Download - Bab i Skripsi Elis
A. JUDUL SKRIPSI
1. HUBUNGAN MANAJEMEN LAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA DI SMAN 1
MAJALAYA (Penelitian pada Kelas XI SMAN 1 Majalaya )
2. PERSEPSI SISWA TERHADAP KONSELOR DAN
PENGARUHNYA TERHADAP INTENSITAS KUNJUNGAN BK
DI SMAN 1 MAJALAYA
3. PERSEPSI SISWA TERHADAP KONSELOR DAN
PENGARUHNYA TERHADAP DISIPLIN BELAJAR SISWA DI
SMAN 1 MAJALAYA (penelitian SMAN 1 Majalaya)
Maka dari ketiga judul itu penulis lebih merujuk pada judul no.1 yaitu:
HUBUNGAN MANAJEMEN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA DI SMAN 1 MAJALAYA
(Penelitian pada Kelas XI SMAN 1 Majalaya )
B. LATAR BELAKANG
Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris dari kata kerja “to manage”
yang sinonimnya antara lain; “to hand’ berarti mengurus, “to control” berarti
memeriksa, “to guide” berarti memimpin. Dalam kamus istilah populer, kata
manajemen mempunyai arti pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang di inginkan
direksi.1
Bimbingan dan konseling merupakan tejemahan dari “guidance” dan
“counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar
kata “guide” berarti: mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to
manage) dan menyetir (to steer). Secara terminolologis “guidance” biasanya
disama artikan dengan “guiding” , kemudian memiliki konotasi makna “showing
1 Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus ilmiah Populer, (Surabaya;
Arkola,1994), hlm. 434
a way” (menunjukan jalan), “leading” (memimpin), “conducting” (menuntun),
“giving instructions” (memberikan petunjuk), “regulating” (mengatur),
“governing”(mengarahkan) dan “giving advice” (memberikan nasehat).2
Bimbingan dan konseling adalah dua istilah yang penggunaannya hampir
selalu digandengkan. Bimbingan dan konseling adalah layanan ahli dan pengampu
layanan ahli tersebut disebut konselor. Sebutan konselor dalam sistem pendidikan
di Indonesia telah memiliki dasar legal karena sebutan konselor dinyatakaan
secara eksplisit di dalam UU No. 20/2003 pasal 1 (6).
Bimbingan diartikan sebagai proses bantuan kepada indvidu dalam
mencapai tingkat perkembangan diri secara optimum. Ada dua kata kunci yang
perlu dimaknai lebih dalam dari definisi ini. Pertama, bantuan dalam arti
bimbingan yaitu memfasilitasi individu untuk mengembangkan kemampuan
memilih dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat berperan penting
dalam meningkatkan berbagai potensi yang dimiliki individu dengan mendidik
individu untuk menghargai perbedaan dan persamaan antar sesama manusia,
memenuhi kebutuhan sosial, mematuhi aturan yang mengikat, dan menghormati
kehidupan beragama seseorang yang memungkinkannya untuk memenuhi
tuntutan masyarakat tersebut. Pemenuhan terhadap tuntutan perkembangan
masyarakat tentunya memerlukan pengembangan individu warga masyarakat agar
individu tersebut mampu menyesuaikan diri baik itu di lingkungan pendidikan
maupun di lingkungan masyarakat. Pemenuhan terhadap tuntutan di masyarakat
terhadap seorang individu seringkali terjadi ketidaksesuaian dengan apa yang
2 Kamus bahasa inggris
diharapkan dunia pendidikan saat ini. Para siswa dituntut untuk mampu
menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang ada, membuat suatu rancangan di
masa depan agar bisa mencapai kesuksesan dalam keseluruhan proses belajar di
sekolah dan mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan yang mereka miliki
semaksimal mungkin. Akan tetapi fenomena yang terjadi berbeda dengan
kenyataan, banyak di antara para siswa yang tidak dapat menyesuaikan diri dan
memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut. Berbagai fenomena perilaku peserta didik
dewasa ini seperti tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan
psikotropika, perilaku seksual menyimpang, degradasi moral, pencapaian hasil
belajar yang tidak memuaskan, tidak lulus ujian, gagal UAN dan lain sebagainya,
menunjukkan bahwa tujuan pendidikan yang salah satu upaya pencapaiannya
melalui proses pembelajaran, belum sepenuhnya mampu menjawab atau
memecahkan berbagai persoalan tersebut di atas.3
Peran bimbingan dan konseling itu sendiri sangat penting terutama dalam
meningkatkan mutu pendidikan, bagaimana bimbingan dan konseling itu sendiri dapat
membangun manusia seutuhnya dari berbagai aspek potensi yang ada pada dalam diri
peserta didik. Dengan adanya bimbingan dan konseling maka seluruh aspek potensi
yang ada pada dalam diri peserta didik dapat dikembangkan, baik itu aspek akademik,
pribadi, sosial, kematangan intelektual dan sistem nilai. Tenaga pendidik bimbingan
dan konseling sendiri bertugas membimbing, mengajar dan/atau melatih pekerjaan
bimbingan di sekolah yang merupakan salah satu tugas dari tenaga pendidik. Dengan
kata lain, tugas pendidik salah satu di antaranya adalah membimbing agar peserta didik
dapat mengembangkan segala potensinya.
3 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.2
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194) dijelaskan bahwa
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Hal tersebut menyatakan bahwa pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang harus
diemban oleh guru BK sebagai tenaga pendidik di sekolah. Dengan pelayanan
bimbingan dan konseling pula peserta didik dapat dibantu untuk mengembangkan
seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, sehingga ia
dapat mengatasi kesulitannya dalam permasalahan belajar dan senantiasa
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang positif. Hal tersebut dapat
dijadikan acuan dalam meningkatkan kesadaran siswa dalam menerapkan disiplin
belajar agar lebih mudah terwujud.
Dengan demikian disiplin dapat dijadikan tolok ukur untuk meningkatkan
kemampuan siswa dengan penerapan aturan moral dan prinsip dalam mematuhi
segala aturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis dalam tata
kehidupan. Disiplin juga dapat membantu siswa untuk membentuk kemampuan
dan pola pikir dalam hidupnya.
Berkaitan dengan disiplin belajar siswa tersebut, berdasarkan pengamatan
yang penulis sudah lakukan, secara umum disiplin belajar di SMAN 1 Majalaya
sudah cukup baik, hanya saja ada beberapa siswa di sekolah tersebut yang kurang
memiliki kesadaran dalam disiplin belajar seperti, siswa sering ke kantin saat jam
pelajaran berlangsung, keluar sekolah saat ada jam belajar, merokok di area
sekolah, asyik dengan Gadget saat guru sedang mengajar, pakaian tidak rapi,
datang kesekolah terlambat tidak sesuai dengan yang semsetinya.
Untuk antisipasi permasalahan disiplin belajar siswa di SMAN 1 Majalaya,
perlu peningkatan manajemen bimbingan dan konseling dalam pengelolaan mulai
dari tahap Perencanaan, Pengorganisasian, Aktualisasi, Pengawasan dan Evaluasi
agar tujuan pendidikan yang tertuang dalam visi misi sekolah dapat tercapai.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik
untuk meneliti lebih lanjut bimbingan dan konseling sebagai karya ilmiah dengan
judul “HUBUNGAN MANAJEMEN LAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA DI SMAN 1
MAJALAYA” (Penelitian pada Kelas XI SMAN 1 Majalaya )
C. IDENTIFIKASI, RUMUSAN, DAN PEMBATASAN MASALAH
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan hasil studi lapangan yang pernah penulis lakukan maka
identifikasi masalah yang penulis buat adalah sebagai berikut: apakah Manajemen
Layanan Bimbingan dan Konseling dapat meningkatkan disiplin belajar siswa di
SMAN 1 Majalaya ?
2. Rumusan masalah
a. Bagaimana manajemen Layanan BK di SMAN 1 Majalaya ?
b. Bagaimana disiplin belajar siswa kelas XI di SMAN 1 Majalaya ?
c. Bagaimana Pengaruh Manajemen Layanan BK terhadap siswa kelas
XI di SMAN 1 Majalaya ?
3. Pembatasan masalah
Dalam melakukan penelitian ini, penulis memfokuskan titik tekan pada
permasalahan yang telah direncanakan, agar tidak keluar dari rencana maka
peneliti perlu melakukan pembatasan masalah, pembatasan masalah ini diambil
berdasarkan rumusan dan identifikasi masalah yang telah dibuat.
