6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konserto
1. Sejarah Singkat Konserto
Konserto adalah sebuah komposisi instrumental yang menggunakan atau
memadukan alat musik tunggal dengan orkes. Istilah konserto berasal dari
bahasa Latin concertare yang berarti pertandingan, perselisihan, perdebatan,
dan bekerja sama dengan seseorang. Konserto muncul sekitar tahun 1680-
1690, kemudian menjadi salah satu jenis yang paling penting dari orkestra
zaman Barok.1 Beberapa komposer menggubah berbagai macam konserto
untuk orkestra sekitar tahun 1700. Selama abad ke-17, konserto disusun
dalam sebuah sonata form yang dimodifikasi saat pemain solo tunggal
bermain musik dengan sebuah ansambel musik (concerto); atau sebuah grup
terdiri dari beberapa pemain atau solis bermain musik dengan sebuah
ansambel yang besar (concerto grosso).
Biasanya, urutan movement (bagian) pada konserto yaitu pada movement
pertama menggunakan sonata form (Exposition, Development,
Recapitulation) dengan tempo cepat. Pada movement kedua yaitu Song form,
Rondo form atau Variation form dengan tempo lambat. Pada movement ketiga
yaitu Rondo dengan tempo cepat. Setiap bagian dari sebuah konserto di mana
orkestra digunakan secara keseluruhan, bukan sebagai iringan disebut tutti.
Konserto modern dikembangkan selama periode Barok dibawah pengaruh
para komposer hebat yaitu Antonio Vivaldi dan Johann Sebastian Bach.
Vivaldi mengembangkan bentuk musik yang dijuluki "Italian Form" yang
berupa standar konserto dalam tiga movement. Karya Vivaldi lebih dari 250
1 Barbara Russano Hanning, Consice History of Western Music, (New York: City University of
New York, 1998), 246.
7
konserto, seperti The Four Seasons (rangkaian empat konserto yang
menampilkan pemain biola solo), dan banyak karya lainnya yang
menampilkan instrumen flute dan gitar/kecapi. Bentuk concerto grosso
dikembangkan pada akhir tahun 1700 oleh Archangelo Corelli.
Konserto mengalami proses formalisasi dan pembangunan selama periode
Klasik, terutama oleh Wolfgang Amadeus Mozart. Mozart adalah seorang
musisi dan komposer hebat. Sebagai komposer, Mozart menulis banyak
konserto untuk berbagai instrumen, termasuk clarinet, biola, flute dan piano.
Berbeda dengan konserto sebelumnya dari periode Barok, Mozart
menyediakan sebuah bagian pendek dalam konserto bagi seorang solis untuk
menunjukkan keahliannya, bagian itu disebut cadenza. Cadenza biasanya
terletak setelah bagian rekapitulasi dan pengembangan kedua dari movement
pertama. Mozart mengadopsi bentuk sonata untuk movement pertama pada
setiap konsertonya.
Selama zaman Romantik, konserto yang ada jauh lebih tenar karena telah
lahir banyak komposer hebat. Karakteristik konserto zaman Romantik adalah
menggunakan orkestra yang besar, menggunakan pertentangan yang dramatis
antara solis dan orkestra, sering memiliki tekanan pada bagian virtuoso, pada
bagian solo sering memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, dan pada bagian
cadenza ditulis oleh komposer (tidak diimprovisasi).
Contoh konserto pada zaman Romantik adalah Beethoven piano and
violin concerto, Antonin Dvorak cello concerto, Felix Mendelssohn violin
concerto, dan Tchaikovsky violin concerto. Karya tersebut memiliki fitur
cadenza yang rumit dan hanya musisi dengan teknik tinggi yang dapat
memainkannya.
Sekarang, konserto hidup sebagai salah satu gaya musik yang terkenal.
Banyak musisi masih memainkan dan merekam ulang konserto yang sama
selama hampir delapan dekade.
8
2. Jenis Konserto
Banyak komposer zaman Barok yang menggubah karya konserto.
