Download - BAB I Post Sc Buat Dibagiin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomia untuk
janin dari dalam rahim yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan baik pada ibu
maupun pada bayi (Mochtar R 1998). Ditemukannya bedah sesar memang dapat
mempermudah proses persalinan sehingga banyak ibu hamil yang lebih senang memilih
jalan ini walaupun sebenarnya mereka bisa melahirkan secara normal.namun faktanya
menurut Bensons dan Pernolls, angka kematian pada operasi sesar adalah 40-80 tiap
100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukan resiko 25x lebih besar dibangdingkan
dengan persalinan melalui pervaginaan. Bahkan untuk satu kasus karena infeksi
mempunyai angka 80x lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervagina.
Seksio sesaria menempati urutan kedua setelah ekstraksi vakum dengan frekuensi
yang dilaporkan 6% sampai 15% (Gerhard Martius 1997). Sedangkan menurut statistic
tentang 3.509 kasus seksio sesaria yang disusun oleh pell dan chamberlain, indikasi untuk
resiko sesaria adalah diproporsi janin panggul 21%,gawat janin 14%,plasenta previa 11%
pernah seksio sesaria 11%, kelainan letak janin 10%,pre-eklamasi dan hipertensi 7%
dengan angka kematian pada ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5%
sedangkan kematian janin 14,5% (Winkjosastro,2005).
1.2 Tujuan
I. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami lebih dalam lagi yang dimaksud
dengan asuhan keperawatan dengan post seksio sesaria.
II. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi,
Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan, Asuhan Keperawatan Post
Seksio Sesaria.
b. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan asuhan keperawatan.
1
1.3 Ruang lingkup
Makalah ini hanya membahas mengenai pengertian dari seksio sesaria itu sendiri, beserta
patofisiologi yang diantaranya menjelaskan mengenai etiologi, manifestasi klinik,
komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, dan asuhan keperawatan
dengan post seksio sesaria tersebut.
1.4 Metode penulisan.
Makalah yang kami buat menggunakan metode penulisan deskriptif ,yang
menggambarkan asuhan keperwatan dengan post seksio sesaria.
1.5 Sistematika penulisan.
Pada BAB I Pendahuluan berisikan Latar belakang ,Tujuan yang terdiri dari tujuan
khusus dan tujuan umum, Ruang lingkup, Metode penulisan, dan Sistematika penulisan.
Pada BAB II Tinjauan Teoritis yang berisikan Pengertian dan Patofisiologi yang
menjeleskan mengenai Etiologi, Manifestasi Klinik, Komplikasi, Pemeriksaan
Penunjang, Pencegahan, Penatalaksanaan Medis, dan Asuhan Keperawatannya itu
sendiri. Dan pada BAB III Penutup berisikan Kesimpulan dan Saran dan yang berada
pada BAB IV adalah Daftar pustaka.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
II.1 Pengertian
Operasi Caesar atau sering disebut dengan seksio sesarea adalah melahirkan janin melalui
sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus). Seksio sesaria adalah suatu
persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
( Wiknjosastro, 2005).
Jenis–jenis seksio sesarea :
1. Seksio sesarea klasik (korporal) Cari gambarnya !
Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira – kira sepanjang 10 cm.
2. Seksio sesarea ismika (profunda) Cari gambarnya !
Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10 cm.
II.2 Etiologi
1. Indikasi Yang Berasal Dari Ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai kelainan letak
ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul), sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada
primigravida, solutio plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-
eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit (Jantung, DM),
gangguan perjalanan persalinan ( kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya ).
2. Indikasi Yang Berasal Dari Janin.
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus
tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi.
Anjuran Operasi
Dianjurkan jangan hamil kurang dari satu tahun dengan menggunakan alat
kontrasepsi.
Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengam antenatal yang baik.
Yang dianut adalah “Once a cesarean not always a cesarean” kecuali pada
panggul sempit atau disporposi segala pelvik.
3
2.3 Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan normal tidak
memungkinkan akhirnya harus dilakukan SEKSIO SESARIA.
