8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMP/MTs
a. Pengertian Pembelajaran
Oemar Hamalik (2007: 57) mengungkapkan bahwa
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Winkel (1991:
18) berpendapat bahwa pembelajaran adalah separangkat tindakan
yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan
memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap
rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa.
Isjoni (2010: 14) menyatakan bahwa pembelajaran pada
dasarnya merupakan upaya guru untuk membantu siswa melakukan
suatu kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya
efsiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa.
Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah guru dan siswa
yang berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya.
Gagne dan Briggs (1978: 19) mengemukakan bahwa instruction
is the means employed by teacher, designers of material, curiculum
specialist, and others whose purpose it is to develope an organized
9
plan to promote learning. Hal tersebut menerangkan bahwa kegiatan
pembelajaran memiliki makna sebagai cara yang digunakan oleh guru,
perancang media, ahli kurikulum dan yang lainnya yang ditujukan
untuk mengembangkan rencana yang terorganisir guna keperluan
belajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan makna
pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan belajar di kelola
secara sengaja oleh pendidik untuk melibatkan peran aktif siswa
dalam pemindahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
b. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Diah Harianti (2006: 7) berpendapat bahwa Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu
sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,
dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas
dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner
dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial
itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi
materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang juga dikenal dengan sebutan
Social Studies menurut National Council for Social Studies (NCSS)
dalam (Savage dan Amstrong, 1996: 9) memiliki pengertian yaitu:
10
“Social studies is intregrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disiplines as antropology, archaelogy, economic, geography, history, law, philosphy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and the natural sciences”.
Terkait dengan pengertian tersebut, Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) dapat dikatakan sebagai mata pelajaran di sekolah yang
dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
diorganisasikan dengan satu pendekatan interdisipliner,
multidisipliner, atau transdisipliner dari ilmu-ilmu sosial dan
humaniora (sosiologi, ekonomi, geografi, sejarah, politik, hukum,
budaya, psikologi sosial dan ekologi).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk pendidikan dasar dan
menengah memuat tentang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari
SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.
Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi geografi,
sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa
diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang baik,
demokratis, bertanggung jawab, dan menjadi warga dunia yang cinta
damai.
11
Salah satu karakteristik mata pelajaran IPS adalah materi-materi
IPS disusun berdasar atas realita peristiwa-peristiwa yang terjadi di
dalam masyarakat. Hal tersebut diperkuat oleh Trianto (2010: 174-
175) yang mengemukakan beberapa karakteristik mata pelajaran IPS
di SMP/MTs yaitu sebagai berikut:
1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan penggabungan dari unsur-
unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik,
kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora,
pendidikan, dan agama.
2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan
Sosial berasal dari struktrur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi,
dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi
tema tertentu.
3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan
Sosial juga menyangkut berbagai peristiwa, perubahan kehidupan
masyarakat, masalah sosial masyarakat yang dirumuskan dengan
pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa IPS di SMP adalah salah satu mata pelajaran yang merupakan
integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya yang
dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial.
12
c. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial (pendidikan IPS), para
ahli sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan
penekanan dari program pendidikan tersebut. Gross dalam Etin
Solihatin (2007: 14) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS
adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik
dalam kehidupannya di masyarakat. Secara tegas Gross mengatakan
“to prepare student to be well-functioning citizens in a democratic
society”. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk
mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam
mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya.
Awan Mutakin dalam Supardi (2011: 185) menyatakan bahwa
tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala
program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara
baik. Berdasarkan rumusan tujuan tersebut dapat dirinci bahwa tujuan
IPS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar :
13
1) Mempunyai kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu
menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang
kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
sosial.
3) Dapat menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang
berkembang di masyarakat.
4) Memberikan perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah
sosial, dapat membuat analisis yang kritis, kemudian dapat
mengambil tindakan yang tepat.
5) Dapat mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat.