Pembatasan masalah yang telah dibuat menitikberatkan pada:
a. Implementasi Manajemen Layanan BK.
b. Disiplin belajar siswa kelas XI di SMAN 1 Majalaya.
c. Pengaruh Manajemen Layanan BK terhadap siswa kelas XI di
SMAN 1 Majalaya.
D. TUJUAN PENELITIAN
a. Untuk Mengetahui manajemen Layanan BK di SMAN 1 Majalaya ?
b. Untuk Mengetahui disiplin belajar siswa kelas XI di SMAN 1
Majalaya ?
c. Untuk Mengetahui Manajemen Layanan BK terhadap siswa kelas XI
di SMAN 1 Majalaya ?
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Disiplin
Istilah disiplin berasal dari bahasa Latin “Disciplina” yang menunjuk
kepada kegiatan belajar dan mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan
istilah dalam bahasa Inggris “Disciple” yang berarti mengikuti orang untuk
belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Dalam kegiatan belajar
tersebut, bawahan dilatih untuk patuh dan taat pada peraturan-peraturan,
yang dibuat oleh pemimpin.1 Menurut H.M. Alisuf Sabri, disiplin yaitu
adanya kesediaan untuk mematuhi ketentuan atau peraturan-peraturan yang
berlaku. Kepatuhan disini bukanlah karena paksaan, tetapi kepatuhan atas
kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-peraturan itu.2
Menurut Chester Harris disiplin didefinisikan sebagai berikut : “Dicipline
refers fundamentally to the principle that each organism learns in some
degree to control it self so as to conform to the forces around it with which
it has experiences”. Definisi tersebut mengandung makna tertentu yang
berisi ide. Ada beberapa unsur pengertian di dalam definisi di atas :
a. Berisi moral yang mengatur tata kehidupan.
b. Pengembangan ego dengan segala masalah intrinsik yang
mengharuskan orang untuk menentukan pilihan.
c. Pertumbuhan kekuatan untuk memberi jawaban terhadap setiap
aturan yang disampaikan
d. Penerimaan autoritas eksternal yang membantu seseorang untuk
membentuk kemampuan dan keterbatasan hidup.3
Dari keseluruhan pemaparan mengenai disiplin dapat disimpulkan bahwa
disiplin yaitu berupa aturan moral dan prinsip untuk mematuhi segala aturan
yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis dalam tata kehidupan demi
menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.
2. Macam-Macam Disiplin
Menurut Conny R. Semiawan, disiplin dapat terbagi dalam tiga
macam, diantaranya, meliputi disiplin dalam waktu, belajar, dan bertata
krama.4
a. Disiplin dalam waktu
Kedisiplinan dalam hal ini berarti siswa harus belajar untuk
terbiasa dalam mengatur waktu dalam kehidupan sehari-hari.
Peraturan waktu ini bisa bermula dari perbuatan kecil seperti, datang
tepat waktu ke sekolah, tidak membolos, dan lain-lain.
b. Disiplin dalam belajar
Siswa yang mempunyai kedisiplinan dalam belajar adalah siswa
yang mempunyai jadwal serta motivasi belajar di sekolah dan rumah.
Seperti dalam mengerjakan tugas dari guru dan membaca pelajaran.
c. Disiplin dalam bertata krama
Adapun maksud dari disiplin dalam bertata krama adalah
disiplin yang berkaitan dengan sopan santun, akhlak atau etika siswa,
baik kepada guru, teman, dan lingkungan.
Berdasarkan beberapa macam disiplin diatas, dapat disimpulkan bahwa
disiplin bermula dari hal-hal kecil seperti memanfaatkan waktu dengan baik,
kemudian disiplin dengan memiliki jadwal untuk mengerjakan segala tugas
belajar baik itu di sekolah maupun dirumah, serta disiplin dalam bertata krama
dengan seluruh warga sekolah. Disiplin membantu anak untuk menyadari apa
yang diharapkan oleh lingkungannya dan bagaimana mencapai apa yang
diharapkan orang lain dari dirinya.
3. Fungsi Disiplin
Berikut ini merupakan fungsi disiplin menurut Tulus Tu’u yaitu:
a. Menata kehidupan bersama, disiplin berguna untuk menyadarkan
seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara
menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku. Ketaatan dan
kepatuhan itu membatasi dirinya merugikan pihak lain, tetapi
hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar.
b. Membangun kepribadian, pertumbuhan kepribadian seseorang
biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan
pergaulan, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah. Disiplin yang
diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak
bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan
isiplin, seseorang dibiasakan mengikuti, mematuhi, menaati
aturanaturan yang berlaku. Kebiasaan itu, lama-kelamaan masuk ke
dalam dirinya sehingga akhirnya menjadi milik kepribadiannya.
c. Melatih kepribadian, sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik
dan berdisiplin tidak terbentuk serta-merta dalam waktu singkat.
Namun, terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu
panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut
dilakukan melalui latihan.
d. Pemaksaan, faktor yang mendorong terbentuknya kedisiplinan yaitu
dorongan dari dalam (terdiri dari pengalaman, kesadaran, dan
kemauan untuk berbuat disiplin) dan dorongan dari luar (perintah,
larangan, pengawasan, pujian, ancaman, ganjaran). Disiplin dapat
pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar.
Dikatakan terpaksa, karena melakukannya bukan berdasarkan
kesadaran diri, melainkan karena rasa takut dan ancaman sanksi
disiplin. Hukuman, ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena
dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan
mematuhinya, tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan
dan kepatuhan dapat diperlemah. Sanksi itu diharapkan mempunyai
nilai pendidikan. Artinya, siswa menyadari bahwa perbuatan yang
salah akan membawa akibat yang tidak menyenangkan dan harus
ditanggung olehnya.
e. Menciptakan lingkungan kondusif, disiplin sekolah berfungsi
mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar
berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah,
yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta
peraturanperaturan lain yang dianggap perlu. Kemudian di
implementasikan secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian
sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang,
tenteram, tertib dan teratur.5
4. Ciri-Ciri Disiplin
Menurut Oteng Sutisna, “suatu syarat mutlak bagi disiplin positif ialah
mengkomunikasikan syarat-syarat pekerjaan dan peraturan-peraturan kepada
seluruh anggota. Setiap orang harus mengetahui apa yang diharapkan oleh
manajemen dan atasan langsungnya dari dirinya. Standar perbuatan yang
diharapkan itu biasanya meliputi hal-hal seperti kehadiran yang baik,
pemberitahuan bila tak hadir yang bisa dibenarkan, ketepatan dalam waktu,
kerja sama dengan atasan dan kawan sekerja, standar-standar sopan santun dan
kesusilaan.”6
Adapun ciri-ciri kedisiplinan yang ada di sekolah, sebagai berikut:
a. Patuh pada peraturan sekolah.
b. Teratur dalam kelas
c. Harus tiba pada waktu yang telah ditetapkan
d. Melaksanakan tugas yaitu belajar
e. Mengerjakan pekerjaan rumah
f. Tidak membuat onar dikelas7
Disiplin di sekolah apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik
akan berdampak baik bagi sikap dan perilaku siswa. Dengan adanya disiplin di
sekolah diharapkan dapat menciptakan suasana sekolah yang aman, tertib dan
kondusif. Apabila disiplin diri pada siswa telah melekat maka dengan
kesadaran dirinya siswa akan berhasil dalam belajar.
5. Pengertian Belajar
Secara umum, belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi
seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dalam
perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan
tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari
sebuah pengalaman. Bahkan, Gagne pun mendefinisikan belajar sebagai suatu
proses dimana organisma berubah perilakunya yang diakibatkan oleh
pengalaman. Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai
akibat dari pengalaman dan latihan. Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses
perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan di dalam laboratorium
maupun lingkungan alamiah.8
Thorndike, salah seorang pendiri aliran teori belajar tingkah laku,
mengemukakan teorinya bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus
(yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga
bisa berupa pikiran, perasaan atau gerakan). Jelasnya, menurut Thorndike,
perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati),
atau yang nonkonkret (tidak bisa diamati).
