BAB II KAJIAN TEORIETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teorietis
2.1.1 Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Daerah Gorontalo
a. Pengertian Bahasa Daerah Gorontalo
Manusia tidak dapat hidup seorang diri. Setiap orang memerlukan kerja sama dengan
orang lain. Kebutuhan manusia sangat banyak dan beraneka ragam. Mereka perlu berkomunikasi
dalam berbagai lingkungan di tempat mereka berada: antara anggota keluarga dalam komunikasi
keluarga, antar anggota masyarakat dalam komunikasi social, antar lembaga dalam komunikasi
kerja, antar pengusaha di lingkungan bisnis dalam komunikasi bisnis, ansstarilmuwan dalam
komunikasi ilmiah, dan sebagainya. Mengingat arti penting bahasa dalam kehidupan sehari-hari,
maka belajar suatu bahasa akan menjadikan suatu komunikasi yang jelas dan tidak salah paham
antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya.
Keberhasilan dalam memepelajari suatu bahasa terutama bahasa daerah itu sendiri
dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal. Dalam hal ini yang termasuk faktor internal
adalah motivasi, minat, bakat, sikap, kecerdasan. Adapun yang termasuk faktor eksternal dalam
belajar suatu bahasa adalah guru, orang tua, teman, keluarga, masyarakat dan lingkungan.
Teori belajar yang digunakan untuk mendukung pendekatan lingkungan adalah teori
belajar behaviorisme. Teori ini berpandangan bahwa proses belajar berbahasa itu dimulai sejak
manusia masih bayi sampai seumur hidupnya. Kapasitas manusia untuk belajar merupakan yang
membedakan manusia dengan mahluk hidup yang lain. Teori ini merupakan teori belajar yang
paling awal dikenal dan masih terus berkembang sampai sekarang.
Pendekatan lingkungan merupakan pendekatan pembelajaran yang berusaha
meningkatkan keterlibatan anak (siswa) melalui media kartu bergambar sebagai sumber belajar
dalam meningkatkan bahasa daerah Gorontalo. Dan kegiatan pembelajaran ini berasumsi bahwa
kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian anak jika apa yang dipelajari diangkat dari
lingkungan sekitar agar apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan bermanfaat bagi
lingkungan atau tingkat pembelajaran budaya itu sendiri.
Bahasa merupakan alat komunikassi dan interaksi yang sangat penting bagi
manusia.Melalui Bahasa, kita dapat memperoleh informasi yang penting di sekitar kita. Bahasa
sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, pendapat. Dan perasaan. Secara umum
Bahasa dapat diartikan suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran atau suatu ungkapan
dalam bentuk bunyi ujaran. Dengan demikian, bahasa dapat dimaknai sebagai alat komunikasi
antara manusia (anggota masyarakat) berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia.
Bahasa juga memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan
emosional anak dan merupakan penunjang keberhasilan.
Menurut Wibowo (Pembelajaran apa Bahasa daerah itu. 2010 :6) Bahasa adalah sistem
symbol symbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat
arbitrer dan konvesional, yang dipakai sebagai alat berkomunikassi oleh sekolompok manusia
untuk melahirkan perasaan dan fikiran.
Kesalahan dalam berbahasa tidak hanya ditemukan dalam penyampaian informasi baru,
tetapi sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan dalam pemilihan kata,
penyusunan struktur kalimat dalam berbahasa disebabkan banyak factor. Jika mencari kesalahan
tanpa memperhatikan pembetulannya, maka kita akan sering menyalahkan orang tetapi tidak
pernah mengetahui hal yang benar, yang akhirnya kesalahan tetap berjalan. Salah satu cara
memperbaiki kesalahan- kesalahan berbahasa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah
dengan memberi penekanan pada kegiatan berbahasa didunia pendidikan pada umumnya dan
kegiatan berbahasa daerah pada khususnya.
Menurut Mansoer Pateda (Pembelajaran Bahasa daerah Gorontalo. 1999 :1) Bahasa Gorontalo adalah bahasa komunikasi atau bahasa nusantara yang dikembangkan karena adanya budaya bahasa yang ada di daerah itu sendiri. Yang berdasarkan penjelasan UUD 1945, Bab XV, Pasal 26 diamanatkan, “Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik (misalya bahasa Jawa, Sunda, Madura, Gorontalo dan sebagainya) bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh Negara. Bahasa-bahasa itupun merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup. Pembinaan dan pengembangan budaya bahasa daerah gorontalo ditujukan untuk
mengakarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan kesatuan bangsa. Bahasa Indonesia
dan bahasa daerah di Indonesia saling menopang dalam memperkuat jati diri bangsa Indonesia
sebagai warga dunia yang jika tidak ada kehati-hatian bangsa ini, maka era globalisasi akan
memusnahkan dan melenyapkan identitas sebagai satu bangsa.
