BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 1
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II.1 Aspek Geografi dan Demografi
II.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah
II.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Kabupaten Bireuenterbentuk pada tahun 1999 berdasarkan Undang-Undang Nomor 48
Tahun 1999, yang kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2000. Daerah
kabupaten yang terletak diwilayah pesisir Provinsi Aceh ini sebelumnya merupakan wilayah
dari Kabupaten Aceh Utara, yang kemudian dimekarkan pada tahun 1999 melalui peraturan
undang-undang tersebut.
Secara geografis, posisi Kabupaten Bireuen berada pada titik koordinat antara 40
54’-50
21’ Lintang Utara (LU) dan 960
20’- 970 21’ Bujur Timur (BT). Luas wilayah Kabupaten
Bireuenadalah 1.796,31 kilometer persegi (km2) atau seluas 179.631 hektar (Ha). Luas
wilayah Kabupaten Bireuen tersebut adalah sekitar 3,13 persen dari total luas wilayah Provinsi
Aceh secara keseluruhan (57.365,57 km2). Secara administrasi, wilayah daerah Kabupaten
Bireuen secara langsung berbatasan pada masing-masing sisi sebagai berikut :
Sebelah Utara dengan Selat Malaka;
Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Utara;
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah dan;
Sebelah Barat dengan Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya;
Selanjutnya, pembagian wilayah administrasi pemerintahan dalam lingkup pemerintah
Kabupaten Bireuen saat ini terdiri dari sebanyak 17 (tujuh belas) wilayah kecamatan, meliputi:
Kecamatan Samalanga, Simpang Mamplam, Pandrah, Jeunieb, Peulimbang, Peudada, Juli,
Jeumpa, Kota Juang, Kuala, Jangka, Peusangan, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah
Krueng, Makmur, Gandapura, dan Kuta Blang. Diantaraseluruh kecamatan tersebut,
Kecamatan Peudada dan Kecamatan Juli merupakan kecamatan dengan luaswilayah paling
dominandiantara kecamatan lainnya. Kecamatan terluas dalam hal ini adalah Kecamatan
Peudada, dengan wilayah seluas 31.283,90 Ha atau 17,42 persen dari total luas wilayah
Kabupaten Bireuen, berikutnya adalah Kecamatan Juli dengan wilayah seluas 23.118,35 Ha
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 2
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
atau 12,87 persen dari total luas wilayah Kabupaten Bireuen secara keseluruhan. Sementara
itu, kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Kota Juang (1.690,87 Ha)
dan Kecamatan Kuala (1.724,56 Ha), dengan proporsi luas wilayah masing-masing sebesar
0,94 dan 0,96 persen dari total luas wilayah Kabupaten Bireuen secara keseluruhan. Gambaran
distribusi luas wilayah Kabupaten Bireun dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1.
Luas Wilayah Kabupaten Bireuen Menurut Kecamatan Tahun 2016
No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Persentase (%)
1 Samalanga 14.087,19 7,84
2 Simpang Mamplam 15.772,05 8,78
3 Pandrah 11.396,78 6,34
4 Jeunieb 11.237,49 6,26
5 Peulimbang 12.774,66 7,11
6 Peudada 31.283,90 17,42
7 Jeumpa 10.886,02 6,06
8 Kota Juang 1.690,87 0,94
9 Juli 23.118,35 12,87
10 Kuala 1.724,56 0,96
11 Peusangan 5.907,63 3,29
12 Jangka 3.748,92 2,09
13 Peusangan Selatan 9.414,70 5,24
14 Peusangan Siblah Krueng 11.205,35 6,24
15 Kuta Blang 3.870,13 2,15
16 Makmur 6.857,36 3,82
17 Gandapura 4.655,82 2,59
Jumlah 179.631,77 100,00 Sumber : RTRW Bireuen, 2016
II.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis
Letak geografis Kabupaten Bireuen di kawasan perlintasan jalan nasional lintas pulau
Sumatera juga merupakan nilai strategis yang perlu dimanfaatkan sebagai peluang bagi daerah
ini untuk dapat lebih mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimilikinya. Dalam posisi
tersebut, Kabupaten Bireuen diharapkan menjadi suatu kawasan pertumbuhan ekonomi di
kawasan pantai timur Aceh.Hal tersebut dapat diwujudkan denganmemanfaatkanletak strategis
daerah ini diantara sejumlah daerah lain di sekitarnya terutama Kabupaten Pidie Jaya, Bener
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 3
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Meriah, dan Aceh Tengah.Posisi Kabupaten Bireuen dalam hal ini juga memungkinkan
kemitraan lintas daerah dalam bentuk transaksi perdagangan, pariwisata,maupun jasa-jasa
lainnya.
Gambar 1.Peta Administratif Kabupaten Bireuen
Sumber : RTRW Bireuen, 2016
Karena itu pula, upaya untuk menjadikan Kabupaten Bireuen sebagai suatu kawasan
pertumbuhan ekonomi kiranya perlu didukung oleh keberadaan sejumlah prasarana dan sarana
infrastruktur penunjang bagi aktifitas sektor perdagangan, pariwisata maupun jasa lainnya,
yang dapat memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Peningkatan
aktifitas usaha sektor perdagangan, pariwisata dan jasa ini pula yang diharapkan dapat
memberikan manfaat serta dampak secara lebih luas(multiplier effect) bagipeningkatan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bireuen, sertasemakin mempercepat
pertumbuhan ekonomi daerah ini nantinya.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 4
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Letak geografis dari sebagian besar wilayah Kabupaten Bireuen pada sisi utarayang
berhadapan langsung dengan Selat Malaka, merupakan wujud potensi sekaligus peluang pada
sektor perikanan yang dapat dimanfaatkan secara lebih potensial. Potensi tersebut didukung
oleh keberadaan dari sejumlah aliran sungai di daerah ini, yang hampir seluruhnya bermuara
ke Selat Malaka. Selain menjadi sumber air yang mengairi lahan pertanian maupun kebutuhan
masyarakat lainnya, keberadaan aliran sungai yang bermuara (kuala) di sejumlah kawasan di
Kabupaten Bireuen juga dimanfaatkan oleh masyarakat yang bermata pencaharian nelayan
sebagai jalur keluar masuk mereka menuju perairan saat akan mencari dan menangkap ikan di
laut. Meskipun demikian selama ini sejumlah muara sungai atau kuala di sejumlah kawasan
telah mengalami pendangkalan, sehingga untuk itu diperlukan perhatian pemerintah untuk
melakukan pengerukan dan upaya pemeliharaan secara berkala, agar pemanfaatan dari
kebaradaan muara aliran sungai ataupun kuala tersebut dapat lebih dirasakan oleh masyarakat
bagi peningkatan taraf perekonomiannya.
Potensi sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Bireuen selama ini juga telah
didukung dengan keberadaan fasilitas tempat pendaratan ikan (TPI) yang ada di sejumlah
wilayah kecamatan, serta pelabuhan pendaratan ikan (PPI) yang terdapat di Kecamatan
Peudada,beserta infrastruktur penunjang operasional lainnya, termasuk dalam hal pengelolaan
hasil tangkapan para nelayan di daerah ini. Namun demikian, upaya mendorongpeningkatan
aktivitas ekonomi di sektor perikanan tersebut masih memerlukan keseriusan dan komitmen
dari semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat itu sendiri, untuk dapat menggali
potensi sektor kelautan secara lebih maksimal, dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip
dan nilai kearifan lokal (local wisdom), terutama menyangkut dengan konsep pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan (sustainable development).
Bentuk upaya yang sangat penting dalam hal ini adalah adanya kesadaran dikalangan
masyarakat, terutama masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan untuk tidak melakukan
metode ataupun teknik penangkapan ikan yang dapat merusak ekosistem laut itu sendiri,
misalnya dengan tidak menggunakan bom ikan, pukat harimau, maupun jenis alat tangkap
lainnya yang dapat mengancam kelestarian ekosistem laut tersebut. Terkait hal tersebut
masyarakat juga harus dapat bekerjasama dengan pemerintah, untuk menjaga dan mengawal
wilayah laut dan perairan di daerah ini dari ancaman penjarahan dan pengrusakan oleh nelayan
asing, yang pada umumnya menggunakan teknologi peralatan tangkap yang dapat mengancam
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 5
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
serta menyebabkan kerusakan ekosistem laut tersebut secara masif. Untuk itu diperlukan peran
dan dukungan semua pihak, karena jika hal ini tidak dilakukan maka keberadaan potensi
kekayaan alam hasil laut yang ada, hanya akan dirasakan manfaatnya oleh generasi sekarang,
tapi tidak akan dapat dinikmati lagi oleh generasi penerus bangsa ini dimasa yang akan datang.
II.1.1.3. Topografi
Dari sisi topografi lahan, secara umum wilayah Kabupaten Bireuen terdiri dari wilayah
yang datar, landai, bergelombang dan berbukit. Kelerengan yang bervariasi antara 0-2 persen
dan yang paling tinggi tingkat kelerengannya adalah dengan kemiringan di atas 40% yang
tersebar di beberapa kecamatan. Penjabaran kelerengan pada tiap kecamatan dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2.2.
Kemiringan Lereng Kabupaten BireuenTahun 2016
KEMIRINGAN
LERENG KECAMATAN LUAS (HA)
0 - 2 % Gandapura 1.487,52
0 - 2 % Jangka 1.089,59
0 - 2 % Jeumpa 1.742,88
0 - 2 % Jeunieb 2.334,71
0 - 2 % Juli 491,78
0 - 2 % Kota Juang 840,23
0 - 2 % Kuala 1.122,25
0 - 2 % Kuta Blang 1.516,48
0 - 2 % Makmur 131,38
0 - 2 % Pandrah 999,15
0 - 2 % Peudada 2.872,79
0 - 2 % Peulimbang 1.067,17
0 - 2 % Peusangan 2.259,19
0 - 2 % Peusangan Selatan 596,09
0 - 2 % Peusangan Siblah Krueng 37,23
0 - 2 % Samalanga 1.972,52
0 - 2 % Simpang Mamplam 3.154,17
0 - 2 % Simpang Mamplam 0,00
2 - 5 % Gandapura 2.117,23
2 - 5 % Jangka 1.303,24
2 - 5 % Jeumpa 466,26
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 6
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
KEMIRINGAN
LERENG KECAMATAN LUAS (HA)
2 - 5 % Jeunieb 638,87
2 - 5 % Juli 883,31
2 - 5 % Kota Juang 776,34
2 - 5 % Kuta Blang 691,84
2 - 5 % Makmur 682,87
2 - 5 % Pandrah 680,90
2 - 5 % Peudada 256,08
2 - 5 % Peulimbang 745,28
2 - 5 % Peusangan 1.680,10
2 - 5 % Peusangan Selatan 1.135,87
2 - 5 % Peusangan Siblah Krueng 270,16
2 - 5 % Samalanga 453,71
2 - 5 % Simpang Mamplam 1.193,87
5 - 15 % Gandapura 1.051,06
5 - 15 % Jangka 1.356,09
5 - 15 % Jeumpa 3.546,04
5 - 15 % Jeunieb 1.477,06
5 - 15 % Juli 10.510,60
5 - 15 % Kota Juang 74,31
5 - 15 % Kuala 602,31
5 - 15 % Kuta Blang 1.661,81
5 - 15 % Makmur 6.043,10
5 - 15 % Pandrah 1.093,50
5 - 15 % Peudada 9.516,78
5 - 15 % Peulimbang 1.912,49
5 - 15 % Peusangan 1.650,48
5 - 15 % Peusangan Selatan 2.679,14
5 - 15 % Peusangan Siblah Krueng 7.744,42
5 - 15 % Samalanga 1.570,47
5 - 15 % Simpang Mamplam 2.570,56
5 - 15 % Simpang Mamplam 0,00
15 - 40 % Jeumpa 4.627,17
15 - 40 % Jeunieb 4.669,19
15 - 40 % Juli 11.193,43
15 - 40 % Pandrah 5.682,51
15 - 40 % Peudada 16.815,23
15 - 40 % Peulimbang 6.219,20
15 - 40 % Peusangan 317,86
15 - 40 % Peusangan Selatan 5.003,60
15 - 40 % Peusangan Siblah Krueng 3.153,54
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 7
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
KEMIRINGAN
LERENG KECAMATAN LUAS (HA)
15 - 40 % Samalanga 5.332,35
15 - 40 % Simpang Mamplam 6.575,80
> 40 % Jeumpa 503,67
> 40 % Jeunieb 2.117,66
> 40 % Juli 39,24
> 40 % Pandrah 2.940,72
> 40 % Peudada 1.823,02
> 40 % Peulimbang 2.830,52
> 40 % Samalanga 4.758,13
> 40 % Simpang Mamplam 2.277,64
Jumlah (Ha) 179.631,00
Sumber : RTRW Bireuen, 2016
2.1.1.4. Geologi
Geologi wilayah Kabupaten Bireuen dapat di bagi atas beberapa jenis bebatuan yang
menjadi tumpukan dan penampang pembentukan permukaan tahan. Hal ini didukung juga oleh
penampang geologi permukaan sebagai sebaran bebatuan baik lateral maupun vertikal hingga
sampai pada kedalaman batuan dasar. Sebaran geologi diantaranya adalah Aluvial, Batuan
Sedimen, Batuan Gunungapi, dan Batuan sedimen-meta sedimen.
2.1.1.5. Hidrologi
Dalam menunjang berbagai kegiatan seperti pertanian, industri, rumah tangga dan lain
sebagainya, sumber daya air yang dapat dimanfaatkan di wilayah Kabupaten Bireuen yaitu:
1. Daerah Aliran Sungai
Perairan terbuka yang dapat dimanfaatkan di wilayah ini adalah sungai, semuanya berhulu
di dataran tinggi bukit barisan dan bermuara ke Selat Malaka. Terdapat 1 buah Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang cukup besar yaitu DAS Krueng Peusangan sedangkan sub DAS
lainnya, diantaranya Krueng Peudada, Krueng Pandrah, dan Krueng Jeunieb. Jika dilihat
bentuk pola alirannya, maka sungai-sungai yang mengalir di wilayah ini berbentuk sub
paralel di bagian hulu hal ini karena wilayah yang bergunung sehingga pola aliran yang
terbentuk mengikuti lereng dari suatu jalur pegunungan, sedangkan pada bagian hilir
berbentuk linier. Keadaan sungai-sungai tersebut sebagian ada yang sudah terkena erosi
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 8
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
yang mengakibatkan lingkungan rusak dan rawan bahaya banjir. Banjir ini disebabkan
karena terjadinya penggundulan hutan di wilayah hulu sungai.
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara general adalah suatu daerah aliaran sungai dan anak-
anaknya sungainya dalam banyak literatur disebut juga daerah tangkapan air atau basin
(cekungan, lembah) sungai (river basin) atau satuan wilayah sungai dengan batasan bahwa
semua air yang jatuh dari hujan atau keluar dari sumber air akan mengalir dalam suatu
aliran pembuangan air (drainase) dan berkumpul disuatu outlet di wilayah pesisir yang
dapat berupa estuari atau muara atau delta dan lahan basah. Daerah resapan air di
Kabupaten Bireuen meliputi DAS Peusangan dan DAS Meuredu yang berhulu di dataran
tinggi bagian selatan yang merupakan lembah-lembah atau punggung bukit yang berfungsi
untuk menangkap air hujan (Catchment Area). Terdapat 16 (enam belas) sungai yang
mengaliri wilayah ini dengan luas 1.842 ha, yang terbesar adalah sungai peusangan di
samping sungai, daerah rawa–rawa (Paya) termasuk daerah resapan air yang perlu di jaga
kelestariannya. Di Kabupaten Bireuen terdapat 29 (dua puluh sembilan) daerah rawa
seluas 310 ha.
2. Daerah Rawa
Di Kabupaten Bireuen daerah berawa tersebar di beberapa kecamatan, dari Kecamatan
Samalanga sampai Gandapura, daerah-daerah tersebut merupakan sumber daya air dan
daerah resapan yang perlu dijaga kelestariannya. Adapun daerah rawa (Paya) yang paling
besar adalah Paya Nie seluas 150 ha yang berada di Kecamatan Kuta Blang. Luas
keseluruhan daerah rawa di wilayah ini adalah 310 ha. Adapun rawa-rawa tersebut, yaitu:
Kecamatan Samalanga, Cot Mane (5 ha), Batee Glungku (6 ha), Glee Mendong (3 ha),
Pingan (1 ha). Kecamatan Pandrah, Alue Igeuh(3 ha), Kupula (1 ha), Cot Nase (2 ha),
Kubang Tujoh (1 ha), Reudeup (1 ha). Kecamatan Jeunib, Ruseb (1 ha), Jambo Dalam (5
ha), Alue Syueng (1,5 ha). Kecamatan Peudada, Paya Kameng (7 ha), Pinto Rimba (3,5
ha). Kecamatan Jeumpa, Paya Jagat (14 ha). Kecamatan Juli, Paya Geudeubang (16 ha).
Kecamatan Peusangan, Paya Cut (3 ha), Krueng Panjo (7 ha), Paya Lipah (5 ha), Paya
Kura (3 ha), Paya Beusalok (5 ha), Paya Umpung (8 ha). Kecamatan Jangka, Paya Bieng
(5 ha), Paya Krueng Mate (15 Ha), Paya Krueng Nie (8 ha). Kecamatan Makmur, Paya
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 9
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Leubu (7 ha), Paya Meuseujid (8 ha). Kecamatan Gandapura, Paya Nie (150 ha), Paya
Geurogok (15 ha).
II.1.1.6.Klimatologi
Iklim merupakan salah satu faktor yang berperan penting untuk pertumbuhan tanaman.
Kondisi iklim di Kabupaten Bireuen sebagaimana pada umumnya di Indonesia, Kabupaten
Bireuen merupakan daerah tropis dengan tipe iklim muson, dengan klasifikasi menurut sistem
mohr, schimidt dan ferguson termasuk dalam tipe C. Kondisi iklim di wilayah kabupaten
Bireuen relatip lebih kering di banding dengan bagian lain di Provinsi Aceh. Hal ini di
pengaruhi oleh adanya pegunungan Bukit Barisan, yang mana secara umum wilayah Timur
dan Utara merupakan wilayah yang lebih kering dibandingkan dengan wilayah sebelah Barat
dan Selatan.Keadaan iklim secara umum di wilayah Kabupaten Bireuen dengan suhu rata-rata
30 OC dan kelembaban udara berkisar 84-89 %, bila dirata-rata dalam sepuluh tahun berkisar
86,6 %.
Curah hujan rata–rata tahunan di wilayah Kabupaten Bireuen berdasarkan pantauan
dari 4 (empat) BPP adalah berkisar 1.447 mm pertahun, dengan rata-rata hari hujan adalah
sebesar 120 hari pertahun. Pada bulan Agustus sampai Desember, curah hujan bulanan
mencapai maksimal dengan rata-rata berkisar antara 9 – 19 hari dalam satu bulan. Pada bulan
Juni curah hujan paling rendah dengan rata-rata curah hujan berkisar 84 mm dengan hari hujan
sebanyak empat hari.
Tabel 2.3.Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-rataDirinci Menurut Bulan
Di Kabupaten Bireuen Tahun 2015-2016
No. Bulan
Tahun
2015 2016 Curah Hujan
(mm) Hari
Hujan Curah Hujan
(mm) Hari
Hujan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
168 207 131 96
122 45 64
112
19 9 11 12 15 12 9 11
112 380 262 135 99 39 30 82
17 18 19 15 9 8 8 10
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 10
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
9. 10. 11. 12.
September Oktober November Desember
57 291 126 120
13 16 12 19
46 234 267 23
10 24 16
5
Jumlah/Rata-rata 128.25 158 142.42 159 Sumber : Stat, BMKG Iskandar Muda.2016
II.1.1.7.Penggunaan Lahan
Berdasarkan sebarannya, pola penggunaan lahan di Kabupaten Bireuen terbagi atas
tiga wilayah yaitu wilayah pantai, wilayah tengah dan wilayah pedalaman. Wilayah pantai
didominasi kegiatan tambak dan sawah, wilayah tengah kegiatan perdagangan dan jasa serta
sawah dan wilayah pedalaman kegiatan dominan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan
kehutanan.
Penggunaan lahan di Kabupaten Bireuen terbagi dalam 12 jenis penggunaan lahan,
dengan luas terbesar 59.525,16 Ha yaitu pertanian lahan kering campur, dan luas terkecil
dengan peruntukan rawa seluas 101,56 Ha. Gambaran lebih rinci terkait rencana penggunaan
lahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel2.4.
Rencana Penggunaan Lahan di Kabupaten Bireuen
KELAS GUNA LAHAN LUAS (HA)
Tanah Terbuka/kosong 950,47
Tambak 4.814,43
Sungai 925,06
Semak/Belukar 22.313,63
Sawah 13.990,00
Rawa 101,56
Pertanian Lahan Kering
Campur
59.525,16
Pertanian Lahan Kering 1.717,75
Permukiman 1.146,62
Hutan Primer 18.694,49
Hutan Lahan Kering
Sekunder
55.034,42
Air 418,18
179.631,77 Sumber : RTRW Bireuen, Tahun 2016
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 11
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
II.1.2. Demografi
Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan,
karena tidak saja berperan sebagai pelaksana pembangunan, tetapi juga sebagai sasaran
pembangunan. Dengan kata lain bahwa sumber daya manusia yang berkualitas tinggi sangat
dibutuhkan dalam menunjang keberhasilan pembangunan. Oleh karena itu pembangunan
sumberdaya manusia merupakan suatu keharusan dalam pelaksanaan pembangunan yang
berkesinambungan di Kabupaten Bireuen. Sebagai input dalam setiap penyusunan rencana
pembangunan, maka pengetahuan tentang data kondisi kependudukan eksisting di wilayah
rencana sangat dibutuhkan.
Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk Kabupaten Bireuen tahun 2016 adalah
443.627 jiwa, yang terdiri atas 217.105 jiwa laki-laki dan 226.522 jiwa perempuan. Dibanding
dengan tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Bireuen meningkat 8,52 persen, dimana
pada tahun 2012 jumlah penduduk kabupaten Bireuen masih sebanyak 406.083 jiwa.
Adapun jumlah rumah tangga yang ada di Kabupaten Bireuen tahun 2016 berjumlah
102.428 RT, dengan anggota keluarga sebanyak 4 - 5 jiwa per rumah tangga. Kondisi ini
relatif sama dengan daerah-daerah lain di provinsi Aceh. Penyebaran penduduk masih
bertumpu pada beberapa Kecamatan yang dekat dengan ibukota Kabupaten. Kecamatan
Peusangan, Kota Juang dan Jeumpa adalah tiga kecamatan urutan teratas yang memiliki
jumlah penduduk terbanyak, yang masing-masing berjumlah 53.919 jiwa, 50.710 jiwa, dan
36.877 jiwa.
Dengan luas wilayah Kabupaten Bireuen yaitu 1,796.32 kilometer persegi yang
berpenduduk 443.627 jiwa dan tersebar di 17 Kecamatan, maka rata-rata tingkat kepadatan
penduduk Kabupaten Bireuen adalah 229 jiwa per kilometer persegi. Komposisi penduduk di
Kabupaten Bireuen pada tahun 2016, lebih didominasi oleh kaum perempuan dengan sex ratio
sebesar 95,84 yang artinya penduduk perempuan di kabupaten ini 2,17 persen lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 12
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Tabel 2.5.Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Menurut Kecamatan
Dalam Kabupaten Bireuen Tahun 2016
No Kecamatan/
Sub District
Penduduk (Jiwa)/ Population Rasio Jenis
Kelamin/
Gampong Laki-Laki Perempuan L + P Sex Ratio
1 Samalanga 46 15.561 15.642 31.203 99,48
2 Sp.Mamplam 41 14.063 14.028 28.091 100.25
3 Pandrah 19 4.248 4.443 8.691 95.61
4 Jeunieb 43 12.509 13.094 25.603 95.53
5 Peulimbang 22 5.635 6.127 11.762 91.97
6 Peudada 52 13.274 14.015 27.289 94.71
7 Juli 36 16.301 16.592 32.893 98.25
8 Jeumpa 42 18.531 18.346 36.877 101.01
9 Kota Juang 23 25.323 25.387 50.710 99.75
10 Kuala 20 8.776 9.537 18.313 92.02
11 Jangka 46 14.047 15.037 29.084 93.42
12 Peusangan 69 25.965 27.954 53.919 92.88
13 Peusangan Selatan 21 7.236 7.733 14.969 93.57
14 Psg Siblah Krueng 21 5.761 6.179 11.940 93.24
15 Makmur 27 7.590 8.154 15.744 93.08
16 Gandapura 40 11.036 12.178 23.214 90.62
17 Kuta Blang 41 11.031 11.850 22.881 93.09
Jumlah/Total 609 217.105 226.522 443.627 95.84
Sumber : Bireuen Dalam Angka Tahun 2017
Komposisi penduduk menurut kelompok umur, jumlah penduduk berusia muda (umur
0-4 tahun hingga 20-24 tahun) lebih dominan, yaitu mencapai 44.363 jiwa(0-4 tahun) 41.255
jiwa(20-24 tahun). Sementara penduduk yang berusia 60 tahun keatas terlihat relatif sedikit,
yakni berjumlah 12.444 jiwa. Dengan komposisi penduduk berumur muda dan produktif yang
lebih banyak, maka pemerintah Kabupaten Bireuen memiliki beban yang berat pada masa
yang akan datang, baik dalam menyediakan akses pendidikan bagi mereka yang masuk dalam
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 13
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
kategori usia belajar, maupun dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang
termasuk angkatan kerja produktif.
II.1.3. Potensi Pengembangan Wilayah
1. Struktur Ruang
Kondisi objektif hirarki pusat-pusat permukiman eksisting Kabupaten Bireuen Tahun
2011, kebijakan penataan ruang nasional dan provinsi yang menempatkan Bireuen sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), hirarki pusat-pusat permukiman saat ini (eksisting) berada
pada 17 Kecamatan. Salah satu peranan rencana penataan ruang adalah untuk menciptakan
keseimbangan pembangunan antar wilayah (kecamatan) dan sekaligus mengantisipasi
pertumbuhan pembangunan yang terkonsentrasi pada pusat kota (ibu kota kabupaten) atau
pada kawasan tertentu saja. Hal ini juga berkenaan dengan penciptaan sistem pusat-pusat kota
yang berjenjang sehingga terbangun suatu sistem perkotaan yang efektif dan efisien. Oleh
karena itu, terdapat pusat-pusat permukiman yang perlu didorong pertumbuhannya dan ada
pula yang hanya cukup dikendalikan sesuai potensinya, bahkan mungkin dibatasi.
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Matang Geulumpang Dua adalah Ibukota Kecamatan
Peusangan merupakan pusat kegiatan pendukung dari PKW Bandar Bireuen sebagai
pengembangan dengan berfungsi utama dalam bidang pendidikan, perdagangan, perindustrian,
simpul transportasi bagian timur, pertanian lahan basah, perikanan, pertahanan keamanan,
pertambangan danpermukiman dengan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
2. Pola Ruang
Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang
dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi sebagai alokasi ruang untuk berbagai
kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah
kabupaten, mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang, sebagai dasar
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 14
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh)
tahun dan sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.
Penjelasan lebih lanjut dan mendetil mengenai struktur ruang dan pola ruang Kabupaten
Bireuen tertuang dalam Dokumen RTRW Kabupaten Bireuen Tahun 2012-2032.
II.1.4. Wilayah Rawan Bencana
1. Daerah Rawan Gempa
Gempa adalah suatu kejadian dimana lapisan bumi mengalami pergeseran, baik
pergeseran arah vertikal maupun horizontal. Ini dipengaruhi oleh adanya lapisan/gugusan
lempengan sembako yang melintang dari ujung barat Kota Banda Aceh sampai sepanjang
pesisir pantai barat, yang mengakibatkan imbasan gerakan lempeng tersebut dapat dirasakan
sampai kepesisir pantai timur yang melintasi Kabupaten Bireuen.
Jika ditinjau dari Struktur Tatanan Geologi Tektonik Regional Pulau Sumatera dari
arah barat laut melalui pulau jawa sampai di Indonesia Bagian Timur merupakan jalur
magmatik dan jalur busur luar dari rangkaian gunung berapi aktif dan di bagian pantai barat
terdapat Trench (Palung).
2. Daerah Rawan Abrasidan Tsunami
Wilayah Kabupaten Bireuen termasuk yang terkena dampak dari hantaman gelombang
tsunami yang terjadi tanggal 26 Desember 2004. Wilayah pesisir adalah daerah yang paling
terkena dampak abrasi dan tsunami yang merupakan sebagian besar peruntukan lahannya
adalah tambak dan pantai. Faktor lain yang memperparah kerusakan adalah tidak adanya
kawasan penyangga alamiah (Buffer Zone) yang dapat menahan laju gelombang tsunami ke
arah darat.
3. Daerah Potensi Banjir
Kabupaten Bireuen berpotensi banjir ringan atau rendah. Hal ini disebabkan topografi
Kabupaten Bireuen dengan kelerengan yang bervariasi dan hanya sebagian kecil pada wilayah
pesisir yang memiliki potensi banjir. Faktor terjadinya banjir sangat memungkinkan
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 15
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
dikarenakan kondisi curah hujan yang anomali. Untuk lebih jelas mengenai potensi banjir di
Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel2.6.
Tingkat Kerawanan wilayah berpotensi banjir Kabupaten Bireuen
Tinggi Genangan Keterangan Luas (Ha)
0.0 - 0.50 m Rendah 18.227,72
0.50 - 1.00 m Sedang 5.046,37
1.00 - 1.50 m Tinggi 403,32
1.30 - 1.50 m Sangat tinggi 16.584,51
1.50 - 2.00 m Berbahaya 13.648,64
53.910,55
Sumber :RTRW (diolah) Kabupaten Bireuen, 2016
Gambar 2.Peta Potensi Banjir Kabupaten Bireuen
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 16
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Sumber : Bappeda Kabupaten Bireuen, 2016
4. Daerah Rawan Longsor dan Gerak Tanah
Kawasan rawan gerakan tanah dan/atau longsor di Kabupaten Bireuen seluas 8.379,23
ha, meliputi Kecamatan Samalanga seluas 48,57 ha, Peulimbang seluas 1.047,75 ha dan Juli
seluas 8.330,66 ha. Kawasan gerak tanah yang berpotensi rawan secara menyatu terdapat pada
jalan nasional Bireuen – Aceh Tengah sekitar km 11 sampai km 30.
Dampak dari gerakan tanah tersebut mengakibatkan hancurnya kawasan permukiman
penduduk, rusaknya perkebunan masyarakat, infrastruktur, jaringan listrik dan komunikasi.
Kerusakan infrastruktur mengakibatkan putusnya akses dari Kabupaten Bireuen ke Kabupaten
Bener Meriah dan Aceh Tengah, sehingga pergerakan orang dan barang antar kabupaten
terhambat.
Gambar 3.Peta Potensi Gerak Tanah Kabupaten Bireuen
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 17
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Sumber : Bappeda Kabupaten Bireuen, 2016
II.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
II.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
II.2.1.1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Untuk mengkaji tingkat kesejahteraan dan pemerataan ekonomi masyarakat, maka
digunakan indikator perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha disuatu daerah dalam
periode waktu tertentu. Perhitungan PDRB terbagi dalam dua kategori utama, yaitu Atas Dasar
Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga konstan (ADHK) 2010. Sejak tahun 2014,
perhitungan PDRB (regional) dan PDB (nasional) telah menggunakan tahun dasar 2010 dan
tidak lagi menggunakan tahun dasar 2000. Penggunaan tahun dasar 2010 dimaksudkan agar
nilai pertumbuhan PDRB sebagai parameter penilaian kinerja perekonomian suatu daerah
dapat lebih akurat dan objektif.
Secara umum, perekonomian Kabupaten Bireuen dalam kurun waktu beberapa tahun
terakhir mengalami perkembangan yang relatif pesat. Kondisi ini juga dapat menggambarkan
bahwa usaha ekonomi yang dijalankan oleh warga masyarakat Kabupaten Bireuen selama ini
semakin berkembang. Gambaran secara lebih nyata dari realita tersebut juga terlihat dari
kecenderungan peningkatan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Bireuen selama kurun waktu beberapa tahun terakhir. Dari tahun 2012–2016, trend
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 18
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
pertumbuhan nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)Kabupaten Bireuen terus
mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan, denganangka pertumbuhan rata-rata
sebesar 6,42 persen pertahun.
Pada tahun 2012, PDRB ADHB Kabupaten Bireuen tercatat sebesar Rp. 8,25 triliun,
yang kemudianmeningkat sebesar 7,13 persen menjadi sebesar Rp. 8,88 triliun pada tahun
2013. Nilai PDRB ADHB tersebut terus meningkatmenjadi Rp. 10,75 triliun di tahun 2016
atau naik sebesar 23 persen dari tahun 2012 atau rata-rata meningkat 6,42 persen pertahun.
Tanpa memasukkanperhitungan angka inflasi, nilai PDRB atas dasar harga konstan
(ADHK) Kabupaten Bireuen selama periode 2012–2016 juga menunjukkan trendpeningkatan.
Besaran rata-rata peningkatan nilai PDRB ADHK Kabupaten Bireuen selamakurun waktu
tersebut adalah 3,40 persen per-tahun. Pada tahun 2016 nilai PDRB ADHK tercatat sebesar
Rp. 8,83 triliun, yang meningkat bila dibandingkan dengan nilai PDRB ADHK tahun 2012
sebesar Rp. 7,69 triliun, meningkat sebesar 12,92 persen. Trend peningkatan nilai PDRB
ADHB dan PDRB ADHK tersebut selama ini juga harus diakui sebagai bagian dari buah
upaya kerja keras pemerintah daerah melalui implementasi berbagai program dan kegiatan
pembangunan yang dilakukan selama ini, serta upaya dan peran serta masyarakat dan pelaku
dunia usaha/swasta dalam menggerakkan roda perekonomian daerah. Gambaran
perkembangan nilai PDRB Kabupaten Bireuen dalamkurun waktu tahun 2012–2016 tersebut
dapat dilihat pada tampilan gambar berikut ini.
Gambar 4. Perkembangan PDRB Kabupaten Bireuen Tahun 2012-2016 (Rp. Juta)
2012 2013 2014 2015 2016
ADHB 8,245,129 8,878,330 9,392,310 10,072,01 10,750,16
ADHK 7,689,706 7,999,503 8,171,310 8,483,005 8,830,808
-
2,000,000.00
4,000,000.00
6,000,000.00
8,000,000.00
10,000,000.00
12,000,000.00
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 19
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen, 2017
Jika dilihat lebih jauh berdasarkan peran sektoral dalam pembentukan nilai PDRB
ADHB, terlihat bahwa sektor pertanian selama ini masih dominan diantara sektor-sektor lain
dalam struktur perekonomian daerah Kabupaten Bireuen. Secara absolut nilai tambah produksi
sektor pertanian dalam PDRB ADHB terus meningkat selama kurun waktu tahun 2012-2016.
Pada tahun 2012 nilai tambah sektor pertanian masih tercatat sebesar Rp. 2,81 triliun,
sementara pada tahun 2016 nilai tambah sektor ini telah tercatat sebesar 3,65 triliun. Artinya
selama kurun waktu tahun 2012–2016, besaran nilai tambah sektor pertanian dalam PDRB
ADHBKabupaten Bireuen mengalami peningkatan rata-rata sebesar 6,26 persen per-tahun.
Pada posisi berikutnya setelah sektor pertanian, peran kontribusi sektor perdagangan
besar dan eceran selama ini juga cukup signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,
dalam kurun waktu antara tahun 2012–2016 terlihat bahwa peran dan kontribusi sektor
perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor terhadap struktur PDRB
ADHB Kabupaten Bireuen rata-rata berkisar antara 22,25 persen. Dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa hampir ¼ bagian dari pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bireuen selama ini
digerakkan oleh sektor ini. Dalam hal ini kiranya situasi keamanan dan ketentraman serta
iklim usaha di daerah ini perlu terus diupayakan agar dapat terus terjaga dengan baik, dimana
hal tersebut dapat berimplikasi positif bagi perekonomian masyarakat. Nilai dan kontribusi
sektoral dalam struktur perekonomian Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada tabelberikut.
Tabel 2.7.
Tren PDRB ADHB Kabupaten Bireuen
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016 (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha
2012
2013
2014
2015*
2016**
Pertumbuhan
Rata-Rata%
a. Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan
2,813,134.8 3,035,301.9 3,174,748.4 3,447,123.7 3,645,117.5 6.26
b. Pertambangan dan
Penggalian
226,280.8 238,149.9 259,019.0 272,471.5 283,740.0 5.49
c. Industri Pengolahan 137,353.5 147,992.2 163,142.7 171,521.2 179,996.2 6.52
d. Pengadaan Listrik dan
Gas
4,766.4 4,886.7 5,358.2 6,013.4 6,671.1 8
e. Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
2,806.2 3,538.7 4,223.3 4,800.5 6,089.0 17.52
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 20
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Limbah dan Daur
Ulang
f. Konstruksi 721,401.0 769,698.5 800,513.6 857,204.5 938,910.5 6.36
g. Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor
1,877,112.6 1,975,958.2 2,079,046.6 2,224,594.6 2,391,898.4 5.87
h. Transportasi dan
Pergudangan
838,125.9 928,532.8 981,731.2 1,000,605.4 1,008,051.0 4.45
i. Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum
85,692.4 92,694.8 98,578.2 105,996.0 123,711.9 8.71
j. Informasi dan
Komunikasi
232,282.0 242,383.6 248,673.9 260,826.7 268,329.3 3.54
k. Jasa Keuangan dan
Asuransi
104,868.4 111,053.3 113,053.0 118,870.5 129,597.6 5.13
l. Real Estat 240,576.2 251,176.0 270,703.2 291,997.9 323,287.6 7.1
m. Jasa Perusahaan 23,957.7 26,612.1 28,486.0 30,588.2 32,375.3 7.23
n. Administrasi
Pemerintahan,
Pertanahan dan
Jaminan Sosial Wajib
545,505.3 616,912.8 691,906.2 754,567.3 823,941.2 9.78
o. Jasa Pendidikan 126,291.3 134,239.0 145,831.4 159,577.1 179,365.7 8.38
p. Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
162,148.0 191,252.6 211,788.1 238,381.9 265,450.5 11.57
q. Jasa Lainnya 102,827.1 107,947.8 115,607.1 126,873.0 143,629.6 7.98
PDRB 8,245,129.6 8,878,330.9 9,392,410.1 10,072,013.4 10,750,162.4 6.41
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen, 2016
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
Tabel 2.8.
