7 Universitas Kristen Petra
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Demografi
2.1.1 Definisi Demografi
Menurut Ida Bagoes Mantra (2003:vii), demografi adalah ilmu yang
mempelajari struktur, proses dan kualitas sumber daya manusia.
Para pengambil kebujaksanaan (policy maker) sangat penting mempelajari
demografi serta perkembangannya di wilayahnya masing-masing. Untuk dapat
memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara maka perlu
didalami kajian demografi. Di negara-negara yang sedang membangun data
komponen demografi hakiki umumnya tidak lengkap, dan andaikata ada
reliabilitasnya pun sangat rendah. Untuk mengatasi kekurangan ini para ahli
demografi mmbuat perkiraan (estimasi) komponen demografi berdasarkan data
hasil sensus penduduk atau data sekunder.
Berdasarkan kutipan pada buku Demografi Umum (Ida Bagoes Mantra,
2003: 2), pada Multilingual Demografic Dictionary (IUSSP,1982) mendefinisi
demografi adalah sebagai berikut:
Demography is the scientific study of human populations in primarily with
the respect to their size, their structure (composition) and their
development (change).
Dalam bahasa Indonesia artinya adalah sebagai berikut:
Demografi mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai
jumlah, struktur (komposisi penduduk) dan perkembangannya
(perubahannya).
Berdasarkan kutipan pada buku Demografi Umum (Ida Bagoes Mantra, 2003: 2),
Philip M. Hauser dan Duddley Duncan (1959) mendefinisikan demografi sebagai
berikut:
Demography is the study of the size, territorial distribution and
composition of population, changes there in and the components of such
changes which maybe identified as natality, territorial movement
(migration), and social mobility (change of states).
Universitas Kristen Petra
8
Dalam bahasa Indonesia artinya adalah sebagai berikut:
Demografi mempelajari jumlah, persebaran, territorial dan komposisi
penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu,
yang biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak
territorial (migrasi) dan mobiltas sosial (perubahan status).
Dari kedua definisi diatas dapatlah disimpulkan bahwa demografi
mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk
meliputi : jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur penduduk ini
selalu berubah-ubah, dan perubahan tersebut disebabkan karena proses demografi,
yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi penduduk.
Struktur penduduk merupakan aspek yang statis, merupakan gambaran
atau potret penduduk dari hasil sensus penduduk (cacah jiwa) pada hari sensus
pada tahun yang berakhiran angka 0 (nol). Data penduduk pada hari sensus
penduduk (hari H) ini dijadikan sebagai basis perhitungan penduduk. Sesudah hari
sensus struktur penduduk akan berubah. Komponen kependudukan yang dapat
mengubah struktur penduduk di atas adalah komponen yang dinamis yang terdiri
dari kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk.
Memperhatikan uraian diatas dapatlah dikatakan bahwa demografi
mempelajari aspek kependudukan statis dan dinamis. Seperti sebuah mata uang
yang mempunyai dua sisi, aspek kependudukan statis menempati sisi yang satu
dan aspek dinamis menempati sisi yang lain. Kedua komponen diatas saling
mempengaruhi. Misalnya, tingginya tingkat fertilitas di suatu daerah, berpengaruh
terhadap tingginya persentase penduduk usia muda.
Menurut Ida Bagoes Mantra (2003:3), demografi tidaklah mempelajari
penduduk sebagai individu, tetapi individu sebagai suatu kumpulan (aggregates
atau collection). Jadi yang dimaksud dengan penduduk dalam kajian demografi
adalah sekelompok orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah.
2.1.2 Tujuan Ilmu Demografi
Menurut Moh. Yasin dalam buku Dasar-dasar Demografi (1999: 12) yang
diterbitkan oleh Lembaga Demografi UI, dalam penggunaannya di berbagai
kepentingan, ilmu demografi mempunyai empat tujuan, yaitu :
Universitas Kristen Petra
9
1. Demografi mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu
daerah tertentu.
2. Demografi menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunan dan
persebarannya dengan sebaik-baiknya dengan data yang tersedia.
3. Demografi mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk di masa
yang akan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.
4. Demografi mengembangkan hubungan sebab akibat antara
perkembangan penduduk dengan bermacam-macam aspek organisasi
sosial.
2.2 Pertumbuhan Penduduk dan Pembangunan Ekonomi
Menurut Ida Bagoes Mantra (2003:186), studi tentang kependudukan telah
menjadi subjek yang menarik di antara para ilmuwan maupun praktisi sosial yang
mempunyai minat terhadap masalah dasar dan kebutuhan manusia. Pada akhir-
akhir ini, masalah sosial dan ekonomi telah membawa ke arah makin dekatnya
perhatian yang diberikan antara hubungan demografi, sosio-ekonomi dan faktor-
faktor lainnya dalam suatu pendekatan besar, komposisi dan jumlah penduduk.
