebihan‟
dan /intaha>/ „habis‟.
16
2. Klausa Relatif
Lapoliwa (1990:47) dalam tulisannya membahas klausa pewatasan dalam
bahasa Indonesia. Jika dilihat dari contohnya, klausa pewatasan merupakan nama
lain dari klausa relatif. Klausa pewatasan adalah klausa subordinatif yang
kehadirannya berfungsi mewatasi atau mempertegas makna kata atau frasa yang
diikutinya. Menurut Samsuri (1985:302) klausa relatif adalah kalimat dasar yang
menjadi kalimat pemadu dalam kalimat rumit yang subjeknya berubah menjadi
partikel yang.
Dhaif (2003:261) membahas klausa relatif dalam subbab /jumlatu a’sh-
shilah/, yaitu kalimat yang di dalamnya terdapat /ism maushu>l/ yang diikuti oleh
kalimat yang terikat dengan kata atau frasa sebelumnya. Dhaif juga menyebutkan
bahwa termasuk pula dalam /ism maushu>l/ adalah ما /ma>/ dan من /man/. /ma>/
digunakan untuk benda yang tidak berakal dan /man/ digunakan untuk benda yang
berakal.
a. عليكم اذكروا نعميت الت أن عمت /Udzkuru> ni„matiya’l-lati> an„amtu „alaikum/
„Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepada kalian‟
b. ر إن اهلل با ت عملون بصي /Inna’l-Laha bima> ta„malu>na bashi>run/
„Sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu yang kamu
kerjakan‟
c. ناه بالمس جاء من لقي /Ja>’a man laqaina>hu bil-amsi/
„(Telah) datang orang yang menemuinya kemarin‟
17
Contoh (a) sampai (c) di atas dapat dianalisis sebagai berikut. Pada kalimat
(a), /udzkuru>/ adalah /fi„l/ dan /fa>„il/ yang menduduki fungsi subjek dan predikat;
/ni„matiya/ adalah /maf’ul bih/ yang menduduki fungsi objek; /a’l-lati>/ adalah
/ism maushu>l/ „pronominal relatif‟ feminim tunggal yang menyifati /ni„matiya/;
dan /an„amtu „alaikum/ adalah klausa relatif. Pada kalimat (b), /ma/> adalah /ism
maushu>l/ „pronomina relatif‟ yang digunakan untuk benda yang tidak berakal;
/ta„malu>na/ adalah klausa relatif. Pada kalimat (c), /man/ adalah /ism maushu>l/
„pronomina relatif‟, digunakan untuk benda yang berakal kedudukannya sebagai
/fa>„il/ (subjek) dari /fi„l/ „kata kerja‟ /ja>‘a/; dan /laqaina>hu bil amsi/ adalah klausa
relatif.
Badawi (2004:489) menyatakan bahwa dalam analisis bahasa Arab
tradisional, klausa adjektiva/sifat dan kata benda non-definit diklasifikasikan
sama, yaitu sebagai kata sifat. Keduanya dalam bahasa Arab disebut dengan
/shifah/ „kata sifat‟. Klausa yang menyifati dengan kata benda definit
diperlakukan sebagai adjunct „ajung/pelengkap‟ dan disebut dengan istilah
/shilah/. Keduanya adalah klausa adjektiva/sifat atau yang lebih dikenal dengan
sebutan klausa relatif.
Badawi (2004:490) menyatakan bahwa ciri yang menentukan perilaku
sintaktik dari kedua klausa relatif tersebut sebagai kata sifat adalah
ketidakdefinitan, yang menggabungkan dengan asyndetic untuk menghasilkan
struktur sebagai berikut :
18
a). Nomina hulu definit + klausa syndetic = klausa relatif
جلس الرجل الذي يتحدث/Jalasa’r-rajulu’l-ladzi> yatachaddatsu/
„Laki-laki yang berbicara itu duduk‟
b). Nomina hulu definit + klausa asyndetic = keterangan keadaan atau cara
جلس الرجل يتحدث/Jalasa’r-rajulu yatachaddatsu/
„Laki-laki itu duduk sambil berbicara‟
c). Nomina hulu non-definit + klausa asyndetic = struktur relatif atau
keterangan keadaan atau cara.
