7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 PASANGAN USIA SUBUR (PUS)
Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-
laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan
usia subur yang berstatus janda atau cerai. Pada masa ini pasangan usia subur
harus dapat menjaga dan memanfaatkan reprduksinya yaitu menekan angka
kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval
kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan
kualitas generasi yang akan datang.
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah Pasangan suami-istri yang istrinya
berumur 15-49 tahun dan masih haid, atau pasangan suami-istri yang istrinya
berusia kurang dari 15 tahun dan sudah haid, atau istri sudah berumur lebih dari
50 tahun, tetapi masih haid (datang bulan). Namun dalam mini survei dibatasi
wanita PUS umur 15-49 tahun.
2.1 KONTRASEPSI
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah atau melawan
dan “Konsepsi” yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah upaya mencegah
pertemuan sel telur matang dan sperma untuk mencegah kehamilan upaya
8
tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen (prawirohardjo,
2002). Jadi, pemilihan kontrasepsi adalah menentukan alat atau obat yang
digunakan untuk mencegah atau menghindari terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma baik yang
bersifat sementara maupun bersifat permanen.
Menurut Sahora Pinem (2002: 202) mengemukakan bahwa :
“pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan yaitu” :
a. Tujuan Umum : Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan
gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS.
b. Tujuan pokok : penurunan angka kelahiran yang bermakna. Gna
mencapai tujuan tersebut, ditempuh kebijaksanaan menggolongkan
pelayanan KB kedalam tiga fese yaitu :
1. Fase menunda kehamilan/kesuburan
2. Fesa menjarangkan kehamilan
Menurut Saifudin, Abdul Bari dkk, 2006 (dalam Sahora Pinem, 2002:
208) bahwa : ”secara umum persyaratan metode kontresepsi ideal adalah
sebagai berikut :
a) Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan.
b) Berdaya guna, artinya bila dugunakan sesuai dengan aturan akan dapat
mencegah terjadinya kehamilan.
c) Dapat diterima bukan hanya oleh klien tetapi juga lingkungan budaya di
masyarakat.
9
d) Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klen akan segera
kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrsepsi :
1) Faktor pasangan: Usia, gaya hidup, frekuensi sanggama, jumlah keluarga
yang diinginkan, pengalaman dengan kontrasepsi
yang lalu, sikap kewantaan, sikap kepriaan.
2) Faktor kesehatan: Kontraindikasi absolut atau relatif, status kesehatan,
riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan panggul.
3) Faktor metode kotrasepsi : pemeriksaan dan pemakaian
berkesinambungan dipandang dari pihak calon
akseptor dan pihak medis (petugas KB), efektifitas,
efek samping minor, kerugian, biaya dan komplikasi
potensial.
Jenis-jenis kontrasepsi
Di bawah ini dijelaskan beberapa jenis-jenis alat kontrasepsi yang
biasa digunakan
1. Metode Sederhana
1) Tanpa Alat
1. KB alamiah = Natural family planning.
10
= Fertility Awarenness methods.
= Periodik Abstines.
= Metode Rhyhm.
= Pantang berkala.
a. Metode Kalender (ogino-Knaus)
Dasar : menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat
selama 6-12 bulan.
Teknik metode kalender :
a) Untuk menentukan awal masa subur dengan
mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek.
b) Untuk menentukan akhir masa subur dengan
mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang.
Perkiraan masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi
yaitu :
a) Spermatozoa bertahan hidup dalam tuba falopii 2-3 hari dan
ovum hidup selama 24 jam setelah ovulasi. Oleh karena itu
masa subur ialah 12-16 hari sebelum haid yang akan datang.
b) Masa berpantang dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan
dengan masa subur tetapi lebih aman kalau dimulai 18 hari
sebelum haid yang akan datang. Penjelasannya sebagai berikut:
11
c) Biasanya ovulasi terjadi pada hari ke-14 sebelum haid yang
akan datang, tetapi dapat juga lebih cepat atau lebih lambat 2
hari, yakni menjadi hari ke-16 atau hari ke-12 sebelum haid
yang akan datang. Sperma dapat hidup selama 2 x 24 jam, dan
hal ini dapat dipakai untuk menentukan saat permulaan masa
berpantang, yaitu 2 hari sebelum ovulasi sehingga masa
berpantang dimulai pada hari ke-18 sebelum haid berikutnya.
d) Sel telur dapat hidup selama 1 x 24 jam. Hal inipun dapat
digunakan untuk menentukan saat terakhir mada berpantang,
yaitu 24 jam sesudah ovulasi, sehingga masa berpantang
terakhir adalah hari ke-11 sebelum haid berikutnya.
b. Metode Suhu badan Basal (termal)
Dasar : peninggian suhu badan basal 0,2 – 0.5 0C pada waktu
ovulasi. Peningkatan suhu badan basal disebabkan oleh
peningkatan kadar hormon progesteron, mulai 1 -2 hari setelah
ovulasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu badan basal :
1) Influenza atau infeksi saluran pernapasan lain.