Adat dan budaya bahasa gorontalo adalah sesuatu yang kompleks karena norma-norma
oleh individu yang menganutnya dijunjung tinggi dalam kehidupan.seperi : adat istiadat, seni dan
bahasa daerah gorontalo. Walaupun dianggap bersifat tetap namun akan berubah didalam satu
jangka waktu yang lama.
Bahkan dalam kehidupan manusia sekarang ini sering menghindari dan melanggar apa
yang menjadi warisan budaya gorontalo itu sendiri sehingga turun temurun pula warisan budaya
yang ditinggalkan tidak dapat dikembangkan dengan baik. Sehingga apa yang menjadi harapan
bangsa kedepan untuk anak cucu kita dalam meningkatkan budaya bahasa daerah gorontalo tidak
terwujud terutama dalam pembelajaran sekarang ini.
Menurut M Liputo (Buku Poesaka Gorontalo. 1943 : 22) Bahasa adalah keseluruhan
system gagasan, tindakan dan hasil karyamanusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat dan
dijadikan milik manusia melalui proses belajar.
Maka dari belajar anak-anak akan dapat mengembangkan budaya bahasa daerah
gorontalo, Menurut Yennie pulubuhu (Satuan Pelajaran Muatan Lokal. 1999 : 11) Proseses
pembelajaran bahasa Gorontalo sekurang-kurangnya dibagi menjadi lima tahap yaitu :
1. Tahap bujukan, dorongan, dan himbauan
2. Tahap pembelajaran
3. Tahap penggunaan bahasa
4. Tahap pembinaan dan
5. Tahap penilaian.
Berdasarkan tahapan-tahapan diatas guru dapat merespon bahasa gorontalo pada anak
untuk menunutun ketrampilan anak dalam bahasa gorontalo yang masih dalam tahap
pembelajaran.
b. Beberapa ciri atau sifat hakikat dari bahasa Daerah Gorontalo
Ada beberapa cirri atau sifat yang hakiki dari bahasa Daerah Gorontalo itu sendiri yaitu :
a) Bahasa sebagi Sistem
Kata sistem sudah biasa digunakan dalam kegiatan sehari-hari dengan makna ‘cara’ atau
‘aturan’, tapi dalam kaitan dengan keilmuan, sistem bararti susunan teratur berpola yang
membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sebagai sebuah sistem, bahasa itu
sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistematis, artinya bahasa itu tersusun menurut
pola, tidak tersusun secara acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya bahasa itu
bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub- subsistem atau sistem bawahan.
b) Bahasa sebagai Lambang
Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol dengan pengertian yang sama.
Lambang dikaji orang dengan kegiatan ilmiah dalam bidang kajian yang disebut ilmu Semiotika
atau Semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia
termasuk bahasa. Dalam semiotika atau semiologi dibedakan adanya beberapa jenis tanda, yaitu
antara lain tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat
(gesture), kode, indeks, dan ikon. Dengan begitu, bahasa adalah suatu sistem lambang dalam
wujud bunyi- bahasa, bukan dalam wujud lain.
c) Bahasa adalah Bunyi
Sistem bahasa itu bisa berupa lambang yang wujudnya berupa bunyi. Kata bunyi, sering
sukar dibedakan dengan kata suara. Secara teknik, menurut Kridalaksana (1983: 27) bunyi
adalah kesan dari pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena
perubahan- perubahan dalam tekanan udara. Lalu yang dimaksud dengan bunyi pada bahasa atau
yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi- bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Jadi, bunyi yang bukan dihasilkan oleh alat ucap manusia tidak termasuk bunyi bahasa. Tetapi
tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa, seperti teriak,
bersin, batuk- batuk, dan sebagainya.
d) Bahasa itu Bermakna
Bahasa itu adalah sistem lambang yang berwujud bunyi, maka tentu ada yang
dilambangkan. Yang dilambangkan itu adalah suatu pengertian, konsep, ide atau pikiran yang
ingin disampaikan dalam wujud bunyi. Oleh karena lambang- lambang itu mengacu pada suatu
konsep, ide atau suatu pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna.
Lambang- lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan- satuan
bahasa yang berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat dan wacana. Karena bahasa itu
bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa.
e) Bahasa itu Arbiter
Kata arbitrer bisa diartikan “ sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka”.
Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang
bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang
tersebut.
f) Bahasa itu Konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan bersifat arbitrer,
tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya,
semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan
untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
g) Bahasa itu Produktif
Kata produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi. Arti produktif adalah “
banyak hasilnya “ atau lebih tepat “ terus-menerus menghasilkan “. Lalu, kalau bahasa itu
dikatakan produktif, maka maksudnya, meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan
unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak
terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yamg berlaku dalam bahasa itu.
h) Bahasa itu Unik
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain.
