8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Air minum
Air sangat penting untuk menopang hidup mahluk hidup, oleh karena itu
pasokan air harus memadai, aman, dan mudah diakses (WHO, 2011). Peningkatan
akses air minum yang aman dapat bermanfaat bagi kesehatan, oleh karena itu
setiap upanya perlu dilakukan untuk mendapatkan air yang aman.
2.1.1 Definisi Air Minum
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air
minum yang aman dikonsumsi bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan
fisik, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif. (Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, 2010) Pengertian air minum dapat dilihat juga dalam
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor :
651/MPP/Kep/10/2004 yaitu tentang persyaratan teknis Depot air minum dan
perdagangannya. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa Air minum adalah
air baku yang telah diproses dan aman untuk diminum. Dua pengertian diatas
maka dapat diartikan bahwa, Air minum adalah air yang dapat langsung diminum
tanpa menyebabkan gangguan bagi orang yang meminumnya.
2.1.2 Sumber Air Minum
Sumber air minum merupakan salah satu faktor yang menentukan air
minum tersebut layak atau tidak dikonsumsi. Air minum yang aman dikonsumsi
9
bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologis, kimiawi dan
radioaktif. (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Pada prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran
yang dinamakan “Cyclus Hydrologie” yaitu proses dimana matahari menyinari
bumi sehingga air laut menguap membentuk awan kemudian dengan adanya
bantuan angin makin lama mkin tinggi dengan temperatur makin rendah sehingga
terjadilah hujan. Air hujan ini mengalir kedalam tanah, dan jika menjumpai
lapisan rapat air, maka peresapan akan berkurang, sehingga sebagaian air akan
mengalir diatasa lapisan rapat air. Jika air ini keluar pada permukaan bumi, maka
air ini akan disebut mata air. Tetapi banyak diantaranya mengalir kelaut kembali
dan kemudian akan mengikuti siklus hidrologi ini.
Sumber air dibedakan menjadi :
1. air laut mempunyai sifat asin karena banyak mengandung garam NaCl.
2. Air hujan bersifat agresif sehingga pipa penyalur dan bak resevior akan
mempercepat terjadinya korosi dan air hujan sangat lunak sehingga akan boros
terhadap pemakaian sabun.
3. Air permukaan adalah air yang berada dipermukan bumi dan dapat ditemui
dengan mudah. Contoh air permukaan adalah air danau atau rawa dan air
sungai.
4. Air tanah adalah air yang terletak di tempat yang lebih dalam dan untuk
mendapatkanya harus dilakukan pengorbanan terlebih dahulu hingga mencapai
kedalaman 100 - 300 m. Akses terhadap air tanah biasanya terbatas dan apabila
habis maka sumber air ini tidak dapat digantika (Irianto, 2006).
10
2.1.3 Jenis Air Minum
Jenis air minum, menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas air minum adalah :
a. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga.
b. Air yang didistribusikan melalui tangki air
c. Air kemasan
d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang
disajikan kepada masyarakat (Keputusan Menteri Kesesehatan RI, 2002).
2.1.4 Manfaat Air Minum
Peranan air sangatlah penting bagi kehidupan. Sekitar 50-70% berat total
tubuh manusia terdiri atas air dan merupakan media tempat berlangsungnya
hampir setiap proses tubuh (Irianto, 2006). Otak dan darah adalah dua organ
penting yang memiliki kadar air diatas 80%, otak memiki komponen air sebanyak
90%, sementara darah memiliki komponen air 95%. Tulang yang keras
mengandung 22% air. Meskipun manusia dapat hidup beberapa bulan tampa
makan, bertahan dibawah teriknya panas, ataupun dalam kondisi kering, namun
manusia hanya bisa betahan hidup hanya satu atau dua hari tanpa air. Kekurangan
air dalam tubuh dapat menyebabkan kematian (Hamidin, 2002).