جلس رجل يتحدث/Jalasa rajulun yatachaddatsu/
„Laki-laki yang berbicara itu duduk‟ atau „Laki-laki itu duduk sambil
berbicara‟ akan tetapi lebih umum diartikan sebagai „laki-laki yang
berbicara itu duduk‟. Sebab verba /yatachaddatsu/ „berbicara‟ menjadi
sifat dari kata /rajulun/ „laki-laki.
d). Kategori keempat yaitu nomina hulu non-definit + klausa syndetic, tidak
termasuk dari struktur di atas (struktur relatif atau keterangan keadaan
atau cara).
جلس رجل الذي يتحدث/Jalasa rajulu’l-ladzi> yatachaddatsu/
„Laki-laki, seseorang yang berbicara, itu duduk‟
Kalimat (a) sampai (d) di atas, yang termasuk klausa relatif adalah kalimat
(a), (b), dan (c). Kalimat (a) terdiri dari nomina hulu definit /a’r-rajulu/ „laki-laki‟
diikuti dengan klausa syndetic yaitu /a’l-ladzi>/ „yang‟ dan kata yang terletak
19
setelah /a’l-ladzi>/ „yang‟ adalah berfungsi sebagai pelengkap. Kalimat (b) terdiri
dari nomina inti non-definit /rajulun/ „laki-laki‟ diikuti dengan klausa asyndetic
yaitu tanpa ada kata /a’l-ladzi>/ „yang‟ dan kata yang terletak setelah nomina hulu
adalah berfungsi sebagai pelengkap. Untuk kalimat (c) yang terdiri dari nomina
hulu definit /a’r-rajulu/ „laki-laki‟ diikuti dengan klausa asyndetic yaitu tanpa kata
/a’l-ladzi>/ „yang‟ dan kata yang terletak setelah nomina hulu berfungsi sebagai
keterangan keadaan. Sedangkan untuk kalimat (d) tidak masuk dalam kedua tipe
struktur di atas (struktur relatif atau keterangan keadaan atau cara).
Berdasarkan nomina inti, klausa relatif dikelompokkan menjadi empat
jenis. Nomina inti adalah nomina atau frasa nominal yang diwatasi oleh klausa
relatif (Lapoliwa, 1990:49). Sementara itu, Verhaar (2004:328) menyatakan
bahwa nomina inti dengan klausa relatif sebagai atribut adalah anteseden dari
klausa relatif. Pengelompokan klausa relatif menjadi empat jenis tersebut sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Badawi.
Badawi (2004:494) mengelompokkannya menjadi empat, yaitu (1) relative
clause with definite heads (klausa relatif dengan nomina inti definit), (2) relative
clause with indefinite heads (klausa relatif dengan nomina inti non-indefinit), dan
(3) nominal relative clauses (klausa relatif nomina), dan (4) the indefinite
pronouns (klausa relatif dengan kata ganti non-definit).
Pertama, klausa relatif dengan nomina hulu definit menggunakan kata
relatif (noun relative), yaitu الذين يت , ال ي ذ ال ,
.aحتملها السيارة الكبرية اليت/A’s-sayya>ratu l-kabi>ratu’l-lati> tachmiluha>/
„Mobil besar yang kamu bawa‟
20
.bعالو تسبق أقوالوأف الرجل الذي/A’r-rajulu’l-ladzi> af’a>luhu tasbiqu aqwa>luhu>/
„Laki-laki yang perbuatannya mendahului perkataannya‟
.cذين يعانون يف طفولتهمىؤالء الطفال ال
/Ha>ula>il-athfa>lu’l-ladzi>na yu’a>nu>na fi> thufu>latihim/
„Mereka adalah anak-anak yang menderita di masa anak-anaknya‟
Kedua, klausa relatif dengan nomina hulu non-definit yang tidak
menggunakan kata relatif (noun relative).
