1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Cina kini telah menjadi negara yang bisa bersaing dengan negara maju
lainnya seperti, Amerika Serikat dan Jepang. Perubahan negara Cina yang cepat
membantunya untuk maju dan berkembang luas di dunia sebagai negara yang
harus dipertimbangkan. Dunia telah mengakui kemajuan Cina yang semakin
meningkat. Peningkatan ekonomi yang cepat sudah menjadikan Cina sebagai
calon negara maju selanjutnya. Bahkan Cina pun diramalkan akan menjadi negara
nomer satu yang akan menggantikan posisi Amerika Serikat. Seperti dalam
wacana Andrew Kohut selaku Direktur Pendiri Pew Research Center1,
menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat Eropa berpandangan bahwa Cina
akhirnya akan mengalahkan Amerika Serikat sebagai negara adidaya terkemuka,
hasil ini merupakan pandangan mayoritas lima dari tujuh negara Amerika Latin2.
Seperti yang di ketahui bahwa negara Cina dahulu merupakan negara yang
memiliki sistem pemerintahan tertutup. Berawal dari kebijakan politik Mao
Zedong tahun 1949 yang mengubah Cina menjadi negara Republik Rakyat Cina
(RRC) dengan sistem pemerintahan komunis. Sistem ekonomi Cina pada saat
kepemimpinan Mao Zedong merupakan sistem yang selalu identik dengan
1Pew Research Center, merupakan sebuah organisasi media info yang terbentuk sebagai sebuah
wadah berupa fakta – fakta informasi publik tentang isu-isu, sikap, tren yang membentuk Amerika
dan dunia. Metode yang dilakukan dengan poling opini publik, penelitian demografi (perubahan
penduduk), serta menganalisis isi media juga meneliti ilmu sosial empiris lainnya, dalam
http://www.pewresearch.org/about/ diakses pada tanggal 04 September 2013, pukul 17.16 WIB. 2Dina Mirayanti Hutauruk, 2013, Susul Amerika, China Diyakini Jadi Negera Ekonomi Terbesar,
OkeZone, dalamhttp://economy.okezone.com/read/2013/07/18/213/839089/susul-amerika-china-
diyakini-jadi-negara-ekonomi-terbesa diakses pada tanggal 04 September 2013, pukul 17.24 WIB.
2
komunis yakni sistem ekonomi komando3. Sehingga negara Cina menjadi negara
yang tertutup dengan negara lain yang menganut sistem liberal. Namun, kondisi
Cina sekarang berbeda. Cina yang dulunya tertutup kepada negara liberal kini
terbuka kepada kaum liberal bahkan mengajak negara liberal untuk bekerjasama
seakan - akan tidak ada perbedaan diantara negara komunis dan negara liberalis.
Cina pun berkembang pesat yang dikategorikan sebagai negara dengan tingkat
perekonomiannya tinggi.
Keberhasilan Cina ini berawal dari perubahan kebijakan atau sistem
ekonomi pasar melalui gagasan Gaige Kaifang (reformasi dan membuka diri)
pada tahun 1978. Kebijakan ekonomi ini menerapkan sistem ekonomi pintu
terbuka kepada dunia internasional. Pemikiran Gaige Kaifang ini dihadirkan oleh
Deng Xiaoping sebagai kepala pemerintahan Cina pada masa itu. Lebih jelasnya
Deng Xiaoping memproklamasikan kebijakannya pada sidang Komite Sentral ke-
11 bulan Desember 19784. Setelah jabatannya naik, Deng Xiaoping memberi
perubahan kepada rakyat dan negara Cina. Sehingga negara Cina yang dahulu
xenophobia5 berubah menjadi terbuka kepada semua negara.
Semenjak menjadi pemimpin, Deng Xiaoping mulai menerapkan aspek –
aspek yang menggambarkan nilai Gaige Kaifang. Dimulai dari membuka pasar
bebas Cina hingga memberi peluang kepada investor asing. Situasi tertekan yang
diciptakan ketika sistem ekonomi komando mulai berubah dengan sistem
3 Sistem ekonomi di mana semua kebijakan ekonomi adalah atas kebijakan pemerintah, segala
obyek ekonomi seperti tanah, pabrik industri dan segala macam yang berkaitan dengan hal
ekonomi merupakan milik pemerintah, diatur oleh pemerintah sepenuhnya bahkan kontrol harga
merupakan kebijakan pemerintah pusat dan tidak dapat diganggu gugat. 4 Bob Widyahartono, 2004, Bangkitnya Naga Besar Asia (Peta Politik, Ekonomi, dan Sosial China
menuju China Baru), Yogyakarta, Penerbit Andi, hal. 45 5 “Anti terhadap orang asing atau benda asing” dalam kamus, John M. Echols dan Hassan
Shadily, 1976, Kamus Inggris – Indonesia, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, hal. 657.
3
ekonomi pasar ini. Namun, Deng Xiaoping ingat bahwa Cina adalah negara
komunis maka dari itu sistem pemerintahan Cina merupakan komunis.
Dengan kepercayaan komunis, Deng Xiaoping memperagakan gaya koboy
ala Texas, Deng Xiaoping merupakan pemimpin komunis pertama dan
revolusioner yang menginjakkan kakinya di tanah liberal, Amerika Serikat. Hal
ini ditunjukkan Cina sebagai sikap positif untuk melakukan kerjasama Cina –
Amerika Serikat6.
Hal yang pertama dilakukan oleh Deng Xiaoping sebagai tujuan perubahan
atau modernisasi Cina ialah menerapkan program Empat Moderenisasi, yaitu
program kebijakan baru yang terdiri dari aspek pertanian, industri, ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta pertahanan nasional di mana telah di setujui oleh
Komite Sentral Partai Komunis pada bulan Desember tahun1978. Namun sebelum
tujuan tersebut dilaksanakan, program Empat Modernisasi ini sudah dibentuk oleh
Deng Xiaoping dan Zhou Enlai pada Kongres Rakyat Nasional Keempat tahun
19757.
Selain itu, Deng Xiaoping memberikan kebebasan pada sektor pendukung
perekonomian seperti yang tercantum pada empat moderenisasi. Misalnya salah
satu sektor penting di Cina ialah sektor petani, para petani yang diberi upah rata
oleh pemerintah sebelumnya, pada zaman pemerintahan Deng Xiaoping rakyat
diberikan peluang untuk mengelolah tanah tersebut. Setiap penghasilan para
petani sesuai dengan hasil kinerja tersebut yang sesuai dengan banyaknya
6 Whitney Stewart, 2001, A Lerner Biography Deng Xiaoping (Leader in a Changing China,
U.S.A., Lerner Publications Company, hal. 12. 7Leman Yap, 2009, The Best of Chinese “Heroic Leaders”(Belajar dari Mereka yang Berhasil
Mengubah Krisis dan Ketidakpastian Menjadi Peluang Kesuksesan), Jakarta, Gramedia Pustaka
Utama, hal. 142.
4
produksi yang di hasilkan. Adapun hal lain seperti menghapus monopoli
perdagangan negara dan melakukan mekanisme pasar seperti harga barang
diserahkan kepada permintaan dan penawaran yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat (lingkungan pasar misalnya) walaupun sebenarnya peran pemerintah
masih tetap ada sebagai peran pengambil tugas dalam stabilitas harga. Para
pengusaha industri diberi otonomi mengatur kegiatan ekonomi tersebut. Serta
memberi peluang pada investor asing untuk menanamkan modal di Cina.