Air mempunyai peranan sangat besar dalam penularan beberapa penyakit
menular. Besarnya peranan air dalam penularan penyakit disebabkan oleh keadaan
air itu sendiri yang sangat membantu dan sangat baik untuk kehidupan
mikroorganisme (Sutrisno dan Eni, 1996).
11
2.1.5 Persyaratan Air Minum
Persyaratan air minum dipengaruhi oleh kondisi negara masing-masing,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada saat dunia dilanda krisis air
karena semakin menurunnya kualitas air akibat pencemaran, maka dikeluarkan
standar persyaratan kualitas air minum. Di Indonesia, standar persyaratan kualitas
air ditetapkan oleh Departemen Kesehatan mulai tahun 1975 kemudian diperbaiki
tahun 1990 dan diperbaiki lagi tahun 2002. Persyaratan kualitas air minum dalam
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
:907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat - syarat dan Pengawasan Kualitas air
minum, adalah meliputi Persyaratan : Bakteriologi, Kimiawi, Radioaktif dan Fisik
Tabel 2.1 Persyratan Kualitas Air Minum (Kepmenkes. RI, 2002)
NO Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang
Diperpolehkan
Keterangan
FISIKA
-
mg/L
Skala
NTU
-
ºC
Skala
TCU
-
1.000
5
-
Suhu udara ±3 ºC
15
Tidak berbau
-
-
Tidak berasa
-
Bau
Jumlah zat padat
terlarut (TDS)
Kekeruhan
Rasa
Suhu Warna
KIMIA
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0,001
0,2
0,05
1,0
0,3
1,5
0,005
500
250
Kimia Anorganik
Air raksa
Alumunium
Arsen
Barium
Besi
Fluorida
Kadnium
Kesadahan(CaCO3)
Klorida
12
Kromium, Valensi 6
Mangan
Natrium
Nitrat, sebagai N
Nitrit, sebagai N
Perak
pH
Selenium
Seng
Sianida
Sulfat
Sulfida(sebagai H2S)
Tembaga
Timbal
mg/L
-
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0,05
0,1
200
10
1,0
0,05
6,5 – 8,5
0,01
5,0
0,1
400
0,05
1,0
0,05
Merupakan
batas minimum
dan maksimum
Kimia Organik
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0,0007
0,01
0,00001
0,0003
0,03
0,10
0,03
0,05
0,01
0,0003
0,003
0,00001
0,004
0,03
0,01
0,10
0,01
10
Aldrin dan Dieldrin
Benzena
Benzo (a) pyrene
Chlordane(total isomer)
Coloroform
2,4 D
DDT
Detergen
1,2 Discloroethane
1,1 Discloroethene
Heptaclor dan heptaclor
epoxide
Hexachlorobenzene
Gamma-HCH (Lindane)
Methoxychlor
Pentachlorophanol
Pestisida Total
2,4,6 urichlorophenol
Zat organik (KMnO4)
Mikrobiologik
Jumlah
per 100
ml
Jumlah
per 100
ml
0
0
95% dari
sampel yang
diperiksa
selama setahun.
Kadang-kadang
boleh ada
3 per 100 ml
Koliform Tinja
Total koliform
13
sampel air,
tetapi tidak
berturut-turut
Radio Aktivitas
Bq/L
Bq/L
0,1
1,0
Aktivitas Alpha
(Gross Alpha Activity)
Aktivitas Beta
(Gross Beta Activity)
2.2 Depot Air Minum
2.2.1. Definisi
Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan
air baku menjadi air minum dan menjual lansung pada konsumen. Proses
pengolahan air pada depot air minum pada prinsifnya adalah filtrasi( penyaringan)
dan disinfektan. Proses filtrasi dimaksudkan, selain untuk memisahkan
kontaminasi dan tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk koloid
termasuk mikroorganisme dari dalam air, sedangkan disinfektan dimaksudkan
untuk membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring pada proses sebelumnya
(Athena, 2004).
