II‐1
BAB II
DASAR TEORI DAN TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Teori Umum
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa
lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik
ekonomi, yang merupakan unsur laporan keuangan (Prastowo, Juliaty, 2002). Unsur
ini dapat diklasifikasikan menjadi unsur yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran posisi keuangan dan unsur yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran kinerja. Laporan perubahan posisi keuangan biasanya mencerminkan
berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam neraca. Di dalam neraca dan
laporan laba rugi, penyajian berbagai unsur tersebut memerlukan proses sub-
klasifikasi.
Laporan keuangan disertai catatan atas laporan keuangan mengandung informasi
yang berguna tentang posisi keuangan suatu perusahaan, sukses operasi perusahaan,
kebijakan dan strategi manajemen, dan pandangan atas kinerja masa depan
perusahaan. Diperlukan pendekatan untuk menggunkaan informasi yang tertuang
dalam laporan keuangan tahunan suatu perusahaan secar efektif. Laporan keuangan
tahunan meliputi 4 (empat) laporan keuangan dasar (Fraser, Ormiston, 2004), yaitu:
1. Neraca
Menunjukkan posisi keuangan yaitu aktiva, kewajiban, dan kekayaan
pemegang saham suatu perusahaan pada saat tertentu, seperti pada akhir
kuartal atau akhir tahun tertentu.
2. Laporan perhitungan laba rugi
Menyajikan hasil usaha perusahaan, beban dan laba rugi bersih untuk periode
akuntansi tertentu.
II‐2
3. Laporan ekuitas pemegang saham
Merekonsiliasikan saldo awal dan akhir laba ditahan dalam neraca. Beberapa
perusahaan menyajikan laporan laba ditahan digabung dengan laporan laba
rugi yang merekonsiliasikan saldo awal dan akhir laba ditahan. Laporan ini
biasa disebut juga laporan perubahan ekuitas.
4. Laporan arus kas
Memberikan informasi arus kas masuk dan kas keluar dari kegiatan operasi,
investasi, pendanaan dalam periode yang dicakup.
Terdapat pula catatan laporan keuangan yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan yang pertama
memberikan ikhtisar kebijakan akuntansi. Jika terjadi perubahan kebijaksanaan
akuntansi dalam periode pelaporan, perubahan-perubahan itu hendaknya dijelaskan
dan dampaknya disebutkan secara kuantitatif.
2.1.1 Neraca
Neraca adalah sebuah laporan keuangan yang berisikan kekayaan yang dikenal
dengan aktiva dan hutang serta modal perusahaan. Bentuk neraca yaitu aktiva
terletak pada sisi kiri lalu kewajiban dan modal ekuitas disebelah kanan. Neraca
memperlihatkan kekayaan, hutang dan modal pada saat waktu tertentu. Terdapat
sebuah persamaan umum dalam neraca yang selalu dipakai yaitu :
Asset (Aktiva) = Liability (Kewajiban)+ Owners Equity (Modal Ekuitas)
Persamaan ini akan selalu seimbang, jika tidak, maka pasti terdapat kesalahan dalam
penyusunannya, atau terdapat asset yang hilang atau tidak tercatat.
II‐3
Gambar 2.1 Struktur Neraca
Keterangan:
CA = Current assets CL = Current liabilities
FA = Fixed assets NCL = Non-current liabilities
E = Equity
Pada kondisi umum terdapat dua sumber pendanaan untuk bisnis, yaitu Liabilities
(Pinjaman / hutang) dan Owners Equity (modal pemilik/ekuitas). Di dalam penelitian
ini tidak akan dijelaskan secara mendetail mengenai konsep akuntansi dari neraca,
melainkan hanya konsep utama dari neraca itu sendiri.
Dalam menilai apakah suatu komponen memenuhi definisi aktiva, kewajiban atau
ekuitas tersebut, perhatian perlu ditujukan pada substansi dan realitas ekonomi dan
bukan hanya bentuk hukumnya. Neraca merupakan objek utama pada penelitian ini
sehingga komponen-komponen neraca akan dijelaskan untuk memperjelas analisis.
Masing-masing unsur yang berkaitan dengan posisi keuangan tersebut didefinisikan
sebagai berikut:
a) Aktiva (Assets)
Aktiva adalah sumberdaya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan diharapkan akan memberi manfaat ekonomi bagi perusahaan
di masa depan (Prastowo, Juliaty, 2002). Manfaat ekonomi di masa depan akan
terwujud dalam aktiva tetap karena potensi aktiva tersebut dapat memberikan
sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas (dan setara kas) kepada
perusahaan. Potensi ini dapat berbentuk sesuatu yang produktif dan merupakan
bagian dari aktivitas operasional. Selain itu dapat juga berbentuk sesuatu yang dapat
diubah menjadi kas (dan setara kas) atau berbentuk kemampuan untuk mengurangi
pengeluaran kas.
Manfaat ekonomi di masa depan dapat mengalir ke dalam perusahaan dengan cara
digunakan dalam produksi barang dan jasa, dipertukarkan dengan aktiva lain,
CA
FA
CL
NCL
E
II‐4
digunakan untuk menyelesaikan kewajiban atau dibagikan kepada para pemilik
perusahaan. Banyak aktiva yang memiliki substansi fisik (misalnya aktiva tetap) atau
dihubungkan dengan hak menurut hukum, termasuk hak milik (misalnya piutang dan
properti). Bentuk fisik dan hak milik tidaklah esensial untuk menetukan eksistensi
aktiva.
Aktiva perusahaan berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi di masa lalu.