Jumlah penduduk atau besarnya dikaitkan dengan pertumbuhan
pendapatan perkapita suatu negara yang secara kasar menggambarkan kemajuan
perekonomian negara tersebut.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa jumlah penduduk yang besar akan
menguntungkan bagi pembangunan ekonomi. Sebaliknya ada pula pendapat yang
menganggap justru jumlah penduduk yang sedikitlah yang dapat mempercepat
proses pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik. Di samping itu ada pula
pendapat yang mengatakan bahwa jumlah penduduk harus seimbang dengan
jumlah sumber-sumber ekonominya. Jumlah penduduk tidak boleh terlampau
sedikit juga tidak boleh terlampau banyak. Inilah teori penduduk optimum.
Komposisi penduduk dalam arti demografi adalah komposisi penduduk
berdasarkan umur dan jenis kelamin. Kedua variabel tersebut sangat
mempengaruhi pertumbuhan penduduk di masa mendatang. Misalnya dalam suatu
negara terdapat penduduk umur tua (lebih dari 45 tahun) lebih banyak, maka dapat
diharapkan bahwa negara tersebut mempunyai angka kelahiran yang rendah dan
Universitas Kristen Petra
10
angka kematian yang tinggi, sehingga mengakibatkan pertumbuhan penduduk
yang rendah. Demikian pula ketidakseimbangan antara jumlah penduduk pria dan
wanita yang akan berpengaruh terhadap angka kelahiran. Ketidakseimbangan itu
akan berpengaruh pula terhadap keadaan sosial, ekonomi dan keluarga.
2.3 Pengertian Ketenagakerjaan
Seluruh penduduk di suatu negara, baik bayi, anak-anak, pemuda maupun
orang tua, semuanya mengkonsumsi barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhannya. Tetapi kita melihat bahwa hanya sebagian dari mereka yang
terlibat secara langsung atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan memproduksi
barang dan jasa tersebut (disebut kegiatan produktif). Kelompok inilah yang
disebut penduduk aktif secara ekonomis atau angkatan kerja, dimana angkatan
kerja menitikberatkan pada dua kelompok penduduk yaitu penduduk yang bekerja
dan penduduk yang sedang mencari pekerjaan (termasuk mereka yang pertama
kali mencari pekerjaan).
Menurut Ida Bagoes Mantra (2003:223), “Economically Active
Population” terdiri dari para pekerja yang memproduksi barang dan jasa (secara
ekonomi) dan mereka yang sedang aktif mencari pekerjaan. Sedangkan
“Economically Inactive Population” adalah mereka yang bukan pekerja atau tidak
sedang mencari pekerjaan, dimana mereka hanya mengkonsumsi dan tidak
memproduksi suatu barang atau jasa dilihat dari pengertian ekonomi. Sebagai
contoh, pekerja keluarga yang tidak dibayar (unpaid family worker) seperti
seorang anak yang membantu orang tuanya di warung, dianggap sebagai bagian
dari “Economically Active” jika dia memberikan suatu waktu minimum tertentu.
Sebaliknya meskipun seorang ibu rumah tangga mengerjakan pekerjaan rumah
tangga yang harus dibayar jika dikerjakan oleh pembantu, tetapi aktivitas ini
dianggap berorientasi terhadap konsumsi (misalnya menyiapkan makanan dan
memasak makanan) dianggap “Economically Inactive”.
2.3.1 Tenaga Kerja
Menurut Tan Goang Tiang, tenaga kerja adalah jumlah penduduk dalam
suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan
Universitas Kristen Petra
11
terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam kegiatan
tersebut.
Menurut Dumairy, tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam
batas usia kerja. Batas usia kerja yang dianut di Indonesia ialah minimum 10
tahun, tanpa batas usia maksimum.
Menurut BPS, penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk
berumur 10 tahun keatas dan dibedakan sebagai angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja.
Menurut Keputusan Menteri tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor :
Kep-203 / MEN / 1999, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pencari kerja adalah angkatan kerja yang sedang menganggur dan mencari
pekerjaan, maupun yang sudah bekerja tetapi ingin pindah atau alih pekerjaan
yang dinyatakan dengan aktivitasnya mendaftarkan diri kepada pelayanan tenaga
kerja, atau melamar pekerjaan kepada pemberi kerja.
2.3.2 Angkatan Kerja
Secara demografis, besarnya angkatan kerja tergantung dari tingkat
partisipasi angkatan kerja (labor force participation rate), yaitu berapa persen
dari penduduk yang menjadi angkatan kerja.
Menurut Dumairy, angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk
dalam usia kerja yang bekerja dan mencari pekerjaan.
Menurut Ida Bagoes Mantra, angkatan kerja adalah bagian dari tenaga
kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan
produktif yaitu memproduksi barang atau jasa.
Kelompok angkatan kerja yang digolongkan sebagai angkatan kerja adalah :
1. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan suatu
pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
penghasilan atau keuntungan dan lamanya paling sedikit dua hari.