Kontribusi PDRB ADHB Kabupaten Bireuen
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016 (Persen)
Lapangan Usaha
2012
2013
2014
2015
2016
Pertumbuhan
Rata-Rata (%)
a. Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
34.12 34.19 33.80 34.22 33.91 -0.16
b. Pertambangan dan
Penggalian
2.74 2.68 2.76 2.71 2.64 -0.96
c. Industri Pengolahan 1.67 1.67 1.74 1.70 1.67 -0.03
d. Pengadaan Listrik dan Gas 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0
e. Pengadaan Air, Pengelolaan 0.03 0.04 0.04 0.05 0.06 15.42
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 21
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
f. Konstruksi 8.75 8.67 8.52 8.51 8.73 -0.07
g. Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
22.77 22.26 22.14 22.09 22.25 -0.59
h. Transportasi dan
Pergudangan
10.17 10.46 10.45 9.93 9.38 -2.11
i. Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
1.04 1.04 1.05 1.05 1.15 2.41
j. Informasi dan Komunikasi 2.82 2.73 2.65 2.59 2.50 -3.06
k. Jasa Keuangan dan
Asuransi
1.27 1.25 1.20 1.18 1.21 -1.25
l. Real Estat 2.92 2.83 2.88 2.90 3.01 0.73
m. Jasa Perusahaan 0.29 0.30 0.30 0.30 0.30 0.83
n. Administrasi Pemerintahan,
Pertanahan dan Jaminan
Sosial Wajib
6.62 6.95 7.37 7.49 7.66 3.57
o. Jasa Pendidikan 1.53 1.51 1.55 1.58 1.67 2.14
p. Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
1.97 2.15 2.25 2.37 2.47 5.48
q. Jasa Lainnya 1.25 1.22 1.23 1.26 1.34 1.68
PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen, 2016
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
Jika dilihat dari sisi nilai tambah sektoral terhadap pembentukan PDRB ADHK
Kabupaten Bireun periode 2012-2016, sektor pertanian masih menempati urutan pertama bagi
perekonomian daerah Kabupaten Bireuen, selanjutnya sektor perdagangan besar dan eceran;
reparasi mobil dan sepeda motor juga terdapat di urutan kedua perekonomian daerah ini.
Namun untuk pertumbuhan rata-ratanya Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
dan Daur ulang mengalami pertumbuhan positif yang sangat tinggi.
Perlu dicermati untuk mengetahui berbagai kemungkinan penyebab dari
kecenderungan melambatnya pertumbuhan sektor ekonomi/lapangan usaha yang menjadi
andalan daerah. Salah satu kecenderungan kondisi yang memungkinkan hal tersebut terjadi
selama ini adalah aktifitas produksi sektor ekonomi unggulan daerah, terutama sektor
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 22
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
pertanian, dalam beberapa waktu terakhir telah memasuki tahap kejenuhan dalam siklus
produksinya. Banyak kemungkinan faktor yang dapat menjadi penyebab, dimana dari hal ini
nantinya dapat dicari solusi dan jalan keluar, sehingga kegiatan produksi sektor pertanian
benar-benar dapat memberikan kontribusinya bagi perekonomian daerah ini.
Gambaran tentang nilai dan kontribusi dari masing-masing sektor dalam pembentukan
PDRB ADHK Kabupaten Bireuen selama beberapa tahun terakhir, lebih rinci dapat dilihat
pada tabel berikut ini,
Tabel 2.9. Tren PDRB ADHK Kabupaten Bireuen
Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2012-2016 (Jutaan Rupiah
Lapangan Usaha
2012
2013
2014*
2015**
2016**
Pertumbuhan
Rata-Rata
a. Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan
2,518,474.5
2,584,308.5
2,566,955.1
2,664,514.9
2,731,052.0
1.99
b. Pertambangan dan
Penggalian
213,647.1
220,199.3
226,751.5
232,737.8
237,861.9
2.65
c. Industri Pengolahan
127,973.5
131,963.2
136,424.7
139,116.5
142,110.5
2.58
d. Pengadaan Listrik dan
Gas
5,393.9
5,738.0
6,193.9
6,722.6
7,317.1
7.34
e. Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Ulang
2,495.7
2,729.2
3,071.2
3,356.8
3,970.5
10.91
f. Konstruksi 658,127.3
684,131.0
693,575.5
724,994.5
769,994.5
3.84
g. Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor
1,840,525.3
1,929,959.1
2,024,527.1
2,102,560.1
2,218,259.5
4.56
h. Transportasi dan
Pergudangan
782,725.4
839,343.1
864,291.0
880,292.5
890,362.7
3.15
i. Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum
80,662.5
83,717.6
85,207.6
87,779.4
95,708.8
4.15
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 23
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
j. Informasi dan
Komunikasi
227,104.0
231,928.9
235,323.7
245,230.9
251,572.0
2.52
k. Jasa Keuangan dan
Asuransi
90,504.6
91,058.6
88,240.4
89,474.8
93,116.4
0.08
l. Real Estat 228,706.3
233,565.2
240,984.0
251,416.7
268,034.8
3.88
m,n Jasa Perusahaan 22,088.8
23,193.4
23,532.9
24,213.1
24,969.4
3.01
o. Administrasi
Pemerintahan,
Pertanahan dan
Jaminan Sosial Wajib
524,625.2
552,541.7
580,458.2
611,477.6
648,211.3
5.15
p. Jasa Pendidikan 124,409.4
126,996.9
129,584.4
135,665.2
143,674.7
3.52
q. Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
146,767.2
160,702.8
167,336.2
179,300.6
192,567.0
6.55
r,s,t,u Jasa Lainnya
95,475.6
97,427.2
98,853.3
104,151.8
112,025.3
3.89
PDRB
7,689,706.3
7,999,503.7
8,171,310.7
8,483,005.8
8,830,808.4
3.4
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen, 2016
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementaa
Tabel 2.10.
Kontribusi PDRB ADHK Kabupaten Bireuen
Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2012-2016 (Persen)
Lapangan Usaha
2012
2013
2014
2015
2016
Pertumbuhan
Rata-Rata
a. Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
34.12 34.19 33.80 34.22 33.91 -0.16
b. Pertambangan dan
Penggalian
2.74 2.68 2.76 2.71 2.64 -0.96
c. Industri Pengolahan 1.67 1.67 1.74 1.70 1.67 -0.03
d. Pengadaan Listrik dan Gas 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0
e. Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
0.03 0.04 0.04 0.05 0.06 15.42
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 24
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Limbah dan Daur Ulang
f. Konstruksi 8.75 8.67 8.52 8.51 8.73 -0.07
g. Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
22.77 22.26 22.14 22.09 22.25 -0.59
h. Transportasi dan
Pergudangan
10.17 10.46 10.45 9.93 9.38 -2.11
i. Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum
1.04 1.04 1.05 1.05 1.15 2.41
j. Informasi dan Komunikasi 2.82 2.73 2.65 2.59 2.50 -3.06
k. Jasa Keuangan dan
Asuransi
1.27 1.25 1.20 1.18 1.21 -1.25
l. Real Estat 2.92 2.83 2.88 2.90 3.01 0.73
m,n Jasa Perusahaan 0.29 0.30 0.30 0.30 0.30 0.83
o. Administrasi
Pemerintahan, Pertanahan
dan Jaminan Sosial Wajib
6.62 6.95 7.37 7.49 7.66 3.57
p. Jasa Pendidikan 1.53 1.51 1.55 1.58 1.67 2.14
q Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
1.97 2.15 2.25 2.37 2.47 5.48
r,s,t,u Jasa Lainnya 1.25 1.22 1.23 1.26 1.34 1.68
PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen, 2016
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
II.2.1.2. Laju Inflasi
Inflasi merupakan tingkat kenaikan harga-harga yang terjadi secara umum pada suatu
tahun tertentu. Seberapa besar tingkat inflasi yang terjadi selama ini di Kabupaten Bireuen
dapat dicermati dari angka inflasi di Kota Lhokseumawe. Data yang ada menunjukkan, tingkat
inflasi di daerah Lhokseumawe berada di atas rata-rata nasional, dan bahkan berada di atas
Banda Aceh (pada tahun tertentu).
Perkembangan kecenderungan kenaikan harga-harga barang dan jasa di Kabupaten
Bireuen yang tergambar dari laju inflasi selama ini mulai menunjukkan kecenderungan dapat
lebih terkendali dan terjaga dengan cukup baik. Hal tersebut merupakan suatu bentuk
kemajuan yang perlu tetap dipertahankan, agar daya beli masyarakat tetap dapat menjangkau
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 25
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
upaya mereka untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam kehidupan sehari-hari,
terutama bagi kelompok masyarakat miskin. Mengutip publikasi data BPS, pada tahun 2016,
tercatat laju inflasi di Kabupaten Bireuen sebesar 5,6 persen. Angka tersebut lebih tinggi
diatas tingkat inflasi nasional pada periode yang sama, yaitu sebesar 3,02 persen. Pada tahun-
tahun sebelumnya dalam periode tahun 2012-2016, kecenderungan naiknya harga-harga
barang dan jasa di Kabupaten Bireuenrelatif cukup tinggi. Laju inflasi pada tahun 2013tercatat
sebesar 8,27 persen, ini disebabkan naiknya harga cabai merah, Bahan Bakar Minyak (BBM)
solar dan premium, bawang merah, tarif listrik, dll.Sampai pada tahun 2015, angka inflasi
Bireuen menurun secara drastis, yaitu sebesar 2,44 persen dan kemdian meningkat lagi pada
tahun 2016, sebesar 5,6 persen.
Berikutnya, tren perkembangan harga-harga barang dan jasa yang sudah relatif lebih
stabil saat ini kiranya perlu diupayakan agar dapat terus terjaga dengan baik. Inflasi yang
cenderung tinggi dapat melemahkan daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhan barang
dan jasa yang diperlukan untuk dapat bertahan hidup, yang ikut melemahkan daya perputaran
ekonomi daerah karena menurunnya permintaan atas produksi dan perdagangan barang dan
jasa oleh masyarakat dalam mekanisme pasar.
Oleh Karena itu, kiranya dalam upaya pembangunan daerah ke depan, Pemerintah
Kabupaten Bireuen diharapkan dapat terus mewaspadai dan melakukan pengawasan, bahkan
ikut serta berupaya untuk mengendalikan dan melakukan intervensi, dengan menempuh
langkah-langkah responsif dan inisiatif yang diperlukan apabila sewaktu-waktu ada
kecenderungan peningkatan harga barang dan jasa secara terus menerus ataupun dengan
besaran yang sudah dirasa mengkhawatirkan. Salah satu pedoman dan panduan bagi upaya
pemantauan dan pengendalian laju inflasi tersebut dapat dilakukan melalui rekaman atau
dokumentasi data terkait laju inflasi selama beberapa tahun sebelumnya, sebagaimana terlihat
pada tabel dan grafik berikut ini.
Tabel 2.11.Tingkat Inflasi Tahun 2012-2016 (persen)
DAERAH 2012 2013 2014 2015 2016
Lhokseumawe 0,39 8.27 8.53 2.44 5.6
Banda Aceh 0.06 6.39 7.83 1.27 3.13
Nasional 4.3 8.38 8.36 3.35 3,02
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen 2017
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 26
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Gambar 5.Perkembangan Laju Inflasi Tahun 2012-2016 (persen)
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen 2017
Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah daerah kiranya perlu terus berupaya ikut
berperan dalam menjaga serta mendorong terciptanya stabilitas harga-harga secara umum agar
dimasa mendatang tidak menyebabkan inflasi yang tinggi, sehingga dapat menyulitkan
kehidupan anggota masyarakat yang berpenghasilan tetap dan rendah. Salah satu upaya
penting yang harus dilakukan pemerintah daerah adalah menjamin distribusi barang-barang
dan jasa dengan lancar, dan membuka peluang peningkatan produksi lokal, terutama barang-
barang kebutuhan pokok yang mampu dihasilkan oleh daerah serta peningkatan peran dan
fungsi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)
II.2.1.3. Pendapatan Perkapita
Kondisi taraf hidup dan kesejahteraan warga Kabupaten Bireuen salah satunya dapat
dilihat daribesaran nilai pendapatan per-kapita penduduknya. Dalam beberapa tahun terakhir,
pendapatan per-kapita masyarakat penduduk Kabupaten Bireuen secara umum menunjukkan
tren penurunan secara persentase tetapi tidak dalam nominal baik ADHB maupun ADHK.
Selama kurun waktu tahun 2012-2016. Pendapatan per-kapita atas dasar harga berlaku
(ADHB) mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,47 persen per-tahun,dan 0,87 persen
untuk pendapatan per-kapita atas dasar harga konstan (ADHK).
Berdasarkan PDRB ADHB, tercatat pendapatan per-kapita penduduk Kabupaten
Bireuen tahun 2012sebesar Rp.20,18 juta. Jumlah tersebut kemudian meningkat pada tahun
2013menjadi sebesar Rp. 21,28 juta atau naik sebesar5,17 persen.Demikian halnya tahun
2015- 2016, dimana pendapatan per-kapita penduduk ADHB juga mengalami tren penurunan
persentase tetapi tidak pada nominal. Tahun 2014 tercatat pendapatan per-kapita ADHB
0
5
10
2012 2013 2014 2015 2016
Lhokseumawe Banda Aceh Nasional
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 27
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
sebesar Rp. 22,18 juta menjadi 4.06 persen, dan pada tahun 2016 jumlah pendapatan per-
kapita ADHB sebesar Rp. 24,23 juta meningkat 4,50 persen.
Berdasarkan ADHK, pendapatan per-kapita penduduk Kabupaten Bireuen selama
kurun waktu antara 2012-2016 juga menunjukkan tren penurunan secara persentase tetapi
tidak dalam nominal baik ADHB maupun ADHK. Hingga tahun 2015, pendapatan per-kapita
ADHK penduduk Kabupaten Bireuen tercatat sebesar Rp. 19,47 juta, yang meningkat secara
rata-rata 0,87 persen per-tahun , dimana pada tahun 2012, saat itu nilai pendapatan per-kapita
ADHK penduduk Kabupaten Bireuen tercatat sebesar RP. 18,82 juta. Gambaran lebih rinci
terkait nilai pendapatan per-kapita ADHB dan ADHK penduduk Kabupaten Bireuen dalam
kurun waktu beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada tampilan berikut,
Gambar 6
Pendapatan Per-Kapita Penduduk Kabupaten Bireuen
Tahun 2012-2016 (juta rupiah)
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen, 2016
II.2.1.4 Kemiskinan
Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu
memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat (Bappenas, 2004). Hak-hak dasar antara lain (a) terpenuhinya kebutuhan pangan,
(b) kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan
lingkungan hidup, (c) rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, (d) hak untuk
berpartisipasi dalam kehidupan sosialpolitik.
05
10152025
Thn 2012
Thn 2013
Thn 2014
Thn 2015
Thn 2016
ADHK 18.82 19.17 19.3 19.47 19.49
ADHB 20.18 21.28 22.18 23.14 24.23
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 28
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Kemiskinan merupakan persoalan yang sangat kompleks serta sangat mendasar bagi
setiap masyarakat di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Untuk itu perlu upaya
penanganan yang dilakukan secara terpadu, komprehensif dan berkelanjutan.
1. Persentase Penduduk Miskin
Pemerintah Kabupaten Bireuen selama ini telah dan akan terus memberikan perhatian
khusus dengan upaya yang sungguh-sungguh dalam kaitannya dengan
penanggulanganmasalah kemiskinan. Berbagai program pembangunan yang dapat mengurangi
angka kemiskinan akan terus diprioritaskan dan diintensifkan pelaksanaannya. Sektor
pembangunan terkait dalam hal ini seperti pemberdayaan ekonomi, pendidikan, kesehatan,
maupun infrastruktur. Dalam konteks kewilayahan, prioritas program pembangunan yang
mengarah pada upaya pengurangan angka kemiskinan di daerah ini nantinya akan langsung
lebih diarahkanpada wilayah-wilayah yang selama ini dinilai menjadi kantong-kantong
kemiskinan di wilayah perkotaan, dan sebagian diantaranya yang ada di wilayah pesisir.
Selama periode 2012-2016, implementasi kegiatan pembangunan dalam kaitannya
dengan upaya mengurangi jumlah penduduk miskin dalam hal ini masih perlu mendapat
perhatian lebih serius. Hal ini didasarkan pada fenomena, bahwa meskipun persentase angka
kemiskinan Kabupaten Bireuen beberapa tahun terakhir menunjukkan tren penurunan. Pada
tahun 2012 persentase kemiskinan Kabupaten Bireuensebesar 18,21 persen. Tahun 2013 dan
2014 yang masing- masing turun 17,65 persen dan 16,94 persen. Untuk tahun 2015 tingkat
kemiskinan hampir sama dengan tahun sebelumnya sekitar 16,94 persen. Sedangkan untuk
tahun 2016 persentase kemiskinan Kabupaten Bireuen mengalami penurunan 15,95 persen.
Berdasarkan data BPS rata – rata persentase penduduk miskin di Kabupaten Bireuen
termasuk daerah yang memiliki tingkat kemiskinan yang masih cukup tinggi di Provinsi Aceh.
Salah satu faktor yang mungkin dapat menyebabkan masih belum maksimalnya dampak dari
upaya keras Pemerintah Kabupaten Bireuen dalam hal penanggulangan kemiskinan adalah,
kenyataan bahwa garis kemiskinan di Kabupaten Bireuen selama kurun waktu tersebut terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berbagai kemungkinan penyebab, seperti dorongan
inflasi dan naiknya harga-harga barang dan jasa yang cenderung ikut mendorong naiknya
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 29
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
batas garis kemiskinan,dimana hal ini tentunya dapat mempengaruhi besaran jumlah penduduk
miskin maupun angka kemiskinan itu sendiri.
Kondisi dan kenyataan tersebut pula yang dinilai perlu mendapat perhatian sekaligus
dapat dijadikan pedoman bagi pemerintah Kabupaten Bireuen dalam kaitannya dengan upaya
yang sudah, sedang maupun yang masih akan dilakukan dalam hal perencanaan dan
penyusunan berbagai program pembangunan terkait upaya penanggulangan kemiskinan
maupun program-program pembangunan lain yang lebih berpihak pada golongan masyarakat
miskin. Gambaran terkait angka kemiskinan dan garis kemiskinan Kabupaten Bireuen beserta
angka perbandingannya, dapat dilihat secara rinci pada tabel berikut:
Tabel 2.12.
Statistik Penduduk Miskin Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2016
U r a i a n Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Garis Kemiskinan (Rp./kap/bln) 277,831 292,308 295,294 301,027 317,562
Persentase Penduduk Miskin ( %) 18,21 17,65 16,94 16.94 15,95
Jumlah Penduduk Miskin (orang) 74.300 73.900 72.220 73.14 70,44
Sumber : BPS Aceh, 2016 www.aceh.bps.go.id
Mengingat persoalan kemiskinan yang bersifat kompleks dan multidimensi, upaya
penanggulangan kemiskinan kiranya perlu terus diupayakan pelaksanaannya secara terpadu
dan bersifat lintas sektoral, dengan melibatkan seluruh SKPK terkait dengan hal tersebut.
2. Indeks Kedalaman Kemiskinan(P1) dan Keparahan Kemiskinan (P2)
Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan indeks yang mempresentasikan besarnya
total uang yang harus disediakan untuk mengangkat seluruh individu dan rumah tangga miskin
sampai pada garis kemiskinan (sebagai rasio terhadap total pendapatan seluruh penduduk pada
tingkat garis kemiskinan).
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 30
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Indeks Keparahan atau Poverty Severity Index (P2) adalah jumlah dari kuadrat selisih
(dalam persen terhadap garis kemiskinan) rata-rata antara pengeluaran penduduk miskin
dengan garis kemiskinan,
Gambar. 7
Indeks Kedalaman kemiskinan dan Keparahan Kemiskinan
Sumber : BPS Bireuen, 2017
Dari Grafik 2.7 diperlihatkan bahwa pada tahun 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan
(P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) meningkat cukup drastis. Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) meningkat dari 2,11 pada tahun 2015 menjadi 3,07 pada tahun 2016.
Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) meningkat dari 0,47 menjadi 0,84 pada
periode yang sama. Peningkatan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa ada penurunan
pengeluaran penduduk miskin yang semakin mendekati garis kemiskinan.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) melalui Basis Data
Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial (2015) telah mengeluarkan jumlah rumah tangga
miskin dengan status kesejahteraan 40% termasuk untuk Kabupaten Bireuen.
Jumlah penduduk miskin Kabupaten Bireuen sebanyak 53.221 Rumah Tangga dengan
rumah tangga miskin terbanyak berada di Kecamatan Peusangan sebanyak 4.734 Rumah
Tangga. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk Kecamatan Peusangan merupakan
kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Bireuen.Upaya Pemerintah
Kabupaten Bireuen untuk mengatasi kemiskinan untuk kedepannya harus berdasarkan data
BDT dikarenakan data BDT ini merupakan sebuah sistem basis data mikro untuk perencanaan
program perlindungan sosial yang berisi data dan calon penerima bantuan sosial, baik rumah
2.87 2.78
2.21 2.11
3.07
0.690.67 0.53 0.47
0.84-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6
Index Kedalaman Kemiskinan Index Keparahan Kemiskinan
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 31
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
tangga, keluarga maupun anggota rumah tangga/keluarga, dilengkapi dengan keterangan
sosial-ekonomi.
Tabel 2.13.
Jumlah Rumah Tangga Miskin Menurut Desil di Kabupaten Bireuen
No Kecamatan Desil 1 Desil 2 Desil 3 Desil 4 Grand
Total
1. Gandapura 644 648 773 858 2.923
2. Jangka 759 808 1.027 1.225 3.819
3. Jeumpa 1.055 1,063 1.302 1.165 4.585
4. Jeunieb 955 927 1.024 844 3.750
5. Juli 1.121 1.075 1.195 1.111 4.502
6. Kota Juang 450 630 847 1.004 2.931
7. Kuala 408 541 578 658 2.185
8. Kuta Blang 508 613 731 772 2.624
9. Makmur 700 584 607 551 2.442
10. Pandrah 338 359 441 372 1.510
11. Peudada 1.069 975 1.100 937 4.081
12. Peulimbang 572 455 427 349 1.803
13. Peusangan 782 1.010 1.377 1.565 4.734
14. Peusangan Selatan 592 610 681 671 2.554
15. Peusangan Siblah Krueng 491 425 527 487 1.930
16. Samalanga 678 663 859 892 3.092
17. Simpang Mamplam 1.093 907 953 803 3.756
Total 12.215 12.293 14.449 14.264 53.221
Sumber : TNP2K, 2015
3. Angka Pengangguran
Pengangguran, ketersediaan lapangan kerja serta kualitas SDM tenaga kerja merupakan
salah satu permasalahan klasik bidang ketenagakerjaan di berbagai daerah, termasuk
Kabupaten Bireuen dalam hal ini. Peran penting sumber daya manusia/tenaga kerja dalam
proses produksi dan perekonomian secara lebih luas, menjadikannya harus dapat lebih
kreatif dan inovatif agar mampu mengaktualisasikan potensi diri, adaptif terhadap
teknologi baru, serta memanfaatkan peluang sumberdaya ekonomi lainnya secara lebih
optimal. Semakin banyak tenaga kerja berkualitas tentu akan berkontribusi secara positif
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 32
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
terhadap kinerja ekonomi daerah. Untuk itu, kualitas SDM suatu daerah perluterus
ditingkatkanagar nantinya daerah tersebut dapat memiliki SDM tenaga kerja yang berdaya
saing tinggi dan mampu merespon perubahan.
Tabel 2.14.
Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten Bireuen Tahun 2012-2016
Indikator 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Angkatan kerja 172,364 181,580 189,362 191,893 199,853
Jumlah Penduduk Bekerja 155,171 164,197 172,276 170,753 178,230
Jumlah Penduduk Tidak Bekerja 17,193 17,383 17,086 21,140 21,623
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) (persen)
60.38 62.18 63.95 62.38 62.84
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
(persen)
9.97 9.57 9.02 11.02 10.81
Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Perindustrian Kabupaten Bireuen Tahun 2017
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk angkatan kerja adalah setiap
penduduk berumur 15 tahun ke atas dan selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan,
baik bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu sebab, misalnya menunggu panen,
sedang cuti, dan sedang menunggu pekerjaan berikutnya. Di samping itu, penduduk yang tidak
mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan ataupun mengharapkan akan mendapat
pekerjaan, juga termasuk dalam kategori angkatan kerja dimaksud dalam hal ini.
Berdasarkan data pada tabel diatas, pada tahun 2012 jumlah penduduk yang tergolong
angkatan kerja di Kabupaten Bireuen adalah sebanyak 172.364 atau 42,44 persen dari total
jumlah penduduk. Sementara pada tahun 2016, jumlah angkatan kerja tercatat sebanyak
199.853 orang atau 45,04 persen dari total jumlah penduduk. Selama kurun waktu antara tahun
2012-2016 tersebut , sejalan dengan pertumbuhan penduduk, persentase jumlah angkatan kerja
di Kabupaten Bireuen berada di rentang 42,44 s/d 45,04 persen.
Jumlah penduduk tidak bekerja terlihat sedikit meningkat, pada tahun 2012 berjumlah 17.193
orang menjadi 21.623 orang pada tahun 2016, dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar
11,79 persen.
Selain itu, tren data yang ada menunjukkan bahwa jumlah atau tingkat pengangguran terbuka
(TPT) di Kabupaten Biereuen selama ini belum mengalami perubahan yang berarti. Pada
tahun 2012angka jumlah pengangguran terbuka tercatat sebanyak 17.193 orang atau 9,97
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 33
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
persen dari total jumlah angkatan kerja saat itu, yaitu sebanyak 172.364 orang. Sampai
dengan tahun 2016, Tingkat Pengangguran Terbuka mencapai 10,81 persen. Hal ini diperlukan
perhatian serius dari pemerintah daerah Kabupaten Bireuen, dimana nantinya dalam konsep
perencanaan program pembangunan jangka menengah perlu mengakomodir bentuk-
bentukprogram maupun kegiatan yang mampu mendorong penciptaan dan perluasan lapangan
kerja, yang nantinya diharapkan dapat menampung jumlah angkatan kerja serta memberi
kesempatan kerja bagi masyarakat secara lebih luas, sekaligus mampu menurunkan angka
pengangguran di daerah ini.
Selanjutnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), pada tahun 2012 tercatat
sebesar 60,38 persen. Angka tersebut tidak mengalami peningkatan setiap tahunnya meskipun
dengan besaran yang tipis, menjadi sebesar 62,84 persen di tahun 2016. Gambaran terkait
dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Kabupaten Bireun selama beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada tampilan berikut ini,
Grafik diatas kiranya dapat memberikan gambaran kondisi ketenagakerjaan maupun
tingkat pengangguran di daerah ini. Namun demikian bila dibandingkan dengan
kabupaten/kota lainnya di provinsi Aceh, angka pengangguran Kabupaten Bireuen tersebut
masih tergolong lebih kecil atau rendah. Oleh karena itu, peran optimalisasi sumberdaya
ekonomi guna mendorong peningkatan investasi di daerah ini ke depan merupakan suatu hal
yang perlu terus dilakukan,sehingga dapat semakin meningkatkan daya serap tenaga kerja
yang ada di daerah ini. Dari hal tersebut kiranya akan semakin meningkatkan daya serap
tenaga kerja dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat daerah ini memperoleh
pekerjaan yang layak. Kondisi tersebut tentunya akan berimplikasi secara positif terhadap
percepatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bireuen dimasa mendatang.
II.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
II.2.2.1. Angka Rata-Rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk
berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikanformal yang pernah dijalani.
Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Bireuen untuk tahun 2016 sebesar 9,15 tahun ini
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 34
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
bermakna bahwa pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk Kabupaten Bireuen di
tahun 2016 berada di jenjang pendidikan SMP. Berikut rata-rata lama sekolah penduduk
Kabupaten Bireuen dari tahun ke tahun.
Tabel 2.15.
Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Bireuen
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) 8,50 8,58 8,85 9,14 9,15
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017
II.2.2.2. Harapan Lama Sekolah
Harapan lama sekolah didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang
diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Angka harapan
lama sekolah penduduk Kabupaten Bireuen dari tahun ke tahun belum menunjukkan
perkembangan seperti yang diharapkan. Di tahun 2016 angka harapan lama sekolah sebesar
14,42 tahun ini berarti bahwa harapan lamanya pendidikan yang akan dirasakan oleh anak
yang lahir pada tahun 2016 adalah sebesar 14,42 tahun setara dengan pendidikan di jenjang
pendidikan diploma.
Tabel 2.16.
Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Bireuen
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
Harapan Lama Sekolah (tahun) 14,03 14,22 14,25 14,41 14,42 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017
II.2.2.3. Pengeluaran perkapita
Pengeluaran per kapita adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah
tangga selama sebulan dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga. Pengeluaran
perkapita rata-rata masyarakat Kabupaten Bireuen dari tahun ke tahun semakin besar, ini
terlihat dari pengeluaran pada tahun 2012 sebesar Rp.699.600 meningkat menjadi Rp. 788.500
pada tahun 2016.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 35
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Tabel 2.17.
Pengeluaran PerkapitaPenduduk Kabupaten Bireuen
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
Pengeluaran perkapita
(dalam ribuan)
699,6 723,2 731,9 762,2 788,5
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017
II.2.2.4. Angka Usia Harapan Hidup
Angka Usia Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti
dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan
lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pengentasan kemiskinan.
Angka harapan hidup adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi
tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur. angka ini adalah angka
pendekatan yang menunjukkan kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama. Angka harapan
hidup masyarakat kabupaten Bireuen dari tahun ke tahun menunjukan perkembangan yang
sangat baik seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.18.
Angka Harapan Hidup di Kabupaten Bireuen
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
Angka Harapan Hidup (Tahun) 70,32 70,34 70,35 70,64 70,72 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017
II.2.2.5. Persentase Balita Gizi Buruk
Perkembangan upaya penanganan gizi buruk di Kabupaten Bireuen cukup berhasil
dimana persentase balita gizi buruk dari tahun ke tahun terus menurun, ini terlihat dari
persentase balita gizi buruk tahun 2013 sebanyak 149 orang (0,41 persen) turun menjadi 19
orang (0,05 persen) pada tahun 2014. Angka gizi buruk tahun 2015 sedikit meningkat menjadi
27 orang (0,07 persen) dan kembali menurun pada tahun 2016 menjadi 11 orang (0,02 persen).
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 36
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Tabel 2.19. Persentase Balita Gizi Buruk di Kabupaten Bireuen
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
Balita Gizi Buruk - 149 19 27 11
Jumlah Balita 35.831 36.036 35.918 37.727 48.798
Persentase Gizi Buruk - 0,41 0,05 0,07 0,02 Sumber : Dinas Kesehatan, 2017
II.3. ASPEK PELAYANAN UMUM
II.3.1. Layanan Urusan Keistimewaan Aceh
II.3.1.1. Pendidikan
1. Pendidikan Islami
Pendidikan Islami merupakan sesuatu hal yang sangat mendasar bagi masyarakat Aceh
mengingat Aceh yang dijuluki sebagai Serambi Mekkah juga telah memproklamirkan diri
sebagai daerah yang bersyari’at Islam sejak Penerapan Syariat Islam di Aceh diberlakukan
berdasarkan UU No. 44 tahun 1999 dan UU No. 18 tahun 2001. Namun jauh sebelum Undang-
Undang tersebut itu dirancang dan diterapkan di Bumi Serambi Mekkah, Pendidikan Islami telah
mengakar dalam kehidupan masyarakat Aceh. Anak-anak Aceh masa lalu, meskipun tidak
mengenyam pendidikan formal seperti SD, SMP dan SMA, namun mereka tetap menjalani proses
belajar pada dayah-dayah yang ada di lingkungan mereka terutama bagi mereka yang orang tuanya
tidak mampu menyekolahkan anaknya ke sekolah-sekolah formal.
Di dayah, santri merupakan peserta didik atau pelajar yang dipersiapkan oleh pengasuh
dayah sebagai kader ulama, kader bangsa yang pada gilirannya akan menjadi tokoh
masyarakat bangsa. Hal ini dimungkinkan karena kemampuan dayah bukan hanya dalam
pembinaan pribadi muslim, tetapi juga mengadakan perubahan sosial dan masyarakat.
Pengaruh dayah dapat terlihat pada kehidupan santri dan alumninya serta kehidupan
masyarakat sekitarnya.
Bireuen sebagai salah satu Kabupaten yang telah lama dikenal sebagai daerah yang banyak
memiliki Dayah, saat ini terus mencoba membenahi dayah-dayah yang ada agar proses belajar
mengajar di dayah dapat berjalan dengan lancar yang pada akhirnya dayah tersebut dapat
menghasilkan santri-santri yang memiliki kompetensi yang baik dan tidak kalah bersaing dengan
anak-anak lulusan pendidikan umum. Salah satu dayah tertua dan terbesar yang ada di Kabupaten
Bireuen adalah dayah Madrasah Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya(MUDI MESRA)
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 37
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Samalanga yang merupakan institusi pendidikan yang mengambil peran paling sakral dalam
mencetak generasi umat dan kader dayah. paling sakral. Data jumlah dayah tahun 2012 sampai
dengan Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.20.
Jumlah Dayah, Guru dan Santri di Kabupaten Bireuen
Tahun Jumlah
Dayah
Jumlah
Guru
Jumlah
Santri
2012 130 879 19.829
2013 142 2.726 24.547
2014 139 2.571 22.305
2015 139 2.571 22.313
2016 160 3.094 37.345 Sumber : Kabupaten Bireuen Dalam angka 2017
Dari sejumlah dayah yang ada, tim akreditasi dayah telah mencoba melakukan penilaian
terhadap dayah-dayah tersebut sehingga muncul beberapa katagori dayah di Kabupaten
Bireuen. Tabel berikut menggambarkan kondisi dayah yang ada di Kabupaten Bireuen pada
Tahun 2016.
Tabel2.21
Tipe Dayah di Kabupaten Bireuen
Tahun Type Dayah
A B C D
2012 NA NA NA NA
2013 NA NA NA NA
2014 NA NA NA NA
2015 NA NA NA NA
2016 4 10 8 13 Sumber : Dinas Pendidikan Dayah, 2017
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa hanya 35 dayah yang sudah memperoleh
akreditasi dengan jenis tipe A, B, C dan D. Sementara sisanya masih berupa dayah non tipe.
Yang menjadi persoalan adalah belum ada standar yang baku terhadap penilaian akreditasi
sebuah dayah, dimana tipe dayah di Bireuen berbeda indikatornya dengan tipe dayah yang ada
di Provinsi Aceh. Untuk itu kiranya perlu dilakukan akreditasi kembali terhadap dayah-dayah
yang ada di Kabupaten Bireuen sehingga dayah-dayah tersebut memiliki akreditasi yang baik.
Disamping itu, guna meningkatkan mutu lulusan dayah, kiranya perlu dilakukan
peningkatan mutu terhadap tenaga pendidik dayah sehingga mutu lulusan dayah dapat
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 38
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
bersaing dengan mutu lulusan sekolah-sekolah umum dan sekolah agama lainnya. Terhadap
sarana dan prasarana dayah juga perlu mendapat perhatian dalam rangka kelancaran proses
belajar dan mengajar serta keamanan dan kenyamanan siswa, dimana dari sejumlah dayah
yang ada hanya 40 persen dayah yang sudah memiliki memiliki kamar, ruang masak dan
sanitasi layak.
II.3.1.2. Keagamaan
1. Syari’at Islam.
Syari’at Islam adalah hukum atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi
kehidupan Umat Islam yang berlaku sepanjang masa dan dimanapun. Selain berisi hukum,
aturan dan panduan peri kehidupan, Syariat Islam juga berisi kunci penyelesaian seluruh
masalah kehidupan manusia.
Demikian juga dengan penerapan Syariat Islam terhadap pelanggaran Qanun. Beberapa
kasus pelanggaran Syariat Islam telah ditindaklanjuti sesuai dengan Qanun tentang
Pelanggaran Syari’at, berikut adalah tabel jumlah pelanggaran Syariat Islam di Kabupaten
Bireuen.
Tabel 2.22.
Jumlah Pelanggaran Syariat Islam di Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Pelanggar Syariat Islam 0 53 40 40 25
Sumber : Satpol PP dan WH, 2017
Dari tabel diatas terlihat bahwa sejak tahun 2013, jumlah pelanggaran Syariat Islam di
Kabupaten Bireuen mengalami penurunan dimana pada tahun 2013, sebanyak 53 pelanggaran
menurun sebesar 28 kasus menjadi 25 kasus pelanggaran Syariat Islam pada tahun 2016.
Melihat berbagaipersoalan yang ada, penguatan pendidikan pada bidang Syariat Islam
sangat dibutuhkan di Kabupaten Bireuen. Terutama untuk mencetak kader-kader di bidang
hafis Al Qur”an dan penerapan syariat Islam yang baik di Kabupaten Bireuen, berikut adalah
tabel jumlah masjid, qari dan qari’ah serta hafiz di Kabupaten Bireuen,
Tabel 2.23
Jumlah Mesjid, Qari dan Hafiz di Kabupaten Bireuen
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 39
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
No Uraian Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah Mesjid 181 181 181 181 181
2 Jumlah Qari 400 420 440 450 480
3 Jumlah Hafiz 5 Juz N/A N/A N/A 2 10
4 Jumlah Hafiz 10 Juz N/A N/A N/A N/A 6
5 Jumlah Hafiz 20Juz N/A N/A N/A N/A 3
6 Jumlah Hafiz 30Juz N/A N/A N/A N/A 2 Sumber : Dinas Syari’at Islam, 2017
Dari tabel di atas terlihat bahwa sarana ibadah berupa mesjid di Kabupaten Bireuen
sudah tersedia di setiap kecamatan dan jika dirata-ratakan maka setiap kecamatan memiliki 10
buah mesjid. Begitu juga dengan jumlah qari, dari tahun 2012 sejumlah 400 orang meningkat
menjadi 480 orang pada tahun 2016. Terjadi peningkatan sebanyak 80 orang. Namun yang
menjadi persoalan adalah jumlah hafiz masih sangat kurang.Perlu adanya pengkaderan bagi
hafis sehingga kedepannya anak-anak Kabupaten Bireuen memiliki kemampuan membaca
dan menghafal Al-Qur,an dengan baik.
2. Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU)
Majelis Permusyawaratan Ulama adalah sebuah lembaga yang anggotanya terdiri dari
para ulama dan cendikiawan muslim yang merupakan mitra kerja dari pemerintah, baik di
tingkat pusat maupun di daerah. Majelis Permusyawaratan Ulama berfungsi menetapkan
Fatwa yang dapat menjadi salah satu pertimbangan terhadap kebijakan pemerintahan daerah
dalam bidang pemerintahan, pembangunan.
MPU mempunyai tugas dan wewenang:
1. Memberi fatwa baik diminta maupun tidak diminta terhadap persoalan pemerintahan,
pembangunan, pembinaan masyarakat; dan
2. Memberi arahan terhadap perbedaan pendapat pada masyarakat dalam masalah
keagamaan.
3. Serta mengkaji setiap rancangan qanun keagamaan yang dirancang oleh Pemerintah
Daerah
Berbagai persoalan yang ada di dalam masyarakat saat ini, menuntut ulama dapat lebih
berperan sehingga apapun persoalan yang ada dalam masyarakat dapat diminimalisir sehingga
tidak terjadi benturan dan huru hara di dalam kehidupan, terutama yang menyangkut persoalan
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 40
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
yang berkaitan dengan kemaslahatan umat. Sejauh ini peran ulama masih terbatas mengingat
dana yang dikucurkan untuk Sekretariat MPU masih rendah mengingat terbatasnya anggaran.
Namun dalam rangka memperkuat Syariat Islam di Kabupaten Bireuen dimana ulama sangat
berperan dalam mewujudkan hal tersebut, maka program-program MPU perlu mendapat
perhatian.
