BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk membina
kepribadain sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat dan budaya.
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Sehingga pendidikan mempunyai misi seluruh
aspek dengan dinamika hidup manusia serta perubahan-perubahan yang
terjadi dalam hidupnya. Hal ini menunjukan bahwa masalah pendidikan
adalah dinamis, dengan kata lain pendidikan mempunyai nilai-nilai
eksistensi selalu mengikuti perubahan jaman (Wahjosumidjo,2008:80).
Pendidikan juga merupakan upaya, yang dapat mempercepat
pengembangan sumber daya manusia (SDM), untuk mampu
mengembangkan tugas yang dibebankan kepadanya. Pendidikan juga
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan mausia,
sebab pendidikan merupakan suatu proses pembentukan manusia, untuk
menumbuh kembangkan potensi yang ada (Wahjosumidjo,2008:81).
Upaya peningkatan kualitas pendidikan dari tahun ke tahun, selalu
menjadi program pemerintah, salah satunya dengan ditetapkannya UU
No.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional adalah, untuk
mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak serta peradaban
bangsa, yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Dan dijelaskan lebih
lanjut peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Wahjosumidjo,2008:82).
Menurut Ine Kusuma Aryani dan Markum Susanti (2010:4)
menyatakan bahwa Pendidikanmemilikiperan strategis dalam mendaya
gunakan potensi manusia agar menjadi lebih baik, matang, mantap, utuh,
dan produktif. Pendidikan bukan hanya di persiapkan untuk
megembangkan potensi diri manusia, melainkan juga mengantisipasi
dampak buruk dari kecenderungan perkembangan kebudayaan manusia.
Dalam perspektif sosiologi,Pendidikan adalah sebagai suatu gejala
sosial, dengan demikian, menurut para sosiolog, pendidikan adalah setiap
system budaya atau intruksi intelektual yang formal atau semi formal
( Mahmud, 2012: 55 ).
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan
kelakuan anak didik, pedidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keterampilan dan asek-aspek kelakuan lainnya kepada
generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar belajar pola-pola
kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.
Kelakuan masyarakat pada hakekatnya hampir seluruh bersifat sosial,
yakni di pelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya ( S. Nasution,
1983:11 ).
Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil
hubungan kita dengan orang lain dirumah, sekolah, permainan, pekerjaan,
dan sebagainya. Bahan pelajaran atau masyarakat seseorang. Demikian
pula kelompok atau masyarakat menjamin kelangsungan hidupnya
melalui pendidikan. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya,
maka kepada anggota mudanya harus di teruskan nilai-nilai, pengetahuan,
keterampilan, dan bentuk kelakuan lainnya yang diharapkan akan
memiliki setiap anggota. Tiap masyarakat meneruskan kebudayaannya
dengan beberapa perubahan kepada generasi muda melalui pendidikan,
melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan
sebagai sosialisasi. Dalam arti ini pendidikan dimulai dengan interaksi
pertama individu itu dengan anggota masyarakat lainnya ( S. Nasution,
1983:12 ).
Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan
adalah sekolah dasar. Di sekolah inilah anak didik mengalami proses
pendidikan dan pembelajaran. Dan secara umum pengertian sekolah dasar
dapat di katakan sebagai institusi pendidikan yang menyelenggarakan
proses pendidikan dasar dan mendasari proseskepada pendidikan
selanjutnya.
Sekolah Dasar (SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan
formal di Indonesia. Sekolah dasar dilaksanakan dalam waktu 6 tahun,
mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Siswa kelas 6 diwajibkan untuk
mengikuti Ujian Nasional (Ebtanas) yang mempengaruhi kelulusan atau
tidaknya siswa.Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke
sekolah menengah pertama (SMP) atau yang sederajat, Pelajar sekolah
dasar umumnya berusia 7-12 tahun.
Sekolah Menengah Pertama ( SMP) merupakan jenjang pendidikan
dasar formal di Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar
(SD) atau yang sederajat. Sekolah Menengah Pertama dilaksanakan dalam
kurun waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Siswa kelas 9
diwajibkan mengikuti Ujian Nasional yang mempengaruhi kelulusan atau
tidaknya siswa. Lulusan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan ke
tingkat pendidikan lebih tinggi, yaitu pendidikan sekolah menengah atas
(SMA) atau sekolah menengah kejuruan (SMK) atau yang sederajat.