Universitas Kristen Petra
12
2. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan
pekerjaan atau bekerja kurang dari dua hari tetapi mereka adalah :
a. Para pekerja tetap, pegawai pemerintah atau swasta yang
sedang tidak masuk kerja karena cuti, sakit, mogok, mangkir
dan sebagainya.
b. Orang-orang yang bekerja dalam keahlian seperti dokter,
tukang cukur dan sebagainya
c. Para petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak
bekerja karena menunggu panen atau menunggu hujan untuk
menggarap sawah dan sebagainya.
Yang digolongkan mencari pekerjaan adalah :
1. Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mencari /
mendapatkan pekerjaan.
2. Mereka yang bekerja, pada saat pencacahan sedang menganggur dan
berusaha mendapatkan pekerjaan.
3. Mereka yang di bebas tugaskan dan sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan.
2.3.3 Bukan Angkatan Kerja
Menurut Dumairy, bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk
dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang todak
mencari pekerjaan.
Menurut Ida Bagoes Mantra, definisi bukan angkatan kerja (not labor
force) adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja ataupun mencari
pekerjaan. Jadi mereka ini adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya
tidak terlibat atau tidak berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu
memproduksi barang atau jasa.
Yang termasuk bukan angkatan kerja adalah :
1. Sekolah, untuk mereka yang kegiatannya hanya bersekolah.
2. Mengurus Rumah Tangga, untuk mereka yang kegiatannya hanya
mengurus rumah tangga tanpa mendapat upah.
Universitas Kristen Petra
13
3. Penerima Pendapatan, untuk mereka yang tidak melakukan suatu
kegiatan tetapi memperoleh penghasilan, misalnya pensiun, bunga
simpanan, hasil persewaan dan sebagainya.
4. Lain-lain, untuk mereka yang hidupnya tergantung pada orang lain
karena usia lanjut, lumpuh, dungu dan sebagainya.
Apabila seseorang mempunyai lebih dari satu kegiatan, jika salah satu
kegiatan tersebut termasuk dalam kelompok angkatan kerja, maka dimasukkan
dalam angkatan kerja.
Menurut Dumairy, angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua sub
kelompok yaitu pekerja dan pengangguran. Yang dimaksud dengan pekerja ialah
orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencangkup yang mempunyai orang
pekerjaan dan (saat disensus/disurvei) memang sedang bekerja, serta orang yang
mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak
bekerja. Biro Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan pekerjaan
dengan maksud memperoleh upah atau membantu memperolah pendapatan atau
keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara kontinyu dalam
seminggu yang lalu (maksudnya seminggu sebelum pencacahan). Adapun
penganguran ialah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang
yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan. Penganggur
semacam ini oleh BPS dinyatakan sebagai penganggur terbuka.
2.3.4 Pengangguran
Menurut Ida Bagoes Mantra, pengangguran adalah bagian dari angkatan
kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan.
Konsep ini sering diartikan sebagai keadaan pengangguran terbuka.
Data mengenai pengangguran ada yang tercatat di Dinas Tenaga Kerja
(Disnaker) maupun di perusahaan sebagai pelamar kerja. Informasi mengenai
lowongan kerja dapat diperoleh melalui media massa, perusahaan yang
bersangkutan, bursa lowongan kerja, biro tenaga kerja dan di Disnaker.
Masalah yang sering dihadapi adalah masalah setengah menganggur atau
pengangguran tidak kentara, yang pengertiannya adalah sebagai berikut :
Universitas Kristen Petra
14
1. Setengah menganggur
Keadaan setengah menganggur (underemployment) terletak antara ‘full
employment’ dan sama sekali menganggur.
Pengertian yang digunakan ILO, Underemployment yaitu perbedaan antara
jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya
dengan jumlah pekerjaan yang secara normal mampu dan ingin dikerjakannya.
Konsep ini dibagi dalam :
a. Setengah menganggur yang kentara
Setengah menganggur yang kentara (visible underemployment) adalah
jika seseorang bekerja tidak tetap (part time) di luar keinginannya
sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya.
b. Setengah menganggur yang tidak kentara
Setengah menganggur yang tidak kentara (invisible underemployment)
adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi
pekerjannya itu dianggap tidak mencukupi karena pendapatannya
terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk
mengembangkan seluruh keahliannya.
2. Pengangguran tidak kentara
Pengangguran tidak kentara (disguised unemployment), dalam angkatan kerja
mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya mereka
menganggur jika dilihat dari segi produktivitasnya. Jadi di sini mereka
sebenarnya tidak mempunyai produktivitas dalam pekerjaannya.
Misalnya mereka terdiri dari 4 orang yang bersama-sama bekerja dalam jenis
pekerjaan yang sesungguhnya dapat dikerjakan oleh 3 orang sehingga 1 orang
merupakan ‘disguised unemployment’.
3. Pengangguran friksional
Pengangguran friksional yaitu pengangguran yang terjadi akibat pindahnya
seseorang dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus
mempunyai waktu tenggang dan berstatus sebagai penganggur sebelum
mendapatkan pekerjaan yang lain tersebut.