Belajar sebagai suatu kegiatan dapat didefinisikan ciri-ciri kegiatannya
sebagai berikut:
a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri
individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik actual
maupun potensial.
b. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru
yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).10
Menurut Sumadi Suryabrata, belajar itu di definisikan dengan halhal
pokok sebagai berikut:
a. Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral
changes, aktual maupun potensial)
b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan
baru.
c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).11
Secara singkat dari berbagai pandangan mengenai definisi belajar yang
ada, dapat dirangkumkan bahwa yang dimaksud dengan perubahan dalam
konteks belajar itu dapat bersifat fungsional atau struktural, material dan
behavioral, serta keseluruhan pribadi. Secara serba singkat dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Belajar merupakan perubahan fungsional. Pendapat ini dikemukakan
oleh penganut paham teori daya yang lebih luas lagi termasuk
kedalam paham Nativisme. Dalam konteks ini, belajar berarti melatih
daya (mengasah otak) agar ia tajam sehingga ia berguna, untuk
menyayat atau memecah persoalan-persoalan ataupun dalam hidup ini.
2. Belajar merupakan perkayaan materi pengetahuan (material dan
atau perkayaan pola-pola sambutan (response) perilaku baru
(behavior). Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut paham Ilmu
Jiwa Asosiasi yang lebih jauh lagi paham empirisme. Oleh karena itu,
dalam konteks ini belajar dapat diartikan sebagai suatu proses
pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalaman yang
sebanyakbanyaknya dengan melalui hafalam (memorizing).
3. Belajar merupakan perubahan perilaku dan pribadi secara
keseluruhan. Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut Ilmu Jiwa
Gestalt, yang lebih jauh lagi bersumber pada paham organismic
psychology. Dalam konteks teori ini, belajar bukan hanya bersifat
mekanis dalam kaitan stimulus response (S-R bond), melainkan
perilaku organism sebagai totalitas yang bertujuan.12
Berdasarkan pengertian belajar di atas, penulis menyimpulkan belajar
merupakan perubahan tingkah laku, sikap, kemampuan, dan keterampilan
individu secara keseluruhan yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa;
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa;
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi
pelajaran.13
Sedangkan menurut Alisuf Sabri, faktor yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam
dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari
faktor fisiologis dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal terdiri dari
faktor lingkungan dan faktor instrumental.
a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan siswa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
faktor lingkungan alam (non sosial) dan faktor lingkungan sosial. Yang
termasuk faktor lingkungan alam (non sosial) ialah seperti: keadaan suhu,
kelembaban udara, waktu, letak gedung sekolah, dsb. Sedangkan yang
termasuk faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan
representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa.
b. Faktor instrumental
Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas,
sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi
pengajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
c. Faktor internal siswa
Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan
kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan
pendengaran. Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa adalah faktor: minat, bakat, intelegensi,
motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti: kemampuan
persepsi, ingatan, berpikir, dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan
appersepsi) yang dimiliki siswa.14
7. Pengembangan Disiplin dalam Belajar Mengajar
Secara etimologis disiplin berarti to learn (belajar). Jadi pengembangan
konsep disiplin melalui belajar mengajar dimaksudkan bahwa melalui belajar
mengajar anak dapat mengembangkan disiplin diri sendiri.
Dalam bukunya Pedagogy of apprised, Paule Preire mengungkapkan
sikap pendidik dalam menciptakan komunikasi semu dan komunikasi kreatif.
Komunikasi semu akan timbul atas dasar paksaan. Hal itu nampak dalam
situasi mengajar sebagai berikut:
a. Guru mengajar siswa belajar
b. Guru mengetahui segala-galanya dan siswa tidak mengetahui apa-apa
c. Guru berpikir siswa yang dipikirkan
d. Guru berbicara dan siswa mendengarkan dengan setia.
e. Guru memilih dan memaksakan pilihannya siswa menurut serta
menyesuaikan dirinya dengan pilihan guru
f. Guru mendisiplinkan dan siswa didisiplinkan
g. Guru berinteraksi dan murid menyangka telah berinteraksi bila dia
meniru aksi guru
h. Guru memilih isi program dan siswa yang tidak diminta pertimbangan
menyesuaikan dirinya Guru mencampuradukkan otoritas ilmu
pengetahuan dengan kebebasan siswa
i. Guru merupakan subyek dan si terdidik merupakan obyek
Sebaliknya dijelaskan pula bahwa komunikasi yang kreatif dan disiplin
yang timbul dari komunikasi dialogis. Wujud komunikasi dialogis itu sebagai
berikut:
a. Guru belajar dari siswa dan siswa belajar dari guru
b. guru menjadi partner atau rekan bagi siswa yang melibatkan diri serta
merangsang daya kritis; kreatif serta selektivitas siswa. Ini yang disebut
proses saling memanusiawikan.
c. Manusia dapat mengembangkan dirinya dan kemampuannya untuk
mengerti secara kritis mengenai dirinya sendiri dan dunianya. Cara ini
selalu menyimakkan rahasia realitas yang menentang manusia dan
kemudian menuntut sesuatu terhadap tantangan tersebut. Respon
tersebut membawa manusia dedikasi yang seutuhnya.
Jadi dari uraian di atas dapat terlihat bahwa disiplin tidaklah sekedar
tata aturan belaka, tetapi maknanya menyentuh hakekat kemanusiaan. Oleh
karena itu konsep dasar bagi disiplin adalah mengungkap penyedaran diri
sebagai pribadi yang utuh yang sadar akan hidup bersama itu harus ada
normanya. Implikasi dari dasar penilaian ini maka semua tata tertib sebaiknya
tidak diterima saja tetapi harus mengerti mengapa harus demikian.15
Pengembangan disiplin dalam belajar mengajar lebih menekankan pada
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh anak sehingga mereka dapat
mengembangkan disiplin diri sendiri.
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya
terkandung beberapa makna. Sertzer dan Stone (1966:3) mengemukakan
bahwa guidance berasal dari kata guide yang meempunyai arti to direct,
pilot, manager, or steer, artinya: menunjukkan mengarahkan, menentukan,
mengatur, atau mengemudikan. (Victoria Neufeldt, Ed., 1988:599).16
Rochman Natawidjaja (1987:37) mengartikan bimbingan sebagai
suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,
masyarakat, dan kehidupan umumnya.17
Bimbingan adalah memberikan informasi dengan cara menyajikan
pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan,
atau memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat, atau
mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan.18
Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terusmenerus
dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar
tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam
mencapai tingkat perkembangan, yang optimal dan penyesuaian diri
dengan lingkungannya. (Moh.Surya, 1988:12).19
Bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada individuindividu
guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihanpilihan,
rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan
untuk menyesuaikan diri yang baik. (Smith, dalam McDaniel, 1959)20
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu atau sekumpulan individu untuk menghindari atau mengatasi
kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya sehingga individu itu dapat
mencapai kesejahteraan hidupnya.21
Bertolak dari definisi bimbingan di atas, penulis menyimpulkan
bimbingan adalah suatu bantuan yang diberikan konselor kepada klien
dalam rangka membantu menyelesaikan masalah, membantu dalam
memperoleh pengetahuan agar lebih terampil demi tercapainya
kesejahteraan hidup.
Sedangkan kata “counseling” berasal dari kata “to counsel” yang
artinya memberikan anjuran atau nasihat kepada seseorang secara bertatap
muka (face to face).Jadi counseling berarti pemberian nasihat kepada
seseorang (yang dibimbing tersebut) secara individual dengan secara face to
face.Counseling/Konseling ini dikenal sebagai suatu cara dalam
memberikan bimbingan.
Sedangkan istilah konseling yang diadopsi dari bahasa Inggris
“counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel”
memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give
counsel), dan pembicaraan ( to take counsel), berdasarkan arti di atas,
konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan
pembicaraan dengan bertukar pikiran.22
Konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu
untuk memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan
cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai
kesejahteraan hidupnya.23
Robinson (M. Surya dan Rochman N., 1986:25) mengartikan
konseling adalah “semua bentuk hubungan antara dua orang, di mana yang
seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara
efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.”24
Selanjutnya Rochman Natawidjaja mendefinisikan bahwa:
Konseling merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu
dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik
antara dua individu, di mana yang seorang (yaitu konselor) berusaha
membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang
dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang
dihadapinya pada waktu yang akan datang. (Rochman Natawidjaja,
1987:32).25
Berdasarkan pengertian konseling tersebut, dapat dipahami, bahwa
konseling adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan
tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai
persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain teratasinya
masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.