.aقدر ال نظري لو /Qadrun la> nazhi>ra lahu/
„Jumlah yang tidak sama‟
.bمادة أحاديث قدمت /Ma>ddatu acha>di>tsa quddimat/
„Materi kuliah yang telah dipresentasikan‟
.cسؤاال أجيب عنها شفاىة27 /Itsna>ni wa sab„u>na su’a>lan uji>ba „anha> syafa>hatan/
‟Tujuh puluh dua pertanyaan yang dijawab secara lisan‟
Ketiga, klausa relatif nomina. Klausa relatif nomina ini adalah klausa
relatif yang tanpa nomina inti. Artinya, klausa relatif ini tidak terdapat nomina inti
dan pronomina relatif menggantikan posisi nomina inti. Pronomina relatif tersebut
memiliki kedudukan atau fungsi gramatikal di dalam klausa relatif. Klausa relatif
ini terjadi dalam semua fungsi kata (subjek/topik, predikat/komen, objek
langsung, setelah kata depan, dan setelah kata tanya). Sebagai catatan bahwa
struktur klausa relatif tetap ada, sama seperti contoh-contoh di atas. Keberadaan
relator (pronomina yang kembali kepada nomina inti) tetap harus ada.
21
a. Subjek/topik
قولوأريد أن أ يذال /A’l-ladzi> uri>du an aqu>lahu/
„Yang aku ingin katakan (adalah)‟
حدثتو ال ترتدي مالبس احلداد السوداء تالحظ أن ال /La>chazha anna’l-lati> chadatsathu la> tartadi> mala>bisal-hadda>di’s-sauda>i/
„Dia (laki-laki) memperhatikan bahwa orang yang berbicara kepadanya
tidak memakai baju hitam perkabungan‟
b. Predikat/komen.
يكفيها بالكاد لتعيش يذلك الذ /Dzalika’l-ladzi> yakfi>ha> bil-ka>di li-ta’i>sya/
„Itu adalah yang mencukupinya dengan layak untuk dia hidup‟
c. Objek Langsung.
ةأعطاه السيار يذلعنت ال
/La’anat a’l-ladzi> a„tha>hu’s-sayya>rata/
„Dia mencela yang telah memberinya mobil‟
d. Setelah Preposisi.
فطرنا يذالثواب من ال /A’ts-tsawa>bu mina’l-ladzi> fatharana>/
„Hadiah dari yang menciptakan kita‟
e. Setalah kata interogatif.
يفهم ما ىي اإلشارات املبهمة ىذأين ال /Aina’l-ladzi> yafhamu ma> hiyal-isya>ratul-mubhamatu/
„Di mana orang yang memahami apa itu tanda-tanda yang tidak jelas ?‟
Keempat, klausa relatif dengan kata ganti tidak tentu (noun relative)
berupa من /man/ dan ما /ma>/
22
a. مجيع من كان ذلك صفتو
/Jami>„u man ka>na dza>lika shifatuhu/
„Seluruh orang yang memiliki sifat‟
b. ليس من يوقع يل شهاديت /Laisa man yuwaqqi’u li> syaha>dati>/
„Tidak ada orang yang menanda tangani ijazahku‟
3. Klausa Relatif Restriktif
Comrie (1989:131) memberikan contoh klausa relatif restriktif dalam
bahasa Inggris, the man that I saw yesterday left this morning. Klausa relatif that I
saw yesterday left this morning membatasi referen untuk kata the man dan
menunjukkan secara khusus pria mana yang sedang dibicarakan dalam kalimat.
Dalam bahasa Arab, klausa relatif restriktif dan klausa relatif non restriktif
secara formal sulit untuk dibedakan. Menurut Badawi (2004:490) klausa relatif
restriktif dan klausa relatif non-restriktif dibedakan secara semantik bukan dari
refleksi struktural.
4. Klausa Relatif Non-Restriktif
Comrie (1989:132) memberikan contoh klausa relatif non-restriktif dalam
bahasa Inggris, yaitu Fred who had arrived yesterday, left this morning. Klausa
relatif dalam kalimat tersebut, yaitu who had arrived yesterday „yang tiba
kemarin‟ memberikan informasi tentang sesuatu yang teridentifikasi, yaitu Fred.
Badawi (2004:503) memberikan contoh dalam bahasa Arab sebagai
berikut.
مل يفتح بعد يت أمام شباك تسجيل الرسائل الذوقف /Waqaftu ama>ma syubba>kin tasji>li’r-rasa>i’l-ladzi> lam yuftach ba’d/
„Aku telah berdiri di depan jendela mendaftarkan karya ilmiah, yang
belum dibuka‟
23
Klausa relatif /lam yuftach ba„d/ „belum dibuka‟ memberikan informasi
tentang sesuatu yang sudah teridentifikasi secara makna, yaitu /syubba>k/ „jendela‟
meskipun secara bentuknya termasuk sesuatu yang masih umum.