2.4 Manifestasi Klinis
a. Preeklamsia ringan
Preeklamsia ringan diikuti oleh beberapa gejala klinis antara lain: Hipertensi antara
140/90 mmHg atau kenaikan systole dan diastole 30 mmHg/15 mmHg, Oedema kaki
tangan atau muka atau kenaikan berat badan I kg/mgg, Proteinuria 0.3 gr/24 jam atau
plus 1-0.
b. Preeklamsia berat
Preeklamsia berat ditandai dengan gejala klinis; Hipertensi 160/110 mmHg,
proteinuria 5gr/24 jam atau plus 4-5 oliguria 400cc/24 jam, Oedema paru dapat
disertai sianosis serta disertai keluhan subjektif seperti nyeri kepala frontal, gangguan
penglihatan, nyeri epigastrium.
c. Eklampsia
Eklampsia ditandai dengan gejala-gejala preeklampsia yang disertai koma ataupun
konvulsi.
2.5 Komplikasi
a. Infeksipuerperal
Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri ikut
terbuka, atau karena atonia uteri.
c. Luka Kandung Kemih
d. Embolisme paru
e. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah seksio sesarea klasik.
4
2.6 Pemeriksaan penunjang
a. USG, untuk menetukan letak impiantasi plasenta.
b. Pemeriksaan Hemoglobin Cari tau kenapa ?
c. Pemeriksaan Hematokrit Cari tau kenapa ?
2.7 Penatalaksanaan
a. Perawatan Pre Operasi Seksio Sesarea dibuat bagan dibagi jadi 2 ada poin 1 dan
poin 2
1. Persiapan Kamar Operasi
- Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai
- Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi
2. Persiapan Pasien
- Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi.
- Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien
- Perawat member support kepada pasien.
- Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di cukur dan sekitar
abdomen telah dibersihkan dengan antiseptik).
- Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui penyakit yang
pernah di derita oleh pasien.
- Pemeriksaan laboratorium (darah, urine).
- Pemeriksaan USG.
- Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi. kenapa harus puasa ?
b. Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.
1. Analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata (ideal) dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra
muskuler) setiap 3 jam sekali, fungsi nya apa, kenapa harus diberikan dan di area
mana ? bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan
cara serupa 10 mg morfin. Selain morfin apalagi yang biasa diberikan untuk
mengurangi nyeri ?
2. Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah 50 mg.
Cari table meperidin untuk SC pada bumil.
3. Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg Meperidin.
4. Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama
dengan pemberian preparat narkotik.
5
c. Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi jumlah
urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.
d. Terapi cairan dan Diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama
pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output
urine jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat
pada hari kedua.
e. Vesika Urinarius dan Usus
Di ppt jadi Pemasangan Kateter dan pengecekan bising usus. Kateter dapat dilepaskan
setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya setelah operasi. Biasanya
bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua
bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga.
f. Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat
bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien
dapat berjalan dengan pertolongan.
g. Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan tanpa
banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat
setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum,
pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
h. Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi, hematokrit tersebut harus
segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan
lain yang menunjukkan hipovolemia.
i. Perawatan Payudara.
Pemberian ASI dapat dimulai pada satu hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa
banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
j. Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit.
Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang
dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post operasi, aktivitas ibu
seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang
lain.
6
2.8 Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Sirkulasi : Hipertensi, pendarahan per vagina
Makanan : nyeri epigastrium,
Nyeri : distocia, nyeri tekan uterus, persalinan lama
Seksualitas : Tumor / neoplasma yang dihambat jalan lahir kehamilan multiple
atau gestasi, disproposi sepalo pelvis, riwayat seksio sesaria
sebelumnya
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim,
cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Data Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta
previa).
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga
mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
c. Data Sosial Ekonomi
Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi kemungkinan dapat lebih
sering terjadi pada penderita malnutrisi dengan sosial ekonomi rendah.
d. Data Psikologis
- Pasien biasanya dalam keadaan labil.
- Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya.
- Harga diri pasien terganggu
7
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan (Doengoes,2001).
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak
(Doengoes,2001).
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi /
kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi (Doengoes,2001).
3. INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam gangguan rasa
nyaman nyeri tersebut dapat berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan kekurangan rasa nyeri.
b. Tampak rileks dan mampu tidur.