Bahasa dikatakan unik yang artinya setiap bahasa memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh
bahasa lain. Salah satu keunikan bahasa Gorontalo adalah bahwa tekanan kata tidak bersifat
morfemis, melainkan sintaksis, artinya jika kita memberi tekanan pada kata dalam kalimat maka
makna kata itu tetap.
i) Bahasa itu Universal
Bahasa bersifat universal artinya ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa
yang ada di dunia ini. Ciri-ciri yang universal ini tentunya merupakan unsur bahasa yang paling
umum, yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain.
j) Bahasa itu Dinamis
Bahasa adalah satu- satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan
dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan
bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam
kehidupannya di dalam masyarakat, kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah, maka
bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap dan tidak statis. Karena itulah bahasa
itu disebut dinamis.
k) Bahasa itu Bervariasi
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai
status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Anggota masyarakat bahasa itu
ada yang berpndidikan baik ada juga yang tidak, ada yang tinggal di kota ada yang tinggal di
desa, ada orang dewasa dan kanak-kanak. Oleh karena latar belakang dan lingkungannya tidak
sama maka bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam.
l) Bahasa itu Manusiawi
Alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya
milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia. Alat komunikasi binatang bersifat
terbatas. Dalam arti hanya untuk keperluan hidup “ kebinatangannya” itu saja. Kalaupun ada
binatang yang dapat mengerti dan memahami serta melakukan perintah manusia dalam bahasa
manusia adalah berkat latihan yang diberikan kepadanya.
c. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa daerah gorontalo
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa daerah Gorontalo
sehingga budaya bahasa Gorontalo tetap bertahan dan terjaga dalam situasi seperti sekarang ini
dan digunakan masyarakat banyak pada umumnya, baik dari kalangan orang tua, remaja dan
anak- anak yang sampai sekarang diajarkan pada lembaga pendidikan sampai saat ini, yaitu
sebagai berikut :
1) Masyarakat yang memang masih dalam lingkungan menggunakan daerahah Gorontalo baik
dari lingkungan keluarga, bermasyarakat, tokoh dan Agama sehingga budaya ataupun tradisi
tersebut sudah tertanam sejak usia dini
2) Mau Menggunakan bahasa Gorontalo baik dikalangan luar maupun didalam masyarakat
luas, sehinnga budaya bahasa Gorontalo akan tetap terjaga kekhasannya dan akan
terpublikasikan kepada masyarakat luar
3) Mencintai budaya- budaya leluhur Gororntalo baik seni, budaya, adat istiadat dan bahasa
gorontalo.
Menururt Alim S. Niode (Perubahan nilai-nilai budaya dan pranata sosoial.2007 : 50) Bahwa nilai-nilai budaya yang terletak di tengah sebagai inti lingkaran terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dari alam pikiran sebagaian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap mulia.
Selain faktor yang mempengaruhi mengapa bertahannya budaya bahasa daerah gorntalo
sampai dengan sekarang. Ada juga beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi makin
berkurangnya masyarakat yang menggunakan bahasa daerah gorontalo yaitu sebagai berikut:
a) Karena masyarakat yang sudah tidak mau menggunakan bahasa daerah gorontalo sehingga
bahasa daerah gorontalo semakin tidak berkembang
b) Adanya suku lain yang tinggal didaerah Gorontalo
c) Adanya perkawinan antara suku yang berbeda misalnya suku Gorontalo menikah dengan suku
yang lain
d) Dan adanya perkembangan bahasa gaul yang sering kali diminati remaja masa kini.
d. Metode belajar yang menunujang penigkatan budaya bahasa daerah Gororntalo
Menurut Mansoer Pateda (Kaidah Bahasa Gorontalo.1999 :12) Metode belajar yang
menunjang perkembangan budaya bahasa gorontalo yaitu sebagai berikut :
1) Berani mencoba
Orangtua harus mendorong anak untuk berani mencoba mengemukakan bahasa daerah secara
sederhana walaupun banyak bahasa yang belum anak kuasai, gagasan, menyampaikan sesuatu
atau mengambil keputusan sendiri menggunakan bahasa sederhana (asalkan tidak
membahayakan atau merugikan oranglain atau diri sendiri). Jangan mengancam atau
menghukum anak jika bahasa yang digunakan salah oleh orangtua. Anak tidaklah salah, mereka
umumnya belum tahu, dalam tahap belajar bahasa daerah gorontalo. Oleh karena itu tanyakan
mengapa mereka berpendapat atau mengungkapkan bahasa yang demikian, beri kesempatan
untuk mengemukan alasan-alasan. Berikanlah contoh-contoh, ajaklah berpikir, jangan didikte
atau dipaksa, biarkan mereka yang memperbaikinya dengan caranya sendiri. Dengan demikian
tidak mematikan keberanian mereka untuk mengemukakan pikiran, gagasan, pendapat atau
membahasakan bahasa daerah gorontalo sederhana.