Menurut Lincolin Arsyad (1999: 35), untuk memperoleh pengertian
sepenuhnya tentang arti penting dari masalah ketenagakerjaan (employment) di
Universitas Kristen Petra
15
perkotaan, kita harus memperhitungkan pula maslah pertambahan pengangguran
terbuka yang jumlahnya lebih besar yaitu mereka yang kegiatannya aktif bekerja
tetapi secara ekonomis sebenarnya mereka tidak bekerja secara penuh
(underutilized).
Untuk mengelompokkan masing-masing pengangguran, menurut Edgar O.
Edward (tahun 1974 ) buku Ekonomi Pembangunan (Lincolin Arsyad, 1999: 35)
perlu diperhatikan dimensi-dimensi:
1. Waktu (banyak di antara mereka yang bekerja lebih lama, misalnya jam
kerjanya per hari, per minggu, atau per tahun).
2. Produktivitas (kurangnya produktivitas seringkali disebabkan oleh
kurangnya sumber daya-sumber daya komplementer Untuk melakukan
pekerjaan).
3. Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan).
Walaupun hal-hal tersebut merupakan dimensi-dimensi yang paling jelas
untuk efektifnya seseorang bekerja, faktor-faktor seperti motivasi, sikap dan
hambatan-hambatan budaya juga harus diperhatikan.
Berdasarkan hal-hal diatas Edwards membedakan 5 bentuk pengangguran yaitu:
1. Pengangguran terbuka : baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja
karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun secara terpaksa
(mereka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan).
2. Setengah menganggur (underemployment): yaitu mereka yang bekerja
lamanya (hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka biasa kerjakan.
3. Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh: yaitu mereka yang
tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah
pengangguran, termasuk di sini adalah:
a. Pengangguran tak kentara (disguised unemployment) Misalnya
para petani yang bekerja di lading selama sehari penuh, apdahal
pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan waktu selama sehari
penuh.
Universitas Kristen Petra
16
b. Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment) Misalnya
oaring yang bekerja tidak Sesuai dengan tingkat atau jenis
pendidikannya.
c. Pensiun lebih awal
Fenomena ini merupakan kenyataan yang terus berkembang di
kalngan pegawai pemerintah. Di beberapa negara, usia pensiun
dipermuda sebagai alat menciptakan peluang bagi yang “muda-
muda” untuk menduduki jabatan di atasnya.
4. Tenaga kerja yang lemah (impaired): yaitu mereka yang mungkin
bekerja full time, tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau
penyakitan.
5. Tenaga kerja yang tidak produktif : yaitu mereka yang mampu untuk
bekerja secara produktif tetapi karena sumber daya-sumber daya penolong
kurang memadai maka mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu dengan
baik.
2.3.5 Struktur Penduduk
Dari pengertian tentang tenaga kerja di atas dapat dibuat ringkasan dalam
bagan sebagai berikut :
Universitas Kristen Petra
17
Sumber : Profil Ketenagakerjaan Kota Semarang, 2003
Gambar 2.1. Struktur Ketenagakerjaan
2.4 Masalah Ketenagakerjaan
Menurut Ida Bagoes Mantra (2003: 225), hingga akhir tahun 2000
terdapat beberapa masalah penduduk di Indonesia antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Jumlah penduduk yang besar (tahun 2000 berjumlah 203,5 juta jiwa),
2. Persebaran penduduk yang tidak merata. Sekitar 60 persen penduduk
Indonesia berdomisili di Pulau Jawa yang luas wilayahnya sekitar 6,9
persen dari luas wilayah seluruh daratan Indonesia.
3. Persentase yang bekerja pada sektor pertanian masih tinggi (sekitar 60
persen jumlah angkatan kerja) di lain pihak luas lahan pertanian semakin
berkurang karena dipergunakan untuk kepentingan non pertanian.
Bukan Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Angkatan Kerja
Bukan Angkatan
Kerja
PenganggurBekerja
Bekerja Penuh
Setengah Penganggur
Kentara Tidak Kentara
Penduduk
Universitas Kristen Petra
18
4. Jumlah penganggur terbuka tinggi dan kualitas tenaga kerja baik fisik
maupun non fisik masih rendah.
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia merupakan masalah nasional yang
berkepanjangan dari Pelita ke Pelita. Dalam pelaksanaan pembangunan selama ini
terlihat nyata bahwa pertumbuhan angkatan kerja yang cukup pesat kurang dapat
diimbangi oleh kemampuan penciptaan kesempatan kerja sehingga terjadi
pengangguran terbuka yang terakumulasi setiap tahunnya.