Sementara Noman Sumantri (2001: 44) menyatakan bahwa tujuan
Pendidikan IPS pada tingkat sekolah adalah:
1) Menekankan tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral, ideologi
negara dan agama
2) Menekankan pada isi dan metode berfikir ilmuwan
3) Menekankan reflective inquiri
14
NCSS dalam Sapriya (2009: 39) merumuskan tujuan social
studies sebagai berikut: “the primary purpose of social studies is to
help young people develop the ability to make informed and reasoned
decisions for the public good as citizens of a culturally diverse,
democratic society in an interdependent world”. Maksud dari
rumusan tersebut adalah bahwa tujuan social studies untuk membantu
kaum muda mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan
informasi dan beralasan untuk kepentingan publik sebagai warga
masyarakat budaya beragam, demokratis di dunia yang saling
tergantung.
Berdasarkan beberapa pandangan mengenai tujuan IPS di atas,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan IPS adalah untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam
kehidupannya di masyarakat.
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS SMP
Tabel 1. SK KD IPS SMP Kelas VIII
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami
permasalahan sosial berkaitan dengan pertumbuhan jumlah penduduk
1.1 Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk
1.2 Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya
1.3 Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan
1.4 Mendeskripsikan permasalahan kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunan
15
2. Memahami proses kebangkitan nasional
2.1 Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah
2.2 Menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia
3. Memahami masalah penyimpangan sosial
3.1 Mengidentifikasi berbagai penyakit sosial (miras, judi, narkoba, HIV/Aids, PSK, dan sebagainya) sebagai akibat penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat
3.2 Mengidentifikasi berbagai upaya pencegahan penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat
4. Memahami kegiatan pelaku ekonomi di masyarakat
4.1 Mendeskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas
4.2 Mendeskripsikan pelaku ekonomi: rumah tangga, masyarakat, perusahaan, koperasi, dan negara
4.3 Mengidentifikasi bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi masyarakat
5. Memahami usaha persiapan kemerdekaan
5.1 Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan proses terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia
5.2 Menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia
6. Memahami pranata dan penyimpangan sosial
6.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk hubungan sosial
6.2 Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat
6.3 Mendeskripsikan upaya pengendalian penyimpangan sosial
7. Memahami kegiatan perekonomian Indonesia
7.1 Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya
7.2 Mendeskripsikan pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia
7.3 Mendeskripsikan fungsi pajak dalam
16
Sumber: http://goblogguru.wordpress.com/category/smp-ips-7-8-9/
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di atas,
maka yang digunakan dalam penelitian ini adalah standar kompetensi 6.
Memahami Pranata dan Penyimpangan Sosial, dengan Kompetensi
Dasar 6.2 Mendeskripsikan Pranata Sosial dalam kehidupan masyarakat
dan 6.3 Mendeskripsikan Upaya Pengendalian Penyimpangan Sosial.
2. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Hamzah B. Uno (2008: 3) mengemukakan bahwa motivasi
berperan penting dalam proses belajar mengajar. Motivasi dapat
menumbuhkan gairah, rasa senang dan semangat untuk belajar.
Motivasi berasal dari motif yang berarti kekuatan yang terdapat dalam
diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau
berbuat. Dimyati Dan Mudjiono (2009: 80) berpendapat bahwa
motivasi belajar ialah kekuatan mental berupa keinginan, perhatian,
kemauan, atau cita-cita. Anita Woollfolk (2004: 350) mengungkapkan
bahwa “Motivation is usually defined as an internal state that arouses,
directs, and maintains behaviour”. Motivasi sebagai suatu keadaan
internal yang membangkitkan, mengarahkan, dan mempertahankan
perilaku. Sedangkan Oemar Hamalik (2007: 173) menyatakan bahwa
motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang
perekonomian nasional 7.4 Mendeskripsikan permintaan dan
penawaran serta terbentuknya harga pasar
17
yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai
tujuan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah suatu dorongan atau daya penggerak dari dalam diri
individu untuk mendapat perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungannnya.
b. Ciri –Ciri Motivasi
Sardiman (2009: 83) mengungkapkan bahwa ada beberapa ciri-
ciri orang yang termotivasi, yaitu:
1) Tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus
dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2) Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik
mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya)
3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk
orang dewasa (misalnya masalah pembangunan, agama, politik,
ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap
setiap tindakan kriminal dan amoral)
4) Lebih senang bekerja mandiri
5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif)
18
6) Dapat mempertahankan pendapatnya (jika sudah yakin akan
sesuatu)
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
8) Senang memecahkan masalah soal-soal
Hamzah B. Uno (2008: 23) berpendapat bahwa hakikat motivasi
belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya
dengan beberapa indikator meliputi :
1) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil.