Intervensi :
1) Tentukan lokasi dan karakteristik nyeri perhatikan isyarat verbal dan non
verbal seperti meringis.
Rasional : pasien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan
ketidaknyamanan secara langsung. Membedakan karakteristik khusus dari
nyeri membantu membedakan nyeri paska operasi dari terjadinya
komplikasi.
2) Beri informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab nyeri dan
intervensi yang tepat.
Rasional : meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi
kemungkinan nyeri memicu ansietas.
3) Evaluasi tekanan darah dan nadi ; perhatikan perubahan perilaku.
Rasional : pada banyak pasien, nyeri dapat menyebabkan gelisah, serta
tekanan darah dan nadi meningkat. Analgesia dapat menurunkan tekanan
darah.
4) Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya atau karakteristik nyeri.
Rasional : selama 12 jam pertama post partum, kontraksi uterus kuat dan
teratur dan ini berlanjut 2 – 3 hari berikutnya, meskipun frekuensi dan
intensitasnya dikurangi faktor-faktor yang memperberat nyeri penyerta
meliputi multipara, overdistersi uterus.
8
5) Ubah posisi pasien, kurangi rangsangan berbahaya dan berikan gosokan
punggung dan gunakan teknik pernafasan dan relaksasi dan distraksi.
Rasional : merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri.
Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan distraksi tidak
menyenangkan, meningkatkan nyaman.
6) Lakukan nafas dalam dengan menggunakan prosedur - prosedur
pembebasan dengan tepat 30 menit setelah pemberian analgesik.
Rasional : nafas dalam meningkatkan upaya pernapasan. Pembebasan
menurunkan regangan dan tegangan area insisi dan mengurangi nyeri dan
ketidaknyamanan berkenaan dengan gerakan otot abdomen.
7) Anjurkan ambulasi dini. Anjurkan menghindari makanan atau cairan
berbentuk gas; misal : kacang-kacangan, kol, minuman karbonat.
Rasional : menurunkan pembentukan gas dan meningkatkan peristaltik
untuk menghilangkan ketidaknyamanan karena akumulasi gas.
8) Anjurkan penggunaan posisi rekumben lateral kiri gambarnya yaaa
Rasional : memungkinkan gas meningkatkan dari kolon desenden ke
sigmoid, memudahkan pengeluaran.
9) Cegah Infeksi hemoroid pada perineum. Anjurkan penggunaan es secara 20
menit setiap 24 jam, penggunaan bantal untuk peninggian pelvis sesuai
kebutuhan.
Rasional : membantu regresi hemoroid dan varises vulva dengan
meningkatkan vasokontriksi, menurunkan ketidak nyamanan dan gatal, dan
meningkatkan fungsi usus normal.
10) Palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa penuh. Memudahkan
berkemih periodik setelah pengangkatan kateter.
Rasional : kembali fungsi kandung kemih normal memerlukan 4-7 hari
dan overdistensi kandung kemih menciptakan perasaan dan
ketidaknyamanan.
9
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit
rusak
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam infeksi pada kulit
tidak terjadi.
Kriteria hasil :
a) Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan.
b) Bebas dari infeksi, tidak demam, urin jernih kuning pucat.
Intervensi :
1) Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan
pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal dan linen terkontaminasi
dengan tepat.
Rasional : membantu mencegah atau membatasi penyebaran infeksi.
2) Tinjau ulang hemogolobin / hematokrit pranantal ; perhatikan adanya
kondisi yang mempredisposisikan pasien pada infeksi paska seksio sesaria.
Rasional : anemia, diabetes dan persalinan yang lama sebelum kelahiran
sesarea meningkatkan resiko infeksi dan memperlambat penyembahan.
3) Kaji status nutrisi pasien. Perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit
dan sebagainya Perhatikan berat badan sebelum hamil dan penambahan
berat badan prenatal.
Rasional : pasien yang berat badan 20% dibawah berat badan normal atau
yang anemia atau yang malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi paska
seksio sesaria dan dapat memerlukan diet khusus.
4) Dorong masukkan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin C dan besi.