5. Pronomina Relatif
Ba‟albaki (1990:214) menyebut pronomina relatif dengan ism maushu>l.
."كلمة سابقة يف اجلملة و يتصدر العبارة اإلتباعية سم موصول ىو اسم أو ضمري ييل إىلا"
/Ism maushu>l huwa ismun au dhami>run yuchi >lu ila kalimatin sa>biqatin fi’l-
jumlati wa yatashaddarul-„iba>ratal-ittiba>’iyyah/
“Ism maushu>l adalah ism (kata) atau dhami>r (kata ganti) yang merujuk
kepada kata yang terletak sebelumnya di dalam sebuah kalimat dan
merupakan dari klausa sematan”
Al-Ghula>yaini> (2007:100) dalam bukunya Jami’ud-Duru>si’l-‘Arabiyyah
membahas mengenai /ism maushu>l/ „pronomina relatif‟. Dia mengelompokkan
pronomina relatif /ism maushu>l/ menjadi dua, yaitu /ism maushu>l kha>s/
(pronomina relatif khusus) dan /ism maushu>l musytarak/ (pronomina relatif
umum). Pronomina relatif khusus adalah pronomina relatif yang memiliki bentuk
yang sesuai dengan jenis frase nomina inti untuk laki-laki /mudzakkar/ atau frase
nomina inti perempuan /muannats/ sesuai dengan jumlah frasa nomina inti
tunggal, dua, atau jamak, dan sesuai dengan keadaan kasus frasa nomina inti
nominatif /rafa’/, akusatif /nashb/, dan genitif /jar/. Pronomina relatif khusus ini
antara lain adalah , ان ت الذين, ال ان,ذ , ال يت ي, ال ذ ال يت الال, , ن ي ذ ال الت ني . Untuk /ism maushul
musytarak/ (pronomina relatif umum) adalah pronomina relatif yang memiliki
satu bentuk yang bisa digunakan oleh semua, baik itu frase nomina inti untuk laki-
laki /mudzakkar/ atau frase nomina inti perempuan /muannats/; dan frase nomina
24
inti tunggal, dua, atau jamak. Contoh pronomina relatif yang dikemukakan oleh
Ryding (2004:232) sebagai berikut.
Maskulin Feminim
Tunggal يذ ال يت ال
Dua
Nominatif
Genitif/Akusatuf
ان ذ ال
ن الذي
ن تا ال
الت ني
Jamak ن ي ذ ال يت الال – ايت و الل
Tabel 1 : Pronomina relatif definit
Al-Ghula>yaini (2007:106) menyebutkan contoh ism maushu>l musytarak
sebagai berikut.
Pronomina Relatif Untuk Benda
Berakal
Untuk Benda
Tidak Berakal
نم /man/ V -
ma/ - V/ ما
dza>/ V V/ ذا
ayyu/ V V/ أي
- dzu>/ V/ ذو
Tabel 2. Pronomina relatif non-definit
Pronomina relatif نم /man/, ما /ma/ , /Man/ من . /<dzu/ ذو ,/ayyu/ أي ,/<dza/ ذا
dan ذو /dzu>/ untuk sesuatu yang berakal dan ما /ma>/ untuk sesuatu yang tidak
berakal. Adapun, ذا /dza>/, أي /ayyu/ untuk sesuatu yang berakal dan tidak berakal.
Ryding (2004:232) menyebutkan pronomina relatif non-definit, yaitu (1)
25
pronomina relatif yang dihilangkan, (2) ام , dan (3) ن م . /ma>/ digunakan untuk
benda tak berakal dan /man/ digunakan untuk benda berakal.
6. Relator
Saputra (2003:70) menyatakan relator adalah pronomina yang
berkoreferensi kepada nomina inti. Menurut Ryding (2004:324) relator adalah
pronomina yang kembali kepada nomina inti. Nomina inti tersebut menduduki
fungsi objek atau preposisi.
Al-Ghula>yaini> (2007:106) menyatakan bahwa /„a>id/ „relator‟ adalah
pronomina yang kembali pada nomina inti dan terdapat di dalam klausa sematan.