Oleh karena itu, transaksi atau peristiwa yang diharapkan terjadi di masa depan tidak
dengan sendirinya memunculkan aktiva. Di samping itu, ada hubungan erat antara
terjadinya pengeluaran dan timbulnya aktiva, namun kedua peristiwa ini tidak perlu
harus bersamaan untuk menetukan timbulnya suatu aktiva. Penjabaran dari
komponen aktiva adalah sebagai berikut:
• Aktiva lancar (Current assets) yaitu uang kas dan aktiva lain yang diharapkan
dapat dicairkan menjadi uang tunai dalam periode berikutnya (paling lama
satu tahun). Yang termasuk dalam aktiva lancar yaitu:
1. Kas, uang tunai untuk membiayai operasi perusahaan.
2. Investasi jangka pendek, investasi yang sifatnya sementara hanya untuk
memanfaatkan uang yang belum dibutuhkan dalam operasi.
3. Piutang wessel, tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan
dalam perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
4. Piutang dagang, tagihan kepada pihak lain sebagi akibat penjualan barang
dagangan secara kredit.
5. Persediaan, baik persediaan bahan mentah, barang dalam proses maupun
barang jadi.
6. Piutang penghasilan, penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan
tetapi belum diterima pembayarannya.
II‐5
7. Biaya dibayar di muka, pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi
dari pihak lain. Pengeluaran itu belum menjadi biaya periode sekarang,
melainkan pada periode berikutnya.
• Aktiva tetap (Fixed assets), yaitu aktiva yang memberikan manfaat ekonomi
lebih dari satu tahun yang meliputi:
1. Investasi jangka panjang, investasi ini dilakukan jika perusahaan
mempunyai kekayaan lebih dari yang dibutuhkan. Aktiva ini tidak ada
hubungannya dengan operasi.
2. Aktiva tetap , yaitu kekayaan yang dimiliki perusahaan yang secara fisik
tampak, dan turut berperan dalam operasi perusahaan secara permanen.
Aktiva tetap juga mempunyai umur ekonomis lebih dari satu periode
dalam kegiatan perusahaan.
3. Aktiva tetap tidak berwujud, yaitu kekayaan perusahaan yang secara fisik
tidak tampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan
dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan.
4. Beban yang ditangguhkan, yaitu transaksi yang menunjukkan adanya
pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang.
5. Aktiva lain-lain, aktiva ini menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan
yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-
klasifikasi yang telah diuraikan sebelumnya.
b) Kewajiban (Liabilities)
Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa
lalu, yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari
sumberdaya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (Prastowo, Juliaty,
2002). Karakteristik essensial kewajiban adalah bahwa perusahaan mempunyai
kewajiban masa kini, yaitu suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau
II‐6
melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut
hukum, sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan atau
timbul dari praktik bisnis yang lazim, yaitu kebiasaan atau keinginan untuk
memelihara hubungan bisnis yang baik atau bertindak dengan cara yang adil.
Kewajiban suatu perusahaan dapat diselesaikan dengan cara melakukan pembayaran
kas, menyerahkan aktiva lain, memberikan jasa, mengganti kewajiban dengan
kewajiban lain, mengkonversi kewajiban menjadi ekuitas atau dengan cara
dihapuskan. Seperti halnya aktiva, kewajiban juga timbul dari transaksi atau
peristiwa masa lalu. Perlu juga dibedakan antara kewajiban sekarang dan komitmen
di masa depan. Keputusan manajemen untuk membeli aktiva di masa depan
(komitmen) tidak dengan sendirinya menimbulkan kewajiban sekarang. Perusahaan
dapat mengakui jumlah rabat yang akan diberikan di masa depan sebagai kewajiban
yang timbul sebagai akibat penjualan di masa lalu. Beberapa jenis kewajiban hanya
dapat diukur dengan menggunakan estimasi dalam derajat yang substansial.
Penjabaran dari komponen kewajiban yaitu:
• Kewajiban lancar (Current liabilities) yaitu kewajiban keuangan perusahaan
yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek
(satu tahun sejak tanggal neraca). Akun yang termasuk dalam kewajiban
lancar meliputi:
1. Hutang dagang, yaitu hutang yang timbul karena adanya pembelian
barang secara kredit
2. Hutang wessel, yaitu hutang yang disertai janji tertulis
3. Hutang pajak, yaitu pajak yang belum disetorkan ke kas negara.
4. Biaya yang masih harus dibayar, yaitu biaya-biaya yang sudah diakui,
tetapi belum dilakukan pembayarannya.
5. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, yaitu sebagian hutang
jangka panjang yang jatuh tempo pembayarannya sudah dekat.
II‐7
6. Pendapatan diterima di muka, yaitu penerimaan uang untuk penjualan
barang yang belum direalisasikan.
• Kewajiban jangka panjang (Non-currrent liabilities) adalah kewajiban yang
penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber
daya perusahaan (yang memiliki manfaat ekonomi) dalam jangka waktu lebih
dari satu tahun yang meliputi:
1. Hutang pajak tangguhan, yaitu konsekuensi pajak periode mendatang.
2. Hutang obligasi, biasanya kewajiban imbalan kerja karyawan seperti
imbalan kesehatan pasca kerja.
3. Taksiran kewajiban restorasi dan rehabilitasi, yang terkait dengan
kebijakan mengenai lingkungan hidup dengan melaksankan tindakan
yang secara teknis dan ekonomis layak diterapkan.
4. Pinjaman jangka panjang yaitu hutang jangka panjang yang jatuh tempo
pada periode yang akan datang.
c) Modal Ekuitas (Equity)
Modal ekuitas adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahan. Ekuitas
berupa hak residual (residual interest) atas aktiva perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban (Prastowo, Juliaty, 2002). Meskipun demikian, di dalam neraca
ekuitas dapat disubklasifikasikan. Dalam perusahaan terbatas, setoran modal oleh
para pemegang saham, saldo laba ditahan, penyisihan saldo laba dan penyisihan
penyesuaian pemeliharaan modal dapat disajikan secara terpisah. Penyajian seperti
ini berguna untuk mengidentifikasikan pembatasan hukum dan pembatasan lainnya
terhadap kemampuan perusahaan untuk membagikan atau menggunakan ekuitas
serta merefleksikan fakta bahwa berbagai pihak mempunyai hak yang berbeda.