2) Adanya dorongan dan kebutuhan akan belajar.
3) Adanya harapan dan cita-cita akan masa depan.
4) Adanya penghargaan dalam belajar.
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga
memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.
Nana Sudjana (2002: 61) mengungkapkan bahwa motivasi siswa
dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain:
1) Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran.
2) Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya.
3) Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan
guru.
4) Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
19
Berdasarkan beberapa ciri-ciri dan indikator motivasi yang
dikemukakan para ahli tersebut, yang menjadi indikator motivasi
belajar siswa dengan Implementasi Metode Permainan Kapal Perang
di kelas VIII B SMP Muhammadiyah 2 Depok yaitu adanya minat dan
perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat siswa dalam kegiatan
belajar, tekun dalam menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi
kesulitan, dan senang memecahkan masalah soal-soal.
c. Fungsi Motivasi
Pentingnya motivasi bagi seseorang dalam melakukan sesuatu
tidak dapat dipungkiri lagi, karena dengan adanya motivasi maka
seseorang akan lebih bersemangat, tidak cepat berputus asa jika
menghadapi suatu masalah dan bekerja, berusaha memperoleh hasil
yang maksimal. Sebaliknya seseorang yang melakukan kegiatan tanpa
ada motivasi yang kuat, maka seseorang akan nampak kurang
bersemangat dan cepat putus asa jika menghadapi suatu masalah.
Sardiman (2009: 85) berpendapat bahwa ada beberapa fungsi motivasi
dalam belajar dan pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dalam hal ini motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
20
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan perbuatan
apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,
dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut.
4) Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi. Adanya usaha yang tekun dan terutama
didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan
dapat mencapai prestasi yang baik.
Berdasarkan fungsi motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa
fungsi motivasi adalah sebagai pendorong usaha untuk melakukan
suatu aktivitas seperti halnya aktivitas belajar, di mana motivasi
tersebut akan sangat penting bagi seseorang. Bahkan dapat dikatakan
bahwa tinggi rendahnya motivasi akan sangat menentukan tingkat
keberhasilan seseorang dalam melakukan aktivitasnya.
d. Cara Mengembangkan Motivasi
Sardiman (2009: 92-95) mengemukakan bahwa ada beberapa
bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah, antara lain:
1) Memberi angka : angka yang dimaksud adalah sebagai simbol
atau nilai dari hasil belajar siswa. Angka atau nilai yang baik akan
menjadikan motivasi siswa meningkat. Angka atau nilai dapat
diketahui seberapa besar kemampuan siswa tersebut.
21
2) Hadiah : hadiah dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah itu
dapat berupa penghargaan atau kenang-kenangan yang diberikan
kepada siswa karena berprestasi, rangking satu, dua atau tiga dari
siswa yang lain. Meskipun ada siswa yang tertarik dan ada siswa
yang tidak tertarik.
3) Saingan atau kompetisi : saingan atau kompetisi dapat digunakan
sebagai alat motivasi untuk mendorong siswa bersemangat
belajar.
4) Ego-involvement: menumbuhkan kesadaran siswa akan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan menjadikan
siswa untuk bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri
sebagai salah satu bentuk motivasi. Seseorang akan berusaha
sekuat tenaga untuk mencapai hasil yang baik dengan tetap
menjaga harga dirinya. Penyelesaiaan tugas dengan baik adalah
simbol kebanggaan dan harga diri begitu juga untuk siswa. Siswa
akan belajar dengan giat bisa jadi karena harga dirinya.
5) Memberi ulangan: ulangan dapat dijadikan sebagai sarana
motivasi. Siswa akan belajar jauh-jauh hari karena adanya
ulangan. Ulangan juga dapat dijadikan sebagai alat ukur prestasi
siswa.
6) Mengetahui hasil: tujuan dari kegiatan pembelajaran adalah
mengetahui hasil pekerjaan. Hasil yang mengalami peningkatan
akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Hasil belajar yang
22
meningkat akan memotivasi siswa untuk terus belajar dengan
suatu harapan hasilnya terus meningkat.
7) Pujian: memberikan pujian yang tepat akan memupuk suasana
yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar sekaligus
membangkitkan harga diri.