3. Majelis Pendidikan Daerah
Kabupaten Bireuen sebagai salah satu Kabupaten dalam wilayah hukum provinsi Aceh
mempunyai tanggung jawab dalam bidang penyelenggaraan dan peningkatan kualitas
pendidikan yang berada dalam wilayah Kabupaten. Untuk provinsi Aceh dan didalamnya
termasuk Kabupaten Bireuen untuk mencerdaskan putra putri selaku anak bangsa melalui
lembaga pendidikan termasuk ke dalam komponen keistimewaan Aceh. Oleh karena itu
pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan, pemerintah Kabupaten Bireuen
mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam memproduk dan sumber daya manusia
yang berkualitas, dalam regulasi saat ini semenjak pendidikan dasar samapai pada pendidikan
menengah tingkat pertama. Dengan demikian, disamping keberadaan lembaga-lembaga Satuan
Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) yang telah dimasukkan dalam satuan organisasi tata kerja
perangkat Kabupaten yang bertanggung jawab dalam
bidang peningkatan kuantitas dan kualitas pendidikan, juga perlu membentuk lembaga yang
independen untuk membantu pemerintah Kabupaten dalam bidang pembangunan pendidikan.
Selama ini yang sudah eksis ditengah-tengah masyarakat adalah Majelis Pendidikan
Daerah(MPD). Untuk Kabupaten Bireuen Majelis Pendidikan Daerah (MPD) di bentuk
dengan Qanun Kabupaten Bireuen Nomor 3 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Bireuen merupakan sebuah lembaga yang setingkat dengan
Musyawarah Pimpinan Daerah seperti lembaga Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU)
Kabupaten Bireuen, Majelis Ulama Indonesia (MUI),Kabupaten Bireuen dan Majelis Adat
Aceh (MAA) Kabupaten Bireuen. Lembaga ini hanya ada di Aceh sebagai sebuah kekhususan
Aceh yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam kerangka Negara kesatuan
republik Indonesia. Keberadaan lembaga Majelis Pendidikan Daerah Kabupaten Bireuen
adalah lembaga yang mengkhususkan diri dalam urusan pendidikan, semenjak pendidikan
dasar sampai pendidikan menengah tingkat pertama, dalam hal-hal tertentu juga pendidikan
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 41
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
menengah atas sampai perguruan tinggi. Majelis Pendidikan Daerah Kabupaten Bireuen
merupakan lembaga yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan
satuan pendidikan maupun lembaga pemerintah lainnya.
Tugas pokok majelis Pendidikan (MPD) Kabupaten Bireuen adalah memberi pendapat dan
pertimbangan mengenai pendidikan, penyusunan konsep-konsep pengembangan pendidikan
yang Islami menampung aspirasi masyarakat mengenai pendidikan dan mendorong partisipasi
masyarakat dalam penyelenggaraan dan peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten
Bireuen. Sedangkan Kewenangan MPD Kabupaten Bireuen adalah mengawasi dan menilai
penyelenggaraan pendidikan semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan serta menjaga standar
mutu pendidikan di Kabupaten Bireuen.
4. Majelis Adat Aceh
Aceh adalah salah satu provinsi dalam wilayah hukum Negara kesatuan republik
Indonesia yang diberikan sebagai daerah keistimewaan, salah satu keistimewaan provinsi
Aceh yaitu keistimewaan dalam bidang adat istiadat. Untuk mengembangkan, melestarikan
dan memberdayakan adat, adat istiadat dan hukum adat dibentuk sebuah lembaga yang pada
saat ini diberi nama Majelis Adat Aceh provinsi, Majelis Adat Aceh Kabupaten/Kota, Majelis
Adat Aceh Kecamatan dan Majelis Adat Aceh Gampong. Adat, adat istiadat dan hukum adat
dalam masyarakat Aceh sudah ada sejak zaman dahulu kala dan sudah melembaga semenjak
zaman kesultanan Aceh yang dikenal dengan istilah “ Adat Bak Po Teumereuhom Hukum Bak
Syiah Kuala”. Sehingga adat, adat istiadat dan hukum adat sudah tumbah dan
berkembangserta dijunjung tinggi oleh masyarakat Aceh baik sebagai alat pemersatu
masyarakat Aceh, maupun sebagai pedoman hidup dan sebagai aturan dalam menyelesaikan
berbagai persoalan yang terjadi dalam masyarakat Aceh. Setelah Indonesia Merdeka mulai
zaman orde lama yang dilanjutkan dengan zaman orde baru dan saat ini dalam suasana zaman
reformasi keberadaan adat, adat istiadat dan hukum adat serta lembaga adat sangat eksis di
tengah-tengah masyarakat Aceh, namun untuk kelembagaannya yang terdapat perbedaan
nomenklaturnya. Sebelum lahirnya istilah “Majelis Adat Aceh“ (MAA) di kenal dengan
istilah Lembaga Adat dan Kebudayaan Aceh (LAKA) yang diberi tugas dan kewenangan
untuk menggali, melestarikan, mengembangkan dan mempertahankan adat, adat istiadat dan
hukum adat yang berlaku dalam masyarakat Aceh. Sebagai daerah yang istimewa antara lain
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 42
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
dalam bidang adat, maka pengelolaan manajemen pemerintahan di Aceh baik secara konstitusi
Negara Republik Indonesia, maupun berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum organik, di
wajibkan ada untuk menggali, melestarikan, memberdayajakan, mengembangkan dan
mempertahankan keberadaan adat, adat istiadat dan hukum adat sebagai kekayaan budaya
masyarakat dan sebagai karakteristik masyarakat Aceh yang menjadi kekayaan nasional
haruslah dikelola dengan baik oleh Pemerintah Aceh dengan membentuk suatu lembaga yang
bertanggung jawab dalam bidang tersebut. Oleh karena itu keberadaan dan kehadiran Majelis
Adat Acehsangatlah penting dalam manajemen dan struktur pemerintahan dalam Kabupaten
Bireuen. Dengan demikian pemerintah Kabupaten Bireuen telah membentuk Majelis Adat
Aceh Kabupaten Bireuen berdasarkan Qanun Kabupaten Bireuen Nomor 3 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Bireuen.
Berdasarkan qanun tersebut untuk melakukan penggalian, pelestarian, pemberdayaan,
pengembangan adat, adat istiadat dan hukum adat dipertanggungjawabkan kepada lembaga
majelis adat Aceh Kabupaten Bireuen tersebut. Sampai saat ini keberadaan majelis adat aceh
Kabupaten Bireuen telah menjalankan bebagai program dan kegiatan untuk menggali,
melestarikan, mengembangkan adat, adat istidat dan hukum adat di wilayah Kabupaten
Bireuen. Sehingga keberadaan Lembaga Majelis Adat Aceh Kabupaten Bireuen sudah
menyatu dan sangat dikenal oleh masyarakat Bireuen.
5. Baitul Mal
Kehadiran Qanun Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Baital Mal menegaskan bahwa
Pemerintah Aceh komitmen dalam merealisasikan Syariat Islam di Bidang kesejahteraan dan
pemberdayaan umat di Aceh. Menindaklanjuti Qanun tersebut, Pemerintah Kabupaten Bireuen
mengeluarkan Peraturan Bupati Bireuen Nomor 20 tahun 2013 tentang Mekanisme
Pengelolaan Zakat, Infaq, Sadaqah dan Harta Agama Lainnya.
Saat ini, masyarakat Kabupaten Bireuen mulai mempercayakan pengelolaan zakat,
infaq dan sadaqahnya melalui Baitul Mal Kabupaten Bireuen. Potensi dan zakat di Kabupaten
Bireuen dinilai cukup strategis sebagai salah satu sumber dalam rangka mengurangi beban
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 43
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
pengeluaran masyarakat miskin . Karena melalui penyaluran zakat, para mustahik dapat
mengurangi beban dalam kesulitan ekonominya.
Potensi zakat yang dikelola oleh Baitul Mal di Kabupaten Bireuen sebagian besar
besumber dari para Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Bireuen.
Untuk pegawai yang mempunyai penghasilan di atas 3,8 juta perbulan dikenakan zakat
sebesar 2,5% perbulan. Sedangkan bagi pegawai yang berpenghasilan di bawah 3,8 juta
perbulan dikenakan infak sebesar 1% perbulan. Namun penerimaan zakat tersebut masih perlu
dioptimalkan mengingat zakat merupakan salah satu sumber dana yang dapat digunakan untuk
memberikan perlindungan bagi keluarga miskin melalui pembagian zakat berupa uang tunai,
beasiswa sekolah bagi anak kurang mampu maupun dalam bentuan pembangunan rumah dan
rehab rumah kaum dzuafa. Berikut adalah gambaran potensi zakat dan infaq di Kabupaten
Bireuen sampai tahun 2017. Berikut adalah grafik penerimaan zakat dan infaq di Kabupaten
Bireuen.
Gambar 8. Rekapitulasi Penerimaan Zakat dan Infaq di Kabupaten Bireuen
Sumber : Sekretariat Baitul Mal, 2017
II.3.2. LAYANAN URUSAN WAJIB
0
2,000,000,000
4,000,000,000
6,000,000,000
8,000,000,000
10,000,000,000
12,000,000,000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Zakat 332,628 481,606 703,165 786,175 951,521 1,044,2 1,100,6 1,759,3 2,051,0 3,075,7 4,065,9 3,256,2
Infaq 1,033,1 762,517 992,095 1,339,4 1,459,9 1,339,4 2,095,1 2,952,8 3,911,7 4,815,3 6,016,6 6,314,3
Jumlah 1,365,8 1,244,1 1,695,2 2,125,6 2,411,4 2,383,7 3,195,8 4,712,2 5,962,8 7,891,0 10,082, 9,570,5
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 44
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
II.3.2.1. LAYANAN URUSAN WAJIB DASAR
II.3.2.1.1. PENDIDIKAN
1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan sebuah jenjang pendidikan dalam rangka
mendukung dan merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak mengigat usia dini
merupakan periode emas bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Disamping
itu Pendidikan Usia Dini juga dilaksanakan untuk membentuk karakter anak dan sekaligus
dalam rangka mempersiapkan sianak memasuki Sekolah Dasar. Berikut gambaran
perkembangan Jumlah lembaga Pendidikan Usia Dini (PAUD) di kabupaten Bireuen selama
kurun waktu tahun 2012 sampai dengan 2016 :
Tabel 2.24.
Perkembangan PAUDDi Kabupaten Bireuen
INDIKATOR 2012 2013 2014 2015 2016
Pendidikan Anak Usia Dini 119 253 299 341 362
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, 2017
Jika dilihat dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah PAUD di Kabupaten Bireuen terus
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan semakin tingginya kesadaran orang tua
memasukkan anaknya ke lembaga PAUD dengan harapan membentuk karakter anak yang
baik dan sekaligus mempersiapkan si anak untuk memasuki Sekolah Dasar. Namun untuk
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 45
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
memenuhi Target. 4.2 Goals 4 SDGs bahwa Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua anak
perempuan dan laki-laki memiliki akses terhadap perkembangan dan pengasuhan anak usia
dini, pengasuhan, pendidikan pra-sekolah dasar yang berkualitas, sehingga mereka siap untuk
menempuh pendidikan dasar, maka Pendidikan Usia Dini perlu mendapat perhatian mengingat
jumlah bangunan dan sarana belajar mengajar PAUD masih sangat minim jika dibandingkan
dengan jumlah anak usia dini.
2. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Angka Partisipasi kasar merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah
pada suatu jenjang pendidikan (berapapun usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah
yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK SD merupakan jumlah persentase
penduduk yang sedang bersekolah di Sekolah Dasar dan sederajat (SD) terhadap jumlah
penduduk usia 7–12 tahun.APK SMP merupakan jumlah persentase penduduk yang sedang
bersekolah di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan sederajat (SMP) terhadap jumlah
penduduk usia 13–15 tahunAPK SMA/K merupakan jumlah persentase penduduk yang sedang
bersekolah di Sekolah Menengah Umum/Kejuruan dan sederajat (SMU/K) terhadap jumlah
penduduk usia 16–18 tahun. Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai
perkembangan APK SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA selama kurun waktu Tahun 2013
s/d 2016
Tabel 2.25. Perkembangan APK SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA
Di Kabupaten Bireuen
Indikator 2013 2014 2015 2016
APK SD/MI 110.27 112.46 110.61 110.09
APK SMP/MTs 95.53 93.33 102.82 100.33
APK SMA/SMK/MA 70.78 72.23 80.51 84.93 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga,
3. Angka Partisipasi Murni (APM)
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 46
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada kelompok usia
sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya
terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan :
- APM SD merupakan jumlah persentase jumlah penduduk pada kelompok usia 7-12
tahun yang bersekolah di Sekolah Dasar dan sederajat (SD) terhadap jumlah seluruh
penduduk pada kelompok usia 7-12 tahun.
- APM SMP merupakan jumlah persentase jumlah penduduk pada kelompok usia 13-
15 tahun yang bersekolah di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan sederajat (SMP)
terhadap jumlah seluruh penduduk pada kelompok usia 13-15 tahun.
- APM SMA merupakan jumlah persentase jumlah penduduk pada kelompok usia 16-
18 tahun yang bersekolah di Sekolah Menengah Atas/Kejuruan dan sederajat
(SMA/K) terhadap jumlah seluruh penduduk pada kelompok usia 16-18 tahun.
Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai perkembangan APM SD/MI,
SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di Kabupaten Bireuen selama kurun waktu Tahun
2013 s/d 2016.
Tabel 2.26. Perkembangan APM SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA
Di Kabupaten Bireuen
Indikator 2013 2014 2015 2016
APM SD/MI 98.76 99.18 96.40 97,98
APM SMP/MTs 89.00 89,51 85.77 83,85
APM SMA/SMK/MA 65,74 70,20 63,80 66,54 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, 2017
4. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap lembaga pendidikan
terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk
melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Berikut adalah
gambaran secara lengkap mengenai perkembangan APS Usi 7-12 Tahun, 13-15 Tahun dan 16-
18 Tahun di Kabupaten Bireuen selama kurun waktu Tahun 2013 s/d 2016.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 47
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Tabel2.27. Perkembangan APS 7-12Tahun, 13-15 Tahun dan 16-18 Tahun
Di Kabupaten Bireuen
Indikator 2013 2014 2015 2016
APS 7-12 Tahun 99.76 100.00 100.00 100.00
APS 13-15 Tahun 97.57 98,11 96.94 98.27
APS 16-18 Tahun 76.65 78.55 77,39 79.24 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, 2017
5. Angka Putus Sekolah (APtS)
Angka Putus Sekolah adalah Proporsi penduduk menurut kelompok usia sekolah yang
sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu
terhadap jumlavh penduduk yang pernah/sedang bersekolah pada kelompok usia sekolah yang
bersesuaian. Kelompok umur yang dimaksud adalah kelompok umur 7-12 tahun, 13-15 tahun,
16-18 tahun dan 19-24 tahun.
APtS digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan di bidang pendidikan dan untuk
melihat keterjangkauan pendidikan maupun pemerataan pendidikan pada masing-masing
kelompok umur (7-12, 13-15, 16-18 dan 19-24 tahun)
Semakin tinggi Angka Putus Sekolah menggambarkan kondisi pendidikan yang tidak baik dan
tidak merata. Sebaliknya jika Angka Putus Sekolah semakin kecil maka kondisi pendidikan di
suatu wilayah semakin baik. Hasil Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) Tahun 2015
menunjukkan bahwa masih tingginya Angka Putus Sekolah untuk semua jenjang pendidikan
di Kabupaten Bireuen : Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai jumlah anak putus
sekolah Usi 7-12 Tahun, 13-15 Tahun dan 16-18 Tahun di Kabupaten Bireuen Berdasarkan
Hasil Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) Tahun 2015
Tabel2.28. Jumlah Angka Putus Sekolah
Berdasarkan Hasil Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) Tahun 2015
Usia 7-12 13-15 16-18
Jumlah Anak Putus
Sekolah 704 1.555 6.023
Sumber : Hasil PBDT 2015
Dari hasil Hasil Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) Tahun 2015 tersebut dapat
disimpulkan bahwa hal tersebut perlu menjadi mengingat saat ini biaya pendidikan yang
selama ini menjadi persolan sudah tertangani dengan Program Indonesia Pintar (PIP), PKH
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 48
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
dan beasiswa anak yatim. Hasil pantauan di lapangan bahwa prilaku dari siswa dan keluarga
yang harus dirubah.
6. Angka Kelulusan
Angka Kelulusan adalah proporsi jumlah siswa yang lulus jenjang sekolah tertentu
terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang sekolah tertentu pada tahun sebelumnya.
Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai perkembangan Angka Kelulusan
SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di Kabupaten Bireuen selama kurun waktu Tahun
2012 s/d 2016.
Tabel 2.29. Perkembangan Angka Kelulusan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA
Di Kabupaten Bireuen
Angka Kelulusan 2012 2013 2014 2015 2016
Angka Kelulusan SD/MI 98,82 99,59 99,58 99,95 99,96
Angka Kelulusan SMP/MTs 99,6 99,91 99,94 100.00 98,75
Angka Kelulusan SMA/SMK/MA 96,8 100 99,26 99,44 98,87 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, 2017
7. Angka Melanjutkan
Angka Melanjutkan adalah proporsi jumlah siswa baru tingkat 1 pada jenjang Pendidikan
diatasnya terhadap jumlah lulusan pada jenjang pendidikan dibawahnya pada tahun ajaran
sebelumnya. Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai perkembangan dari SD/MI ke
SMP/MTs dan dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA di Kabupaten Bireuen selama kurun waktu
Tahun 2012 s/d 2016
Tabel 2.30. Perkembangan Angka Melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs
dan dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA Di Kabupaten Bireuen
Indikator 2012 2013 2014 2015 2016
Angka Melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs 99,74 99,54 99,76 99,85 99,98
Angka Melanjutkan dari SMP/MTSn ke SMA/MA 94,8 96,62 98,8 98,7 99,2 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, 2017
8. Fasilitas Pendidikan
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 49
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Fasilitas pendidikan adalah semua sarana dan prasarana yang mendukung aktifitas
pembelajaran di sebuah lembaga pendidikan. Fasilitas pendidikan yang baik akan sangat
mendukung kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.
Tabel 2.31. Perkembangan Fasilitas Pendidikan Di Kabupaten Bireuen
No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
1 Fasilitas Pendidikan SD/MI Kondisi
Bangunan Baik
76,42 78,92 84,8 88,84 91.81
2 Fasilitas Pendidikan SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA Bangunan Kondisi Baik
80,12 95,13 80,26 84,54 89,29
3 Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap
Penduduk Usia Sekolah Pendidikan Dasar
47,3 47,31 47,58 52,98 53,53
4 Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap
Penduduk Usia Sekolah Pendidikan
Menengah
49,8 50,6 52,41 53,2 53,24
5 Rasio guru/ murid sekolah pendidikan dasar 1 : 14 1 : 14 1 : 15 1 : 15 1 : 17
6 Rasio guru terhadap murid pendidikan
menengah
1 : 0 1 : 10 1 : 10 1 : 10 1 : 9
7 Rasio guru terhadap murid per kelas rata-
rata sekolah dasar
1 : 20 1 : 20 1 : 20 1 : 8 1 : 8
8 Rasio guru terhadap murid per kelas rata-
rata sekolah menengah pertama
1 : 8 1 : 9 1 : 8 1 : 7 1 : 8
9 Proporsi murid kelas 1 yang berhasil
menamatkan sekolah dasar
96,8 94,1 95,64 95,4 94,6
10 Angka Melek Huruf >15 Tahun 90,4 93,56 94,44 96,2 96,67
11 Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15-24
Tahun Perempuan dan Laki-laki
92,8 94,75 95,1 96,84 97.5
12 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV 1.648 1.826 1.870 2.186 2.244 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, 2017
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari sisi kuantitas jumlah fasilitas pendidikan sudah sangat
memadai, namun jika dilihat dari segi kualitas, masih perlu mendapat perhatian mengingat fasilitas
belajar belum memenuhi standar. Disamping itu fasilitas pendidikan setiap tahun butuh perawatan dan
penambahan untuk menggantikan mobiler yang rusak dan Rehabilitasi gedung dalam rangka keamanan
dan kenyamanan siswa.
Mengingat sampai saat ini Kabupaten Bireuen belum memiliki sekolah unggul (boarding scool),
maka sudah saatnya Kabupaten Bireuen memiliki sekolah unggul sehingga Sekolah benar-benar
berfungsi sebagai tempat transfer pengetahuan (knowledge transfer), transfer nilai (value
transfer) dan berfungsi sebagai tempat mempertahankan dan mengembangkan tradisi dan
budaya-budaya luhur dalam suatu masyarakat melalui proses pembentukan kepribadian (in the
making personality processes) sehingga nantinya para siswa dapat menjadi manusia dewasa
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 50
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
yang mampu berdiri sendiri di dalam kebudayaan dan masyarakat sekitarnya dengan
kemampuan lebih dan berkarakter Islami.
9. Rendahnya Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan, tetapi
pengajaran merupakan titik sentral dan memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang
menjadi tanggung jawabnya. Semakin tinggi kompetensi seorang guru, maka dapat dipastikan mutu
lulusan juga akan semakin baik. Hasil Uji Kompetensi Guru di kabupaten Bireuen menunjukkan angka
yang masih sangat rendah, dimana nilai Rata-rata hasil Uji kompensi Guru TK sebesar : 43,07, SD :
38,28 dan SMP : 28,67. Jika dibandingkan dengan hasil Uji Kompetensi Guru Provinsi Aceh, maka
kompetesi guru Kabupaten Bireuen masih berada di bawah mutu guru provinsi dan di bawah UKG
nasional, dimana hasil Uji Kompetensi Guru Provinsi Aceh sebesar 48,33 dan hasil Uji Kompetensi
Guru Nasional sebesar 56,69. Mengingat mutu guru sangat berperan dalam peningkatan kualitas
pendidikan, maka peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan sangat diperlukan dan
menjadi program prioritas bidang pendidikan untuk 5 tahun kedepan.
II.3.2.1.2. KESEHATAN
1. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup
Angka kematian bayi merupakan indikator penting untuk mencerminkan keadaan derajat
kesehatan masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan
lingkungan tempat orang tua sibayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial
orang tua sibayi. Kemajuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan
berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat
AKB. Dengan demikian angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua
upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan.
AKB merujuk pada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hidup hingga
bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Saat ini angka kematian bayi
(AKB) di kabupaten Bireuen dari hasil perhitungan AKB adalah 12 per 1.000 kelahiran
dengan referensi waktu Bulan Desember tahun 2016. Artinya di Kabupaten Bireuen pada
tahun 2016 diantara 1000 kelahiran hidup ada 12 bayi yang meninggal sebelum usia tepat 1
tahun.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 51
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Angka Kematian Bayi pada tahun 2016 ini mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan tahun 2015, dimana angka kematian bayi pada tahun 2015 adalah 11 per 1.000
kelahiran, sehingga dengan meningkatnya angka kematian bayi ini perlu di kaji gambaran
tingkat permasalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat
pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi
lingkungan dan sosial ekonomi.
Untuk tingkat Kematian bayi di Kabupaten Bireuen masih tergolong rendah dimana angka kematian
bayi berkisar pada 11 per 1.000 kelahiran dimana angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat
kelompok yaitu :
1. Rendah jika AKB kurang dari 20.
2. Sedang jika AKB antara 20 – 49.
3. Tinggi jika AKB antara 50 – 99.
4. Sangat Tinggi AKB lebih dari 100.
Tabel 2.32.
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidupdi Kabupaten Bireuen
Uraian Tahun
Angka Kematian Bayi (AKB)
per 1000 kelahiran hidup 2012 2013 2014 2015 2016
8/1000KH 13/1000KH 13/1000KH 11/1000KH 12/1000KH Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
2. Angka kematian Balita per 1000 kelahiran hidup
Angka kematian balita mempunyai arti bahwa suatu kejadian atau kematian anak berusia
antara 0-4 tahun, dimana yang dihitung adalah Jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama
satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk
kematian bayi). Dimana AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan
meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun. Kematian yang terjadi pada balita sendiri
sebenarnya memiliki banyak faktor penyebab, diantaranya :
kurangnya gizi
sanitasi yang tidak sehat
penyakit menular
kecelakaan dan lain sebagai nya
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 52
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan
kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan
kesehatannya.
Angka Kematian Balita kerap dipakai untuk mengidentifikasi kesulitan ekonomi
penduduk. Dari hasil perhitungan dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen mendapatkan
perkiraan Angka Kematian Balita sebesar 13 per 1.000 balita, dengan referensi waktu sampai
desember 2016. Artinya, pada tahun 2016 setiap 1.000 balita (umur 0 sampai 4 tahum 11
bulan 29 hari) pada tahun 2016, 13 anak diantaranya tidak akan berhasil mencapai umur tepat
lima tahun. Angka Kematian Balita di Kabupaten Bireuen termasuk dalam kategori rendah,
dimana nilai normatif AKABA ≥ 140 sangat tinggi, antara 71 – 140 sedang dan ≤ 20 rendah.
Tabel 2.33.
Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidupdi Kabupaten Bireuen
Uraian Tahun
Angka Kematian Balita
per 1000 kelahiran hidup 2012 2013 2014 2015 2016
10/1000KH 17/1000KH 19/1000KH 11/1000KH 13/1000KH Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
3. Angka Kematian Neonatal per 1000 kelahiran hidup
Angka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu
bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Angka Kematian
Neonatal = Neonatal Mortality Rate: Jumlah kematian bayi di bawah usia 28 hari per 1000
kelahiran hidup pada masa tertentu (biasanya 1 tahun).
Angka kematian bayi endogen atau kematian neonatal adalah banyaknya kematian
bayi yang terjadi pada bulan pertama (dinyatakan dengan perseribu kelahiran hidup)
setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh factor-faktor yang dibawa anak sejak
lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Oleh karena kematian neonatal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan
kehamilan maka angka ini dapat dimanfaatkan untuk menyusun program-program untuk
mengurangi angka kematian neonatal yang bersangkutan dengan program pelayanan
kesehatan ibu hamil.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 53
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Dari hasil perhitungan dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen mendapatkan
perkiraan Angka Kematian Neonatal sebesar 9 per 1.000 balita, dengan referensi waktu
sampai desember 2016. Artinya, pada tahun 2016 setiap 1.000 balita pada tahun 2016, 9 anak
diantaranya meninggal sebelum bayi berumur satu bulan atau 28 hari.
Tabel 2.34.
Angka Kematian Neonatal per 1000 kelahiran hidupdi Kabupaten Bireuen
Uraian Tahun
Angka Kematian Neonatal
per 1000 kelahiran hidup 2012 2013 2014 2015 2016
8/1000KH 13/1000KH 13/1000KH 9/1000KH 9/1000KH Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
4. Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup
Banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi
kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran
hidup.
Yang dimaksud dengan Kematian Ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau
kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya
kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dan lain
sebagainya.
Informasi mengenai tingginya Mortality Maternal Ratio akan bermanfaat untuk
pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan
membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program
peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan
dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam
menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu
dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
Berdasarkan data dari dinas kesehatan, Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality
Ratio (MMR) di Kabupaten Bireuen untuk periode tahun 2012 - 2016, adalah sebesar 634.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 54
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Artinya terdapat 634 kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42
hari setelah melahirkan pada periode tersebut per 100.000 kelahiran hidup.
Tabel 2.35.
Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidupdi Kabupaten Bireuen
Uraian Tahun
Angka Kematian Ibu
per 100.000 kelahiran
hidup
2012 2013 2014 2015 2016
200/
100.000
KH
157/
100.000
KH
81/
100.000
KH
71/
100.000
KH
125/
100.000
KH Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
5. Rasio Posyandu per satuan balita
Rasio Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Per Satuan Balita Posyandu merupakan salah
satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat, dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Jumlah Posyandu di Kabupaten Bireuen pada tahun 2017 sebanyak 629 buah dan jumlah
balita sebanyak 48.798 jiwa. Dengan demikian rasio Posyandu terhadap Balita mencapai 1:78.
Hal ini berarti bahwa dari 1 posyandu di Kabupaten Bireuen melayani 78 balita. Berikut
secara lengkap disajikan data mengenai kondisi rasio Posyandu di Kabupaten Bireuen selama
kurun waktu tahun 2012-2016.
Tabel 2.36.
Rasio Posyandu per satuan balitadi Kabupaten Bireuen
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Posyandu 623 633 634 610 629
Jumlah Balita 35.831 36.036 35.918 37.727 48.798
Rasio 1:58 1:57 1:57 1:62 1:78 Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 55
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
6. Rasio Puskesmas, Polindes, Pustu per satuan penduduk
Puskesmas, Polindes dan Pustu merupakan salah satu sarana penunjang kesehatan dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama saat ini dimana Puskesmas
menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Semakin banyak jumlah
ketersediaannya, semakin memudahkan masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan.
Rasio puskesmas, polindes dan puskesmas pembantu per seribu penduduk tahun 2016
sebesar 1:1.268, yang berarti satu faskes melayani 1.268 penduduk. Beberapa tahun terakhir
ini ketersediaan faskes ini semakin sedikit, dimana disebabkan peningkatan jumlah penduduk
yang terus terjadi sementara jumlah faskes tidak mengalami penambahan kuantitas yang
signifikan.
Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai rasio Puskesmas, Polindes dan Pustu
terhadap jumlah penduduk di Kabupaten Bireuen selama kurun waktu tahun 2012 - 2016.
Tabel 2.37.
Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantudi Kabupaten Bireuen
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Puskesmas 18 18 18 18 18
Jumlah Polindes 216 239 253 270 285
Jumlah Pustu 46 46 46 47 47
Jumlah Penduduk 406.083 413.817 423.397 435.300 443.627
Rasio 1:1.692 1:1.366 1:1.336 1:1.299 1:1.268 Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
7. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi menyelenggarakan
pelayanan kesehatan rujukan, asuhan keperawatan secara berkesinambungan, diagnosis serta
pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Secara kuantitas, pada tahun 2016 tidak terjadi
penambahan jumlah rumah sakit.
Rasio rumah sakit persatuan penduduk adalah jumlah rumah sakit per 10.000 penduduk.
Rasio ini mengukur ketersediaan fasilitas rumah sakit berdasarkan jumlah penduduk. Rasio
Rumah Sakit per satuan penduduk dari tahun 2012 sampai dengan 2014 terhitung konstan, hal
ini terjadi karena jumlah rumah tidak bertambah dan jumlah pertumbuhan penduduk
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 56
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
cenderung sangat sedikit, sehingga rasio Rumah Sakit per jumlah penduduk statis di angka
0,013524. Berikut adalah tabel jumlah dan rasio rumah sakit per satuan penduduk tahun 2012
sampai dengan tahun 2016 di Kabupaten Bireuen.
Tabel 2.38.
Rasio Rumah Sakit per satuan pendudukdi Kabupaten Bireuen
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah RS Daerah 1 1 1 1 1
Jumlah RS Propinsi 1 1 1 1 1
Jumlah RS Swasta 2 2 4 4 4
Jumlah Seluruh RS 4 4 6 6 6
Jumlah Penduduk 406.083 413.817 423.397 435.300 443.627
Rasio 1:0,009850 1:0,09666 1:0,014171 1:0,013783 1:0,013524 Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
8. Rasio dokter per satuan penduduk
Indikator ini dapat menggambarkan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter
dibandingkan jumlah penduduk yang ada. Apabila dikaitkan dengan standar sistem pelayanan
kesehatan terpadu, idealnya satu orang dokter umum melayani 2.500 penduduk, namun untuk
tahun 2016 satu orang dokter umum di Kabupaten Bireuen melayani 6.077 penduduk.
Rasio dokter spesialis pada tahun 2016 sebesar 1: 14.310 yang berarti bahwa satu orang
dokter spesialis melayani 14.310 penduduk. Untuk Rasio dokter spesialis masih jauh dari ideal
dimana seharusnya satu orang dokter spesialis hanya melayani 5.000 penduduk.
Untuk rasio dokter gigi di Kabupaten Bireuen juga masih jauh memnuhi standar sistem
pelayanan kesehatan terpadu dimana idealnya satu dokter gigi melayani 9.000 penduduk,
namun satu dokter gigi di Kabupaten Bireuen melayani 31.687 penduduk.
Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai rasio dokter persatuan penduduk di
Kabupaten Bireuen selama kurun waktu tahun 2012-2016.
Tabel 2.39.
Rasio dokter per satuan pendudukdi Kabupaten Bireuen
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Dokter Umum 46 77 81 94 73
Jumlah Dokter
Spesialis 35 35 30 30 31
Jumlah Dokter Gigi NA NA NA 29 14
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 57
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Jumlah Penduduk 406.083 413.817 423.397 435.300 443.627
Rasio Dokter Umum
per 40/100.000 (1:2500
penduduk)
1:8.827 1:5.374 1:5.227 1:4.630 1:6.077
Rasio Dokter Spesialis
per 20/100.000 (1:5000
penduduk)
1:11.602 1:11.823 1:14.113 1:14.510 1:14.310
Rasio Dokter Gigi per
11/100.000 (1:9000
penduduk)
- - - 1:15.010 1:31.687
Sumber : BPS. 2017
9. Cakupan Komplikasi kebidanan yang ditangani
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada
saat proses persalinan. Persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dapat meminimalisasi
jumlah komplikasi/kematian ibu dan bayi. Di Kabupaten Bireuen pada tahun 2016 jumlah ibu
bersalin mencapai sekitar 68,64%. Persentase ini merupakan penurunan bila dibandingkan
dengan persentase selama lima tahun terakhir.
Tabel 2.40.
CakupanKomplikasi kebidanan yang ditanganidi Kabupaten Bireuen
Uraian Tahun
Cakupan Komplikasi kebidanan
yang ditangani 2012 2013 2014 2015 2016
70,77% 72,16% 73,35% 70% 68,84% Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
10. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan di Kabupaten Bireuen berfluktuatif. Tahun 2012 mencapai 92,64%, namun pada
tahun 2013 turun menjadi 84,67%.Untuk cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatandi Kabupaten Bireuen sudah sangat baik ini terlihat dari pertolongan persalinan yang
naik sangat signifikan dari 87,77% pada tahun 2014 sampai menjadi 91,57% pada tahun 2016.
Berikut tabel cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 58
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Tabel 2.41.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanandi Kabupaten Bireuen Uraian Tahun
Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan
2012 2013 2014 2015 2016
92,64% 84,67% 87,77% 90% 91,57%
Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
11. Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
Desa atau Kelurahan UCI adalah desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada
di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun
UCI (Universal Child immunization) adalah kondisi tercapainya imunisasi dasar secara
lengkap pada bayi (0.11 bulan), ibu hamil, Wanita Usia Subur (WUS), dan anak sekolah
tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 Dosis
Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis IT. Anak
sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak dan 2 dosis IT.
Data menunjukkan fluktuatif dari tahun 2012 sampai tahun 2016 yang pada tahun 2012
tercatat 65,7%, naik menjadi 72,2% pada tahun 2013, naik kembali menjadi 73,4% di tahun
2014, kemudian turun menjadi 69% di tahun 2015 dan 70% di tahun 2016. Tabel berikut
menggambarkan cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) dari tahun
2012 sampai dengan tahun 2016,
Tabel 2.42.
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)di Kabupaten Bireuen
Uraian Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
65,7% 72,2% 73,4% 69% 70% Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
12. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan
Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan adalah jumlah balita gizi buruk yang
dirawat/ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Peranan ibu sangat penting dalam mendukung upaya
mengatasi masalah gizi, terutama pada asupan gizi keluarga, mulai dari penyiapan makanan,
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 59
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
pemilihan bahan makanan, sampai menu makanan. Ibu yang memiliki status gizi baik akan
melahirkan anak yang bergizi baik. Anak yang bergizi baik menjadi aset dan investasi bangsa
masa depan.
Di Kabupaten Bireuen telah banyak upaya dilakukan untuk mengatasi masalah gizi ini.
Data menunjukkan prevalensi balita gizi buruk cenderung mengalami penurunan. Pada tahun
2016 persentase balita gizi buruk sebesar 100%, dengan jumlah balita gizi buruk sebanyak 16
orang.
Berikut adalah gambaran secara lengkap kondisi balita gizi baik di Kabupaten Bireuen
selama kurun waktu 2012 – 2016.
Tabel 2.43. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat Perawatandi Kabupaten Bireuen
Uraian Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
100% 100% 100% 100% 100% Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC (Tuberculosis) BTA
(Bakteri Tahan Asam)
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA adalah Penemuan
pasien TB melalui pemeriksaan dahak sewaktu pagi dan sewaktu (SPS) dalam suatu wilayah
kerja pada waktu tertentu. Adapun untuk cakupan penemuan dan penanganan penderita
penyakit TBC BTA untuk tahun 2016 adalah 100% dalam artian bahwa semua penderita TBC
BTA 100% tertangani oleh petugas kesehatan. Berikut adalah gambaran secara lengkap
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA di Kabupaten Bireuen
selama kurun waktu 2012 – 2016,
Tabel 2.44.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 60
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTAdi Kabupaten
Bireuen
Uraian Tahun
Cakupan Penemuan dan Penanganan
Penderita Penyakit TBC BTA 2012 2013 2014 2015 2016
100% 100% 100% 100% 100% Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
14. Tingkat Prevalensi Tuberkulosis (per 100.000 Penduduk)
Kasus yang ada (baik kasus baru maupun kasus lama) per 100.000 penduduk pada
wilayah dan kurun waktu tertentu. Untuk tahun 2016 tingkat prevalensi tuberculosis adalah
453 per 100.000 penduduk dalam arti bahwa dalam 100.000 penduduk terdapat 453 kasus
yang ditemukan. Berikut adalah gambaran secara lengkap Tingkat prevalensi tuberculosis di
Kabupaten Bireuen selama kurun waktu 2012 – 2016
Tabel 2.45.
Tingkat Prevalensi Tuberkulosis (Per 100.000 Penduduk)di Kabupaten Bireuen
Uraian Tahun
Tingkat Prevalensi
Tuberkulosis (Per
100.000 Penduduk)
2012 2013 2014 2015 2016
160/100.000 160/100.000 160/100.000 160/100.000 453/100.000
Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
15. Proporsi kasus tuberkolosis yang diobati dan sembuh dalam program DOTS
BTA (+) diobati adalah Pemberian pengobatan pada pasien baru TB BTA positif dengan
OAT (Obat Anti Tuberkulosis) selama 6 bulan.Penderita TB Paru (+) sembuh adalah
Penderita TB Paru yang setelah menerima pengobatan anti TB paru dinyatakan sembuh (hasil
pemeriksaan dahaknya menunjukkan 2 kali negative dan telah mendapatkan pengobatan
Lengkap dimana pasien TB BTA+ yang telah menjalani pengobatan dengan OAT selama 6
bulan, dimana untuk tahun 2016 jumlah kasus tuberkulosis yang diobati dan sembuh sebesar
52,8%. Berikut adalah gambaran secara lengkap kasus tuberkolosis yang diobati dan sembuh
dalam program DOTS di Kabupaten Bireuen selama kurun waktu 2012 – 2016.
Tabel 2.46.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 61
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Proporsi Jumlah Kasus Tuberkulosis yang terdeteksi
dalam Program DOTdi Kabupaten Bireuen
Uraian Tahun
Proporsi Jumlah Kasus Tuberkulosis
yang terdeteksi dalam Program DOT
2012 2013 2014 2015 2016
100% 100% 100% 100% 100%
Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
16. Cakupan pelayanan kesehatan Orang dengan risiko terinfeksi virus yang
melemahkan daya tahan tubuh manusia (Human Immunodefiency Virus)
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya sistim kekebalan tubuh karena diserang virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus).
Tabel 2.47.
