8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai siswa
setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Arifin (2013:12) kata
“prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, prestasi belajar
pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Selanjutnya,
Winkel dalam (Hamdani, 2011:138) prestasi belajar merupakan bukti
keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan demikian,
prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Hal senada dikatakan oleh Hamdani (2011:138) prestasi belajar
merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam
proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa sesuai dengan tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk nilai setelah mengalami proses belajar
mengajar. Sedangkan Arifin (2011:12) prestasi belajar pada umumnya
berkenaan dengan aspek pengetahuan. Prestasi belajar sebagai
indikator kualitas dan kuantitas yang telah dikuasai siswa. prestasi
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
9
belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Selain itu
prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan berperan sebagai umpan balik
dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah
melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar juga dapat
menggambarkan sejauh mana penguasaan pelajaran yang dipahami
oleh siswa. Pada penelitian ini untuk mengetahui peningkatan prestasi
belajar siswa dapat dilihat dari nilai siswa pada tiap siklus.
b. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran. Arifin (2013:12) mengemukakan
beberapa fungsi prestasi belajar antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik.
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
10
Berdasarkan fungsi prestasi belajar diatas dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator berhasil atau tidaknya
proses pembelajaran.prestasi belajar dapat digunakan untuk melihat
tingkat kecerdasan siswa dan mengetahui kualitas pengetahuan siswa.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Hamdani (2011:139) prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal,
yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor
dari dalam yaitu kecerdasan, faktor jasmaniah, sikap, minat, bakat, dan
motivasi. Sedangkan faktor dari luar yaitu keadaan keluarga, keadaan
sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Hal senada dikatakan juga oleh Slameto (2010:54) faktor-
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua, yaitu faktor
internal (yang berasal dari dalam diri individu) dan faktor eksternal
(yang berasal dari luar individu).
1) Faktor internal dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu:
a) Faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
c) Faktor yang terakhir adalah faktor kelelahan.
2) Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar dikelompokkan
menjadi tiga faktor yaitu:
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
11
a) Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah meliputi metode mengajar yang dilakukan oleh
guru, kurikulum, hubungan guru dengan peserta didik,
hubungan peserta didik dengan peseerta didik, disiplin sekolah,
alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat, yang mempengaruhi belajar peserta didik
antara lain kegiatan peserta didik di masyarakat, media masa,
teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Berdasarkan uraian para ahli dapat disimpulkan bahwa ada
dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor
dari dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa
(eksternal). Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi berhasil
atau tidaknya pembelajaran dan prestasi belajar siswa.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif salah satu model pembelajaran yang
dapat dilakukan dalam proses pembelajaran. Slavin (2009:4)
pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
12
kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari
materi pelajaran. Hal senada dikatakan oleh Isjoni (2010:5) pada
pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi
dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan
pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan
fasilitator aktivitas siswa. Artinya dalam pembelajaran ini kegiatan
aktif dengan pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka
bertanggung jawab atas hasil pembelajarannya.
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivisme.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam
kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang
kompleks. Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi
siswa berani bertanya, mengemukakan pendapatnya, menghargai
pendapat teman, dan saling memberikan pendapat, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari pengertian beberapa ahli di atas pembelajaran kooperatif
mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja
sama yang terarah dalam kelompok, yang terdiri empat orang atau
lebih dimana keberhasilan kerja sama dipengaruhi oleh keterlibatan
dari suatu anggota kelompok itu sendiri. Jadi pembelajaran kooperatif
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
13
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dilakukan dengan membuat
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam
anggota dalam kelompok tersebut, anggota saling membantu untuk
memahami materi guna meningkatkan hasil belajar.
b. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan salah satu
dari tipe pembelajaran kooperatif. Rusman (2014:217) arti Jigsaw
dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang
menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun
potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini
mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa
melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan
siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Selanjutnya, Borich
(2011:381) mengatakan bahwa, “in the cooperative learning activity
called jigsaw II, you assign students to four to six member teams to
work on an academic task broken into several subtasks, depending on
the number of groups”. Kesimpulan pendapat tersebut bahwa dalam
kooperatif tipe Jigsaw II dapat menetapkan 4 sampai 6 anggota untuk
bekerja pada tugas akademik yang dibagi menjadi beberapa sub-tugas,
tergantung pada jumlah kelompok.