Pemerintah serius dalam mengajak investor asing masuk dan berinvestasi
di Cina dengan pembentukan ZEK (Zona Ekonomi Khusus) pada tahun 1980
yang berlokasi di provinsi Guandong (Zhuhai, Shantou, Shenzhen), Xiamen di
provinsi Fujian dan Hainan. Tujuannya memberikan fasilitas dan kemudahan bagi
investor asing. Seperti memberikan kemudahan pajak, memberikan peraturan
yang sederhana, mengurangi birokrasi yang tidak penting, pelayanan, keamanan,
kepastian hukum dan sebagainya8.
Walaupun sistem ekonomi di Cina terbuka bukan berarti sistem
pemerintah di Cina ikut terbuka. Hal itu dikarenakan Deng Xiaoping merupakan
seorang komunis sejati. Deng Xiaoping tidak mempermasalahkan sistem
perekonomian Cina yang berubah asalkan ditopang dengan sistem pemerintahan
komunis untuk menciptakan politik yang kuat. Dalam buku David Goodman
menyatakan9 Deng Xiaoping menjalankan moderenisasi dan nasionalisi demi
membaiknya ekonomi Cina dan kekuatan penuh secara politik.
8 Nanda Akbar A., 2011, Transformasi Besar China (Dinamika Negara Dalam Kebangkitan
Ekonomi), Jogja Mediautama, Yogyakarta, hal. 101. 9 David S. G. Goodman, 2002, Deng Xiaoping and The Chinese Revolution (A Political
Biography), Routledge, London – New York, Hal. 3
5
Setelah pasca pemerintahan Mao Zedong, Cina menjadi negara dunia
ketiga yang berhasil menggabungkan dua sistem yang berbeda, melalui Gaige
Kaifang di Cina yang disebut sebagai sistem ekonomi terbuka berbasis sosialis
Cina atau bisa juga disebut sebagai ekonomi pasar dengan sistem politik
komunis. Dua hal yang sebelumnya sangat bertentangan bahkan tidak mungkin
disatukan karena pemikiran yang berbeda namun sudah dibuktikan oleh Cina
bahwa Cina mampu melangkah maju dengan dua sistem tersebut.
Di dalam reformasi, Deng Xiaoping berperan penting sebagai pemimpin
RRC dan orang yang pertama mampu mengubah metode komunis di Cina. Secara
bertahap Deng Xiaoping membawa Cina ke dunia internasional dengan cara
berhubungan dengan negara – negara liberal yang notabennya merupakan lawan
dari kelompok komunis. Melalui Gaige Kaifang Deng Xiaoping bekerja sama
dengan negara liberal. Hal ini yang menjadikan DengXiaoping sebagai contoh di
dunia dan terkenal sebagai Bapak Revolusi.
Perubahan kebijakan ekonomi Cina dibawah pemerintahan Deng Xiaoping
tersebut menarik untuk diteliti. Dimulai dari apa yang memotivasi Deng Xiaoping
untuk merubah kebijakan ekonomi dan tujuan utama pengambilan kebijakan
ekonomi yang dapat ditelusuri dengan mempelajari latar belakang dari kehidupan
Deng Xiaoping itu sendiri dan keluarga, pendidikan sampai pada aktifitasnya di
dalam dunia politik dan lainnya yang berhubungan dengan faktor – faktor
pendorong Deng Xiaoping untuk mereformasi Cina. Karena hal tersebut
mempengaruhi perilaku Deng Xiaoping serta menjadi landasan awal pengambilan
kebijakan.
6
Deng Xiaoping pernah mendapatkan penolakan dari pemikirannya yang
kapitalis bahkan sebelum Deng Xiaoping menjadi pemimpin di Cina. Deng
Xiaoping sendiri pernah dijatuhkan dan dianggap sebagai penentang komunis oleh
Mao Zedong karena merasa telah menentang sistem yang sudah ditetapkan oleh
Mao Zedong10
. Namun Deng Xiaoping bersama rekan pendukung seperti Liu
Siauqi dan Zhou Enlai berpendirian teguh dan terus memperjuangkan
kesejahteraan rakyat Cina yang sering disebut moderenisasi Cina contoh salah
satunya ialah pembentukan Empat Moderenisasi.
Deng Xiaoping mengetahui bahwa negara komunis tidak selamanya harus
identik dengan kemiskinan, negara komunis berhak menjadi negara kaya yang
sama halnya dengan negara liberal. Menurut Deng Xiaoping nilai sosialis dalam
komunis merupakan cara untuk meningkatkan standar kehidupan, bertujuan
mengurangi kemiskinan, dimana tugas pokok itu seperti pengembangan kekuatan
produksi (pertanian dan industri), menciptakan kesejahteraan sosial yang lebih
baik memenuhi kebutuhan material serta kultural rakyat yang menjadi baik11
.
Sesuai dengan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengetahui dan
meneliti lebih jauh tentang Deng Xiaoping. Penulis ingin mengetahui apa yang
menyebabkan Deng Xiaoping untuk mengambil kebijakan berbeda dari pemimpin
10
Pada saat itu, Revolusi Kebudayaan yang menyebabkan kemerosotan pada perekonomian
masyarakat Cina, dan Deng Xiaoping beserta rekan – rekannya terutama Liu Shaoqi yang pada
saat itu juga menjabat sebagai presiden sementara RRC berusaha untuk meredakan beban rakyat
dengan mencanangkan Program “Tiga Milik Pribadi dan Satu Garansi (Sanzi yibao)”, yang mana
Liu mengizinkan rakyat untuk mengerjakan tanah miliknya sendiri, dalam, Ivan Taniputera, 2011,
History Of China, Yogyakarta, Ar-Ruzzmedia, hal. 587. 11
Nainggolan, Poltak Pattogi, 1995, Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping: Pasar Bebas
dan Kaitalis Dihidupkan Lagi, Pustaka Sinar Harapan, dalam artikel Erlita Tantri, Perkembangan
dan Kekuatan Ekonomi China, Jakarta, Pusat Penelitian Sumber Daya Regional (PSDR-LIPI),
dalam http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/113084948_1411-7932.pdf diakses pada Tanggal 20
Februari 2013, pukul 19.34 WIB.
7
komunis lainnya yang anti liberal dengan mereformasi Cina melalui metode
Gaige Kaifang (reformasi dan terbuka).
1.2. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di dalam penelitian ini timbul pertanyaan
dalam rumusan masalah ini yaitu mengapa Deng Xiaoping mengambil perubahan
kebijakan ekonomi Gaige Kaifang di Cina ?
1.3. Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah latar belakang Deng
Xiaoping dan menjelaskan tentang “Pengaruh Deng Xiaoping Terhadap
Pengambilan Kebijakan Ekonomi “Gaige Kaifang”di Cina.”
1.4. Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat penelitian terbagi atas dua manfaat yaitu manfaat
akademis dan manfaat praktis, sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat Akademis.
Sebagai bahan kajian untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
bidang Hubungan Internasional, khususnya tentang “Pengaruh Deng Xiaoping
Terhadap Pengambilan Kebijakan Ekonomi “Gaige Kaifang” di Cina.”