Pelajar sekolah menengah pertama ini umumnya mereka berusia 13-15
tahun.
Sekolah Menengah Atas dalam pendidikan formal di Indonesia,
merupakan jenjang pendidikan menengah setelah menamatkan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) atau yang sederajat. Sekolah Menengah Atas
diselesaikan dalam kurun waktu 3 tahun, yaitu mulai kelas 10 sampai kelas
12. Pada tahun kedua (di kelas 11), siswa Sekolah Menengah Atas, wajib
memilih jurusan yang ada, yaitu Sains, Sosial, atau Bahasa. Pada akhir
tahun ketiga (di kelas 12), siswa diwajibkan mengikuti Ujian Nasional
yang mempengaruhi kelulusan atau tidaknya siswa. Setelah lulus (tamat)
SekolahMenengah Atas dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi. Umumnyapelajar Sekolah Menengah Atas mereka
berusia 16-18tahun.
Pengertian perguruan tinggi menurut rallon dan syarbani (2009:19)
adalah sebuah alat controlmasyarakat dengan tetap terpeliharanya
kebebasan akademis terutama dari campur tangan penguasa.
Dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pada
pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa pendidikan tinggi adalah jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
diploma, sarjana, program magister, program doktor dan program profesi,
serta program spesialis, yang di selenggarakan oleh pihak perguruan tinggi
berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.
Sekolah memiliki dua pengertian pertama lingkungan fisik dengan
berbagai perlengkapan yang merupakan tempat penyelenggaraan proses
pendidikan untuk usia dan criteria tertentu kedua, proses kegiatan belajar
mengajar menurut Philip robinson (1981) menyebutkan bahwa sekolah
sebagai organisasi, yaitu unit sosial yang secara sengaja dibentuk untuk
tujuan-tujuan tertentu, sekolah sengaja di ciptakan untuk tujuan tertentu
yaitu memudahkan pengajaran sejumlah pengetahuan(Mahmud, 2012:167
).
Adapun fungsi dari pendidikan itu sendiri yang dikatakan oleh
Horton dan hunt adalah fungsi manifest dan latent. Fungsi manifest
merupakan apa yang telah tertera dalam kurikulum sekolah, namun kita
telah mengenal pula bahwa sekolah juga mempunyai apa yang dinamakan
kurikulum tersembunyi atau terselubung (hidden kurikulum), yaitu
kurikulum yang tidak di sadari tetapi meskipun dengan demikian berfungsi
pula untuk menanamkan pengetahuan, keterampilan dan nilai tertentu.
Fungsi latent pendidikan mempersiapkan anggota masyarakat untuk
mencari nafkah, mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan
pribadi maupun kepentingan masyarakat, melestarikan kebudayaan,
menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi
dan sebagainya (Kamanto Sunarto,2000:68).
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa pada dasarnya setiap
manusia perlu mendapatkan bimbingan, baik dari orang tua maupun guru,
karena manusia merupakan mahluk sosial yang tidak mampu hidup
sendiri.Idealnya pendidikan bisa dinikmati oleh semua anggota masyarakat
sebagai wujud hak hidupnya. Menjadi manusia terdidik pada dasarnya,
adalah tujuan untuk bisa mengakses kehidupan, yang lebih berarti sebagai
manusia. Namun, demikian dalam banyak kasus, pendidikan hanya dapat
dinikmati oleh sebagian anggota masyarakat. Terdapat beberapa alasan
yang menjadi faktor kendala dari perolehan pendidikan diantaranya, faktor
sosiokultur (Muhaimin,2009:11-12).
Adapun gejala-gejala permasalahan dari hasil observasi yang
berkaitan dengan kualitas Pendidikan di Kampung Pungkur Loji Desa
Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung, antara
lain:
1. Masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa pendidikan
itu tidak terlalu penting. Padahal pendidikan memberikan
kontribusi dalam perkembangan masyarakat, tetapi mungkin
masih banyak masyarakat yang belum merasakan kontribusi
pendidikan itu sendiri.
2. Dikarenakan biaya pendidikan yang semakin mahal, yang tidak
terjangkau oleh sebagian kalangan masyarakat golongan
bawah, dengan demikian maka timbul persepsi masyarakat
yang menganggap bahwa pendidikan tidak terlalu penting.