2.2.2 Peralatan Depot Air Minum
Mesin dan peralatan produksi yang digunakan dalam Depot air minum
yaitu (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2014) :
1. Storage Tank : Berguna untuk menampung air baku.
2. Stainliss Water Pump: Berguna untuk memompa air baku dari tempat storage
tank kedalam tabung filter.
3. Tabung filter mempunyai tiga tahapan, yaitu :
Tabung yang pertama adalah
14
a. Active sand media filter untuk menyaring partikel -partikel yang kasar
dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang
sama.
b. Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk
menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.
c. Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter
merupakan karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu, rasa,
warna, sisa khlor dan bahan organik.
4. Micro Filter
Saringan air yang terbuat dari polyprophylene fiber yang gunanya
untuk menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5 mikron, 1
mikron dan 0,4 mikron dengan maksud untuk memenuhi persyaratan air
minum.
5. Flow Meter
Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir ke dalam galon isi
ulang.
6. Lampu ultraviolet dan ozon
Lampu ultraviolet atau ozon digunakan untuk desinfeksi/sterilisasi pada air
yang telah diolah.
7. Galon isi ulang
Galon isi ulang digunakan sebagai tempat atau wadah untuk
menampung atau menyimpan air minum di dalamnya. Pengisian wadah
15
dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam
tempat pengisian yang higienis.
2.2.3 Proses Produksi Depot Air Minum
Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor
651/MPP/Kep/l0/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan
Perdagangannya. Urutan proses produksi depot air minum adalah sebagai berikut :
a. Penampungan air baku
Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki
air dan selanjutnya ditampung dalam bak tendon. Bak tendon dibuat dari bahan
tara pangan (food grade) dan bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari
air.
Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas:
1. Khusus digunakan untuk air minum
2. Mudah dibersihkan dan didesinfektan, diberi pengaman.
3. Harus mempunyai ”manhole”
4. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran.
5. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi
penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan
kontaminasi. Tangki, selang, pompa dan sambungan harus terbuat dari
bahan tara pangan (food grade) tahan korosi dan bahan kimia yang dapat
mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan
desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.
16
b. Penyaringan bertahap
Tahapan penyaringan antara lain terdiri dari :
(1) Saringan berasal dari pasir atau sandfilter
(2) Saringan karbon aktif atau carbonfilter
(3) Saringan halus atau microfilter
c. Desinfeksi
Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen. Proses
desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki
pencampur ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian
berkisar antara 0,06 – 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon,
dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang
gelombang 254 nm atau kekuatan 2.537 derajat Angstrom. Proses desinfeksi
sinar ultra violet yaitu dengan melewatkan air kedalam tabung atau pipa yang
disinari dengan lampu ultraviolet
1. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah
Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan
tara pangan (food grade) dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa
wadah yang dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap
tidak layak untuk digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang
akan diisi harus disanitasi dengan menggunakan ozon (O3) atau air
ozon (air yang mengandung ozon).Bilamana dilakukan pencucian maka
harus dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara
pangan (food grade) dan air bersih dengan suhu berkisar 60-85⁰C,
17
kemudian dibilas dengan air minum/air produk secukupnya untuk
menghilangkan sisa-sisa deterjen yang dipergunakan untuk mencuci.
2. Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta
dilakukan dalam tempat pengisian yang hi gienis
3. Penutup
Penutupan wadah dapat dilakukandengan tutup yang dibawa konsumen dan
atau yang disediakan oleh depot air minum (Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan, 2004 ).
Di bawah ini bagan alir pengolahan air minum dari penampungan air baku
sampai air siap untuk dikemas.
2.1 Bagan alir pengolahan air minum
(SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004).
18
2.3 Hygiene dan Sanitasi Depot Air Minum
Hygiene Sanitasi adalah upaya kesehatan untuk mengurangi atau
menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran
terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk proses pengolahan,
penyimpanan dan pembagian air minum (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2014).