2) Mendorong kemandirian
Selain itu orangtua harus mendorong kemandirian anak dalam melakukan bahasa derah
gorontalo, menghargai usaha-usaha yang telah dilakukannya, memberikan pujian untuk hasil
bahasa yang sudah lebihh baik dan sesuatu yang telah dicapainya walau sekecil apapun. Cara-
cara ini merupakan salah satu unsur penting pengembangan bahasa Daerah Gorontalo.
3) Merangsang anak
Keluarga harus merangsang anak untuk tertarik dengan percakapan bahasa gorontalo atau
tentang berbagai kejadian disekeliling kita, yang mereka dengar, lihat, rasakan atau mereka
pikirkan dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua harus menjawab dengan cara menyediakan
sarana yang semakin merangsang anak berpikir lebih dalam, sehingga mendorong anak untuk
berbahasa gorontalo. Misalnya dengan memberikan gambar-gambar, buku-buku. Jangan
menolak, melarang atau menghentikan rasa ingin tahu anak, asalkan tidak membahayakan
dirinya atau orang lain.
4) Memberikan kesempatan pada anak
Orangtua harus memberi kesempatan anak untuk mengembangkan bahasa daerahnya sendiri
dan mewujudkan gagasan anak dengan cara masing-masing. Biarkan mengungkapkan bahasa
daerah yang mereka ketahui namun orang tua atau guru hanya memberikan arahan kepada anak
tentang kalimat bahasa yang salah dan bahasa yang benar.
5) Memberikan pelatihan atau Evaluasi
Perkembangan dalam berbahasa daerah gorontalo perlu diadakan latihan atau evaluasi agar
anak dapat meningkatkan kemampuan berbahasa daerah gorontalo walaupun hanya secara
sederhana.Sehingga apa yang diberikan dapat menjadi acuan mereka.
Menururt Alim s. Niode (Perubahan nilai-nilai budaya dan pranata sosoial.2007 : 98) Bahwa
Ada beberapa metode belajar yang dapat meningkatkan budaya bahasa daerah Gorontalo kepada
anak yaitu sebagai berikut:
a) Metode Bermain
Bermain merupakan prinsip dasar pendidikan anak usia dini, sehingga wajar apabila
bermain menjadi salah satu metode yang wajib dilakukan guru dalam mengembangkan budaya
bahasa daerah Gorontalo pada anak usia dini.
b) Metode Bermain membaca kartu bergambar
Metode bermain dengan membaca gambar sangat umum digunakan dalam pembelajaran
dan pengenalan bahasa daerah sederhana kepada anak, khususnya dalam menyampaikan pesan-
pesan dan nilai-nilai yang hendak diinternalisasikan kepada anak.
c) Bernyanyi
Metode bernyanyi dapat meningkatkan motivasi anak untuk belajar bahasa daerah
gorontalo,apalagi dalam mengajarkan lagu yang berbaur dengan bahasa daerah gorontalo, anak-
anak biasanya sangat senang bernyanyi sehingga pembelajaran melalui metode bernyanyi sangat
disukai anak.
d) Praktik langsung
Pembelajaran praktik langsung lebih bermakna sebab anak secara langsung dapat
mempelajari bahasa daerah gorontalo dan guru dapat mengamati anak yang belum mahir dalam
berbahasa daerah gorontalo secara langsung.
2.1.2 Kosa Kata Bahasa Gorontalo
Kosa kata adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau
merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Kosa kata dalam bahasa Inggris disebut
vocabulary, kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang
dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata-kata yang kemungkinan akan digunakan oleh
orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Kekayaan kosakata seseorang secara umum
dianggap merupakan gambaran dari intelejensi atau tingkat pendidikannya. Karenanya banyak
ujian standar, seperti SAT, yang memberikan pertanyaan yang menguji kosakata.
Penambahan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan bagian penting, baik
dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam
suatu bahasa yang sudah dikuasai. Murid sekolah sering diajarkan kata-kata baru sebagai bagian
dari mata pelajaran tertentu dan banyak pula orang dewasa yang menganggap pembentukan
kosakata sebagai suatu kegiatan yang menarik dan edukatif.
Contoh kosakata bahasa daerah Gorontalo
Tangan = Ulu’u
Mata = Mato
Telinga = Bulonga
Mulut = Ngango
Hidung = Wulingo
Kaki = Uato
Lidah = Dila
2.1.3 Hakikat Media Kartu Bergambar
a. Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara
harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantar atau pengantar sumber pesan dengan
penerima pesan.
Gerlach & Ely ( Arsyad Azhar: 2004:3 ) mengatakan bahwa media apabila di pahami
secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat anak mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam pengertian ini,
guru, gambar teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian
media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photo grafis,
atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau
verbal.
Menurut AECT ( dalam Azhar, 2004:3 ) “Media adalah segala bentuk yang di pergunakan
untuk proses penyaluran informasi”. Sedangakan pengertian media menurut Djamarah (
1995:136 ) adalah “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guna mencapai tujuan pembelajaran”.