3. Minimnya minat terhadap pendidikan perguruan tinggi,
walaupun secara ekonomi sebagian masyarakat mampu.
4. Kurangnya responsibilitas pemuda terhadap jenjang pendidikan
perguruan tinggi, mereka lebih memilih menikah, berdagang
dan menjadi buruh pabrik dari pada melanjutkan ke jenjang
perguruan tinggi.
Terkait dengan salah satu daerah, tepatnya di Kampung Pungkur
Loji Desa Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung
mengenai Pemuda dan Pemudi, mereka lebih memilih menikah dan
bekerja ketimbang memilih melanjutkan pendidikannya. Dari data yang
peneliti dapatkan di lapangan mayoritas Pemuda dan Pemudi Kampung
Pungkur Loji Desa Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka Kabupaten
Bandung hanya sampai pada jenjang pendidikan (SLTP).Berikut adalah
data yang penulis dapatkan di lapangan :
Jumlah Penduduk Kampung Pungkur Loji Desa Cicalengka Kulon
Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung berjumlah 785 diantaranya
404 laki-laki dan 381 perempuan dengan tingkat pendidikan yang berbeda.
Tabel 1.1
Data Penduduk
LK PR JUMLAH
JUMLAH PENDUDUK 404 381 785
Jumlah kepala keluarga 192 21 213
Tamat SD/sederajat 174 82 256
Tamat SLTP/sederajat 141 57 198
Tamat SLTA/sederajat 103 91 194
Tamat D-1 /sederajat 2 3 5
Tamat D-2 /sederajat 1 2 3
Tamat D-3 /sederajat - - -
Tamat S-1 /sederajat 3 2 5
Tamat S-2 /sederajat 1 - 1
Tamat S-3 /sederajat - - -
Usia 0-6 Tahun yang belum masuk TK 25 19 44
Usia 0-6 Tahun yang sudah masuk TK 11 10 21
Usia 7-18 yang sedang sekolah 46 32 78
Usia 0-17 Tahun 117 116 233
Usia 18-25 Tahun 61 55 116
Usia 26-87 Tahun 219 217 436
JENIS PEKERJAAN LK PR JUMLAH
Pedagang 42 34 76
Buruh Pabrik 32 13 45
Petani 1 - 1
Buruh Migran 2 1 3
PNS 3 - 3
Montir 1 - 1
Pengrajin 3 - 3
Pembantu Rumah Tangga - 2 2
TNI 2 - 2
POLRI 3 1 4
Pensiunan PNS/POLRI/TNI 5 6 11
Pengusaha Kecil 7 1 8
Berangkat dari realitas kondisi diatas, peneliti ingin meneliti lebih
jauh tentang realitas kurangnya minat pemuda-pemudi terhadap jenjang
pendidikan perguruan tinggi, dalam hal ini peneliti lebih dispesifikasikan
kepada objek pemuda dan pemudi. Maka dari itu penelitian ini peneliti
angkat dengan judul: “Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan
Perguruan Tinggi (Studi Deskriptif pada Pemuda dan Pemudi Kampung
Pungkur Loji Desa Cicalengka Kecamatan Cicalengka Kabupaten
Bandung)”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalahnya
disusun sebagai berikut:
1. Kurangnya partisipasi terhadap jenjang pendidikan perguruan
tinggi pada pemuda dan pemudi cenderung lebih tinggi.
2. Fenomena memilih menikah, menjadi buruh pabrik dan pedagang
meskipun ia berada di tengah-tengah suatu perubahan arus
globalisasi atau kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini lebih
memfokuskan mengenai persepsi dan peran pendidikan di kalangan
pemuda dan pemudi di Kampung Pungkur Loji Desa Cicalengka Kulon
Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya apat
disusun sebagai berikut :
1. Bagaimana Realitas Pendidikan di Kampung Pungkur Loji Desa
Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung?
2. Faktor apa yang menyebabkan rendahnya Pendidikan Perguruan
Tinggi di Kampung Pungkur Loji Desa Cicalengka Kulon
Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung?
3. Bagaimana peran Pemerintah dalam menyikapi Rendahnya
Pendidikan di Kampung Pungkur Loji Desa Cicalengka Kulon
Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung?
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitiannya
disusun sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana Realitas Pendidikan di Kampung
Pungkur Loji Desa Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka
Kabupaten Bandung.