8) Hukuman: pemberian hukuman secara tepat dapat dijadikan
sebagai alat motivasi. Tepat disini maksudnya hukuman dengan
pendekatan edukatif, atau hukuman yang mendidik. Tujuannya
untuk memperbaiki sikap dan perbuatan perserta didik yang
dianggap salah sehingga peserta didik tidak akan mengulanginya.
9) Hasrat untuk belajar: hasrat untuk belajar berkaitan dengan gejala
psikis yang tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan
peserta didik yang didasarkan pada daya pendorong untuk belajar.
10) Minat: minat dapat dibangkitkan dengan adanya suatu kebutuhan
untuk mendapatkan hasil yang baik. Minat akan menumbuhkan
motivasi dalam diri peserta didik dalam belajar.
11) Tujuan yang diakui: rumusan tujuan merupakan alat motivasi
yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus
dicapai maka ada kemauan dan semangat untuk mencapai tujuan
tersebut. Ketika siswa sudah tertarik pada pelajaran IPS, motivasi
mampu mengarahkan dirinya untuk mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan oleh guru. Hal ini mendorong siswa untuk
mencapai prestasi yang maksimal.
23
Menurut E. Mulyasa (2008: 114-115) ada beberapa prinsip yang
dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi siswa, diantaranya:
1) Siswa akan belajar lebih giat apabila tema yang dipelajari
menarik, dan berguna bagi dirinya.
2) Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan
diinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahuinya
dengan jelas, siswa juga dapat dilibatkan dalam penyusunan
tujuan tersebut.
3) Siswa harus selalu diberi tahu tentang hasil belajarnya.
4) Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman,
namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan.
5) Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa.
6) Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individu siswa, misal
perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah
atau subjek tertentu.
7) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan
memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman,
menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka, mengatur
pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa pernah
memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan
pengalaman belajar ke arah keberhasilan, sehingga mencapai
prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
24
Hamzah B. Uno (2008: 34-37), menyatakan bahwa ada beberapa
teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sebagai
berikut:
1) Adanya pernyataan penghargaan secara verbal.
2) Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.
3) Menimbulkan rasa ingin tahu.
4) Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa.
5) Menjadikan tahap awal dalam belajar mudah bagi siswa.
6) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam
belajar.
7) Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya.
8) Menggunakan simulasi dan permainan.
9) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan
kemahirannya di depan umum.
10) Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat.
11) Memperpadukan motif-motif yang kuat.
12) Memperjelas tujuan belajar yang akan dicapai.
13) Merumuskan tujuan-tujuan sementara.
14) Membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa.
15) Memberikan contoh yang positif.
Berdasarkan cara-cara meningkatkan motivasi belajar di atas,
dapat ditelaah bahwa pada dasarnya motivasi sangat membantu dalam
25
memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku
individu yang sedang belajar. Adanya motivasi dalam kegiatan belajar
mengajar akan berdampak baik pada hasil belajar.
3. Teori Yang Mendukung Metode Permainan Kapal Perang
a. Model Pembelajaran Kooperatif
1) Model Pembelajaran
Agus Suprijono (2011: 46) yang mengungkapkan bahwa
model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model
pembelajaran juga menurutnya didefinisikan sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar.
Rusman (2011: 132) menyatakan bahwa model pembelajaran
biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori
pengetahuan. Model-model pembelajaran yang ditemukan
berdasarkan teori pengetahuan yang sudah ada itu tentu nantinya
dapat diubah, diuji kembali, dikembangkan, dan selanjutnya dapat
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan pola
pembelajaran yang digunakan.
Selanjutnya definisi mengenai model pembelajaran
disampaikan oleh Trianto (2010:51) yang menyatakan bahwa
model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
26
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial.
Selain penjelasan mengenai definisi dari model pembelajaran,
penting juga untuk mengetahui tujuan dan fungsi dari model
pembelajaran. Menurut Isjoni (2010: 8) tujuan dari model
pembelajaran yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap
belajar di kalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki
keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih
optimal. Sedangkan fungsi model pembelajaran menurut Trianto
(2010: 52) yaitu sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan
para guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar.
2) Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Slavin Dalam Isjoni (2010: 15) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana
kelompok kecil berjumlah empat orang secara kolaboratif, sehingga
dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
27
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar Sugiyanto (2010:
37). Slavin dalam Etin Solihatin (2007: 4) berpendapat bahwa
Cooperative Learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau
kelompok, karena belajar dalam model Cooperative Learning harus
ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-
hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara
anggota kelompok.
Mohammad Nur (2005: 1) menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis
yang dapat digunakan setiap hari untuk membantu siswanya belajar
setiap mata pelajaran, mulai dari ketrampilan dasar sampai
pemecahan masalah yang kompleks. Model pembelajaran
Cooperative Learning menempatkan siswa sebagai bagian dari
suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal
dalam belajar. Anita Lie dalam Sugiyanto (2010: 6) menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah,
asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning
Community).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran yang dalam kegiatan pembelajaran siswa melakukan
28
kerjasama atau diskusi dengan teman satu kelompok dan kelompok
lain.
3) Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Seperti halnya dengan model pembelajaran yang lain, model
Cooperative Learning juga mempunyai keunggulan dan
kelemahan. Keunggulan yang ada pada model Cooperative
Learning dikemukakan oleh Slavin (2005: 1) bahwa pembelajaran
kooperatif dapat memotivasi seluruh siswa, memanfaatkan seluruh
energi sosial siswa, saling mengambil tanggung jawab. Selain itu,
model pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar setiap
mata pelajaran, mulai dari ketrampilan dasar sampai pemecahan
masalah yang kompleks.
Pendapat lain dari Arends (2008: 6) yang menyatakan bahwa
Cooperative Learning memberikan kesempatan kepada siswa-
siswa dengan latar belakang dan kondisi yang beragam untuk
bekerja secara interdependen pada tugas yang sama, dan melalui
penggunaan struktur reward cooperatif, belajar untuk saling
mengahargai.
Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2009: 249-250)
keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi
pembelajaran diantaranya:
a) Dengan model pembelajaran kooperatif, siswa tidak akan
terlalu bergantung pada guru, melainkan dapat menambah
29
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang
lain.
b) Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-
kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide- ide
orang lain.
c) Model pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk
respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d) Model pembelajaran kooperatif dapat membantu setiap siswa
untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
e) Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang
cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus
kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri,
hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain,
mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap
positif terhadap sekolah.
f) Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan siswa menguji ide dan pemahamannya sendiri,
menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan
masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan
yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
30
g) Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan
belajar abstrak menjadi nyata (riil ).
h) Adanya interaksi selama model pembelajaran kooperatif
berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan untuk berpikir.
Di samping keunggulan, model pembelajaran kooperatif juga
memiliki keterbatasan. Berikut ini kelemahan dari model
pembelajaran kooperatif menurut Wina Sanjaya (2009: 250-251),
adalah sebagai berikut:
a) Butuh waktu untuk memahami dan mengerti filosofis model
pembelajaran kooperatif.
b) Ciri utama dari model pembelajaran kooperatif adalah bahwa
siswa saling membelajarkan.
c) Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran kooperatif
didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian,
guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi
yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
d) Keberhasilan model pembelajaran kooperatif dalam upaya
mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode
waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat
tercapai hanya dengan satu kali atau sekali- sekali penerapan
strategi ini.
31
e) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan
yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas
dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan
secara individual. Idealnya melalui model pembelajaran
kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus
belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk
mencapai kedua hal itu dalam model pembelajaran kooperatif
memang bukan pekerjaan yang mudah.
4) Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Anita Lie (2008: 31-35) menyatakan ada lima unsur model
pembelajaran kooperatif harus diterapkan :
a) Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha
setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang
efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa
sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan
tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b) Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat dari unsur yang pertama. Jika
tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran Cooperative Learning , setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci
keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru
32
dalam penyusunan tugasnya. Pengajar yang efektif dalam
model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan
dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing
anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya
sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa
dilaksanakan.
c) Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk
bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan
memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa
kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu
kepala. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar
daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi
ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan
dan mengisi kekurangan masing-masing.
d) Komunikasi Antar Anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali
dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum
menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu
mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu
kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya
33
untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat meraka.
e) Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan
hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama
dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan
setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang
beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat
dalam kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.
Unsur-unsur pembelajaran kooperatif tersebut harus ada untuk
menilai proses pembelajaran kooperatif tersebut sudah dapat
berjalan dengan baik atau belum. Dan unsur-unsur tersebut
merupakan penentu masing-masing individu untuk memperoleh
hasil belajar yang maksimal.