Jumlah ekuitas yang disajikan pada neraca bergantung pada pengukuran aktiva dan
kewajiban. Pembentukan suatu cadangan kadang-kadang diharuskan oleh suatu
II‐8
peraturan perundangan yang berlaku untuk memberikan perlindungan tambahan baik
kepada perusahaan maupun kreditor. Eksistensi dan besarnya cadangan ini
merupakan informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan. Macam-macam
dari modal ekuitas yaitu:
1. Saham biasa
Beberapa perusahaan selain memiliki saham biasa juga memiliki saham
istimewa yang memberikan deviden tahunan tetapi tidak memiliki hak
suara. Pemegang saham biasa tidak menerima pendapatan tetap tetapi
mempunyai hak istimewa sebanding dengan saham yang dimiliki
(deviden saham tergantung pada keputusan direksi). Pemegang saham
biasa juga dapat menkmati keuntungan atas kenaikan harga saham.
2. Modal setoran tambahan
Perkiraan modal setoran tambahan ini menunjukkan jumlah dimana harga
jual perdana saham biasa melebihi harga nominal sehingga kelebihan
harga tersebut menjadi modal tambahan.
3. Laba ditahan
Perkiraan ini adalah penjumlahan laba yang diperoleh perusahaan
semenjak perusahaan didirikan, dikurangi dengan deviden tunai yang
dibayar atau deviden saham. Laba ini merupakan dana yang dipilih untuk
diinvestasikan kembali kedalam kegiatan perusahaan daripada dibayar
kepada pemegang saham sebagai deviden.
4. Transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
Transaksi ini berupa pengalihan aktiva, kewajiban, saham, atau bentuk
instrumen kepemilikan lainnya antara pihak-pihak (perorangan,
perusahaan, atau bentuk entitas lainnya) yang secara langsung atau tidak
langsung (melalui satu atau lebih perantara), mengendalikan atau
dikendalikan oleh atau di bawah pengendalian yang sama.
II‐9
2.1.2 Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi menyajikan pendapatan, beban, laba bersih, dan laba per lembar
saham untuk satu periode akuntansi (Prastowo, Juliaty, 2002). Laporan laba rugi
adalah suatu bagian dari paket laporan keuangan, dan seperti bagian lainnya, laba
rugi pada dasarnya merupakan hasil dari berbagai pilihan akuntansi, estimasi, dan
pertimbangan yang mempengaruhi hasil yang dilaporkan, seperti halnya
kebijaksanaan bisnis, kondisi ekonomis dan banyak variabel yang lain
mempengaruhi hasil yang dilaporkan. Langkah dari penyusunan laporan laba rugi
yaitu:
Penjualan bersih
Harga pokok penjualan________-
Laba kotor
Beban usaha
Depresiasi dan amortisasi______-
Laba usaha
Pendapatan (beban) lain-lain___+
Laba sebelum pajak
Pajak_____________________-
Laba bersih
Penjelasan beberapa komponen laporan laba rugi yang digunakan dalam penelitian,
yaitu:
• Penjualan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang telah dipotong dengan retur
dan diskon. Retur penjualan adalah pembatalan penjualan, dan diskon
penjualan adalah potongan dari harga faktur asli.
II‐10
• Laba bersih adalah laba perusahaan sesudah memperhitungkan semua
pendapatan dan beban yang dilaporkan semasa periode akuntansi.
2.2 Analisis Struktur Neraca
Neraca dapat dilihat sebagai mesin yang dapat memanfaatkan energi tertentu yang
dapat menghasilkan kekuatan dalam bentuk keuntungan (Walsh, 2006). Mengenai
bagaimana sebuah neraca dapat mengubah energi dalam hal ini yaitu aktiva dalam
jumlah yang minimum namun dapat menghasilkan keuntungan yang maksimum,
maka hal-hal yang harus dianalisis adalah:
• Perbandingan struktur neraca
• Terminologi neraca
• Performa perusahaan
• Likuiditas dan solvabilitas perusahaan
• Strategi dana jangka pendek dan jangka panjang
2.2.1 Perbandingan Struktur Neraca
Struktur neraca setiap perusahaan dibandingkan satu sama lain untuk melihat
persentase komponennya. Bagian sebelah kiri neraca dibandingkan struktur
aktivanya, yaitu porsi aktiva lancar dan aktiva tetap. Sedangkan bagian kanan neraca
dibandingkan struktur kewajibannya, yaitu dengan melihat struktur hutang baik
jangka pendek dan jangka panjang dan modal ekuitas. Struktur neraca dilihat
pertahun dan rata-ratanya pada masing-masing perusahaan untuk dibandingkan
dengan rata-rata industri tambang Indonesia. Struktur neraca rata-rata industri
tambang di Indonesia merupakan gabungan perusahaan tambang batubara dan
mineral sehingga jika dibandingkan dengan struktur neraca Bumi dan PTBA sebagai
perusahaan tambang batubara dan Antam sebagai perusahaan tambang mineral
merupakan hal yang kurang ideal. Perbandingan struktur neraca yang utama adalah
dengan menganalisis komposisi dari neraca itu sendiri.