Menurut AECT ( dalam Azhar, 2004:3 ) memberi batasan tentang media sebagai segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
b. Pengertian Media Kartu Bergambar
Flash Card atau Education card adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata,
yang diperkenalkan oleh Doman, seorang Dokter ahli bedah otak dari Philadelphia,
Pennsylvania. Gambar–gambar pada flashcard dikelompokkan antara lain: seri binatang, buah-
buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk angka, dan sebagainya. Kartu ini dimainkan dengan cara
diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat, hanya dalam waktu 1 detik untuk masing-
masing kartu. Tujuan dari metode ini adalah melatih kemampuan otak kanan untuk mengingat
gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata dan kemampuan dalam berbahasa
gorontalo anak bisa dilatih dan ditingkatkan.
Media kartu atau flash cards biasanya berisi kata-kata, gambar atau kombinasi dan dapat
digunakan untuk mengembangkan perbendaharaan kata pada umumnya dan pada bahasa daerah
gorontalo pada khususnya”. Sedangkan pada tahapan kelompok B Taman Kanak-kanak media
kartu bergambar atau flash card ini dapat meningkatkan ketrampilan berbahasa gorontalo pada
anak-anak.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru dapat melakukan simulasi pembelajaran
dengan menggunakan kartu bergambar (Flash card). Kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa
kartu bergambar, kartu huruf, kartu kata, dan kartu kalimat.
c. Pengertian Membaca
Pembelajaran Bahasa Gorontalo di Taman Kanak-kanak bertujuan meningkatkan
kemampuan anak berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Ketrampilan
membaca sebagai salah satu ketrampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki
anak Taman Kanak-kanak agar mampu berkomunikasi secara tertulis sederhana. Oleh karena itu,
peranan pengajaran Bahasa Daerah Gorontalo khususnya pengajaran membaca gambar di Taman
Kanak-kanak menjadi sangat penting. Peran tersebut semakin penting bila dikaitkan dengan
tuntutan pemilikan kemahirwacanaan dalam abad informasi ( Joni, 1990 ). Pengajaran Bahasa
Daerah Gorontalo ( Mulok ) di Taman Kanak-Kanak bertumpu pada kemampuan dasar
membaca sederhana dan menulis juga perlu diarahakan pada tercapainya kemampuan anak.
Membaca sederhana merupakan salah satu keterampilan belajar berbahasa Gorontalo
yang diajarkan dalam mata pelajaran Mulok. Keempat aspek tersebut dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu :
1. Keterampilan yang bersifat menerima ( reseptif ) yang meliputi keterampilan membaca dan
menulis.
2. Keterampilan yang bersifat mengungkap ( produktif ) yang meliputi keterampilan menulis
sederhana dan berbicara ( Muchlisoh, 1992:119).
Keterampilan membaca gambar dan menulis sederhana, khususnya keterampilan
membaca gambar harus di kuasai oleh anak karena keterampilan ini secara langsung berkaitan
dengan seluruh proses belajar anak. Keberhasilan belajar anak dalam mengikuti prorses kegiatan
belajar mengajar disekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca gambar.
Anak yang tidak mampu membaca gambar dengan baik akan mengalami kesulitan dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran bahasa daerah Gorontalo.
Anak akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang
disajikan dalam berbagai pembelajaran.. Akibatnya, kemajuan belajar bahasa daerah Gorontalo
lamban jika dibandingkan dengan teman-teman yang dapat meningkatkan bahasa daerah
Gorontalo itu sendiri.
Hakikat membaca kartu bergambar yang sesungguhnya adalah berbicara. Si
pembaca berbicara dengan penulis, atau berbicara dengan pelaku dalam bacaan. Dalam kegiatan
membaca terjadi kontak timbal balik antara si pembaca dengan si penulis atau si pelaku dalam
bacaan. Maka boleh dikatakan, anak yang belum pernah melakukan percakapan sehari-hari
dengan orang lain disekelilingnya, mustahil akan dapat memahami bacaan dalam arti yang
sesungguhnya.
Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam berperilaku.
Dengan demikian dalam hal belajar anak juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula
dengan orang dewasa. Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami
dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini.
Adapun karakterisktik cara belajar anak adalah :
1. Anak belajar melalui bermain.
2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya.
3. Anak Belajar secara interaksi
4. Anak belajar secara alamiah.
5. Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek
pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional.
Kartu bergambar adalah kartu-kartu yang bergambar yang dilengkapi kata-kata sehingga
memudahkan anak dalam belajar dan lebih tertarik akan pelajaran yang diberikan guru.