Contoh بو تعلم ما تنفع /ta„allam ma> tanfa„u bihi/ „belajarlah (sesuatu) yang
bermanfaat bagimu‟. ‘A>id atau relatornya adalah /hi/, karena kembali kepada
/ma>/. Contoh yang lain تعلم ما ينفعك /ta„allam ma> yanfa„uka/ „belajarlah (sesuatu)
yang memberimu manfaat‟. /‘A>id/ atau relatornya adalah /dhami>r mustatir/
„pronomina yang tidak tampak‟ pada verba /yanfa„u/ ‟bermanfaat‟ yang kembali
kepada /ma>/.
7. Strategi Perelatifan
Comrie (1989:147) menyatakan bahwa ada empat tipe strategi perelatifan
dalam klausa relatif. Strategi tersebut antara lain adalah.
a. Non-reduction Type
Non-reduction type yaitu nomina inti muncul seutuhnya, tidak
diturunkan, dalam posisi yang normal dan atau dengan pemarkah kasus
26
yang biasa untuk frasa nominal untuk mengekspresikan fungsi khususnya
di dalam klausa.
Contoh dari tipe ini banyak dijumpai pada bahasa Bambara.
Tye be [n ye so min ye] dyo
Man the PRESENT I PAST house see build
„The man is building the house that I saw‟
Dalam konstruksi ini, klausa n ye so min ye berfungsi sebagai
objek langsung dari klausa utama, tetapi secara makna termasuk klausa
relatif. Bahasa Bambara memiliki struktur dasar SOV, oleh karena itu
klausa di atas memiliki urutan subjek- kata kerja bantu – objek langsung –
kata kerja. Fakta bahwa klausa tersebut berfungsi sebagai frasa nomina
yang merujuk pada nomina inti lebih jelasnya dalam bahasa Diegueno.
[ Tanay ?tva :?wu :w]-pu –L ?ciyawx.
Yesterday house I- saw DEFINITE LOCATIVE I-will-sing
„I will sing in the house that I saw yesterday.‟
Di sini, akhiran -pu –L melekat pada akhir klausa relatif. Tipe
konstruksi klausa relatif ini lebih merujuk pada fungsi keterangan.
b. Pronoun-retention Type
Pronoun-retention type yaitu nomina inti tersisa dalam embedded
sentence (kalimat yang disematkan) dalam bentuk pronominal. Tipe ini
ditemukan pada bahasa Inggris nonstandar, contohnya dari kalimat I know
where the road leads dibentuk sebuah klausa relatif this is the road that I
know where it leads. Pronomina it menunjukkan posisi yang direlativisasi.
27
Contoh dari tipe ini juga terdapat di dalam bahasa Persia.
Mard-i [ke (*u) bolandqadd bud] juje -ra kosr. man that he tall was chicken ACCUSATIVE killed
„The man that was tall killed the chicken.‟
c. Relative-pronoun Type
Relative pronoun type, yaitu sama halnya dengan strategi pronoun-
retention bahwa dalam strategi relative pronoun ini terdapat pronomina di
dalam klausa relatif yang mengindikasikan nomina inti. Pronomina tersebut
dipindah ke posisi awal untuk menunjukkan sebagai nomina inti (Comrie,
1989:149). Song (2001:219) menyatakan bahwa strategi relative pronoun
secara formal berhubungan dengan kata tunjuk atau kata tanya yang
digunakan untuk merepresentasikan peran nomina inti dalam klausa relatif.
Dalam bahasa Inggris dibedakan antara nominatif who dan akusatif whom
untuk memperoleh tipe pronomina dalam klausa relatif. Song (2001:221)
memberikan contoh strategi ini sebagai berikut.
The girl who won the game
The girl whom Miss Edge coached
Pronomina relatif who digunakan untuk kasus nominatif,
sedangkan whom digunakan untuk kasus akusatif.
d. Gap Type
Gap type yaitu adanya celah kosong dalam klausa sematan atau
klausa relatif yang bisa dimasuki oleh nomina inti. Song (2001:217)
memberikan contoh dalam bahasa Jepang sebagai berikut.
[Yamada-san ga ka’t-te ] i-ru sa’ru
Yamada-Mr SBJ keep-PART be-PRS monkey
„the monkey which Mr. Yamada keeps.