II‐11
2.2.2 Terminologi Neraca
Menurut Walsh, 2006 terdapat empat terminologi yang digunakan dalam neraca,
yaitu:
a) Total Assets
TA = FA + CA
TA = E +NCL + CL
Total assets dapat dihitung baik dari penjumlahan komponen aktiva maupun
penjumlahan komponen kewajiban. Total aktiva secara sederhana menjumlahkan
seluruh komponen dalam neraca dari atas ke bawah.
b) Capital Employed
CE = FA + CA - CL
CE = E + NCL
Capital employed dapat digunakan dengan luas. Perbedaan yang jelas antara total
assets dengan capital employed yaitu bahwa seluruh kewajiban jangka pendek
dihilangkan dalam capital employed. Capital employed merepresentasikan fondasi
keuangan jangka panjang dari suatu perusahaan baik pendanaan yang berasal dari
pemilik maupun dari luar. Fondasi keuangan tersebut dapat dijaga dengan baik
selama perusahaan dapat memastikan kelancaran keuntungan yang didapatkan. Nilai
capital employed perusahaaan, baik dengan penambahan equity dan non-current
liabilities maupun pengurangan total assets dengan current liabilities menghasilkan
angka yang sama.
CA
FA
CL
NCL
E
CA
FA
CL
NCL
E
II‐12
c) Net Worth
NW = TA – CL – NCL
NW = FA + CA – CL – NCL
Neth worth atau dapat juga disebot owners fund (OF) atau biasa disebut equity dapat
juga dihitung dengan cara lain, yaitu dengan menjumlahkan seluruh komponen
aktiva kemudian dikurangi dengan seluruh pinjaman dari luar baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
d) Working capital
WC = CA – CL
WC = E + NCL – FA
Working capital menyatakan ukuran dari likuiditas perusahaan. Likuiditas adalah
indikator dari ketersediaan dana tunai pada perusahaan. Poin penting yang harus
diperhatikan adalah aktiva yang dimiliki tidak dapat diubah dengan cepat menjadi
dana tunai, walaupun perusahaan tersebut memiliki aktiva yang besar. Perusahaan
dapat saja saja memiliki banyak aktiva atau makmur namun tidak likuid karena
mengalami kesulitan dalam menyediakan dana tunai. Ketika usaha dijalankan,
pendanaan jangka panjang dari pemilik maupun dari sumber lainnya diberikan. Dana
sejumlah tersebut digunakan untuk mengakuisisi aktiva tetap, tetapi perlu
diperhatikan bahwa perlu dipersiapkan pula sejumlah dana untuk membiayai
kebutuhan modal kerja jangka pendek atau digunakan untuk membiayai aktiva
lancar.
CA
FA
CL
NCL
E
CA
FA
CL
NCL
E
II‐13
2.2.3 Performa Perusahaan
Kinerja perusahaaan dilakukan dengan mengukur efisiensi menyeluruh perusahaan
dalam mengelola total investasi dan menghasilkan pengembalian (return) bagi para
pemegang saham (Fraser, Omiston, 2004). Digunakan dua rasio untuk
pengukurannya yaitu:
• Return On Asset (ROA)
• Return On Equity (ROE)
Yang keduanya dapat memberikan indikasi jumlah laba yang diperoleh dihubungkan
dengan tingkat investasi di total aktiva.
a) Return On Asset (ROA)
Analisis kinerja perusahaan membutuhkan analisis bersama yang dapat
menilai suatu ukuran relatif terhadap ukuran lainnya. Hubungan antara laba
dengan investasi modal yang disebut pengembalian atas investasi modal
(Return on Investment--ROI) atau biasa disebut juga dengan Return on Asset
(ROA), merupakan ukuran kinerja perusahaaan yang diakui secara luas.
Analisis ini menentukan kemampuan perusahaan untuk meraih keberhasilan,
memperoleh pendanaan, membayar kreditur, dan memberikan imbalan
kepada pemilik. Persamaan rasio ROA yaitu:
Adapun komponen dari ROA yaitu:
• Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih, yaitu mengukur laba setelah
mempertimbangkan seluruh pendapatan dan beban, termasuk beban bunga,
beban non-operasi dan pajak penghasilan. Persamaannya yaitu:
II‐14
• Total Assets Turnover atau Perputaran Aktiva, yaitu mengukur efisiensi
dalam mengelola seluruh aktiva. Persamaannya yaitu:
b) Return On Equity (ROE)
Salah satu alasan utama dalam mengoperasikan perusahaan yaitu untuk
menghasilkan laba yang akan bermanfaat bagi para pemegang saham. Ukuran
keberhasilan dalam pencapaian alasan ini adalah Return on Equity (ROE).
ROE mengukur imbalan bagi pemegang saham biasa. Rasio Return on Equity
ini dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
2.2.4 Likuiditas dan Solvabilitas Perusahaan
Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumberdaya perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan kas jangka pendek (Wild, Subramanyam, Halsey, 2005). Risiko likuiditas
perusahaan jangka pendek dipengaruhi oleh kapan arus kas masuk dan arus kas
keluar terjadi serta prospek arus kas untuk kinerja masa depan. Analisis likuiditas
diarahkan pada aktivitas operasi perusahaaan, kemampuan untuk menghasilkan
keuntungan dari penjualan produk, dan persyaratan serta ukuran modal kerja.
Analisis likuiditas yang dilakukan yaitu dengan menghitung rasio sebagai berikut:
• Current Ratio atau Rasio Lancar, untuk mengukur likuiditas jangka pendek
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kebutuhan uang tunai
seketika. Persamaannya yaitu:
II‐15
• Quick Ratio atau Rasio Cepat, untuk mengukur likuiditas jangka pendek lebih
serius dengan membuang persediaan karena persediaan merupakan aktiva
lancar yang paling tidak likuid. Persamaannya yaitu:
• Working Capital atau Modal Kerja, merupakan ukuran aktiva lancar yang
penting untuk mengukur cadangan likuiditas yang tersedia untuk memenuhi
kontingensi dan ketidakpastian yang dapat terjadi. Persamaannya yaitu:
Solvabilitas mengacu pada kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan dan
kemampuannya untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya (Wild,
Subramanyam, Halsey, 2005). Seluruh aktivitas usaha pada perusahaan baik itu
pendanaan, investasi, dan operasi akan mempengaruhi solvabilitas perusahaan.