Dari keseluruhan pemaparan pengertian konseling, penulis
menyimpulkan, konseling adalah usaha membantu pemecahan masalah
klien secara bertatap muka agar masalah yang dihadapi dapat
terselesaikan.
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber
pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia sering
menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti dalam
kehidupannya.Persoalan yang satu dapat diatasi, timbul persoalan lain.
Persoalan lain dapat diatasi timbul pula persoalan lain; demikian
seterusnya.26
Bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai seperangkat
program pelayanan bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan
dan kelompok untuk membantu peserta didik melaksanakan kehidupan
sehari-hari secara mandiri dan berkembang secara optimal, serta
membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.27
Dari pengertian bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh
para ahli di atas, dapat dinyatakan bahwa bimbingan dan konseling adalah
suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan
sistematis, yang dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat latihan
khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya,
lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal
untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.
Dari keseluruhan pengertian bimbingan dan konseling, penulis
menyimpulkan bimbingan konseling adalah suatu pemberian bantuan
kepada individu secara terus menerus dan sisstematis dengan suatu
penyelesaian masalah sesuai keadaan klien demi mencapai kesejahteraan 2.
Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya
sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri karena bimbingan dan
konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Adapun
tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 dijelaskan bahwa :
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.28
Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan
penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan
permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai
dengan kompleksitas permasalahannya itu. Masalah-masalah inidividu
bermacam ragam jenis, intensitas, dan sangkut-pautnya, serta masingmasing
bersifat unik. Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan
konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula. Tujuan
bimbingan dan konseling untuk seorang individu berbeda dari (dan tidak
boleh disamakan dengan) tujuan bimbingan dan konseling untuk individu
lainnya.29
Tujuan khusus bimbingan dan konseling di sekolah, diuraikan
H.M. Umar, dkk., (1998:20-21) sebagai berikut:
a. Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan pemahaman diri
sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar, serta
kesempatan yang ada.
b. Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam
belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti. c. Memberikan
dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses
pendidikan.
d. Membantu siswa-siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam
penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat.
e. Membantu siswa-siswa untuk hidup di dalam kehidupan yang
seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental, dan sosial.30
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan
kesempatan untuk:
a. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugasnya,
b. Mengenal dan memahami potensi-potensi yang ada di lingkungannya,
c. Mengenal dan memahami tujuan dan rencana hidupnya serta rencana
pencapaian tujuan tersebut,
d. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri,
e. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya,
kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat.31
Berdasarkan keseluruhan tujuan bimbingan dan konseling tersebut,
penulis menyimpulkan tujuan bimbingan konseling adalah untuk
membantu individu dalam membuat pilihan secara komprehensif di
situasi-situasi tertentu demi perkembangan pribadi siswa.
3. Fungsi Bimbingan dan konseling
Uman Suherman (2008) menyatakan bahwa dasar pemikiran
penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah, bukan
semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum
(perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting
adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik, yang selanjutnya
disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai
tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi,
intelektual, sosial, dan moral-spiritual).32
Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau
manfaat atau manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh
melalui pelayanan dapat dikelompokkan menjadi lima fungsi pokok, yaitu:
a. Fungsi pemahaman
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan
kepentingan pengembangan peserta didik, pemahaman itu meliputi:
1. Pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik
sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan Guru Pembimbing.
2. Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk di
dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah), terutama oleh
peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan Guru
Pembimbing.
3. Pemahaman tentang lingkungan “yang lebih luas” (termasuk di
dalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan
informasi sosial dan budaya/nilai-nilai), terutama oleh peserta
didik.33
b. Fungsi Pencegahan
Bagi konselor profesional yang misi tugasnya dipenuhi dengan
perjuangan untuk menyingkirkan berbagai hambatan yang dapat
menghalangi perkembangan individu, upaya pencegahan tidak sekadar
merupakan ide yang bagus, tetapi adalah suatu keharusan yang
bersifat etis (Horner & McElhaney, 1993). Oleh karena itu,
pelaksanaan fungsi pencegahan bagi konselor merupakan bagian dari
tugas kewajibannya yang amat penting. c. Fungsi Pengentasan
Fungsi pengentasan melalui layanan bimbingan dan konseling
berdimensi luas. Pelaksanaannya tidak hanya melalui bentuk layanan
konseling perorangan saja, tetapi dapat pula dengan menggunakan
bentuk-bentuk layanan lainnya, seperti konseling kelompok, programprogram
orientasi dan informasi serta program-program lainnya yang
disusun secara khusus bagi klien. Untuk semuanya itu konselor
dituntut menguasai dengan sebaik-baiknya teori dan praktek
bimbingan dan konseling.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan
mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan
berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dijaga
agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian, siswa dapat
memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang
positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui
penyelenggaraan berbagai jenis layanan bimbingan dan pendukung
bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana
terkandung di dalam masing-masing fungsi bimbingan dan
konseling.34
e. Fungsi advokasi
Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik
dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.
Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya
berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk
mencapai hasil sebagaimana yang terkandung di dalam masingmasing
fungsi tersebut. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan konseling yang
dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada
satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak
dicapainya jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.35
Berdasarkan keseluruhan fungsi bimbingan dan konseling
penulis menyimpulkan fungsi bimbingan dan konseling adalah
pemahaman tentang diri seorang klien, menyingkirkan segala
hambatan yang dialami klien dalam mencapai kesejahteraan,
mengentaskan permasalahan yang dialami klien dan mengembangkan
minat dan bakat yang dimliki klien.
4. Asas-asas bimbingan dan konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan professional.
Sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan, dan
penyikapan (yang meliputi unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan)
konselor terhadap kasus, pekerjaan professional itu harus dilaksanakan
dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas
proses dan lain-lainnya. Dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling
kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling,
yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan
pelayanan itu.
Asas-asas yang dimaksudkan adalah asas kerahasiaan,
kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, keahlian, ahli tangan
dan tut wuri handayani (Prayitno, 1987).
a. Asas Kerahasiaan
Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan
dan konseling, kadang-kadang klien harus menyampaikan hal-hal
yang sangat pribadi/ rahasia kepada konselor. Oleh karena itu konselor
harus menjaga kerahasiaan data yang diperolehnya dari kliennya. Sebagaimana
firman Allah swt. Bahwa memelihara amanah dan
menepati janji nerupakan salah satu karakteristik orang beruntung.
Sebagaimana firman Allah dalam surat al Mu’minun/23:8);
Artinya; … Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat
(yang dipikulnya) dan janjinya.36
b. Asas Kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar
kesukarelaan, baik dari pihak si terbimbing atau klien, maupun dari
pihak konselor. Klien diharapkan secara suka dan rela tanpa ragu-ragu
ataupun merasa terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya,
serta mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk beluk berkenaan
dengan masalahnya itu kepada konselor, dan konselor juga hendaknya
dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata
lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.37
c. Asas keterbukaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan
tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi
dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam
hal ini Guru Pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan
peserta didik (klien). Keterbukaan ini amat terkait pada
terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri
peserta didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Agar peserta
didik dapat terbuka, Guru Pembimbing terlebih dahulu harus bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura. d. Asas Kekinian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan
peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang
berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampaupun” dilihat
dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang
dapat diperbuat sekarang.38
e. Asas kemandirian
Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah
agar konselor berusaha menghidupkan kemandirian di dalam klien.
Pada tahap awal proses konseling, biasanya klien menampakkan sikap
yang lebih tergantung dibandingkan pada tahap akhir proses
konseling. Sebenarnya sikap ketergantungan klien terhadap konselor
ditentukan respon-respon yang diberikan oleh konselor terhadap
kliennya. Oleh karena itu konselor dan klien harus berusaha untuk
menumbuhkan sikap kemadirian itu di dalam diri klien dengan cara
memberikan respon yang cermat. Sebagaimana firman Allah swt.