Proporsi Jumlah Kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Bireuen
Uraian Tahun
Jumlah Kasus HIV (Orang) 2012 2013 2014 2015 2016
1 4 NA 2 3
Jumlah Kasus AIDS 1 2 NA 5 4 Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
Untuk tahun 2016 dari pemeriksaan pada kelompok resiko tinggi diketahui jumlah pengidap
penyakit infeksi menular seksual di Kabupaten Bireuen adalah 7 orang. 3 orang dengan jenis
kelamin laki-laki menderita HIV, sedangkan 4 orang AIDS, 4 orang dengan jenis kelamin
laki-laki. Sehingga harus dilakukan berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan melalui
penyuluhan ke masyarakat,pengobatan dan pemeriksaan berkala penyakit menular seksual
(IMS), pengamanan darah donor dan kegiatan lain yang menunjang pemberantasan penyakit
HIV/AIDS.
17. Cakupan kunjungan bayi
Adalah cakupan kunjungan bayi umur 29 hari – 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan
maupun di rumah melalui kunjungan petugas. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 62
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari – 3 bulan, 1 kali pada umur 3 – 6 bulan, 1 kali
pada umur 6 – 9 bulan dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan. Pelayanan kesehatan tersebut
meliputi pemberian imunisasi dasar, stimulasi deteksi dini tumbuh kembang bayi, pemantauan
pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul biru pada usia 6 – 11 bulan.
Adapun cakupan kunjungan bayi untuk tahun 2016 adalah sebesar 77,85%, ini jauh
meningkat jika dibandingkan dengan jumlah cakupan di tahun 2015 yaitu sebesar 70,84% dan
67,75 di tahun 2014. Berikut adalah gambaran secara lengkap Cakupan kunjungan bayi di
Kabupaten Bireuen selama kurun waktu 2012 – 2016
Tabel 2.48.
Cakupan Kunjungan Bayidi Kabupaten Bireuen
Uraian Tahun
Cakupan Kunjungan Bayi
2012 2013 2014 2015 2016
80,57% 80,38% 67,75% 70,84% 77,85% Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
18. Cakupan kunjungan ibu hamil K4
Adalah Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang
pertama kali pada masa kehamilan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali,
dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada
triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur
kehamilan. Pelayanan yang mencakup minimal : (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan,
(2) Ukur tekanan darah, (3) Nilai status gizi (ukur lingan lengan atas), (4) (ukur) tinggi fundus
uteri, (5) Tentukan presentasi janin & denyut jantung janin(DJJ), (6) Skrining status imunisasi
tetanus (danpemberian Tetanus Toksoid) ,(7) Pemberian tablet besi (90 tablet
selamakehamilan), (8) Test laboratoriumsederhana (Hb, Protein urin) dan atau berdasarkan
indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC),(9) Tata laksana kasus, (10) temu wicara
(pemberian komunikasi interpersonal dan konseling. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 di
kabupaten Bireuen untuk tahun 2016 adalah sebesar 88,02%, ini lebih rendah dari tahun 2015
dimana cakupannya mencapai 89,39% dan ini menjadi catatan penting untuk melihat
penyebab sehingga angka cakupan kunjungan ibu hamil K4 di tahun 2016 bisa terjadi
penurunan.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 63
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Berikut adalah gambaran secara lengkap Cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Kabupaten
Bireuen selama kurun waktu 2012 – 2016
Tabel 2.49. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4di Kabupaten Bireuen
Uraian Tahun
Cakupan Kunjungan
Ibu Hamil K4 2012 2013 2014 2015 2016
93,86% 82,95% 86,2% 89,39% 88,02% Sumber: Dinas Kesehatan. 2017
19. Cakupan pelayanan nifas
Adalah Pelayanan nifas sesuai standar dimana diberikan pelayanan kepada ibu nifas
sedikitnya 3 kali, (kunjungan nifas ke1) pada 6 jam pasca persalinan s.d 3 hari; kunjungan
nifas ke 2 hari ke 4 s/d hari ke 28 setelah persalinan, kunjungan nifas ke 3 hari ke 29 s/d hari
ke 42 setelah persalinan termasuk pemberian vitamin A 2 kali serta persiapan dan/atau
pemasangan KB pascapersalinan. Cakupan pelayanan nifas di kabupaten Bireuen dari tahun ke
tahun menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dimana terlihat bahwa cakupan
pelayanan nifas untuk tahun 2016 adalah sebesar 91,46% dibandingkan dengan tahun 2015
yang mencapai 89,75%.
Berikut adalah gambaran secara lengkap Cakupan pelayanan nifas di Kabupaten Bireuen
selama kurun waktu 2012 – 2016
Tabel 2.50. Cakupan Pelayanan Nifasdi Kabupaten Bireuen
Uraian Tahun
Cakupan
Pelayanan Nifas 2012 2013 2014 2015 2016
88,66% 81,06% 88,05% 89,75% 91,46% Sumber : Dinas Kesehatan. 2017
20. Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan
epidemiologi <24 jam
Desa/Kelurahan yang mengalami KLB dan dilakukan penyelidikan < 24 jam oleh
Kabupaten/Kota terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) pada periode/kurun waktu tertentu,
dimana timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna
secara epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam waktu tertentu. Cakupan
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 64
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam untuk
lima tahun terakhir di Kabupaten Bireuen sudah mampu mencapai 100% dan ini masih harus
terus dipertahankan dengan cara menemukan upaya untuk menemukan penderita atau
tersangka penderita, penatalaksanaan penderita, pencegahan peningkatan, perluasan dan
menghentikan suatu KLB (penanggulangan KLB).
21. Stunting
Stunting merupakan bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan. Gagalnya pertumbuhan anak
dapat disebabkan oleh banyak faktor baik itu faktor dari dalam maupun dari luar. Bila dilihat
dari status gizi, stunting merupakan indek perbandingan antara TB dengan Usia. Ada banyak
faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan balita ataupun faktor-faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya stunting berupa asupan makanan, berat lahir, ASI ekslusif, usia
balita, jenis kelamin, pendidikan orang tua dan besarnya keluarga.
Prevalensi stunting di Kabupaten Bireuen masih sangat tinggi berkisar pada 28,1 yang
berarti bahwa dari seluruh jumlah balita yang ada di Kabupaten Bireuen, ada sekitar 28,1 %
anak yang mengalami stunting.
22. Kepesertaan BPJS
Pemanfaatan Dana JKN melalui Perpres No. 22. Tahun 2012 Tentang Manfaat Jaminan
Kesehatan telah mengatur pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi kesehatan non
spesialistik.
Tabel2.51.
Kepesertaan BPJSKabupaten Bireuen Periode Oktober 2017
Berdasarkan SK Kepala BPJS Kesehatan Cabang Lhokseumawe
No. 38 Tahun 2017 Tanggal 11 September 2017
NO KDFASKES NMFASKES Non
PBI PBI TNI/Polri
Total
Peserta
Tarif
Kapitasi
Biaya
Kapitasi
1 00120001 Peulimbang 525 11.769 - 12.294 5.550 68.231.700
2 00120002 Kuala 1.803 15.792 - 17.775 5.550 98.651.250
3 00120003 Kota Juang 6.036 34.038 - 40.074 5.400 216.399.600
4 00120004 Juli Dua 1.806 15.760 - 17.566 5.550 97.491.300
5 01140101 Samalanga 3.085 22.557 - 25.642 4.950 126.927.900
6 01140102 Simpang
Mamplam 1.368 25.892 - 27.260 5.550 151.293.000
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 65
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
7 01140201 Jeunieb 1.570 22.598 - 24.168 5.550 134.132.400
8 01140202 Pandrah (Cot
Geulungku) 412 8.937 - 9.349 4.163 38.919.887
9 01140301 Peudada 2.230 24.191 - 26.421 5.550 146.636.550
10 01140401 Jeumpa 2.274 31.718 - 33.992 5.550 188.655.600
11 01140402 Juli 1.033 13.706 - 14.739 5.400 79.590.600
12 01140501 Peusangan 7.252 35.266 - 42.518 5.700 242.352.600
13 01140502 Peusangan
Selatan 744 13.674 - 14.418 5.550 80.019.900
14 01140503 Peusangan
Siblah Krueng 795 11.886 - 12.681 5.550 70.379.550
15 01140504 Jangka 1.907 26.315 - 28.222 4.950 139.698.900
16 01140601 Makmur 999 15.219 - 16.218 5.550 90.009.900
17 01140701 Gandapura 3.385 19.738 - 23.123 5.550 128.332.650
18 01140702 Kuta Blang 2.495 18.228 - 20.723 5.550 115.012.650
19 0012B008 Klinik Kodim
0111/Bireuen - - 39 39 9.000 351.000
TOTAL PESERTA 33.719 367.284 39 401.042 2.213.086.93
7
Sumber : Dinas Kesehatan, 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah peserta BPJS sampai periode september
2017 adalah 407.222 orang.
23. Puskesmas dan Rumah Sakit Terakreditasi
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 bahwa setiap Puskesmas dan
rumah sakit wajib untuk diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga tahun sekali. Akreditasi
merupakan salah satu persyaratan kredensial sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang bekerjasama dengan BPJS, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan
Nasional Pasal 6 ayat (2).
Akreditasi dimaksudkan untuk memacu puskesmas agar memenuhi standar yang
ditetapkan sehingga akreditasi diharapkan mampu memunculkan puskesmas dan rumah sakit
yang mampu memenuhi standar yang ditentukan baik dari segi mutu layanan, kinerja pegawai
maupun infrastruktur pendukung yang memenuhi standar.
Untuk Kabupaten Bireuen akreditasi puskesmas telah dilaksanakan untuk 5 puskesmas
pada tahun 2017 dan direncanakan akan melaksanakan akreditasi untuk 13 puskesmas lainnya
pada tahun 2018.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 66
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
24. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Produktif
Situasi saat ini terjadi pergeseran pola penyakit dari penyakit menular ke Penyakit Tidak
Menular. Penyakit Tidak Menular yang selanjutnya disingkat PTM adalah penyakit yang tidak
bisa ditularkan dari orang ke orang, yang perkembangannya berjalan perlahan dalam jangka
waktu yang panjang (kronis).
Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya mencegah PTM, bagi masyarakat sehat,
yang mempunyai faktor risiko dan bagi penyandang PTM, dengan tujuan bagi yang belum
memiliki faktor risiko agar tidak timbul faktor risiko PTM, kemudian bagi yang mempunyai
faktor risiko diuapayakan agar kondisi faktor risiko PTM menjadi normal kembali atau
mencegah terjadinya PTM, dan bagi yang sudah menyandang PTM, untuk mencegah
komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup. Salah satu
strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan peningkatan
peran serta masyarakat melalui Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dengan
membentuk dan mengembangkan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.
Pelayanan kesehatan pada usia produktif sasarannya untuk penanggulangan
PTM. Penanggulangan PTM adalah upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan
preventif tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif serta paliatif yang ditujukan untuk
menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian yang dilaksanakan secara
komprehensif, efektif, efisien, dan berkelanjutan. Setiap penduduk Kabupaten Bireuen usia
15–59 tahun sejumlah 278.649 jiwa wajib mendapatkan skrining kesehatan sesuai standard,
dimana Pemerintah Kabupaten Bireuen melalui Dinas Kesehatan wajib memberikan skrining
kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 15–59 tahun di wilayah kerjanya dalam
kurun waktu satu tahun.
25. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Makin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang mengalami permasalahan
fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada
lanjut usia adalah masalah kesehatan akibat proses degeneratif, hal ini ditunjukkan oleh data
pola penyakit pada lanjut usia.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 67
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Masalah utama bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan, oleh karena itu perlu dikembangkan pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan kesehatan di samping
upaya penyembuhan dan pemulihan.
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.
Pelayanan kesehatan lanjut usia adalah upaya kesehatan yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu wadah dan merupakan upaya preventif, promotif, kuratif,
serta rehabilitatif bagi lanjut usia. Setiap penduduk Kabupaten Bireuen yang berusia 60 tahun
ke atas harus mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar, dimana pada tahun 2016 jumlah
penduduk Kabupaten Bireuen yang berusia 60 tahun keatas sebanyak 34.412 Jiwa, minimal 1
kali dalam kurun waktu satu tahun.
26. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi
Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Pemerintah
Kabupaten Bireuen mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai
standar kepada seluruh penderita hipertensi sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah
kerjanya.
Sasaran Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi adalah penduduk usia 15 tahun ke atas,
dimana untuk tahun 2016 jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas sebanyak 313.061 jiwa.
II.3.2.1.3. PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
1. Kondisi Jaringan Jalan Kabupaten Bireuen
Tabel 2.52.
Kondisi Jaringan Jalan Kabupaten Bireuen
NO
URAIAN
TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 1 Proporsi Panjang Jaringan Jalan Dalam Kondisi Baik 0.29 0.33 0.33 0.43 0.33 2 Rasio Panjang Jalan Dengan Jumlah Penduduk 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 3 Persentase Jalan Kabupaten Dalam Kondisi Baik (>40 km/Jam) 28.55 33.3 32.8 43.1 33.01
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 68
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Sumber : PUPR, 2017
Dari tabel diatas, diketahui bahwa dalam rentang lima tahun terakhir, proporsi panjang
jaringan jalan dalam kondisi baik di wilayah Kabupaten Bireuen tidak mengalami kenaikan
signifikan, hanya pada tahun 2014 sedikit meningkat dari 0,33 pada tahun 2013 menjadi
0,43. Begitu juga dengan Rasio Panjang jalan dengan jumlah penduduk tetap stagnan tidak
bergerak diangka 0.002 dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Sedangkan untuk
indikator persentase jalan kabupaten dalam kondisi baik ada peningkatan signifikan dari
tahun 2012 berada pada angka 28,55 persen meningkat menjadi 43,16 persen pada tahun
2015 tetapi kembali turun pada tahun 2016 menjadi 33,01 persen.
2. Kondisi Jembatan
Tabel 2.53. Kondisi Jembatandi Kabupaten Bireuen
Kewenangan
Panjang Jembatan per Tahun (M)
2012 2013 2014 2015 2016
Kewenangan Pusat
Panjang Jembatan 1.087,60 1.087,60 1.087,60 1.087,60 1.087,60
Kondisi Baik 887,60 887,60 887,60 887,60 887,60
Rasio kondisi baik 81,61 81,61 81,61 81,61 81,61
Kewenangan Provinsi
Panjang Jembatan 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
Kondisi Baik 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
Rasio kondisi baik 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Kewenangan Kabupaten
Panjang Jembatan 1.266,20 1.266,20 2.671,00 2.878,20 2.878,20
Kondisi Baik 471,00 530,50 1.904,70 2.537,20 2.537,20
Rasio kondisi baik 37,20 41,90 71,31 88,15 88,15 Sumber : BIDA Bireuen, 2016 – 2017
Kondisi jembatan untuk kewenangan pusat bisa dikategorikan kondisinya baik dengan
rasio kondisi baik sebesar 81,61 persen, untuk jembatan kewenangan provinsi ditemukan
berkondisi maksimal 100 persen baik, kondisi dan panjang jembatan kewenangan pusat dan
provinsi tidak berubah dari tahun 2012 hingga tahun 2016. Sedang kondisi jembatan
kewenangan kabupaten terjadi peningkatan yang signifikan, rasio kondisi baik dari 37,20
persen pada tahun 2012 menjadi 88,15 persen. Selain itu terjadi peningkatan panjang jembatan
lebih dari 100 persen dari 1.266,20 meter pada tahun 2012 menjadi 2.878,20 meter pada tahun
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 69
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
2016. Dari tabel diatas bisa dilihat kinerja pemerintah kabupaten terhadap pembangunan
jembatan terjadi peningkatan yang dapat memperlancar arus transportasi masyarakat.
3. Pelayanan Irigasi Teknis
Kabupaten Bireuen memiliki 2 (dua) Daerah Irigasi (D.I) kewenangan pusat yaitu D.I
Pante Lhong dan D.I Paya Nie dengan total luas lahan 9.681 ha, untuk D.I kewenangan
Provinsi ada 4 D.I yaitu D.I Samalanga, D.I Pandrah, D.I Nalan dan D.I Peudada dengan luas
lahan sebesar 6.288 ha. Sedangkan untuk D.I kewenangan kabupaten ada 71 D.I dengan luas
keseluruhan mencapai 18.343 ha. Luas pelayanan irigasi bisa dilihat dalam Tabel.2.xx berikut
ini:
Tabel 2.54
Luas Pelayanan Irigasi Teknisdi Kabupaten Bireuen
Daerah Irigasi Luas Lahan
(Ha)
Luas Lahan
Terlayani
Irigasi (Ha)
Rasio Jaringan
Irigasi (%)
D.I Kewenangan Pusat (2 D.I) 9.681 8.712,90 90,00
D.I Kewenangan Provinsi (4 D.I) 6.288 5.659,20 90,00
D.I Kewenangan Kabupaten (71 D.I) 18.343 11.005,80 60,00
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bireuen
Rasio jaringan irigasi dapat didefinisikan luas lahan yang terlayani irigasi dibagi dengan
jumlah keseluruhan lahan persawahan. Secara umum jaringan irigasi untuk D.I kewenangan
pusat kondisinya cukup bagus dengan rasio jaringan irigasi sebesar 90 persen begitu juga
dengan D.I kewenangan provinsi sebesar 90 persen, sedangkan untuk D.I kewenangan
kabupaten rasio jaringan irigasi masih berada pada angka 60 persen, diperlukan kebijakan
khusus dalam rangka meningkatkan produktivitas hasil pertanian dengan memperbaiki dan
memperluas pelayanan jaringan irigasi.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 70
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
4. Cakupan Layanan Sanitasi Layak
Upaya peningkatan kesehatan lingkungan sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang
bersih dan teratur, sementara itu kebersihan dan keteraturan lingkungan tidak terlepas dari
ketersediaan fasilitas perumahan yang memadai, salah satunya adalah fasilitas sanitasi yang
layak. Indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan rakyat dari aspek kesehatan. Salah
satu indikator dalam melihat kondisi kesehatan lingkungan adalah ketersediaan tempat buang
air besar dan Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) rumah tangga.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas yang
yang dirangkum dalam dokumen Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan Kabupaten Bireuen Tahun 2015-2019 mayoritas rumah tangga di
Kabupaten Bireuen hingga tahun 2015 telah memiliki akses terhadap sanitasi layak
sebesar 72,00 persen, sementara 28,00 persen sisanya masih belum memiliki akses
terhadap sanitasi layak.
Rumah Tangga (RT) memiliki akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak,
perkotaan dan perdesaan secara keseluruhan sebesar 72,00% dengan rincian:
-1- 86,70% Rumah Tangga (RT) memiliki akses berkelanjutan terhadap perkotaan;
-I- 54,32% Rumah Tangga (RT) memiliki akses berkelanjutan terhadap perdesaan.
Tabel 2.55.
Status Cakupan Layanan Sanitasi Layak Kabupaten Bireuen
5. Cakupan Layanan Air Minum Layak
Air bersih merupakan salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan
No Indikator
Tahun Capaian
(%)
Target
SPM
Prov. (%)
Target
RPJMN-
Indonesia (%)
2012 2013 2014 2015 2015 2019
1 Cakupan penduduk dg akses
65.00 100.00
sanitasi yang layak
- Capaian Kabupaten 50,75 63,35 68,90 72,00
- Capaian Provinsi 52,79 54,23 56,20 59,60
- Capaian Nasional 57,82 59,71 61,04 62,40
Sumber : Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Kabupaten Bireuen
Tahun 2015-2019
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 71
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka
sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Ketersedian air bersih masih menjadi
permasalahan umum di dunia, tak terkecuali di Kabupaten Bireuen. Oleh sebab itu kedua
permasalahan ini masuk dalam target pembangunan dunia yang tertuang dalam Sustainable
Development Goals (SDGs) yang ditetapkan sebagai penganti Millennium Development Goals
(MDGs) yang masih mengutamakan pentingnya pengurangan kemiskinan dan peningkatan
akses terhadap air bersih (prioritas 6) (United Nations, 2016). Berbeda dengan MDGs terkait
peningkatan akses terhadap air bersih, SDGs menekankan pengelolaansumber daya air yang
harus mampu berkelanjutan. Setiap negara yang tergabung dalam United Nations (UN)
diharuskan mengaggendakan kegiatan-kegiatan yang mendukung tujuan SDGs, termasuk
Indonesia.
Tujuan yang dicanangkan dalam program SDGs tersebut juga tercantum pada
Rencana strategis Kementerian PUPR tahun 2015-2019, dimana salah satunya memuat
program 100-0100 yang artinya tercapainya100% akses air minum, 0% permukiman kumuh
serta 100% akses sanitasi layak. Kabupaten Bireuen memiliki beberapa kegiatan yang
menunjang peningkatan pelayanan air minum. Status capaian kinerja pelayanan air minum
Kabupaten Bireuen pada tahun 2015 berdasarkan jumlah Rumah Tangga (RT) sebesar
72,50% Rumah Tangga (RT) telah memiliki akses berkelanjutan terhadap sumber air
minum layak, perkotaan dan perdesaan dengan rincian sebagai berikut:
-I- 89,67% Rumah Tangga (RT) memiliki akses berkelanjutan terhadap sumber air minum
layak perkotaan;
-I- 66,79% Rumah Tangga (RT) memiliki akses berkelanjutan terhadap sumber air minum
layak perdesaan.
Dibandingkan dengan capaian provinsi dan nasional pada tahun 2015, status capaian
kinerja pelayanan air minum Kabupaten Bireuen relatif masih berada dibawah rata-rata
provinsi dan capaian nasional, tetapi sudah berada diatas target Standar Pelayanan
MinimalProvinsi. Status kinerja capaian akses air minum layak Kabupaten Bireuen
ditampilkan pada Tabel berikut:
Tabel 2.56
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 72
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Diharapkan kinerja Pemerintah Kabupaten terhadap akses air minum layak dapat
ditingkatkan oleh semua pihak untuk dapat memberikan kontribusi dalam mencapai target
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 - 2019 sebesar 100
persen baik untuk akses air minum layak
II.3.2.1.4. PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN
Melihat kondisi permukiman dan perumahan dikabupaten Bireuen menurut tabel
diatas rasio permukiman layak huni tidak ada peningkatan dari tahun 2012 hingga tahun 2016
hanya sebesar 0.16.Pemerintah Kabupaten perlu penanganan yang konfrehensif terhadap
angka Cakupan Layanan Rumah Layak Huni yang terjangkau yang turun sangat drastis dari
Status Capaian Air Minum Layak Kabupaten Bireuen
No Indikator
Tahun Capaian
(%)
Target
SPM
Prov. (%)
Target
RPJMN-
Indonesia (%)
2012 2013 2014 2015 2015 2019
1 Cakupan penduduk dg
75,00 100.00
akses air minum yang layak
- Capaian Kabupaten 53,86 67,40 72,50 76,45
- Capaian Provinsi 52,53 62,40 75,10 80,00
- Capaian Nasional 57,35 60,91 68,30 73,70
Sumber : Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Kabupaten Bireuen Tahun 2015-
2019
Tabel 2.57. Tabel Kondisi Permukiman dan Perumahandi Kabupaten Bireuen
NO URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
1 Rasio Permukiman Layak Huni 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16
2 Cakupan Layanan Rumah Layak Huni yang
terjangkau 5.17% 4.42% 4.30% 4.07% 3.90%
3 Persentase Permukiman yang bertata - 0.41% 3.64% 0.78% 0.85%
4 Persentase Lingkungan Permukiman Kumuh - - 0.57% 0.57% 0.57%
5 Persentase Luasan Permukiman Kumuh dikawasan
perkotaan
1.91% 1.36% 1.31%
6 Proporsi Rumah tangga kumuh perkotaan 19.88% 18.91% 20.24% 20.91% 20.04%
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 73
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
52.78
60.22 61 62.1 63.9
2012 2013 2014 2015 2016
Persentase Rumah Layak Huni (%)
5.17 persen pada tahun 2012 menjadi 3.90 persen pada tahun 2016.
Kondisi Indikator permukiman yang bertata berfluktuasi dari angka 0.41 persen pada
tahun 2013 meningkat pada tahun 2014 menjadi 3.64 persen dan kembali turun ditahun
berikutnya hingga pada tahun 2016 menjadi 0.85 persen. Persentase lingkungan permukiman
kumuh tetap stagnan pada angka 0.57 persen dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016
menandakan belum ada penanganan yang serius oleh pemerintah daerah terhadap
permukiman kumuh tersebut dan begitu juga dengan persentase luasan permukian kumuh
dikawasan perkotaan hanya sedikit menurun dari tahun 2013 sebesar 1.91 persen menjadi
1.31 persen pada tahun 2016. Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan secara garis besar ada
peningkatan yang perlu diawasi secara serius oleh pemerintah, pada tahun 2012 sebesar 19.88
persen sedikit meningkat menjadi 20.04 persen pada tahun 2016.
Rumah layak huni didefinisikan sebagai rumah yang memenuhi persyaratan
keselamatan, bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya.
Data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan menunjukkan bahwa jumlah rumah layak huni di
Kabupaten Bireuen meningkat setiap tahunnya. Pencapaian rumah layak huni pada tahun 2012
4508752685 54152 57207 59698
85425 87488 88775 92121 93425
0
20000
40000
60000
80000
100000
2012 2013 2014 2015 2016
Rumah Sehat / Layak Huni
Rumah Sehat/Layak Huni Jumlah Rumah (unit)
Gambar 9
Gambar 10
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 74
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
sejumlah 45.087 unit memiliki selisih sebesar 40.338 unit dengan jumlah keseluruhan unit
rumah yang tersedia pada tahun tersebut. Peningkatan terbesar rumah layak huni/sehat terjadi
pada tahun 2013 dengan jumlah 52.685 unit, dimana pertambahan mencapai 7.598 unit dari
tahun sebelumnya. Grafik diatas juga menunjukkan kondisi yang sama terhadap peningkatan
rumah sehat/layak huni di Kabupaten Bireuen. Data terakhir yang didapatkan pada tahun
2016, rumah layak huni berjumlah 59.698 dibandingkan dengan keseluruhan unit rumah di
Kabupaten Bireuen (93.425 unit).
II.3.2.1.5. KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM, DAN PERLINDUNGAN
MASYARAKAT
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengatur
mengenai peyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat yang merupakan
urusan wajib pemerintah daerah, dimana Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk untuk
membantu Kepala Daerah dalam penegakan Peraturan Daerah atau Qanun.
Satuan Polisi Pamong Praja pada hakekatnya memberikan perlindungan kepada
masyarakat, sehingga dapat terwujud rasa tenteram dan tertib ditengah-tengah masyarakat.
Berikut adalah tabel data mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2012 sampai
dengan tahun 2017,
Tabel 2.58.
Ketenteraman, Ketertiban UmumDan Perlindungan Masyarakatdi Kabupaten Bireuen
NO URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah Petugas Perlindungan Petugas
Masyarakat ( LINMAS)
1833 1833 1833 1833 1696
2 Jumlah Tingkat Penyelesaian Pelanggaran
K3 ( Ketertiban,Ketenteraman,Keindahan)
105 130 175 210 120
3 Persentase Penegakan PERDA 12 15 19 13 22
4 Penyelesaian Kasus Pelanggar Syariat
Islam
0 53 40 40 25
5 Pelaksanaan Eksekusi Cambuk 0 0 7 21 18
Sumber : Satpol dan WH, 2017
Pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah pelanggaran K3 dari tahun 2012
sampai dengan 2015 meningkat sebesar 210 kasus namun pada tahun 2016 menurun menjadi
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 75
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
120 kasus. Jika dilihat dari penyelesaian kasus pelanggar Syariat Islam dari tahun 2013 terus
menurun sampai tahun 2016 menjadi 25 kasus. Diharapkan dengan ditegakkannya sanksi atas
pelanggaran dapat memberikan efek jera sehingga dapat menurunkan tingkat pelanggaran
Syariat Islam.
11.3.2.1.6. SOSIAL
1. Bantuan Sosial
Pemberian bantuan sosial di Kabupaten Bireuen adalah pemberian bantuan berupa
uang/barang dari Pemerintah Daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau
masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Pemberian bantuan sosial yang telah dilaksanakan di Kabupaten Bireuen disesuaikan
dengan kemampuan keuangan daerah dan dilakukan secara selektif serta setelah
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib yang ditetapkan dalam Peraturan
Perundang-Undangan.
Dalam pelaksanaan Pemberian bantuan sosial selama ini ditujukan untuk menunjang
pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah dengan memperhatikan asas
keadilan, kepatutan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat, dimana bantuan sosial
diberikan kepada anggota/kelompok masyarakat yang meliputi individu, keluarga dan/atau
masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis sosial,
ekonomi, politik, bencana atau fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup
minimum.
Penerima bantuan sosial di tahun 2017 lebih di fokuskan kepada pemberdayaan
ketrampilan bagi wanita rawan sosial ekonomi (WRSE), korban tindak kekerasan dan pekerja
migran dan telah disalurkan kepada 140 orang penerima manfaat atau sebesar 0,038 persen
dengan jenis usaha penerima berupa jenis usaha jual nasi sebanyak 35 orang, jenis usaha
menjahit 35 orang, jenis usaha jual kue 35 orang dan jenis usaha ternak kambing 35 orang.
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang atau keluarga
yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi
sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif dengan
lingkungannya sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 76
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
sosial) secara memadai dan wajar sehingga perlu memperoleh bantuan sosial. Untuk kedepan
Kabupaten Bireuen perlu menyediakan data base untuk Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) sehingga pemberian bantuan akan lebih tepat sasaran.s
Persentase (%) PMKS skala kabupaten/kota yang menerima program pemberdayaan
sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau Kelompok Sosial ekonomi sejenis
lainnya, dalam SPM target ditetapkan 80% dan terealisasi 100%. SPM mengamatkan bahwa
minimal 80% KUBE yang tumbuh harus difasilitasi dalam rangka percepatan pengentasan
kemiskinan. Berdasarkan realisasi anggaran tahun 2017 tercatat Pemerintah Kabupaten
Bireuen melalui Dinas Sosial hanya mampu memfasilitasi 1 KUBE dari seluruh KUBE yang
tumbuh. Dari 500 KUBE yang ada hanya 1 KUBE yang mampu difasilitasi berarti pencapaian
target tahunan hanya sebesar 0,079 persen KUBE (APBA) dan KUBE (APBN) sebesar 0,47
persen.
Tabel 2.59.
Persentase PMKS Yang Memperoleh Bantuan Sosialdi Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 2017
WRSE (APBK) - - 0,13 0,188 - 0,038
KUBE (APBA) - - - - - 0,079
KUBE (APBN) - - - - - 0,47
Sumber : Dinas Sosial, 2017
Persentase (%) PMKS yang tertangani di Kabupaten Bireuen dari tahun ke tahun
berfluktuatif, ini terlihat pada tabel di bawah ini. Untuk tahun 2017 persentase PMKS yang
tertangani masih sangat rendah hanya sebesar 0,58 persen.
Tabel 2.60.
Persentase PMKS yang Tertanganidi Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Persentase PMKS Yang
Tertangani (APBK)
12,75 0,15 8,44 11,94 9,46 0,58
Sumber : Dinas Sosial, 2017
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 77
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Persentase (%) PMKS skala Kabupaten Bireuen yang memperoleh bantuan
sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar dari tahun ke tahun berfluktuatif, ini terlihat pada
tabel di bawah ini. Untuk tahun 2017 persentase PMKS yang tertangani masih sangat rendah
hanya sebesar 0,58 persen.
Tabel 2.61.
Persentase PMKS Skala Yang Memperoleh Bantuan Sosial
Untuk Pemenuhan Kebutuhan Besardi Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Persentase PMKS Skala Yang
Memperoleh Bantuan Sosial Untuk
Pemenuhan Kebutuhan Besar
(APBK)
12,56 0,0094 6,24 11,93 8,49 0,58
Sumber : Dinas Sosial, 2017
Untuk Persentase (%) Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat yang menyediakan
sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial dalam Target capaian SPM sampai dengan
tahun 2017 adalah 30%, yang berarti dari seluruh wahana yang ada 30% nya harus
menyiapkan sarana prasarana pelayanan sosial, tetapi di Kabupaten Bireuen belum seluruh
wahana yang ada mempunyai sarana prasarana yang memadai. Terdapat 12 Panti Sosial yang
ada namun hanya 1 Panti Sosial Yang Menyediakan Sarana Prasarana Pelayanan Kesehatan
Sosial atau sekitar 8,33 persen seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini,
Tabel 2.62. Persentase Panti Sosial Yang Menyediakan Sarana Prasarana
Pelayanan Kesehatan Sosialdi Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Persentase Panti Sosial Yang
Menyediakan Sarana Prasarana
Pelayanan Kesehatan Sosial
(APBK)
10 100 100 1,10 9,09 8,33
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 78
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Sumber : Dinas Sosial, 2017
Persentase (%) korban bencana yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat di
Kabupaten Bireuen dari tahun ke tahun berfluktuatif, ini terlihat pada tabel di bawah ini.
Untuk tahun 2017 persentase korban bencana yang menerima bantuan sosial selama masa
tanggap darurat masih sangat rendah hanya sebesar 15 persen.
Tabel 2.63. Persentase Korban Bencana Yang Menerima Bantuan Sosial
Selama Masa Tanggap Daruratdi Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Persentase Korban Bencana Yang
Menerima Bantuan Sosial Selama
Masa Tanggap Darurat (APBK)
25 20 40 25 22,22 15
Sumber : Dinas Sosial, 2017
Persentase (%) korban bencana yang dievakuasi dengan menggunakan sarana prasarana di
Kabupaten Bireuen dari tahun ke tahun berfluktuatif, ini terlihat pada tabel di bawah ini.
Untuk tahun 2017 persentase korban bencana yang dievakuasi dengan menggunakan sarana
prasarana masih sangat rendah hanya sebesar 33,33 persen.
Tabel 2.64. Persentase Korban Bencana Yang Dievakuasi Dengan Menggunakan Sarana
Prasarana Tanggap Darurat Lengkapdi Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Persentase Korban Bencana Yang
Dievakuasi Dengan Menggunakan
Sarana Prasarana Tanggap Darurat
Lengkap (APBK)
20 10 25 10 47,05 33,33
Sumber : Dinas Sosial, 2017
Persentase (%) penyandang cacat fisik dan mental,serta usia tidak potensial yang telah
menerima jaminan sosial di Kabupaten Bireuen dari tahun ke tahun berfluktuatif, ini terlihat
pada tabel di bawah ini. Untuk tahun 2017 persentase penyandang cacat fisik dan mental, serta
usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial masih sangat rendah hanya sebesar
0,39 persen.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 79
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Tabel 2.65. Persentase Penyandang Cacat Fisik Dan Mental,Serta Lanjut Usia Tidak
Potensial Yang Telah Menerima Jaminan Sosialdi Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Persentase Penyandang Cacat Fisik
Dan Mental,Serta Usia Tidak Potensial
Yang Telah Menerima Jaminan Sosial
(APBN)
- - - - 0,39 0,39
Sumber : Dinas Sosial, 2017
2. Disabilitas
Disabilitas adalah seseorang yang memiliki kelainan fisik dan atau mental yang sifatnya
menganggu atau merupakan suatu hambatan bagi nya untuk melakukan kegiatan sehari-
hari secara layak atau normal. Di Kabupaten Bireuen bantuan sosial (bansos) dari
pemerintah untuk penyandang disabilitas selama ini masih belum menyeluruh walau pun
selama ini pemerintah telah berupaya membantu melalui program-program yang dirancang
untuk penyandang disabilitas. Upaya pemberian bantuan sosial perlu terus diupayakan
mengingat masih tinggi nya angka disabilitas di Kabupaten Bireuen seperti yang
diperlihatkan dibawah ini.
Tabel 2.66.
Jumlah Penderita Cacatdi Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Tuna Netra 572 508 NA 332 400
Bisu/Tuli 572 64 NA 428 216
Cacat Tubuh 3.109 193o NA 965 1.339
Cacat Mental 649 130 NA 189 1.009
Bibir Sumbing 9 130 NA 52 19
Eks Kusta 241 183 NA 152 204
Sumber : Dinas Sosial, 2017
3. Rumah Aman
Dalam upaya untuk Perlindungan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
Kabupaten Bireuen telah menyediakan rumah aman yang dibangun dengan dana OTSUS pada
tahun 2016.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 80
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Dalam skema perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan berbasis gender,
rumah aman menjadi salah satu hal yang penting untuk diadakan, karena seperti diketahui,
pelaku kekerasan berbasis gender paling banyak adalah orang yang dikenal dekat oleh korban
sehingga tempat aman sementara bagi korban kekerasansangat diperlukan baik karena
memerlukan tempat singgah sementara atau karena keamanannya terancam sehingga
keamanan korban paska kekerasan menjadi hal yang utama dilakukan.
Rumah aman Kabupaten Bireuen selama ini telah memberikan pendampingan baik
secara pribadi melalui konseling, pendampingan spiritual, reunifikasi keluarga maupun
pendampingan dalam merencanakan kehidupan setelah keluar dari rumah aman. Selain itu
pendampingan dalam pelayanan kesehatan, pendampingan kelompok, advokasi kasus dan
pendidikan masyarakat juga menjadi bagian dari kerja rumah aman tersebut.
II.3.2.2. LAYANAN URUSAN WAJIB NON DASAR
II.3.2.2.1. TENAGA KERJA
Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memiliki peran yang besar dalam
pembangunan daerah. Tenaga kerja adalah salah satu faktor penting dalam pembangunan.
Tenaga kerja dalam pembangunan daerah merupakan faktor dinamika penting yang
menentukan laju ekonomi daerah.
Peningkatan kualitas tenaga kerja merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan kepada
pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien, efektif dan
berjiwa wirausaha sehingga mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja
serta kesempatan berusaha.
Berikut adalah tabel kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Bireuen,
Tabel 2.67.
Kondisi Tenaga Kerja di Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Besaran Pencari Kerja Yang Terdaftar
Yang Ditempatkan (Persen)
11,12 20,21 59,5 20,7 9,69
Keselamatan Dan Perlindungan (Persen) 16,04 17,51 18,87 2,05 25,6
Besaran Pekerja/Buruh Yang Menjadi
Peserta Program Jamsostek (Persen)
7,9 9,12 14,67 26,00 63,36
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 81
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Besaran Pemeriksaan Perusahaan
(Persen)
12,34 13,44 8,16 8,23 16,12
Besaran Pengujian Peralatan
Diperusahaan (Persen)
- 100 100 100 100
Besaran Tenaga Kereja Yang
Mendapatkan Pelatihan Berbasis
Masyarakat (Persen)
83,79 89,32 88,88 92,21 75,59
Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Perindustrian, 2017
Pada tabel diatas, besaran pencari kerja yang terdaftar yang ditempatkan pada tahun 2016
adalah sebesar 9,69 persen, menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Dan untuk besaran tenaga
kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis masyarakat secara umum tidak jauh berbeda dari
tahun 2012-2016 dengan rata-rata besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan sebesar
85,95 persen dalam lima tahun, sehingga diharapkan pelatihan ketenagakerjaan dapat lebih
ditingkatkan agar lebih berkualitas.
II.3.2.2.2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
1. Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Kekerasan terhadap perempuan muncul dan telah melanggar UU No 39 tentang Hak
Asasi Manusia. Hal ini sangat disayangkan mengingat Indonesia adalah negara hukum yang
menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM). Kenyataan menunjukkan bahwa berbagai aturan
hukum yang sudah ada dan ditujukan bagi perempuan dan anak belum memadai. Berbagai
kendala yang harus dihadapi sangat kompleks terutama ketika korban harus berhadapan di
muka hukum. Bahkan ada kecenderungan tidak berpihak pada perempuan maupun anak
sebagai korban.