Analisis ini mencakup analisis struktur kewajiban suatu perusahaan yang mengacu
pada sumber pendanaan perusahaan dan atribut ekonominya. Adapun rasio yang
digunakan dalam analisis ini meliputi:
• Long-term Debt to Total Capitalization Ratio, untuk mengukur seberapa jauh
hutang jangka panjang digunakan untuk pembelanjaan pembantu.
Persamaannya yaitu:
Longterm Debt to Total Capitalization Ratio
• Debt to Equity Ratio, untuk mengukur hutang dihubungkan dengan basis
modal ekuitas. Persamaannya yaitu:
Debt to Equity Ratio
II‐16
• Debt to Assets Ratio, untuk mengggambarkan porsi semua aktiva yang
dibiayai dengan hutang. Persamaannya yaitu:
Debt to Asset Ratio
2.2.5 Strategi Dana Jangka Panjang dan Jangka Pendek
Strategi dana jangka panjang dan jangka pendek berguna dalam menilai penggunaan
dana jangka pendek dan dana jangka panjang pada perusahaan. Cara melihat strategi
ini adalah dengan menghitung perbedaan jumlah setiap struktur antar periode yang
kemudian dikelompokkan menjadi “sumber” dan “penggunaan” (Walsh, 2006). Pada
komponen aktiva, bila terjadi kenaikan berarti selisih kenaikan tersebut dimasukkan
dalam “penggunaan”. Namun jika terjadi penurunan maka nilai penurunan tersebut
dimasukkan dalam “sumber”. Jika terjadi peningkatan pada komponen kewajiban,
maka selisih peningkatan tersebut dimasukkan dalam “sumber”. Namun jika terjadi
penurunan maka nilai penurunan tersebut dimasukkan dalam “penggunaan”.
Komponen yang masuk dalam kategori jangka pendek adalah Current Assets dan
Current liabilities. Sedangkan komponen yang masuk dalam kategori jangka panjang
adalah Fixed Assets, Non-current Liabilities, dan Equity. Contohnya adalah sebagai
berikut:
Pertama, mencari selisih setiap komponen pada neraca
Tabel 2.1 Contoh Selisih Komponen Neraca
Tahun 1 Selisih Tahun 2
ASSETS
Current assets 67,311,433 209,574,104 276,885,537
Fixed assets 317,165,547 741,637,160 1,058,802,707
Total assets 384,476,980 951,211,264 1,335,688,244
II‐17
LIALIBILITES
Current Lialibilities 167,595,796 340,371,917 507,967,713
Non-current lialibilities 176,321,515 616,595,487 792,917,002
Minority interest 15,273,816 8,409,407 23,683,223
Total lialibilities 343,917,311 956,967,404 1,300,884,715
Equity 25,285,853 -14,165,547 11,120,306
Total lialibilities &
Equity 384,476,980 951,211,264 1,335,688,244
Kemudian selisih tersebut dimasukkan dalam sumber atau penggunaan
Tabel 2.2 Contoh Sumber Dan Penggunaan Selisih Komponen Neraca
Tahun 1-Tahun 2
Sumber Penggunaan
Current assets 209,574,104
Fixed assets 741,637,160
Current liabilities 340,371,917
Non-current Liabilities 616,595,487
Equity 5,756,140
Total 956,967,404 956,967,404
Setelah itu, dikelompokkan berdasarkan kategori jangka pendek atau jangka
panjangnya sehingga dapat diketahui strategi jangka panjang dan jangka pendek
suatu perusahaan.
II‐18
Tabel 2.3 Contoh Strategi Jangka Pendek Dan Jangka Panjang
Tahun 1-Tahun 2
Sumber Penggunaan
Jangka panjang
616,595,487747,393,300
Jangka pendek 340,371,917 209,574,104
Pada kasus diatas diketahui bahwa sumber jangka pendek digunakan sebagian untuk
penggunaan jangka panjang. Pola ideal yang seharusnya terjadi adalah sumber dana
jangka pendek digunakan untuk penggunaan jangka pendek, demikian sebaliknya.
Pola lain yang baik adalah sumber jangka panjang digunakan untuk penggunaan
jangka pendek (Walsh, 2006).
2.3 Tinjauan Umum PT. Bumi Resources Tbk
Operasional pertambangan batubara Perusahaan dilakukan melalui dua anak
perusahaan utamanya, yaitu KPC dan Arutmin, berlokasi masing-masing di
Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Bersama-sama, keduanya merupakan
produsen batubara terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 33% dan salah
satu dari tiga besar perusahaan pengekspor batubara di pasar internasional dengan
produksi kotor di tahun 2006 mencapai 50,7 juta ton. Melalui KPC dan Arutmin,
Perusahaan memiliki konsesi pertambangan yang telah diberikan oleh Pemerintah
Indonesia di dalam Kontrak Karya Pertambangan Batubara generasi pertama dan
telah berjalan selama 15 tahun.
II‐19
2.3.1 Tinjauan Umum PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
PT. Kaltim Prima Coal (KPC) merupakan salah satu perusahaan tambang terbesar di
dunia dengan mengoperasikan lebih dari 500 alat berat. KPC pada awalnya adalah
perusahaan patungan antara Rio Tinto dan BP, kemudian pada Oktober 2003 dijual
kepada Perusahaan. Wilayah konsesi KPC mencapai 90.960 hektar dengan 60%
diantaranya belum tereksplorasi. KPC berada di cekungan Kutai yang berasal dari
era geologi Mioscene. Wilayah konsesi KPC meliputi Lembak sinklin. Selama tahun
2006, penjualan batubara KPC mencapai 35,4 juta ton, meningkat dibandingkan 28,2
juta ton di tahun 2005.