2) Peradangan lokal lidah, mulut atau daerah anus.
3) Penyakit-penyakit lain yang meningkatkan suhu badan.
4) Jam tidur yang tidak teratur.
12
5) Minum minuman panas atau dingin sebelum pengambilan suhu
badan basal.
6) Pemakaian selimut elektris.
7) Gagal membaca termometer dengan tepat.
8) Efektifitas metode suhu badan basal.
c. Metode Lendir Serviks atau Metode Ovulasi Bilinga (MOB)
Dasar : perubahan siklis dari lendir yang terjadi karena perubahan
kadar estrogen.
Cara pemeriksaan lendir serviks : Masa subur dapat dipantau melalui
lendir serviks yang keluar dari vagina, pengamatan sepanjang hari, dan
ambil kesimpulan pada malam hari. Klien dianjurkan untuk
memeriksakan lendir dengan jari tangan atau tissu di luar vagina dan
perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk
periksa ke dalam vagina.
Ciri-ciri ledir serviks pada berbagai fase dari siklus haid (30) hari
a) Fase 1. Haid hari 1-5, lendir dapat ada atau tidak dan tertutup oleh
darah haid.
b) Fase 2. Pasca haid hari ke 6-10, tidak ada lendir atau kalaupun ada
sedikit sekali.
c) Fase 3. Awal pra-ovulasi hari ke 11-13, lendir keruh, kuning atau
putih dan lihat (kenyal). Perasaan wanita lihat dan atau lembab.
13
d) Fase 4. Segera sebelum pada saat dan sesudah ovulasi, hari ke 14-
17. Lendir bersifat jernih, licin, basah, dapat diregangkan dan
konsistensinya seperti putih telur. Hari terakhir dari fase ini
dikenal sebagai “gejala puncak” atau peak symptom. Perasaan
wanita lubrikatif dan atau basah.
e) Fase 5. Pasca ovulasi hari ke 18-21, lendir sedikit, keruh dan liat.
Perasaan wanita liat dan atau lembab.
f) Fase 6. Akhir pasca ovulasi atau segera pra-haid, hari ke 27-30
lendir jernih seperti air. Perasaan wanita liat dan atau lembab dan
atau basah.
2. Coitus interruptus
Metode Coitus interuptus juga dikenal dengan metode
senggama terputus. Teknik ini dapat mencegah kehamilan
dengan cara sebelum terjadi ejakulasi pada pria, seorang pria
harus menarik penisnya dari vagina sehingga tidak setetespun
sperma masuk kedalam rahim wanita.
2). Dengan Alat
1. Metode Barier
a) Kondom pria
b) Barier Intra-vaginal : Diagfragma, Kap serviks, spons, dan
kondom perempuan.
14
2. Kimiawi
Spermisid : vagina cream, Vagina foam, Vaginal Jelly, Vagina
suppositoria, Vagina tablet (busa), Vagina soluble film.
2. Metode Modern
1. Kontrasepsi hormonal
Pre-oral
a. Pil Oral Kombinasi (POK).
b. Mini-pil.
c. Morning-after-pill.
Suntik : ( DMPA, NET-EN, Microspheres, Microcapsules).
Sub-kutis : Implant ( Alat Kontrasepsi Bawah Kulit = AKBK)
2. Intra Utirine Devices ( IUD, AKDR).
3. Kontrasepsi Mantap :
1) Pada wanita (MOW)
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk
menghentikan kesuburan. Dengan menutup atau oklasi tuba falopii
(mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga
spermatozoa tidak dapat bertemu dengan ovum.
15
Kelebihan
a. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama
tahun pertama penggunaan).
b. Tidak efek samping dalam jangka panjang.
c. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi loka.
d. Tidak bergantunf pada faktor senggama.