Pada tahun 1990 jumlah angkatan kerja di Indonesia sejumlah 73,9 juta
orang, pada tahun 1995 meningkat menjadi 86,1 juta orang dan tahun 2000
menjadi 98,9 juta orang. Jadi dari tahun ke tahun jumlah angkatan kerja
meningkat terus dan menurut proyeksi dari Ananta, et al (1994) dalam buku
Demografi Umum (Ida Bagoes Mantra, 2003: 225), tahun 2010 jumlah angkatan
kerja diperkirakan 123,6 juta orang.
Faktor sumber daya manusia juga merupakan salah satu masalah yang
harus diperhatikan pada negara berkembang termasuk di Indonesia. Persoalan
tersebut antara lain, meliputi:
1. Kualitas sumber daya manusia
Kualitas sumber daya manusia di negara berkembang pada umumnya
sangat rendah dan statis. Kualitas sumber daya manusia yang sangat
rendah dapat dilihat dari tingkat produktivitas tenaga kerja baik pada
bidang perdagangan dan industri. Pada umumnya mereka tidak dinamis
dan tidak memiliki keterampilan dan kecakapan serta semangat yang
tinggi, karena rendahnya tingkat pendidikan. Bagi mereka yang memiliki
pendidikan cukup pun, kebanyakan hanya siap bekerja pada lapangan
kerja yang kurang inovatif, bekerja sebagai pekerja dan bukan sebagai
pencipta lapangan kerja. Sehingga pola pendidikan yang mempersiapkan
lulusan yang kreatif dan inovatif untuk menciptakan wirausahawan harus
diperluas.
2. Penawaran tenaga kerja yang melebihi permintaan tenaga kerja
Supply of labor yang melebihi Demand of labor merupakan masalah
dalam mengembangkan sumber daya manusia. Rendahnya kualitas sumber
daya manusia dan rendahnya tingkat investasi merupakan penyebab
Universitas Kristen Petra
19
rendahnya permintaan tenaga kerja. Meskipun tingkat investasi tinggi
tetapi tingkat permintaan tenaga kerja lokal tetaplah rendah. Hal ini
disebabkan yang dibutuhkan untuk investasi tertentu diperlukan tenaga
kerja dengan kualifikasi tertentu pula. Misalnya pada sektor industri
dengan tingkat teknologi yang tinggi maka diperlukan tenaga kerja dengan
penguasaan tingkat teknologi yang tinggi pula. Pada negara berkembang
tenaga semacam itu masih sangat kurang sehingga tak jarang harus
mendatangkan tenaga asing dengan tingkat upah yang relatif mencolok.
Tenaga kerja lokal kurang dapat bersaing di bursa kerja nasional maupun
internasional. Akibatnya tenaga kerja lokal tidak dapat bersaing dan
terserap di sektor tersebut. Pada akhirnya penawaran (supply) tenaga kerja
melebihi permintaan (demand) tenaga kerja akan menimbulkan berbagai
jenis pengangguran (unemployment dan underemployment) dan rendahnya
tingkat upah.
3. Tingginya lulusan sekolah yang menganggur
Semakin tingginya lulusan sekolah yang menganggur pada negara
berkembang lebih disebabkan oleh kurangnya proyeksi pendidikan dan
proyeksi lapangan pekerjaan. Kebanyakan lembaga pendidikan hanya
menghasilkan lulusan yang kurang marketable. Dari tahun ke tahun
lulusan dari berbagai tingkatan sekolah yang menganggur terus
membengkak. Tidak sedikit para sarjana yang menganggur. Sekali lagi,
kebanyakan lembaga pendidikan hanya menghasilkan worker bukan
employer / entrepreneur.
4. Surplus tenaga kerja tidak terdidik
Kelebihan tenaga kerja tidak terdidik merupakan persoalan yang cukup
pelik bagi negara-negara yang sedang berkembang. Tenaga kerja tidak
terdidik pada umumnya adalah ‘melek huruf’ dan berpikir tradisional.
2.5 Industri dan perdagangan
Menurut Lincolin Arsyad (1996:361), pembangunan industri merupakan
bagian dari rangkaian pelaksanaan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
dalam mencapai sasaran Pembangunan Jangka Panjang yang bertujuan
Universitas Kristen Petra
20
membangun industri, sehingga bangsa Indonesia mampu tumbuh dan berkembang
atas kekuatan sendiri berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan untuk
memesarkan hasil produk industri dalam hal ini sector perdagangan sangat
berperan. Dua sektor inilah yang menghasilkan devisa yang paling tinggi
disbanding sektor yang lain seperti sector pertanian dan jasa. Selain itu kedua
sektor ini menciptakan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat Indonesia.
2.5.1 Macam Industri
Untuk mengetahui macam-macam industri bida dilihat dari beberapa sudut
pandang sebagai berikut:
1. Pengelompokkan industri yang dilakukan oleh Departemen
Perindustrian.