2.3.1.1 Formasi, Cadangan dan Sumber Daya Batubara
Formasi batubara KPC tersebar di sembilan lapisan utama yang terletak di wilayah
barat Pinang Dome dan di empat lapisan utama di sebelah selatan. Lebih dari 10 juta
tahun yang lalu, batubara disini terbentuk dengan kondisi geologis yang sempurna,
sehingga menghasilkan formasi tidak terkontaminasi yang tebal, bersih dengan kadar
abu yang sangat rendah. Berdasarkan Laporan Cadangan Batubara Tambang Terbuka
dari MineConsult pada Desember 2005, KPC memiliki cadangan batubara terbukti
dan terkira sekitar 815 juta ton, yaitu terdiri dari Sangatta 650 juta ton dan Bengalon
265 juta ton.
2.3.1.2 Produksi
Pada tahun 2006, produksi batubara KPC sebesar 38,2 juta ton, meningkat 35% dari
28,3 juta ton di tahun 2005. Batubara yang diangkut ke pelabuhan meningkat
menjadi 35,3 juta ton di tahun 2006 dari 28,2 ton di tahun 2005, atau meningkat
25%. Produksi ini diperoleh dari sepuluh tambang terbuka, sembilan di Sangatta dan
satu di Bengalon.
II‐20
2.3.1.3 Pemasaran
Volume penjualan KPC di tahun 2006 sebesar 34,9 juta ton, meningkat 27%
dibandingkan tahun 2005 sebesar 27,5 juta ton. Rekor penjualan bulanan tertinggi di
tahun 2006 adalah 3,5 juta ton yang dicapai pada bulan Desember 2006. Jumlah
batubara siap jual yang diangkut ke pelabuhan dengan ban berjalan maupun truk
pengangkut mencapai 35,3 juta ton di tahun 2006, meningkat sebesar 25%
dibandingkan tahun 2005. Sebagian besar batubara KPC diekspor ke berbagai
perusahaan pembangkit tenaga listrik di Asia dan Eropa. Sebagian digunakan untuk
pasar domestik. Volume penjualan batubara KPC pada tahun 2006 sebesar 34,9 juta
ton, 4% dijual di pasar domestic sedangkan 96% di ekspor ke negara Asia dan Eropa.
Pasar ekspor utama KPC di Asia adalah Taiwan (24%), Jepang (22%), Korea (6%)
dan China (4%).
2.3.2 Tinjauan Umum PT. Arutmin
Arutmin adalah salah satu produsen batubara terbesar di Indonesia dengan produksi
sebanyak 15,3 juta ton, menyumbangkan sekitar 15% dari total produksi batubara
Indonesia di tahun 2006. Tambang utama Arutmin adalah Senakin, Satui, Batulicin,
dan Mulia Asam-asam di Kalimantan Selatan. Lokasi tambang Arutmin strategis
karena dekat dengan fasilitas pelabuhan milik Perusahaan di NPLCT di pantai utara
Pulau Laut. Aktivitas eksplorasi PT Arutmin Indonesia di tahun 2006 difokuskan
pada pemboran infill di wilayah tambang Senakin, Satui, dan Mulia Asam-asam.
Sedangkan, aktivitas pemboran hidrologi dan geo-teknikal dilakukan di Satui untuk
menjaga kestabilan dari lereng tambang. Aktivitas pada tambang Senakin dilakukan
untuk membangun rencana pertambangan bawah tanah. Usaha pemerintah untuk
mengatasi aktivitas penambangan liar di tahun 2005 telah memberikan hasil
penurunan penambangan liar yang signifikan di tahun 2006.
II‐21
2.3.2.1 Formasi, Cadangan dan Sumber Daya Batubara
Batubara Tambang Arutmin merupakan tambang terbuka dengan gradien tanah yang
halus yang memungkinkan akses dengan rasio pengupasan rendah hingga menengah.
Arutmin memiliki cadangan batubara jenis bitumen dan sub-bitumen yang sangat
besar. Ketebalan lapisan batubara Arutmin berkisar antara 3,0 – 6,3 meter.
Berdasarkan Laporan Cadangan Tambang Terbuka oleh MineConsult pada
Desember 2005, Arutmin diperkirakan memiliki total cadangan batubara terbukti
sekitar 303 juta ton, yang berasal dari tambang Senakin 26 juta ton, Satui 54 juta ton,
Batulicin 17 juta ton, dan Mulia Asam-asam 204 juta ton. Selain itu, cadangan
batubara terukur dan terindikasi diperkirakan mencapai 2.399 juta ton. Batubara
Arutmin yang berasal dari Senakin, Satui dan Batulicin memiliki kandungan kalori
tinggi antara 6.700 kkal/kg and 6.800 kkal/kg ADB, sedangkan batubara yang
berasal dari Mulia Asamasam memiliki kandungan kalori yang lebih rendah berkisar
pada 5.000 kkal/kg ADB.
2.3.2.2 Produksi Batubara
Pemrosesan batubara terdiri atas penghancuran batubara sesuai dengan ukuran yang
dapat diterima oleh pasar, yaitu sekitar 50 mm, serta proses pencucian. Pencucian
batubara akan meningkatkan kualitas batubara dengan mengurangi kandungan abu
dari 25% menjadi 15%.
2.3.2.3 Pemasaran
Arutmin menjual 15,1 juta ton batubara di tahun 2006, 45% nya dari tambang Satui,
diikuti oleh tambang Senakin 30%, dan sisanya merupakan kontribusi tambang
Asam-asam dan Batulicin. Penjualan batubara Arutmin tahun 2006 masih didominasi
oleh Jepang dan Hong Kong, sebagian besar digunakan sebagai pembangkit tenaga
listrik.