Kelemahan/Efek samping
a. Risiko dan efek samping pembedahan.
b. Kadang-kadang sedikit merasa nyeri pada saat operasi.
c. Infeksi mungkin saja terjadi, bila prosedur operasi tidak benar.
2) Pada pria (MOP)
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan
kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa
defrensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses
fertilisasi (penyatuan ovum dengan sperma)tidak terjadi
(Saifuddin, Abdul Bari dkk,2006).
Kelebihan
a. Tidak mengganggu ereksi, potensi seksual dan produksi
hormon.
b. Sifatnya permanen.
16
c. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi,
dapat seumur hidup.
d. Lebih efektif (tingkat kegagalan sangat kecil).
Kelemahan/Efek samping
a. Harus ada tindakan pembedahan.
b. Tidak dilakukan pada suami yang masih ingin memiliki anak.
c. Kadang-kadang timbul infeksi pada kulit skrotum, apabila
operasinya tidak sesuai dengan prosedur.
Berdasarakan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :
1. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori
ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW.
2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk
dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain
metode yang termasuk dalam MKJP. Berikut ini kontrasepsi non MKJP
yaitu :
a. Kondom
Dasarnya kondom dapat menghalangi masuknya spermatozoa ke
dalam traktus genitalia interna perempuan.
Kondom merupakan sarung/selubung karet yang berbentuk silinder,
dapat terbuat dari lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat bersenggama.
17
Muaranya berbentuk tebal dan kalau di gulung berbentuk rata atau
mempunyai bentuk seperti putting susu.
Cara Kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan spermatozoa dan ovum
dengan cara menampung sperma di ujung kondom sehingga sperma
tersebut tidak masuk ke dalam vagina perempuan.
Keuntungan
1. Mencegah kehamilan, dapat diandalkan dan reversibel.
2. Tidak mengganggu kesehatan klien.
3. Mencegah penularan HIV/AIDS dari satu pasangan kepaada yang
lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).
4. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau follow up.
5. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks pada perempuan
(mengurangi iritasi bahan kasinogenik eksogen pada serviks).
6. Pria secara aktif ikut dalam program KB, pasangan saling
berinteraksi.
7. Mencegah imuno infertilitas.
8. Efektif bila dipakai dengan baik dan benar.
Kerugian
1. Angka kegagalan relatif tinggi.
18
2. Perlu menghentikan sementara aktifitas dan spontanitas hubungan
seks guna memasang kondom.
3. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus-menerus pasca
setiap senggama.
b. Pil
Pil kontrasepsi mengandung kombnasi hormon estrogen dan
progesteron, dan merupakan salah satu cara pencegahan kehamilan
paling ekonomis. Alasannya karena harganya relatif murah. Pil
kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah ovulasi, dan mengentalkan
lendir serviks sehingga sperma tidak bisa mencapai uterus.
Cara kerja
1. Menekan ovulasi.
2. Mencegah implantasi.
3. Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.
4. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula.
Efektifitas
Efektifitas teoritis untuk pil sebesar 99,7% sedangkan efektifitas
praktisnya 90-96%. Artinya pil cukup efektif jika tidak lupa meminum
pil secara teratur.
19
Keuntungan
1. Mudah menggunakannya dan mudah didapat.
2. Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid.
3. Mengurangi resiko terjadinya KET (Kehamilan Ektropik Terganggu)
dan kista ovarium.
4. Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium dan rahim.
5. Pemilihan kesuburan hampir 100%.
Efek samping
Penggunaan pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan efek
samping antara lain : mual, BB naik, sakit kepala (berkunang- kunang),
perubahan warna kulit dan efek samping ini dapat timbul berbulan-bulan.
c. Suntik
Penggunaan alat kontrasepsi suntik merupakan tindakan invasif.
Karena menembus pelindung kullit, penyuntikan harus dilakukan hati-hati
dengan teknik aseptik untuk mencegah infeksi (buku petugas fasilitas
pelayanan KB (Depkes, RI 2006).
Cara Kerja
1. Menekan ovulasi.
20
2. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu.
3. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu.
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Efektifitas
1. Dalam teori: 99,755%
2. Dalam pratek: 95-97%
Keuntungan
a. Mengurangi kunjungan.
b. Merupakan metode yang telah dikenal oleh masyarakat.
c. Dapat dipakai dalam waktu yang lama.
d. Tidak mempengaruhi produksi air susu ibu (ASI).