Menurut Departemen Perindustrian, industri nasional di Indonesia
dikelompokkan manjadi 3 kelompok besar, yaitu:
a. Industri Dasar yang meliputi kelompok industri Mesin dan
Logam Dasar (IMLD) dan kelompok Kimia Dasar (IKD). Yang
termasuk dalam IMLD antara lain: industri mesin pertanian,
elektronika kereta api, pesawat terbang, kendaraan bermotor, besi
baja, alumunium, tembaga dan sebagainya. Sedangkan yang
termasuk dalam IKD antara lain: industri pengolahan kayu dan
karet alam, industri pestisida, industri pupuk, industri semen,
industri batu bara, industri silikat dan sebagainya.
Ditinjau dari “misi”nya, Industri Dasar mempunyai misi untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan
struktur industri dan bersifat padat modal. Teknologi tepat guna
yang digunakan adalah teknologi maju, teruji dan tidak padat
karya, namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru
secara sejajar dengan pertumbuhan industri hilir dan kegiatan
ekonomi lainnya.
Universitas Kristen Petra
21
b. Industri Kecil yang meliputi antara lain industri pangan
(makanan, minuman, tembakau), industri sandang dan kulit
(tekstil, pakaian jadi, serta barang dan kulit), industri kimia dan
bahan bangunan (industri kertas, percetakan, penerbit, barang-
barang karet, plastik dan lain-lain, industri galian bukan logam),
dan imdustri logam (mesin-mesin listrik, alat-alat ilmu
pengetahuan, barang dari logam dan sebagainya).
Kelompok industri kecil ini mempunyai misi melaksanakan
pemerataan. Teknologi yang digunakan teknologi menengah atau
sederhana, dan padat karya. Pengembangan Industri Kecil ini
diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan meningkatkan
nilai tambah dengan memenfaatkan pasar dalam negeri dan pasara
luar negeri (ekspor).
c. Industri Hilir yaitu kelompok Aneka Industri (AI) yang meliputi
antara lain: industri yang mengolah sumberdaya hutan, industri
yang mengolah hasil pertambangan, industri yang meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan atau pemerataan, memperluas
kesempatan kerja, tidak padat modat, dan teknologi yang
digunakan adalah teknologi menengah dan atau teknologi maju.
2. Pengelompokkan industri menurut jumlah tenaga kerja. Menurut Biro
Pusat Statisrik (BPS), pengelompokkan industri dengan cara ini dibedakan
menjadi 4, yaitu:
a. Perusahaan/Industri Besar jika memperkerjakan 100 orang atau
lebih.
b. Perusahaan/Industri Sedang jika memperkerjakan 20 sampai 99
orang.
c. Perusahaan/Industri Kecil jika memperkerjakan 5 sampai 19 orang.
d. Industri Kerajinan Rumah Tangga jika memperkerjakan kurang
dari 3 orang (termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar).
Universitas Kristen Petra
22
2.5.2 Industri Besar dan Sedang di Kota Semarang
Perusahaan industri besar sedang yang dimaksud di sini mencakup semua
perusahaan atau usaha di bidang industri yang melakukan kegiatan mengubah
barang dasar menjadi barang jadi / setengah jadi dan atau barang yang kurang
nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya.
Hasil survey yang dilakukan di kota Semarang tahun 2003 menunjukkan
adanya jumlah perusahaan industri besar sedang sebanyak 379 perusahaan ,
mencakup sub sektor industri pengolahan bahan makanan, minuman dan
tembakau sampai dengan sub sektor industri pengolahan lainnya, yaitu meliputi
industri permata, industri barang perhiasan berharga untuk keperluan pribadi dari
logam mulia dan industri lain yang belum termasuk sub golongan lainnya.
Dibanding dengan tahun sebelumnya, jumlah perusahaan industri besar
dan sedang di kota Semarang tahun 2003 mengalami peningkatan. Hal ini sesuai
program pemerintah di bidang pembangunan industri, antara lain pemerintah
memberikan kemudahan ijin mendirikan bangunan industri baru dan pemerintah
juga memberikan kelonggaran masuknya investor asing ke Indonesia serta adanya
pernyataan pemerintah dalam mengatasi pengangguran yang setiap tahun
bertambah, maka diperlukan lapangan kerja baru. Salah satu alternative
penampung tenaga kerja yang cukup besar adalah di sektor industri, sekaligus
sektor industri dapat mendukung pembangunan di sektor pertanian dan sektor
lainnya.
Beberapa kemungkinan yang berpengaruh terhadap perkembangan
perusahaan industri antara lain :
1. Belum stabilnya nilai tukar dolar terhadap nilai rupiah, meskipun
perubahannya relative kecil bagi perusahaan yang berstandar dolar
sangat sulit dalam menentukan pokok produksi dan keuntungan.
2. Merosotnya nilai tukar petani, mengakibatkan melemahnya daya beli
pangsa pasar dalam negeri khususnya daya beli regional.
3. Tuntutan upah gaji karyawan yang lebih tinggi pada kondisi
perekonomian sekarang ini.