Hal senada juga dikatakan oleh Slavin (2009:14) dalam
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II siswa bekerja dalam kelompok
yang sama yaitu empat orang dengan latar belakang yang berbeda.
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
14
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II menekankan pada adanya
aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai
hasil yang maksimal.
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigwas II adalah
model pembelajaran yang bertujuan agar siswa bekerja secara
kelompok dalam bentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6
orang yang berlatar belakang berbeda dan siswa saling
bertanggungjawab atas tugasnya masing-masing agar mencapai hasil
belajar maksimal.
Teori belajar yang mendukung dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II yaitu teori belajar Piaget. Teori belajar Piaget
merupakan teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan
kognitif. Rahyubi (2014:143) teori konstruktivisme Piaget menjelaskan
bahwa pengetahuan seseorang merupakan bentukan orang itu sendiri.
Proses pembentukan pengetahuan itu terjadi apabila seseorang
mengubah atau mengembangkan skema yang telah dimiliki dalam
berhadapan dengan tantangan, rangsangan, dan persoalan.
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang
memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak
secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas
melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Teori
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
15
kontruktivisme apabila dikaitkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II yaitu guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam benaknya. Guru memberi kesempatan siswa
untuk aktif dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan
temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengetahuan dibangun
sendiri oleh siswa dan mereka bertanggungjawab atas hasil
pembelajarannya.
Model pembelajaran tipe Jigsaw II merupakan bentuk model
yang menekankan kepada siswa untuk mendapat belajar dan bekerja
sama dalam kelompok untuk aktif dan saling membantu dalam hal
menguasai materi. Siswa akan ditugaskan untuk membaca sub bab,
buku materi, atau materi lain yang berbentuk narasi. Tiap anggota tim
akan diacak untuk menjadi anggota ahli dalam aspek tertentu dari
tugas membaca tersebut. Tiap anggota dalam satu tim akan
mendapatkan materi yang berbeda-beda. Setelah membaca materinya,
siswa ahli dari tim yang berbeda akan saling berkumpul untuk
mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas, setelah berkumpul
dan berdiskusi lalu mereka kembali kepada tim asalnya untuk
mengajarkan topik mereka kepada teman satu timnya. Setelah itu akan
dilakukan penilaian secara individu untuk semua topik dan diberikan
skor dan rekognisi tim yang berdasarkan peningkatan nilai masing-
masing individu.
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
16
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini siswa
memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan
mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab
terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi
yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada
kelompok lain. Model Jigsaw II dapat digunakan secara efektif ditiap
level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari
pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar
bersama karena dalam model Jigsaw II materi yang pas digunakan
dengan model ini adalah materi yang berbentuk naratif.
Dalam model Jigsaw II Slavin (2009:241), menyatakan ada
lima tahapan siklus regular aktivitas pembelajaran pada model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, yaitu :
1) Membaca, siswa dibagi dalam beberapa kelompok heterogen yang
terdiri dari 4-5 orang, kemudian materi pelajaran didistribusikan
kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi menjadi
beberapa sub-sub materi pembelajaran.
2) Diskusi kelompok ahli, setiap anggota kelompok membaca sub
materi yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk
mempelajarinya, selanjutnya bertemu dalam kelompok ahli untuk
mendiskusikannya.
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
17
3) Laporan tim, setiap anggota kelompok ahli setelah kembali pada
kelompok asalnya bertugas mengajar teman-temannya.
4) Tes, siswa diwajibkan untuk mengerjakan tugas secara individu.
5) Rekognisi tim, yaitu pemberian penghargaan atau skor kepada
siswa atau kelompok yang berhasil perlu diberikan.