Komposer tersebut antara lain Vivaldi (telah menulis lebih dari 500 karya,
setengahnya adalah karya untuk biola solo), Bach, dan Handel. Konserto
memiliki dua jenis yaitu:
a. Concerto Grosso
Concerto grosso adalah konserto yang ditulis untuk sebuah grup
dari instrumen solo (concertino) dan sebuah ansambel yang besar
(ripieno).2
Contoh karyanya adalah Bach’s six Brandenburg
Concertos.
b. Solo Concerto
Solo concerto adalah konserto yang ditulis untuk satu solo
instrumen dan orkestra3
. Contoh karyanya adalah Vivaldi’s Four
Seasons.
3. Struktur Bentuk Musik Konserto
a. Sonata Form
Sonata form adalah struktur normal yang digunakan untuk movement
pertama dari sebuah sonata, kuartet gesek, simfoni dan karya lainnya.4 Sonata
form terdiri atas tiga bagian yaitu eksposisi, developmen, dan rekapitulasi
Perbedaannya adalah pada konserto menggunakan eksposisi ganda yang
biasanya menggunakan tanda ulang untuk mengulang bagian eksposisi.
i. Eksposisi
Eksposisi adalah bagian pertama yang menunjukkan tema atau ide
pokok dari sebuah komposisi yang menunjukkan karakter tidak hanya
pada bagian pertama namun pada komposisi utuh. Ide pokok ini akan
2 Leon Stein. Structure and Style: The Study and Analysis of Musical Forms Expanded Edition,
(New Jersey: Summy-Bichard Music, 1979), 162. 3 Stein, 163. 4 William Cole. The Form of Music, (London: ABRSM, 1976), 28.
9
dikembangkan pada bagian selanjutnya. Pada eksposisi juga terdapat
transisi dan tema kedua. Transisi merupakan jembatan menuju tema
kedua. Tema kedua merupakan sebuah tema yang lebih ekspresif dari
tema pokok. Dalam musik tonal, tema kedua berada pada dominan
atau pada relatif minor dan relatif mayor jika tema pokok berada pada
tangga nada minor. Perbedaan dari tema pokok terletak pada tonalitas,
karakter, dan melodi.
Bagian eksposisi konserto meliputi:
a. Pembukaan tutti yaitu sebuah pengenalan tema oleh orkestra,
berakhir pada tonika.
b. Instrumen solo masuk dengan tema utama atau dengan sebuah
pengenalan terlebih dahulu.
c. Perpindahan atau penggabungan suara antara instrumen solo
dengan orkestra.
d. Penutup eksposisi yaitu penutupan dengan sebuah tutti yang
pendek (codetta).
ii. Developmen
Developmen adalah bagian kedua dari sebuah sonata form.
Melodi yang digunakan diperoleh dari bagian eksposisi yang
dikembangkan. Panjang developmen kira-kira sama dengan eksposisi.
Pada bagian developmen terjadi berbagai macam pengembangan
ritme, melodi, register, dan dinamika.
Bagian developmen dalam konserto meliputi instrumen solo dan
orkestra yang mengembangkan tema utama ke dalam berbagai macam
tangga nada dan variasi.
10
iii. Rekapitulasi
Rekapitulasi adalah kembali ke tema awal yaitu tema pokok dan
tema kedua, yang telah ditulis pada bagian eksposisi. Tema utama
kembali ke tonika awal. Dalam musik tonal, tema kedua, transisi dan
episode di rekapitulasi ditranposisi ke tonika.
Bagian rekapitulasi konserto meliputi:
a. Bagian tema utama, tema kedua, transisi dan episode yang
sama dengan eksposisi namun semua berada pada tonika.
b. Instrumen solo memainkan sebuah cadenza, yang biasanya
brilian dan penuh dengan teknik. Cadenza di desain untuk
menunjukkan kemahiran dari pemain instrumen solo.
c. Coda panjang sebagai penutup bagian pertama konserto.