II‐22
2.4 Tinjauan Umum PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk adalah perusahaan milik negara
yang bertujuan mengembangkan usaha pertambangan nasional khususnya batubara.
PTBA yang berdiri sejak 2 Maret 1981 termasuk dalam daftar enam besar produsen
batubara di Indonesia. Dan hampir seperempat produksinya (22%) diekspor ke pasar
internasional termasuk Jepang, Taiwan, Malaysia, Pakistan, Spanyol, Perancis dan
Jerman. Dengan sumber daya batubara sekitar 7,3 miliar ton atau 17% dari total
sumber daya batubara yang dimiliki Indonesia, PTBA berupaya menjadi perusahaan
energi yang kompetitif. Visi ini sudah mulai diwujudkan dengan telah terbentuknya
PT. Bukit Pembangkit Innovatif yang merupakan salah satu anak perusahaan PTBA
untuk mengoperasikan PLTU mulut tambang berkapasitas 2x100 MW di Banjarsari.
Sejak 23 Desember 2002, PTBA menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Pemilik saham Perusahaan per 31
Desember 2006 adalah Negara RI 65,02% dan masyarakat 34,98%. Struktur
kepemilikan saham masyarakat terdiri dari 17,12% investor institusi, 7,03% investor
perorangan, 10,83% investor asing (institusi dan perorangan). Diantara investor
institusi terdapat kepemilikan saham Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan dan
Pemerintah Kabupaten Muara Enim sebanyak 1,23%.
Segmen usaha yang digeluti perusahaan adalah industri tambang batubara dan
pengusahaan briket. Industri tambang batubara merupakan bisnis inti perusahaan
yang menghasilkan pendapatan lebih dari 99 % dari total pendapatan usaha.
2.4.1 Operasi Penambangan
Perusahaan memiliki 2 (dua) unit pertambangan, yaitu Unit Pertambangan Tanjung
Enim yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan yang dioperasikan dengan
sistem penambangan terbuka (open pit mining), dan Unit Pertambangan Ombilin di
Sawahlunto, Sumatera Barat yang dioperasikan dengan sistem tambang bawah tanah
(underground mining).
II‐23
Produksi batubara Unit Pertambangan Tanjung Enim, selain dipasarkan di Tanjung
Enim, juga diangkut dengan kereta api ke Pelabuhan Tarahan, Bandar Lampung dan
Dermaga Kertapati, Palembang. Pelabuhan Tarahan mempunyai luas 42,5 hektar
dengan kemampulaluan 12 juta ton/tahun, dapat disandari kapal maksimum 80.000
DWT. sedangkan Dermaga Kertapati, Palembang mempunyai luas 1,5 hektar dengan
kemampulaluan 2,5 juta ton/tahun dan dapat disandari tongkang dengan bobot
maksimum 8.000 DWT. Dari Pelabuhan Tarahan dan Dermaga Kertapati tersebut
batubara dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri serta diekspor
ke beberapa negara Asia dan Eropa.
Produksi batubara Unit Pertambangan Ombilin dipasarkan seluruhnya ke PLTU
Sijantang, Ombilin. Perusahaan juga mempunyai dermaga khusus batubara di Teluk
Bayur, Padang dengan luas 2,8 hektar dengan kemampulaluan 2,5 juta ton / tahun
dan dapat disandari kapal maksimum 40.000 DWT.
2.4.2 Produksi
Perusahaan memiliki 2 (dua) unit Pertambangan yaitu: Unit Pertambangan Tanjung
Enim (UPT) dan Unit Pertambangan Ombilin (UPO), yang menghasilkan batubara
dengan berbagai market brand yang diklasifikasikan berdasarkan nilai kalori yang
terkandung yaitu BA-58, BA-59, BA-63, BA-67, BA-70 dan ANS.
Selain batubara yang diproduksi oleh UPT dan UPO, Perusahaan juga melakukan
pembelian batubara dari Kalimantan dan Jambi. Batubara yang dibeli dari
Kalimantan dan Jambi sebesar 400.114 ton yang memiliki nilai kalori kurang dari
5.000 Kcal/kg, sehingga harus dicampur (blending) dengan batubara dari UPT untuk
menghasilkan market brand BA-59.
Adapun produksi batubara UPO di tahun 2006 menurun 85,83% dari 11.877 ton di
tahun 2005 menjadi 1683 ton di tahun 2006 disebabkan adanya swabakar di
Tambang Ombilin.
II‐24
2.4.3 Pemasaran
Perusahaan menjual batubaranya ke pasar domestik maupun internasional/ekspor.
Untuk pasar domestik, pasar terbesar Perusahaan di tahun 2006 masih didominasi
oleh Pembangkit Listrik yang mencapai 90% dari total penjualan domestik,
selebihnya adalah untuk memenuhi kebutuhan industri semen dan berbagai indusri
kecil lainnya. Pasar ekspor Perusahaan terbesar di tahun 2006 adalah India, diikuti
oleh Eropa (Italia dan Jerman), Jepang, Malaysia, Thailand dan Taiwan.
Realisasi penjualan tahun 2006 mencapai 9,915 juta ton, naik 2% dibandingkan
tahun 2005 sebesar 9,67 juta ton. Penjualan tersebut terdiri dari penjualan di pasar
domestik sebanyak 6750884 ton, turun 6% dari pencapaian tahun 2005 sebanyak
7182151 ton dan ekspor mengalami kenaikan 27% dari 2.492527 ton pada 2005
menjadi 3.165.012 ton di tahun 2006. Pada tahun 2006, penjualan perusahaan terdiri
atas 68% untuk penjualan domestik dan 32% untuk ekspor.