Penghargaan tim dapat dilaksanakan dengan dua tahap :
1) Menghitung Skor Peningkatan Individual dan Tim
Setelah melakukan kuis, kemudian menghitung skor kemajuan
individu dan skor tim, dan berilah sertifikat atau penghargaan
lainnya kepada tim yang memperoleh skor paling tinggi. Hal ini
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar tiap tim.
Tabel 2.1 Perhitungan skor peningkatan individu (Slavin, RE.
2009:159)
No. Skor Kuis Poin Kemajuan
1. Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5
2. 10-1 poin dibawah skor awal 10
3. Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20
4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
5. Kertas jawaban sempurna (terlepas dari
skor awal)
30
2) Merekognisi Peserta Tim
Dalam memberikan skor kepada tim, dengan melihat catatan pada
poin kemajuan individu yang dihitung secara keseluruhan
kemudian di bagi dengan jumlah siswa dalam tim. Seperti dalam
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
18
STAD dalam penghargaan kepada tim ada tiga tingkatan yang
didasarkan pada skor rata-rata tim.
Tabel 2.2 Penghitungan Skor Penghargaan Tim
Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan
25 – 30 TIM SUPER
15 – 24 TIM SANGAT BAIK
5 – 14 TIM BAIK
c. Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw II
Menurut jurnal Oviyana, Wirya dan Sudarma (2015) dengan
judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD” mengatakan bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat lebih
merangsang siswa untuk saling bekerjasama, berpartisifasi aktif,
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran,
siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang
dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Selain itu
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat
memudahkan guru dalam mengajar serta dapat mengatasi kekurangan
waktu guru dalam menghabiskan materi pembelajaran.
d. Kelemahan Model Pembelajaran Jigsaw II
Model Pembelajaran Jigsaw II memiliki beberapa kelemahan.
Shoimin (2014:93) kelemahan Jigsaw II diantaranya :
1) Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
19
masing, dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan
diskusi.
2) Jika naggota kelompoknya kurang akan menimbulkan masalah.
3) Membutuhkan waktu yang lebih lama, apalagi bila penataan ruang
belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk
mengubah posisi yang dapat menimbulkan kegaduhan.
3. Ilmu Pengetahuan Sosial SD
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan di SD. Trianto (2011:171) IPS dirumuskan
atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu
pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial
(sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hokum, dan budaya).
Sedangkan Susanto (2013:137) IPS mengkaji berbagai ilmu sosial dan
humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah
dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam
kepada siswa. Pengertian IPS di tingkat sekolah itu sendiri mempunyai
perbedaan makna, disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan
siswa khususnya IPS di tingkat SD dengan IPS di sekolah lanjutan.
Susanto (2013:138) hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep
pemikiran yang berdasarkan realita kondisi yang ada di lingkungan
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
20
siswa, sehingga dengan melahirkan warga negara baik dan
bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah mata
pelajaran yang memberikan wawasan pengetahuan yang luas yang
disajikan secara sederhana berdasarkan realitas dan fenomena yang
terjadi. Dengan demikian, peserta didik yang mempelajari IPS dapat
menghayati segala fenomena kemasyarakatan di masa sekarang dan
mengerti problematika masa lampau sebagai bahan pertimbangan
sikap di masa yang akan datang.
b. Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan dalam pembelajaran dapat dikatakan sebagai sebuah
perilaku yang hendak dicapai yang diperoleh dalam kegiatan belajar
siswa di sekolah. Dalam tujuan IPS tentu saja siswa diarahkan untuk
menguasai kompetensi tertentu dalam mata pelajaran IPS sehingga
tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Trianto
(2011:176) mengatakan tujuan utama IPS adalah untuk
mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di dalam masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi
setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya
sendiri maupun masyarakat. Agar tujuan tersebut dapat dicapai, maka
program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan dengan
baik. Demikian juga, Solihatin E dan Raharjo (2009:15) mengatakan
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
21
pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah mendidik dan
memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan daan
lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dari tujuan IPS di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS
yang utama adalah mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai dan
keterampilan warga negara agar mampu menghadapi kehidupan
masyarakat dan dunia. Tujuan tersebut yang berarti membina warga
negara agar dapat hidup dengan baik di lingkungan masyarakat yaitu
warga negara yang memiliki kepekaan terhadap masalah sosial,
terampil dalam memecahkan masalah sosial, memiliki keterampilan
bekerja sama, berkomunikasi dan berkompetisi dalam masyarakat
global dan yang mampu mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya sehingga mampu untuk bertahan di dunia global.
c. Materi Pembelajaran IPS
Materi pembelajaran IPS yang dijadikan obyek penelitian
difokuskan pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
yang diajarkan pada kelas V semester 2 Sekolah Dasar.