Adapun persyaratan ataupun pedoman pelaksanaan hygiene dan sanitasi
adalah :
1. Lokasi
Lokasi di Depot Air Minum harus terbebas dari pencemaran yang
berasal dari debu di sekitar Depot, daerah tempat pembuangan kotoran/sampah,
tempat penumpukan barang bekas, tempat bersembunyi/berkembang biak
serangga, binatang kecil, pengerat, dan lain-lain, tempat yang kurang baik
system saluran pembuangan air dan tempat-tempat lain yang diduga dapat
mengakibatkan pencemaran (Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan RI, 2004).
2. Bangunan
Konstruksi dari bengunan sendiri harus memenuhi persyaratan fisik,
bangunan harus kuat, aman dan mudah dibersihkan serta mudah pemeliharaanya.
Tata ruang usaha depot air minum isi ulang minimal terdiri dari: Ruangan proses
pengolahan, ruangan tempat penyimpanan, ruangan tempat pembagian /
penyediaan, ruang tunggu pengunjung.
19
Lantai depot harus memenuhi syarat sebagai berikut; Bahan kedap air,
permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah
dibersihkan, selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu.
Dinding bangunan depot harus memenuhi syarat: Bahan kedap air,
permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan. Warna
dinding terang dan cerah, selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas
dari pakaian tergantung. Khusus dinding yang berhubungan dengan semprotan
air harus rapat air setinggi minimal 2 meter dari lantai.
Untuk atap dan langit-langit dipersyaratkan: Atap bangunan harus
menutup sempurna seluruh bangunan, bahan atap tahan terhadap air dan tidak
bocor, konstruksi atap dan langit-langit dibuat anti tikus (rodent proof), langit-
langit harus menutup sempurna seluruh ruangan, bahan langit-langit harus
kuat, tahan lama dan mudah dibersihkan, dan tidak menyerap debu. Permukaan
langit-langit harus rata dan berwarna terang, dalam keadaan bersih dan tidak
berdebu, Tinggi minimal 3 meter dari lantai.
Syarat yang harus dipenuhi untuk pintu adalah: bahan pintu harus kuat,
tahan lama dan tidak melepaskan zat beracun, permukaan rata, halus, berwarna
terang, mudah dibersihkan, pemasangannya rapih sehingga dapat menutup
dengan baik, membuka kedua arah, selalu dalam keadaan bersih dan tidak
berdebu.
Syarat yang harus dipenuhi untuk jendela adalah: jendela depot harus
dibuat dari bahan tembus pandang sehingga proses pengolahan dapat terlihat
jelas. Dibuat dari bahan yang tahan lama, permukaan rata, halus, berwarna
20
terang dan mudah dibersihkan. Tinggi sekurang-kurangnya 1 meter diatas
lantai, luasnya disesuaikan dengan kegunaannya. Permukaan tempat kerja dan
ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya, baik alam
maupun buatan dengan minimal 10 – 20 foot candle atau 100 – 200 lux untuk
kenyamanan, depot harus diatur ventilasi yang dapat menjaga suhu yang
nyaman dengan cara: menjamin terjadi peredaran udara dengan baik, tidak
mencemari proses pengolahan dan atau air minum, menjaga suhu tetap nyaman
dan sesuai kebutuhan
Setiap sekat pemisah bangunan depot untuk pencucian, pengisian dan
pengolah harus dari bahan yang kuat, tidak melarutkan zat beracun serta mudah
dibersihkan. Konstruksi sekat pemisah harus menjamin tidak dapat dimasuki
serangga dan tikus (insect and rodent proof). Setiap proses yang
memungkinkan terjadinya dampak radiasi harus dilakukan perlindungan yang
dibutuhkan. Untuk mengukur dampak radiasi, harus dilakukan pengujian
secara berkala sesuai kebutuhan
4. Fasilitas Sanitasi
Hygiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan faktor
– faktor air minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau
mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Untuk
itu membutuhkan fasilitas sanitasi untuk mewujudkan hygiene sanitasi. Depot
sedikitnya harus menyediakan sedikitnya fasilitas sanitasi adalah ; tempat cuci
tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran limbah (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
21
5. Sarana Pengolahan Air Minum
Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum
harus menggunakan peralatan yang disyahkan pemakaiannya oleh Departemen
Kesehatan. Alat dan perlengkapan yang dimaksud meliputi: Kran pengisian air
baku, pipa pengisian air baku, tandon air baku, pompa penghisap dan penyedot,
filter, mikro filter, kran pengisian air minum curah, kran pencucian botol,
tangki pembawa air, kran penghubung (hose), peralatan sterilasi (Peraturan
Menteri Kesehatan RI, 2014).