1.4.2. Manfaat Praktis.
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan referensi untuk
menambah informasi dan masukan dalam memecahkan masalah penelitian
berikutnya, terutama yang berhubungan dengan Kebijakan Gaige Kaifang di Cina
8
era Deng Xiaoping. Serta berguna untuk menjawab pertanyaan yang muncul
dalam masyarakat terutama mengenai latar belakang Deng Xiaoping dalam
mengambil keputusan Gaige Kaifang di Cina.
1.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pembeda antara penelitian
sebelumnya dengan penelitian lain. Tujuan daripada itu ialah untuk melihat
pembaharuan dan perbedaan dari penelitian lain. Penelitian terdahulu yang
sekiranya dapat menjadi acuan pembaharu dan pembeda dalam penelitian ini
adalah pada penelitian terdahulu, pertama milik Erlita Tantri dengan judul
Perkembangan dan Kekuatan Perekonomian Cina12
. Dalam latar belakang artikel
Erlita Tantri tersebut menjelaskan bagaimana awal mula dari reformasi atau
perubahan yang terjadi di Cina dari era Mao Zedong ke era Deng Xiaoping
berikut dengan aspek – aspek yang terjadi seperti perubahan kebijakan ekonomi
pada era Mao Zedong yang berupa sistem komando sedangkan pada era Deng
Xiaoping yang mengubahnya menjadi sistem ekonomi pasar. Tujuan dari artikel
ini ialah untuk mengetahui bagaimana proses perkembangan Cina dalam
meningkatkan perekonomiannya sehingga menjadi sebuah negara perekonomi
yang besar di Asia. Serta bagaimana pengaruh dari perubahan kebijakan ekonomi
era Deng Xiaoping terhadap perkembangan Cina yang signifikan tersebut.
Dalam rumusan masalah Erlita bertujuan untuk mengetahui perkembangan
dan aspek kekuatan perekonomian di Cina, khususnya dalam bidang pertanian dan
industri, serta bagaimana peranannya dalam perubahan sosial, khususnya dalam
12
Erlita Tantri Perkembangan dan Kekuatan Perekonomian China, Ibid., dalam
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/113084948_1411-7932.pdf diakses pada tanggal 20 Februari
2013, pukul 15.25 WIB.
9
pertumbuhan kelas menengah di RRC. Erlita juga menggunakan penulisan dengan
metodologi deskriptif serta menggunakan konsep ekonomi pasar untuk penelitian
dalam artikelnya.
Penelitian kedua ialah penelitian bentuk jurnal milik Yongjiu Shu, Qingfei
Zhai, & Rui Wang dengan judul The Great Open-minded Thinking by Deng
Xiaoping and Its Contemporary Significance13
. Pada abstraksi jurnal ini ingin
mengetahui pemikiran – pemikiran dari Deng Xiaoping dalam mengambil
keputusan untuk sistem ekonomi terbuka dan memberikan dampak yang baik bagi
perkembangan perekonomian di Cina.
Dalam penulisan terbagi beberapa aspek pemikiran Deng Xiaoping.
Adapun beberapa aspek yang terbagi di dalamnya ialah sebagai berikut:
i. The Historical Background of the Great Open-minded Thinking by Deng
Xiaoping, dalam rangkumannya di aspek ini penulis menjelaskan latar
belakang negara Cina itu sendiri mengadopsi sistem sosialis yang
memberikan dampak kurang baik pada perkembangan masyarakat,
khususnya dalam kesejahteraan ekonomi perindividu. Seperti
permasalahan makanan dan tempat tinggal belum terselesaikan dengan
baik. Sistem sosialis mengisolasi Cina terhadap dunia internasional.
Terciptanya dua sistem dunia yang bertentangan akibat dari pasca perang
dunia, memberikan dampak yang signifikan dalam hubungan internasional
13
Jurnal milik Yongjiu Shu, Qingfei Zhai, & Rui Wang, The Great Open-minded Thinking by
Deng Xiaoping and Its Contemporary Significance, Kanada, Canadian Center of Science and
Education, dalam http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=the%20great%20open-
minded%20thinking%20by%20deng%20xiaoping%20and%20its%20contemporary%20significan
ce&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDMQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.ccsenet.org%
2Fjournal%2Findex.php%2Fass%2Farticle%2Fdownload%2F25292%2F15732&ei=4ojwUfu5N8
WsrAer0IHYDw&usg=AFQjCNEBrRilA9X4zevwnAjyHnfEhjXtZQ&bvm=bv.49784469,d.bmk,
diakses pada tanggal 20 Juli 2013, pukul 10.30 WIB.
10
suatu negara, konflik, ketidakstabilan di negara – negara tertentu, namun
yang paling terpenting dalam hal ini ialah perekonomian masyarakat demi
tujuan kesejahteraan rakyat. Pada era reformasi tahun 1970an Deng
Xiaoping mengambil kebijakan ekonomi pasar.
ii. Major Content of the Great Open-minded Thinking by Deng Xiaoping,
dalam penulisan ini terdapat dua pemikiran Deng Xiaoping di mana telah
diterapkan pada era pemerintahannya. Antara lain, (a) external thinking,
sosialisme harus menyerap dan memanfaatkan semua prestasi peradaban
maju yang diciptakan oleh kapitalisme untuk mengembangkan dan
memperluas sendiri. Dalam komite 11 Deng Xiaoping mengungkapkan
bahwa negara Cina merupakan negara sosialis. Namun dalam
penerapannya bukan berarti tidak menerapkan sistem kapitalis khususnya
dalam kebijakan ekonomi, di mana kapitalis memiliki modal untuk
perkembangan di Cina dan kapitalis hanya digunakan sebagai
perkembangan perekonomian di Cina saja tidak dalam segala aspek. Cina
butuh kapitalis, juga perlu untuk memanfaatkan sepenuhnya dari kedua
pasar baik internasional maupun domestik serta efektifitas sumber daya
dalam lingkup yang lebih luas. Sadar akan kebutuhan sumber daya alam
yang tidak dimiliki, maka Cina perlu suatu hubungan kerjasama antar
negara. Sebagai landasannya maka negara diharuskan untuk membuka
pintu nasional untuk kepentingan nasional negara Cina. Selanjutnya, (b)
internal thinking, kebijakan reformasi dapat memperkuat kekuatan
ekonomi dalam negeri, karena sistem ekonomi dalam gagasan Deng
Xiaoping tidak mengikat masyarakat, dan justru masyarakat dibebaskan
11
untuk berkreasi dan kreatif dalam menciptakan pasar modal guna
meningkatkan perekonomian negara Cina, yaitu sistem pasar bebas.
iii. The Contemporary Significance of the Great Open-minded Thinking by
Deng Xiaoping, dasar pemikiran Deng Xiaoping tidak mengubah ideologi
dari Marxist, melainkan mengembangkan ideologi tersebut tanpa
mengubah unsur dasar dari sistem politik, karena ideologi Marxist menjadi
pedoman untuk mempertahankan Partai Komunis Cina dan pembangunan
nasional Cina.