Fakta ini disahkan oleh kajian pakar-pakar komunikasi yang mendapati bahawa manusia
suka kepada manusia-manusia lain yang mau mendengarkan dan merespon. Para ahli
berpendapat bahawa anak perempuan lebih cepat bercakap-cakap dibandingkan dengan anak
laki-laki. anak- perempuan juga lebih cakap dalam membaca kartu bergambar dibandingkan
dengan anak laki-laki. Kajian para ahli komunikasi berpendapat wujudnya kaitan yang kuat
antara kesuksesan seseorang dengan mendengar dan merespon sesuatu.
Menurut Glenn Doman (2000 :10) bahwa, kartu bergambar kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata. Gambar-gambar pada kartu bergambar dikelompokkan antara lain: seri binatang, buah-buahan pakaian, warna, bentuk-bentuk angka, dan sebagainya. Kartu bergambar tersebut dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat, hanya dalam waktu 1 detik untuk masing-masing kartu.
Tujuan dari metode kartu bergambar itu adalah melatih kemampuan otak kanan anak untuk
mengingat gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata dan kemampuan membaca anak
bisa dilatih dan ditingkatkan sejak usia dini dan permainan ini merupakan terobosan baru di
bidang metode membaca dengan mendayagunakan kemampuan otak kanan untuk mengingat.
Namun, sebagaimana umumnya metode-metode kartu belajar baru, metode kartu anak ini juga
mendatangkan kritik dan tanda tanya dari masyarakat maupun profesional di bidang pendidikan
dan perkembangan anak, bahkan ada yang menganggapnya mustahil. Penyebabnya, dasar dari
metode kartu bergambar adalah melatih anak menghafal asosiasi antara gambar dan kata-kata,
sehingga ketika ia melihat kata-kata itu lagi di kemudian hari maka ia akan mengingat dan dapat
mengucapkannya. Inilah yang disebut ”membaca”. Namun bila anak melihat kata-kata baru, ia
tak dapat mengucapkannya karena belum pernah diperkenalkan.
Permainan kartu bergambar dapat diberikan kepada anak sebagai sebuah permainan
mengenal huruf dan kata-kata. Gambar-gambar yang menarik dengan warna-warni menyolok
yang disukai anak-anak, sehingga guru bisa mengajak mereka bergembira, bermain dan belajar
dalam cara yang sederhana. Permainan kartu bergambar ini selain dapat meningkatkan daya
ingat anak-anak, juga dapat membelajarkan anak tentang bahasa daerah gorontalo sederhana.
Sehingga guru tak perlu menargetkan hasil yang muluk-muluk atau memaksa anak untuk
menghafal sekian kata dalam sehari. Apalagi sampai membanding-bandingkan dengan anak-anak
lain seusianya yang sudah lebih maju kemampuan belajar dengan menggunakan kartu bergambar
sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa gorontalo. Biarkan saja anak berkembang
dan belajar kartu anak dalam temponya sendiri dan mengikuti kematangan fungsi-fungsi otaknya
masing-masing, sebab setiap anak berbeda.
Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi anak terhadap pelajaran bahasa
gorontalo, salah satunya adalah dengan menggunakan media. Banyak media yang dapat
digunakan oleh guru dalam pembelajaran bahasa gorontalo di antaranya media kartu bergambar.
Media ini cocok diterapkan dalam pembelajaran bahasa Gorontalo untuk anak usia dini,
kelompok A. Karena pada usia tersebut, anak berfikir berdasarkan rangsangan-rangsangan
kongkret dan tentang hal-hal yang kongkret, bukan abstrak. Oleh karena itu, dalam pengajaran
kosa kata bahasa Gorontalo untuk anak ini, penggunaan media kartu bergambar perlu
dimanfaatkan.
Adapun penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan prestasi anak dalam
pembelajaran bahasa Gorontalo di PAUD Rahmat Jaya Kecamatan Limboto Kabupaten
Gorontalo dengan menggunakan media kartu bergambar, dengan rancangan penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research). Sedangkan tujuan penelitian secara khusus adalah untuk
memperoleh informasi tentang: (1) prestasi siswa dalam pembelajaran bahasa Gorontalo sebelum
digunakan kartu bergambar, (2) pelaksanaan pembelajaran bahasa Gorontalo dengan kartu
bergambar, dan (3) prestasi anak dalam pembelajaran bahasa Gorontalo sesudah digunakan kartu
bergambar.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Depdikbud Balai Pustaka (1991: 448), kartu adalah kertas tebal yang berbentuk persegi panjang. Sedangkan media pendidikan kartu bergambar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah alat atau media belajar yang dirancang oleh peneliti untuk membantu mempermudah dalam belajar bahasa gorontalo. Media bergambar ini terbuat dari kertas tebal atau karton berukuran 17 × 22 cm yang tengahnya terdapat gambar materi yang sesuai dengan pokok bahasan.