6. Air baku
Air baku adalah air bersih yang sesuai dengan Peraturan menteri
Kesehatan no. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air. Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai
dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum.
Untuk menjamin kualitas air baku wajib dilakukan pengambilan sampel secara
periodik (Peraturan Menteri Kesesehatan, 1990).
Berdasarakan standar nasional yang mengatur kualitas air minum yaitu
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01 3553 – 1996 dari Departeman
Perindustrian dan Perdagangan, yang menyatakan bahwa batas maksimal total
angka kuman adalah 100 koloni/ml serta peraturan Mentri Kesehatan nomor
907/MENKES/SK/VII/2002, yang menyatakan bahwa memenuhi persyaratan
diantaranya tingkat kontaminasi 0 koloni / 100 ml untuk keberadaan bakteri
coli form (Surat Keputusan Menteri Kesehatan, 2002).
22
2.4 Escherichia Coli
Adanya mikroba dalam air selalu dikaitkan dengan konsumsi air minum
yang tercemar oleh kotoran manusia dan hewan. Penyakit infeksi yang disebabkan
oleh patogen yang disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit merupakan resiko
kesehatan yang paling umum ditemui terkait dengan mengkonsumsi air minum.
Cemaran E.coli dan colifrom menjadi perhatian yang penting dalam setiap uji
sampel air minum karena ini digunakan sebagai bakteri indikator sanitasi
(Keputusan Menteri Kesehata RI, 2002).
2.4.1 Karakteristik Escherichia coli
E. coli merupakan flora normal pada usus kebanyakan hewan berdarah
panas serta manusia. Bakteri ini termasuk kedalan bakteri gram negatif, berbentuk
batang, tidak membentuk spora, kebanyakan bersifat motil (dapat bergerak)
menggunakan flagel, ada yang mempunyai kapsul, dapat menghasilkan gas dari
glukosa, serta dapat mempermentasi laktosa (Jawetz, 2015).
E.coli merupakan bakteri yang dapat digunakan sebagai bakteri
indikator sanitasi. Bakteri indikator sanitasi yang dimaksud menurut (Surat
Keputusa Menteri Perindustrian dan Perdagangan 2002) bahwa air minum tidak
diperbolehkan mengandung bakteri E. coli dan colifrom. Bakteri E. coli yang
ditemukan dalam air atau makanan dikatakan tercemar oleh kotoran manusia
karena bakteri E. coli lazim ditemukan pada usus manusia, sehingga dengan
adanya bakteri tersebut menunjukan bahwa dalam tahapan pengolahan air atau
makanan pernah mengalami kontak dengan kotoran yang bersal dari usus manusia
dan mukin mengandung bakteri pathogen lain yang berbahaya (Irianto, 2006).
23
Gambar 2.2 Bakteri Escherichia coli di lihat dengan pengecatan gram (Jawetz,
2015)
2.4.2 Klasifikasi Escherichia coli
Diketahui strain E.coli yang menyerang manusia diklasifikasikan ke
dalam lima grup yaitu :
1. Enteropathogenic E. coli (EPEC),
E. Coli Enteropatogenik (EPEC) Penyebab penting diare pada bayi,
khususnya dinegara berkembang.EPEC melekat pada selmukosa yang kecil.