Berdasarkan uraian jurnal Yongjiu Shu, Qingfei Zhai, & Rui Wang, mereka ingin
menjelaskan dan mengkategorikan bagaimana pemikiran dari Deng Xiaoping
dalam menerapkan pemikirannya pada periode masanya, serta pentingnya konsep
Marxisme dalam mempertahankan politik nasional Cina.
Penelitian ketiga, ialah penelitian dalam bentuk artikel milik Jungwon
Yong dengan judul The Technocratic Trand and Its Implication in China14
. Dalam
pendahuluan penelitian ini Yong menjelaskan tentang keberhasilan dari kebijakan
reformasi pada era Deng Xiaoping. Transformasi ini memberi perubahan besar
pada teknokrat Cina pada saat itu. Perbedaan yang ditimbulkan yaitu nggota PKC
yang dulu direkrut oleh Mao Zedong di ganti oleh Deng Xiaoping ketika masa
pemerintahannya. Deng Xiaoping mengubah anggota PKC dan pemerintahan lain.
Hal ini dilihat dari profesi serta latar belakang masing – masing anggota
14
Jungwon Yong, 2007, The Technocratic and Its Implication in China, presented at International
Multidiciplinary Graduate Student Conference, Washington, DC, dalam
http://archive.cspo.org/igscdocs/Jungwon%20Yoon.pdf diakses pada tanggal 21 Juli 2013, pukul
18.14 WIB.
12
pemerintahan. Dari masa Mao Zedong yang telah merekrut petani, tentara dan
tenaga kerja diganti oleh para ilmu pengetahuan dan kaum intelek (insinyur).
Pada artikel ini, Yong berfokus pada teknokrat dalam reformasi di Cina.
Dalam pembahasannya Deng Xiaoping memaparkan tentang sejarah teknokrat.
Adapun empat rumusan masalah yang ingin di cari Yong yaitu, 1) apa latar
belakang dan keaslian dari elit teknokrat Cina, 2) bagaimana kekuatan mereka, 3)
dengan cara apa mereka berbeda dari para pendahulu mereka serta rekan mereka
dari Barat, 4) apakah kepemimpinan teknokrasi ini diaplikasikan kepada
masyarakat Cina. Untuk menjawab rumusan masalah diatas Yong menggunakan
konsep Teknokrasi.
Hasil dari penelitian Yong yaitu corak kepemimpinan Cina telah
mengimplikasikan teknokrat Cina setelah reformasi. Beberapa hal yang terlihat
dari implikasi teknokrasi Cina yaitu kepemimpinan PKC yang muda dan
berpendidikan tinggi ketimbang pendahulunya. Teknokrasi ini sering disebut
sebagai moderenisasi reformasi Cina.
Perkembangan lain banyak mahasiswa Cina yang berasal dari warga asing,
diantaranya berasal daru US dan Eropa Barat. Teknorasi Cina dirasa telah
memberikan keuntungan terhadap perkembangan politik dan ekonomi
kepemimpinan Cina. Namun dari semua itu masih ada beberapa kaum intelek lain
yang berbeda pendapat berbeda dan menyangkal adanya teknokrasi Cina kaena
mereka merasa bahwa teknokrasi bukan berasal dari ahli teknik melainkan berasal
dari politisi yang hanya bernamakan insinyur.
13
Pada penelitian keempat merupakan penelitian dari David Sambaugh
dengan judul penelitian Deng Xiaoping: The Politician15
. Dalam artikel ini
membahas tentang perilaku politik Deng Xiaoping dari waktu ke waktu, dan
artikel ini juga dengan sengaja tidak mengadopsi pendekatan analisis tentang
keputusan kebijakan Deng Xiaoping dalam berbagai isu sebagai sebuah indikasi
(pedoman) gaya politiknya. Adapun perilaku politik yang ingin dipelajari dalam
penulisan David Sambaugh ini seperti gaya kerja administrasi (tatausaha), agenda
kebijakan, strategi – strategi, teknik peraturan, sumber dan penggunaan
kekuasaan, interaksi dengan rekan kerja, bawahan dan calon penggantinya, dan
metode pengambilan keputusan, dan implementasi (pelaksanaan/ penerapan)
kebijakan. Secara keseluruhan artikel ini meneliti tentang perilaku Deng Xiaoping
sebagai individu politik serta tipe gaya kepemimpinannya.
Adapun alat yang digunakan oleh David Sambaugh dalam penelitian ini
dengan menggunakan tiga paradigma analisis. Pertama, "power base" approach
(pendekatan “kekuatan dasar”). Metode ini berguna untuk menganalisis
bagaimana politisi bergerak naik melalui hirarki (tingkat) organisasi (partai,
prajurit, negara) dan mengembangkan wewenang kepemimpinan. Pada
pendekatan ini di Cina terdapat empat variasi prinsip yaitu credentialist (surat
kepercayaan/ mandat) yang melihat kekuatan dari kenaikan politisi melalui
pangkat dengan melihat kemampuan dan pengalaman, personal (pribadi)
menjelaskan dasar kekuatan dalam sistem politik Cina ada dua prinsip yaitu
15
David Sambaugh, 1993, Deng Xiaoping: The Politician, The China Quarterly, No. 135, hal. 457
– 490 published Cambrige University Press on behalf of the School of Oriental and African
Studies dalam http://www.jstor.org/stable/654098diakses pada tanggal 23 November 2009, pukul
03.15, dalam http://www.mconway.net/page1/page9/files/Deng%20the%20Politican.pdf diakses
pada tanggal 16 Juni 2013, pukul 15.50 WIB.
14
pelindung nasabah dan isu dasar jaringan faksi, institutional (kelembagaan) yang
menjelaskan kekuatan dasar Cina adalah akar dari partai, negara dan birokrasi
militer, territorial (wilayah hukum) kekuatan dibawa dari daerah tertentu dari
negara. Kedua, “paramounts leader”approuch (pendekatan “pemimpin
tertinggi”). Ini adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan Deng
Xiaoping, khususnya sejauh Deng Xiaoping tidak pernah memegang portofolio
resmi Presiden, Ketua atau Sekretaris Jenderal Partai Komunis, atau perdana
menteri dalam Dewan Negara, meskipun Deng Xiaoping dijadikan sebagai
Sekretaris Jenderal Komite Sentral, Ketua Komisi Militer Pusat, dan Wakil
Perdana Menteri Dewan Negara. Pendekatan ini berusaha untuk memahami gaya
Deng Xiaoping sebagai pemimpin tertinggi bangsa, meskipun ia tidak memegang
posisi resmi yang penting. Ketiga, “agenda-setting”(agenda – seting). Pada
paradigma ini merupakan pendekatan yang mengkaji agenda politik nasional,
untuk melihat para pemimpin mampu mengatur suatu agenda nasional. Serta
bagaimana seorang pemimpin bernegosiasi dan membangun koalisi (kombinasi
antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama) untuk
mengadopsi dan menerapkan kebijakan yang diberikan.