2. Untuk mengetahui Faktor apa saja yang menyebabkan Rendahnya
Pendidikan perguruan Tinggi di Kampung Pungkur Loji Desa
Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung.
3. Untuk mengetahui seberapa besar peran Pemerintah dalam
menyikapi Rendahnya Pendidikan di Kampung Pungkur Loji Desa
Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung.
1.5. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis : Keguanaan penelitian dalam hal kahazanah
pengetahuan akademis, bahwa peneliti dapat menerapkan teori-
teori yang ada sebelumnya untuk di pakai dalam penelitian ini,
menambah kuat teori yang sudah ada ataupun menemukan teori
yang baru.
2. Kegunaan Praktis : Kegunaan penelitian untuk praktis ataupun
masalah sosial, berguna untuk mengetahui apa yang menjadi
penyebab masalah sosial ini bisa terjadi, khususnya yang
mengakibatkan Rendahnya Pendidikan Tinggi di Kampung
Pungkur Loji Desa Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka
Kabupaten Bandung.
1.6. Kerangka Pemikiran
Pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk membina
kepribadain sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat dan budaya.
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Sehingga pendidikan mempunyai misi seluruh
aspek dengan dinamika hidup manusia serta perubahan-perubahan yang
terjadi dalam hidupnya. Hal ini menunjukan bahwa masalah pendidikan
adalah dinamis, dengan kata lain pendidikan mempunyai nilai-nilai
eksistensi selalu mengikuti perubahan jaman (Wahjosumidjo,2008:80).
Masyarakat dan pendidikan merupakan dua komponen yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lainnya, masyarakat membutuhkan pendidikan
begitu pula sebaliknya, tanpa masyarakat pendidikan tidak akan berjalan
dengan baik karena di dalam pendidikan terdapat unsur masyarakat seperti
guru, peserta didik dan lain-nya, begitu pula sebaliknya tanpa ada
pendidikan masyarakat akan menjadi bodoh dan tidak mempunyai ilmu
pengetahuan.Selain itu masyarakat juga dipandang sebagai “laboratorium
dimana anak belajar, menyelidiki dan turut serta dalam usaha-usaha
masyarakat yang mengandung unsur masyarakat” (Abu Ahmadi, 2004:
133).
Masyarakat berfungsi sebagai penerus budaya dari generasi
selanjutnya secara dinamis sesuai situasi dan kondisi serta kebutuhan
masyarakat melalui pendidikan dan interaksi sosialYang sehingga sangat
mustahil bila kedua unsur ini yakni pendidikan dan masyarakat dipisah
dan tidak berkaitan dan apabila kedua hal tersebut tidak menyatu maka
akan menghasilkan hasil didikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan lingkungan.Dan pendidikan juga harus memenuhi
kebutuhan dari pada masyarakat itu sendiri sehingga kelak terbentuklah
masyarakat yang madani yang dimana kemudian dalam undang-undang
negara Indonesia juga telah dirumuskan tentang pendidikan yang
mengikuti atas kebutuhan masyarakat sekitar, yang termaktub dalam
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 (Ary H. Gunawan, 2000: 54 ).
Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia,
dengan pendidikan manusia akan semakin berkembang. Namun dewasa ini
posisi pendidikan di sampingkan dalam pentingnya masih saja sebagian
masyarakat yang menganggap pendidikan itu tidak penting. Masih banyak
kalangan masyarakat yang mengganggap bahwa pendidikan itu tidak
terlalu penting. Padahal pendidikan memberikan kontribusi dalam
perkembangan mayarakat, tetapi mungkin masih banyak kalangan
masyarakat yang belum merasakan kontribusi pendidikan itu sendiri.
Dikarenakan biaya pendidikan yang semakin mahal, yang tidak terjangkau
oleh kalangan masyarakat golongan bawah. Dan dengan hal tersebut, maka
timbul persepsi masyarakat yang mengganggap bahwa pendidikan itu tidak
terlalu penting.
Bagan 1.1. Skema Konseptual
Pendidikan
SD SMP/SLTP SMA/SLTA Perguruan Tinggi
Masyarakat Pendidikan
Persepsi Masyarakat
Partisipasi berarti pengambilan bagian, pengikutsertaan (Windy Novia, 2009:364).