Berikut tabel data Gambaran umum kondisi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
dalam Wilayah Kabupaten Bireuen dari Tahun 2013 – 2016 :
Tabel 2.68.
Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tanggadi Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Rumah
Tangga
- 100281 100381 100400 100580
Kasus KDRT - 26 30 07 23
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 82
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Rasio KDRT - 0,026 0,03 0,007 0,023
Sumber : DPMGPKB, 2017
Dari data tabel diatas bahwa KDRT di Kabupaten Bireuen di tahun 2015 terjadi
penurunan mencapai 0.007% dari 2 tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 KDRT mengalami
kenaikan mencapai 0.023% sehingga perlu mendapat perhatian khusus untuk mencari solusi
pemecahan masalah, salah satu upaya yang perlu ditindak lanjuti oleh Pemerintah Kabupaten
Bireuen adalah Penanganan Pengaduan Oleh Petugas Terlatih Didalam Unit Pelayanan
Terpadu yang sampai saat ini masih sangat rendah, mengurangai jumlah tenaga kerja dibawah
umur yang sampai saat ini berjumlah 330 orang yang tersebar diseluruh kecamatan dalam
Kabupaten Bireuen.
Menyangkut dengan keterlibatan perempuan dalam politik dari waktu ke waktu terus
mengalami peningkatan. Salah satu indikatornya adalah tren peningkatan keterwakilan
perempuan di legislatif terutama sejak pemilihan umum (Pemilu) 1999 hingga Pemilu terakhir
pada 2009. Pada Pemilu 1999 (9%), Pemilu 2004 (11,8%), dan Pemilu 2009 (18%).
Proporsi perempuan dilembaga DPRK Kabupaten Bireuen tidak mencapai 30 %
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 yaitu
keterwakilan perempuan di lembaga DPRK Bireuen 2,5 % dari 40 orang anggota DPRK atau
1 orang Perempuan dan 40 orang laki-laki.
hal ini menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan di lembaga DPRK Bireuen belum
memenuhi kuota, sehingga dalam pemenuhan kebutuhan bagi perempuan di Kabupaten
Bireuen belum terealisasi sebagaimana yang diharapkan.
Berkenaan dengan perihal tersebut diatas, diharapkan kedepan proporsi perempuan dilembaga
DPRK Bireuen dapat memenuhi kuota 30 % dari jumlah kursi Anggota DPRK
.
2. Partisipasi Perempuan Di Lembaga Pemerintah
Terkait Jumlah Pekerja Perempuan di Lembaga Pemerintahan kabupaten Bireuen, pada
tahun 2012 terdapat sebanyak 849 orang dari jumlah total pekerja perempuan 5894 orang, hal
ini terus meningkat jumlah pekerja perempuan hingga tahun 2016 menjadi sebesar 1369 orang
dari total jumlah pekerja perempuan, hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 83
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
kesetaraan Gender dalam Pemerintahan Kabupaten Bireuen. Diharapkan Kesenjangan antara
laki-laki dan perempuan dalam memperoleh kesempatan bekerja semakin kecil.
Tabel 2.69.
Persentase Partisipasi Perempuan Di Lembaga Pemerintah
di Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Pekerja
Perempuan
5894 5994 6091 6744 6394
Persentase Partisipasi
Perempuan Dilembaga
Pemerintah
14,4
15,83
10,99
18,08
21,41
Sumber : DPMGPKB, 2017
Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan kesetaraan Gender dalam Pemerintahan
Kabupaten Bireuen.
3. Rasio APM Perempuan/Laki-laki di SD
Keberhasilan Program Pembangunan Pendidikan digambarkan dalam Misi 5 K.
Adapun Misi 5 K yang dimaksud adalah ketersedian layanan pendidikan, keterjangkauan
layanan pendidikan, meningkatkan kualitas mutu pendidikan, mewujudkan kesetaraan untuk
pendidikan, dan misi yang terakhir adalah menjamin kepastian mendapatkan layanan
pendidikan. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan Program
Pembangunan Pendidikan, khususnya pada misi yang ke-5, yaitu kepastian mendapatkan
layanan pendidikan atau pemerataan dalam layanan pendidikan pada tingkat nasional, provinsi
dan kabupaten/kota, adalah melalui APK (Angka Partisipasi Kasar) dan APM (Angka
Partisipasi Murni) pada jenjang pendidikan SD, di tingkat nasional, provinsi, serta
kabupaten/kota.
Angka Partisipasi Murni (APM) Perempuan/laki-laki SD di Kabupaten Bireuen
dapat dilihat pada tabel berikut:
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 84
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Tabel 2.70.
Rasio APM Perempuan/Laki-laki di SekolahDasar Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Rasio APM
Perempuan/Laki-Laki
Di SD
93,89 98,74 93,04 89,09 84,95
Sumber : DPMGPKB, 2017
Dari data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Bireuen jumlah anak
laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan namun perbedaanya tidak terlalu jauh
jumlahnya yang mendapatkan pendidikan di tingkat SD.
4. Rasio APM Perempuan / laki-laki SMP
Kesempatan memperoleh pendidikan antara perempuan dan laki-laki diukur dari rasio
APM yang menunjukkan kesetaraan dan keadilan gender di bidang pendidikan. Pendidikan
adalah salah satu aspek penting dari pembangunan manusia. Menghilangkan ketimpangan
gender di semua jenjang pendidikan akan meningkatkan status dan kemampuan perempuan
dan laki-laki. Jumlah penduduk perempuan adalah separuh dari seluruh jumlah penduduk,
kesetaraan pendidikan perempuan akan memberikan peran aktif perempuan dalam
pembangunan dan merupakan determinan yang penting dalam pembangunan ekonomi. Pada
masa anak-anak mulai menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), di Kabupaten
Bireuen Rasio APM Perempuan /laki-laki lebih tinggi perempuan dibandingkan laki-laki.
Angka partisipasi Murni (APM) perempuan/laki-laki SMP di Kabupaten Bireuen dapat dilihat
pada tabel berikut;
Tabel 2.71.
Rasio APM Perempuan / laki-laki di SMP Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Rasio APM
Perempuan/Laki-Laki
Di SMP
106,72 95,24 96,61 64,43 104,67
Sumber : DPMGPKB, 2017
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 85
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Penentuan indikator penilaian rasio APM perempuan/laki dari tabel diatas adalah
sebagai berikut, bila nilai rasio lebih besar dari 100 maka rasio APM perempuan lebih tinggi
dari APM laki-laki, dan bila nilai rasio lebih kecil dari 100 maka rasio APM laki-laki lebih
tinggi dari APM perempuan, Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 dan
2016, APM perempuan lebih tinggi dari APM laki-laki.
5. Rasio APM perempuan/laki-laki di SMA
Rasio APM perempuan terhadap laki-laki pada jenjang pendidikan SMA di Kabupaten
Bireuen menunjukkan angka di bawah 100 persen. Ini berarti bahwa pada jenjang pendidikan
SMA lebih banyak murid lakilaki yang bersekolah dibandingkan dengan murid perempuan.
Sebaliknya, rasio APM perempuan terhadap laki-laki menunjukkan angka di atas 100 persen
menggambarkan murid perempuan lebih banyak dibandingkan murid laki-laki pada jenjang
pendidikan tersebut.Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan dan laki-laki di SMA di
Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada tabel berikut;
Tabel 2.72.
Rasio APM perempuan/laki-laki SMAdi Kabupaten Bireuen
URAIAN
TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Rasio APM
Perempuan/Laki-Laki Di
SMA
61,38 65,37 87,92 38,21 60,6
Sumber : DPMGPKB, 2017
Penentuan indikator penilaian rasio APM perempuan/laki dari tabel diatas adalah sebagai
berikut, bila nilai rasio lebih besar dari 100 maka rasio APM perempuan lebih tinggi dari APM
laki-laki, dan bila nilai rasio lebih kecil dari 100 maka rasio APM laki-laki lebih tinggi dari
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 86
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
APM perempuan, Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa pada rentang lima tahun dari
tahun 2012 sampai dengan 2016, APM laki-laki lebih tinggi dari APM perempuan.
II.3.2.2.3.PANGAN
Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap
saat.Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana
tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996).Sebagai kebutuhan
dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting
bagi kehidupan suatu bangsa.Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan
kebutuhannya dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi.Berbagai gejolak sosial dan politik
dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu.Kondisi pangan yang kritis ini bahkan
dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas Nasional.
Pangan juga dapat diartikan sebagai bahan sumber gizi.Kehidupan manusia tidak
mungkin tanpa adanya ketersediaan bahan pangan.Dalam mempertahankan kehidupannya
manusia harus makan secukupnya dan memenuhi gizi. Pangan merupakan kebutuhan manusia
yang paling asasi atau kebutuhan pokok (basic need).Pangan sebagai sumber bahan (zat) gizi
merupakan sektor yang strategis karena:
a. Produk pangan (terutama sektor pertanian) merupakan industri massal yang
melibatkan banyak orang, baik di bidang produksi, pengolahan, dan distribusi.
b. Pangan di konsumsioleh semua golongan/lapisan masyarakat, semakin besar jumlah
anggota suatu keluarga akan semakin banyak pula mengkonsumsi bahan pangan
untuk makanannya.
Penduduk Kabupaten Bireuen telah menjadikan beras sebagai bahan makanan
pokoknya, disisi lain komoditi beras merupakan hasiI produksi pertanian yang bisa
memberikan sumber penghasilan bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan. Dengan demikian
beras merupakan kornoditi yang memiliki peran ganda dalarn pelaksanaan proses
pembangunan khususnya di sektor pertanian. Bagi Kabupaten Bireuen bahan pangan utama
penduduknya adalah beras sebagaimana sebagian besar wilayah Indonesia lainnya.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 87
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
1. Ketersediaan Pangan Utama
Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Pangan utama adalah pangan yang diperuntukkan sebagai makanan utama sehari-hari sesuai
dengan potensi sumber daya dan kearifan lokal. Ketersediaan pangan dalamjumlah yang
cukupaman dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara baikyang berasal dari produksi
sendiri, impor,cadangan pangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ini harus
mampu mencukupi pangan yang didefinisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk
kehidupanyangaktif dan sehat.
Pilar ketahanan pangan pada prinsipnya adalah menjaga produktifitas pangan,
mempertahankan stabilitas harga pangan dan keterjangkauan masyarakat dalam mendapatkan
pangan, serta melindungi masyarakat yang rentan terhadap krisis pangan.Ketahanan Pangan
adalah Kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlahnya maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat,
rumah tangga dan perseorangan secara berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat dan meningkatkan kuantitas serta kualitas konsumsi pangan, diperlukan target
pencapaian angka ketersediaan pangan per kapita per tahun sesuai dengan angka kecukupan
gizinya.
Rata-rata tingkat konsumsi beras masyarakat Indonesia, terlebih Aceh tergolong tinggi,
bahkan menduduki peringkat atas dunia. Situasi Ketersediaan Pangan di Kabupaten Bireuen
secara keseluruhan sudah tergolong cukup untuk semua komoditas pangan.
Tabel. 2.73.
Ketersediaan Pangan Utama di Kabupaten Bireuen
Elemen
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016 Ketersediaan Pangan Utama
Besar :
- Produksi Gabah (Ton) 165.357,00 242.970,00 185.557,00 269.924,00 232.094,00
- Ketersediaan Beras (Ton) 99.214,20 145.782,00 111.334,20 161.954,40 139.256,40
- Jumlah Penduduk (Jiwa) 406.083,00 413.817,00 423.397,00 435.300 443.627
- Konsumsi Beras
(Kg/Jiwa/Tahun)
139 139 139 139 139
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 88
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
- Total Konsumsi Beras
(Kg/Jiwa/Tahun)
56.445.537 57.520.563 58.852.183 59.284.195 61.664.153
- Dikonversi ke Ton 56.445,54 57.520,56 58.852,18 59.284,20 61.664,15
- Surplus/ Cadangan Pangan
(ton)
42.768,66 88.261,84 52.482,02 102.670,20 77.592,25
Sumber : Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan, 2017
Dari tabel diatas terlihat bahwa konsumsi beras di Kabupaten Bireuen cenderung
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bertambahnya jumlah permintaan atau konsumsi
beras seiring dengan bertambah banyaknya jumlah penduduk.Pertambahan jumlah penduduk
menyebabkan terjadinya tingkat kenaikan atas jumlah permintaan atau konsumsi beras
sehingga memerlukan pengawasan maupun penanganan yang serius atas penyediaan jumlah
beras yang cukup.
Dilihat dari hasil produksi padi secara keseluruhan, Kabupaten Bireuen tergolong
daerah surplus beras. Jumlah produksi padi/ gabah di Kabupaten Bireuen pada tahun 2016
mencapai 232.094 ton (setara dengan 139.256 ton beras), dengan jumlah kebutuhan konsumsi
beras pertahun 61.664,15 ton/tahun (Jumlah Jiwa 443.627, Konsumsi beras Kg/Jiwa/Thn =
139 Kg).Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui kemampuan masyarakat Kabupaten Bireuen
untuk memiliki kebutuhan pangan sebagai kebutuhan dasarnya dengan menghitung rata-rata
ketersediaan pangan utama di Kabupaten Bireuen dari tahun 2012 s/d 2016 adalah 2,58%.
Sekalipun Kabupaten Bireuen termasuk dalam daerah yang surplus pangan, namun kabupaten
ini belum tahan pangan, karena setiap panen raya produksinya langsung dipasarkan keluar
daerah, untuk ini perlu penanganan serius dari semua pihak.
Dari segi keterjangkauan masyarakat untuk memperoleh pangan sangat dipengaruhi
pendapatan masyarakat. Tingginya angka kemiskinan suatu daerah menyebabkan kerentanan
terhadap kerawanan pangan. Kerawanan pangan adalah kondisi suatu daerah, masyarakat
atau rumah tangga yang tingkat ketersediaan pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar
kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan.
Progam pemberdayaan masyarakat miskin dengan membangun ekonomi berbasis
pertanian pedesaan untuk menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan
dilaksanakan melalui :
- Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 89
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Kawasan yang dibangun dengan melibatkan keterwakilan masyarakat yang berasal
dari 5 desa yang saling berdekatan untuk menegakkan masyarakat miskin/rawan
pangan menjadi kaum mandiri/tahan pangan.Tujuannya adalah memberdayakan
masyarakat miskin/rawan pangan menjadi kaum mandiri untuk mengurangi
kemiskinan dan mewujudkan ketahanan pangan dan gizi. Pelaksanaan Kegiatan
Kawasan Mandiri Pangan di Kabupaten Bireuen dilakukan dalam 5 (lima) tahap
selama 5 (lima) tahun : Tahap Persiapan (tahun I), Tahap Penumbuhan (tahun II),
Tahap Pengembangan (tahun III), Tahap Kemandirian (tahun IV), dan Strategi
Keberlanjutan Kegiatan (tahun V)
- Pembangunan Lumbung Pangan Masyarakat.
Menumbuhkembangkan sekaligus memelihara tradisi masyarakat secara
perorangan maupun kelompok untuk menyisihkan sebagian hasil panen sebagai
cadangan pangan dengan membangun lumbung pangan. Lumbung pangan
masyarakat dalam bentuk bantuan langsung pemerintah kepada kelembagaan
cadangan pangan yang dibentuk oleh masyarakat desa dan dikelola secara
berkelompok yang bertujuan untuk pengembangan penyediaan cadangan pangan
bagi masyarakat.Cadangan pangan ini yang dikuasai oleh rumah tangga, baik
indiviidu maupun secara kolektif, berfungsi untuk; mengantisipasi terjadinya
kekurangan bahan pangan pada musim paceklik, mengantisipasi ancaman gagal
panen akibat bencana alam seperti serangan hama dan penyakit, anomali iklim dan
banjir
- Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)
Kelembagaan gabungan kelompok tani yang berfungsi menjaga volatilitas harga
bahan pangan ditingkat petani, mengolah dan memasarkan.Kegiatan
Pengembangan LDPM dilaksanakan malalui dukungan dana Bantuan Pemerintah
(Banper) dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan
petani/kelopoktani/Gapoktan padi dan jagung terhadap jatuhnya harga di saat
panen raya dan masalah aksesibilitas pangan di saat paceklik. Kegiatan
Pengembangan LDPM dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : tahap
penumbuhan, tahap pengembangan dan tahap kemandirian. Dukungan dana banper
yang bersumber dari APBN atau APBA ataupun APBK pada kegiatan Penguatan-
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 90
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
LDPM hanya diberikan kepada Gapoktan Tahap Penumbuhan dan Pengembangan,
yaitu pada tahun pertama dan tahun kedua. Sementara itu pada tahun ketiga,
Gapoktan hanya akan menerima pembinaan dan/atau bimbingan dari pendamping,
Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim Pembina Provinsi
- Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat/Toko Tani Indonesia (PUPM/ TTI)
Harga komoditas pangan yang selalu berfluktuasi dapat merugikan petani sebagai
produsen, pengolah pangan, pedagang hingga konsumen dan berpotensi
menimbulkan keresahan sosial.Fluktuasi pasokan dan harga pangan yang tidak
menentu, tidak hanya akan menimbulkan keresahan sosial, tetapi juga akan
mempengaruhi pengendalian inflasi dengan cara menjual hasil pangan petani
sesuai dengan harga yang wajar kepada konsumen yang di pasok oleh Gapoktan
Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat.Kegiatan PUPM secara tidak langsung
berperan dalam mengatasi anjloknya harga pada masa panen raya dan tingginya
harga pada saat paceklik dan menjadi instrumen yang dibuat pemerintah untuk
menahan gejolak harga dalam situasi tertentu, merupakan mekanisme yang
berkelanjutan baik pada saat situasi suplai melimpah dan kurang atau sebagai
stabilisator, dalam menjaga pasokan pangan pemerintah bersama masyarakat.
- Sistem Keamanan Pangan dan Gizi
Salah satu instrumen/alat deteksi dini terhadap situasi pangan dan gizi suatu
wilayah dengan tujuan mendukung ketahanan pangan dan gizi. SKPG merupakan
kegiatan surveilens yang menjadi kewenangan pemerintah dan daerah dalam
bidang pertanian dan kesehatan (UU Nomor 22 Tahun 1999 dan PP Nomor 25
Tahun 2000).Kegiatan SKPG terdiri dari analisis data situasi pangan dan gizi
bulanan dan tahunan serta penyebaran informasi. Data bulanan dan tahunan
tersebut menginformasikan tentang 3 (tiga) aspek utama yaitu ketersediaan, akses,
dan pemanfaatan pangan yang menjadi dasar untuk menganalisis situasi pangan
dan gizi di suatu daerah.Hasil SKPG ini digunakan sebagai dasar pelaksanaan
investigasi untuk menentukan tingkat kedalaman kejadian kerawanan pangan dan
gizi di lapangan serta intervensi dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
masyarakat.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 91
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
2. Ketersediaan Energi dan Protein Perkapita
Pangan dan gizi terkait sangat erat dengan upaya peningkatan sumberdaya manusia,
dimana dalam hal ini kecukupan energi dan protein dapat digunakan sebagai indikator untuk
melihat kondisi gizi masyarakat.Ketersediaan pangan yang cukup untuk seluruh penduduk di
suatu wilayah belumlah dapat digunakan sebagai jaminan akan terhindarnya penduduk dari
masalah pangan dan gizi, karena selain ketersediaan, juga perlu diperhatikan aspek pola
konsumsi atau keseimbangan kontribusi di antara jenis pangan yang dikonsumsi, sehingga
memenuhi standar gizi tertentu. Kekurangan konsumsi gizi bagi seseorang dari standar
minimum tersebut umumnya akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, aktivitas dan
produktivitas kerja. Dalam jangka panjang kekurangan konsumsi pangan dari sisi jumlah dan
kualitas (terutama pada anak balita) akan berpengaruh terhadap kualitas SDM. Dalam hal ini,
kecukupan energi dan protein dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat kondisi gizi
masyarakat dan juga keberhasilan pemerintah dalam pembangunan pangan, pertanian,
kesehatan, dan sosial ekonomi secara terintegrasi.
Penggunaan nilai kalori (energi) dan nilai protein sudah cukup untuk menggambarkan
kecukupan pangan rumah tangga karena konsumsi kalori terkait erat dengan kemampuan
manusia untuk hidup secara aktif sedangkan konsumsi protein dibutuhkan untuk memulihkan
sel-sel tubuh yang rusak pada usia dewasa atau untuk menjamin pertumbuhan normal pada
usia muda. Namun demikian, bukan hanya jumlahnya saja yang harus mencukupi, tetapi
keanekaragaman pangan sumber energi yang dikonsumsi tidak kalah juga pentingnya. Secara
umum pola pangan yang baik adalah bila perbandingan komposisi energi dari karbohidrat,
protein dan lemak adalah 50-65% : 10-20%: 20-30%. Untuk Kabupaten Bireuen pola
konsumsi pangannya diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel 2.74.
Ketersediaan Energi dan Protein Perkapita Kabupaten Bireuen
URAIAN
TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Ketersediaan Energi Dan Protein
Perkapita
- - - - -
Ketersediaan Energi (Kkal) - - - - 1.977,00
Ketersediaan Energi (% AKG) - - - - 94,2
Ketersediaan Protein(Gram/kap/hari) - - - - 55,7
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 92
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Konsumsi Pangan (kg/kapita/tahun) - - - - 792,7
Sumber : Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan, 2017
Dari tabel diatas terlihat bahwa tingkat ketersediaan energi perkapita di Kabupaten
Bireuen pada tahun 2016 adalah 1.977 Kkal dengan angka kecukupan gizinya 94,2% dan
ketersediaan proteinnya 55,7 gram perkapita perhari.Dengan demikiannilai konsumsi
Kabupaten Bireuen masih dibawah standar, untuk energi masih dibawah angka rekomendasi
Kemenkes yaitu 2.400 kalori perkapita per hari, demikian juga dengan protein yaitu 63 gram
per kapita perhari.
3. Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan.
Pangan yang aman adalah pangan yang terbebas dari cemaran biologis, kimia, dan
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat,
aktif dan produktif. Keamanan pangan (food safety) merupakan salah satu komponen dari
ketahanan pangan (food security). Untuk itu, program ketahanan pangan nasional harus
memasukkan aspek keamanan pangan untuk kesehatan manusia.Salah satu sasaran
pengembangan di bidang pangan adalah terjaminnya pangan yang dicirikan oleh terbebasnya
masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan. Hal ini secara jelas
menunjukkan upaya untuk melindungi masyarakat dari pangan yang tidak memenuhi standar
dan persyaratan kesehatan.
Pemerintah berkewajiban memberi perlindungan kepada konsumen dan produsen akan
pangan yang sehat, aman dan halal.Pengawasan keamanan pangan untuk pangan olahan
dilaksanakan oleh lembaga pemerintah yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pengawasan obat dan makanan. Sedangkan pengawasan persyaratan keamanan pangan segar
dilaksanakan oleh lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan di bidang pangan.
Pelaksanaan koordinasi dan kelembagaan keamanan pangan di Kabupaten Bireuen
dilaksanakan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan melalui penguatan kelembagaan
keamanan pangan dan peningkatan kompetensipersonel yang menangani keamanan pangan.
Pengawasan keamanan pangan di pasaranmelalui monitoring,inspeksi, verifikasi/surveilan dan
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 93
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
pengujian dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dengan Kegiatan Pembinaan dan Penanganan
Gizi Masyarakat.
II.3.2.2.4. LINGKUNGAN HIDUP
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area yang memanjang berbentuk jalur dan atau
area mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka dengan tujuan menjaga
ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air, tempat tumbuh tanaman baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja di tanam, menciptakan aspek planologis perkotaan
melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk
kepentingan masyarakat dan meningkatakan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana
pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
Dalam Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang menyebutkan
bahwa 30% wilayah kota harus berupa RTH yang terdiri dari 20% publik dan 10% privat.
RTH publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten
yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Contoh RTH Publik adalah
taman kota, hutan kota, sabuk hijau (green belt), RTH di sekitar sungai, pemakaman, dan rel
kereta api. Sedangkan RTH Privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan
yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman
rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. RTH publik di Kabupaten
Bireuen masih sangat minim bisa dikatakan tidak ada, hanya tersedia di median jalan,
perkantoran dan beberapa tempat lainnya dengan scala kecil sedangkan taman bermain dan
alun-alun kota belum tersedia. Untuk RTH privat sudah memenuhi syarat 10 persen malahan
melebihi dikarenakan kebun dan pekarangan rumah penduduk kota masih luas.
Tabel 2.75.
Indikator Lingkungan Hidupdi Kabupaten Bireuen
Indikator 2016
Hasil Pengukuruan Indeks kualitas Air 1,142 (Cemar Ringan)
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 94
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Pembinaan dan Pengawasan terkait ketaatan penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan yang diawasi ketaatannya terhadap izin
lingkungan, izin PPLH dan PUU LH d yang diterbitkan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten/kota
69,56%
Pengaduan masyarakat terkait izin lingkungan, izin PPLH dan PUU
LH yang di terbitkan oleh Pemerintah daerah Kabupaten/Kota,
lokasi usaha dan dampaknya di Daerah
kabupaten/kota.
80 %
Persentase jumlah sampah yang terkurangi melalui 3R 0,71 % perhari
Persentase cakupan area pelayanan 30 %
Persentase jumlah sampah yang tertangani 76,19 % perhari
Sumber : Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup, 2017
Sampah selalu timbul menjadi persoalan rumit dalam masyarakat yang kurang
memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Ketidakdisiplinan mengenai kebersihan dapat
menciptakan suasana yang tidak menyenangkan akibat timbunan sampah. Kondisi yang tidak
menyenangkan ini akan memunculkan bau tidak sedap, lalat berterbangan, dan gangguan
berbagai penyakit siap menghadang di depan mata dan peluang pencemaran lingkungan
disertai penurunan kualitas estetika pun akan menjadi persoalan yang besar. Perilaku
membuang sampah sembarangan ini, tidak mengenal tingkat pendidikan maupun status sosial.
Keberadaan sampah tak lepas dari tangan manusia yang membuang sampah sembarangan,
mereka menganggap barang yang telah dipakai tidak memiliki kegunaan lagi dan membuang
dimana saja. Kurang kesadaran akan pentingnya kebersihan menjadi faktor yang paling
dominan, di samping itu kepekaan masyarakat terhadap lingkungan harus dipertanyakan.
Masyarakat masih tidak mengetahui ataupun tidak mau tau bahaya yang akan terjadi apabila
tidak dapat menjaga lingkungan sekitar. Salah satu bentuk perilaku membuang sampah pada
masyarakat adalah dengan membuang sampah di sungai. Kondisi ini menyebabkan
lingkungan di sekitar tepi sungai terlihat sangat kotor akibat tumpukan sampah, dan
menyebarkan aroma yang tidak sedap bahkan menyebabakan estetika yang sangat buruk.
Untuk saat ini pengelolaan masalah sampah secara umum baru teratasi sebesar 76,19
persen, pemerintah kabupaten perlu memeberikan kebijakan khusus dalam rangka
meningkatkan kinerja pengelolaan sampah agar persoalan sampah bisa terselesaikan secara
tuntas dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 95
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Gambar 11
Kondisi Persampahan Kabupaten Bireuen.
Sumber : Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup, 2017
Mengenai tingkat pencemaran lingkungan seperti pengujian kualitas air dan udara
belum dilaksanakan secara maksimal mengingat Pemerintah Kabupaten Bireuen belum
memiliki laboratarium lingkungan yang representatif dan sumber daya manusia yang handal,
sehingga dalam melaksanakan pengujian tingkat pencemaran lingkungan masih bergantung
kepada provinsi. Pengukuran yang dilaksanakan pada tahun 2016 terhadap kualitas air
mendapatkan hasil indeks sebesar 1,142 yang berarti terdapat sedikit pencemaran. Untuk
menghindari tingkat pencemaran yang lebih parah lagi, pemerintah kabupaten harus memulai
tindakan pencegahan dengan melaksanakan program yang mendukung pelestarian lingkungan.
Kondisi pencemaran lingkungan juga dipengaruhi oleh penggunaan pestisida dan
insektisida yang tidak terkendali dalam kegiatan peningkatan produktifitas perekonomian
129 130.5145
158 160172 174193
209 211
0
50
100
150
200
250
2012 2013 2014 2015 2016
Persampahan
Volume Sampah ditangani Jumlah Produksi Sampah
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 96
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
masyarakat seperti pertanian, perkebunan dan perikanan. Pestisida secara umum diartikan
sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan jasad penganggu yang
merugikan kepentingan manusia. Disamping bermanfaat untuk meningkatkan hasil pertanian,
pestisida juga menghasilkan dampak buruk baik bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Lebih dari 98% insektisida dan 95% herbisida menjangkau tempat selain yang seharusnya
menjadi target, termasuk spesies non-target, perairan, udara, makanan, dan sedimen. Pestisida
dapat menjangkau dan mengkontaminasi lahan dan perairan ketika disemprot secara aerial,
dibiarkan mengalir dari permukaan ladang, atau dibiarkan menguap dari lokasi produksi dan
penyimpanan. Sedangkan penggunaan pestisida belum terdata pada saat ini, mengingat tingkat
bahaya terhadap penggunaannya pemerintah diharapkan dapat melakukan pendataan yang
akurat terhadap masyarakat pengguna pestisida dan dapat dilaksanakan penyuluhan-
penyuluhan demi pengendalian penggunaan pestisida yang nantinya bisa menghindari
kerusakan lingkungan.
II.3.2.2.5. ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
1. Jumlah Penduduk
Kualitas dan produktifitas masyarakat merupakan sasaran dan tujuan utama yang ingin
dicapai oleh pemerintah dari proses pembangunan yang dilaksanakannya, termasuk dalam hal
ini yang diharapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bireuen. Kualitas penduduk yang meningkat
serta memiliki daya saing yang tinggi diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah dengan memanfaatkan potensi sumberdaya ekonomi ataupun sumber daya alam yang
dimiliki secara lebih optimal dengan tetap mengedepankan prinsip pembangunan
berkelanjutan (sustainable development), yang pada akhirnya dapat mewujudkan pencapaian
taraf hidup masyarakat yang lebih sejahtera.
Karena itu, potensi sumberdaya manusia (SDM) masyarakat Kabupaten Bireuen
diharapkan dapat memainkan peran dan fungsi secara lebih maksimal dengan terlibat secara
aktif sebagai bagian ataupun pelaku dari proses pembangunan daerah itu sendiri. Apabila hal
ini tidak dapat dilakukan, maka keberadaan SDM di daerah dikhawatirkan justru dapat
menjadi beban bahkan dapat menjadi penghambat dari pembangunan itu sendiri dimasa
mendatang.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 97
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Perkembangan aktivitas ekonomi yang menunjukkan trendyang terus membaik di
Kabupaten Bireuen selama ini, dinilai ikutmemilki implikasi terhadap kecenderungan
peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Bireuen dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015
tercatat angka jumlah penduduk Kabupaten Bireuen adalah sebanyak 435.300 jiwa. Angka
jumlah penduduk tersebutmengalami peningkatan sebesar 2,81 persen dari jumlah penduduk
tahun 2014 yaitu sebanyak 423.397jiwa Selanjutnya, jumlah penduduk Kabupaten Bireuen
terus meningkat hingga mencapai jumlah sebanyak 443.627 jiwa pada tahun 2016. Hal
tersebut kiranya menggambarkan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2012-2016)
terjadi peningkatan atau pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Bireuen rata-rata sebesar
2.18 persen. Gambaran terkait pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Bireuen tersebut
dapat dilihat pada tampilan gambar berikut.
Gambar 12. Jumlah Penduduk di Kabupaten Bireuen Tahun 2012-2016
Sumber : Disdukcapil Kab. Bireuen 2017
Gambar 13.Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Bireuen Tahun 2012-2016
Sumber : Disdukcapil Kab. Bireuen 2017
406083 413817 423397435300 443627
350000
400000
450000
2012 2013 2014 2015 2016
-
1.00
2.00
3.00
2012 2013 2014 2015 2016
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 98
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Selama periode tahun 2012–2016, terlihatbesaran angka pertumbuhan penduduk
Kabupaten Bireuen secara rata-rata adalah sebesar 2.18 persen
per-tahun. Peningkatan jumlah penduduk tersebut dapat disebabkan selain oleh karena
meningkatnya jumlah/angka kelahiran, juga dimungkinkan oleh adanya trend perpindahan
penduduk dari daerah lain ke Kabupaten Bireuen, dalam hal ini untuk tinggal/menetap dan
mencoba mencari peruntungan di daerah ini, dengan menjalankan usaha atau bekerja di daerah
ini.
Pada prinsipnya pemerintah daerah beserta segenap unsur terkait, terutama masyarakat
Kabupaten Bireuen, akan sangat terbuka bagi masyarakat pendatang dari daerah lain, terlebih
yang dalam hal ini bermaksud untuk menjadikan daerah ini sebagai pilihan lokasi investasi.
Kondisi tersebut tentunya juga harus dapat dimanfaatkan sebagai peluang oleh penduduk
setempat (lokal), untuk dapat meningkatkan kualitas hidup diri dan keluarganya, yang
sekaligus dapat menjadi bentuk peran sertanya dalam upaya mendorong dan meningkatkan
perekonomian daerah.
Pada sisi lain, besaran jumlah/angka pertambahan penduduk tersebut tentunya juga
perlu diikuti dengan berbagai langkah dan upaya, maupun kebijakan yang mendorong
perluasan dan penyediaan lapangan kerja, terutama bagi masyarakat/penduduk yang tergolong
dalam usia angkatan kerja di daerah ini. Selain itu, bagi penduduk usia sekolah juga harus
dipastikan mendapat akses kepada fasilitas pelayanan pendidikan yang berkualitas, sesuai
dengan jenjang pendidikan dan usia penduduk tersebut. Hal ini sekaligus menjadi wujud
investasi sumber daya manusia, yang nantinya akan menghasilkan SDM daerah ini yang lebih
berkualitas dalam menyongsong dan mengisi pembangunan daerah yang lebih baik dimasa
mendatang.
Jika dilihat berdasarkan distribusi sebaran penduduk di wilayah Kabupaten Bireuen,
selama ini terlihat kecenderungan sebaran jumlah penduduk yang relatif belum cukup merata.
Terdapat sebagian wilayah kecamatan di daerah ini yang memiliki penduduk dengan jumlah
yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan sejumlah kecamatan lainnya. Pada tahun 2016,
tercatat sebanyak 53.919 jiwa atau 12,15persen penduduk Kabupaten Bireuen berdomisili di
Kecamatan Peusangan, yang merupakan daerah kecamatan daerah pusat perdagangan
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 99
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Kabupaten Bireuen. Disusul kemudian oleh kecamatan Kota Juang yang merupakan wilayah
ibukota kabupaten dengan jumlah penduduk sebanyak 50,710 jiwa atau 11,43 persen dari
jumlah penduduk Kabupaten Bireuen secara keseluruhan. Sementara kecamatan yang paling
sedikit penduduknya adalah kecamatan Pandrah, dengan jumlah penduduk 8.691 jiwa atau
sebesar 1,95 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Bireuen secara keseluruhan. Kondisi
terkait sebaran/distribusi jumlah dan kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Bireuen dapat
dilihat secara lebih rinci pada tabel berikut.
Tabel 2.76.
Distribusi dan Tingkat Kepadatan PendudukKab. BireuenTahun 2016
No. Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Jlh. Penduduk
(Jiwa)
Jlh. RT
(KK)
Kepadatan
per-Km2
1 Samalanga 140,87 31.203 6.442 222
2 Simp. Mamplam 157,72 28.091 6.673 178
3 Pandrah 113,97 8.691 2.362 76
4 Jeunieb 112,37 25.603 6.476 228
5 Peulimbang 127,75 11.762 2.801 92
6 Peudada 312,84 27.289 6.440 87
7 Jeumpa 108,86 36.877 7.919 339
8 Kota Juang 16,91 50.710 11.306 2.999
9 Juli 231,18 32.893 7.944 142
10 Kuala 17,25 18.313 4.133 1.062
11 Peusangan 59,08 53.919 12.361 913
12 Jangka 37,49 29.084 6.564 776
13 Peusangan Selatan 94,15 14.969 3.660 159
14 Peusangan Sb. Krueng 112,05 11.940 2.924 107
15 Kuta Blang 38,70 22.881 5.194 591
16 Makmur 68,57 15.744 3.698 230
17 Gandapura 46,56 23.658 5.531 508
Kab. Bireun 1.796,31 443.627 102.428 247
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen, 2017
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 100
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Data pada tabel tersebut juga memberikan gambaran bahwa tingkat kepadatan
penduduk pada masing-masing wilayah kecamatan dalam Kabupaten Bireuen selama ini juga
masih belum cukup merata. Terdapatsejumlah kecamatan dengan wilayah yang relatif luas,
namun tidak diimbangi dengan kuantitas ataupun jumlah penduduk di kecamatan tersebut.
Kondisi demikian antara lain terlihat di Kecamatan Peudada, dengan luas wilayah 312,84 Km2
serta jumlah penduduk pada tahun 2016 tercatat sebanyak 27.289 jiwa, maka rata-rata
kepadatan penduduk di kecamatan Peudada adalah 87 jiwa/km2. Fenomena luas wilayah yang
tidak diimbangi dengan jumlah penduduk ini, juga dinilai dapat berakibat tidak optimalnya
pemanfaatan dan pemberdayaan potensi sumber daya ekonomi lokal, seperti sumber daya
lahan yang ada di wilayah tersebut.
Kondisi sebaliknya justru terlihat di Kecamatan Kota Juang dengan luas wilayah 16,91
Km2 dan jumlah penduduk tahun 2016 tercatat sebanyak 50.710 jiwa, maka tingkat kepadatan
penduduk di wilayah Kecamatan Kota Juang mencapai 2.999 jiwa/km2. Gambaran tingkat
kepadatan penduduk dengan jumlah yang cukup tinggi juga dinilai berpotensi menimbulkan
berbagai permasalahan, seperti kelestarian lingkungan maupun berbagai permasalahan sosial
ekonomi lainnya. Apabila dilihat secara menyeluruh, rata-rata tingkat kepadatan penduduk di
wilayah Kabupaten Bireuen tahun 2016 tercatat 247 jiwa/km2.
2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Sebagaimana kondisi yang dirasakan di daerah lain pada umumnya, dominasi jumlah
penduduk yang berjenis kelamin perempuan dalam struktur kependudukan Kabupaten Bireuen
selama ini juga merupakan suatu bentuk tantangan, yang sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai
suatu wujud peluang tersendiri bagi upaya pembangunan daerah yang dijalankan dimasa
mendatang. Hal tersebut disebabkan karena pada hakikatnya kaum perempuan sehari-hari
lebih memiliki keluangan waktu setelah menjalankan tugas dan kewajiban utamanya
mengurus rumah tangga, sebagaimana yang menjadi kelaziman dalam kehidupan masyarakat
Aceh selama ini. Waktu luang tersebut tentunya dapat dimanfaatkan untuk melakukan
berbagai bentuk kegiatan yang bersifat produktif yang dapat membantu perekonomian
keluarganya. Karena itu, kebijakan pembangunan daerah yang terkait dengan upaya
pemberdayaan peran kaum perempuan dalam menggerakkan perekonomian keluarga di daerah
ini perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Selain mengantisipasi dampak daripada
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 101
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
disparitas gender secara umum, upaya pemberdayaan kaum perempuan tersebut perlu lebih
diarahkan pada upaya-upaya untuk dapat lebih memberdayakan peran kaum perempuan agar
lebih produktif, berkualitas dan memiliki daya saing yang lebih tinggi, baik dalam wujud
aktifitas maupun kegiatan-kegiatan ekonomi, pemerintahan, politik, dan sosial
kemasyarakatan lainnya.
