7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Haryono (2014:3) menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses
interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah
laku ke arah yang lebih baik”. Haryono menjelaskan bahwa tugas guru dalam
pembelajaran adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi siswa. Sedangkan pengertian pembelajaran menurut
Daryanto (2014:1) adalah “proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan
sumber belajar, dan anak dengan pendidik”. Daryanto juga menjelaskan jika
pembelajaran dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa
aman, bersifat individual dan kontekstual, anak mengalami langsung yang
dipelajarinya, maka akan tercipta pembelajaran yang bermakna.
Pembelajaran tematik menekankan proses pembelajaran yang berpusat
pada siswa melalui pengalaman nyata siswa, sehingga tercipta pembelajaran yang
bermakna. Menurut Permendikbud no.57 tahun 2014, pembelajaran tematik
diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna.
Sedangkan menurut Ain (2012), “pembelajaran tematik adalah suatu model
terapan pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran
dalam satu kesatuan yang terikat oleh tema”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara siswa dengan
8
segala macam sumber belajar, baik itu lingkungan ataupun pendidik, yang dapat
memberikan perubahan perilaku terhadap siswa. Sedangkan pembelajaran tematik
adalah pembelajaran yang menggunakan tema dengan mengintegrasikan beberapa
mata pelajaran di dalamnya sehingga dapat memberikan pengalaman yang
bermakna. Pengalaman yang bermakna dalam pembelajaran dapat diberikan pada
siswa melalui pengalaman langsung, yaitu siswa langsung menggunakan produk
pendidikan yang telah disediakan. Bermakna dalam pembelajaran tematik yang
dimaksud adalah mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam fakta/kenyataan yang dapat dipahami dan tidak mudah dilupakan
oleh siswa.
2. Landasan Pembelajaran Tematik
Menurut Daryanto (2014:3-4) terdapat 3 landasan pembelajaran tematik
yang akan dijabarkan sebagai berikut:
Landasan filosofis: a. Progresivisme: Memandang bahwa proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa, b. Konstruktivisme: Memandang bahwa anak mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan, c. Humanisme: Melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensi, dan motivasi yang dimilikinya. Landasan psikologis: a. Psikologi perkembangan untuk menentukan tingkat keluasan dan kedalaman isi sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik, b. Psikologi belajar untuk menentukan bagaimana isi/materi pembelajaran disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Landasan yuridis: a. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, b. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ketiga landasan diatas membuktikan bahwa pembelajaran tematik lebih
menekankan pada keterlibatan siswa dalam prosesbelajar secara aktif dalam
proses pembelajaran. Hal tersebut ditujukan agar siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai
9
pengetahuan yan dipelajarinya.
Landasan digunakan sebagai dasar atau pegangan dalam penyelenggaraan
pendidikan agar pelaksanaan pembelajaran tepat sasaran. Dari penjelasan diatas,
terdapat tiga landasan pembelajaran tematik yakni landasan filosofi, landasan
psikologi dan landasan yuridis. Tiga landasan tersebut dijadikan sebagai dasar
dalam penyelenggaraan pembelajaran tematik. Dilihat dari ketiga landasan
tersebut, pembelajaran tematik diciptakan setelah melihat sudut pandang siswa
serta mempertimbangkan sistem pendidikan nasional.
3. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik. Telah diungkapkan oleh Ain (2012) bahwa
“pembelajaran tematik merupakan suatu model terapan pembelajaran terpadu”,
maka hendaknya kita memahami karakteristik dari pembelajaran terpadu menurut
Nuchiyah (2007), yaitu sebagai berikut:
a. Pembelajaran berpusat pada anak (child centered instruction), b. Memberikan pengalaman langsung kepada anak, c. Tidak ada pemisahan antara bidang studi secara nyata, d. Proses pembelajaran dengan menyajikan konsep dari berbagai bidang studi, e. Bersifat luwes, f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Setelah memahami karakteristik pembelajaran terpadu kita dapat
memahami karakteristik pembelajaran tematik, berikut karakteristik pembelajaran
tematik menurut Daryanto (2014:5-6):
a. Berpusat pada siswa, sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih
banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak
berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan kepada siswa untuk
melakukan aktivitas belajar,
10
b. Memberikan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata
(konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak,
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, fokus pembelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan
siswa,
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, dengan demikian, siswa
mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari,
e. Bersifat fleksibel, dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari suatu mata
pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan
kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada,
f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, yaitu
memberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai
dengan minat dan kebutuhannya,
g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Karakteristik adalah menggambarkan ciri khas dari suatu hal yang dapat
membedakan hal tersebut dari hal-hal lainnya. Setiap model pembelajaran pasti
mempunyai karakteristik yang menjadikan pembelajaran tersebut berbeda dengan
model pembelajaran yang lain. Sejalan dengan perkembangan waktu, model
pembelajaran selalu mengalami inovasi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa
saat ini, sehingga terciptalah perbedaan-perbedaan tersebut sebagai karakteristik
suatu model pembelajaran.
11
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, karakteristik dari pembelajaran
tematik yakni pemisahan mata pelajaran tidak jelas, berpusat pada siswa,
memberikan pengalaman langsung kepada siswa, menggunakan prinsip belajar
sambil bermain, pembelajaran berlangsung bermakna. Menghubungkan beberapa
mata pelajaran dengan menggunakan tema merupakan ciri khas pada sistem
pelaksanaannya, dimana pemisahan mata pelajaran tidak diperlihatkan dengan
jelas akan tetapi menggunakan satu tema. Proses pembelajaran berlangsung
dengan berpusat pada siswa, dimana siswa lebih aktif dan guru tidak hanya
berceramah saja. Kedua hal tersebut adalah poin utama yang membedakan
pembelajaran tematik dengan model-model pembelajaran lainnya.
4. Manfaat Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik telah dirancang sedemikian rupa disesuaikan dengan
karakteristik pembelajaran di sekolah dasar sehingga dapat diterapkan secara
efektif dan efisien. Maka dari itu pembelajaran tematik memiliki beberapa
manfaat melalui penerapannya. Manfaat dari pembelajaran tematik menurut
Daryanto (2014:4-5) adalah sebagai berikut:
a.) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, b.) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, c.) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah, d.) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran, maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
Pengimplementasian pembelajaran tematik didasarkan pada karakteristik
belajar siswa sehingga sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa akan memberikan banyak manfaat bagi siswa. Manfaat
12
tersebut merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam implementasi pembelajaran
tematik. Berdasarkan pendapat diatas, manfaat dari pembelajaran tematik adalah
penghematan waktu, pembelajaran menjadi utuh, dan penguasaan konsep
meningkat. Semua manfaat tersebut ditujukan agar siswa mengalami belajar yang
bermakna melalui pembelajaran tematik.
B. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang diangkat oleh penelitian ini adalah tema 7
“Energi dan Perubahannya” subtema 1 “Sumber Energi” pada Kurikulum 2013.
Pada satu subtema terdapat 6 pembelajaran yang dimuat di dalamnya. Materi yang
terdapat pada tema 7 “Energi dan Perubahannya” subtema 1 “Sumber Energi”
adalah mengenai manfaat berbagai sumber energi bagi kehidupan manusia.
Matahari dan air adalah sumber energi yang memiliki berbagai macam manfaat
bagi kehidupan manusia sehari-hari, maka dari itu sumber energi harus digunakan
secara bijak dan dilestarikan.
Berdasarkan tema dan subtema yang dijelaskan diatas, berikut merupakan
capaian kompetensi dasar dan indikator tema 7 “Energi dan Perubahannya”
subtema 1 “Sumber Energi” (Nurhasanah, 2015:4):
Pembelajaran 1
Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia
3.1 Menggali informasi dari teks laporan informatif hasil observasi tentang
perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energy
alternatif, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta
13
alam semesta dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia
lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk
membantu pemahaman
4.1 Mengamati dan mengolah isi teks laporan informatif hasil observasi
tentang perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energi
alternatif, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta
alam semesta secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang
dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian.
Indikator
3.1.1 Mengidentifikasi teks laporan informatif tentang sumber energi secara
lisan atau tulis dengan tepat
4.1.2 Melakukan percobaan tentang sumber energi
4.1.3 Menyusun gagasan berupa teks laporan informatif hasil observasi
tentang sumber energi secara tertulis dengan tepat
Matematika
3.14 Menentukan perbandingan data menggunakan tabel , grafik batang, dan
grafik lingkaran
4.11 Mengumpulkan, mencatat, menata, menyajikan data menggunakan
grafik batang
Indikator
3.14.1 Membandingkan data berupa grafik batang yang diamatinya
4.11.1 Membuat grafik batang berdasarkan data yang sudah diperoleh
14
SBDP
3.1 Mengenal karya seni gaya dekoratif
4.3 Menghias benda gaya dekoratif dengan media yang ada di lingkungan
sekitar.
Indikator
3.1.1 Mengidentifikasi karya seni gaya dekoratif
3.1.2 Mengidentifikasi alat dan media yang dibutuhkan untuk membuat
karya seni dekoratif
4.1.1 Membuat karya dekoratif dengan menggunakan benda-benda 3
dimensi yang ada di lingkungan sekitar.
Pembelajaran 2
Kompetensi Dasar
Ppkn
3.2 Mengetahui hak dan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan sehari-
hari di rumah dan di sekolah
4.2 Melaksanakan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan sehari-haridi
rumah dan sekolah.
Indikator
3.2.1 Mengidentifikasi perilaku sehari-hari yang merupakan kewajiban di
rumah
4.2.1 Menceritakan contoh pelaksanaan kewajiban yang pernah dilakukan
di rumah yang berkaitan dengan kelestarian sumber energi
15
Bahasa Indonesia
3.1 Menggali informasi dari teks laporan informatif hasil observasi tentang
perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energi
alternatif, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta
alam semesta dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia
lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosa kata bahasa daerah untuk
membantu pemahaman
4.1 Mengamati dan mengolah isi teks laporan informatif hasil observasi
tentang perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energi
alternatif, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta
alam semesta secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang
dapat diisi dengan kosa kata bahasa daerah untuk membantu penyajian.
Indikator
3.1.1 Mengidentifikasii teks laporan informatif tentang sumber energi
secara lisan atau tulis dengan tepat
4.1.1 Menguraikan gagasan pokok teks laporan informatif tentang sumber
energi secara lisan atau tulis dengan tepat
4.1.2 Menceritakan kembali isi teks laporan informatif tentang sumber
energi secara lisan atau tulis dengan tepat.
PJOK
3.5 Mengetahui konsep kombinasi berbagai pola gerak dasar dominan statis
(bertumpu dengan tangan dan lengan depan/belakang/samping,
bergantung, sikap kapal terbang, dan berdiri dengan salah satu kaki),
16
serta pola gerak dominan dinamis (menolak, mengayun, melayang di
udara, berputar, dan mendarat) dalam aktivitas senam.
4.5 Mempraktikkan kombinasi berbagai pola gerak dasar dominan statis
(bertumpu dengan tangan dan lengan depan/ belakang/samping,
bergantung, sikap kapal terbang, dan berdiri dengan salah satu kaki),
serta pola gerak dominan dinamis (menolak, mengayun, melayang di
udara, berputar, dan mendarat) dalam aktivitas senam.
Indikator
3.5.1 Mengidentifikasi gerak sikap lilin dan kop stand
4.5.1 Mempraktikkan gerak sikap lilin dan kop stand dalam senam.
C. Komik
1. Pengertian Komik
Menurut Masri (2011:147) kata ”komik” berasal dari bahasa Inggris
”comic”, kōmikos (Yunani) yang berarti: lucu. Istilah ini sudah muncul sekitar
abad ke-16. Pada awalnya, komik ialah gambar-gambar yang ”berbicara” tentang
hal-hal yang lucu. Sedangkan menurut Nian (2007:135) “Komik pada umumnya
memiliki dua unsur penting, yaitu gambar dan narasi dalam bentuk teks”. Maka
dapat diketahui bahwa komik adalah suatu buku cerita yang memiliki karakteristik
khusus dengan gambar dan cerita lucu. Komik juga merupakan salah satu sarana
yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kepada para pembacanya.
Komik dengan karakteristik bergambarnya, menjadi sangat populer pada
kalangan anak-anak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Masri (2011:148)
bahwa sebagai salah satu genre dalam khazanah bacaan anak, komik mampu
17
membangun citra sebagai bacaan ringan, sekaligus hiburan, dan rekreasi bagi
anak-anak. Oleh karena itu komik merupakan buku bercerita yang tepat digunakan
untuk anak usia sekolah dasar.
Penggunaan komik dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar di
sekolah dasar. Hal tersebut karena minat anak usia sekolah dasar sangat tinggi
terhadap komik, juga sesuai dengan karakteristik belajar siswa sekolah dasar yaitu
belajar dari hal konkrit seperti gambar. Pendidik dapat mendesain suatu produk
pendidikan yang dapat menunjang keaktifan suatu pembelajaran, seperti bahan
ajar atau media yang komik. Suatu media pembelajaran yang menunjang haruslah
menarik perhatian siswa terlebih dahulu, maka siswa memiliki minat untuk
mempelajari materi yang dimuat.
2. Jenis-jenis Komik
Komik memiliki berbagai macam jenis dalam penyajiannya berdasarkan
bentuk, genre, dan lain-lainnya. Maharsi (2011:15-29) mengungkapkan bahwa
“jenis komik berdasarkan bentuknya terdiri dari komik strip (comic strips), buku
komik (comic book), novel grafis (graphic novel), dan komik komplikasi”.
Sedangkan menurut Trimo (1997:37) komik dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai
berikut:
a. Komik strip (comic strips), suatu bentuk komik yang terdiri dari beberapa lembar bingkai kolom yang dimuat dalam suatu harian atau majalah, biasanya disambung ceritanya, b. Buku komik (comic book), komik yang dikemas dalam bentuk buku dan satu buku biasanya menampilkan sebuah cerita yang utuh.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diketahui bahwa komik secara
umum memiliki 2 jenis, yaitu komik strip yang berbentuk potongan-potongan dan
buku komik yang berbentuk satu kesatuan. Hal tersebut diungkapkan berdasarkan
18
bagaimana bentuk komik itu sendiri. Akan tetapi dengan berkembangnya zaman,
jenis komik terbagi lagi menjadi 4, yaitu dengan bertambahnya jenis komik novel
grafis dan komplikasi.
Komik memang sangat digemari anak usia sekolah dasar, akan tetapi tidak
semua jenis komik yang digemari. Jenis komik yang biasa digemari oleh anak
usia sekolah dasar adalah komik strip dan buku komik. Komik strip hanya terdiri
dari beberapa lembar sehingga terkesan ringan untuk dibaca anak usia sekolah
dasar. Sedangkan buku komik adalah komik yang berbentuk seperti buku, dalam
satu buku komik akan lebih baik terdiri dari 1-20 lembar bagi pembaca usia
sekolah dasar, karena akan menimbulkan bosan bila terdapat banyak lembar.
3. Unsur-unsur Komik
Pemahaman yang matang akan unsur-unsur komik merupakan hal
terpenting sebelum kita membuat sebuah produk berbentuk komik. Kita harus
memahami terdiri dari apa sajakah komik yang akan kita buat. Koendoro
(2007:30) menyebutkan unsur-unsur utama yang membentuk sebuah komik, yaitu
sebagai berikut:
a. Sosok gambar atau ilustrasi, merupakan gambar-gambar yang digunakan untuk menyampaikan pesan atas suatu tujuan tertentu, b. Unsur tulisan atau teks, berupa dialog (bicara lebih dari satu orang), monolog (bicara seorang diri), narasi (keterangan dan penceritaan), dan efek suara (sound effect), c. Unsur kotak (frame), disebut sebagai ruang pengadeganan, dalam komik frame bisa disebut juga panel, d. Balon kata (ballon), merupakan ruang tempat menaruh teks narasi atau kata-kata.
Casifo dan Isa (2013:9-18) juga menjelaskan mengenai unsur-unsur
pembentuk komik, yaitu sebagai berikut:
a. Garis (line), merupakan elemen satu dimensi, bertujuan memperjelas atau sekedar pemanis yang disusun sedemikian rupa, b. Bidang (shape), adalah segala bentuk apapun yang memiliki dimensi tinggi dan lebar. Bidang dapat berupa bentuk-bentuk geometris (lingkaran, segitiga,
19
segiempat, elips, setengah lingkaran, dan sebagainya) dan bentuk-bentuk yang tidak beraturan, c. Warna (colour), merupakan elemen visual penarik perhatian. Jika penggunaan warna salah, kualitas, citra, keterbacaan pun akan salah. Terdapat dua pembagian dalam kategori ini, yaitu low contrast value yang berarti penggunaan warna-warna yang kurang kontras, visual yang dihasilkan akan cenderung kalem, statis, dan sederhana serta tenang. Kedua yakni high contrast value, yaitu penggunaan warna-warna kontras dengan ekstrem, sehingga menghasilkan visual yang energik, ceria, dinamis, dramatis, dan penuh gairah, d. Tekstur (texture), adalah nilai raba atu lebih mudahnya adalah halus dan kasarnya seluruh permukaan benda, e. Format (format), adalah panjang dan pendek, tinggi dan rendah, serta besar dan kecilnya suatu elemen visual, tujuannya agar keterbacaan dapat tersajikan dengan baik.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa komik memiliki 4
unsur utama, yaitu sosok gambar atau ilustrasi, unsur teks, unsur kotak dan balon
kata. Selain unsur utama tersebut, terdapat juga unsur pendamping demi
menghasilkan desain komik yang menarik, yaitu garis, bidang, warna, gelap-
terang, tekstur, dan format. Kedua unsur tersebut dapat saling melengkapi dalam
proses pembuatan komik. Komik akan terlihat lebih menarik apabila dibuat
dengan menyatukan kedua unsur yang saling melengkapi tersebut, karena komik
akan memiliki banyak fitur di dalamnya.
Penyusunan komik harus memperhatikan siapa pembaca yang dituju
terlebih dahulu. Komik yang diperuntukkan bagi anak usia sekolah dasar lebih
baik disusun dengan sederhana, karena sesuai dengan karakteristik anak usia
sekolah dasar yang tidak menyukai desain rumit. Penyusunan komik dengan 4
unsur utama sangat tepat untuk menarik minat anak.
20
D. Bahan Ajar
1. Pengertian Bahan Ajar
Pada suatu proses pembelajaran, siswa memerlukan pemahaman dan
kebermaknaan untuk mencapai perubahan menjadi perilaku yang lebih baik. Hal
tersebut dikarenakan informasi yang diperolehnya bertambah, dan berkembang
secara terus-menerus melalui aktivitas belajar dari berbagai sumber belajar.
Menurut Ari (2014:37) “sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat
dimanfaatkan guru maupun siswa dalam mempelajari materi pelajaran”. Pada
prinsipnya, sumber belajar dapat berbentuk orang, isi, pesan, media, alat, teknik,
dan latar lingkungan yang mengandung informasi. Bahan ajar merupakan salah
satu jenis sumber belajar berbentuk pesan.
Menurut Diah (2013) “bahan ajar atau materi pembelajaran
(instructional materials) adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
harus dipelajari oleh siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang
telah ditentukan”. Sedangkan menurut National Center for Vocational Education
Research Ltd/National Center for Competency Based Training (Nugraha, 2013),
“bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
berisikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat digunakan untuk
membantu guru dan siswa dalam suatu proses pembelajaran.
Berdasarkan pengertian bahan ajar di atas, maka dapat dilihat bahwa bahan
ajar merupakan salah satu kunci utama dalam proses pembelajaran. Bahan ajar
yang menarik dapat menumbuhkan minat siswa untuk menggunakan atau
21
membacanya, sehingga siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran. Bahan ajar
juga harus menyampaikan materi yang mudah dipahami oleh siswa sehingga
penggunaan bahan ajar menjadi efektif. Maka dari itu, penyusunan bahan ajar
harus didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa Sekolah Dasar.
2. Jenis Bahan Ajar
Bahan ajar memilki berbagai macam jenis, menurut Kitao (1997:1) bahan
ajar terdiri dari buku teks, kaset video dan audio, perangkat lunak komputer, dan
alat bantu visual. Sedangkan, jenis-jenis bahan ajar menurut Nugraha (2013)
adalah sebagai berikut:
a. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti
antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/maket,
b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio,
c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film,
d. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI
(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia
pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning
materials).
Berdasarkan kedua pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa secara
umum terdapat 4 macam jenis bahan ajar. Diantaranya adalah audio (bahan yang
dapat didengar), visual (bahan yang dapat dilihat), audio visual (bahan yang dapat
didengar dan dilihat, seperti video), dan multimedia (seperti perangkat lunak
22
komputer).
Berbagai jenis bahan ajar dapat mempengaruhi isi dan proses
pembelajaran. Terdapat berbagai jenis bahan ajar yang dapat menjadikan
pembelajaran berlangsung menyenangkan sesuai dengan karakteristik
pembelajaran tematik. Maka suatu pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa
jika menggunakan jeis bahan ajar yang menyenangkan, yang menarik perhatian
siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.
3. Pemilihan Bahan Ajar
Terdapat beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan dalam memilih
suatu bahan ajar dengan tepat. Menurut Diah (2013) terdapat 3 prinsip dalam
memilih bahan ajar, yaitu sebagai berikut:
a. Prinsip relevansi, artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada keterkaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, b. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa satu macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga meliputi satu macam, c. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
Penggunaan bahan ajar dapat mempengaruhi jalannya proses
pembelajaran. Tingkat pengetahuan siswa mengenai materi yang telah dibaca
pada bahan ajar akan berpengaruh terhadap keaktifan siswa dalam suatu
pembelajaran, oleh karena itu pemilihan bahan ajar yang tepat merupakan hal
yang sangat penting. Berdasarkan pendapat diatas, terdapat 3 prinsip yang harus
diperhatikan dalam memilih bahan ajar yang akan digunakan. Pertama adalah
prinsip relevan, dimana kita harus melihat apakah materi pada bahan ajar relevan
dengan capaian standar kompetensi dan kompetensi dasar; yang kedua adalah
prinsip konsistensi, dimana kita harus melihat apakah bahan ajar yang diajarkan
23
konsisten dengan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa; yang ketiga adalah
prinsip kecukupan, yaitu kita harus melihat apakah materi sudah cukup untuk
membantu siswa memahami capaian kompetensi dasar.
Prinsip-prinsip diatas menjelaskan bahwa materi pembelajaran yang
disampaikan oleh bahan ajar merupakan hal penting yang harus ditinjau dalam
memilih suatu bahan ajar. Meskipun terdapat berbagai pilihan bahan ajar yang
menarik, suatu bahan ajar tidak akan digunakan apabila materi yang disampaikan
tidak sesuai dengan capaian pembelajaran. Penggunaan bahan ajar yang menarik
tidak akan efektif apabila materi yyang disampaikan tidak dapat mencakup
capaian pembelajaran. Jadi dalam memilih suatu bahan ajar, hal pertama yang
harus ditinjau adalah cakupan materi, setelah itu dapat ditinjau kemenarikan bahan
ajarnya. Melalui peninjauan prinsip-prinsip tersebut, pemilihan dan penggunaan
bahan ajar menjadi tepat sasaran.
E. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
Anak usia sekolah dasar adalah anak yang terpaut pada jenjang usia 6-
12 tahun. Jika mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak, berarti
anak usia sekolah dasar berada pada 2 masa perkembangan, yaitu masa kanak-
kanak tengah (6-9), dan masa kanak-kanak akhir (10-12). Anak usia sekolah ini
memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan anak yang usianya
lebih muda maupun tua.
Menurut Desmita (2014:35), “anak usia sekolah dasar memiliki
karakteristik senang bermain, senang bergerak, sengang bekerja dalam kelompok,
dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung”. Sedangkan
24
menurut Syamsu (2012:59) terdapat 6 karakteristik perkembangan anak usia
sekolah dasar, diantaranya sebagai berikut:
a. Perkembangan fisik-motorik, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik, dia menggerakkan anggota badannya dengan tujuan yang jelas, seperti menggerakkan tangan untuk menulis, menggambar, dan sebagainya, b. Perkembangan intelektual, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan menghitung atau CALISTUNG). Daya pikirnya juga sudah berkembang kearah berpikir konkrit dan rasional, c. Perkembangan bahasa, pada awal masa ini, anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (kira-kira usia 11-12 tahun) anak telah dapat menguasai sekitar 5.000 kata, d. Perkembangan Emosi, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol ekspresi diperolehnya melalui peniruan dan pelatihan (pembiasaan), e. Perkembangan sosial, ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya (peer group), sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas, f. Perkembangan kesadaran beragama, kira-kira usia 10 tahun, ingatan anak masih bersifat mekanis sehingga kesadaran beragamanya hanya merupakan hasil sosialisasi orangtua, guru, dan lingkungannya. Oleh karena itu pengalaman ibadahnya masih bersifat peniruan, belum dilandasi kesadarannya. Sedangkan pada usia 10 tahun keatas, semakin bertambah kesadaran anak akan fungsi agama baginya, yaitu berfungsi moral dan sosial.
Perkembangan peserta didik memiliki beberapa tahap yang runtut disertai
dengan tugas perkembangannya. Pada tiap tahapan usia, siswa mengalami
perkembangan serta tugas yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangannya.
Karakteristik belajar siswa dapat dilihat dari tahap perkembangan dan tugas
perkembangannya. Hal tersebut dikarenakan karakteristik belajar siswa sesuai
dengan tahap dan tugas perkembangan.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik belajar anak usia sekolah dasar adalah aktif, menyenangkan, konkrit
dan rasional, dan bekerja dalam kelompok. Pemahaman karakteristik anak ini
25
dilakukan demi terciptanya suatu pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
F. Pengembangan Bahan Ajar Komik
1. Pengertian Bahan Ajar Komik
Pengembangan bahan ajar adalah mengembangkan atau melakukan inovasi
dari bahan ajar yang sudah ada. Pengembangan dilakukan oleh peneliti
berdasarkan pada temuan masalah yang terdapat di lapangan. Bahan ajar yang
digunakan oleh guru di lapangan terkesan monoton sehingga pembelajaran tidak
bermakna, maka dari itu dilakukan pengembangan bahan ajar oleh peneliti yang
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
Bahan ajar komik adalah bahan ajar yang dibentuk berdasarkan komik,
atau lebih spesifiknya adalah bahan ajar yang disusun dengan menggunakan
cerita/alur didalamnya dengan menggunakan konsep percakapan antar tokoh
komik. Bahan ajar komik yang dikembangkan merupakan jenis buku komik, yaitu
komik yang terdiri dari beberapa lembar yang terbentuk dalam satu buku. konsep
komik juga dibuat sesederhana dan semenarik mungkin sehingga siswa kelas
rendah dapat mudah memahami pesan yang ingin disampaikan dari bahan ajar
komik.
Bahan ajar komik merupakan produk pendidikan yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan siswa. Kreatif, inovatif, menarik, dan mudah dipahami
merupakan karakteristik dari bahan ajar komik. Diharapkan dengan adanya
pengembangan bahan ajar komik yang dilakukan peneliti dapat memberikan
manfaat secara teoritis maupun praktis bagi siswa maupun guru di sekolah dasar.
26
Bahan ajar komik pada penelitian ini dilakukan pada tema 7 “Energi dan
Perubahannya” subtema 1 “Sumber Energi”, pembelajaran 1 dan 2. Komik yang
dikembangkan berisi percakapan mengenai sumber energi yang biasa digunakan
sehari-hari. Tema yang digunakan komik lebih mengarah ke kondisi alam di
sekitar. Maka dari itu disebut bahan ajar komik, yaitu bahan ajar yang digunakan
untuk belajar tentang “Sumber Energi” berbentuk komik dengan ciri khas
percakapan antar tokoh.
2. Kelebihan dan Kekurangan Bahan Ajar Komik
Bahan ajar komik dikembangkan berdasarkan temuan masalah yang
ditemukan di lapangan. Akan tetapi, tetap saja suatu produk pendidikan memliki
kelebihan dan kekurangan dalam penggunaanya pada suatu pembelajaran. Berikut
ini merupakan kelebihan dan kekurangan produk menurut peneliti, yaitu:
Kelebihan:
a. Produk dikembangkan dengan bentuk komik yang digemari siswa SD,
sehingga bahan ajar terlihat lebih menarik untuk dibaca oleh siswa
b. Penyampaian materi pada bahan ajar komik dilakukan melalui percakapan
antar tokoh yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh siswa
c. Bahan ajar komik dilengkapi dengan beberapa lembar kerja sehingga
penggunaan lebih efisien.
Kekurangan:
Produk bahan ajar dicetak terbatas hanya untuk kelas uji coba, sehingga tidak
dapat dijadikan referensi belajar secara mandiri di rumah oleh siswa kelas 3.
27
G. Kajian Penelitian yang Relevan
Hasil dari pencarian literatur penelitian pengembangan, ada beberapa
literatur yang berhubungan dengan penelitian pengembangan diantaranya:
1. Dek Ngurah (2016), “Pengembangan Bahan Ajar Tematik SD Kelas IV
Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Ngada”. Hasil penelitian dan
pengembangan sebagai berikut, tanggapan guru terhadap bahan ajar tematik
berbasis kearifan lokal Masyarakat Ngada, yaitu kualitas bahan ajar yang
dihasilkan ada pada kategori sangat baik. Skor tertinggi ada pada aspek
penyajian yaitu kemenarikan tampilan bahan ajar. (4) Tanggapan siswa
terhadap bahan ajar tematik berbasis kearifan lokal Masyarakat Ngada, yaitu
kualitas bahan ajar yang dihasilkan ada pada kategori sangat baik. Skor
tertinggi ada pada aspek tampilan fisik bahan ajar dan keterbacaan dari sisi
ukuran dan jenis huruf.
Terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian Ngurah dan penelitian
yang dilakukan peneliti. Persamaannya adalah penelitian pengembangan
dilakukan untuk menghasilkan produk bahan ajar yang sesuai kebutuhan siswa.
Perbedaannya adalah bentuk pengembangan bahan ajar, yaitu pengembangan
bahan ajar berbasis kearifan lokal yang dilakukan oleh Ngurah, sedangkan
peneliti mengembangkan bahan ajar berbasis komik.
2. Achmad (2016), “Pengembangan Modul Pembelajaran Tematik “Merawat
Hewan Dan Tumbuhan” Tema 7 Untuk Siswa Kelas 2 SD”. Hasil penelitian
menunjukkan penilaian ahli materi mendapatkan rata-rata skor 4,48 termasuk
kategori sangat baik. Penilaian ahli media mendapatkan rata-rata skor 4,53
termasuk kategori sangat baik. Pada uji coba lapangan awal mendapatkan
28
persentase skor 90% termasuk dalam kategori layak. Uji coba lapangan
terbatas mendapatkan skor 96,7% termasuk dalam kategori layak. Uji lapangan
luas mendapatkan skor 99,8% termasuk dalam kategori layak. Dapat
disimpulkan bahwa media Modul Tematik untuk siswa kelas 2 Sekolah Dasar
layak untuk digunakan.
Terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian Achmad dan penelitian
yang dilakukan peneliti. Persamaannya adalah penelitian pengembangan
dilakukan untuk menghasilkan produk bahan ajar pada pembelajaran tematik.
Perbedaannya adalah jenis bahan ajar yang dikembangkan, peneliti melakukan
pengembangan bahan ajar berbasis komik, sedangkan Achmad adalah
pengembangan modul.
3. Elis (2011), “Pembelajaran Akuntansi Keuangan Melalui Media Komik Untuk
Meningkatkan Prestasi Mahasiswa”. Berdasarkan hasil pengolahan data dalam
penelitian ini, telah terjadi peningkatan skor dari tes awal ke tes akhir, yang
secara otomatis akan menimbulkan peningkatan hasil belajar mahasiswa di
kelas eksperimen sebesar 54,28%.
Terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian Elis dan penelitian yang
dilakukan peneliti. Persamaannya adalah penelitian dilakukan dengan produk
komik. Perbedaannya adalah jenis penelitian yang dilakukan, peneliti
melakukan jenis penelitian pengembangan yang bertujuan menghasilkan
produk yang layak, sedangkan Elis melakukan jenis penelitian tindakan kelas
(PTK) yang bertujuan meningkatkan hasil belajar
29
H. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir pada penelitian ini digambarkan melalui bagan sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Kondisi di Lapangan
Bahan ajar yang digunakan
masih kurang menarik
sehingga keaktifan siswa
rendah
Mengembangkan bahan ajar
menarik
Kondisi Ideal
Penggunaan bahan ajar
yang menarik sehingga
menunjang keaktifan siswa
dalam pembelajaran
Mengumpulkan data
Validasi bahan ajar berbasis komik
oleh ahli materi dan bahan ajar
Uji coba 1 & 2
Revisi bahan ajar berbasis komik 1
& 2
Bahan Ajar Berbasis Komik Tema 7
“Energi dan Perubahannya” layak
digunakan untuk kelas 3 SD
Membuat desain bahan ajar
berbasis komik
Materi disampaikan
melalui percakapan
antar tokoh dan
penuh dengan warna
Siswa kelas 3 SDN
Kebonsari Pasuruan