Universitas Kristen Petra
23
Kondisi seperti ini dimungkinkan menghambat perkembangan berdirinya
perusahaan-perusahaan industri baru. Memang di sub sektor tertentu bisa terjadi
penambahan perusahaan, sedang di lain sub sektor bisa terjadi pengurangan
perusahaan atau terjadi perubahan status dari perusahaan besar berubah menjadi
perusahaan sedang atau perusahaan yang sedang berubah menjadi perusahaan
kecil atau perusahaan tersebut tutup.
Dalam pengamatan / hasil survey dari beberapa pengusaha yang sempat
diwawancarai mengatakan: “Apabila kondisi ini tidak segera teratasi dapat
menggoncangkan dunia industri bahkan dapat mengurangi minat para pengusaha /
investor mengembangkan atau menanamkan modal ke perusahaan industri
khususnya di kota Semarang”.
2.5.3 Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga di Kota Semarang
Perusahaan industri kecil dan kerajinan rumah tangga merupakan semua
bentuk usaha yang kegiatannya mengubah barang dasar menjadi barang jadi /
setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih
tinggi nilainya namun dengan sistem pengelolaan yang masih sederhana.
Hasil survei yang dilakukan di kota Semarang tahun 2003 (Badan Pusat
Statistik) menunjukkan adanya jumlah perusahaan industri besar sedang sebanyak
123 industri kecil dan kerajinan rumah tangga, mencakup sub sektor industri
pengolahan bahan makanan, minuman dan tembakau sampai dengan sub sector
industri pengolahan lainnya, yaitu meliputi industri permata, industri barang
perhiasan berharga untuk keperluan pribadi dari logam mulia dan industri lain
yang belum termasuk sub golongan lainnya.
2.6 Perdagangan
Menurut Djemen (1990: 205), perdagangan adalah kegiatan jual beli
barang barang keperluan hidup. Pada umumnya dibedakan dalam perdagangan
dalam negeri dan perdagangan luar negeri. Sebagian besar perdagangan dalam
negeri merupakan perdagangan antar pulau (interinsuler) karena itu perhubungan
laut sangat penting kedudukannya. Di lain sisi Indonesia mempunyai kedudukan
Universitas Kristen Petra
24
penting dalam perdagangan dunia. Hal itu disebabkan oleh kekayaan hasil
buminya tertutama hasil perkebunan antara lain: karet, kelapa sawit, tembakau,
teh, kopi serta hasil tambang seperti minyak bumi, gas dan timah putih. Hasil
kehutanan khususnya kayu yang menjadi komoditi ekspor terpenting.
Berikut ini macam-macam komoditi yang diperdagangkan:
1. Hasil-hasil pertanian dan perkebunan
2. Hewan dan hasil-hasil hewan
3. Barang-barang konsumsi, seperti sabun, gula, terigu dan lain lain
4. Hasil tambang, seperti minyak bumi, gas bumi dan lain-lain.
Berdasarkan karakteristik distribusinya, perdagangan di bedakan atas:
1. Pedagang Besar atau Grosir
Pedagang besar adalah perantara perdagangan yang membeli barang dalam
jumlah besar dari produsen, dan kemudian menjualnya dalam jumlah yang
lebih kecil kepada pedagang eceran.
2. Pedagang eceran atau pengecer
Pedagang eceran membeli barang dari barang besar atau kadang-kadang
langsung dari pabrik untuk dijual ke konsumen dalam jumlah yang lebih
kecil.
3. Agen
Agen merupakan perpanjangan tangan dari perusahaan lain dan bertindak
atas nama perusahaan lain tersebut untuk suatu bidang tertentu.
2.7 Pekerja pada Sektor Industri dan Perdagangan
Menurut BPS, pekerja / karyawan adalah semua orang yang bekerja pada
suatu perusahaan / usaha. Pekerja / karyawan pada perusahaan industri besar
sedang berdasarkan pekerjaannnya dibagi menjadi pekerja produksi dan pekerja
lainnya.
Pekerja produksi adalah pekerja yang pekerjaannya langsung bekerja di
dalam proses produksi atau bekerja berhubungan dengan itu, dari mulai bahan
baku masuk pabrik sampai menjadi hasil produksi yang keluar dari pabrik
misalnya, pengawas yang mengawasi proses produksi, pengemudi forlif di pabrik,
Universitas Kristen Petra
25
pekerja pengolahan barang di pabrik dan lain-lain. Pekerja lainnya adalah pekerja
yang bekerja selain pekerja produksi, misalnya pimpinan perusahaan , staf direksi,
pegawai administrasi dan sebagainya.
Pekerja produksi dan pekerja lainnya berdasarkan balas jasanya dibagi menjadi :
a. Pekerja dibayar
Yaitu semua orang yang bekerja pada suatu perusahaan / usaha dengan
menerima upah / gaji secara langsung baik berupa uang maupun barang.
b. Pekerja tidak dibayar
Yaitu pekerja pemilik atau pekerja keluarga yang biasa aktif dalm kegiatan
perusahaan / usaha tetapi tidak mendapat bayaran / upah.