28
Klausa relatif Yamada-san ga ka’t-te „Yamada menjaga‟
kehilangan satu konstituen yaitu objek. Konstituen objek tersebut dapat
diisi oleh nomina inti sa’ru „monyet‟.
8. Teori Tipologi
Penelitian ini menggunakan teori tipologi bahasa. Awal berkembangnya
teori tipologi bahasa dimulai sekitar tahun 1960-an yang dipelopori oleh
Greenberg yang menyatakan bahwa bahasa-bahasa dapat dikelompokkan
berdasarkan urutan dasar subjek, objek, dan verba (S-O-V). Berkembangnya teori
tipologi bahasa merupakan reaksi terhadap teori Tata Bahasa Transformasi
Generatif yang cenderung didasarkan pada perilaku kebahasaan bahasa Inggris.
Perkembangan teori tipologi bahasa kemudian dilanjutkan oleh Comrie pada awal
tahun 1980-an.
Penerapan teori tipologi bahasa ini adalah untuk mengkaji seberapa luas
jangkauan hierarki aksesibilitas dalam klausa relatif bahasa Arab dan strategi apa
saja yang bisa diterapkan. Comrie (1981:156) mengemukakan hierarki
aksesibilitas dimulai dari subjek > objek langsung > objek tak langsung > oblik >
posesor. Artinya, aksesbilitas untuk formasi klausa relatif, secara intuitif, lebih
mudah untuk merelatifkan subjek daripada merelatifkan posisi lain dan lebih
mudah merelatifkan objek langsung daripada posesor.
Comrie juga menyatakan jika dilihat dari urutan katanya, ada dua tipe
klausa relatif, yaitu tipe postnominal dan tipe prenominal. Tipe postnominal,
klausa relatif mengikuti intinya (seperti dalam bahasa Inggris), sedangkan tipe
prenominal, klausa relatif mendahului inti. Namun, ada juga tipe ketiga, yaitu tipe
29
internal-head, nomina inti muncul atau terjadi di dalam klausa relatif dan nomina
inti diekspresikan di dalam klausa relatif
Kemudian untuk empat strategi perelatifan yang sudah disebutkan di atas,
tidak semua strategi tersebut bisa diterapkan kepada semua bahasa di dunia.
Sebagai contoh, Comrie (1981:147) menyatakan bahwa untuk strategi non-
reduction banyak didapati pada bahasa Diegueno.
[ Tanay ?tva :?wu :w]-pu –L ?ciyawx.
Yesterday house I- saw DEFINITE LOCATIVE I-will-sing
„I will sing in the house that I saw yesterday.‟
Akhiran -pu –L melekat pada akhir klausa relatif. Tipe konstruksi klausa
relatif ini lebih merujuk pada kata keterangan tempat, yaitu ?tva ‘house’.
Untuk strategi pronoun-retention banyak didapati dalam bahasa Persia. Di
dalam bahasa Persia strategi ini digunakan untuk merelativisasi pada objek
langsung. (Comrie, 1981:148).
Hasan mard-i-ra [ke zan (u -ra) zad] tnisenasad.
Hasan man ACCUSATIVE that woman he ACCUSATIVE hit knows
„Hasan knows the man that the woman hit.‟
Klausa relatif ke zan (u -ra) zad „the woman hit‟ memperjelas dari
nomina inti mard-i-ra „man‟. Dalam klausa relatif tersebut terdapat pronomina
yang merujuk pada nomina inti, yaitu u –ra pemarkah akusatif pada mard „man‟.
Untuk strategi relative-pronoun banyak didapati pada bahasa-bahasa
Eropa (Comrie, 1981:149).
1. the girl who arrived
2. the girl whom I saw
Pronomina relatif who digunakan untuk kasus nominatif, sedangkan whom
digunakan untuk kasus akusatif.
30
Terakhir, strategi Gap. Untuk strategi gap ini bisa diterapkan pada semua
bahasa karena strategi ini sering digunakan untuk merelativisasi subjek (Comrie,
1981:151).
Pemaparan Comrie tentang hierarki aksesibilitas dan strategi perelatifan di
atas menjadi pijakan untuk menerapkan di dalam klausa relatif bahasa Arab.
Seberapa luas jangkauan hierarki aksesibilitas dan strategi apa saja yang bisa
diterapkan di dalam bahasa Arab.