Artinya :
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya….” (QS.Al Baqarah/2 :286).39
f. Asas kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah
yang tidak berarti, bila individu yang dibimbing tidak melakukan
kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Hasil-hasil usaha bimbingan
tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh
individu yang bersangkutan. Para pemberi layanan bimbingan dan
konseling hendaknya menimbulkan suasana individu yang dibimbing
itu mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud.
g. Asas kedinamisan
Upaya layanan bimbingan dan konseling menghendaki
terjadinya perubahan pada diri individu yang dibimbing yaitu
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan tidaklah
sekadar mengulang-ulang hal-hal lama yang bersifat monoton,
melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu
yang lebih maju.40
h. Asas keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin
keterpaduan berbagai aspek dari individu yang dibimbing. Untuk itu
konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan
dapat membantu penanggulangan masalah yang dihadapi klien. Dalam
hal ini peranan guru, orang tua dan siswa-siswa yang lain sering kali
sangat menentukan. Konselor harus pandai menjalin kerja sama yang
saling mengerti dan saling membantu demi terbantunya klien yang
mengalami masalah.41
i. Asas kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama,
norma adat, norma hukum/ negara, norma ilmu, maupun kebiasaan
sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun
proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan
harus sesuai dengan norma-norma yang ada. Demikian pula prosedur, teknik, dan
peralatan yang dipakai tidak menyimpang dari normanorma
yang dimaksudkan.42
j. Asas keahlian
Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.
Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling lainnya hendaknya merupakan tenaga yang benar-benar ahli
dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing
(konselor) harus terwujud, baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam
penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
k. Asas alih tangan
Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan
tuntas atas suatu permasalahan siswa (klien) dapat mengalihtangankan
kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor) dapat
menerima alih tangan kasus dari orangtua, guru-guru lain, atau ahli
lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat
mengalihtangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik
yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.43
l. Asas tutwuri handayani
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta
dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan klien.Lebihlebih
di lingkungan di sekolah, asas ini makin dirasakan keperluannya
dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sung tulodo, ing
madya mangun karso”.
Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling
tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan
menghadap konselor saja, namun di luar hubungan proses bantuan bimbingan dan
konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan
manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.44
Dari keseluruhan asas bimbingan konseling yang berjumlah 12
tersebut, penulis menyimpulkan pentingnya keseluruhan asas demi tercipta
kemanan dan kenyamanan saat melakukan bimbingan dan konseling saat
bersama konselor. Sehingga ada keterbukaan masalah dan adanya interaksi
yang cukup baik antara klien dan konselor sehingga pemecahan masalah
dapat lebih terselesaikan karena adanya hubungan yang lebih mendalam
antara klien dan konselor.
5. Prinsip bimbingan dan konseling
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan prinsip-prinsip adalah halhal
yang menjadi pegangan dalam proses bimbingan dan konseling.
Seperti halnya dalam memberikan definisi mengenai bimbingan dan
konseling, di dalamnya mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling pun masing-masing ahli mempunyai sudut pandang sendirisendiri
terhadap titik berat permasalahannya. Sekedar sebagai bukti, akan
dikemukakan pula beberapa pendapat dari para ahli mengenai masalah ini
Adapun prinsip-prinsip yang menurut Bimo Walgito ajukan adalah
sebagai berikut:
1. Dasar bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari
dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di sekolah pada
khususnya. Dasar dari pendidikan tidak dapat terlepas dari dasar
negara tempat pendidikan itu dilaksanakan.
2. Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari
tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional di Indonesia
tercantum dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1989 Bab II Pasal 4
yang berbunyi: “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti Luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”. Dengan demikian, tujuan bimbingan dan konseling di
sekolah adalah membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional dan
membantu individu untuk mencapai kesejahteraan.
3. Fungsi bimbingan dan konseling dalam proses pendidikan dan
pengajaran ialah membantu pendidikan dan pengajaran. Oleh karena
itu, segala langkah bimbingan dan konseling harus sejalan dengan
langkah-langkah yang diambil, serta harus sesuai dengan tujuan
pendidikan. Dengan adanya bimbingan dan konseling itu, pendidikan
akan berlangsung lebih lancar karena mendapatkan dukungan dari
bimbingan dan konseling.
4. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua individu, baik
anak-anak maupun orang dewasa. Jadi, bimbingan dan konseling tidak
terbatas pada umur tertentu.
5. Bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan dengan bermacammacam
sifat, yaitu secara:
a. Preventif, yaitu bimbingan dan konseling diberikan dengan tujuan
untuk mencegah jangan sampai timbul kesulitan-kesulitan yang
menimpa diri anak atau individu.
b. Korektif, yaitu memecahkan atau mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh anak atau individu
c. Preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan yang telah
baik, jangan sampai mejadi keadaan-keadaan yang tidak baik.
6. Bimbingan dan konseling merupakan proses yang kontinu. Bimbingan
dan konseling harus diberikan secara kontinu dan diberikan oleh
orang-orang yang mempunyai kewenangan dalam hal tersebut.
Dengan demikian, tidak semua orang boleh memberikan bimbingan
dan konseling.
32
7. Sehubungan dengan hal itu, para guru perlu mempunyai pengetahuan
mengenai bimbingan dan konseling karena mereka selalu berhadapan
langsung dengan murid yang mungkin perlu mendapatkan bimbingan
dan konseling. Kalau keadaan memungkinkan, ada baiknya persoalan
yang dihadapi murid di selesaikan oleh guru sendiri, tetapi kalau tidak
mungkin maka dapat diserahkan kepada pembimbing.
8. Individu yang dihadapi tidak hanya mempunyai kesamaan-kesamaan,
tapi juga mempunyai perbedaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan
yang terdapat pada masing-masing individu harus diperhatikan dalam
memberikan bimbingan dan konseling.
9. Tiap-tiap aspek dari individu merupakan faktor penting yang
menentukan sikap ataupun tingkah laku. Oleh karena itu, pelaksanaan
bimbingan dan konseling harus benar-benar memerhatikan segala
aspek dari individu yang dihadapi.
10. Anak atau individu yang dihadapi adalah individu yang hidup dalam
masyarakat. Oleh karena itu, tidak boleh memandang individu terlepas
dari masyarakatnya, tetapi harus melihat individu beserta latar
belakang sosial, budaya, dan sebagainya.
11. Anak atau individu yang dihadapi merupakan makhluk yang hidup
berkembang dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, harus diperhatikan
segi dinamikanya. Segi dinamika inilah yang memungkinkan
pemberian bimbingan dan konseling.
12. Dalam memberikan bimbingan dan konseling, haruslah selalu
diadakan evaluasi. Dengan evaluasi, akan dapat diketahui tepattidaknya
bimbingan dan konseling yang tekah diberikan.
13. Sehubungan dengan butir 10, pembimbing harus selalu mengikuti
perkembangan situasi masyarakat dalam arti yang luas, yaitu
perkembangan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.
14. Dalam memberikan bimbingan dan konseling, pembimbing harus
selalu ingat untuk menuju kepada kesanggupan individu agar dapat
membimbing diri sendiri.
33
15. Karena pembimbing berhubungan secara langsung dengan masalahmasalah
pribadi seseorang maka pembimbing harus dapat memegang
teguh kode etik bimbingan dan konseling.45
Dari keseluruhan prinsip yang telah dipaparkan, penulis dapat
mengambil kesimpulan prinsip dalam bimbingan konseling adalah aspekaspek
yang harus dipegang teguh oleh konselor demi perkembangan anak
atau individu agar segala langkah-langkah bimbingan dan konseling
sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.
C. Kontribusi Layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
1. Layanan Bimbingan dan Konseling
Suatu kegiatan bimbingan dan konseling disebut layanan apabila
kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran
layanan (klien), dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan
ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh sasaran layanan itu.
Kegiatan yang merupakan layanan itu mengemban fungsi tertentu dan
pemenuhan fungsi tersebut serta dampak positif layanan yang
dimaksudkan diharapkan dapat secara langsung dirasakan oleh sasaran
(klien) yang mendapatkan layanan tersebut.46
a. Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat
memberikan pengaruh yang besar terhadap peserta didik (terutama
orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru
dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar
berperannya peserta didik di lingkungan yang baru ini.47
45 Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 30-36.
46 Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi,
2000), h.35.
47 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008). h.60.
34
b. Layanan informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami
berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi
jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan
pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien)
c. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh
penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya
penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstrakurikuler)
sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi
pribadinya.
d. Layanan bimbingan belajar (pembelajaran), yaitu layanan bimbingan
dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar
yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan
belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya,
sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.48
e. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapatkan
layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan Guru
Pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan
permasalahan pribadi yang dideritanya.
f. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara
bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai
bahan dari narasumber tertentu (terutama Guru Pembimbing) dan/atau
membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang
berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-haru
dan/atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun 48 Ibid, h.62.