Selama kurun waktu antara tahun 2012–2016, struktur penduduk Kabupaten Bireuen
berdasarkan jenis kelamin masih didominasi oleh kaum perempuan. Pada tahun 2012 tercatat
jumlah penduduk laki-laki sebanyak mencapai 199.042 jiwa atau 49,01persen dari total jumlah
penduduk Kabupaten Bireuen, sedangkan jumlah penduduk perempuan tercatat sebanyak
207.041 jiwa atau 50,98 persen. Berikutnya pada tahun 2013, tercatat jumlah penduduk
perempuan sebanyak 209.737 jiwa (50,68 persen), sedangkan laki-laki berjumlah sebanyak
204.080 jiwa (49,31 persen). Pada tahun-tahun berikutnya komposisi jumlah penduduk
perempuan masihterus mendominasi meskipun dengan besaran perbandingan yang mengalami
peningkatan sangat kecil dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 tercatat jumlah penduduk
perempuan di Kabupaten Bireuen sebanyak 222.393 jiwa (51,08persen), sedangkan laki-laki
berjumlah 212.907(48.91 persen). Kecenderungan yang sama terjadi pada tahun 2016,dimana
jumlah penduduk perempuan sebanyak 226.522 jiwa, dengan besaran perbandingan yang sama
dari tahun sebelumnya yaitu 51,06 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Bireuen secara
keseluruhan. Sementara jumlah penduduk laki-laki di tahun 2016 tercatat sebanyak
217.105jiwa (48.93persen).
Gambar 14.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Bireuen Tahun 2012-2016
Sumber : BPS Kab. Bireuen, 2017
199,042
204,080
207,664
212,907
217,105
207,041
209,737
215,733
222,393
226,522
180,000 190,000 200,000 210,000 220,000 230,000
2012
2013
2014
2015
2016
PerempuanLaki-Laki
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 102
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Gambaran data pada grafik tersebut kiranya dapat menunjukkan bahwa selama kurun
waktu antara tahun 2012–2016, terlihat pertumbuhan jumlah penduduk perempuan yang
sedikit lebih tinggi dibandingkandengan pertumbuhan jumlah penduduk laki-laki. Rata-rata
angka pertumbuhan penduduk perempuan secara keseluruhan dalam kurun waktu tersebut
adalah 2,24 persen, sementara rata-rata angka pertumbuhan penduduk laki-laki dalam periode
waktu yang sama tercatat sebesar 2,13 persen.
3. Penduduk Menurut Kelompok Umur
Berdasarkan struktur usia penduduk, tantangan yang dihadapi dalam hal ini adalah
masih relatif tingginya angka ketergantungan (dependency ratio) antara penduduk kelompok
usia produktif, dengan penduduk kelompok usia belum/tidak produktif. Selama kurun waktu
tahun 2012–2016 rasio angka ketergantungan ini di Kabupaten Bireuen dinilai masih cukup
tinggi, meskipun sudah terlihat tren penurunan dalam hal ini. Tingginya angka ketergantungan
dalam struktur kependudukan suatu daerah dinilai dapat berimplikasi pada pengelolaan
sumber-sumber daya ekonomi lokal yang kurang optimal, mengingat sebagian sumber daya
yang ada lebih tersita pemanfaatannya bagi pemenuhan tuntutan kebutuhan hidup penduduk
kategori usia belum produktif (0-14 tahun) dan penduduk usia non produktif (65+ tahun).
Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa pada tahun 2012, angka beban
ketergantungan penduduk Kabupaten Bireuen tercatat sebesar 53,35.
Ini bermakna bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif yang ada di Kabupaten
Bireuen, menanggung beban penduduk non produktif sedikitnya
53orang. Begitu juga pada tahun 2013, angka ketergantungan sebesar 53,13. Namun di tahun
2014 sampai dengan 2016 terjadi penurunan besaran persentase angka ketergantungan
penduduk Kabupaten Bireuen menjadi masing-masing sebesar 52,38; 52,22; dan 52,22
meskipun masih tetap pada kisaran 52 orang penduduk non produktif ditangggung beban oleh
100 orang penduduk produktif.
Jumlah penduduk usia produktif semestinya perlu disikapi dengan menempuh
kebijakan yang mengarah pada upaya untuk dapat membuka akses lebih luas bagi masyarakat
untuk berpartisipasi, terlibat dan berperan aktif di semua sektor pembangunan. Penduduk usia
produktif merupakan komponen angkatan kerja yang membutuhkan ketersediaan lapangan
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 103
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
kerja maupun kesempatan dan akses untuk berusaha. Apabila penduduk usia produktif yang
ada tidak terserap sepenuhnya pada lapangan kerja yang tersedia, maka akan menimbulkan
masalah pada jumlah pengangguran beserta sejumlah penyakit sosial. Bahkan terbatasnya
kesempatan kerja tersebut dapat menyebabkan pengalihan potensi sumberdaya manusia yang
ada ke daerah lain, karena pada hakikatnya manusia butuh pekerjaan untuk memperoleh
pendapatan (income) yang dapat mereka gunakan untuk bertahan hidup (survive). Gambaran
terkait hal tersebut dapat dilihat pada tampilan grafik berikut.
Gambar 15. Jumlah Penduduk Kabupaten Bireuen Menurut Kelompok Umur
Tahun 2012–2016
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen, 2016
II.3.2.2.6. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
1. Rata-Rata Jumlah Kelompok binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
LPM merupakan sebuah lembaga yang dibentuk untuk membantu masyarakat dalam
menangani permasalahan yang ada dimasyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya di
Kabupaten Bireuen rata-rata jumlah kelompok binaan LPM dari tahun ke tahun terus
meningkat berikut data dalam bentuk tabel berikut :
2012
20150
20000
40000
60000
0 -4
5 -9
10 -
14
15 -
19
20 -
24
25 -
29
30 -
34
35 -
39
40 -
44
45 -
49
50 -
54
55 -
59
60 -
64
65 -
69
70 -
74
75 +
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 104
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Tabel 2.77. Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
URAIAN
TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah LPM 8 11 13 18 71
Jumlah desa 609 609 609 609 609
Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
(LPM)
1,31 1,81 2,13 2,96 3,45
Sumber : DPMGPKB, 2017
Dari tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2012 di Kabupaten Bireuen
terdapat 8 Kelompok Binaan LPM dari 609 desa atau (1, 31 %), tahun 2013 dari 609 desa
hanya 11 kelompak LPM yang telah dibina (1,81%), tahun 2014 terdapat 13 kelompok LPM
yang telah dibina dari total 609 desa (2,13%), hal ini terus dilakukan peningkatan hingga pada
tahun 2016 telah mencapai 71 kelompok Binaan LPM dari 609 desa (3,45%), data ini
menunjukkan bawah masih rendahnya pembinaan terhadap Lembaga Permasyarakatan di desa
dalam wilayah Kabupaten Bireuen.
2. Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan PKK
PKK merupakan organisasi yang memberdayakan perempuan dalam program kegiatannya
dimana dibentuknya kelompok binaan pada gampong yang terdapat ditiap kecamatannya yang
bertujuan untuk memberdayakan perempuan agar lebih terampil lagi. Berikut rata-rata Jumlah
kelompok binaan PKK di Kabupaten Bireuen
Tabel 2.78.
Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan PKK
URAIAN
TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Kelompok PKK 609 609 609 609 609
Jumlah desa 609 609 609 609 609
Rata-Rata Jumlah Kelompok
Binaan PKK
100 100 100 100 100
Sumber : DPMGPKB, 2017
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 105
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Dari Tabel tersebut diatas dapat digambarkan bahwa : Tahun 2012 – 2016 Jumlah
kelompok Binaan PKK 609 Kelompok dari 609 desa yang ada dalam wilayah Kabupaten
Bireuen atau sudah mencapai 100 % telah dilakukan Pembinaan terhadap Kelompok PKK
yang ada diseluruh desa.
3. Persentase LPM Berprestasi
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat adalah lembaga kemasyarakatan yang tumbuh dari,
dan untuk masyarakat, merupakan wahana partisipasi dan aspirasi masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang bertumpu pada masyarakat.
Adapun tugas dari LPM ini adalah :
1. Menyusun rencana pembangunan yang partisipatif,
2. Menggerakkan swadaya gotong – royong masyarakat, dan
3. Melaksanakan pengendalian pembangunan.
Di Kabupaten Bireuen, jumlah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) tergolong
sedikit. Walaupun persentasenya sangat kecil, LPM di Kabupaten Bireuen mengalami sedikit
peningkatan dalam 3 tahun terakhir. Hal ini ditunjukkan oleh tabel dibawah ini
Tabel 2.79.
LPM Berprestasi
Uraian Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah LPM 8 11 13 18 71
Jumlah LPM
Berprestasi
1 1 2 2 4
Persentase LPM
Berprestasi 0,16 0,16 0,33 0,33 0,66
Sumber : DPMGPKB, 2017
Dari Data tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa LPM yang berpraestasi di Kabupaten
Bireuen sangat rendah jumlahnya yaitu pada tahun 2016 baru tersedia 4 LPM dari 609 desa
atau baru mencapai 0,66%.
4. Persentase PKK Aktif
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 106
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
PKK adalah organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan wanita untuk turut
berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia. Adapun cakupan PKK aktif yang ada di
Kabupaten Bireuen bisa dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.80.
Persentase PKK Aktif
Uraian Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah PKK aktif 80 110 130 160 176
Jumlah Kelompok PKK 609 609 609 609 609
Persentase PKK Aktif 0,15 18,06 21,35 26,27 28,90 Sumber : DPMGPKB, 2017
Dari tabel tersebut terlihat trend kenaikan kelompok PKK aktif rata rata per tahun 18,95 % di
tahun 2016 sudah mencapai 28,90 % (176 PKK aktif) dari target 609 desa . Untuk priode 5
tahun kedepan ( 2017 – 2022), direncanakan kenaikannya mencapai 37 % (225 kelompok
PKK aktif ).
5. Persentase Posyandu Aktif
Jenis UKBM ( Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat ) yang paling memasyarakat
adalah posyandu dengan kegiatan program prioritasnya yaitu perbaikan gizi, imunisasi,
penangganan diare, dan KB.
Di Kabupaten Bireuen, hampir semua desa mempunyai posyandu yaitu sebanyak 609
posyandu dan proposional dengan jumlah desa di Kabupaten Bireuen. Bahkan dari tahun 2014
sampai 2016 terdapat penambahan posyandu sebanyak 18 posyandu. Persentase jumlah
posyandu aktif dalam Kabupaten Bireuen dapat di lihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.81.
Persentase Posyandu Aktif
Uraian
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Posyandu 609 609 6013 620 627
Jumlah desa 609 609 609 609 609
Persentase 100,0 100,0 100,7 101,8 103,0
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 107
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Posyandu Aktif Sumber : DPMGPKB, 2017
Dari tabel tersebut diatas dapat digambarkan bahwa di Kabupaten Bireuen sudah
terbentuk 627 unit Posyandu aktif (103,0% ) yang tersebar di 17 Kecamatan dalam walayah
Kabupaten Bireuen, Pembinaan terus menerus dilakukan oleh instansi terkait agar
pemanfaatan posyandu oleh masyarakat terus meningkat.
II.3.2.2.7. PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
1. Laju Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat
dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per
waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies,
tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan
demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan
penduduk dunia. Pengertian lainnya adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah
tertentu setiap tahunnya. Kegunaannya adalah memprediksi jumlah penduduk suatu wilayah di
masa yang akan datang.
Jumlah penduduk Indonesia yang semakin banyak dari tahun ke tahun tentunya menimbulkan
dampak terhadap kehidupan social ekonomi Indonesia. Beberapa dampak sosial ekonomi yang
ditimbulkan dari banyaknya jumlah penduduk, antara lain:
1. Meningkatnya kebutuhan akan berbagai fasilitas sosial;
2. Meningkatnya persaingan dalam dunia kerja sehingga mempersempit lapangan
dan peluang kerja;
3. Meningkatnya angka pengangguran (bagi mereka yang tidak mampu bersaing)
Adapun usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk
antara lain meliputi hal-hal berikut ini.
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan dan kemudahan dalam menjadi akseptor
Keluarga Berencana.
2. Mempermudah dan meningkatkan pelayanan dalam bidang pendidikan,
sehingga keinginan untuk segera menikah dapat dihambat.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 108
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
3. Meningkatkan wajib belajar pendidikan dasar bagi masyarakat, dari 6 tahun
menjadi 9 tahun.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bireuen sangat tergantung terhadap
kesadaran masyarakat dalam mengikuti Program Keluarga berencana.Dalam hal ini bisa kita
lihat persentase laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bireuen sebagai berikut:
Tabel 2.82.
Laju Pertumbuhan Penduduk
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Persentase Laju Pertumbuhan
Penduduk
- 1,90 % 2,31 % 2,81 % 1,91 %
Sumber : DPMGPKB, 2017
2. Total Fertility Rate (TFR)
Total Fertility Rate adalah jumlah anak yang akan dipunyai seorang wanita selama
masa reproduksinya per 1000 wanita. Asumsi yang digunakan yaitu tidak ada seorang
perempuan pun yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya dan tingkat fertilitas
menurut umur tidak berubah pada periode waktu pengukuran.
Sudah saatnya, pemerintah kembali meningkatkan perhatian pada Keluarga Berencana.
Perbedaan dengan program pada 1970-an adalah bahwa program saat ini harus tidak berfokus
pada penurunan angka kelahiran. Sebab, angka kelahiran di Indonesia telah rendah.
Masyarakat sudah ingin membatasi kelahiran mereka. Alat kontrasepsi kini telah menjadi
salah satu kebutuhan dasar penduduk Indonesia.
Dalam hal ini bisa kita lihat angka kelahiran total di Kabupaten Bireuen sebagai berikut:
Tabel 2.83.
Total Fertility Rate (TFR)
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Total Fertility Rate (TFR) 2,60% 0,00 % 0,00% 2,29% 2.34%
Sumber : DPMGPKB, 2017
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 109
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
3. Rata – rata Jumlah anak Per Keluarga
Berdasarkan Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Aceh tahun 2012, untuk
Kabupaten Bireuen jumlah penduduk diketahui sebanyak 398.201 jiwa. Dari Profil Dinas
Kesehatan Kabupaten Bireuen tahun 2013, diketahui angka kelahiran hidup sebanyak 7714
jiwa. Kabupaten Bireuen memiliki 18 kecamatan yang salah satunya adalah Kecamatan
Samalanga.
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, diketahui bahwa Kecamatan
Samalanga sebagai kecamatan dengan jumlah angka kelahiran terbanyak di Kabupaten
Bireuen. Menurut hasil pencatatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen, jumlah angka
kelahiran hidup adalah 679 jiwa. Terdapat 3907 wanita ≥ 45 tahun dengan jumlah anak yang
dimiliki setiap kepala keluarga adalah 4 sampai 8 orang anak. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan terhadap 10 orang responden yang ada di Kecamatan Samalanga diperoleh hasil
bahwa mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Samalanga mayoritas (80%) adalah petani.
Namun kebanyakan dari mereka adalah petani yang tidak memiliki lahan sendiri melainkan
menyewa dari pemilik tanah, akibatnya dari segi pendapatan dapat dikatakan sangat rendah.
Hal ini diketahui dari jawaban responden yaitu sebanyak 60% reponden yang menyatakan
bahwa hasil pendapatan dari pekerjaan mereka tidak sepenuhnya dapat digunakan untuk
kebutuhan keluarga, melainkan harus disisakan untuk membayar sewa tanah atau tambak yang
mereka pakai. Selanjutnya terdapat 70% responden yang menyatakan bahwa anak bisa
membantu mereka dan merawat mereka dihari tua, serta anak juga bisa membantu pekerjaan
mereka, misalnya setelah anaknya pulang dari sekolah, sehingga menurut mereka, anak dapat
membantu mengurangi beban keluarga dan dapat dijadikan sumber investasi dihari tua.
Pada survei diketahui juga bahwa 80% responden menginginkan anak lebih dari dua.
Fakta tersebut sekaligus membuktikan pula bahwa belum terlaksana dengan baik program
Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Samalanga, karena 60% reponden menyatakan tidak
mengikuti program KB dengan alasan tidak cocok dan tidak diizinkan suami, serta terdapat
50% responden yang menyatakan jika belum memiliki anak laki-laki ataupun anak perempuan
keluarga terasa belum lengkap. Ketika ditanya pendapatnya apakah setuju jika banyak anak
banyak rezeki, terdapat 50% responden yang menjawab setuju, karena menurut mereka ketika
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 110
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
hanya memiliki 1 dan 2 anak saja, rezeki mereka tidak seperti sekarang, namun setelah
memiliki 5 anak rezeki mereka lebih banyak dari sebelumnya.
Tabel 2.84.
Rata-Rata Jumlah Anak per Keluarga
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Rata – rata Jumlah
Anak per keluarga
2 Org 2 Org 2 Org 2 Org 2 Org
Sumber : DPMGPKB, 2017
Dari Data tersebut , rata-rata anak per keluarga secara Kabupaten adalah 2 orang
4. Rasio Akseptor KB
Rasio akseptor KB adalah jumlah akseptor KB dalam periode 1 (satu) tahun per 1000
pasangan usia subur pada tahun yang sama. Besarnya angka partisipasi KB (akseptor)
menunjukkan adanya pengendalian jumlah penduduk. Data rasio akseptor KB merupakan
jumlah akseptor KB yang tediri dari akseptor KB laki - laki dan akseptor KB perempuan.
Tabel 2.85.
Rasio Akseptor KB
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah PUS 70.824 64.527 67.780 70.689, 75.792,
Jumlah PA 62.561 47.541 55.652 57.969 65.303
Rasio Akseptor KB
1: 1,13 1:1,36 1:1,22 1:1,22 1:1,16
Sumber : DPMGPKB, 2017
5. Cakupan pasangan usia subur (PUS) yang istrinya di bawah 20 tahun
Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami istri yang usia istrinya antara 15 – 49 tahun
yang kemudian dibagi menjadi 3 (tiga ) kelompok yakni; dibawah usia 20 tahun, antara 20 35
tahun dan usia diatas 35 tahun. Berdasarkan pertimbangan fisik dan mental usia terbaik
melahirkan adalah antara 20 35 tahun, sehingga sangat dianjurkan bagi setiap wanita dapat
menikah diatas 20 tahun.
Dengan demikian yang dimaksud Pasangan Usia Subur (PUS) yang isterinya di bawah
usia 20 tahun adalah suatu keadaan pasangan suami istri yang isterinya masih di bawah usia
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 111
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
20 tahun yang dapat menyebabkan resiko tinggi bagi seorang ibu yang melahirkan dan anak
yang dilahirkan. Untuk mengukur dampak hasil suatu daerah dalam Pelayanan Komunikasi
Informasi dan Edukasi pendewasan usia kawin.
Berikut data kondisi Kabupaten Bireuen tentangCakupan pasangan usia subur
(PUS) yang istrinya di bawah 20 tahun,
Tabel 2.86.
Cakupan pasangan usia subur (PUS) yang istrinya di bawah 20 tahun
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan pasangan usia
subur (PUS) yang istrinya
di bawah 20 tahun
729
PUS
711 PUS 1.230
PUS
216
PUS
-
Sumber : DPMGPKB, 2017
II.3.2.2.8. PERHUBUNGAN
Keberadaan sarana dan prasarana transportasi dinilai cukup penting dalam menunjang
berbagai aktifitas kehidupan masyarakat sehari-hari. Gambaran kondisi dan keadaan fasilitas
transportasi angkutan umum di Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.87.
Arus Penumpang Angkutan Umum & Prasarana Transportasi
Kabupaten Bireuen Tahun 2012-2016
Uraian Satuan 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Penumpang
AngkutanDarat
Orang 43783 43901 44125 44550 45268
JumlahAngkutan Darat Unit 431 464 697 915 1083
Ras i o Persen 1 : 101 1 : 94 1 : 63 1 : 48 1 : 41
Jumlah Terminal Bis Unit 4 4 5 5 5
Jumlah Pelabuhan Laut Unit - - - - -
Sumber : Dishub Kab. Bireuen, 2017
Tabel diatas menunjukkan gambaran bahwa secara keseluruhan ketersediaan sarana
dan fasilitas transportasi angkutan umum di Kabupaten Bireuen selama ini dinilai sudah cukup
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 112
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
memadai. Keberadaan fasilitas transportasi angkutan umum tersebut tentunya bersinergi serta
saling mendukung dengan posisi dan letak geografis wilayah Kabupaten Bireuen yang berada
di jalur perlintasan jalan negara Lintas Sumatera, dimana terdapat sejumlah angkutan
penumpang umum, yang meskipun bukan tercatat sebagai armada/kendaraan yang berbasis di
daerah ini, namun lintasan trayek yang mereka lalui melewati wilayah Kabupaten Bireuen,
sehingga tentu dapat senantiasa dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkan sarana
transportasi.
II.3.2.2.9. KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Untuk saat ini cakupan pengembangan dan pemberdayaan kelompok informasi
masyarakat di tingkat kecamatan baru berjalan di Kecamatan Peulimbang yang dibina oleh
Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kabupaten Bireuen dengan tujuan sebagai
wahana informasi dan komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah atau sebaliknya,
sebagai mitra dialog dengan pemerintah dalam merumuskan kebijakan publik dan sebagai
sarana peningkatan pemberdayaan masyarakat dibidang informasi.
Cakupan layanan telekomunikasi di Kabupaten Bireuen untuk wilayah permukiman
masyarakat baik perkotaan maupun perdesaan sudah seluruhnya terlayani. Sedangkan
dibeberapa wilayah perkebunan, pegunungan/dataran tinggi dan hutan yang berada jauh dari
permukiman, jangkauan layanan masih minim, mengingat tidak banyak penggunaan layanan
telekomunikasi ditempat-tempat tersebut.Jumlah tower komunikasi sebanyak 161 unit yang
tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bireuen. Berikut adalah jumlah dan letak lokasi unit
tower telekomunikasi di Kabupaten Bireuen
Tabel 2.88.
Jumlah dan Lokasi Unit Tower Telekomunikasi di Kabupaten Bireuen
NO LOKASI TOWER (UNIT)
1 Kecamatan Kota Juang 21
2 Kecamatan Jeumpa 12
3 Kecamatan Juli 14
4 Kecamatan Kuala 6
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 113
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
5 Kecamatan Jangka 7
6 Kecamatan Peusangan 16
7 Kecamatan Psg. Selatan 5
8 Kecamatan Psg. Siblah Krueng 4
9 Kecamatan Kuta Blang 10
10 Kecamatan Makmur 5
11 Kecamatan Gandapura 11
12 Kecamatan Peudada 13
13 Kecamatan Peulimbang 5
14 Kecamatan Jeunieb 10
15 Kecamatan Pandrah 3
16 Kecamatan Simpang Mamplam 7
17 Kecamatan Samalanga 13
JUMLAH 161
Sumber : Dinas Kominfo Kab. Bireuen, 2017
Berdasarkan perintah Pasal 232 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, telah mengeluarkan Peraturan Nomor 18 Tahun 2016 tentang
perangkat daerah menyebutkan Pembetukan dan susunan perangkat daerah ditetapkan dengan
perda. Berdasarkan perintah tersebut di Kabupaten Bireuen telah dikeluarkan Qanun
Kabupaten Bireuen Nomor 3 Tahun 2016 tentang pembetukan dan susunan perangkat daerah
Kabupaten, dalam Qanun tersebut ada dinas yang dileburkan da nada dinas yang digabungkan.
Sejumlah dinas yang dileburkan adalah dinas pemuda olah raga dan pariwisata disatukan
dengan dinas pendidikan. Selanjutnya dinas pengairan dan dinas pasar dan kebersihan melebur
dalam dinas perhubungan. Ini berasal dari dinas perhubungan dan Infokom yang dileburkan.
Serta ada beberapa dinas lainnya yang dinilai serumpun oleh aturan . Dalam Pasal 3 huruf c
butir 10 menyatakan dinas komunkasi informatika dan persandian, Tipe B menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang komunikasi dan informatiaka, bidang persandian dan bidang
statistik.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 114
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
II.3.3.10. KOPERASI, USAHA KECIL, DAN MENENGAH
Peran masyarakat pelaku dunia usaha atau swasta, khususnya usaha mikro, kecil,
menengah dan koperasi sebagai penggerak roda perekonomian di Indonesia secara
keseluruhan haruslah diakui masih cukup tangguh, terutama dalam menghadapi terpaan
berbagai krisis yang melanda selama ini. Kondisi tersebut pula yang mendorong pemerintah,
termasuk pemerintah Kabupaten Bireuen dalam hal ini, perlu terus memberikan perhatian bagi
pengembangan sektor UMKM yang ada di daerah ini, termasuk dalam kaitannya dengan
upaya memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat daerah ini sendiri. Namun demikian
tentunya upaya tersebut tidaklah senantiasa dapat berjalan dengan mudah tanpa hambatan
apapun. Gambaran terkait keberadaan koperasi dan UMKM di Kabupaten Bireuen selama ini
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.89.
Jumlah Koperasi dan UKM Kabupaten BireuenTahun 2013-2016
Uraian Satuan 2013 2014 2015 2016
Jumlah Koperasi Aktif Unit 158 165 180 189
Jumlah Koperasi Unit 392 396 402 309
Rasio Koperasi Aktif Persen 40,3 41,6 44,7 61,6
Jumlah Usaha Mikro & Kecil Unit 854 1017 1019 6400
Sumber : Dinas Penanaman Modal, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kab. Bireun, 2017
Tabel di atas menggambarkan bahwa secara umum keberadaan koperasi di Kabupaten
Bireuen selama ini masih perlu mendapat perhatian serius semua pihak, terutama instansi
pemerintah daerah terkait dalam hal ini.Pada tahun 2013, jumlah koperasi yang terdapat di
Kabupaten Bireuen sebanyak 392 koperasi, sampai dengan 2016, jumlah koperasi ini
berkurang menjadi 309 unit koperasi. Dilihat dari jumlahnya, koperasi yang terdapat di
Kabupaten Bireuen menurun jumlahnya, tetapi jumlah koperasi yang aktif semakin bertambah.
Hal ini memperlihatkan bahwa, sejalan dengan waktu, masyarakat Kabupaten Bireuen secara
perlahan mengaktifkan kembali fungsi dan operasi dari unit koperasi yang telah berjalan
sebelumnya.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 115
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Namun tidak demikian halnya dengan gambaran perkembangan jumlah usaha mikro
dan kecil yang terdapat di Kabupaten Bireuen dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.
Terlihat peningkatan jumlah usaha mikro dan kecil yang cukup tajam di Kabupaten Bireuen,
dari 854 unit di tahun 2013 menjadi sebanyak 6.400 unit usaha mikro dan kecil di tahun
2016.Fenomena tersebut kiranya dinilai sejalan dengan tren peningkatan dominasi kontribusi
sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bireun dalam
beberapa tahun terakhir, dimana komposisi usaha perdagangan pada kelompok skala usaha
mikro dan kecil memang cukup mendominasi. Untuk itu diperlukan perhatian dan upaya yang
lebih focusdan terarah dalam melakukan pembinaan terkait pengembangan usaha mikro dan
kecil, karena kontribusikelompok usaha mikro dan kecil selama ini memang telah teruji cukup
tangguh dalam menghadapi terpaan krisis,sehingga terus dapat menjadi pilar utama yang
menyangga perekonomian daerah di masa mendatang.
II.3.2.2.11. PENANAMAN MODAL
Peran keberadaan modal dalam negeri maupun modal asing merupakan dimensi atau
bagian penting dari pelaksanaan pembangunan suatu daerah. Kehadiran investor kiranya
memang akan sangat dipengaruhi oleh kondisi dan situasi internal daerah tersebut, seperti
stabilitas ekonomi, politik, penegakan hukum maupun sejumlah aspek lingkungan lainnya.
Investasi dimaksud tentunya diharapkan dapat berdampak positif bagi perkembangan
perekonomian daerah, terutama dalam mendorong daya beli masyarakat sebagai dampak dari
peningkatan jumlah serapan tenaga kerja di sejumlah investasi usaha tersebut. Data yang
berupaya dikumpulkan terkait jumlah investasi yang ada di Kabupaten Bireuen dalam
beberapa tahun terakhir, kiranya belum dapat memberikan gambaran yang cukup
menggembirakan bagi semua pihak. Ke depan, kiranya perlu dipikirkan langkah-langkah
maupun kebijakan terkait dengan upaya untuk mendorong peningkatan jumlah dan besaran
nilai investasi di Kabupaten Bireuen, terutama bagi investasi yang berasal dari luar daerah
bahkan luar negeri, agar dari semua itu nantinya akan lebih memperluas kesempatan dan
peluang kerja bagi masyarakat daerah ini, yang pada akhirnya juga akan mendorong
percepatan pertumbuhan ekonomi dan keberhasilan pembangunan secara keseluruhan.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 116
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Tabel 2.90.
Jumlah Investor Berskala Nasional (PMDN/PMA) Pada Tahun 2016
di Kabupaten Bireuen
No Uraian Jumlah investor
1 Jumlah Investor
Berkala Nasional
(PMDN/PMA)
Jumlah Investor Berkala Nasional (PMDN/5)
1 PT. Suryawindu Pertiwi
2 PT. Takabeya Perkasa Group
4 Blang Keutumba
5 Buana Aceh Sejahtera (BAS)
6 PT. Akmal Abadi
7 PT. Alif Putra Mandiri
8 MITANA
9 PT. Cipta Karya Aceh
10 PT. Nahla Sampurna
10 PT. Kreung Meuh
2 Jumlah Nilai Investasi
Berkala Nasional
(PMDN/PMA)
Jumlah Nilai Investasi Berkala Nasional (PMDN/PMA) RP
.70.964.363.798,-
3 Rasio Daya Tenaga
Kerja
Jumlah Tenaga Kerja bekerja pada perusahaan 938 orang
4 Menaikan/ Penurunan
Nilai Realisasi PMDN
( Miliar Rupiah)
Realisasi PMDN tahun evaluasi tahun evaluasi - realisasi PMDN
tahun sebelumnya realisasi Rp. 70.964.363.798,-
Sumber : Dinas Penanaman Modal, Perdagangan, Koperasi, dan UKM, Tahun 2017
II.3.2.2.12. KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
Di bidang olah raga, Kabupaten Bireuen mengalami cukup banyak kemajuan, terutama
di cabang sepak bola yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat daerah ini sehari-
hari. Beberapa permasalahan yang penting dan perlu diatasi dalam upaya peningkatan dan
pengembangan prestasi olah raga di masa mendatang adalah masih terbatasnya keberadaaan
sarana dan prasarana olah raga yang dapat di manfaatkan oleh masyarakat. Selain itu
rendahnya partisipasi masyarakat di bidang olahraga, upaya pembinaan dan penjaringan bibit
atlet cabang olahraga prestasi yang belum optimal, manajemen olahraga yang belum
profesional, serta masih rendahnya bentuk pengakuan dan penghargaan bagi atlet berprestasi.
Tabel 2.91.
Perkembangan Seni, Budaya dan Olah Raga di Kabupaten Bireuen
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 117
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
CAPAIAN PEMBANGUNAN 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Grup Kesenian 12 110 81 89 107
Jumlah Gedung Kesenian - - - - -
Jumlah Cabang Olah Raga 28 30 18 30 32
Jumlah Gedung Olah Raga 1 1 1 1 1
Sumber : Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olahraga 2017
II.3.2.2.13. PERSANDIAN
Persandian merupakan bidang urusan pengamanan informasi rahasia yang dilaksanakan
dengan menerapkan konsep, teori, dan ilmu pendukung lainnya secara sistematis, metodologis, dan
konsisten serta terikat pada etika profesi sandi. Dalam Pemerintahan Kabupaten Bireuen,
persandian berada di bawah Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian, tetapi hingga saat
ini bidang urusan persandian belum melaksanakan program dan kegiataan yang terkait dengan
persandian mengingat tingkat kepentingan dan kebijakan anggaran sehingga urusan bidang
persandian ini terlihat tidak aktif.
II.3.2.2.14. KEBUDAYAAN
Kabupaten Bireuen merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki keanekaragaman
budaya serta potensi alam yang subur dan indah. Penduduknya yang relatif heterogen telah
melahirkan budaya yang beraneka ragam. Penguatan budaya daerah yang dilandasi nilai-nilai
ajaran Islam perlu terus didorong dan dilaksanakan secara berkelanjutan di Kabupaten
Bireuen. Untuk kedepannya masih diperlukan upaya untuk menggali dan melestarikan serta
mengembangkan adat, budaya dan kearifan lokal yang sesuai dengan syariat Islam.
Tabel 2.92.
Perkembangan Seni, Budaya di Kabupaten Bireuen
CAPAIAN PEMBANGUNAN 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Grup Kesenian 12 110 81 89 107
Jumlah Gedung Kesenian - - - - -
Sumber : Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olahraga 2017
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 118
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
II.3.2.2.15. PERPUSTAKAAN
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007. Pemerintah
Republik Indonesia menetapkan bahwa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat mengembangkan potensi
masyarakat agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional.
Salah satu upaya untuk memajukan kebudayaan nasional, perpustakaan merupakan
wahana pelestarian kekayaan budaya bangsa; ditumbuhkan budaya gemar membaca melalui
pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan sebagai sumber informasi dan pusat sumber
belajar bagi masyarakat.
Pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan sebagai pusat sumber
belajarmasyarakat akan lebih dirasakan manfaatnya bila pelayanan yang diberikan
optimalsehingga memberikan kepuasan kepada pemustaka.Sebagaimana terdapat dalam
KeputusanMen.PAN No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum
PenyelenggaraanPelayanan Publik yang menjadi acuan bagi seluruh penyelenggara pelayanan
publikdalam pengaturan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan publik sesuai
kewenangannyadengan tujuan untuk mendorong terwujudnya penyelenggaraan pelayanan
publik yangprima dalam arti memenuhi harapan dan kebutuhan, baik pemberi maupun
penerimapelayanan.Sejalan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor:PER/20/M/AN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan
Publikmenjelaskan bahwa standar pelayanan publik adalah suatu tolok ukur yang
dipergunakansebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas
pelayanansebagai komitmen atau janji dari penyelenggara pelayanan kepada masyarakat
untukmemberikan pelayanan yang berkualitas.
Atas dasar peraturan pemerintah tersebut maka pemerintah Kabupaten Bireuen
tahun 2012 telah membentuk bagian perpustakaan sebagai wahana pelestarian kebudayaa,
mendukung pelayanan pendidikan dan menyampaikan informasi melalui perpustakaan.
Menyingkapi perkembangan informasi dan budaya pelestarian budaya maka pemerintah
Kabupaten Bireuen meningkatkan status bagian perpustakaan menjadi kantor pada tahun 2015
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 119
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
dan menjadi Dinas Perpustakaan dan Arsip pada tahun 2017. Peningkatan status organisasi
tersebut tidak telepas dari meningkatnya budaya baca dalam masyarakat dan kepentingan arsip
daerah yang harus didokumentasikan.
Sejak ditetapkan Bireuen sebagai kabupaten Literasi membuat budaya baca di
kalangan masyarakat terutama pelajar menjadi semakin meningkat. Hal yang dinilai sangat
baik dan akan berdampak positif kedepannya telah menjadikan kabupaten Bireuen sebagai
salah salah satu Kabupaten Literasi dengan Katagori terbaik. Atas prestasi tersebut, pada
tanggal 20 Maret 2017, kabupaten Bireuen berhasil memperoleh Anugerah Literasi Prioritas
bersama 18 kabupaten lainnya dari kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Prestasi ini
harus tetap dipertahankan dengan cara pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran baik di
sekolah-sekolah maupun gedung perpustakaan umum yang selama ini telah menjadi pusat
informasi bagi semua kalangan mulai dari anak-anak, pelajar, mahasiswa hingga orang dewasa
yang membutuhkan inormasi. Budaya baca juga akan dapat menjadi salah satu penentu
kualitas dari Sumber Daya Manusia.
Mengingat besarnya peran dan fungsi perpustakaan sebagai pusat informasi, Dinas
Perpustakaan dan Arsip kabupaten Bireuen terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan
mereka kepada masyarakat. Yang menjadi persoalan saat ini Saranadan prasarana dibidang
perpustakaan yang belum representatif untuk memfasilitasi pengunjung perpustakaan menurut
katagori umur maupun sumber bacaan. Seperti ruang anak yang tidak mampu menampung
jumlah kunjungan lebih dari 20 orang. Sementara minat dan jumlah kunjungan terbanyak
berada di ruang anak. Buku-buku anak juga masih perlu penambahan mengingatnya besarnya
minat anak untuk mendapatkan sesuatu yang baru terutama yang berkaitan dengan budaya.
Begitu juga sara dan prasarana ruang baca anak. Begitu juga ruang pengolahan yang belum
memenuhi standar kelayakan pengolahan.
Pengunjung perpustakaan didominasi oleh pelajar, mahasiswa dan anak-anak yang
berada di sekitar ibu Kota Kabupaten, dengan jumlah anggota perpustakaan 466
anggota.Minat baca masyarakat terlihat bertambah dari data kunjungan perpustakaan.Untuk
pengunjung anak-anak terkadang melebih daya tampung ruangan sehingga untuk
memfasilitasi kunjungan bidang perpustakaan terus mengelola kesiapan ruangan dan petugas
pendamping.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 120
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Adapun jumlah pengunjung perhari rata-rata 76 orang dan setahun yang meminjam
dan membaca buku di perpustakan kabupaten sebagaimana terlihat dalam tabel berikut
berikut:
Tabel 2.93.
Jumlah Pengunjung dan Kartu/Anggota Perpustakaan di Kabupaten Bireuen
No Tahun
1 2014 16.699 Orang 18 Orang
2 2015 1.003 Orang 10003 Orang
3 2016 10.908 Orang 516 Orang
4 2017 28.610 Orang Orang
Jlh. Pengunjung Jumlah anggota
Sumber : Kantor Perpustakaan dan Kearsipan, 2017
Untuk memotivasi minat baca penataan ruangan dan jumlah koleksi buku perlu terus
ditingkatkan. Sehingga target kunjungan yang ingin dipacu pada usia anak-anak dan orang tua
dapat tercapai.
Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan perpustakaan di lokasi terpencil pemerintah
Kabupaten Bireuen memberikan layanan perpustakaan bergerak melalui motor dan mobil
perpustakaan keliling.Mobil pustaka tersebut mengunjungi sekolah, dayah dan gampong-
gampong yang untuk memacu minat baca masyarakat dengan beragam koleksi buku. Lokasi
tersebut tersebar dalam 14 kecamatan, sedangkan 3 kecamatan lainnya yaitu Kota Juang,
Kecamatan Kuala dan Kecamatan Jeumpa dikunjungi oleh motor pintar. . Sedangkan Motor
pintar melakukan kunjungan ke SD/MI dengan jumlah yang sama pula yaitu 75 lokasi, total
keseluruhan 174 lokasi. Dengan Jumlah koleksi buku di MobilPustaka Keliling terdiri dari 368
Eksemplar dan motor pintar 312 Eksemplar.