Apabila diamati ternyata ada hubungan antara jumlah perusahaan dan jumlah
tenaga kerja, bahkan perkembangan jumlah perusahaan berbanding lurus dengan
jumlah pekerja meskipun besarnya persentase berbeda setiap tahunnya.
2.8 Mekanisme Memperoleh Pekerjaan
Sumber : Profil Ketenagakerjaan Kota Semarang, 2003
Gambar 2.2 Mekanisme Memperoleh Kerja
LULUS
TIDAK LULUS
PENCARI KERJA PERUSAHAAN
DISNAKER
SELEKSI TIDAK DITERIMA
DITERIMA
Universitas Kristen Petra
26
Pemerintah dalam upaya mencari terobosan mengatasi masalah
pengangguran, dengan mengikutsertakan pihak swasta untuk ikut memikirkan
permasalahan ketenagakerjaan khususnya dalam pelaksanaan antar kerja dengan
melaksanakan pengelolaan bursa kerja dengan lembaga peleyanan penempatan
swasta.
2.9 Kecepatan Memperoleh Pekerjaan
Berdasarkan pedoman dari Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang dalam
buku Profil Ketenagakerjaan Kota Semarang tahun 2003, kecepatan memperoleh
pekerjaan merupakan jangka waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk
memperoleh pekerjaan sejak mendaftarkan diri ke Dinas Tenaga Kerja sampai
dengan memperoleh pekerjaan.
Seseorang dikatakan cepat memperoleh pekerjaan jika jangka waktu saat
mendaftar diri ke Disnaker sampai dengan mendapatkan pekerjaan adalah ≤2 kali
daftar ulang (sekali daftar ulang yaitu setiap 3 bulan), seseorang yang dikatakan
lambat memperoleh pekerjaan jika jangka waktu saat mendaftarkan diri ke
Disnaker sampai dengan mendapat pekerjaan adalah > 2 kali mendaftar ulang
(Profil Ketenagakarjaan Kota Semarang, 2003).
2.10 Hubungan Antar Faktor Demografi dengan Kecepatan Memperoleh
Pekerjaan
Ada hubungan yang erat antara kecepatan memperoleh pekerjaan dan
faktor demografi. Faktor-faktor demografi yang dimiliki seseorang meliputi jenis
kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan dan pengalaman
mempengaruhi kecepatan orang tersebut dalam memperoleh pekerjaan. Menurut
buku Profil Ketenagakerjaan Kota Semarang (Disnaker, 1999).
Setiap pencari kerja memiliki faktor-faktor demografi tersebut. Antara satu
pencari kerja dengan lainnya memiliki faktor demografi yang berbeda-beda, hal
ini akan mempengaruhi kecepatan memperoleh pekerjaan. Pencari kerja yang
Universitas Kristen Petra
27
PRODUK DOMESTIK BRUTO
ANGKATAN KERJA
terdaftar di Disnaker harus mendaftar ulang 3 bulan sekali dan bila sudah tidak
mendaftar lagi maka dianggap sudah mendapat kerja.
2.11 Kerangka Pemikiran
2.12
Kesempatan Kerja • Terdaftar di Disnaker • Tidak terdaftar di
Disnaker
Faktor Demografi
1. Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan
2. Kelompok Usia a. Usia ≤ 20 tahun b. Usia 21-30 tahun c. Usia 31-40 tahun d. Usia 41-50 tahun e. Usia ≥ 51 tahun
3. Tingkat Pendidikan a. SD b. SLTP c. SLTA d. Diploma e. Sarjana
4. Kompetensi 5. Status Pernikahan
a. Menikah b. Belum Menikah
Sektor Perdagangan • Pedagang Besar • Pedagang Kecil
Sektor Industri • Besar dan Sedang • Kecil dan RT
Kecepatan Memperoleh
Pekerjaan a. Cepat (≤2 kali) b. Lambat(>2 kali)
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Universitas Kristen Petra
28
2.12 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Hipotesis Mayor
“Latar belakang demografi berpengaruh terhadap kecepatan memperoleh
pekerjaan di sektor perdagangan dan industri di Semarang”. Adapun latar
belakang demografi pada penelitian ini adalah:
Hipotesis Minor
1. Jenis kelamin pencari kerja berpengaruh terhadap kecepatan memperoleh
pekerjaan di sektor perdagangan dan industri di Semarang.
2. Tingkat pendidikan pencari kerja berpengaruh terhadap kecepatan
memperoleh pekerjaan di sektor perdagangan dan industri di Semarang.
3. Usia pencari kerja berpengaruh terhadap kecepatan memperoleh pekerjaan di
sektor perdagangan dan industri di Semarang.
4. Status pernikahan pencari kerja berpengaruh terhadap kecepatan memperoleh
pekerjaan di sektor perdagangan dan industri di Semarang.
5. Kompetensi pencari kerja berpengaruh terhadap kecepatan memperoleh
pekerjaan di sektor perdagangan dan industri di Semarang.