Efek samping
Efek samping dari suntik Cyclofem yang sering ditemukan adalah
mual, BB bertambah, sakit kepala, pusing dan kadang gejala tersebut
hilang setelah beberapa bulan atau setelah dihentikan. Sedangkan efek
samping dari suntikan Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston dan
noristiet yang sering dijumpai adalah mentruasi tidak teratur, masa
menstruasi akan lebih lama, terjadi bercak perdarahan bahkan mungkin
menjadi anemia pada beberapa klien.
21
d. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra-Uterine
Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan
dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim.
Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dapat dapat dilepaskan setiap saat
bila anda berkeinginan untuk mempunyai anak.
Cara Kerja
AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur.
Efektifitas
Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian
selama 1 tahun).
Keuntungan
a. Tidak terganggu faktor lupa.
b. Metode jangka-panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan
menggunakan Tembaga T 380A).
c. Mengurangi kunjungan ke klinik.
d. Tidak mengganggu produksi ASI
Kerugian
a. Dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi panggul.
b. Klien tdak bisa memasang ataupun melepas sendiri, petugas
kesehatan yang diperbolehkan memasang juga yang telah terlatih.
22
c. Kemungkinan terlepasnya AKDR setelah pemasangan atau selama
pemakaian, sehingga akseptor harus mengecek keberadaan AKDR
dengan meraba dengan jari benang pada liang vagina sewaktu-waktu
(bila ada indikasi terlepasnya AKDR) atau rutin pada akhir
menstruasi.
Efek samping
Perdarahan dan kram selama minggu pertama setelah pemasangan.
Kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu
pada saat berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari
posisi) sebagian atau seluruhnya. Pemasangan IUD mungkin
menimbulkan rasa tidak nyaman, dan dihubungkan dengan resiko infeksi
rahim.
2.3 PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah isi pikiran perasaan yang dirasakan oleh individu yang
belum tentu sama dengan individu lain yang disampaikan secara lisan dari
sesuatu yang dia lihat dan rasakan.
Notoatmodjo (2010: 27) mengemukakan bahwa : “ pengetahuan adalah hasil
pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra
yang dimilikinya ( mata, hidung, telinga, dan sebagainya )”.
23
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat
yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan :
1. Tahu (know)
Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
3. Aplikasi (application)
Diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat
menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi yang lain.
4. Analisis (analysisi)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
24
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian dengan sendirinya
didasarakan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma
yang berlaku dimasyarakat (Notoatmodjo 2010: 27-29).
2.4 SIKAP
Menurut Notoatmodjo, bahwa : “Sikap adalah juga respon tertutup
seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidaksenang, setuju-tidak setuju,
baik-tidak baik dan sebagainya) (2010: 29).
Menurut Gambell (1950) dalam (Notoatmodjo 2010: 29) bahwa : “An
individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to objek”.
Jadi jelas disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala
dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran,
perasaan, dan gejala kejiwaan yang lain.
Menurut Newcomb bahwa : “Sikap adalah merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi
tertutup” (dalam Notoatmodjo, 2010: 29).
Notoatmodjo (2010: 30-31) mengeumukakan bahwa : “Tingkat-tingkat
sikap berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :
25
1. Menerima (receiving)
Diartikan bahwa orang atau objek mau menerima stimulus yang diberikan
(objek).
2. Menanggapi (responding)
Diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
objek yang dihadapi.
3. Menghargai (valuing)
Diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap
objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan
mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap
apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap
tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko
bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain”.
Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi
sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek
psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
1. Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu,
26
sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama
berbekas.
2. Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh
lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian
seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang
konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan,
ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk
sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang
lain.
3. Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap
konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya
penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan
untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting tersebut.
4. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa
seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
27
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang
dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar
afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga
terbentuklah arah sikap tertentu.
5. Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi
pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan
baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak
boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan
serta ajaran-ajarannya.
6. Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh
situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-
kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian
bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan
tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih
tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor
emosional adalah prasangka.
28
2.5 KERANGKA KONSEP
2.6 HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis Statistik (H0)
1. Tidak ada hubungan pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan
penggunaan alat kontrasepsi di Desa Buhu Kec. Tibawa tahun 2012.
2. Tidak ada hubungan sikap Pasangan Usia Subur (PUS) dengan
penggunaan alat kontrasepsi di Desa Buhu Kec. Tibawa tahun 2012.
Pengetahuan PUS
Alat KOntrasepsi
Sikap PUS