b. Ternary Form
Ternary form juga biasa disebut dengan three part song form, yaitu
seksional form yang berisi tiga bagian (A B A) dimana setiap bagian
memiliki pernyataan musikal.5 Bagian A berisi tema utama, bagian B berisi
tema kedua yang lebih kontras dengan menggunakan tangga nada yang
berbeda (terjadi modulasi), pada bagian terakhir disebut dengan A’ yang
berisi pengulangan tema utama dengan berbagai variasi.
c. Rondo Form
Rondo form adalah salah satu form yang sering digunakan pada zaman
klasik, yang terdiri atas bagian terulang (refrain) diselingi dengan bagian
kontras (episode).6Rondo berasal dari rondel yaitu sebuah karya untuk vokal
dari jaman medieval yang dahulu juga disebut dengan rondeau yang
5 Bruce Benward, Marilyn Saker. Music in Theory and Practice volume I, (New York: The
McGraw-Hill Companies., Inc., 2009), 353. 6 Bruce Benward, Marilyn Saker. Music in Theory and Practice volume II, (New York: The
McGraw-Hill Companies., Inc., 2009), 165.
11
kemudian diadaptasi menjadi sebuah form. Struktur dari rondo form ada
beberapa yaitu:
i. Three-part rondo
Pola: A B A
Contoh karya: Beethoven Sonata in E flat Major, op. 7 (II) dan
Haydn Symphony no. 100 (II).
ii. Five-part rondo
Pola: A B A C A, bagian A adalah bagian refrain dan bagian B
dan C adalah bagian episode.
Contoh karya: Mozart Sonata in C Minor K. 457 (II) dan
Beethoven Sonata in C Major, op. 2 no. 3 (II)
iii. Seven-part rondo
Pola: A B A C A B A
Contoh karya: Beethoven Sonata in A Major, op. 2 no.2 (IV) dan
Beethoven Sonata in C Minor, op. 13 (III)
iv. Sonata rondo
Pola: A B A developmen A B A
Contoh karya: Beethoven Sonata in E-flat Major, op. 27 no. 1
(IV) dan Haydn Symphony no. 94 in G Major (IV).
B. Flute
1. Instrumen Flute
Flute atau concert flute (seruling, bhs. Ind.) merupakan sebuah instrumen
musik terbuat dari materi berbentuk pipa dan memiliki lubang dan klep
disepanjang tubuhnya yang dimainkan dengan cara ditiup. Flute termasuk
dalam anggota instrumen tiup kayu (woodwind) dan merupakan instrumen
non-transposing yang berarti suara yang dihasilkan sama dengan yang tertulis.
Notasi pada instrumen flute ditulis dengan menggunakan clef atau tanda kunci
treble clef atau kunci G. Flute ini memiliki beberapa anggota keluarga
12
lainnya yaitu piccolo flute yang menghasilkan suara satu oktaf lebih tinggi
dari yang tertulis, alto flute in G dengan suara lebih rendah interval empat
murni dari concert flute, flute d’amore atau tenor flute in Bb yang memiliki
suara interval dua mayor lebih rendah dari concert flute dan bass flute in C
yang memiliki suara satu oktaf lebih rendah dari concert flute. Namun yang
paling sering digunakan terutama sebagai solis adalah flute atau concert flute.
Instrumen flute terbagi menjadi tiga bagian, yaitu headjoint, bodyjoint dan
footjoint. Headjoint merupakan bagian dimana lip plate berada, lip plate
adalah tempat untuk meletakkan bibir dan terdapat lubang untuk meniup.
Bodyjoint adalah bagian paling panjang pada instrumen flute, pada bagian ini
terdapat klep-klep dan lubang-lubang yang berfungsi untuk menghasilkan
nada pada instrumen flute. Bagian paling pendek pada instrumen flute adalah
footjoint, pada bagian ini terdapat beberapa klep dan lubang untuk
menghasilkan nada register paling bawah pada instrumen flute.
Flute menjadi salah satu instrumen yang cukup sering digunakan sebagai
solis, misalkan untuk karya Sonata, Konserto dan sebagainya. Flute memiliki
karakter suara yang unik, selain memiliki karakter melankolis dan tenang
namun juga memiliki karakter yang lincah dan riang.