Berdasarkan penelitian Asti Ariyani (2008), bahwa penggunaan media kartu bergambar
efektif untuk meningkatkan prestasi belajar bahasa Gororntalo. Hal ini berarti perbedaan
persepsi antara guru dengan anak yang menyebabkan prestasi belajar bahasa Gorontalo anak
menjadi rendah, maka guru dapat membantu meningkatkan prestasi belajar bahasa Gororntalo
anak dengan cara menggunakan media kartu bergambar. Penggunaan media kartu
bergambar mempunyai fungsi untuk meningkatkan budaya bahasa daerah Gorontalo. Demikian
pula menurut Taufiq Pariyono (2007), bahwa pembelajaran dengan media kartu bergambar
berpengaruh positif terhadap penguasaan kosakata bahasa Gorontalo pada anak.
Pemanfaatan media kartu bergambar dalam meningkatkan hasil
belajar dan aktifitas anak di PAUD Rahmat Jaya Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo,
terutama yang berkaitan dengan,(1) Proses pelaksanaan pembelajaran Bahasa Gorontalo ketika
memanfaatkan media kartu bergambar. (2) Aktifitas atau partisipasi yang dilakukan siswa terhadap
pembelajaran Bahasa Gorontalo ketika memanfaatkan media kartu bergambar. (3) Hasil belajar
siswa setelah memanfaatkan Media Kartu Bergambar dalam pembelajaran Bahasa Gorontalo .
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena
penelitian dimaksudkan untuk mengkaji problem atau masalah pembelajaran yang dirasakan oleh
guru dan siswa pada umumnya.
2.1.4 Jenis – Jenis Permainan Kartu Bergambar
Ada beberapa jenis media kartu bergambar yang biasa digunakan dalam proses
pembelajarann yaitu sebagai berikut :
1. Media grafis sering juga disebut dengan media dua dimensi. Contoh seperti gambar, foto, grafik,
bagan atau diagram, poster, kartuns, komik, dan lain lain
2. Media Dua dimensi yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar sedangkan media
tiga dimensi yaitu media dalam bentuk model seperti model padat, model penampang, model
susun, model kerja, dan lain-lain.
3. Media Proyeksi seperti slide, film strips, penggunaan OHP, dan lain-lain.
4. Penggunaan lingkunagan sebagai media pembelajaran nyata. Penggunaan media di atas tidak
dilihat dari kecanggihan media, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dari media pembelajaran
yang digunakan.
Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dn efisien dalam mewujutkan
tujuan-tujuan yang hendak dicapai, diperlukan dukungan dari media pembelajaran. Namun dalam
memilih media pembelajaran, tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Memilih media yang
terbaik untuk mewujutkan tujuan-tujuan pembelajaran bukan merupakan pekerjaan mudah.
2.1.5 Manfaat Media Kartu Bergambar
Penggunaan media kartu bergambar adalah sebagai salah satu usaha guru untuk membuat
pengajaran lebih konkret, memperjelas, membuat konsep yang kompleks menjadi sederhana, dan
membuat anak lebih termotivasi dalam menjalani kegiatan pembelajaran. Sehingga secar tidak
langsung, penggunaan media kartu bergambar dapat membantu meningkatkan pembelajaran
bahasa daerah gorontalo pada anak yang dipelajari. Diantaranya manfaat-manfaat dari penggunaan
media kartu bergambar antara lain adalah :
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian anak sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh anak dan
memungkinkan anak menguasai tujuan pembelajaran lebih baik
c. Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga anak tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga
dalam mengajar
d. Anak lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,
tetapi juga aktivitas lain seperti pengamatn, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
2.1.6 Tujuan Penggunaan Media Kartu Bergambar
Encyclopedia Of Education Research merinci tujuan penggunaan media kartu bergambar
sebagi berikut :
1. Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme
2. Memperbesar perhatian anak
3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar anak, oleh karena itu
membuat pembelajaran lebih mantap
4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan
anak-anak murid
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambaran hidup
6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa
daerah anak
7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu efisiensi
dan keragaman budaya yang lebih banyak dalam belajar.
2.1.7 Langkah – langkah Penggunaan Media Kartu Bergambar
a. Mempersiapkan diri. Guru perlu menguasai bahan pembelajaran dengan baik, memiliki
ketrampilan untuk menggunakan media tersebut. Kalau perlu untuk memperlancar lakukanlah
dengan latihan berulang-ulang meski tidak langsung dihadapan anak. Siapkan pula bahan dan
alat-alat lain yang mungkin diperlukan. Periksa juga urutan gambar kalau-kalau ada yang
terlewat atau susunannya tidak tepat
b. Mempersiapkan kartu bergambar : sebelum dimulai pembelajaran pastikan bahwa jumlahnya
cukup, cek juga urutannya apakah sudah benar, dan perlu atau tidaknya medi lain untuk
membantu
c. Mempersiapkan tempat : hal ini berkaitan dengan posisi guru sebagai penyaji pesan
pembelajaran apakah sudah tepat berada ditengah-tengah anak, apakah ruangannya sudah
tertata baik, perhatikan juga penerangannya lampu atau intensitas cahaya di ruangan tersebut
apakah sudah baik, yang terpenting adalah anak bisa dapat melihat isi kartu bergambar dengan
jelas dari semua arah
d. Mempersiapkan anak : Sebaiknya anak ditata dengan baik, diantaranya dengan cara duduk
melingkar dihadapan guru, perhatikan anak untuk memperoleh pandangan secara memadai.