35
sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan dan/atau tindakan tertentu.
g. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling
peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika
kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi
yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.
Berdasarkan pada fungsi dan prinsip bimbingan, maka kerangka
kerja layanan bimbingan dan konseling itu dikembangkan dalam suatu
program bimbingan dan konseling yang dijabarkan dalam empat kegiatan
utama yaitu: pertama, layanan dasar bimbingan, kedua, layanan responsif,
ketiga, layanan perencanaan individual, dan keempat, dukungan sistem.
a. Layanan dasar bimbingan, untuk membantu seluruh peserta didik
mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan
hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan peserta
didik.
b. Layanan responsif, untuk membantu memenuhi kebutuhan yang
dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini
lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif.
c. Layanan perencanaan individual, bertujuan untuk membantu seluruh
peserta didik membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana
pendidikan, karir, dan sosial pribadinya. Tujuan utama dari layanan
ini untuk membantu peserta didik memantau dan memahami
pertumbuhan dan perkembangannya sendiri, kemudian
merencanakan dan mengimplementasikan rencana-rencananya itu
atas dasar hasil pemantauan dan pemahamannya itu.
d. Dukungan sistem, yaitu kegiatan-kegiatan manajemen yang
bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan
program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan
profesional, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru,
36
staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen
program, penelitian, dan pengembangan.49
Dalam konteks pelayanan BK, manajemen pelayanan BK dapat
berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
aktivitas-aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling dan penggunaan
sumber daya-sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Manajemen pelayanan BK juga bisa berarti bekerja dengan orangorang
untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan
pelayanan bimbingan dan konseling dengan pelaksanaan fungsi-fungsi
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan
personalia (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading),dan
pengawasan (controlling).Pelayanan bimbingan dan konseling
meniscayakan manajemen agar tercapai efesiensi dan efektivitas serta
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.50
2. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
Selain kegiatan layanan tersebut di atas, dalam bimbingan dan
konseling dapat dilakukan sejumlah kegiatan lain, yang disebut kegiatan
pendukung. Kegiatan pendukung pada umumnya tidak ditujukan secara
langsung untuk memecahkan atau mengentaskan masalah klien, melainkan
untuk memungkinkan diperolehnya data dan keterangan lain serta
kemudahan-kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran
dan keberhasilan kegiatan layanan terhadap peserta didik (klien). Kegiatan
pendukung ini pada umumnya dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan
sasaran layanan. Di sekolah sejumlah kegiatan pendukung yang pokok
adalah sebagai berikut. 49 Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling
di SMP, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005). h. 18-19.
50 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2007), h.272-273.
37
a. Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik (klien),
keterangan tentang lingkungan peserta didik dan “lingkungan yang
lebih luas”. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai
instrumentasi, baik tes maupun non-tes.
b. Penyelenggaraan himpunan data
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan
keperluan pengembangan peserta didik (klien). Himpunan data perlu
diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif,
terpadu, dam sifatnya tertutup.
c. Konferensi kasus
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien)
dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang
diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan
komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut.
d. Kunjungan rumah
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan peserta didik (klien) melalui kunjungan
ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh dari
orang tua dan anggota keluarga lainnya.
e. Alih tangan kasus
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah
yang dialami peserta didik (klien) dengan memindahkan penanganan
kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. 51
51 Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Menengah Kejuruan,
(Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2000), h. 35-39.
38
D. Penelitian yang relevan
Di bawah ini akan disajikan hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian ini antara lain:
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafrina Dariza dalam skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2011), dengan judul
“Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Meningkatkan Disiplin Siswa di
SMP AL-Ghazali Bogor” yang bertujuan untuk meneliti peran guru
bimbingan dan konseling sebagai pembimbing, teladan, pengendali, dan
pengawas menunjukkan bahwa kategori guru bimbingan dan konseling di
sekolah tersebut cukup baik dalam meningkatkan disiplin siswa dengan hasil
11% siswa yang melakukan pelanggaran dan 89% siswa tidak melakukan
pelanggaran. Hal tersebut menunjukan peran guru BK di sekolah sudah cukup
baik meskipun kurangnya pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas guru
BK itu sendiri.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Rusmah Rusnawati dalam skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2014), dengan judul
“Peran Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Disiplin siswa
di Mts Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan” yang bertujuan untuk meneliti
peran guru bimbingan dan konseling dalam aspek pembimbing, teladan,
pengendali, dan pengawas menunjukkan secara keseluruhan berada pada taraf
“cukup baik” meskipun belum optimalnya kegiatan disiplin yang dilakukan
oleh guru dikarenakan minimnya jumlah guru BK di sekolah.
Penelitian ini memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan
penelitian diatas. Persamaannya yakni sama-sama meneliti bimbingan dan
konseling dan disiplin siswa. Namun ada beberapa perbedaan diantaranya:
1. Penelitian terdahulu meneliti semua aspek peran guru sebagai
pembimbing, teladan, pengendali dan pengawas, sedangkan penelitian ini
berfokus pada aspek layanan dasar, layanan responsif, layanan
perencanaan individual dan dukungan sistem di SMKN 59 Jakarta.
2. Penelitian terdahulu melakukan penelitian peran guru bimbingan dan
konseling dan disiplin siswa, berbeda dengan penelitian ini meneliti dari
39
segi kontribusi layanan bimbingan dan konseling terutama dalam membina
disiplin belajar siswanya.
E. Kerangka Berpikir
Tugas guru BK yaitu membantu proses pengenalan diri oleh
peserta didik beserta peluang dan tantangan yang ditemukannya dalam
lingkungan, sehingga peserta didik mandiri dalam mengambil keputusan
penting perjalanan hidupnya dalam rangka mewujudkan kehidupan yang
produktif, sejahtera, dan bahagia, serta peduli kepada kemaslahatan umum,
melalui pendidikan.
Untuk mewujudkan peserta didik yang dapat mandiri dan dapat
mencapai tugas perkembangan belajarnya dengan baik maka layanan
bimbingan dan konseling diperlukan di sekolah. Siswa itu sendiri
merupakan individu yang harus dibimbing menuju arah kedewasaan agar
dapat berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lingkungannya.
Namun dalam realitanya siswa banyak berperilaku melanggar aturan dan
tata tertib, sehingga perkembangannya tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan, seperti kurang disiplin siswa pada saat belajar, sering keluar
kelas tanpa ijin, mengobrol saat jam pelajaran, dll.
Layanan BK dalam hal ini mengambil peran penting untung
membuat siswa lebih disiplin dengan layanan orientasi guru BK bisa
menjelaskan peraturan sekolah dan tata tertib yang berlaku di sekolah,
dengan layanan responsif yaitu dengan membantu memenuhi kebutuhan
peserta didik berupa kegiatan bimbingan dan konseling dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar, kemudian
layanan perencanaan individual yang membantu seluruh peserta didik untuk
membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana belajarnya, serta
dukungan sistem untuk meningkatkan layanan bimbingan dan konseling
dalam meningkatkan disiplin siswa terutama dalam hal belajar.
40
Dalam melakukan layanan bimbingan dan konseling dibutuhkan
koordinasi dan kerjasama seluruh pihak. Dalam menyelesaikan masalah
siswa, seringkali orangtua bersikap kurang peduli terhadap masalah
anaknya, padahal untuk penyelesaian masalah tersebut perlu bantuan dari
pihak orangtua terlebih orangtua lebih mengetahui sikap dan perilaku
anaknya dirumah. Sekolah telah mengupayakan pertemuan dengan orangtua
murid untuk penyelesaian masalah dan dengan mengadakan pertemuan rutin
kepada seluruh orangtua untuk menyelesaikan masalah-masalah siswa di
sekolah. Jumlah guru BK yang hanya terdiri dari satu orang melayani 392
siswa di sekolah dirasa sangat kurang efektif, seharusnya satu guru BK
melayani 150 siswa.
Ketidaksesuaian jumlah guru BK dengan jumlah siswa dan
kurangnya koordinasi dengan orangtua merupakan faktor penentu proses
pendidikan di sekolah. Oleh karena itu guru pembimbing di dalam
menjalankan tugasnya harus bisa berperan sebagai fasilitator yang dapat
membangun semangat belajar siswa, mengidentifikasi kesulitan belajar
siswa, memberikan layanan konseling akademik, bekerjasama dengan
seluruh pihak sekolah dan orang yang berkompeten dalam menyelesaikan
masalah anak didik.