Rasional : mencegah dehidrasi ; memaksimalkan volume, sirkulasi dan
aliran urin, protein dan vitamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen,
besi diperlukan untuk sintesi hemoglobin.
5) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan. Lepas balutan
sesuai indikasi.
Rasional : balutan steril menutupi luka pada 24 jam pertama kelahiran
sesarea membantu melindungi luka dari cedera atau kontaminasi.
Rembesan dapat menandakan hematoma.
6) Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan, perhatikan kemerahan
oedema, nyeri, eksudat atau gangguan penyatuan.
Rasional : tanda-tanda ini menandakan infeksi luka biasanya disebabkan
oleh kuman / bakteri steptococus.
10
7) Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan jahitan kulit, atau klips.
Rasional : insisi biasanya sudah cukup membaik untuk dilakukan
pengangkatan jahitan pada hari ke 4 / 5.
8) Dorong pasien untuk mandi shower dengan menggunakan air hangat setiap
hari.
Rasional :Mandi shower biasanya diizinkan setelah hari kedua setelah
kelahiran sesarea, dapat merangsang sirkulasi darah dan penyembuhan
luka.
9) Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih.
Rasional : Demam paska operasi hari ketiga, leucositosis dan tachicardia
menunjukkan infeksi. Peningkatan suhu sampai 38,3o C dalam 24 jam
pertama sangat mengindentifikasikan infeksi.
10) Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan involusi atau
adanya nyeri tekan uterus yang ekstrem.
Rasional : Setelah kelahiran seksio sesarea, fundus tetap pada ketinggian
umbilikus selama sampai 5 hari, bila involusi mulai disertai dengan
peningkatan aliran lokhea, perlambatan involusi meningkatkan resiko
endometritis. Perkembangan nyeri tekan ekstrem menandakan
kemungkinan jaringan plasenta tertahan atau infeksi.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri,
transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam ansietas atau
kecemasan dapat hilang.
Kriteria hasil :
a) Mengungkapkan perasaan ansietas
b) Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun
c) Pasien tampak rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar.
Intervensi :
1) Dorong keberadaan atau partisipasi pasangan
Rasional : memberikan dukungan emosional; dapat mendorong
mengungkapkan masalah.
11
2) Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah.
Rasional : Mendorong pasien atau pasangan untuk mengungkapkan
keluhan atau harapan yang tidak terpenuhi dalam proses ikatan/menjadi
orangtua.
3) Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping
baru yang lazim dan perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan.
Rasional : membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran
baru, mengurangi perasaan ansietas.
4) Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi.
Rasional : informasi yang tidak akurat atau kesalahpahaman dapat
meningkatkan tingkat ansietas.
5) Mulai kontak antara pasien / pasangan dengan baik sesegera mungkin.
Rasional : mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan
penanganan bayi, takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui, atau
menganggap hal yang buruk berkenaan dengan keadaan bayi.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Operasi Caesar atau sering disebut dengan seksio sesarea adalah melahirkan janin melalui
sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus) yang bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan baik pada ibu maupun pada bayi.. Seksio sesaria adalah suatu
persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
( Wiknjosastro, 2005).
Jenis–jenis seksio sesarea :
1. Seksio sesarea klasik (korporal) Cari gambarnya !
Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira – kira sepanjang 10 cm.
2. Seksio sesarea ismika (profunda) Cari gambarnya !
Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10 cm.
Penyebab :
1. Indikasi Yang Berasal Dari Ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai kelainan letak
ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul), sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada
primigravida, solutio plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-
eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit (Jantung, DM),
gangguan perjalanan persalinan ( kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya ).
2. Indikasi Yang Berasal Dari Janin.
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus
tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi.
3.2 Saran.
Dalam menangani kasus seperti ini diharapkan mahasiswa/i dapat mengetahui Asuhan
Keperawatan dari penyakit tersebut.
13
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Doengoes, M. 2001. Rencana Perawatan Maternitas /Bayi, Jakarta: EGC
2. Winkjosastro, H.Dkk. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
3. Mochtar,R. 2002. Sinopsis Obsterti: Obsterti operatif, Obsterti social Jilid 2. Jakarta:
EGC
14