Cara duduk secara melingkar dipastikan semua anak dapat melihat sajian dengan baik,
berbeda dengan berjejer kebelakang, mungkin saja ada siswa yang tidak dapat melihat
kedepan karena terhalang teman yang lainnya, atau terlalu jauh sehingga tidak jelas.
2.1.8 Keunggulan dan Kelemahan Media Kartu Bergambar
a) Kelebihan media kartu bergambar
1. Mudah dibawa-bawa: dengan ukuran yang kecil sehingga membuat media kartu bergambar
dapat disimpan ditas bahkan disaku, shingga tidak membutuhkan ruangan yang luas, dapat
digunakan dimana saj, di kelas ataupun di luar kelas
2. Praktis : dilihat dari cara pembuatan dan penggunaannya, media kartu bergambar sangat
praktis, dalam menggunakan media ini guru tidak perlu memiliki keahlian khusus, media
ini tidak perlu juga membutuhkan listrik. Jika akan menggunakan kita tinggal menyusun
urutan gambar sesuai keinginan kita, pastikan posisis gambarnya tetap tidak terbalik, dan
jiak sudah digunakan tinggal disimpan kembali dengan cara diikat atau menggunakan kotak
khusus supaya tidak tercecer. Selain itu biaya pembuatan media kartu bergambar ini pun
sangatlah murah, karena dapat menggunakan barang-barang bekas seperti kertas kardus
sebagai kartunya
3. Gampang diingat: karakteristik media kartu bergambar adalh menyajikan kata-kata pada
setiap kartu yang disajikan. Kata- kata dalam kartu ini akan memudahkan anak untuk
mengingat dan menghafal gambar dan kata yang ada dalam kartu bergambar
4. Menyenangkan: media kartu bergambar dalam penggunaannya bisa melalui permainan.
Misalnya anak secara berlomba-lombamencari satu kartu yang bertuliskan kata tertentu
yang disimpan secara acak, dengan cara berlari anak berlomba untuk mencari sesuai
perintah. Selain mengasah kemampuan kognitif juga melatih ketangkasan (fisik).
b) Kelemahan media kartu bergambar
1) Mudah rusak dengan ukuran kecil media kartu bergambar mudah rusak karena dengan
ukurannya yang terlalu kecil
2) Gampang hilang,jika anak menggunakan kartu bergambar tidak teliti kartu ini bisa saja
tercecer ataupun hilang mengingat ukurannya terlalu kecil.
3) Anak susah dalam mengatur kartu bergambar.
2.2 Kajian Penelitian Yang Relefan
Penelitian yang dilakukan oleh Mohamad Irkham K.R (2010 : 88/92) tentang
penggunaan media kartu bergambar dalam pembelajaran aksara jawa sebagai upaya peningkatan
motivasi belajar siswa kelas II SDN 02 Torongrejo kota batu tahun 2010-2011. Berdasarkan
uraian penelitian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan media kartu bergambar
dalam pembelajaran aksara jawa kelas II di SDN 02 Terongrejo kota batu,dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa hal ini dapat diketahui dari hasil observasi, wawancara peneliti pada
proses kegiatan pembelajaran berkenaan dengan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Adanya peningkatan motivasi belajar pada siswa dapat terlihat dari partisipasi serta
keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal tersebut terbukti sebagaimana
uraian terbukti sebagai berikut :
1. Penggunaan media kartu bergambar dalam pembelajaran aksara jawa kelas II di SDN
Terongrejo 02, berjalan dengan baik, dan hasil yang diperoleh sangat baik dan mempunyai
pengaruh positif bagi siswa
2. Penggunaan kartu bergambar dalam aksara jawa sangat baik dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa.
3. Hasil dari penggunaan media kartu bergambar ini adalah tingkat motivasi siswa untuk
mempelajari aksara jawa meningkat pada akhirnya nilai ulangan hariannya tentang aksara
jawa dapat melebihi standar yang ditetapkan KKM, yaitu 6,50.
2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang dan kajian teoritis, yang telah dipaparkan sebelumnya maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah: Jika guru menggunakan metode belajar dengan permainan
kartu bergambar apakah meningkatkan kemampuan mengenal kosa kata bahasa daerah
Gorontalo anak di Paud Rahmat Jaya Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dapat
ditingkatkan.
2.4 Indikator Kinerja
Kriteria yang harus dipenuhi sebagai indikator kinerja keberhasilan dalam penelitian ini
adalah: jika dari 20 anak mengalami peningkatan bahasa daerah Gorontalo pada anak dari 40%
menjadi 75%.