Selanjutnya pada penelitian kelima, penelitian artikel milik Rusdi Amor,
Cina dan Hegemoni Baru Ekonomi16
. Pada abstraksi artikel ini secara garis besar
membahas perubahan kebijakan di Cina khususnya pada aspek ekonominya dari
16
Rusdi Amor, 2006, Cina danKuasa Hegemoni Baru Ekonomi, Fakulti Pengajian Antarabangsa
Universiti Utara Malaysia, dalam
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=jurnal%20ekonomi%20china&source=web&cd=6&ca
d=rja&ved=0CFUQFjAF&url=http%3A%2F%2Fwww.ijms.uum.edu.my%2Findex.php%2Fjooml
a-forums%2Fcategory%2F9-ijms-vol.-13-no.-1-june-2006-10%3Fdownload%3D90%253Achina-
dan-kuasa-hegemoni-baru-
ekonomi&ei=QbgkUciLG4jJrQf0ooDQBQ&usg=AFQjCNHuKR9gTr3snCSZvK7OqRZsFuufxg
&bvm=bv.42661473,d.bmk , diakses pada tanggal 20 Februari 2013, pukul 19.47 WIB.
15
kebijakan tertutup berubah menjadi kebijakan ekonomi terbuka yang diterapkan
oleh pemimpin negara Cina Deng Xiaoping dalam upaya untuk menghasilkan
aktivitas perekonomian kompetitif serta kepentingan keanggotaan Cina dalam
organisasi perdagangan dunia WTO. Adapun perubahan tersebut memberikan
dampak yang positif terhadap peningkatan perekonomian di Cina dan juga
membawa Cina ke ranah internasional sebagai negara yang mampu bersaing
dengan negara adidaya lainnya seperti Amerika Serika dan Jepang. Tidak lepas
dari peranan penting dibalik kesuksesan Cina ini ialah ketika perubahan kebijakan
pintu terbuka itu di terapkan oleh Deng Xiaoping pada era 1978. Berbanding
terbalik dengan kondisi Cina sebelum reformasi, Cina masa Mao Zedong
merupakan negara dengan masyarakat yang miskin dan tertutup. Namun, kini
Cina sudah menjadi negara yang berbeda, yang tebuka untuk dunia global, dan
menjadi negara yang siap bersaing dengan negara berpotensi lainnya, serta
menjadi calon penguasa hegemoni baru di dunia. Selain daripada itu, dalam
penelitian Rusdi Amor juga membahas tentang bergabungnya Cina kedalam WTO
dan juga peranan Hong Kong dan Makao yang turut membantu pembangunan
politik di Cina.
Penelitian terdahulu keenam adalah penelitian bentuk artikel milik
Frederick C. Teiwes, dengan judul Politics At The „Core‟: The Political
Circumstances Of Mao Zedong, Deng Xiaoping And Jiang Zemin (Politik Pada
“Inti” : Kondisi Politik Mao Zedong, Deng Xiaoping Dan Jiang Zemin)17
. Pada
penelitian ini Teiwes menggunakan konsep „inti.‟ Tujuan dari konsep ini ialah
17
Frederick C.Teiwes, Politics At The „Core‟: The Political Circumstances Of Mao Zedong, Deng
Xiaoping And Jiang Zemin, dalam, http://chinainstitute.anu.edu.au/morrison/morrison61.pdf ,
diakses pada tanggal 16 Juni 2013, pukul 16.59 WIB.
16
untuk mengkelas - kelaskan sebagai konsep yang akan menjelaskan perbedaan
terhadap cara pemimpin Mao Zedong, Deng Xiaoping, dan Jiang Zemin dimana
ketiga pemimpin ini hadir sebagai pemimpin pusat Cina dan membawa Cina
kepada generasi revolusi. Ketiga pemimpin ini hadir pada generasi yang berbeda,
gaya kepemimpinan yang berbeda, dan gagasan yang berbeda pula. Terfokus pada
era Mao Zedong dan Deng Xiaoping yang memiliki perbedaan generasi
kepemimpinan dan gaya kepemimpinan yang berbeda menjadikan konsep „inti‟
menjadi alat jitu untuk mengetahui hasil dari tujuan penelitian Teiwes ini. Adapun
peran Jiang Zemin namun dalam sejarah melihat Jiang Zemin adalah penerus
dalam kepemimpinan Deng Xiaoping, namun tetap ditambahkan dengan gaya
kepemimpinannya juga.
Batasan – batasan yang dilakukan dalam penelitian ini ialah dengan
melihat dan menelusuri sejarah era kepemimpinan tiga pemimpin inti ini. Seperti
misal ketika Cina dibawah era Mao Zedong, merupakan revolusi yang membawa
Cina kepada keterbatasan yang diyakini Mao Zedong sebagai sebuah awal
kesuksesan Cina, namun berbeda halnya pada gaya kepemimpinan Deng Xiaoping
yang pragmatis melihat bahwa kepemimpinan yang kolektif (bersama – sama)
merupakan kebijakan revolusi yang baik buat Cina dengan membuka pasar global
Cina. Sedangkan Jiang Zemin pun memiliki sejarah yang berbeda walaupun tidak
terlalu signifikan perbedaannya dengan Deng Xiaoping tapi Jiang Zemin
merupakan pengikut atau penerus dari gaya kepemimpinan Deng Xiaoping yang
berbeda pula dengan gaya kepemimpinan Mao Zedong.
17
Tabel 1. Penelitian Terdahulu.
No. Penelitian Terdahulu Metodologi Penelitian atau
Alat Analisa
Hasil
1. Erlita Tantri, Perkembangan
dan Kekuatan perekonomian
China.
- Deskriptif
- Konsep Ekonomi
Pasar Bebas.
Perubahan kebijakan
ekonomi terbuka
memberikan dampak positif
bagi perkembangan
ekonomi Cina. Didukung
dengan konsistensi Cina
dalam mengembangkan
pasar menjadi pondasi dasar
keberhasilaan perekonomian
Cina, khususnya dalam
keberhasilan industri dan
pertanian, yang juga
dipondasi oleh IPTEK dan
pendidikan.
2. Yongjiu Shu, Qingfei Zhai, &
Rui Wang, The Great Open-
minded Thinking by Deng
Xiaoping and
ItsContemporary Significance
- Marksisme. Tiga pilar pemikiran terbuka
Deng Xiaoping yang terbagi
dalam penelitian ini menjadi
poin – poin penting sebagai
gambaran dari alasan
pemikiran Deng Xiaoping
melakukan reformasi di
Cina.
3. Jungwon Yong, The
Technocratic and Its
Implication in China
- Teori Teknoratik Teknokrat yang diterapkan
pada masa reformasi Deng
Xiaoping memiliki ciri khas
tersendiri, dimana hal itu
berbeda dengan masa
pemerintahan Mao Zedong
sebelumnya. Tekokrasi
konsep yang diterapkan di
Cina memberikan
keuntungan tersendiri bagi
keberlangsungan
perkembangan ekonomi dan
politik Cina pada saat itu.
Namun masih tetap menuai
kontroversi bagi beberapa
kelompok lain yang merasa
teknokrat bukan teknisi
tetapi hanya berasal dari
kaum politisi dengan nama
insinyur.
18
4. David Sambaugh, Deng
Xiaoping: The Politician,
- power base
- paramounts leader
- agenda-setting
Deng Xiaoping masuk
kategori gaya pemimpin
politik yang transformalis
dikarenakan Deng Xiaoping
revolusioner. Deng
merangsang kebangkitan
rakyat sipil untuk sejahtera
melalui reformasi ekonomi,
sehingga dengan adanya
reformasi publik mampu
melakukan pendekatan
untuk mempelajari politik
Cina.