Penurunan penjualan di pasar domestik terutama disebabkan halangan transportasi
laut yang mengangkut pasokan ke PLTU Suralaya disamping upaya Perusahaan
untuk mengoptimalkan penjualan ekspor. Peningkatan ekspor yang dilakukan
perusahaan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan sehingga perusahaan dapat
mempertahankan kinerja tahun 2006 meskipun terjadi kenaikan ongkos angkut kereta
api yang tinggi. Volume penjualan batubara relatif tidak mengalami perubahan yang
signifikan selama periode 2003-2006.
II‐25
2.5 Tinjauan Umum PT. Aneka Tambang Tbk
PT. Aneka Tambang Tbk yang biasa disebut Antam didirikan pada tanggal 5 Juli
1968 sebagai penggabungan dari beberapa perusahaan negara yang bergerak dalam
bidang pertambangan. Perusahaan ini sesuai dengan namanya ”Aneka Tambang
(Antam)” memiliki beragam aktivitas penambangan, tetapi secara umum perusahaan
ini memfokuskan operasinya pada penambangan bijih.
Antam menjadi perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Jakarta ketika
pemerintah menjual 35% sahamnya kepada publik di tahun 1997. Pada tahun 1999,
Antam mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Australia sebagai ”foreign exempt
listing” dan kemudian menjadi anggota penuh Bursa Efek Australia pada tahun 2002.
Saham publik sebesar 35% secara aktif diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta dan
sebagian besar dimiliki oleh lebih dari 100 investor institusi dari Inggris dan
Amerika Serikat.
2.5.1 Anak Perusahaan Antam
Antam mempunyai tiga anak perusahaan yang tergabung dalam Group Antam yaitu
Antam Finance Ltd (Mauritius), Antam Europe Bv (Belanda) dan PT. Antam
Resourceindo. Antam Finance Ltd dan Antam Europe Bv menjalankan kegiatan
yang berhubungan dengan keuangan yang digunakan untuk penerbitan obligasi di
tahun 2003. Sedangkan PT.Antam Resourceindo menjalankan bisnis pasir besi dan
tambang emas Antam yang telah hampir habis yaitu di Cikotok, Jawa Barat.
2.5.2 Kegiatan Perusahaan
Cakupan usaha Antam adalah mulai dari sektor hulu sampai hilir yaitu mulai
kegiatan eksplorasi, eksploitasi, proses manufaktur, pemasaran hingga bidang jasa.
Produk-produknya antara lain bijih nikel, feronikel, emas, perak, bauksit dan pasir
besi. Akan tetapi untuk tahun 2006 Antam lebih terkonsentrasi di bidang nikel dalam
II‐26
hal pendapatan dan laba. Untuk bidang jasa Antam menyediakan layanan berupa jasa
geologi dan pemurnian logam mulia.
Karena itu Antam dibagi menjadi beberapa unit strategis yang berfungsi sebagai
pusat keuntungan bisnis yaitu Unit Bina Pertambangan (UBP) Nikel, UBP Emas,
Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian (UBPP) Logam Mulia,UBP bauksit dan Unit
Eksplorasi Geomin. Dengan berkantor pusat di Jakarta, Antam menjalankan satu
tambang nikel dan tiga smelter nikel di Sulawesi Tenggara, tiga tambang nikel di
Maluku Utara, satu tambang emas dan satu smelter emas di Jawa Barat, satu tambang
bauksit di Riau dan satu pabrik pemurnian logam mulia di Jakarta.
Untuk wilayah operasinya, Antam mempunyai daerah operasi hampir diseluruh
Indonesia dan juga memiliki cadangan bijih yang besar, bahkan untuk nikel dan
bauksit, cadangan yang dimiliki Antam termasuk cadangan yang terbesar di
Indonesia. wilayah eksplorasi yang dimiliki Antam juga cukup luas dan tersebar
hampir di seluruh Indonesia, ini menunjukkan bahwa Antam sangat konsisten untuk
mempertahankan keberlangsungan dan keberlanjutan perusahaannya.
Antam selain tetap fokus pada produksi bijih juga mulai mengarahkan kegiatannya di
sektor hilir yaitu kegiatan pemrosesan misal proyek pabrik FeNi III, proyek pabrik
smelter grade alumina dan proyek nikel hydromet. Pengembangan Antam ke sektor
hilir ini karena memberikan revenue yang lebih tinggi bagi Antam.
Antam juga mulai melakukan kegiatan akuisisi terutama untuk aset-aset emas karena
jumlah cadangan yang dimiliki Antam diperkirakan tidak lebih dari 10 tahun lagi
sedangkan Antam masih ingin menjadikan emas sebagai salah satu sumber
pendapatan utama sehingga perlu untuk menambah jumlah cadangan emasnya.
Disamping itu Antam juga mulai mempertimbangkan untuk menjalin usaha patungan
dengan perusahaan pertambangan lain yang diharapkan bisa memberikan kontribusi
yang terukur pada pemasukan Antam.
II‐27
2.5.3 Pemasaran
Untuk masalah pemasaran produknya Antam selalu berorientasi ekspor ditunjukkan
dengan pelanggannya yang sudah mempunyai hubungan jangka panjang, puas dan
loyal antara lain Cina dan Jepang. Di kedua negara ini Antam biasanya mengekspor
bijih nikel dan bauksit, sedangkan untuk feronikel biasanya dijual ke perusahaan-
perusahaan di Eropa dan Asia Timur.sebagai bahan pembuatan stainless steel. Hasil
produksi lainnya misal emas dan perak dijual ke pengusaha-pengusaha perhiasan
baik didalam maupun di luar negeri. Di Indonesia hanya Antam yang
mengoperasikan satu-satunya perusahaan pemurnian logam mulia.