F. Sumber Data
Jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tertulis.
Setelah mengadakan pengamatan awal terlihat bahwa penggunaan klausa relatif
dalam bahasa lisan bisa dikatakan sama dengan klausa relatif yang muncul dalam
bahasa tertulis. Dengan pertimbangan untuk mengefektifkan waktu penelitian,
data tertulis dijadikan sebagai data utama. Selain itu, data tertulis digunakan untuk
mempermudah proses pengumpulan data. Ada dua buah sumber data tertulis yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu (1) cerpen ‘Ali> Ba>ba> „Ali Baba‟ karya Ka>mil
Ki>la>ni> dan (2) cerpen A’r-Ra>‘i A’sy-Syujja>‘ „Penggembala yang Pemberani‟
karya „Athiyyah al-Ibra>syi>. Cerpen berjudul ‘Ali> Ba>ba> terdiri dari 43 halaman
dan cerpen berjudul A’r-Ra>‘i A’sy-Syujja>‘ terdiri dari 46 halaman. Pengambilan
sumber data dari kedua cerpen di atas karena merupakan karya sastra kontemporer
sehingga bisa mewakili fenomena kebahasaan saat ini.
31
G. Metode Penelitian
Sebagai upaya memecahkan permasalahan, penelitian ini dilakukan
dengan melewati tiga tahapan strategi, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis
data, dan tahap penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5-7)
1. Metode Penyediaan Data
Penyediaan data merupakan upaya peneliti menyediakan data secukupnya.
Data di sini dimengerti sebagai fenomen lingual khusus yang mengandung dan
berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud (Sudaryanto, 1993:6).
Penyediaan data dilakukan dengan memanfaatkan metode simak. Metode
simak dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa dalam cerpen ‘Ali> Ba>ba>
karya Ka>mil Ki>la>ni> dan cerpen A’r-Ra>‘i A’sy-Syujja>‘ karya „Athiyyah al-Ibra>syi >.
Teknik yang digunakan adalah teknik sadap sebagai teknik dasarnya dan teknik
simak bebas libat cakap sebagai teknik lanjutan pertama serta teknik catat sebagai
teknik lanjutan kedua. Adapun data yang dicatat adalah penggalan kalimat yang
mengandung klausa relatif dalam cerpen ‘Ali> Ba>ba> karya Ka>mil Ki>la>ni> dan
cerpen A’r-Ra>‘i A’sy-Syujja>‘ karya „Athiyyah al-Ibra>syi >.
2. Metode Analisis Data
Data penelitian yang sudah tersedia kemudian dianalisis dengan metode
agih. Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya berada di dalam
dan merupakan bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:15).
Teknik ini digunakan untuk membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian
atau unsur. Bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut dipandang sebagai bagian
32
atau unsur yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud. Teknik ini
digunakan untuk membagi unsur klausa utama dan klausa relatif.
Contoh data 1 :
امل إن الشاب الذي أنقذك قد سافر إىل بالد الع
/Inna’sy-sya>bba’l-ladzi> [anqadzaka] qad sa>fara ila bila>dil-‘a>lami/
„Sesungguhnya pemuda yang telah menolongmu telah pergi ke negara-
negara di dunia‟ (Al-Ibrasyi>, tt : 20)
Menggunakan teknik bagi unsur langsung kalimat di atas dapat dibagi
menjadi dua bagian atau unsur, yaitu /inna’sy-sya>bba qad sa>fara ila bila>dil-‘a>lami/
„sesungguhnya pemuda itu telah pergi ke negara-negara di dunia‟ sebagai klausa
utama dan /anqadzaka/ „menolongmu‟ sebagai klausa relatif.
Selain teknik dasar, penelitian ini juga menggunakan tiga teknik lanjutan,
yaitu teknik lesap, teknik perluas, dan teknik balik. Teknik lesap digunakan untuk
melesapkan klausa relatif sehingga terlihat unsur inti klausa utama.
Dari data 1 di atas, setelah mengetahui klausa relatif dengan menggunakan
teknik dasar bagi unsur langsung, yaitu /anqadzaka/ „menolongmu‟. Selanjutmya
klausa relatif /anqadzaka/ „menolongmu‟ dilesapkan sehingga akan tampak klausa
inti yaitu, /inna’sy-sya>bba qad sa>fara ila bila>dil-‘a>lami/ „sesungguhnya pemuda
itu telah pergi ke negara-negara di dunia‟.