5. Rusdi Amor, Cina dan
Hegemoni Baru Ekonomi
- Saat diresmikannya pintu
terbuka di Cina oleh Deng
Xiaoping membawa
dampak positif bagi
perkembangan ekonomi
Cina. Untuk membantu
perkembangan tersebut Cina
butuh kerjasam yang baik
kepada negara lain atau pun
organisasi. Salah satu
organisasi internasional
yang diikuti oleh Cina
adalah WTO. Cina
bergabung dengan WTO
tahun 1990an. Komitmen
Cina terhadap WTO
membuktikan keseriusan
pemerintahan Cina
mengambil kebijakan pintu
terbuka. Adapun hal lain
seperti bekerja sama dengan
negara asing seperti Hong
Kong, Makau, Jepang, AS,
Taiwan dan Korea Selatan.
Hasilnya peningkatan
ekonomi Cina setiap tahap
mengalami peningkatan.
6. Frederick C. Teiwes, Politics
AttThe „Core‟ the Political
Cirumstances of Mao
Zedong, Deng Xiaoping and
Jiang Zemin.
- Konsep „core‟
(inti)
Adanya perbedaan revolusi
masing – masing inti
pemerintahan antara Mao
Zedong, Deng Xiaoping,
dan Juang Zemin. Mao
Zedong yang membawa
paradigma dasar darmakis
(pembatasan) yang lebih
19
sosialis terhadap segala
aspek negara Cina namun
memberikan dampak kurang
baik bagi kesejahteraan
ekonomi masyarakat Cina.
Kemudian gaya
kepemimpinan Deng
Xiaoping lebih konsisten
dengan visi pragmatisnya.
Namun Deng Xiaoping
tetap menjalankan komunis
sebagai pondasi politik
Cina. Sedangkan Jiang
Zemin mungkin tidak
banyak terliat ke „inti‟-an
kepemimpinannya hal ini
dikarena Jiang Zemin lebih
sebagai penerus dari kreasi
Deng Xiaoping.
Dari keenam penelitian terdahulu diatas, ada yang memiliki perbedaan dan
persamaan yang akan diteliti oleh penulis. Perbedaannya pada penelitian ini
menegaskan bahwa penelitian ini menggunakan teori persepsi untuk membantu
analisis penelitian tentang Pengaruh Deng Xiaoping terhadap Perubahan
Kebijakan Ekonomi “Gaige Kaifang” di Cina, sehingga penelitian ini lebih detail
dalam menganalisis individu sebagai unit utama yang berperan sebagai pengambil
dan faktor perubahan kebijakan suatu negara. Adapun persamaan yang ada juga
bukan menjadi suatu kendala bagi penelitian ini, melainkan dapat menjadi sumber
– sumber untuk mendukung dan melengkapi penelitian ini.
1.6. Landasan Teoritis.
1.6.1. Teori Persepsi.
Dalam penelitian ini penulis melihat individu sebagai subjek dasar yang
berperan penting dalam segala fenomena – fenomena di seluruh dunia tanpa
20
terkecuali, karena manusia memiliki nilai, perasaan, pikiran, dan akal yang
menjadikan individu – individu ini mampu memandang, menilai sesuatu yang
berada disekitar lingkungan kehidupannya. Hal ini juga termasuk kedalam ilmu
politik yang menjadi aktifitas sehari – hari para individu, misalkan bagaimana
individu itu memilih dan memutuskan pengambilan kebijakan dalam suatu negara
yang dipimpin dan ditentukan oleh satu individu atau sekelompok sebagai
pemerintah, beserta unit – unit individu lainnya dalam struktur pemerintahan yang
membantu proses kebijakan serta memiliki peranannya masing – masing.
Individu masuk kedalam kategori unit analisa mikro dan unit analisa
empirik yang paling dasar, karena tingkat analisa dalam ilmu hubungan
internasional menekankan pentingnya peranan individu sebagai variabel yang
menjelaskan fenomena internasional. Dalam pendekatan mikro berasumsi bahwa
pengetahuan politik merupakan pengetahuan tentang manusia, yaitu pengetahuan
tentang bagaimana manusia berpikir tentang dirinya sendiri, bagaimana mereka
memandang dunia dan tempat hidup mereka di dalamnya, dan apa yang menurut
mereka penting dalam hidup ini. Jadi, bahan studi politik adalah kebutuhan,
kehendak, citra, nilai dan kepercayaan (akidah) manusia18
, yang berfungsi untuk
memahami bagaimana dunia politik tersebut, serta mengetahui mengapa manusia
melakukan tindakan politik dan apa hubungan tindakan politik itu terhadap bahan
studi politik.
Dalam proses pengambilan kebijakan suatu negara tiap – tiap negara
memiliki keriterianya masing – masing hal ini ditopang oleh karakteristik pribadi
masing – masing pemerintahnya yang berbeda – beda. Menurut Kenneth Boulding
18
Mohtar Mas‟oed, 1989, Studi Hubungan Internasional (Tingkat analisis dan
Teorisasi),Yogyakarta, PAU – Studi Sosial UGM, hal. 1-2.
21
bahwa ketika manusia bereaksi akan lingkungan disekitar manusia itu hidup atau
dunia, sesungguhnya mereka itu bereaksi terhadap citra atau persepsi mereka
tentang dunia. Sedangkan, nilai – nilai yang terdapat dalam dunia nyata dengan
persepsi manusia tentang dunia nyata itu memiliki kemungkinan yang berbeda19
.
Dalam penelitiannya Ole R. Holsti menyatakan bahwa persepsi individu sangat
berpengaruh terhadap citra dan keyakinannya. Sistem keyakinan atau akidah
adalah ”suatu yang lebih atau kurang menggabungkan sekumpulan citra yang
mana menyusun keseluruhan yang relevan bagi individu. Hal tersebut
menyangkut dahulu, sedang terjadi (sekarang), ekspektasi (perkiraan) kenyataan
masa depan dan pilihan nilai dari apa yang seharusnya terjadi.”20
Karena dalam
menerima nilai – nilai atau rangsangan (stimulus) dari luar, individu memerlukan
adanya keyakinan dan citra untuk menafsirkan ataupun menyeleksi, melihat,
menilai dan sebagainya, hal ini yang merupakan proses dari persepsi, keyakinan
pun membantu individu untuk bertindak sebagai penyaring untuk memilih
informasi yang relevan dalam situasi apapun yang terjadi21
. Sehingga persepsi
tersebut lebih bersifat dinamis.
19
Ibid., hal. 19. 20
Ole R.Holsti,“The belief System and National Image: A Case Study,“ Journal of Conflict
Resolution 6 (September 1962), hal. 244-252, dalam, Bruce Russett dan Harvey Starr, 2006,
World Politics The Menu for Choise (eight edition), New York, Thomson Higher Education, hal.
186,dalam
http://books.google.co.id/books?id=vap7_CSJBKEC&pg=PA182&lpg=PA182&dq=Bruce+Russet
t+-
+image+perceptions&source=bl&ots=MqvOZwCRNA&sig=4QUB6L0ngQdVH_160wDl0OWV5
KU&hl=id&sa=X&ei=QLF9UrCzOIT3rQeShYHQBA&ved=0CFwQ6AEwCA#v=onepage&q=B
ruce%20Russett%20-%20image%20perceptions&f=false diakses pada tanggal 21 Desember 2013,
pukul. 03. 04 WIB.