II.3.2.2.16. KEARSIPAN
Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan,
pengertian mengenai arsip atau kintaka adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam
berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan,
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 121
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam
pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Arsip sangat berbeda dengan bahan pustaka yang terdapat dalam perpustakaan. Arsip
mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan bahan pustaka diantaranya adalah arsip harus
autentik dan terpercaya sebagai alat bukti yang sah, informasinya utuh, dan berdasarkan asas
asal usul (principle of provenance) dan aturan asli (principle oforiginal order). Arsip terdiri
dari 2 jenis, antara lain:
a. Arsip Konvensional; contoh: arsip kertas
b. Arsip Media Baru; contoh: arsip micro film, kaset dll.
Arsip pemerintah di Kabupaten Bireuen selama ini sudah mulai dikelola secara lebih baik.
Hal ini tidak terlepas dari pembinaan dan arahan yang dilakukan oleh bagaian arsip yang ada
di Dinas Perpustakaan dan Arsip. Namun peningkatan masih sangat dibutuhkan dimana dinas
yang telah mengelola arsip secara benar sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal masih
sangat minim, hanya sekitar 10 persen. Disamping itu petugas yang menguasai cara
pengelolaan arsip sesuai standar juga masih sangat kurang dan perlu mendapat keahlian
khusus tentang kearsipan. Berangkat dari persoalan yang ada saat ini, dibutuhkan perhatian
terhadap pembinaan terhadap pengelolaan arsip di dinas-dinas dan peningkatatan kualifikasi
arsiparis serta peningkatan sarana dan prasaran kearsipan guna pningkatan pelayanan terhadap
kearsipan.
II.3.3. FOKUS LAYANAN URUSAN PILIHAN
II.3.3.1. PARIWISATA
Sektor pariwisata juga merupakan salah satu potensi sumber daya yang terdapat di
daerah Kabupaten Bireuen. Terdapat sejumlah obyek wisata yang jika dikembangkan dan
dikelola dengan baik, secara ekonomis juga dapatbermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat, maupunsebagai sumber pemasukan bagi pendapatan daerah. Sejumlah lokasi
obyek wisata di wilayah Kabupaten Bireuen adalah sebagai berikut :
Tabel 2.94.
Lokasi Objek Wisatadi Kabupaten Bireuen Tahun 2008-2011
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 122
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Lokasi/Kecamatan Nama Obyek Wisata
Samalanga 1. Pemandian Kr. Batee Iliek
2. Makam Pocut Di Tanjung
3. Makam Tun Sri Lanang
Sp. Mamplam 1. Makam Syuhada 8
2. Pemandian Peueneuleut Baroh
3. Pantai Ujong Kareung
Jeunib Makam Syuhada 44
Jeumpa 1. Makam Raja Jeumpa
2. Paya Jagat
3. Pantai Kuala Jeumpa
Kuala 1. Pantai Ujong Blang
2. Pantai Krueng Juli Timu
3. Pantai Kuala Raja
4. Pantai Krueng Juli Barat
Pandrah Pantai Ujong Bate
Juli 1. Pemandian Krueng Simpo
2. Cot Panglima
Peusangan Sb. Krueng Pemandian Pante Lhong
Gandapura Pemandian Blang Rhee
Kuta Blang 1. Makam Tgk. Chik Di Manyang
2. Makam Tgk. Chik Malem
3. Tugu Kuta Hom
Kota Juang Tugu Kota Juang
Sumber : RTRW
Untuk urusan pariwisata belum terkelola dengan baik sehingga lemahnya data yang
dimiliki baik data kunjungan wisata, lamanya kunjungan wisata maupun PAD sektor
pariwisata belum dapat tersajikan agar menjadi perhatian penataan dan pengelolaan sektor
pariwisata pada tahun-tahun mendatang.
II.3.3.2. PERTANIAN
Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan
Kabupaten Bireuen.Hal ini didukung dengan kondisi geografis yang sebagian besar
wilayahnya merupakan wilayah agraris. Lapangan usaha ini pada tahun 2016 mampu
menyerap 90.767 orang tenaga kerja dan dapat menyumbang 33,91% PDRB Kabupaten
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 123
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Bireuen atau sekitar 3,65 trilyun. Nominal ini disumbang oleh sub sektor; tanaman pangan dan
hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, jasa pertanian dan perburuan, kehutanan dan
penebangan kayu, serta perikanan.
1. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bireuen dari tahun 2012 - 2016
terus mengalami peningkatan sejalan dengan upaya pemerintah dan masyarakat terus bahu
membahu membenahi pembangunan di kabupaten ini. Sharenya sebagaimana data dari tabel
berikut:
Tabel 2.95. Kontribusi Sektor Pertanian
Terhadap PDRB di Kabupaten Bireuen Tahun 2012-2016 Lapangan Usaha Tahun
2012 2013 2014 2015 2016*
(juta
rupiah)
(%) (juta
rupiah)
(%) (juta rupiah) (%) (juta
rupiah)
(%) (juta
rupiah)
(%)
Pertanian 2.518.474,40 34,12 2.584.308,40 34,19 2.566.955,10 33,80 2.664.514,90 34,23 2.731.052,00 33,90
1. Pertanian,
Peternakan,
Perkebunan dan Jasa
Pertaniaan
1.755.918,0 23,61 1.819.754,1 24,00 1.790.811,9 23,72 1.889.067,2 24,30 1.941.272,5 24,06
- Tanaman Pangan
dan Hortikultura
931638,7 12,89 991186,3 13,51 959.856,9 13,18 1.023.982,6 13,78 1.044.655,5 13,38
- Tanaman
Perkebunan
279932 3,68 293143,1 3,75 306.263,2 3,89 324.449,1 3,85 342.099,5 3,98
- Peternakan 433570,3 5,55 421370 5,26 412.581,0 5,27 422.310,4 5,27 427.519,0 5,28
- Jasa Pertanian dan
Perburuan
110777 1,49 114054,7 1,48 112.110,8 1,38 118.325,1 1,40 126.998,5 1,42
2. Kehutanan dan
Penebangan Kayu
83380,3 1,06 83952 1,00 87.723,0 0,99 86.591,4 0,96 88.094,4 0,97
3. Perikanan 679176,1 9,45 680602,3 9,19 688.420,2 9, 09 688.856,3 8,97 701.685,1 8,87
Sumber : Dinas Pertanian, 2017
Berdasarkan tabel diatas rata-rata kontribusi subsektor; tanaman pangan dan hortikultura
adalah 13,35%, tanaman perkebunan adalah 3,83%, peternakan adalah 5,33%, jasa pertanian
dan perburuan 1,43%, kehutanan dan penebangan kayu 1%, serta perikanan 9,11%.
Capaian PDRB sektor perkebunan tanaman keras relatif kecil karena dari 4komoditas
utama, yaitu : Kelapa, Kakao,Karet, dan pinang, peningkatannya belum signifikan.Disisilain
harga komoditas perkebunan tanaman keras dipengaruhi harga di pasaran dunia yang
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 124
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
fluktuatif, sehingga mempengaruhi budidaya perkebunan tanaman keras di tingkatdomestik.
Kondisi ini menyebabkan masyarakat cendrung memilih menanam tanaman semusim seperti
pepaya, tebu, dan pisang yang lebih prospektif dan lebih elastis di pasaran domestik.Kondisi
tanaman keras pada perkebunan masih didominasi tanaman yang rusak/tua (TT/TR) dan
Tanaman belum menghasilkan (TBM).Upaya peremajaan sebagian telah dilakukan namun
belum maksimal produksinya.Pola tanam yang dilakukan para pekebun belum sepenuhnya
intensif, masih bersifat usaha sampingan akibat dihadapkan pada keterbatasan modal dan
peralatan usaha tani. Kesemua ini berimplikasi pada rendahnya produkstivitas yang dicapai
pada saat panen.
Tabel 2.96. Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Utama
di Kabupaten Bireuen Tahun Kelapa Dalam Kakao Karet Pinang
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Kg/Ha)
2012 15.997 1.292 3.882 990 1.011 1.062 11.665 1.646
2013 13.510 1.100 2.540 675 1.057 1.330 11.272 1.620
2014 13.513 1.100 2.438 650 895 900 11.136 1.606
2015 13.411 1.100 2.685 656 969 913 11.447 1.610
2016 13.684 1.100 2.747 650 1.082 900 11.208 1.605
Sumber : Dinas Pertanian, 2017
Sub sektor peternakan juga memiliki andil dalam meningkatkan PDRB Sektor Pertanian
Kabupaten Bireuen dengan rata-rata kontribusinya 5,33% atau sekitar empat ratusan milyar
yang diperoleh melalui usaha peternakan ternak besar, ternak kecil dan unggas, walau masih
sebagai usaha sampingan. Potensi peternakan Kabupaten Bireuen sangat prospektif karna
didukung oleh sumber daya alam, sumber daya lahan dan sumber daya manusia yang sangat
menjanjikan. Perkembangannya sudah mulai maju, dalam peningkatan populasi telah
menggunakan teknologi Inseminasi Buatan (IB), untuk intensifikasi telah dilaksanan sistem
integrasi ternak – tanaman, pemanfaatan bio gas juga telah mulai dilkasanakan, industri pakan
ternak skala kecil juga telah ada dan berSNI, namun dalam meningkatkan produksinya sarana
prasarananya masih jauh dari memadai, teknologi pasca panen untuk pengolahan hasil masih
belum berjalan, sehingga nilai tambah petani masih sangat rendah.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 125
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Tabel 2.97. Sarana-Prasarana pendukung Usaha Peternakan Kabupaten Bireuen
Tahun Padang
Penggembalaan
Jumlah
Pos IB
(Unit)
Jumlah
PUSKESWAN
(Unit)
Jumlah
RPH
(Unit)
Jumlah
TPU
(Unit)
Jumlah Pasar Ternak
(Unit)
Jumlah Pasar Daging
(Unit)
Luas
(Ha)
Produksi
(Ton)
Ternak
Besar &
Kecil
Unggas Ternak
Besar &
Kecil
Unggas
2012 2.243 2.686 - 5 2 2 6 - 2 -
2013 2.243 2.686 - 7 2 2 6 6 2 2
2014 2.373 3.517 - 7 2 2 6 6 2 2
2015 1.685 3.253 8 8 2 2 7 6 2 4
2016 2.131 2.836 8 8 3 6 7 6 2 16
Sumber : Dinas Pertanian, 2017
Potensi sub sektor peternakan yang lazim diusahakan masyarakat di daerah ini adalah
sapi, kerbau, kambing, domba, ayam buras, ayam ras petelur, itik dan ayam ras pedaging,
dengan populasinya sebagaimana diperlihatkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.98.
Populasi Ternak di Kabupaten Bireuen Tahun Ternak Besar (ekor) Ternak Kecil (ekor) Unggas (ekor)
Sapi Kerbau Kambing Domba Ayam Itik 2012 58.825 3.406 37.215 20.794 766.714 376.784
2013 51.166 2.704 30.017 23.399 929.011 267.549
2014 56.422 4.124 39.926 21.492 1.183.564 190.028
2015 61.442 4.180 39.622 24.048 918.377 301.371
2016 53.057 2.640 32.200 21.733 974.498 303.752
Sumber : Dinas Pertanian, 2017
Sekalipun nilai kontribusi pertanian jauh lebih tinggi dari sektor lainnya namun pada
kenyataannya cendrung monoton dan melambat akibat berkembangnya sektor non pertanian
yang memanfaatkan lahan pertanian dan pergeseran tingkat strata sosial dengan pola pikir
anak petani jangan jadi petani lagi.Situasi ini menggambarkan bahwa dalam jangka panjang
dominasi kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bireuen semakin berkurang
dan akan bergeser ke sektor lain, terutama pada sektor industri pengolahan, perdagangan,
bangunan/perumahan, serta sektor jasa lainnya. Hal ini sebuah keniscayaan pola pertumbuhan
ekonomi yang bersifat progressive yang tidak konservatif pada sektor pertanian agraris.
Namun demikian sektor pertanian tetap harus dipacu pada aspek off farmnya dan mendorong
berkembangnya industri hilir yang berbasis pertanian sehingga mampu memberikan nilai
tambah bagi petani agarnilai tukar petani bisa ditingkatkan, dengan harapan disparitas
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 126
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
pendapatan di sektor pertanian tidak terpaut jauh dengan sektor non pertanian yang diprediksi
pertumbuhannya akan lebih tinggi.
2. Produktivitas padi atau bahan pangan utama lainnya perhektar
Produktivitas padi dan bahan pangan utama lainnya di Kabupaten Bireuen selama lima
tahun terakhir terus berfluktuasi, sangat berpengaruh pada kondisi iklim dan tingkat berfungsinya
infrastruktur pertanian. Tingkat produktivitasnya digambarkan pada tabel berikut,
Tabel 2.99.
Produktivitas padi dan bahan pangan utama lainnya di Kabupaten Bireuen
Komoditi Pangan Tahun (Kw/ha)
2012 2013 2014 2015 2016
1. Padi 53 59 53 63 62
2. Jagung 32 31 37 38 38
3. Kedelai 17 16 15 16 15
4. Kacang Tanah 17 15 15 16 15
5. Kacang Hijau 18,7 14,37 13,37 15,27 15
6. Ubi Kayu 182,87 182,2 180,16 191,97 192
7. Ubi Jalar 97,78 97,16 141,88 156,57 157
Sumber : Dinas Pertanian, 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui rata-rata produktivitas komiditi pangan Kabupaten
Bireuen adalah; padi 5,8 ton/ha, jagung 3,52 ton/ha, kedelai 1,58 ton/ha, kacang tanah 1,56
ton/ha, Kacang hijau 1,54 ton/ha, ubi kayu 18,58 ton/ha dan ubi jalar 13,01 ton/ha. Salah satu
faktor yang menyebabkan produksi pertanian sulit meningkat, utamanya komoditas pangan,
adalah terjadinya alih fungsi lahan secara terus-menerus, baik ke penggunaan non-pertanian
maupun ke komoditas perkebunan. Petani masih sering mengalami risiko gagal panen karena
kekeringan, banjir dan eksplosi hama dan penyakit.
3. Cakupan Bina Kelompok Tani
Pembinaan kelembagaan petani dilakukan secara berkesinambungan, diarahkan pada
perubahan pola pikir petani dalam menerapkan sistem agribisnis, poktan dan gapoktan harus
menjalankan fungsinya, serta peningkatan kapasitasnya melalui pengembangan kerjasama
dalam bentuk jejaring dan kemitraan.Kondisi saat ini masih banyak gapoktan yang belum
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 127
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
memiliki kekuatan hukum sehingga posisi tawarnya rendah. Hal ini menyebabkan belum
optimalnya pelaksanaan kemitraan usahatani. Gapoktan yang berhasil mengembangkan
usahanya berpeluang untuk ditingkatkan kemampuannya membentuk kelembagaan ekonomi
petani.
Pemberdayaan petani dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan dengan
pendekatan kelompok untuk mendorong terbentuknya kelembagaan petani yang mampu
membangun sinergi antar petani dan antar poktan dalam rangka mencapai efisiensi usaha.
Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan kemampuan poktan dilakukan pembinaan dan
pendampingan oleh penyuluh pertanian, dengan melaksanakan penilaian klasifikasi
kemampuan poktan secara berkelanjutan yang disesuaikan dengan kondisi
perkembangannya.Agar poktan dapat menjadi kelembagaan petani yang memiliki kelayakan
usaha yang memenuhi skala ekonomi dan efisiensi usaha, maka poktan didorong untuk
menyatukan kelompoknya ke dalam gapoktan.
Gabungan kelompoktani berfungsi untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha
bersama mulai dari sektor hulu sampai hilir secara komersial dan berorientasi pasar. Pada
tahap pengembangannya gapoktan dapat memberikan pelayanan informasi, teknologi dan
permodalan kepada anggota kelompoknya serta menjalin kerjasama dengan pihak lain.
Diharapkan penggabungan poktan dalam gapoktan akan menjadikan kelembagaan petani yang
kuat dan mandiri serta berdaya saing.
Penumbuhan gapoktan, dilakukan melalui tahapan :
a. Persiapan Penumbuhan Gabungan KelompokTani
Penyuluh pertanian melakukan identifikasi terhadap poktan yang berpotensi untuk
ditingkatkan kemampuannya melalui pengumpulan data dan informasi tentang
perkembangan poktan. Penyuluh pertanian melakukan advokasi (memberikan saran
dan pendapat) serta informasi kepada tokoh-tokoh petani setempat dan aparat desa
b. Proses Penumbuhan Gabungan Kelompok Tani.
Penyuluh pertanian memberikan sosialisasi melalui pertemuan kelompok-kelompok
tani dan pertemuan dusun dalam satu gampong. Membuat surat pernyataan
kesepakatan tertulis dari poktan-poktan tentang pembentukan gapoktan dan
membentuk kesepakatan gapoktan. Daftar poktan yang memenuhi syarat untuk
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 128
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
bergabung dalam gapoktan selanjutnya dimasukkan dalam salah satu bahan dalam
penyusunan programa gampong. Setelah programa disusun maka pengembangan
gapoktan menjadi bahan bagi Rencana Kerja Tahunan (RKT) Penyuluh Pertanian
Adapun Gabungan Kelompoktani berketentuan sebagai berikut :
Gapoktan beranggotakan beberapa kelompoktani, memiliki pengurus terdiri dari: ketua,
sekretaris, bendahara dan seksi-seksi sesuai unit usaha yang dilakukan Peningkatan
kemampuan gapoktan dimaksudkan agar dapat berfungsi sebagai (1) unit usaha sarana dan
prasarana produksi; (2) unit usahatani; (3) unit usaha pengolahan; (4) unit usaha pemasaran;
dan (5) unit usaha keuangan mikro (simpan-pinjam) serta unit jasa penunjang lainnya.
Pengembangan gapoktan dilakukan agar gapoktan dapat lebih berdaya guna dan
berhasil guna. Ruang lingkup materi dalam pengembangan gapoktan meliputi (1) peningkatan
dan perluasan usahatani serta jenis usahatani yang berorientasi pasar; (2) peningkatan
kerjasama melalui jejaring dan kemitraan usahatani baik dengan sektor hulu maupun dengan
sektor hilir; (3) Fasilitasi penguatan gapoktan menjadi kelembagaan ekonomi petani dengan
basis poktan/gapoktan yang berbadan hukum guna meningkatkan posisi tawarnya.
Pengembangan gapoktan dilakukan melalui pendampingan penyuluh pertanian dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengubah perilaku petani agar mengembangkan usaha produktif yang dikelola
secara bersama dalam satuan skala usaha untuk memenuhi kebutuhan pasar yang
menguntungkan dan efisien;
b. Meningkatkan perluasan fungsi-fungsi unit usaha dalam gapoktan, bisa juga
dengan perluasan kapasitas usaha dan/atau jenis usaha;
c. Pemberdayaan usaha pertanian melalui pengembangan jenis-jenis usaha yang
berorientasi pasar dan berskala ekonomi;
d. Fasilitasi pembentukan jejaring agribisnis/kemitraan antar pelaku utama dan
pelaku usaha;
e. Gapoktan yang berhasil dalam mengembangkan usahataninya ditingkatkan
kemampuannya untuk membentuk kelembagaan ekonomi petani yang berbadan
hukum;
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 129
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
f. Pembentukan kelembagaan ekonomi petani diatur lebih lanjut melalui Petunjuk
Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani.
Dalam rangka memantau proses pelaksanaan penumbuhan dan pengembangan
kelembagaan petani maka perlu dilakukan monitoring secara terencana, sistimatis dan
berkesinambungan, yang dilaksanakan pada masing-masing tingkatan; dalam hal ini untuk
Kabupaten Bireuen di tingkat kecamatannya dilakukan oleh BP3K dan untuk kabupaten
dilakukan oleh Dinas Pertanian.
Demikian juga evaluasi pembinaan kelompoktani perlu dilaksanakan secara teratur, baik
evaluasi awal (pre-evaluation), evaluasi proses (on-going evaluation), evaluasi akhir
(post/terminal evaluation), maupun evaluasi dampak (ex-post evaluation). Hasil monitoring
dan evaluasi dilaporkan secara reguler dan berjenjang mulai dari tingkat gampong, kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi hingga ke pusat untuk mengetahui perkembangan poktan dan
gapoktan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, penyuluh pertanian di lapangan dan petugas
lainnya perlu membuat laporan yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan untuk perumusan
perencanaan dan kebijakan tahun berikutnya. Adapun cakupan bina kelompok tani untuk
Kabupaten Bireuen tahun 2016 adalah 5,88% dan tahun 2017baru mencapai4,92%.
II.3.3.3. KEHUTANAN
Kabupaten Bireuen memiliki kawasan hutan produksi tetap seluas 30.279,20 hektar
dan hutan produksi terbatas seluas 4.656,08 hektar, pada tanggal 19 Oktober 2009 Menteri
Kehutanan telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: SK. 723/Menhut-II/2009 tentang
Pencadangan Areal untuk Pembangunan HTR di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh seluas
1.335hektar.
Pada tahun 2017 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah pasal 22 ayat 1 berimplikasi bahwa urusan kehutanan menjadi wewenang
provinsi dan pusat sehingga tidak lagi menjadi wewenang kabupaten, namun wilayah
wilayah kecamatan atau kampung yang berbatasan dengan hutan tetap menjadi perhatian
pihak kabupaten dengan berkoordinasi untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan atau bila
dianggap perlu maka pihak kabupaten akan memberi masukan kepada BKSDA dan dinas
kehutanan provinsi.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 130
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
II.3.3.4. ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
1. Persentase Rumah Tangga Pengguna Listrik
Tabel 2.100.
Pengguna Listrik di Kabupaten Bireuen
Tahun
2012 2013 2014 2015
Jumlah RT Pengguna Listrik 91.326 93.410 95.569 98.350
Jumlah RT 93.818 95.779 97.818 100.505
Persentase RT pengguna listrik 97,34 97,53 97,70 97,86
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bireuen
Dari tabel diatas bisa dilihat persentase rumah tangga pengguna listrik di Kabupaten
Bireuen secara umum telah mencapai 97 persen. Pelayanan listrik kerumah tangga bisa
dikatakan semakin meningkat walau persentasenya hanya berada diangka 97 persen tetapi ada
peningkatan signifikan mengingat jumlah rumah tanggapun meningkat drastis setiap tahunnya.
2. Persentase Pertambangan Tanpa Ijin
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyatakan
bahwa Izin Usaha Pertambangan (IUP) menjadi kewenangan pemerintah provinsi yang
dulunya berada di pemerintah kabupaten. Dengan adanya perubahan sistem perizinan dapat
menimbulkan masalah baru di wilayah pemerintah kabupaten disebabkan tempat pelaksanaan
penambangan berada diwilayah kabupaten. Berdasarkan kondisi dilapangan beberapa tahun
terakhir banyaknya perusahaan galian C yang tidak terkontrol dalam melakukan penambangan
yang mengakibatkan kerusakan alam yang menjadi beban dari pemerintah kabupaten.
II.3.3.5.PERDAGANGAN
Lapangan usaha perdagangan yang mencakup perdagangan besar dan eceran serta reparasi
mobil dan sepeda motor sebagai penyumbang PDRB terbesar kedua setelah industri pertanian,
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 131
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
memiliki kontribusi sebesar 22,25 persen pada tahun 2016. Berikut adalah tabel data mengenai
distribusi persentase PDRB Kabupaten Bireuen
Tabel 2.101.
Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB Kabupaten Bireuen
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016
Perdagangan besar dan eceran; serta
reparasi mobil dan sepeda motor
22,77 22,26 22,14 22,09 22,25
Sumber : Dinas Penanaman Modal, Perdagangan Koperasi dan UKM, 2017
Perdagangan di Kabupaten Bireuen juga mengekspor komoditas lokal kabupaten. Ekspor
merupakan produk yang tidak dikonsumsi diwilayah domestik, tetapi diperdagangkan keluar
negeri. Untuk menghasilkanproduk yang diekspor kemungkinan besar menggunakan kapital
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sementara disis lain sebagian barang yang diekspor
bisa pula berupa barang kapital. Rasio ekspor terhadap PMTB dimaksudkan untuk
menunjukkan perbandingan antara nilai produk ekspor dengan nilai produk yang menjadil
kapital (PMTB). Secara umum untuk mengahsilkan tiga unit barang/jasa diBireuen yang
diekspor menggunakan satu unit PMTB.
Gambar 16.
Nilai Komponen Ekspor dan PMTB ADHB(juta Rp)
Sumber : Dinas Penanaman Modal, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kab. Bireuen, 2017
2012 2013 2014 2015 2016
6.01 6.036.42
6.777.15
2 2.05 2.24 2.4 2.62
Ekspor PMTB
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 132
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Sebagai daerah yang terletak di kawasan perlintasan jalan negara lintas pulau sumatera,
sejumlah usaha dagang berbagai jenis di sejumlah titik lokasi yang ada di Kabupaten Bireuen
selama ini telah menjadi bagian penting dari perjalanan roda perekonomian daerah ini.
Perkembangan sectorusaha perdagangan juga ikut dipengaruhi oleh sejumlah aspek/dimensi
lain, seperti : iklim usaha, daya beli masyarakat, maupun sejumlah“driven factor”’ lainnya.
Perkembangan sektor usaha jasa perdagangan itu sendiri antara lain dapat dilihat dari jumlah
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang dikeluarkan
oeleh pemerintah daerah, sebagaimana dapat dilihat pada tabel yang terdapat di halaman
berikut,
Tabel 2.102
Jumlah Penerbitan S.I.U.P Kabupaten Bireuen Tahun 2012-2016 Tahun Jumlah SIUP/Kategori Usaha Jumlah
Besar Menengah Kecil
2012 0 45 378 423
2013 1 40 294 335
2014 3 33 338 374
2015 2 37 238 277
2016 2 23 216 241 Sumber : Dinas Penanaman Modal, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kab. Bireuen, 2017
Berdasarkan data jumlah surat izin usaha perdagangan (SIUP)pada tabel tersebut,
terlihat bahwa secara keseluruhan, penerbitan izin usaha perdagangan baik kategori usaha
besar, menengah dan kecil mengalami penurunan jumlah selama beberapa tahun terakhir.
Meskipun secara umum, jumlah penerbitan ijin pada usaha kecil jauh lebih banyak bila
dibandingkan dengan ijin usaha besar dan menengah. Fenomena tersebut dirasa perlu untuk
dicermati lebih jauh, agar nantinya dapat diperoleh gambaran terkait kemungkinan faktor-
faktor yang menjadi penyebab kondisi tersebut, sehingga dimasa mendatang dapat ditempuh
langkah-langkah yang mampu lebih merangsang tumbuhnya sektor usaha perdagangan
tersebut dalam jumlah maupun skala yang lebih besar, sehingga mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih baik.
Perkembangan perekonomian, perdagangan, dan perindustrian yang kian hari kian
meningkat telah memberikan kemanjaan yang luar biasa kepada konsumen karena ada
beragam variasi produk barang dan jasa yang bias dikonsumsi. Perkembangan globalisasi dan
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 133
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
perdagangan besar didukung oleh teknologi informasi dan telekomunikasi yang memberikan
ruang gerak yang sangat bebas dalam setiap transaksi perdagangan, sehingga barang/jasa yang
dipasarkan bisa dengan mudah dikonsumsi.
Permasalahan yang dihadapi konsumen tidak hanya sekedar bagaimana memilih
barang, tetapi jauh lebih kompleks dari itu yang menyangkut pada kesadaran semua pihak,
baik pengusaha, pemerintah maupun konsumen itu sendiri tentang pentingnya perlindungan
konsumen. Pengusaha menyadari bahwa mereka harus menghargai hak-hak konsumen,
memproduksi barang dan jasa yang berkualitas, aman untuk digunakan atau dikonsumsi,
mengikuti standar yang berlaku, dengan harga yang sesuai. Pemerintah menyadari bahwa
diperlukan undang-undang serta peraturan-peraturan disegala sektor yang berkaitan dengan
berpindahnya barang dan jasa dari pengusaha ke konsumen. Pemerintah juga bertugas untuk
mengawasi berjalannya peraturan serta undang-undang tersebut dengan baik.
II.3.3.6.PERINDUSTRIAN
Industri Kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian
daerah, karena sektor ini merupakan salah satu jawaban untuk mengatasi permasalahan
pemerataan pendapatan daerah. Dan industri kecil dan menengah secara umum mampu
bertahan dan terus berkembang dikarenakan pada umumnya sektor ini memanfaatkan sumber
daya lokal, baik manusia, modal, bahan baku hingga peralatan. Namun demikian, untuk
melaksanakan peran ini, industri kecil dan menengah harus membekali diri untuk
meningkatkan daya saingnya. Sehingga industri kecil dan menengah perlu diberi pelatihan
atau bimbingan
Berikut adalah data persentase kelompok pengrajin yang berada di Kabupaten dan
telah mendapatkan pelatihan dari pemerintah daerah,
Tabel 2.103.
Cakupan Bina kelompok Pengrajin di Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Persentase Cakupan Bina
Kelompok Pengrajin
2,63 2,21 3,08 2,72 1,25
Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Perindustrian, 2017
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 134
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
3. Jumlah Unit Usaha Industri Kecil Formal Dan Non Formal
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah
jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan dan
Industri juga merupakan salah satu aktivitas ekonomi non pertanian yang memiliki
peluang besar dalam rangka perluasan lapangan pekerjaan. Berikut adalah data mengenai
jumlah unit usaha insdustri kecil di Kabupaten Bireuen,
Tabel 2.104.
Jumlah Unit Usaha Industri Kecil Formal Dan Non Formal Dalam Kabupaten Bireuen
Menurut Jenis dan Tenaga Kerja
Jenis industri Tahun 2015
Industri Tenaga Kerja
1 Makanan, Minuman dan
Tembakau
1491 1924
2 Tekstil, Barang kulit dan alas
kaki
704 921
3 Kayu dan Hasil Hutan 383 841
4 Kertas dan Barang Cetakan 38 175
5 Semen dan Barang Galian
Bukan Logam
82 561
6 Logam dasar Besi dan Baja 67 355
7 Industri Es Batu/Es Balok/Es
Kristal
2 15
8 Barang Lainnya 530 1120
Jumlah/Total 3297 5912
Tahun 2014 3195 5708
Tahun 2013 3195 3195
Sumber : BIDA 2016
Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa jenis industri makanan, minuman dan tembakau
adalah jenis industri dengan jumlah industri terbesar dengan jumlah industri sebanyak 1491
industri serta menyerap tenaga kerja terbanyak dibandingkan dnegan jenis industri lain
sebanyak 1924 orang.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 135
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
II.3.3.7. TRANSMIGRASI
Transmigrasi merupakan salah satu bentuk mobilitas spasial atas inisiatif pemerintah.
Transmigrasi dipandang sebagai kerangka eksperimen dalam usaha pemanfaatan daerah di
Indonesia.Dalam melakukan transmigrasi harus memiliki ketentuan-ketentuan dalam
berlangsungnya transmigrasi tersebut sehingga perpindahan penduduk dapat dikatakan sebagai
sebuah transmigrasi.
Transmigrasi memiliki jenis-jenis yang dibedakan dalam tujuan dan fungsinya masing-
masing, yaitu transmigrasi umum, transmigrasi swakarya, transmigrasi sektoral, transmigrasi
keluarga, transmigrasi swakarsa/spontan, transmigrasi bedol desa dan transmigrasi lokal.
Transmigrasi yang dilaksanakan di Kabupaten Bireuen adalah transmigrasi lokal, yang
dilaksanakan di daerah UPT Krueng Meuseugob/Lhok Tanoh Kecamatan Simpang Mamplam
pada tahun 2013 dan UPT Cot Kruet/Alur Kuta Kecamatan Peudada pada tahun 2014 sampai
dengan 2016. Berikut adalah persentase transmigrasi lokal Kawasan Harus Muda Jaya di
Kabupaten Bireuen,
Tabel 2.105.
Transmigrasi Swakarsa di Kabupaten Bireuen
URAIAN
TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Persentase Transmigrasi Swakarsa - 22,57 27,56 27,62 22,52
Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Perindustrian, 2017
II.3.3.8. KELAUTAN DAN PERIKANAN
Kabupaten Bireuen merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh, memiliki
potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup melimpah baik dibidang perikanan
tangkap maupun bidang perikanan budidaya.
1. Produksi Perikanan.
Potensi sumberdaya perikanan budidaya di Kabupaten Bireuen terdiri dari budidaya air
payau, budidaya air tawar dan budidaya di laut. Untuk Budidaya Air Payau Kabupaten
Bireuen memiliki tambak seluas 4.945 Ha yang dimanfaatkan untuk usaha budidaya udang,
bandeng, kerapu, nila dan komoditas lainnya. Untuk pengairan tambak tersebut didukung
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 136
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
dengan saluran tambak sepanjang 313,67 Km yang terdiri dari saluran primer, sekunder, tertier
dan kuarter. Sedangkan untuk menunjang aktivitas masyarakat pembudidaya ikan tersedia
akses jalan produksi tambak sepanjang 324 Km dan jembatan penghubung ratusan unit,
sebagaimana diperlihatkan tabel berikut.
Tabel 2.106.
Produksi Perikanan Budidaya dan Sarana Pendukung
Di Kabupaten Bireuen Tahun 2012 s/d 2016
Tahun
Luas
Lahan
Budidaya
Perikanan
(Ha)
Luas
Tambak
(Ha)
Jumlah
Petani
Tambak
(Orang)
Jumlah
Kelompok
Pembudidaya
Ikan
Luas
Kolam
(Ha)
Jumlah
Petani
Kolam
(Orang)
Jumlah
Produksi
Perikanan
Budidaya
(Ton)
Nilai Produksi
(Rp.)
2012 4.985 4.945 4.861 106 347 418 6.440 124.195.600.000
2013 5.015 4.945 4.861 109 46 611 9.756 211.195.950.000
2014 5.049 4.945 4.897 114 346 611 10.659 268.761.200.000
2015 5.087 5.000 5.679 120 150 611 11.561 326.298.000.000
2016 5.095 4.226 5.679 120 139 611 11.790 365.724.500.000 Sumber : DInas Ketahanan Pangan dan Perikanan, 2017
Komoditas unggulan perikanan budidaya Kabupaten Bireuen adalah Ikan Kerapu, Udang
Windu dan Bandeng dengan jumlah produksinya pada tahun 2016 sebanyak 11.790 ton. Selain
itu terdapat potensi budidaya ikan air tawar seluas 2.500 ha berupa kolam ikan, sawah (mina
padi) danau, sungai dan rawa. Sedangkan potensi budidaya ikan di laut seluas 1.400 ha belum
dimanfaatkan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. KEP.35/KEPMEN-
KP/2013 Tahun 2013 Kabupaten Bireuen ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan berbasis
Perikanan Budidaya dengan pusat (minapolis)nya adalah Kecamatan Jangka dan hinterlandnya
Kecamatan; Gandapura, Peusangan, Kuala dan Jeumpa (dengan wilayah cakupan 5 kecamatan
dan 59 desa). Untuk sarana prasarananya diperlihatkan pada tabel dibawah ini,
Tabel 2.107.
Sarana Prasarana Kawasan Minapolitan di Kabupaten Bireuen Tahun 2016
Saluran Tambak (KM) Luas
Areal
Tamb
ak
(Ha)
Jalan Produksi
Tambak (KM)
Jembatan
Produksi
Tambak
(Unit)
Jalan (KM) Toko
Saprodi
(Unit)
Pasar
Ikan
(Unit)
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 137
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Primer Sekunder Tersier Perkerasan
/Batu
Tanah Hot
mik
Batu
56,03 96,09 45,21 3.125,
73
12 74 132 104 30 17 11
Sumber : DInas Ketahanan Pangan dan Perikanan, 2017
Minapolitan adalah konsep pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis
kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan
(akselerasi). Sedangkan Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai
fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan dan pemasaran komoditas
perikanan serta pelayanan jasa dan kegiatan pendukung lainnya. Tujuan minapolitan adalah
untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas produk kelautan dan perikanan,
meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan dan pemasar ikan serta
mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi daerah dengan
sentra produksinya sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2.108. Sentra Produksi PerikananKawasan Minapolitan
Di Kabupaten Bireuen Tahun 2016
Sentra Produksi
Pembenihan
Udang (Kec.
Kuala)
Pembenihan Bandeng
(Kec. Jangka)
Udang Vannamei
(Kec.)
Udang Windu
(Kec.)
Bandeng Kerapu (Kec.
Jangka)
Pengolahan Ikan (Kec.
Jangka)
Pemasaran Ikan (Pasar)
Ujong Blang
Aron
Tanoh Anoe Jeumpa Jangka Gandapura Alue Buya
Pasie
Pante Paku Matang Glp
Dua
Ujong Blang
Mesjid
Alue Kuta Kuala Gandapura Jangka Pulo
Pineueng
Mns. Dua
Jangka
Mesjid
Gandapura
Jangka Peusangan Bireuen
Kuala
Sumber : DInas Ketahanan Pangan dan Perikanan, 2017
Hasil produksi komoditas unggulan kawasan minapolitan Kabupaten Bireuen juga
sangat menjanjikan, dimana setiap tahunnya terus meningkat sesuai tabel dibawah ini:
Tabel 2.109.
Data Produksi Komoditas Unggulan Perikanan Kawasan Minapolitan di
Kabupaten Bireuen
Komoditas Produksi (Ton)
2012 2013 2014 2015 2016
Bandeng 2.632 4.214 4.340 4.438 4.473
Udang 794 1.341 1.540 2.106 2.282
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 138
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Kerapu 296 563 773 644 609
Total 3.724 6.118 6.655 7.188 7.365 Sumber : DInas Ketahanan Pangan dan Perikanan, 2017
Pelaksanaan minapolitan di Kabupaten Bireuen masih dihadapkan dengan masalah
kurang memadainya ketersediaan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan sehingga
menghambat upaya-upaya peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas komoditas
perikanan. Hal ini dapat dilihat dilapangan khususnya di kawasan minapolitan masih banyak
sarana dan prasarana yang belum memadai seperti kondisi kuala yang tersumbat, kondisi PPI
dan TPI yang kurang optimal, kondisi armada perikanan dan alat penangkapan ikan yang
masih tradisional, saluran tambak yang masih dangkal dan prasarana kelautan dan perikanan
lainnya yang masih memerlukan pengembangan dan perbaikan. Hal tersebut mengakibatkan
banyak tambak yang tidak mendapatkan pengairan yang baik sehingga produksi dan
produktivitas tambak masih rendah. Begitu juga dengan kondisi jalan, jembatan dan prasarana
lainnya masih memerlukan perbaikan dan penambahan.
Untuk potensi sumberdaya perikanan tangkap Kabupaten Bireuen memiliki garis
pantai sepanjang 69 Km dengan luas laut 1.511 Km2. Potensi produksi lestari perikanan
tangkap di Kabupaten Bireuen sebesar 32.000 ton/tahun. Sedangkan pemanfaatannya pada
tahun 2016 baru mencapai 11.048 ton/tahun (43,16%), dengan demikian total produksi
perikanan Kabupaten Bireuen sebesar 22.838 ton.Usaha Perikanan tangkap Kabupaten
Bireuen hingga sekarang masih didominasi oleh usaha skala kecil dengan armada perikanan
tangkap berukuran kecil (dibawah 5 GT) dan menggunakan alat tangkap sederhana.Potensi
perikanan juga menjadi andalan, karena didukung dengan letak Kabupaten Bireuen yang
berbatasan langsung dengan Selat Malaka disebalah utara. Kabupaten Bireuen juga memiliki2
(dua) TPI yang sangat mendukung untuk perkembangan sub sektor perikanan ke depannya,
namun sarana prasarananya masih jauh dari memadai. Berikut tabel sarana-prasarana
perikanan tangkap di Kabupaten Bireuen.