Standar Kompetensi
3. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam
mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
22
Kompetensi Dasar
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian menggunakan model Jigsaw II telah banyak dilakukan seperti
dalam penelitian yang dilakukan oleh Oviyana, Wirya dan Sudarma (2015)
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD”. Jenis penelitian ini
adalah eksperimen dengan menggunakan desain post-test only control
group design dengan melibatkan sampel sebanyak 25 orang siswa kelas VI
SD N 4 Ubud sebagai kelompok eksperimen dan 20 orang siswa kelas VI
SD N 5 Ubud sebagai kelompok kontrol yang dipilih dengan sistem
random sampling. Hasil penelitian tersebut diketahui bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional pada siswa
kelas VI di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar (thitung = 5,166 > ttabel =
2,00). Hal ini berarti model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II lebih
baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam
meningkatkan hasil belajar IPA.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Luh Sri Sudharmini, dkk (2014) dengan
judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
23
Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Gugus IV Jimbaran, Kuta Selatan”. Jenis penelitian merupakan
eksperimen post test only control group design. Populasi penelitian ini
adalah semua siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus IV Jimbaran, Kuta
Selatan yang berjumlah 280 orang. Sebanyak 156 siswa terpilih sebagai
sampel dengan teknik random sampling. Data dikumpulkan dengan tes dan
kuesioner. Data dianalisis dengan statistik anava dan manova satu jalur.
Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan motivasi belajar
siswa antara yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dan konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar
Gugus IV Jimbaran, Kuta Selatan dengan Fhitung = 15,335 (p = 0,000 <
0,05), (2) ada perbedaan hasil belajar IPS siswa antara yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan
konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus IV Jimbaran, Kuta
Selatan dengan Fhitung = 13,302 (p = 0,000 < 0,05),dan (3) ada perbedaan
motivasi belajar dan hasil belajar siswa antara yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan
konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus IV Jimbaran, Kuta
Selatan dengan F- Wilks' Lambda = 11,306 (p = 0,000 < 0,05).
Berdasarkan penelitian Oviyana dan penelitian Luh Sri Sudharmini,
penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini. Persamaan penelitian ini
yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Perbedaan
penelitian terletak pada tempat pelaksanaan dan jenis penelitian. Tempat
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
24
penelitian ini dilaksanakan pada kelas VA SDN 1 Karanganyar yang bertujuan
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan jenis penelitian adalah
Penelitian Tindakan Kelas dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa.
C. Kerangka Pikir
Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi IPS menjadi
permasalahan yang harus diatasi oleh guru, karena jika masalah ini tidak
segera diatasi melalui perbaikan kualitas dan aktivitas pembelajaran
dikhawatirkan berdampak pada hasil belajar secara keseluruhan. Untuk
meningkatkan kegiatan pembelajaran dilakukan sebuah PTK dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan dua siklus sesuai
dengan perencanaan. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Karena belum tercapai ketuntasan belajar di siklus I,
maka dilakukan pertemuan siklus II. Kriteria ketuntasan tercapai pada siklus
II. Secara skematis, kerangka berpikir dapat digambarkan pada gambar 2.1
sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016
25
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan, dirumuskan
hipotesis tindakan “Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata
pelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan di kelas V
Sekolah Dasar”.
Siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan
prestasi belajar siswa masih rendah Kondisi
Awal
Siklus I
Penerapan metode
Jigsaw II Tindakan
Siklus II
Prestasi belajar siswa
meningkat. Kondisi
Akhir
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Siska Ajiyati Purnami, FKIP, UMP, 2016