21 Bruce. Russet, Harvey Starr, David Kinsella, 2006,World Politics The Menu for Choise (eight
edition), New York, Thomson Higher Education, hal. 186. Juga dalam, Ole R.Holsti, 1962,“The
Belief System and National Images: A Case Study,”on Journal of Conflict Resolution 6 Volume
3,Departement of Political Science, Stanford University, hal. 245, dalam
22
Setelah sebelumnya disinggung bahwa tanggapan seseorang terhadap
suatu situasi atau stimulus ataupun nilai yang ada disekitar mereka berdasarkan
persepsi mereka masing – masing tentang situasi itu. Berarti sama halnya dengan
para pembuat keputusan yang memiliki persepsi seperti manusia lainnya, yang
mana memang dipengaruhi oleh berbagai proses psikologik sehingga timbul
keyakinan (belief system) dalam diri individu itu yang mempengaruhi persepsi.
Untuk menjelaskannya Ole R. Holsti membuat diagram yang menggambarkan
persepsi dan hubungannya dengan citra dan keyakinan, sebagai berikut:
Gambar 1.1
Sumber : Ole R. Holsti, “The Belief System and National Images: A Case Study,”
hal. 24522
Sesuai gambar di atas, bermula dari nilai dan keyakinan seseorang
membantunya menetapkan arah perhatiannya, yakni menentukan apa stimulusnya
yang berasal dari input - informasi, apa yang dilihat dan apa yang diperhatikan
http://www.acsu.buffalo.edu/~fczagare/PSC%20346/Holsti.pdf, di akses pada tanggal 21
Desember 2013, pukul. 02.48 WIB.
22
Ole R. Holsti, Ibid., dan, Mohtar Mas‟oed, Op. Cit.,, hal. 21.
23
dari suatu individu tersebut. Lalu, berdasarkan sikap dan citra yang telah
dipegangnya selama ini, stimulus itu diinterpretasikan atau diperkirakan. Adapun
jenis citra yang terdapat dalam individu, yaitu terbuka dan tertutup. Citra yang
terbuka menerima semua informasi yang baru, walaupun mungkin bertentangan
dengan citra yang dipegang selama ini, mengelola dan menggabungkannya
dengan citra yang telah dipegang itu, bahkan kalau perlu merubah citra tersebut
yang sudah dianut agar cocok dengan kenyataan. Sedangkan citra yang tertutup,
adalah yang tidak mau menganut informasi baru, karena alasan – alasan
psikologik, menolak perubahan dan karenanya mengabaikan saja informasi yang
bertentangan dengannya dan memilih bagian – bagian tertentu dari informasi yang
masuk yang bisa dipakai untuk mendukung citra yang telah ada.
Setiap individu memiliki persepsi masing – masing tergantung citra yang
dipegangnya tersebut. Tergantung kepada pengalaman masa lalu, keperibadiannya
yang ditanamkan awal, dan sebagainya. Selain menjadi bagian penting dalam
menjalankan peran seseorang, sistem keyakinan atau akidah juga membantu
mengorientasikan individu kepada lingkungan, serta mengatur atau
mengorganisasikan persepsi sebagai penuntun tindakan, menetukan tujuan, dan
bertindak sebagai penyaring informasi yang relevan dalm situasi apapun.
Adapun pernyataan yang mendukung adanya perbedaan citra yang dimiliki
oleh setiap individu. berikut penjelasan Rokeach yang menyatakan bahwa:
“sikap ekstrim tertutup, bahwa informasi baru adalah
hanya bersifat merusak – dengan membatasinya keluar,
mengubahnya, atau mendesaknya dengan mengisolasi batasan.
Dengan jalan ini, sistem percaya – ketidak percaya adalah tidak
lengkap. Pada ekstrim terbuka, ini memiliki jalan yang berbeda:
Informasi baru diterima sebagai . . . dimana yang menghasilkan
24
“keaslian” (sebagai perbandingan dengan macam-bagian atau
kepercayaan yang sebelumnya)perubahan dalam keseluruhan
kepercayaan – ketidak percayaan”23
.
Bahwa menurut Rokeach tersebut sama halnya dengan penjelasan diatas, sikap
ekstri tertutup adalah sikap menentang terhadap informasi baru yang menganggap
hal tersebut sebagai suatu nilai yang akan bertentangang dengan citra individu
sebelumnya. Sedangkan sikap ekstrim terbuka adalah kebalikan dari pada sikap
ekstrim tertutup, yakni menerima informasi baru, tentu saja dengan mengolahnya
menggunakan sistem kepercayaan yang telah dimilikinya, dan mungkin akan
menghasilkan sistem kepercayaan kombinasi dengan informasi baru.
Dalam penelitian ini teori persepsi digunakan sebagai alat untuk
menjelaskan perilaku dari Deng Xiaoping sebagai seorang individu yang
revolusioner dan juga sebagai kepala pemimpin negara komunis Cina, yang mana
dalam masa pemerintahannya Deng Xiaoping mengambil keputusan untuk
mengubah kebijakan ekonomi dalam negeri yang komando menjadi ekonomi
pasar yang bersifat terbuka terhadap dunia global. Dalam hal ini, persepsi yang
tertanam dalam benak Deng Xiaoping diharapkan mampu menjawab dan
menjelaskan alasan dari rumusan masalah penelitian ini. Didukung dengan latar
belakang Deng Xiaoping yang menjadi faktor pengaruh citra dan keyakinannya
untuk mempersepsikan sesuatu. Sehingga munculnya Gaige Kaifang itu.
1.7. Metode Penelitian.
1.7.1. Batasan Ruang Lingkup Penelitian
23
Rokeach, M., 1960, The Open and Closed Mind, Basic Books, New York, hal. 50, dalam Ole
R. Holsti, “The Belief System and National Images: A Case Study”, Ibid., hal. 246.
25
Dalam penelitian ini harus dapat ditentukan ruang lingkup panelitian,
tujuannya ialah agar pembahasan masalah berkembang kearah sasaran yang tepat.
Dengan maksud membatasi masalah agar dalam pembahasan tidak keluar dari
jalur, seperti apa yang ingin di analisis dalam rumusan masalahnya. Adapun dua
kategori yang menjadi batasan dalam suatu ruang lingkup penelitian, sebagai
berikut:
A. Batasan materi
Batasan materi ini menunjukkan adanya ruang sebuah peristiwa yaitu
cakupan kawasan dan gejala serta daerah studi. Pada penelitian ini penulis ingin
membahas tentang pengaruh Deng Xiaoping terhadap perubahan kebijakan
ekonomi di Cina (Gaige Kaifang). Pembatasan dalam penelitian ini ialah dengan
mengulas tentang kebijakan Deng Xiaoping di Cina, aspek – aspek Gaige
Kaifang, latar belakang dan pengalaman Deng Xiaoping sebagai individu sebagai
pendukung penelitian.
B. Batasan Waktu
Pada batasan berikut ini memudahkan penulis dalam penelitian, guna
penelitian tetap terfokus tanpa keluar dari durasi atau batasan waktu penelitian.