Oleh karena itu, untuk meminimalisir permasalahan dan mencapai
tujuan yang diharapkan oleh sekolah, maka SMKN 59 Jakarta
merencanakan beberapa strategi berupa strategi bimbingan individual,
kelompok, klasikal dengan menggunakan instrument dan media yang
relevan serta menggunakan empat jenis layanan yaitu layanan dasar, layanan
responsif, layanan perencanaan individual, dan dukungan sistem.
1. Pengertian manajemen
Manajemen secara etimologis yaitu menegemet yang artinya seni
mengatur dan melaksanakan. Kata manajemen sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari kita, dan sangat menmbantu dalam mengerjakan sesuatu. Tentunya
peran manajemen sangat dibutuhkan dalam mengatur segala pekerjaan,
manajemen ini berfungsi agar segala pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik
secara sistematis.
Manajemen sebagai suatu disiplin ilmu pertama kali diperkenalkan oleh
Frederick W. Taylor dengan bukunya The Principle of Scientific Management
(1914) dan Henry Fayol dalam General dan Industral Management (1945).
Namun jauh sebelumnya keduanya, ajaran-ajaran Al-qur’an dan Hadits telah lebih
dulu menjelaskan pokok-pokok dan prinsip-prinsip manajemen yang jika
diperbandingkan dengan teori-teori manajemen para ahli masa kini tidaklah
kurang bobotnya, karena ajaran itu juga merupakan prinsip-prinsip dan dasar-
dasar manajemen sekalipun dengan istilah lain. Sebagai contoh dapat
dikemukakan Al-Qur’an:
مع والبصر وال والفؤاد كل أولئك كان عنه مسئ والا ت قف ما ليس لك به علم إن الس
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan ditanya (diminta pertanggung jawabnya)”.
Dengan menelaah peremasalahan permasalahan yang muncul
kepermukaan. Manajemen pembelajaran PAI diharapkan dapat meningkatkan
ahlak peserta didik. Maka sebagai peneliti penulis mengajukan judul sebagai
berikut:
F. KERANGKA PEMIKIRAN
1. LandasanTeologis
Teologi menurut bahasa Yunani asal kata dari theos, artinya "Allah,
Tuhan", dan logia, "kata-kata,"ucapan," atau "wacana" adalah wacana yang
berdasarkan nalar mengenai agama, Dengan demikian, teologi adalah ilmu
yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan
berlandasan agama. Sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam Firmannya
Q.S. Shaad Ayat 46,
Sesungguhnya kami Telah mensucikan mereka dengan
(menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang Tinggi yaitu selalu
mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.
2. Landasan filosofis
Landasan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah landasan
filosofis Pragmatisme dan Progresivisme. Progresivisme mengembangkan
teori pendidikan yang mendasarkan diri pada prinsip, antara lain: a) anak
harus bebas untuk dapat berkembang; b) pengalaman merupakan cara terbaik
untuk merangsang minat belajar; c) guru harus menjadi peneliti dan
pembimbing dalam kegiatan belajar mengajar; d) sekolah seharusnya sebagai
laboratorium untuk melakukan reformasi pedagogis dan eksperimentasi
akhlak.
3. LandasanTeoritis
System perecanaan pembelajaran merupakan suatu hal yang wajib di
laksankan oleh setiap guru. Karena didalamnya terrdapat metode dan cara
terbaik untuk mengajar. Bahan atau materi apa yang akan disampaikan. Seta
tujuan yang dihaapkan dapat peserrta didik miliki setelah melakukan
pembelajaran.
Dalam pembelajaran PAI yang menjadi tujuan bukanlah hanya sekedar
menguasai teknik dan aspek aspek kognitif semata. Namun disamping itu ada
hal yang mesti diperhatikan dan menjadi sorotan utama yaitu ahlak.
G. LANGKAH-LANGKAHPENELITIAN
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan Jenis Data
Data adalah fakta atau informasi atau keterangan yang dijadikan sebagai
sumber atau bahan menemukan kesimpulan dan membuat keputusan Data
kualitatif yaitu data yang berbentuk deskriftif dan cenderung menggunakan
analisis dengan pendekatan induktif.4 Dalam penelitian ini digunakan data
kualitatif dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan angket.
2. Menentukan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh.5 Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh
peneliti. Subyek dalam penelitian ini adalah manajemen perencanaan
pembelajaran PAI. Sedangkan yang menjadi obyek adalah seluruh peserta
didik dikelas MAN I MAJALAYA
Langkah-langkah dalam menentukan sumber data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. LokasiPenelitian
Lokasi penelitian yang akan penulis laksanakan adalah di MAN I
MAJALAYA Kabupaten Bandung. Alasan penelitian di lokasi ini,
karena pada lokasi tersebut ditemukan permasalahan serta tersedianya
data-data yang memadai.
b. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek
yang diteliti; populasi juga merupakan keseluruhan atau totalitas objek
psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu.6
4 (Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta. 2006:129).
5(Suharsimi Arikunto, metode penelitian . jakarta rhineka cipta2004:107).
6Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung : Mandar
Maju Hal:124
Populasi dibedakan kedalam dua macam; yaitu populasi sampling
dan populasi sasaran. Populasi sampling adalah keseluruhan unit
elementer yang terdapat di daerah lokasi penelitian, sedang populasi
sasaran adalah sebagian populasi sampling yang parameternya akan
diduga melalui penelitian terhadap sampel. Dengan demikian, sampel
merupakan wakil sah bagi populasi sasaran, bukan bagi seluruh populasi
sampling.7 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pengaruh
perencanaan pembelajaran PAI di kelas MAN I MAJALAYA.
Mengacu pada pendapat Suharsimi Arikuto bahwa.apabila
subjeknya kurang dari 100, pengambilan sampelnya lebih baik diambil
seluruhnya atau ..sampel total. Sedangkan jika subjeknya lebih dari 100,
maka pengambilan sampelnya dapat diambil sampel antara 10 – 15%
atau 20 – 25%, atau lebih tergantung kepada kemampuan ..peneliti , jadi
sampel adalah sebagian dari individu yang diselidiki.
Sebagaimana pendapat Sutrisno ia menyatakan sebagian yang
diselidiki adalah sample. Selanjutnya dari seluruh populasi yang telah
ada akan ditetapkan sampelnya dengan berdasarkan pendapat di atas dan
mengingat kepada kemampuan penulis, sampel yang akan digunakan
terbatas pada pengaruh perencanaan pembelajaran PAI salah satunya
yaitu perencanaan pembelajaran akidah ahlak terhadap ahlak peserta
didik di kelas VII A.
3. MetodeDanTeknikPenelitian
7(Abdurrahmat Fathoni, 2006.metodologi penelitian dan teknik penyususnan skripsi.
Pt. asdi mahasatya.jakarta hal:103).
a. MetodePenelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu penelitian yang
diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat objek tertentu.8Metode deskriptif ini
tepat digunakan untuk menggambarkan kondisi faktual penyelenggaraan
pendidikan. Metode ini berusaha menggambarkan dan menginterpretasi
apa yang ada, bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat
yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek
yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang.
b. Teknik Penelitian
1) Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog langsung yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang diwawancarai.9
Wawancara ini dilaksanakan untuk mendapatkan data yang objektif
mengenai Bagaimana implikasi teknologi sebagai sumber daya belajar
terhadap peningkatan kualitas hasil belajar peserta didik
2) Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi
merupakan teknik pengamatan dan pencatatan sistematis dari
8 (yaya suryana, 2009. Metode Penelitian Pendidikan, PT. Azkia Pustaka Utama,
Bandung.
9(Suharsimi Arikunto,prosedur penelitian suatu pendekatan praktek 1993:162).
fenomena-fenomena yang diselidiki.Penelitian yang dilakukan dengan
cara melakukan pengamatan terhadap objek, baik secara langsung
ataupun tidak langsung, lazimnya menggunakan teknik observasi.
Dalam hal ini observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan
cara mendatangi guru di lokasi penelitian untuk meyakinkan kegiatan
yang terjadi dan mencatatnya sebagai data penelitian.