Tabel 2.110.
Sarana Pendukung dan Produksi Perikanan Tangkap diKabupaten Bireuen
Tahun Jumlah
Nelayan
(Orang)
Jumlah
kelompok
Nelayan
(Klp)
Jumlah Perahu
(Unit)
Jumlah
Alat
Tangkap
(Unit)
Jumlah
TPI
(Unit)
Jumlah
PPI
(Unit)
Jumlah
Produksi
Perikanan
Tangkap
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 139
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Tanpa
Motor
Motor (Ton)
2012 11.027 77 268 2.135 1.592 10 3 17.597
2013 10.955 77 124 1.246 1.559 10 3 10.511
2014 5.738 77 124 1.448 1.593 10 3 10.752
2015 5.896 52 124 1.487 1.854 10 3 11.029
2016 6.777 58 148 1.470 1.947 10 3 11.048
Sumber : DInas Ketahanan Pangan dan Perikanan, 2017
Dalam rangka meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas komoditas perikanan
serta meningkatkan pendapatan masyarakat diperlukan penyediaan dan pengembangan sarana
dan prasarana kelautan dan perikanan yang memadai, baik perikanan tangkap, perikanan
budidaya maupun pengolahan dan pemasaran hasil perikanan agar mampu mendukung usaha
perikanan masyarakat.
2. Konsumsi Ikan.
Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap ikan masih terbilang rendah. Rata-rata,
tingkat konsumsi ikan di Indonesia baru mencapai 41 kilogram (kg) perkapita pertahun. Untuk
tahun 2016meningkat menjadi 43,94 kg/kapita demikian juga dengan Kabupaten Bireuen
meningkat rata-rata 37,76 kg selama lima tahun terakhir. Berikut data konsumsi ikan
Kabupaten Bireuen pertahunnya.
Tabel 2.111.
Konsumsi Ikan Perkapita di Kabupaten Bireuen
Tahun
2012
2013
2014
2015
2016
Konsumsi Ikan
(Kg/kapita/tahun)
35,52
36,73
37,93
39,27
39,35
Sumber : DInas Ketahanan Pangan dan Perikanan, 2017
Untuk meningkatkan konsumsi ikan Kabupaten Bireuen telah ikut melaksanakan
program Kementerian Kelautan dan Perikananyaitu Program Gerakan Memasyarakatkan
Makan Ikan (Gemarikan). Program ini rutin digelar di setiap tahunnya yang dikomandoi oleh
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 140
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Ibu Bupati Bireuen.Gerakan ini sangat perlu disosialisasikan dan diaplikasikan kepada
masyarakat untuk dapat meningkatkan nilai konsumsi protein.
3. Cakupan Bina Kelompok Nelayan
Cakupan bina kelompok nelayan digunakan untuk melihat berapa persen jumlah
kelompok nelayan yang mendapatkan bantuan pemda terhadap jumlah kelompok nelayan
setiap tahunnya. Indikator ini dihitung dengan menghitung jumlah kelompok nelayan yang
mendapatkan bantuan pemda dibagi dengan jumlah kelompok nelayan setiap tahun dikali
100%. Dengan keterbatasan APBK maka cakupan bina kelompok nelayan Kabupaten Bireuen
terus menurun sebagaimana tabel dibawah ini.
Tabel 2.112.
Cakupan Bina Kelompok Nelayan di Kabupaten Bireuen
Uraian
Tahun (%)
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan Bina Kelompok Nelayan - 14 9 7 4 Sumber : DInas Ketahanan Pangan dan Perikanan, 2017
Kelompok nelayan yang terbina pada tabel diatas terlihat semakin menurun
menjadi perhatian agar kelompok nelayan yang dibina pada tahun-tahun mendatang dapat
ditingkatkan sehingga kelompok menjadi lebih mandiri.
4. Produksi Perikanan Kelompok Nelayan
Indikator ini digunakan untuk melihat berapa persen jumlah produksi ikan yang berasal
dari hasil kelompok nelayan terhadap jumlah produksi ikan di Kabupaten Bireuen per
tahun.Indikator ini dihitung dengan menghitung jumlah produksi ikan yang berasal dari hasil
kelompok nelayan dibagi dengan jumlah produksi ikan di Kabupaten Bireuen dikali 100.
Tahun 2012 indikator ini tercatat sebesar 52,10%, tahun 2013 tercatat sebesar 30,24% dan
tahun 2014kembali menurun menjadi 29,25% dan seterusnya sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.113.
Produksi Perikanan Kelompok Nelayan dan Pembudidaya Ikan
Di Kabupaten Bireuen
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 141
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
uraian Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Produksi Perikanan (Ton) 24.038 20.267 21.411 22.590 22.839
Jumlah Kelompok 183 186 191 206 206
Jumlah Produksi Kelompok (Ton) 12.526 6.129 6.264 6.343 6.347
Persentase Produksi Kelompok
Nelayan
52,10 30,24 29,25 28,07 27,79
Sumber : DInas Ketahanan Pangan dan Perikanan, 2017
Indikator ini menunjukkan trend yang positif walaupun tidak berbeda jauh setiap tahunnya,
artinya bahwa setiap tahun produksi ikan kelompok nelayan masih dapat dipertahankan walau
agak melambat, untuk ini perlu adanya peningkatan pendampingan, pelatihan dan sarana
prasarana lainnya yang dibutuhkan.
5. Proporsi Tangkapan Ikan yang berada dalam Batasan Biologis yang Aman
Proporsitangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman di Kabupaten
Bireuen semakin meningkat dari tahun ketahun, untuk tahun 2016 baru mencapai 43,16%.
Kondisi ini menunjukkan bahwa target pemanfaatan tangkapan dikabupaten Bireuen belum
sepenuhnya dimanfaatkan, dalam hal ini perlu penambahan alat dan armada penangkapan
sesuai kriteria yang dibutuhkan. Berikut disajikan data proporsi tangkapan pertahunnya.
Tabel 2.114.
Proporsi tangkapan Ikan dalam Batasan Biologis yang aman
di Kabupaten Bireuen
Uraian Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Tangkapan Ikan (Ton) 17.597 10.511 10.752 11.029 11.048
Produksi Maksimum Lestari (Ton) 32.000 32.000 32.000 32.000 32.000
Proporsi Tangkapan Ikan (%) 68,74 41,06 42 43,08 43,16 Sumber : DInas Ketahanan Pangan dan Perikanan, 2017
6. Rasio Kawasan Lindung Perairan terhadap Total Luas Perairan Teritorial.
Luas perairan teritorial Kabupaten Bireuen adalah 511,152 Km2, berdasarkan RTRW
belum ditetapkan untuk kawasan lindung perairan.perairannya.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 142
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
7. Nilai Tukar Nelayan.
Nilai Tukar Nelayan merupakan perbandingan antara indeks yang diterima nelayan
dengan indeks yang dibayar nelayan. Jika Nilai Tukar Nelayan.lebih dari 100% ini
menunjukkan kesejahteraan petani, dalam hal ini nelayanrelatif baik, berarti adanya perbaikan
dan kenaikan kesejahteraan. Untuk Kabupaten Bireuen Nilai Tukar Nelayannya untuk saat ini
memang sudah diatas seratus persen, namun kondisi ini perlu terus dipertahankan dan
ditingkatkan lagi dengan mengelola sarana prasarana perikanan dan peningkatan SDM serta
kelembagaan nelayan, sehingga nilai tambahnya untuk kesejahteraan nelayan dapat tercapai.
Nilai Tukar Nelayan Kabupaten Bireuen diperlihatkan pada tabel berikut.
Tabel 2.115.
Nilai Tukar Nelayan di Kabupaten Bireuen
Uraian Tahun
2012 2013 2014 2015 2016 Nilai Tukar Nelayan (%) 100,75 101,42 101,85 102,12 102,25
Sumber : DInas Ketahanan Pangan dan Perikanan, 2017
Indeks yang diterima mencerminkan harga produksi petani, dalam hal ini produk ikan.
Sementara indeks yang dibayar merupakan indikasi harga untuk kebutuhan rumah tangga dan
harga kebutuhan usaha. NTN merupakan representasi dari usaha rumah tangga perikanan
tangkap yang menggunakan kapal bermotor maupun kapal tidak bermotor.Faktor apa yang
mendongkrak naiknya NTN faktor tersebut merupakan komposisi dari meningkatnya ikan
yang ditangkap, kualitasnya lebih baik, harga yang lebih baik, dan biaya yang lebih rendah.
Kalau selama ini biasanya nelayan mengeluarkan 100.000 untuk BBM, tapi karena ikan sudah
banyak yang mereka tangkap maka pendapatannya juga semakin meningkat, inilah yang
mempengaruhi nilai-nilai ekonomi dalam statistik.
II.3.4. PENUNJANG URUSAN
II.3.4.1. PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Perencanaan merupakan bagian penting dan tidak boleh di abaikan dalam proses
pembangunan. Melalui perencanaan dirumuskan kegiatan pembangunan yang efisien dan
efektif sehingga dapat memberikan hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya
yang tersedia serta mengembangkan potensi yang ada di daerah.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 143
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Tabel2.116.
Kondisi Dokumen Perencanaan di Kabupaten Bireuen
NO
URAIAN
KETERANGAN
1 Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJPD Yang Telah
Ditetapkan Dengan PERDA
Ada
2 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD Yang Telah
Ditetapkan Dengan PERDA/PERKADA
Ada
3 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD Yang Telah
Ditetapkan Dengan PERKADA
Ada
4 Tersedianya Dokumen RTRW Yang Telah Ditetapkan Dengan
PERDA
Ada
Sumber : Bappeda, 2017
Tabel 2.117.
Konsistensi Program Daerah di Kabupaten Bireuen
NO
URAIAN
TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
1 Persentase Penjabaran Konsistensi
Program RPJMD Kedalam RKPD
95 95 95 100 100
2 Persentase Penjabaran Konsistensi
Program RKPD Kedalam APBD
95 95 95 100 100
3 Persentase Kesesuaian Rencana
Pembangunan Dengan RTRW
95 95 95 95 95
Sumber : Bappeda, 2017
A. Perencanaan Dalam Bidang Penelitian Dan Pengembangan
Perencanaan dalam bidang penelitian dan pengembangan pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Bireuen memiliki tujuan mendorong kemajuan daerah.
Tujuan dan Arah Penelitian dan Pengembangan disusun dengan memperhatikan fokus
pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Pemerintah Daerah dikaitkan dengan
kewenangan sesuai tugas dan fungsi penelitian dan pengembangan.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 144
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan adalah dalam bentuk konsep,
model, skenario, maupun pilihan kebijakan yang dapat direkomendasikan dalam rangka
meningkatkan produktivitas di berbagai sektor dapat digunakan oleh pengambil kebijakan di
Pusat dan Daerah untuk perencanaan, perumusan kebijakan serta pembinaan dan pengawasan
pembangunan.di Kabupaten Bireuen.
B. Perencanaan pada Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam
Pembangunan Bidang Ekonomi dan SDA Di Kabupaten Bireuen pada periode ini
diharapkan mencapai perkembangan sosial ekonomi yang mantap dengan pertumbuhan
ekonomi 6,5 % dan tingkat pengangguran terbuka menjadi 7,95 % di tahun 2022 mendatang
Upaya Pencapaian hal tersebut dengan mendorong perkembangan berbagai sektor
ekonomi seperti pertanian yang membutuhkan penyelesaian infrastruktur Bendungan Pante
Lhong, Mon Seuke Pulet, Aneuk Gajah Rhet, pompanisasi, embung dan saluran irigasi,
mekanisasi dan agro input pertanian, peningkatan SDM penyuluh dan petani, peningkatan
fungsi kawasan, peningkatan produksi dan produktivitas, pasca panen, pengolahan hasil dan
pemasaran, serta peningkatan nilai tambah dan Nilai Tukar Petani (NTP) terutama untuk
ketahanan pangan di Kabupaten Bireuen.
Sektor perikanan seperti pembangunan TPI Jangka dan Peudada, jetty, Kawasan
Minapolitan, normalisasi saluran tambak, meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan
budidaya maupun perikanan tangkap, pengolahan hasil, peningkatan NTN maupun
perlindungan terhadap nelayan.
Sektor investasi, industri, UMKM dan Koperasi Seperti mewujudkan Kawasan Industri
Bireuen (KIB) sebagai kawasan untuk berinvestasi di tahun mendatang, penyelesaian
revitalisasi pasar, memperkuat home industri, UMKM dan Koperasi untuk menjadi tulang
punggung pembangunan ekonomi yang telah terbukti tahan terhadap fluktuasi moneter dimasa
lalu, pengembangan pariwisata halal dan industri kreatif.
Sektor ketenagakerjaan seperti mendorong BLK dan SMK agar lebih banyak dapat
meningkatkan kualitas dan skill tenaga kerja di sektor industri, baik didalam maupun luar
daerah atau membuka peluang usaha secara mandiri dan berbagai perkembangan
pembangunan sektor ekonomi yang dapat memperluas kesempatan kerja.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 145
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
C. Perencanaan pada Bidang Infrastruktur Dan Pengembangan Wilayah
Dengan pertimbangan bahwa strategi penataan ruang Kabupaten Bireuen adalah turunan dari
kebijakan yang dijabarkan secara lebih proporsional agar dapat dituangkan dalam bentuk
keruangan. Mengacu pada klausul kebijakan yang telah dirumuskan di atas serta dikaitkan
dengan program pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Bireuen tahun 2007-
2012 serta kelanjutan kebijakan yang akan dirumuskan dalam RPJMD kedepan, maka strategi
penataan ruang Kabupaten Bireuen adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan, Meningkatkan dan Mendorong produktivitas wilayah dengan
intensifitas lahan serta pengelolaan sumbaer daya alam pada kawasan budidaya
yang berbasis kawasan agropolitan dan minapolitan sehingga dapat dikelola secara
terpadu, modernisasi dan tepat guna agar lebih ramah lingkungan, melalui strategi:
a. Pengembangan energi alternatif sebagai sumber listrik, seperti pembangkit
listrik mikro hidro, tenaga uap, surya, gelombang laut dan biota laut serta
Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pemanfaatan sumber energi yang
terbarui (renewable energi);
b. Mengoptimalkan pemanfaatan perikanan tangkap, budi daya laut, air payau,
dan tawar;
c. Memantapkan pembangunan sarana prasarana kelautan dan Mengembangkan
industri pengolahan ikan;
d. Peningkatan produktivitas hasil perkebunan, pertanian dan kehutanan melalui
intensifikasi lahan.
e. Pemanfaatan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi peningkatan
kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat.
f. Peningkatan teknologi pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan
kehutanan sehingga menghasilkan produksi dengan kualitas yang lebih baik
dan bernilai ekonomi tinggi.
g. Penguatan pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan sumber daya
manusia dan kelembagaan serta fasilitasi sertifikasi yang dibutuhkan.
h. Mengembangkan fungsi kawasan perkebunan secara terpadu dengan
peternakan dan pertanian lahan kering;
i. Menetapkan fungsi lahan pangan pertanian berkelanjutan; dan
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 146
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
j. Menetapkan kawasan strategis sentra pertanian dan perternakan terpadu.
2. Mengedepankan potensi wilayah dan membuka investasi modal usaha sebagai
perwujudan untuk pengembangan perindustrian skala besar dan menengah dengan
memberikan kenyamanan berinvestasi pada setiap pelaku usaha dengan
menumbuhkan trend industri yang berbasis lingkungan hidup, melalui strategi:
a. Meningkatkan investasi potensi komoditas unggulan daerah;
b. Mempermudah regulasi, kebijakan daerah, kepabeanan serta membuka peluang
usaha investasi jangka panjang;
c. Menyediakan fasilitas sarana dan prasarana penunjang investasi;
d. Menyediakan ruang untuk berinvestasi; dan
e. Mengupayakan kondisi yang kondusif dibidang keamanan.
3. Mengembangkan dan mendorong pertumbuhan bidang jasa-jasa, terutama jasa
perbankkan, pendidikan, kesehatan dan perdagangan agar dapat memberikan
pelayanan yang optimal, professional dan terdepan, melalui strategi:
a. Meningkatkan promosi daerah sebagai penyedia dan pemberi pelayan dalam
mengkontribusikan kebutuhan konsumen;
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan terpadu;
c. Meningkatkan potensi pendidikan bersektor pada keilmuan disegala bidang;
d. Merevitalisasikan infrastruktur pendidikan dan kesehatan;
e. Membuka jaringan kerjasama antar regional dan internasional agar tercapainya
peningkatan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik.
4. Mempertahankan kelestarian alam dan sumberdaya alam dengan memperkecil
resiko kebencanaan dengan melakukan penerapan dan pengelolaan terhadap
keruangan berbasis mitigasi kebencanaan, melalui strategi:
a. Mengembangkan, Meningkatkan, dan Mengoptimalkan pariwisata unggulan
daerah secara terpadu dan memberdayagunakan alur sempadan sebagai
instrument pelengkap;
b. Melengkapi industri dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau
sesuai skala kegiatannya;
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 147
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
c. Mengendalikan perkembangan bagian hulu tersebar diwilayah selatan sebagai
kawasan hutan dan perbukitan serta bagian hilir tersebar disepanjang pesisir
pantai sebagai kawasan penyangga mitigasi kebencanaan;
d. Mengembalikan secara bertahap kawasan lindung yang berubah fungsi;
e. Penyusunan program dan pembangunan berbagai unit mitigasi kebencanaan
pada berbagai bencana alam, seperti tsunami, gempa, longsor, banjir, kebakaran
hutan dan ancaman lainnya; dan
f. Melakukan penanaman pohon dan penghijauan lingkungan;
5. Membangun prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk pemenuhan hak
dasar dan dalam rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang dan
berbasis ke-ruang-an, melalui strategi:
a. Pembangunan prasarana dan sarana transportasi yang mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang;
Pembangunan utilitas dan fasilitas sosial secara proporsional dan memadai sesuai kebutuhan
masyarakat pada setiap pusat kawasan permukiman
D. Perencanaan Bidang Sosial Budaya, SDM dan Keistimewaan Aceh
Pembangunan bidang Sosial Budaya, SDM dan Keistimewaan Aceh dapat
didefinisikan sebagai strategi kolektif dan terencana guna meningkatkan kualitas hidup
manusia melalui seperangkat kebijakan sosial yang mencakup sektor pendidikan, kesehatan,
jaminan sosial, penanggulangan kemiskinan serta kehidupan beragama termasuk penerapan
Syariat Islam.
Perencanaan sosial budaya, SDM dan keistimewaan aceh sangat dibutuhkan agar semua
program dan kegiatan dapat bersinergi untuk mencapai semua indikator sesuai target yang
telah ditetapkan guna mencapai visi dan misi bupati terpilih dan RPJM 2012 – 2017.
Kegiatan perencanaan sosial budaya, SDM dan keistimewaan aceh merupakan
penjabaran dari program-progaram nasional seperti Program Penanggulangan Kemiskinan
dengan menitikberatkan pada pemanfaatan basis data terpadu dalam perencanaan penerima
manfaat program perlindungan sosial, program pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar
dan pendidikan kesetaraan.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 148
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Kegiatan perencanaan sosial budaya di bidang kesehatan terutama untuk mendukung
Program Indonesia Sehat, peningkatan mutu pelayanan kesehatan serta program-program
yang mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan
program prioritas yang tidak boleh diabaikan.
Disamping ituKegiatan perencanaan sosial budaya juga tidak terlepas dari upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak.
II.3.4.2. KEUANGAN
Keuangan Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam menyelenggarakan kegiatan
pemerintahan dan pelayanan publik. Oleh karenanya, dalam pengelolaan keuangan daerah
harus dilakukan secara efektif dan efisien agar tepat guna.
Kabupaten bireuen sebagai salah satu Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Berikut adalah tabel kondisi keuangan daerah Kabupaten Bireuen,
Tabel 2.118.
Kondisi Keuangan Daerah di Kabupaten Bireuen
N
O
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
1 Opini BPK Terhadap
Laporan Keuangan WDP WDP WTP WTP WTP
2 Persentase SILPA 2.63 3.6 5.56 7.9 1.3
3 Persentase SILPA
Terhadap APBD 2.63 3.6 5.56 7.9 1.3
4 Persentase Belanja
Pendidikan (20%) 3.57 41.97 39.37 33.16 27.77
5 Persentase Belanja
Kesehatan (10%) 2.03 7.97 16.7 32.62 16.28
6 Perbandingan Antara
Belanja Langsung
Dengan Belanja Tidak
Langsung
0.32 0.54 0.81 0.66 0.5
7 Penetapan APBD Nomor 6 Nomor 25 Nomor 43 Nomor 23 Nomor 25
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 149
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Tahun
2012
Tahun 2012 Tahun
2013
Tahun
2014
Tahun
2015
9 Maret
2012
27 Desember
2012
20
Desember
2013
31
Desember
2014
11
Desember
2015 Sumber : BPKD, 2017
Tabel diatas menunjukan kinerja keuangan yang cukup baik ini dibuktikan dengan
pencapaianWajar Tanpa Pengecualian (WTP) menjadi Wajar Dengan Pengecualian (WDP)
disertai penetapan APBD yang tepat waktu selama lima tahun.
II.3.4.3. KEPEGAWAIAN SERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM)
Kabupaten Bireuen merupakan lembaga teknis daerah yang dibentuk oleh Kepala Daerah
berdasarkan Peraturan Daerah atau Qanun Kabupaten Bireuen Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Bireuen. Adapun beberapa Tugas
dan Fungsi Pokok BKPSDM diantaranya adalah perumusan kebijakan teknis kepegawaian dan
sumber daya manusia, pengembangan sumber daya manusia dan penilaian kinerja aparatur,
pembinaan dan pengembangan jabatan fungsional, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
Aparatur Sipil Negara.
Berikut adalah tabel tentang kondisi kepegawaian Kabupaten Bireuen dalam tinjauan
pendidikan dan pelatihan
Tabel 2.119.
Kepegawaian Serta Pendidikan Dan Pelatihan di Kabupaten Bireuen
NO URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
1 Rata-Rata Pegawai Mendapatkan Pendidikan Dan Pelatihan
48 jam 137,25
jam 246 jam 52,5 jam
209,6 jam
2 Persentase ASN Yang Mengikuti Pendidikan Pelatihan Formal
1.58% 2.04% 2.55% 7.04% 1.84%
3 Persentase Pejabat ASN Yang Telah Mengikuti Pendidikan
13.46% 17.30% 26.92% 27.30% 27.56%
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 150
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Dan Pelatihan Struktural
4 Jumlah Jabatan Pimpinan Tinggi Pada Instansi Pemerintah
32 jabatan
32 jabatan
33 jabatan
33 jabatan
33 jabatan
5 Jumlah Pejabat Administrasi Pada Instansi Pemerintah
675 jabatan
675 jabatan
675 jabatan
747 jabtan
754 jabatan
6 Jumlah Pemangku Jabatan Fungsional Tertentu Pada Instansi Pemerintah
4684 4684 4330 5969 6567
Sumber : BKPSDM, 2017
Pada tabel diatas memperlihatkan bahwa pendidikan dan pelatihan yang diperoleh
Aparat Sipil Negara di Kabupaten Bireuen dari tahun 2012 sampai 2016 terjadi sedikit
peningkatan yaitu dari 13,46 persen menjadi 27.56 persen, tetapi hal ini masih sangat sedikit
jumlahnya.
Tujuan dari pendidikan dan pelatihan ini agar ASN menambah pengetahuan ASN,
bekerja lebih efisien, lebih cepat berkembang, mengubah dan membentuk sikap ASN dan
mengembangkan keahlian ASN sehingga pekerjaan dapat dengan cepat diselesaikan.
2.3.4.4. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Penelitian dan pengembangan adalah unsur penunjang didalam suatu daerah yang
tugasnya adalah melaksanakan penelitian dan pengembangan di seluruh bidang yang
diperlukan.
Penelitian dan pengembangan di Pemerintahan Kabupaten Bireuen berada pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah yang berperan dalam pelaksanaan, pembinaan dan
pengkoordinasian setiap penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan dan bidang
pembangunan. Yang pada akhirnya merumuskan hasil akhir penelitian dan pengembangan
dalam bentuk rekomendasi kepada Kepala Daerah serta mempublikasikan hasil penelitian
melalui website pemerintah.
Untuk implementasi rencana kelitbangan, pemanfaatan hasil kelitbangan dan
penerapan SIDa untuk perangkat daerah yang difasilitasi dalam penerapan inovasi daerah dan
kebijakan inovasi yang diterapkan didaerah secara umum belum dilaksanakan.
2.3.4.5. PENGAWASAN
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 151
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Pengelolaan keuangan negara merupakan bagian dari pelaksanaan pemerintahan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban oleh pihak
pemerintah itu sendiri.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006
adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab
keuangan negara. Tugas pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan
kinerja dan pemeriksaan tujuan tertentu.
Penugasan pemeriksaan oleh BPK juga dilaksanakan di Kabupaten Bireuen sebagai
daerah pemerintahan. Dalam lima tahun terakhir, Kabupaten Bireuen mengalami peningkatan
dalam efisiensi penggunaan keuangan negara, yang diperlihatkan dalam tabel berikut, dimana
dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 mengalami penurunan dalam jumlah temuan
pemeriksaan keuangan, dari 24 kasus pada tahun 2012 menjadi 13 kasus pada tahun 2016.
Tabel 2.120.
Kondisi Pengawasan Daerah di Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Temuan BPK 24 Kasus 25 Kasus 23 Kasus 15 Kasus 13 Kasus Sumber : Inspektorat, 2017
Tabel 2.121.
Persentase Tindak Lanjut Temuan di Kabupaten Bireuen
Tahun
Kasus Selesai Belum Selesai Dalam Proses
2012 43 Kasus 0 Kasus 29 Kasus
2013 39 Kasus 4 Kasus 24 Kasus
2014 34 Kasus 6 Kasus 15 Kasus
2015 28 Kasus 3 Kasus 8 Kasus
2016 7 Kasus 5 Kasus 12 Kasus
Sumber : Inspektorat, 2017
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 152
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Pengawasan merupakan bagian penting dalam proses pembangunan, untuk itu
Inspektorat Kabupaten Bireuen merupakan tupoksi khusus yang sangat dibutuhkan kepala
daerah guna meningkatkan pendayagunaan aparatur dikabupaten, apalagi dengan adanya dana
desa yang menjadi permasalahan sendiri.
Kinerja yang diharapkan pada inspektorat sangat tergantung pada auditor yang dimiliki
yaitu 17 orang, sementara jumlah yang dibutuhkan adalah 40 orang, maka Inspektorat
Kabuapten Bireuen masih kekurangan 23 orang auditor.
2.3.4.6. SEKRETARIAT DEWAN
Sekretariat Dewan merupakan unsur pelayanan terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) yang dipimpin oleh seorang sekretaris DPRD yang secara teknis operasional berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Pimpinan DPRD dan secara 152dministrative
bertanggungjawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
Sekretariat Dewan dalam melaksanakan tugas pokoknya untuk menyusun perencanaan
dan pelaksanaan program yang termaktub dalam Rencana Kerja Tahunan. Berikut adalah
tabel kondisi data mengenai Sekretariat Dewan Kabupaten Bireuen,
Tabel 2.122.
Kondisi Rencana Kerja Sekretaris Dewan di Kabupaten Bireuen
URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Tersedianya Rencana Kerja Tahunan Pada Alat-Alat Kelengkapan DPRD provinsi/Kota/Kota
Ada Ada Ada Ada Ada
Tersusunnya Dan Terintegrasinya Program-Program Kerja DPRD Untuk Melaksanakan Fungsi Pengawasan,Fungsi Pembentukan
Ada Ada Ada Ada Ada
PERDA,Dan Fungsi Anggaran Dalam Dokumen Rencana Lima Tahunan (RPJM) Maupun Dokumen Rencana Tahunan (RKPD)
Ada Ada Ada Ada Ada
Terintegrasi Program-Program Untuk Melaksanakan Fungsi Pengawasan,Pembentukan PERDA Dan
Ada Ada Ada Ada Ada
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 153
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Anggaran Kedalam Dokumen
Perencanaan Dan Dokumen Anggaran Setwan DPRD
Ada Ada Ada Ada Ada
Sumber : Sekwan, 2017
II.4. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi
daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing
(competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi
yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan
yang tinggi dan berkelanjutan.
Tabel 2.123.
Aspek Daya Saing Daerahdi Kabupaten Bireuen
No Aspek Daya Saing 2012 2013 2014 2015 2016
1 Pengeluaran konsumsi Rumah
Tangga perkapita (Juta) 20,18 21,28 22,18 23,14 24,23
2 Nilai tukar petani
3 Persentase pengeluaran
konsumsi non pangan perkapita 52,97 53,78 54,50 54,93 55,39
4 Produktivitas total daerah - - - - -
5 Persentase desa berstatus
swasembada terhadap total desa - - - - -
6 Rasio pinjaman terhadap
simpanan di Bank Umum - - - - -
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 154
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
7 Rasio pinjaman terhadap
simpanan di BPR - - - - -
8 Angka kriminalitas yang
tertangani 20,22 15,11 16,87 21,07 21,46
9 Rasio ketergantungan
44,12 48,07 50,20 52,02
II.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Analisis kinerja atas aspek kemampuan ekonomi daerah dilakukan terhadap indikator
pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita, nilai tukar petani
II.4.1.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perkapita
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita merupakan salah satu indikator untuk
mengukur kemampuan ekonomi daerah. Pengeluaran konsumsi rumah tangga berdasarkan
PDRB menurut penggunaan Kabupaten Bireuen atas dasar harga berlaku pada tahun 2016
yaitu sebesar Rp. 3.190.319.190.000,- dengan jumlah rumah tangga 102.428 RT, sehingga
rasio pengeluaran konsumsi rumah tangga per jumlah rumah tangga adalah Rp. 31.742.890,-
per RT/tahun.
2.4.1.2. Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Kapita
Pengeluaran konsumsi rumah tangga non pangan per kapita merupakan salah satu
indikator untuk mengukur kemampuan ekonomi daerah. Total pengeluaran konsumsi rumah
tangga non pangan per kapita berdasarkan PDRB menurut penggunaan Kabupaten Bireuen
atas dasar harga berlaku pada tahun 2016yaitu sebesar Rp. 3.960.660.430.000,- dan
totalpengeluaran konsumsi rumah tangga berdasarkan PDRB menurut penggunaan Kabupaten
Bireuen atas dasar harga berlaku pada tahun 2016 yaitu sebesar Rp 7.150.979.620.000,- ,
maka rasio pengeluaran konsumsi rumah tangga non pangan per kapita terhadap total
pengeluaran konsumsi RT per kapita adalah 1 : 1,2. Dari rasio ini maka pengeluaran konsumsi
RT non pangan per kapita adalah Rp. 39.407.595,- per RT/tahun.
II.4.2. Fokus Iklim Berinvestasi
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 155
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Upaya pembangunan ekonomi daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
rakyat membutuhkan kapitalisasi modal cukup besar agar dapat menghasilkan kondisi yang
baik untuk tujuan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Penanaman modal dalam bentuk
investasi sangat diperlukan dalam rangka pendayagunaan potensi sumber daya yang ada,
termasuk dalam penciptaan lapangan kerja di daerah ini. Untuk meningkatkan peluang-
peluang investasi diperlukan hal-hal sebagai berikut seperti terjaminnya iklim usaha yang
kondusif, tersedianya infrastruktur, terutama sarana perhubungan baik darat, laut dan udara
yang memadai dan juga adanya peran lembaga keuangan yang baik.
1. Angka Kriminal
Angka kriminalitas mempengaruhi Investasi yang ada disuatu wilayah atau daerah.
Semakin rendah angka kriminalitas pada suatu daerah maka semakin tinggi pula ketertarikan
investor untuk berinvestasi di daerah tersebut. Adapun jenis kriminalitas di Kabupaten Bireuen
yaitu :
Tabel 2.124.
Angka Kriminalitas di Kabupaten Bireuen
No JENIS KRIMINAL 2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6 7
1 Narkoba 40 39 39 42 62
2 Pembunuhan 4 - 2 4 1
3 Kejahatan Seksual 28 23 38 33 46
4 Penganiayaan 170 113 137 173 212
5 Pencurian 115 62 74 110 67
6 Penipuan 70 50 64 70 67
7 Pemalsuan Uang 1 - - - -
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 156
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
8 Jumlah tindak pidana
selama 1 tahun 821 625 714 917 952
9 Jumlah penduduk 406.083 413.817 423.397 435.300 443.627
10 Angka kriminal 821 625 714 917 952
Sumber : Polres Bireuen, 2017
Tabel di atas kiranya dapat memberikan gambaran angka kriminalitas di Kabupaten
Bireuen. Berdasarkan data yang ada terlihat angka kriminal diKabupaten Bireuen selama
kurun waktu antara tahun 2012 – 2016 terjadi peningkatan.
2. Lama Proses Perizinan
Investasi yang akan masuk kesatu wilayah atau daerah tergantung kepada daya saing investasi
yang dimiliki oleh wilayah/daerah yang bersangkutan, pembentukan daya saing investasi berlangsung
secara terus menerus dan dipengaruhi oleh beberapa sektor, salah satunya kemudahan perizinan. Proses
dan Prosedur Perizinan dapat meliputi proses prosedur pelayanan perizinan, proses penyelesaian
perizinan yang merupakan proses internal yang dilakukan oleh aparat/petugas. Secara umum
permohonan izin itu harus menempuh prosedur tertentu yang ditentukan oleh pemerintah, selaku
pemberi izin. disamping itu pemohon juga harus memenuhi persyaratan - persyaratan tertentu yang
dilakukan oleh Pemerintah sebagai pemberi izin yang ditentukan secara sepihak. Prosedur dan
persyaratan perizinan itu berbeda beda tergantung jenis izin. adapun jenis izin di Kabupaten Bireuen
sejumlah 31 jenis izin dan lamanya proses perizinan dari Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2016
bekisar antara 3 hari kerja sampai dengan 15 hari kerja.
Tabel 2.125.
Lamanya Proses Perizinan
URAIAN
TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 15 Hari Kerja
Izin Gangguan ( HO) 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja
Izin Tempat Usaha 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja.
Izin Usaha Kontruksi (IUJK) 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 157
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Tanda Daftar Perusahan (TDP) 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Tanda Daftar Industri 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Izin Reklame 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Izin trayek 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Izin Usaha Angkutan
Kendaraan Bermotor 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja
3 Hari
K1szserja 3 Hari Kerja
Izin Usaha Kepariwisataan 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Izin Usaha peternakan 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Izin Usaha pertanian 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Izin Usaha Pertambangan
Daerah 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja
Izin Usaha Perbengkelan 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Izin Usaha Sarang burung
Walet 15 Hari Kerja 15 Hari Kerja 15 Hari Kerja 15 Hari Kerja
Izin Pemindahan Limbah 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Izin Penangkapan Ikan 7 Hari Kerja 7 Hari Kerja 7 Hari Kerja 7 Hari Kerja 7 Hari Kerja
Izin Usaha Perikanan 7 Hari Kerja 7 Hari Kerja 7 Hari Kerja 7 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Izin Pas Kapal Di Bawah 7 GT 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Izin Bidang Penanaman Modal 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Izin Bidang Kesehatan 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja -
Izin Usaha Industri 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Izin Lokasi 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Izin Penimbunan 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Izin Usaha Perkebunan 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja -
Izin Usaha Operasional
Pengilingan Padi, Huler dan
Penyosohan Beras
14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 14 Hari Kerja 3 Hari Kerja
Izin Kapal Pengangkut Ikan 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja 3 Hari Kerja - 3 Hari Kerja
Izin Pengelolaan air
3 Hari Kerja
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 158
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
Izin Operasi Usaha peyedian
Tenaga Listrik Kepentingan
Pribadi
3 Hari Kerja
Sumber : Dinas Penanaman Modal, Perdagangan, Koperasi dan UKM, 2017
3. Jumlah Dan Macam Pajak Dan Retribusi Daerah
Salah satu sumber penerimaan daerah Kabupaten Bireuen adalah penerimaan
Retribusi. Sumber Retribusi daerah tersebut diharapakan akan menjadi sumber pembiayaan
Pemerintah dan Pembangunan daerah untuk meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Adapun jenis izin adalah izin Ganguan (HO), izin mendirikan bangunan (IMB) dan izin Usaha
Perikanan. Berikut adalah tabel jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah Kabupaten
Bireuen
Tabel 2.126.
Jumlah Dan Macam Pajak Dan Retribusi Daerah
NO
URAIAN TAHUN
JUMLAH DAN MACAM PAJAK
DAN RETRIBUSI DAERAH 2012 (Rp) 2013(Rp) 2014(Rp) 2015(Rp) 2016(Rp)
1 Izin Gangguan (HO) 113.716.308
(170 EKS)
398.980.500
(308 EKS)
582.677.200
(401 EKS)
435.671.500
(303 EKS)
430.501.500
(339 EKS)
2 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 207.200.000
(63 EKS) 246.800.000
(54 EKS) 49.115.972 (87 EKS)
188.443.750 (80 EKS)
263.300.000 (297EKS)
3 Izin Usaha Perikanan
2.892.000 (3
EKS)
Sumber : Dinas Penanaman Modal, Perdagangan, Koperasi dan UKM, 2017
Sebagai contoh, tabel diatas memperlihatkan bahwa pada tahun 2012, izin gangguan
(HO) sebanyak 170 eksemplar perijinan dengan retribusi daerah sebesar Rp. 113.716.308
meningkat menjadi sebanyak 339 eksemplar perijinan dengan nilai retribusi daerah sebesar
Rp. 430.501.500 pada tahun 2016. Hal ini menjelaskan bahwa terjadi peningkatan retribusi
daerah dari 2012 sampai dengan 2016.
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 159
RPJMK Bireuen Tahun 2017-2022
2.4.3. Fokus Sumber Daya Manusia
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan
pembangunan nasional dan daerah. Hal ini dapat disadari oleh karena manusia sebagai subyek
dan obyek dalam pembangunan. Mengingat hal tersebut, maka pembangunan SDM diarahkan
agar benar-benar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin dan
profesional. Disamping itu juga mampu memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu
dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan nasional.
Kualitas sumberdaya manusia juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya saing
daerah dan perkembangan investasi di daerah. Indikator kualitas sumberdaya manusia dalam
rangka peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat
ketergantungan penduduk untuk melihat sejauhmana beban ketergantungan penduduk.
Sumber daya manusia dapat dilihat dari dua aspek, yaitu : kuantitas dan kualitas.
Kuantitas sumber daya manusia tanpa disertai dengan kualitas akan menjadi beban bagi
pembangunan suatu bangsa. Sedangkan kualitas Sumber Daya Manusia adalah mutu Sumber
Daya Manusia yang menyangkut kemampuan, baik kemampuan fisik, maupun non fisik.
Untuk kepentingan akselarasi suatu pembangunan di bidang apapun, peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia merupakan salah satu syarat utama. Oleh sebab itu untuk
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dapat dilakukan melalui pendidikan. Artinya
semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin
baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja pada suatu daerah dapat dilihat dari
tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaikan S1, S2 dan S3.