Sifat dari penelitian ini ialah histori maka batasan durasinya peneliti membatasi
waktu terjadinya fenomena yang diteliti atau obyek yang akan dianalisa sebelum
terbentuknya keputusan Deng Xiaoping, yakni dari sejarah latar belakang
kehidupan Deng Xiaoping sampai pada putusan kebijakan Gaige Kaifang di Cina.
Karena melalui tinjauan histori penulis dapat mengetahui latar belakang
kehidupan dari Deng Xiaoping dan juga dapat pula diketahui sebab diambilnya
keputusan Gaige Kaifang.
26
1.7.2. Jenis Penelitian.
Penelitian ini bersifat eksplanatif, seperti yang kita ketahui bahwa
penelitian eksplanatif merupakan penelitian yang meneliti suatu fenomena dengan
tidak hanya mendeskripsikan saja namun mampu menjelaskan mengapa orang
(individu), sekelompok orang, negara, kelompok negara dalam suatu wilayah dan
sistem internasional berada dalam keadaan atau bertingkah laku seperti itu24
.
Penelitian eksplanatif juga dapat digunakan untuk menjelaskan penyebab
terjadinya suatu fenomena. Jadi dalam penelitian ini untuk menjelaskan mengapa
Deng Xiaoping berpengaruh terhadap perubahan kebijakan ekonomi di Cina
(Gaige Kaifang).
1.7.3. Tingkat Analisa.
Dalam tingkat analisa peneliti harus bisa menetapkan unit analisa dan unit
eksplanasinya. Unit analisa adalah yang perilakunya hendak dideskripsikan atau
dijelaskan (variabel dependen), sedangkan unit eksplanasi adalah dampaknya
terhadap unit analisa yang hendak diamati (variabel independen)25
.
Dalam penelitian ini teridentifikasi sebagai tingkat analisa induksionis.
Dimana unit analisa atau variabel dependen ialah Deng Xiaoping sebagai pembuat
keputusan (individu) lebih tinggi tingkatannya dari pada unit eksplanasi atau
variabel independennya ialah pengambilan kebijakan ekonomi Gaige Kaifang di
Cina (negara – bangsa) yang tingkatannya lebih rendah.
1.7.4. Teknik Pengumpulan Data.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang diperoleh penulis
melalui studi pustaka yang bersifat sekunder (data pendukung) yakni melalui
24
Mohtar Mas‟oed, 1990, Ilmu Hubungan Internasional (Disiplin dan Metodologi), Jakarta,
LP3ES, hal. 261. 25
Mohtar Mas‟oed, Ibid., hal. 35.
27
sumber buku, internet, serta data – data lain yang berkaitan dengan permasalahan
dalam penelitian ini, seperti skripsi, artikel, jurnal, dan sumber berita. Data
sumber yang diperoleh, dibaca dan ditelaah serta diambil point – point penting
yang berkaitan dengan penelitian ini dengan tujuan untuk memperkuat isi dari
penelitian ini.
1.7.5. Teknik Analisa Data.
Penelitian ini menggunakan teknik analisa data kualitatif. Teknik analisa
yang dilakukan tidak menggunakan data statistik. Kalau pun ada data angka atau
tabel digunakan hanya sebagai pendorong dari penelitian atau memperjelas
kualitas penelitian26
.
1.8. Hipotesa
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan diatas penulis menarik hipotesa
bahwa keputusan yang diambil Deng Xiaoping dalam perubahan kebijakan Cina
“Gaige Kaifang”dipengaruhi oleh persepsi Deng Xiaoping berdasarkan
kepercayaan yang diperoleh melalui latar belakang kehidupan, pengaruh keluarga
yang membentuk akar sistem kepercayaannnya, pendidikan dan pengalaman dunia
politiknya Deng Xiaoping. Begitu pula aktor – aktor yang juga berperan penting
dalam kehidupannya, serta memberi pengaruh kuat terhadap persepsinya. Seperti
pengalaman Deng Xiaoping yang pernah mengecap pendidikan di Paris, serta
keikutsertaannya dalam kegiatan perpolitikan di era Mao Mao Zedong menjadi
faktor yang mendukung alasan dari Deng Xiaoping mengambil keputusan Gaige
Kaifang dimana hal itu bertentangan dengan sistem pemerintahan Cina yang
komunis. Namun hal itu dilakukan Deng Xiaoping bukan semata – mata karena
26
Mohtar Mas‟oed, Ibid., hal. 73.
28
dirinya sudah bukan seorang komunis melainkan untuk kesejahteraan masyarakat
Cina. Karena menurut Deng Xiaoping sendiri bahwa Cina atas nama komunis
juga berhak menjadi kaya dan sejahtera.
1.9. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan.
1.1. Latar Belakang.
1.2. Rumusan Masalah.
1.3. Tujuan Penelitian.
1.4. Manfaat Penelitian.
1.4.1. Manfaat Akademis.
1.4.2. Manfaat Praktis.
1.5. Penelitian Terdahulu.
1.6. Landasan Teori
1.6.1. Teori Persepsi.
1.7. Metode Penelitian
1.7.1. Batasan Ruang Lingkup Penelitian.
A. Batasan Materi.
B. Batasan Waktu.
1.7.2. Jenis Penelitian.
1.7.3. Tingkat Analisa.
1.7.4. Teknik Pengumpulan Data.
1.7.5. Teknik Analisa Data.
1.8. Hipotesa.
1.9. Sistematika Penulisan.
Bab II. Deng Xiaoping dan Gaige Kaifang.
2.1. Latar Belakang Kehidupan dan Pendidikan Deng Xiaoping.
2.1.1. Latar Belakang Keluarga.
2.1.2. Latar Belakang dan Karir Pendidikan Deng Xiaoping.
2.2. Latar Belakang dan Karir Politik Deng Xiaoping.
2.2.1. Karir Politik Deng Xiaoping Bersama Perjuangan PKC.
2.2.2. Karir Politik Deng Xiaoping bersama Mao Zedong dan RRC.
29
a. Rekosntruksi dan Konsolidasi.
b. Pelita I.
c. Lompatan Jauh ke Depan.
d. Revolusi Kebudayaan.
2.3. Gaige Kaifang.
2.3.1. Proses Menuju Gaige Kaifang.
2.3.2. Reformasi Kebijakan Ekonomi RRC pada 1978.
A. Empat Modernisasi.
1. Pertanian.
2. Industri.
3. Pertahanan.
4. IPTEK atau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
B. Bantuan dan Modal Asing.
Bab III. Analisis Kebijakan Gaige Kaifang Dalam Sudut Pandang Individu
Deng Xiaoping.
3.1. Dasar Pemikiran Deng Xiaoping tentang Gaige Kaifang.
3.1.1. Pengaruh Komunis.
A. Karl Marx dan Pandangan Deng Xiaoping terhadap Marxisme.
B. Komunis Uni Soviet dan Pandangan Deng Xiaoping terhadap Komunis
Uni Soviet.
C. Mao Zedong dan Pandangan Deng Xiaoping terhadap Kebijakan Mao
Zedong (Local Content).
3.2. Sistem Keyakinan Deng Xiaoping.
3.2.1. Persepsi Deng Xiaoping
A. Kondisi Ekonomi Cina
B. Pengalaman Di Perancis.
Bab IV. Penutup.
4.1 Kesimpulan.
4.2. Saran.