3) Angket
Angket atau kuesioner merupakan salah satu alat pengumpul
data.Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan
atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh
responden.Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang
bagaimana manajemen perencanaan pembelajaran PAI yang baik dan
pada kesempatan ini yang mejadi responden pertama adalah pihak
guru. Serta bagaimana dampak yang ditimbulkan terhadap ahlak
peserta didik dari pembelajaran PAI terebut.
Dengan teknik ini diharapkan peneliti mendapatkan data pokok
yang akan dilaksanakan secara efisien. Angket yang digunakan adalah
angket yang langsung dan berstruktur, yakni diberikan dan di isi
langsung oleh responden serta pada setiap itemnya sudah tersedia
berbagai alternative jawaban.Angket ini diberikan kepada setiap guru
untuk mengetahui tanggapan, kemudahan dan kendala saat menyusun
perencanaan pembelajaran.Serta bagaimana implementasi dari
perencanaan pembelajaran tersebut di dalam kelas dan dampak yang
di timbulkan dari pembelajaran PAI tersebut terhadap akhlak peserta
didik.
4) Studi Kepustakaan
Kajian pustaka adalah proses pendalaman, penelaahan dan
pengidentifikasian pengetahuan yang ada dalam kepustakaan (sumber
bacaan, buku-buku referensi atau hasil penelitian lain) yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti10
. Teknik ini dilakukan
untuk menunjang hasil penelitian dengan menggunakan buku-buku
dan bahan-bahan yang ada hubungannya dengan permasalahannya
yang diteliti.
5) Analisis data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah
selanjutnnya adalah menganalisa data yang telah terkumpul. analisa
ini akan dilakukan dengan cara analisis logika dan korelasi
nyadengan teori teori para ahli tentang perkembangan ahlak sehingga
data yang diperoleh bersifat kualitatif.
6) Pendekatan Dan Metode Penelitian
Masalah yang dikaji yaitu untuk mengetahui pengelolaan
perencanaan pembelajaran seorang guru dalam mengelola dan
melaksanakan pembelajaran dan memantau kemajuan ahlak peserta
didik setelah melakukan pembelajaran. Maka metode penelitian yang
di gunakan adalah metode kualitatif.
10
(sugiyono.2005.metode peneitian kuantitat kualitatif dan R & Dalfhabeta bandung.
7) SubyekPenelitian Dan ObjekPenelitian
Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh
peneliti.11
Subyek dalam penelitian ini adalah pengaruh manajemen
perencanaan pembelajaran PAI terhadap ahlak peserta didik. Dan yang
menjadi objek adalah seluruh peserta didik kelas MAN I
MAJALAYA.
8) Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel - variabel dari penelitian ini adalah pengaruh
perencanaan pembelajaran PAI. Agar diperoleh data yang lengkap dan
betul-betul menjelaskan peningkatan Ahlak peserta didik, maka dalam
hal ini peneliti perlu mengumpulkan data-data dari penilaian guru.
Terutama penilaian afektif peserta didik.
9) SistematikaPenulisan
Dalamsistematikapenyusunanskripsi
initerdiridaritigabagianantara lain :Bagianawalmeliputi :
halamanjudul, halamanpengesahan, halaman motto, prakata, daftarisi,
daftartabel, abstraksi.
BagianUtama :
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, Identifikasi Masalah,
perumusan masalah dan Pembatasan Masalah, Tujuan penelitian,
11
(Arikunto, metodologi penelitian dengan pendekatan praktik2002).
Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Tinjauan Pustaka,
Langkah-langkah Penelitian dan sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai pengertian yang berkaitan
dengan judul yang hendak dibahas. Dimana judul teresbut memuat tema
yang di jadikan sebagai landasan. Landasan teori ini terbagi dalam tiga
poin. Yaitu landasan teoritis, landasan teologis, dan landasan filosis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan pengertian metode penelitian, tempat dan
waktu penelitian, populasi, sample, dan sampling, ,teknik pengumpulan
data, teknik analisis data.
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN
Meliputi latar belakang sekolah, Manajemen Kinerja Guru,
manajemen Guru dalam memanfaatkan teknologi saat pembelajaran
guna meningkatkan Mutu Lulusan, Masalah yang dihadapi Guru
terhadap penggunaan teknologi, Langkah-langkah strategis guru dalam
pemanfaatan teknologi sebagai sumber daya belajar.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran-saran dari penelitian.
Bagian akhir terdiri dari.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
H. DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharismi. 2002. Metodologi Penelitian dengan pendekatan praktik.
Jakarta: rhineka cipta
______,_________.2004. metode penelitian pendidikan.Jakarta : Rhineka Cipta
______,_________.2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.Jakarta :
Rhineka Cipta
Darwin Syah , 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam.
Departemen Agama Republik Indonesia Al-quran dan terjemahan
Q.S. Shaad Ayat 46
Fathoni,Abdurrahmat. 2006.metodologi penelitian dan teknik penyususnan
skripsi.Jakarta: Pt Asdi Mahasatya
Hamalik,Oemar.1995. Kurikulum Dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta
Khoiri. 2008. Pembelajaran Kreatif dengan Peraga. http://www.indopos.co.id/
index.php?act=detail_c&id=325101. Diakses 25 september 2014
PidartaMade.2005. Perencanaan Pendidikan Parsipatori, Jakarta, : PT Asdi
Mahasatya
Pararaja, Arifin. 2008. Metodologi PAIKEM. http://smk3ae. wordpress.com
/ 2008/06/26/ metodologi-pakem/. Diakses tanggal 25 september 2014
Ramadhan, A. Tarmizi. 2008. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan.
Syafie,Inu Kencana dan Azhari, 2006. Pengertian sistem . Bandung: PT Refika
Aditama
Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung :
Mandar Maju
sugiyono.2005.metode peneitian kuantitat kualitatif dan R & Dalfhabeta bandung
Zakiah Daradjat,1996. Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksara
J. OUT LINE
Dalam penyusunan skripsi yang akan penulis buat tentunya ad sistematika
penulisan yang harus di pakai. Sesuai dengan anjuran dari pihak akademik maka
susunan penulisan skripsi yang akan penulis buat adalah sebagai berikut
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................................
ABSTRAKSI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
B. Identifikasi, Pembatasan & Perumusan masalah..................................
C. Tujuan Penelitian..................................................................................
D. Kerangka Pemikiran .............................................................................
E. Hipotesis ...............................................................................................
F. Langkah Langkah Penelitian ................................................................
G. Sistematika Pembahasan ......................................................................
BAB II LANDASAN TEORI (JUDUL SKRIPSI)
A. Landasan Teologis................................................................................
B. Landasan Filosofis................................................................................
C. Landasan Teoritis .................................................................................
D. Konsep Dasar .......................................................................................
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Menetukan Lokasi Penelitian ...............................................................
B. Menentukan Sumber Dan Jenis Data ...................................................
C. Menentukan Populasi & Sample ..........................................................
D. Menentukan Metode Penelitian ............................................................
E. Menentukan Teknik Pengumpulan Data ..............................................
F. Teknik Menganalisa Data.....................................................................
G. Teknik Menyajikan Data Hasil Penelitian ...........................................
BAB IV ANALISIS EMPIRIK (JUDUL)
A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian ......................................................
B. Realitas Manajemen Perncanaan Pembelajaran PAI Dalam
Meningkatkan Ahlak Peserta Didik .....................................................
C. Kualitas Lingkungan Sekolah ..............................................................
D. Hubungan Antara Lingkungan Kelas Dengan Pemanfaatan Sumber
Daya Belajar .........................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran & Rekomendasi ..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN LAMPIRAN .............................................................................
INDEX .............................................................................................................
GLOSARIUM ................................................................................................
K. RENCANA WAKTU PENELITIAN
Penelitian yang akan dilakasanakan ini direncanakan selesai dalam waktu
kurang dari 6 bulan mulai dari pengajuan judul sampai dengan penelitian
dilapangan dan dilanjutkan pada pengolahan data dan penyajian data pelaporan
dalam bentu klaporan skripsi , adapun skema rencana waktu penelitian
direncanakan sebagai berikut ;
No
Bulan
Keterangan
des Jan feb mar apr Mei juni
1 Ujian Proposal
2
Pencarian Data Melalui
Observasi Lapangan
3
Ujian WIP I, Hasil Penulisan
Data BAB I & BAB II
4 Pengolahan Data Lapangan
5
Ujian WIP II Hasil Penyajian
BAB III s/d BAB Akhir
6 Munaqosah
I.