Faktor yang diperantarai secara kromosom menimbulkan pelekatan yang
kuat.Akibat dari infeksi EPEC adalah diare cair yang biasanya sembuh sendiri
taetapi dapat juga kronik. EPEC menggunakan adhesin yang dikenal sebagai
intimin untuk mengikat inang sel usus. Sel EPEC invasive (jika memasuki
selinang) dan menyebabkan radang
2. Enterotoxigenic E. coli (ETEC),
E.coli Enterotoksigenik (ETEC) Penyebab yang sering dari “diare
wisatawan” dan sangat penting menyebabkan diare pada bayi di Negara
berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk menimbulkan
pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil. Lumen usus terenggang oleh cairan
24
dan mengakibatkan hipermortilitas serta diare, dan berlangsung selama
beberapa hari. Galur E. coli enterotoksigenik yang menyebabkan diare akut
pada manusia dan hewan ternak mempunyai kemampuan untuk memproduksi
2 macam enterotoksin yang berbeda yaitu :
a) tidak tahan panas (heat-labile toksin = LT) Enterotoksin tidak tahan panas
(LT) diproduksi oleh galur ETEC asal hewan atau manusia. Penumpukan
cyc/ic-AMP pada sel mukosa usus akan memblok absorbsi air pada
bagian villus dan merangsang sekresi cairan tubuh dan garam elektrolit
pada bagian krip usus halus
b) Tahan panas (heat stable toxin = ST). Sifat sensitifitas terhadap panas dari
toksin. Enterotoksin dari E. coli yang tahan panas (ST) merupakan protein
dengan berat molekul yang rendah bersifat non imunogenik. Dapat
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu Sta dan STb. Sta bersifat larut dalam
metanol dan dapat lolos dari membrankan tongdialisis.
3. Enterohemorrhagic E. coli (EHEC),
E. Coli Enterohemoragik (EHEC) Menghasilkan verotoksin, dinamai sesuai
efek sitotoksinya pada sel Vero. Terdapat sedikitnya dua bentuk antigenic
dari toksin yaitu EHEC yang berhubungan dengan holitis hemoragik (HC)
dan hemolytic-uremic syndrome (HUS).
4. Enteroinvasive E. coli (EIEC),
E. Coli Enteroinvansif (EIEC) Menyebabkan penyakit yang sangat mirip
dengan shigellosis. Penyakit terjadi sangat mirip dengan shigellosis. Penyakit
sering terjadi pada anak – anak di Negara berkembang dan para wisatawan
25
yang menuju ke Negara tersebut. EIEC melakukan fermentasi laktosa dengan
lambat dan tidak bergerak. EIEC menimbulkan penyakit melalui invasinya ke
sel epitel mukosa usus. Diare ini ditemukan hanya pada manusia.
5.Enroaggregative E.coli (EAEC): E.coli Enteroagregatif (EAEC)
Menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di negara berkembang.
Bakteri ini ditandai dengan pola khas pelekatannya pada sel manusia. EAEC
juga menproduksi hemolisin dan heat-labile toksin (Jawetz, 2015).
2.4.3 Infeksi Escherichia coli Pada manusia
Habitat alami dari E.coli adalah saluran pencernaan bawah hewan dan
Manusia. E. coli di tularkan kemanusia melalui jalur fekal- oral atau dari feses
kemulut, mengkonsumsi makanan dan sumber air yang tercemar, prilaku yang
tidak higinis setelah buang air besar dapat menjadi penyebab masuknya E. coli
kedalam tubuh saat makan (Jawetz, 2015).
E.coli juga bisa masuk melalui tangan atau alat – alat yang tercemar oleh
tinja. Apabila pada tempat pembuangan tinja yang tidak saniter maka E. coli dapat
dengan mudah mencemari air permukaan dan tanah. Apabila dalam kondisi
tersebut air digunakan sebagai sumber air minum kemudian dikonsumsi tampa
derebus terlebih dahulu maka kemungkinan menyebabkan diare pada masyarakat
(Irianto, 2006).