Teknik perluas digunakan untuk mengetes kegramatikalan sebuah kalimat
setelah salah satu unsurnya direlatifkan. Hal tersebut nantinya akan menunjukkan
unsur yang sebenarnya dapat direlatifkan.
33
Nomina inti dari data 1 di atas adalah /a’sy-sya>bba/ „pemuda‟ ditandai
dengan pronomina relatif /a’l-ladzi>/ „yang‟ yang terletak setelahnya. Jika klausa
relatif /anqadzaka/ „menolongmu‟ merelatifkan kata selain /a’sy-sya>bba/
„pemuda‟, misalnya kata /bila>dil-‘a>lami/ „negara-negara di dunia, sehingga
menjadi /inna’sy-sya>bba qad sa>fara ila bila>dil-‘a>lami’l-ladzi> [anqadzaka]/
„sesungguhnya pemuda itu telah pergi ke negara-negara di dunia yang
menyelamatkanmu‟, maka kalimat tersebut tidak berterima. Jadi, unsur yang
dapat direlatifkan adalah kata /a’sy-sya>bba/ „pemuda‟.
Teknik balik digunakan untuk memindahkan konstituen dalam kalimat,
khususnya nomina inti ke posisi yang kosong dalam klausa relatif. Dengan
menggunakan teknik ini akan terlihat kategori konstituen yang direlatifkan.
Teknik ini digunakan ketika membahas strategi perelatifan.
Contoh data 1 :
/Inna’sy-sya>bbal- ladzi> [____anqadzaka] qad sa>fara ila bila>dil-‘a>lami/
S PR.MT S‟ P‟ OL‟ P
„Sesungguhnya pemuda yang telah menolongmu telah pergi ke negara- negara di
dunia‟ (Al-Ibrasyi>, tt : 20)
Nomina inti pada contoh di atas, yaitu /a’sy-sya>bba/ „pemuda‟ sebenarnya
adalah konstituen yang hilang pada klausa relatif. Jika /a’sy-sya>bba/ „pemuda‟
dimasukkan ke posisi yang hilang tersebut, maka klausa relatif akan menjadi
kalimat lengkap /a’sy-sya>bba anqadzaka/ „pemuda itu menolongmu‟ dengan
/a’sy-sya>bba/ „pemuda‟ menempati posisi subjek.
34
3. Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk laporan
informal, yaitu laporan yang berwujud perumusan dengan kata-kata biasa
(Sudaryanto, 1993:145). Penyajian hasil analisis data dalam bentuk informal
bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam memahamin hasil dari analisis
tersebut.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bab, yaitu (1)
pendahuluan, (2) pembahasan, (3) penutup. Pada bab pendahuluan, terdiri dari
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, dan
tinjauan pustaka. Dalam latar belakang masalah berisi tentang alasan pemilihan
topik menjadi objek penelitian dan alasan satuan kebahasaan menarik untuk
diteliti. Rumusan masalah berisi tentang masalah yang akan dipecahkan. Tujuan
penelitian menjawab rumusan masalah. Landasan teori berisi tentang teori-teori
yang akan dipakai dalam memecahkan sebuah masalah. Kajian pustaka berisi
tentang penelitian-penelitian yang terdahulu yang berhubungan dengan penelitian
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Bab II
berisi analisis data dan pembahasan mengenai unsur-unsur yang dapat diikuti oleh
klausa relatif dalam cerpen ‘Ali> Ba>ba> dan cerpen A’r-Ra>‘i> A’sy-Syujja>‘, strategi
perelatifan yang digunakan klausa relatif bahasa Arab dalam cerpen ‘Ali> Ba>ba> dan
cerpen A’r-Ra>‘i> A’sy-Syujja>‘, dan relasi gramatikal nomina inti dari klausa relatif
bahasa Arab dalam cerpen ‘Ali> Ba>ba> dan cerpen A’r-Ra>‘i> A’sy-Syujja>‘, Bab III
Penutup, pada bab penutup ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan dan saran
35
ini diuraikan mengenai inti dari hasil peneitian yang disajikan secara singkat dan
saran mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan.