BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan tentang Perancangan
1. Pengertian Perancangan
Kata perancangan berasal dari kata dasar rancang, yang kemudian mendapatkan
awalan per- dan akhiran -an. Sehingga terbentuklah kata perancangan. Perancangan
dapat diartikan proses, cara pembuatan, merancang, merencanakan segala sesuatu
sebagai bagian dari kerangka kerja. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:972).
Pengertian perancangan menurut bahasa:
a. Designose, dari bahasa Latin yang artinya menandai, memisahkan.
Maksudnya untuk memberi citra pada obyek tertentu.
b. Designare, dari bahasa Perancis yang artinya menandai, memisahkan.
Maksudnya meghilangkan kesimpangsiuran.
c. Design, dari Bahasa Inggris yang artinya memikirkan, menggambar rencana,
menyusun bagian-bagian menjadi sesuatu yang baru.
2. Proses Perancangan
Perancangan meliputi proses pemrograman, perencanaan dan perancangan.
Dalam proses pemrograman terjadi penetapan hal-hal yang menjadi tujuan,
kebutuhan dan perhatian dan kemudian masuk ke dalam proses perencanaan yang di
dalam prosesnya masalah umum diubah menjadi masalah standar yang mudah
dipecahkan. Proses-proses perancangan menurut Kotler dan Andreasen (1995) antara
lain:
a. Menentukan objektif, misi dan tujuan spesifik organisasi secara luas yang
memerlukan peran pemasaran strategis.
b. Menilai ancaman dan peluang dari lingkungan luar yang dapat ditunjukkan
oleh pemasaran untuk mencapai keberhasilan yang lebiih besar.
c. Mengevaluasi sumber daya serta keahlian potensial dan nyata dari
organisasi untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada atau me-
nyingkirkan ancaman yang tampak dalam analisis lingkungan eksternalnya.
d. Menentukan misi, objektif dan tujuan spesifik pemasaran untuk periode
perencanaan yang akan datang.
e. Merumuskan strategi pemasaran pokok untuk mencapai tujuan yang spesifik.
f. Menempatkan sistem dan struktur organisasi yang perlu dalam fungsi
pemasaran agar pelaksanaan strategi yang telah disusun dapat dipastikan.
g. Menetapkan rincian dan taktik untuk melaksanakan strategi pokok dalam
masa perencanaan, termasuk kegiatan dan tugas tanggung jawab tertentu.
h. Menetapkan patokan untuk mengukur hasil sementara dan hasil akhir program.
i. Melaksanakan program yang telah direncanakan.
j. Mengatur kinerja dan mengatur strategi pokok, rincian taktis atau keduanya
jika diperlukan.
B. Tinjauan tentang Identitas Visual dan Promosi
1. Identitas Visual
Identitas Visual yang dimaksud dalam hal ini mengacu kepada proses
pembentukan sebuah identitas perusahaan, dalam hal ini mengambil SCCN sebagai
subjek penelitian, yang dibuat secara visualisasi memilki unsur dari program itu
sendiri. Identitas Visual atau dalam bahasa periklanan juga disebut sebagai corporate
visual identity atau corporate identity adalah elemen yang terlihat dari sebuah merek,
seperti warna, dan bentuk, yang merangkum dan menyampaikan makna simbolik
yang tidak bisa disampaikan melalui kata-kata saja. Pada dunia korporasi memiliki
makna lebih luas, dapat termasuk unsur-unsur seperti arsitektur bangunan, skema
warna, dan kode aturan pemakaian.
Identitas visual perusahaan (corporate visual identity) digunakan untuk
mengkomunikasikan keberadaan sebuah korporasi, organisasi, institusi ataupun
golongan, dengan menggunakan nama, lambang, tipografi, warna dan semboyan
(tagline/slogan) di berbagai jenis media agar dapt diterima oleh target audiens.
Identitas adalah bagian penting dari teka-teki merek bagi sebagian besar bisnis dan
membantu untuk mengaktifkan respons pelanggan.
Identitas adalah aspek visual yang membentuk bagian dari keseluruhan merek.
Identitas merupakan perwajahan suatu perusahaan dalam bentuk visual seperti
penggunaan warna, gambar, tipografi, dsb. Identitas biasanya mengacu kepada guide
line atau pedoman yang dirancang khusus sebagai panduan dalam menggambarkan
perusahaan dalam bentuk visual. Contoh dari identitas biasa terdiri dari beragam
perangkat visual seperti desain stationery, flyer, brosur, website, seragam, papan
nama, dan berbagai perangkat lain yang tergolong ke dalam bentuk visual.
a. Pengertian Corporate Identity
Secara riil corporate identity dapat diwujudkan berupa kultur organisasi,
perusahaan atau kepribadian dari organisasi, perusahaan tersebut agar masyarakat
mengetahui, mengenal, merasakan, dan memahami filosofi-filosofi perusahaan,
organisasi tersebut (Balmer, 1995).
Corporate identity atau identitas perusahaan adalah suatu yang berhubungan
dengan ciri khusus dari sebuah perusahaan atau organisasi seperti logo, kartu nama,
kop surat, amplop, stempel, name tag dan lainnya yang menjelaskan tentang
perusahaaan / organisasi tersebut. Logo merupakan bentuk visual yang paling umum
untuk mengenali / mengidentifikasikan sebuah lembaga / perusahaan.
Pencerminan dari jati diri sebelum perancangan logo/organisasi. Untuk itu, dalam
membuat logo terlebih dahulu harus mengetahui dengan ketentuan serta elemen
penting, seperti : nama, simbol, warna, bentuk dan jenis teks yang digunakan.
(Syahril Iskandar, 2007:35)
b. Fungsi dan Tujuan dari Corporate Identity
Pembentukan corporate identity penting dalam dunia bisnis yaitu untuk
membangun interaksi dan image bisnis sesuai dengan keinginan pemilik bisnis.
Umumnya, corporate identity dimanifestasikan melalui merek-merek dagang,
pembentukan logo, ataupun seragam karyawan.
Bahkan saat ini, corporate identity juga dibangun melalui warna-warna dan
desain khusus yang digunakan pada suatu tempat usaha. Oleh karena luasnya cara
yang dapat dilakukan untuk membangun corporate identity, dapat dibagi dalam
beberapa kategori yaitu :
1) Corporate visual : pembangunan image bisnis melalui logo, seragam, dan
segala sesuatu bersifat visual.
2) Corporate communication : citra perusahaan yang dibangun melalui promosi,
public relations, informasi, dan lain sebagainya.
3) Corporate behavior : pembentukan citra perusahaan melalui nilai-nilai internal,
norma-norma, dan lain sebagainya. (Alfa Hartoko, 2010:10)
Tujuan perancangan corporate identity ini adalah agar masyarakat lebih
mengenal atau memahami pribadi perusahaan dan menjaga hubungan baik. Untuk
mencapai tujuan perancangan komunikasi visual corporate identity adalah dengan
cara mengaplikasikan corporate identity pada segala kebutuhan sarana yang
menunjang kegiatan perusahaan. Corporate identity mencakup dari logo perusahaan,
stationery, profil perusahaan, materi profil promosi cetak, seperti brosur, spanduk,
POP (Point of Purchase), packaging / kemasan produk dan segala bentuk promosi
yang mempresentasikan bisnis itu sendiri.
2. Promosi
Promosi berasal dari kata promote dalam bahasa Inggris yang artinya
mengembangkan atau meningkatkan. Jika dihubungkan dengan bidang penjualan,
maka promosi memiliki pengertian yaitu; sebagai alat untuk meningkatkan omzet
penjualan. Untuk meningkatkan omzet penjualan salah satu caranya adalah dengan
melakukan strategi pemasaran yang tepat melalui promosi.
E. Jerome Mc Carthy pertama kali memperkenalkan konsep dasar 4P dalam
bauran pemasaran yang kemudian dikembangkan oleh Philip Kotler (2005). Strategi
pemasaran yang dilakukan secara konseptual ini sering disebut marketing mix yaitu:
- Product (produk)
- Price (harga)
- Promotion (promosi)
- Place (tempat)
Promosi merupakan bauran komunikasi pemasaran pada umumnya dibagi
menjadi lima hal utama antara lain:
- Periklanan
- Pemasaran langsung
- Penjualan perseorangan (personal selling)
- Publisitas (publicity)
- Promosi Penjualan (sales promotion)
a. Pengertian dan Manfaat Promosi
Promosi pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk
menyampaikan atau mengkomunikasikan suatu produk kepada pasar sasaran untuk
memberi informasi tentang keistimewaan, kegunaan, dan yang paling penting adalah
tentang keberadaannya untuk mengubah sikap ataupun untuk mendorong orang
untuk bertindak dalam hal membeli (Fandy Tjiptono, 1995:200).
Menurtu Kamus Istilah Periklanan Indonesia pengertian promosi adalah “Usaha
komunikasi yang menjembatani kesenjangan antara produsen dan konsumen. Untuk
komunikasi tersebut dapat dibagi dalam bagian-bagian yang terdiri atas periklanan
publisitas, humas, dan proyek-proyek khusus seperti door to door (pintu ke pintu),
direct mail (iklan pos langsung), sampling (pemberian contoh)”.
Inti dari kegiatan promosi adalah manfaat, atau alasan mengapa calon pembeli
harus membeli produk jasa yang kita tawarkan. Manfaat yang dimiliki setiap produk
atau jasa dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1) Fungsi, yaitu apa yang dapat dilakukan oleh produk atau jasa tersebut
2) Citra, yaitu gaya, prestige dan nilai emosional dari produk atau jasa tersebut
3) Manfaat ekstra yaitu manfaaat lain yang bukan bagian utama dari produk atau
jasa tersebut (Julian Cummins, 1991:12)
Strategi promosi merupakan strategi iklan, sedangkan iklan adalah bagian dari
bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi adalah bagian dari bauran
pemasaran (marketing mix). Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang
menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media,
seperti yang dikatakan oleh Frans Jefkins dalam Advertising is Aims to Persuade
People to Buy. (Rhenald Kasali, 1995:9)
b. Media Promosi
Pengertiaan media promosi menurut Kamus istilah Periklanan Indonesia adalah
sarana berupa ruang dan waktu untuk pemasangan iklan di media cetak maupun di
media elektronik. Media mempunyai peran penting dan strategis bagi kegiatan
promosi dan periklanan. Lewat media pulalah suatu pesan dapat diwujudkan dan
disampaikan sehingga dapat ditangkap panca indera konsumennya. Dalam
penyampaiannya promosi membutuhkan media efektif dan efisien agar maksud dan
tujuannya dapat tersampaikan dengan baik.
Dalam periklanan media penyampaian pesan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Media Lini Atas (Above the Line Media)
Pada media lini atas biro iklan memungut pembayaran berupa komisi atas
dimuat iklan di berbagai media tersebut (Rhenald Kasali, 1995:23). Media
lini atas terdiri dari iklan-iklan yang dimuat dalam media cetak, media
elektronik, serta media luar ruang. Media ini juga menggunakan organisasi
biro iklan untuk membantu mempublikasikan pesan atau iklan yang
disampaikan pada target audiens. Media lini atas terbagi menjadi:
a) Media Cetak
Media cetak adalah sutu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan
visual. Media ini terdiri dari lembaran-lembaran dengan sejumlah kata,
gambar atau foto dalam tata warna dan halaman putih. Fungsi utama media
cetak adalah memberi informasi dan menghibur. Media cetak adalah suatu
dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa
yang ditangkap oleh sang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata,
gambar, foto, dan sebagainya (Rhenald Kasali, 1995:99). Dalam
pengertian ini media cetak yang digunakan sebagai media untuk
periklanan dibatasi pada surat kabar dan majalah.
b) Media Luar Ruang
Iklan luar ruang (outdoor) adalah bentuk iklan yang paling tua. Bukti-bukti
penggunaannya yang pertama telah ditemukan pada reruntuhan
peninggalan bangsa Yunani dan Romawi. Iklan outdoor terdiri dari poster-
poster dalam berbagai ukuran, dan papan-papan yang bercat, entah itu
terbuat dari besi, kayu, atau bambu serta dihias dan dipajang di jalan-jalan
atau tempat-tempat terbuka atau yang sekiranya cukup strategis untuk
dilihat sebanyak mungkin orang yang lewat (Frank Jefkins, 1995:127).
Fungsi utama dari iklan media ini adalah sebagai pengingat. Media luar
ruang terdiri dari billboard, baliho, spanduk, banner, umbul-umbul, poster
outdoor, wraping building, dan sebagainya.
c) Media Transportasi
Iklan transportasi terdiri dari iklan-iklan luar ruang yang wujud fisiknya
sama namun khusus dipasang di sisi luar atau sebelah dalam kendaraan
atau instrumen transportasi yang selalu merupakan tempat yang bergerak
(bus, kereta api, kapal laut, pesawat terbang, dll), atau di tempat yang
menjadi pangkalan atau persinggahan alat transportasi (stasiun, terminal,
bandara, atau pelabuhan laut). (Frank Jefkins, 1996:127).
2) Media Lini Bawah (Below the Line Media)
Media lini bawah merupakan media-media yang tidak memberi komisi dan
pembayaran sepenuhnya berdasarkan biaya-biaya operasi plus sekian persen
keuntungan (Frank Jefkins, 1995:86). Media lini bawah dapat berupa direct
mail, pameran-pameran, perangkat-perangkat peragaan (display) di tempat
penjualan langsung (point-of-sale), serta selebaran pengumuman penjualan
dan berbagai media lainnya (brosur, katalog, folder, stiker, tiket, kalender,
merchandise, dll).
C. Tinjauan tentang Program “Solo Creative City Network (SCCN)”
Creative City Network atau Jaringan Kota Kreatif (CNN) lahir dari inisiatif
Aliansi Global untuk Keanekaragaman Budaya, yang diselenggarakan oleh
UNESCO pada bulan Oktober 2004. CNN bertujuan untuk membawa mitra publik,
swasta serta masyarakat sipil bersama-sama untuk berkontribusi terhadap
pengembangan industri kreatif dan menghasilkan bentuk-bentuk baru kerjasama
internasional. (Wikipedia)
Salah satu pengembangan program UNESCO yaitu di bidang Keragaman Budaya,
untuk meningkatkan potensi kreatif, sosial dan ekonomi dari industri budaya yang
dimiliki oleh pelaku lokal.
Jaringan Kota Kreatif menyusun tujuh jaringan tematik yang dapat dipilih oleh
suatu Kota, yaitu:
- Cinema (Sinema / Film)
- Craft and Folk Art (Kerajinan tangan atau kerajinan lokal)
- Design (Desain)
- Gastronomy
- Literature
- Media Arts (Seni media)
- Music (Musik)
Charles Landry, pendiri Think Tank Comedia di Inggris, menelurkan istilah Kota
Kreatif dengan bukunya The Creative City: A Toolkit for Urban Innovators. Baginya,
Kota Kreatif adalah “kota yang menciptakan lingkungan yang mendukung orang
untuk memikirkan, merencanakan, dan bertindak dengan imajinasi dalam
memanfaatkan kesempatan dan masalah kota, mengubah kesempatan menjadi
pemecahan.”
Sebuah kota dikatakan dapat mengembangkan kreativitas apabila memiliki
berbagai pelaku budaya di seluruh rantai industri kreatif, di sektor yang mereka
pilih dapat menciptakan sinergi yang mengoptimalkan potensi mereka tidak
berdampak pada industri budaya lokal tetapi dapat menjadi pintu gerbang ke
pasar internasional.
Gambar 2. diagram 16 subsektor lingkup industri kreatif di Indonesia
UNESCO dalam prosedur pengajuan Creative City Network menyebutkan
kriteria kota desain yakni :
a.) Adanya industri desain yang sudah mapan
b.) Cultural Landscape. Segala fenomena yang berhubungan dengan aktivitas
manusia dengan lingkungan seperti: arsitektur, perencanaan kota, ruang publik,
monumen, transportasi, signage dan sistem informasi.
c.) Sekolah dan pusat penelitian desain.
d.) Kelompok kelompok penelitian bagi perancang dan pencipta dengan kegiatan
yang berkesinambungan pada tingkat lokal / nasional.
e.) Pengalaman dalam penyelenggaraan pekan raya, acara dan pameran yang
didedikasikan untuk desain.
f.) Kesempatan bagi perancang lokal dan perencana kota untuk pemanfaatan bahan
bahan kandungan lokal.
g.) Industri kreatif berbasis desain, seperti arsitektur, interior, fashion dan tekstil,
perhiasan dan aksesori, interaktif desain, desain perkotaan, desain yang
berkelanjutan.
(UNESCO designated procedure 2015)
Gambar 3. logo the creative cities network in design
Kota-kota di seluruh dunia yang sudah mendapat pengakuan dari UNESCO dan
tergabung dalam The Creative Cities Network in Design di antaranya:
- Graz city of design
- City of design Kobe
- Seoul city of design
- Montréal city of design
- Saint-Etienne city of design
- Shanghai city of design
Kemenparekraf pada akhir tahun 2012 memilih tiga kota diajukan ke UNESCO
untuk masuk jaringan kota kreatif dunia.
Gambar 4. logo kota kreatif Indonesia; Jogja-Solo-Pekalongan-Bandung
1. Solo Creative City Network (SCCN)
Inisiasi Kota Solo sebagai bagian kota kreatif UNESCO pertama kali
diajukan pada sosialisasi oleh Kemenparekraf melalui Direktorat Pengembangan
Zona Kreatif pada tanggal 8 - 9 November 2012, yang dilanjutkan dengan Workshop
pengisian Dosier tanggal 21 November 2012 dengan narasumber Prof. Dr. Yuwana
Marjuka. Ini dipandang sebagai momentum yang baik untuk bersama membangun
kota Solo secara lebih kreatif, sesuai pola kebijakan pemerintah kota yang telah ada.
Sejak Solo dicalonkan menjadi salah satu dari tiga kota kreatif, tim penyusun
Dosier dibentuk. Tim juga melakukan pemetaan potensi kota, menentukan alur pikir,
membentuk tim pendukung data, visual, komunikasi, perwajahan, serta penyiapan
lembaga penyangga (SCCN). komunikasi dilakukan kepada tokoh senior untuk
mendapat dukungan dan arahan dari P. Puthut H Pramono, Prof. Dharsono, ST.
Wiyono, dan Prof. Supanggah. Tim dibentuk berdasarkan kompetensi terbaik yang
dimiliki kota ini, baik dari kalangan profesi maupun akademisi dari Institut Seni
Rupa Indonesia (ISI), Universita Negeri Sebelas Maret (UNS), serta Universita
Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Tim dosier melakukan diskusi bersama Kasubdir Pengembangan Zona Kreatif
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di ruang Kepala Dinas Kebudayaan
dan pariwisata Surakarta dengan hasil:
- Penetapan Solo sebagai Kota Kreatif dapat dilakukan sebelum 16 Februari bila
Tim Solo sudah dapat menyelesaikan dasar ajuannya.
- SCCN didorong untuk menyiapkan konsep kegiatan Kreatif berskala nasional
dan melakukan presentasi di depan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
- Melakukan kunjungan ke Omah Sinten, workshop Jalan Kayu, Rempah Omah
Karya dan Kampung Batik Laweyan.
- Rapat di Disbudpar membahas konsep kelembagaan SCCN maupun gambaran
kepengurusannya, untuk dikonsultasikan / diajukan ke walikota.
Visi dan Misi dari pembentukan dosier SCCN ini adalah :
VISI
“To be an independent and professional body for keeping sustainability of Solo
as creative culture-based design city”
Menjadi lembaga independen dan profesional guna menjaga keberlangsungan
Solo sebagai kota kreatif berlandaskan desain.
MISI
1. Mengindentifikasi, mengembangkan dan merealisasikan keberadaan Solo
sebagai:
- The Spirit of Java
- Eco Cultural City
- Solo Past is Solo Future
- Wareg, Waras, Wasis, Papan, Mapan
2. Menggerakkan seluruh elemen masyarakat dan stakeholder pembangunan
untuk konsisten terhadap visi kreatif Kota Solo
3. Menjadi mitra pemerintah kota dan stakeholder pembangunan di Solo dalam
pengembangan Solo sebagai Kota Kreatif
Kegiatan jangka pendek:
1. Merumuskan proposal pengajuan Solo sebagai Kota Kreatif ke UNESCO
melalui Kemenparekraf - Team Kecil
2. Membentuk Komisi atau Team Advokasi–Formatur SCCN
3. Penyediaan Sekretariat SCCN
4. Penyusunan database aset-aset kreatif Solo
5. Sosialisasi Solo Creative City ke masyarakat
6. Pengembangan jejaring dan konsolidasi stakeholder
(dokumen tim dosier SCCN)
D. Tinjauan tentang Kota Solo
Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi
Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk 503.421 jiwa (2010) dan kepadatan
penduduk 13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2 ini berbatasan dengan Kabupaten
Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan
Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di
sebelah selatan. Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terkenal di Pulau Jawa,
Bengawan Solo. Bersama dengan Yogyakarta, Solo merupakan pewaris Kerajaan
Mataram yang dipecah pada tahun 1755.
1. Sejarah
Eksistensi kota ini dimulai di saat Kesultanan Mataram memindahkan
kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, di tepi Bengawan Solo. Secara resmi,
keraton mulai ditempati pada tanggal 17 Februari 1745. Akibat perpecahan wilayah
kerajaan, di Solo berdiri dua keraton: Kasunanan Surakarta dan Praja
Mangkunegaran, menjadikan kota Solo sebagai kota dengan dua administrasi.
Kekuasaan politik kedua kerajaan ini dilikuidasi setelah berdirinya Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Selama 10 bulan, Solo berstatus sebagai
daerah setingkat provinsi, yang dikenal sebagai Daerah Istimewa Surakarta (DIS).
Selanjutnya, karena berkembang gerakan antimonarki di Surakarta serta kerusuhan,
penculikan, dan pembunuhan pejabat-pejabat DIS, maka pada tanggal 16 Juni 1945
pemerintah RI membubarkan DIS dan menghilangkan kekuasaan raja-raja
Kasunanan dan Mangkunagaran. Status Susuhunan Surakarta dan Adipati
Mangkunegara menjadi rakyat biasa di masyarakat dan Keraton diubah menjadi
pusat pengembangan seni dan budaya Jawa. Kemudian Solo ditetapkan menjadi
tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta (Residentie
Soerakarta) dengan luas daerah 5.677 km². Tanggal 16 Juni diperingati sebagai hari
jadi Kota Solo era modern.
Setelah Karesidenan Surakarta dihapuskan pada tanggal 4 Juli 1950, Surakarta
menjadi kota di bawah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Semenjak berlakunya UU
Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak hak otonomi bagi pemerintahan
daerah, Surakarta menjadi daerah berstatus kota otonom.
2. Kondisi Geografis
Kota Surakarta secara geografis berada pada jalur strategis lalu lintas ekonomi
perdagangan maupun kepariwisataan di antara Yogyakarta - Solo (Surakarta) -
Semarang (Joglo Semar) - Surabaya - Bali. Dengan luas wilayah administratif
sebesar 4.404,06 ha, terbagi ke dalam 5 wilayah kecamatan dan 51 wilayah
kelurahan, yang secara keseluruhan telah menjadi wilayah perkotaan.
Secara regional Kota Surakarta merupakan kota metropolitan yang didukung
oleh 6 (enam) wilayah hinterland yang dikenal dengan nama Kawasan Soloraya atau
Kawasan SUBOSUKAWONOSRATEN (Kota Surakarta, Kab. Boyolali, Kab.
Sukoharjo, Kab. Karanganyar, Kab. Wonogiri, Kab. Sragen, dan Kab. Klaten).
Dalam area kerjasama antar tujuh kabupaten/kota ini, Kota Surakarta menjadi hub
bagi daerah hinterland-nya. Kota Surakarta juga sering disebut sebagai pusat
pertumbuhan untuk wilayah Jawa Tengah bagian selatan, yang memiliki potensi
ekonomi yang sangat tinggi, khususnya di bidang industri, perdagangan, pariwisata,
dan jasa lainnya.
Secara astronomis Kota Surakarta (Sala) terletak antara 110º 45`15” s/d 110º
45`35” Bujur Timur dan antara 7º 36` 00” s/d 7º 56` 00” Lintang Selatan, dengan
luas kurang lebih 4.404,0593 Ha. Secara geografis Kota Surakarta terletak di antara
Gunung Lawu di sebelah timur dan Gunung Merapi di sebelah barat serta dilintasi
oleh Sungai Bengawan Sala. Peta wilayah Kota Surakarta, selengkapnya dapat
dilihat pada gambar berikut
Gambar 5. Peta wilayah Kota Surakarta
Sumber : Bappeda Kota Surakarta (2010) dalam Surakarta Dalam Angka 2009
.
3. Sumber Daya Kota Surakarta
Sama dengan karakter/sifat perkotaan lainnya di Indonesia, kontribusi sektor
tersier dan sekunder lebih dominan dibandingkan dengan kontribusi dari sektor
primer. Struktur perekonomian Kota Surakarta ditopang oleh sektor jasa
perdagangan/retail, jasa wisata (hotel, restoran, budaya, dan hiburan), dan jasa
pendidikan. Struktur perekonomian ini dapat dilihat dari indikator kontribusi sektoral
dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta. Kuatnya sektor
tersier dalam struktur PDRB, tidak lepas dari sumber daya Kota Surakarta yang
diuntungkan dari aspek lokasi sebagai sumber daya strategis Kota Surakarta. Secara
umum sektor unggulan yang ada di Kota Surakarta, dengan masing-masing
klasterrnya per kecamatan dijelaskan sebagai berikut:
1. Kecamatan Laweyan, sektor unggulannya berupa batik, tekstill, garmen,
mebel, kaca ukir, sangkar burung dan shuttlecock dengan jasa pendukung
adalah pendidikan, biro travel, tempat wisata, kesenian daerah dan
perhotelan.
2. Kecamatan Serengan, sektor unggulannya berupa industri makanan dan
minuman, pakaian tradisional, batik dan tekstil serta aksesoris antik
dengan jasa pendukungnya adalah berupa rumah penginapan dan kerajinan
pembuatan letter.
3. Kecamatan Pasar Kliwon, sektor unggulannya berupa kerajinan dan batik
kayu, pakaian (sandal dan sepatu), makanan dan minuman dengan jasa
pendukung berupa travel biro, kesenian tradisional dan jasa sablon.
4. Kecamatan Jebres, sektor unggulannya berupa meubel, batik tekstil dan
garmen, produk hiasan berupa mosaik bulu ayam. Dan jasa pendukung
berupa hotel, jasa kursus, internet dan gedung olah raga.
5. Kecamatan Banjarsari, sektor unggulannya berupa minuman tradisional
(jamu, meubel, sangkar burung, batik tekstil serta makanan dan minuman.
Dan jasa pendukungnya adalah berupa biro travel dan penginapan / hotel.
4. Tata pemerintahan
Pemerintahan di Kota Surakarta diselenggarakan oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) terdiri dari 15 dinas, 4 badan, 8 kantor, 4 bagian Sekretariat Daerah,
1 Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan 5 kantor kecamatan.
Penyelenggaraan pemerintahan umum mengacu pada peningkatan pelayanan kepada
masyarakat. Penyelengaraan pelayanan publik yang akuntabel, transparan dan adil
mendasarkan pada prinsip−prinsip penyelenggaraan pelayanan publik.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, bagan organisasi
perangkat daerah di Kota Surakarta, seperti dapat dilihat pada gambar berikut. Untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik, di Kota Surakarta dilakukan penguatan
standar pelayanan melalui ISO 9001:2000 bagi sekolah-sekolah dan ISO 9001:2008
bagi kecamatan, puskesmas, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, dan Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu.
Gam
bar 6
. bag
an o
rgan
isas
i per
angk
at d
aera
h di
kot
a Su
raka
rta
Sum
ber :
Per
atur
an D
aera
h K
ota
Sura
karta
N0.
6 T
ahun
200
8
5. Visi, Misi dan Tujuan
VISI
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, khususnya dalam Pasal 1, angka 12 menyebutkan bahwa
visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
perencanaan.
Visi Kota Surakarta sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kota
Surakarta Nomor: 2 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Kota Surakarta Tahun 2005 – 2025 adalah: SURAKARTA KOTA
BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.
MISI
Misi menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, khususnya Pasal 1 angka 13 adalah rumusan
umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi
Kota Surakarta sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta
Nomor: 2 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota
Surakarta Tahun 2005 – 2025 adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas
2. Mewujudkan Peningkatan Kualitas Pelayanan Umum
3. Mewujudkan Keamanan dan Ketertiban
4. Mewujudkan Perekonomian Daerah yang Mantap
5. Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat
6. Mewujudkan Perlindungan Sosial
7. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan yang cukup
dan berkualitas
TUJUAN
Tujuan yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor: 2
Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Surakarta
Tahun 2005 – 2025, yang menjadi fokus pelaksanaan tahun kedua RPJP Daerah Kota
Surakarta, selama tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Berkualitas;
2. Mewujudkan Peningkatan Kualitas Pelayanan Umum;
3. Mewujudkan Keamanan dan Ketertiban;
4. Mewujudkan Perekonomian Daerah yang Mantap;
5. Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat;
6. Mewujudkan Perlindungan Sosial; dan
7. Mewujudkan Kualitas dan Kuantitas Sarana dan Prasarana Perkotaan.
6. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan
Pelaksanaan pembangunan dalam lima tahun perlu diatur pentahapan dan
prioritasnya. Prioritas pembangunan tidak lain merupakan penjabaran atas misi
RPJM Daerah Kota Surakarta yang akan dilaksanakan selama kurun waktu 2010-
2011. Prioritas pembangunan di Kota Surakarta, adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan ekonomi kerakyatan, yang mencakup pengembangan sektor
riil, Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK), dan pasar
tradisional.
2. Pengembangan budi pekerti, tata krama dan tata nilai budaya jawa.
3. Memperkuat karakter kota dengan aksentuasi jawa.
4. Perluasan akses dan peningkatan kualitas pendidikan.
5. Perluasan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
6. Penciptaan lapangan kerja dan jiwa wirausahawan baru.
7. Penciptaan iklim investasi yang kondusif untuk mendukung perluasan
lapangan kerja.
8. Peningkatan sarana prasarana kota untuk mendukung: (i) aksesibilitas publik;
(ii) bebas lingkungan kumuh dan hunian liar; (iii) pengembangan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) mengarah pada kota dalam hutan; dan (iv) pengelolaan
persampahan.
9. Pengembangan brand image kota sebagai eco-cultural city.
(sumber : RPJM Kota Surakarta tahun 2010-2015)