5) Model-Model Pembelajaran Kooperatif
Rusman (2011: 213-225) berpendapat bahwa ada banyak
metode pembelajaran kooperatif yang telah diujikan terhadap
peserta didik dan jenis-jenis ini akan terus bertambah seiring
dilakukan banyak penelitian terhadap Cooperative Learning, jenis-
jenis tersebut meliputi :
a) Student Team Achievement Divisions (STAD)
b) Jigsaw
34
c) Investigasi kelompok (Group Investigation)
d) Make a match (membuat pasangan)
e) TGT (Team Game Tournament)
f) Model Struktural
Salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang melandasi teori
adanya metode Permainan Kapal Perang yaitu metode Team Game
Tournament (TGT). Metode Permainan Kapal Perang merupakan
variasi dari teknik Teams Game Tournament (TGT).
b. TGT (Teams Games Tournament) Sebagai Teori Yang Melandasi
Metode Permainan Kapal Perang
Robert E slavin (2005: 12) mengemukakan bahwa Teams Games
Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David Devries
dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari
John Hopkins. TGT menggunakan turnamen akademik, dan
menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana
para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim
lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Saco
dalam Rusman (2010: 221) menyatakan bahwa dalam TGT siswa
memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Deskripsi dari
komponen-komponen TGT yang diungkapkan oleh Robert E slavin
(2005: 166-174) adalah sebagai berikut:
35
1) Presentasi Kelas/pembelajaran
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung
atau dengan ceramah, dan diskusi yang dipimpin guru. Disamping
itu, guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang
harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.
2) Tim/ kelompok belajar
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil.
Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 orang yang
anggotanya heterogen dilihat dari kemampuan akademik, jenis
kelamin, dan ras atau etnik yang berbeda. Dengan adanya
heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi
siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan
lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai
materi pelajaran.
3) Game
Guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan materi, bernomor 1 sampai 30. Kemudian
guru mempersiapkan alat-alat untuk permainan, yaitu: kartu
permainan yang dilengkapi nomor, skor, pertanyaan, dan jawaban
mengenai materi.
36
4) Turnamen/ pertandingan
Game/Turnamen terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang
dirancang untuk menguji pengetahuan yang diperoleh siswa dari
penyajian kelas dan belajar kelompok. Tiap kelompok mendapat
kesempatan untuk memilih kartu bernomor yang tersedia pada
meja turnamen dan mencoba menjawab pertanyaan yang muncul.
5) Rekognisi Tim
Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau
mendapat skor tertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan
dijadikan sebagai tambahan nilai tugas siswa. Selain itu diberikan
pula hadiah (reward) sebagai motivasi belajar
4. Metode Permainan Kapal Perang
Rochmat widiyanto (2011: 19-20) menjelaskan bahwa metode
Permainan Kapal Perang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dari pembelajaran kooperatif learning yang merupakan
modifikasi dari model Teams Game Tournament. Metode ini dimasukkan
kedalam Cooperatif Learning karena dalam proses pembelajaran dengan
Metode Permainan Kapal Perang lebih banyak mendorong terjadinya kerja
sama. Dalam permainan ini terdapat tiga langkah utama yang sama dengan
model Teams Games Tournamnet, yaitu pembelajaran, kelompok belajar
dan pertandingan.
Dalam Metode Permainan Kapal Perang terdapat ciri-ciri yang sama
dengan model Cooperative Learning antara lain ialah untuk mencapai
37
tujuan-tujuan kelompok, belajar menanamkan tanggung jawab individu
dan kelompok, memberikan kesempatan yang sama untuk berhasil,
membangun kompetisi tim, adanya spesialisasi tugas pada masing-masing
individu atau kelompok, serta membangun penyesuaian terhadap
keragaman individu.
a. Pengertian Metode Permainan Kapal Perang
Kapal perang merupakan sebuah peralatan tempur yang
digunakan di air dan dipersenjatai dengan peralatan tempur. Dalam
sebuah kapal perang terdapat kapten kapal dan para awak kapal yang
mengoperasikan kerja kapal. Mereka bekerja sama dengan tugasnya
masing-masing untuk mengalahkan musuh. Dari pengertian tersebut
nama pembelajaran permainan ini diambil, karena mempunyai banyak
kemiripan antara lain :
1) Setiap kelompok diibaratkan kapal-kapal yang sedang berperang
2) Ketua kelompok diibaratkan menjadi kapten kapal, sedangkan
para anggotanya menjadi awak kapal.
3) Pertanyaan-pertanyaan yang dilempar ke kelompok lain di
ibaratkan dengan peluru-peluru yang ditembakkan ke kapal
musuh.
4) Pertanyaan yang berhasil dijawab dengan sempurna diibaratkan
dengan kapal yang berhasil menghindari musuh
5) Setiap anggota yang ditawan kelompok lain diibaratkan
kerusakan kapal akibat terkena tembakan.
38
b. Langkah-Langkah Metode Permainan Kapal Perang
Metode Permainan Kapal Perang merupakan terobosan atau
inovasi dalam dunia pendidikan. Pembelajaran permainan yang
mampu meningkatkan keaktifan peserta didik dalam bertanya
jawab. Adapun langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:
1) Penyampaian materi bisa dilakukan dengan ceramah ataupun
diskusi
2) Membagi kelas menjadi 3-6 kelompok sesuai dengan tempat
duduk
3) Meminta agar setiap kelompok menunjuk kapten dari
kelompok mereka
4) Setiap kelompok berdiskusi untuk membuat pertanyaan dan
jawaban yang akan di gunakan dalam permainan.
5) Guru menyampaikan peraturan permainan kapal perang,
yaitu:
a) Setiap kelompok berhak melempar pertanyaan kepada
kelompok manapun.
b) Bila kelompok penerima pertanyaan tidak mampu
menjawab pertanyaan atau salah maka kelompok
pelempar pertanyaan berhak menawan salah satua
anggota kelompok penerima jawaban.
6) Permainan dinyatakan selesai ketika dirasa materi yang
dipelajari sudah cukup.
39
7) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok pemenang
8) Untuk refleksi guru dan siswa menyampaikan kesimpulan
dari pembelajaran permainan itu.
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Permainan Kapal Perang
Seperti halnya dengan metode Cooperative Leraning lainnya
Metode Permainan Kapal Perang juga memiliki kelebihan dan
kelemahan di dalamnya, yaitu :
1) Kelebihan Metode Permainan Kapal Perang
Metode ini merupakan metode yang memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk
mencapai kompetensi melalui kerjasama kelompok. Manfaat
dari metode ini antara lain mengembangkan hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keanekaragaman dan
pengembangan ketrampilan sosial, dan mampu meningkatkan
motivasi belajar siswa.
2) Kelemahan Metode Permainan Kapal Perang
Permainan kapal perang sering mengalami hambatan jika
peserta didik tidak dapat bekerja sama dalam kelompok.
Masalah ini sering muncul karena perbedaan jenis kelamin,
etnik, dan kinerja akademis. Selain itu peserta didik juga
kesulitan dalam mencari soal untuk dilemparkan ke kelompok
lain sehingga suasana kelas biasanya menjadi ramai.
40
d. Perbedaan Metode Teams Game Tournament dan Metode
Permainan Kapal Perang
Tabel. 2 Perbedaan Metode Teams Game Tournament dan Metode Permainan Kapal Perang
No Kategori TGT Kapal Perang 1. Peraturan Sewaktu peserta
didik sedang bermain dalam permainan temannya tidak boleh membantu telah menjadi tanggung jawab individu
Dalam permainan peserta didik saling membantu, dan menjadi tanggung jawab kelompok
2. Pertanyaan Dari guru Dari peserta didik 3. Perolehan point a. Menjawab
pertanyaan dari guru secara bergiliran b. Dapat menjawab pertanyaan dari soal yang tidak dapat dijawab oleh kelompok lain
a. Menjawab pertanyaan dari peserta didik b. Tidak dapat menjawab pertanyaan yang tidak dapat di jawab oleh kelompok lain
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dilakukan oleh:
1. Siti Rohmiyati yang berjudul “Penerapan metode Teams Games
Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar
PKN Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Wonosari Gunung Kidul”. Hasil
penelitian menunjukan bahwa :
a Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa skor minimal hasil
pengukuran motivasi belajar putaran I sebesar 61 sedangkan skor
tertinggi 98 dengan rerata 81,14. Skor minimal hasil pengukuran
41
motivasi belajar putaran II sebesar 65 sedangkan skor tertinggi 109
dengan rerata 86,00. Skor minimal hasil pengukuran motivasi
belajar putaran III sebesar 69 sedangkan skor tertinggi 108 dengan
rerata 90,76. Berdasarkan skor minimal dan maksimal antara skor
motivasi belajar putaran I, II, dan III dapat diketahui bahwa rerata
skor motivasi belajar putaran II lebih tinggi dibandingkan dengan
motivasi belajar putaran I. Rerata skor motivasi belajar putaran III
lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi belajar putaran I dan II.
Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar.
b Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa skor minimal hasil
pengukuran pre-test putaran I sebesar 4,0 sedangkan skor tertinggi
6,10 dengan rerata skor 5,10. Skor minimal hasil pengukuran pos-
test putaran I sebesar 5,30 sedangkan skor tertinggi 6,80 dengan
rerata skor 6,04. Hasil pengukuran pre-test putaran II sebesar 5,0
sedangkan skor tertinggi 8,20 dengan rerata skor 6,66. Skor
minimal hasil pengukuran pos-test putaran I 6,40 sedangkan skor
tertinggi 9,60 dengan rerata skor 7,88. hasil pengukuran pre-test
putaran III sebesar 5,0 sedangkan skor tertinggi 9,80 dengan rerata
skor 8,22. Skor minimal hasil pengukuran pos-test putaran I 5,80
sedangkan skor tertinggi 9,70 dengan rerata skor 8,55. Berdasarkan
skor minimal dan maksimal antara pre-test dan pos-test belajar
putaran I, II, dan III dapat diketahui bahwa rerata skor pre-test dan
pos-test belajar putaran II lebih tinggi dibandingkan dengan
42
motivasi belajar putaran I. Rerata skor pre-test dan pos-test putaran
III lebih tinggi dibandingkan dengan pre-test dan pos-test putaran I
dan II. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan prestasi
belajar siswa.
Penelitian ini memiliki kesamaan dalam menggunakan variabel
motivasi, dan model pembelajaran kooperatif learning sedangkan
perbedaannya terdapat pada, subjek dan tempat penelitian.
2. Rochmat Widianto yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran
Permainan Kapal Perang Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS
Materi Sejarah di kelas VIII A Semester Ganjil Tahun Ajaran 2010-2011
SMP Negeri 2 Moyudan. Hasil penelitian menunjukan penerapan model
pembelajarn permainan kapal perang yang dikolaborasikan dengan
metode ceramah, diskusi, dan presentasi mampu meningkatkan prestasi
belajar peserta didik kelas VIII A pada mata pelajaran IPS materi
sejarah. Pada siklus 1 rata-rata prestasi peserta didik meningkat dari 5, 29
menjadi 5,84. Pada siklus II rata-rata prestasi belajar peserta didik
mengkat dari 6.06 menjadi 6.77 dan pada sikuls III rata-rata prestasi
belajar peserta didik meningkat 6.07 menjadi 7.57. Penelitian ini
memiliki kesamaan dalam menggunakan model pembelajaran permainan
kapal perang sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel, subjek dan
tempat penelitian.
43
C. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran IPS yang dilakukan secara konvensional
mengakibatkan motivasi belajar siswa rendah. Untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
menarik. Salah satu upaya yang digunakan adalah dengan menggunakan
metode yang tepat.
Menyikapi kenyataan ini, penulis menilai perlu digunakan metode
Permainan Kapal Perang. Dalam metode Permainan Kapal Perang siswa
diharapkan lebih termotivasi dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian,
guru perlu menerapkan metode Permainan Kapal Perang dalam pembelajaran
IPS. Melalui penerapan metode Permainan Kapal Perang diharapkan terjadi
peningkatan motivasi belajar yang signifikan dalam pembelajaran IPS.
Gb.1. Kerangka Berpikir
Guru IPS
Proses Pembelajaran IPS Dengan Metode
Permainan Kapal Perang
Motivasi Belajar Siswa Meningkat
44
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah:
“Dengan menggunakan metode Permainan Kapal Perang motivasi belajar IPS
siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 2 Depok dapat ditingkatkan”.