Ketika membuat sebuah karya untuk instrumen flute, hal yang paling
penting diperhatikan dan perlu diingat adalah pemain flute menggunakan
pernafasan untuk memainkan instrumen tersebut, sehingga bagian istirahat
sangat diperlukan. Walaupun seorang pemain flute dapat mengambil nafas
dengan cepat (misalnya saat perpindahan antar frase), tetapi jika terlalu sering
dan tidak ada jeda sama sekali maka hal itu sangat melelahkan bagi pemain.
Bagian istirahat tidak hanya berfungsi untuk membuat pemain menjadi lebih
nyaman, tetapi juga untuk memberi kesempatan untuk merelaksasi bibir.7
7 Kent Kennan, Donald Graham. The Technique of Orchestration. (New Jersey: Prentice Hall,
Upper Saddle River., Inc 1997), 78.
13
2. Teknik Permainan
Beberapa teknik dalam memainkan instrumen flute adalah sebagai
berikut8:
a. Single Tonguing
Flutist9 mengucapkan suku kata da, de, di atau du dengan hanya
menggerakan lidah sedangkan posisi bibir dan dagu tidak berubah.
Untuk memberikan sedikit tekanan dapat menggunakan suku kata ta,
te, ti, atau tu dan untuk menghasilkan suara yang lebih lembut bisa
menggunakan awalan K atau G.
Gambar 2.1 Teknik Single Tonguing pada Flute
b. Double Tonguing
Flutist mengucapkan suku kata ta-ka, te-ke atau tu-ku dengan
menggerakkan lidahnya. Pada dinamika lebih lembut bisa juga
digunakan kata da-ga atau du-gu. Double tonguing biasanya
digunakan pada not yang banyak dan bertempo cepat.
Gambar 2.2 Teknik Double Tonguing pada Flute
c. Triple Tonguing
Flutist mengucapkan suku kata ta-ka-ta, te-ke-te atau tu-ku-tu
dengan menggerakkan lidahnya. Pada dinamika lebih lembut bisa juga
8 Vienna Symphonic, “Flute Playing Techniques”, Vienna Symphonic Library,
https://vsl.co.at/en/Concert_flute/Playing_Techniques, (diakses 16 Oktober 2016). 9 Flutist adalah sebutan untuk seseorang yang memainkan instrumen flute.
14
digunakan kata da-ga-da atau du-gu-du. Triple tounguing biasanya
digunakan pada not yang banyak dan bertempo cepat dengan ritme
triplet.
Gambar 2.3 Teknik Triple Tonguing pada Flute
d. Flutter Tonguing
Flutist seperti mengucapkan huruf R dengan cepat atau
menggetarkan lidah untuk menghasilkan efek tremolo yang cepat.
Gambar 2.4 Teknik Flutter Tonguing pada Flute
e. Legato
Flutist meniup dua nada atau lebih dalam satu nafas.
Gambar 2.5 Legato pada Flute
f. Vibrato
Perubahan turun naik mikrotonal pada pitch atau volume yang
dihasilkan dari pergerakan diafragma, laring atau bibir dan
menghasilkan efek suara seperti bergetar. Vibrato biasanya digunakan
untuk mendramatisir atau memperindah sebuah nada.
15
g. Glissando
Glissando pada instrumen flute dimainkan dengan
menggerakkan jari secara cepat untuk menutup klep-klep dari not asal
menuju not tujuan sehingga menghasilkan efek suara seperti meluncur.
Gambar 2.6 Glissando pada Flute
h. Trill
Instrumen flute dianggap sebagai salah satu instrumen yang
sangat cocok untuk memainkan trill. Hampir setiap trill dapat
dimainkan dengan mudah pada instrumen ini kecuali trill pada register
bawah yang menggunakan jari kelingking (B3-D4) lebih sulit untuk
dilakukan, selain kedua nada tersebut trill pada nada diatas G6 juga
sulit dilakukan karena harus menggunakan penjarian alternatif dan
kualitas suara yang dihasilkan dianggap kurang baik pada beberapa
kasus.10
Gambar 2.7 Trill pada Flute
Gambar 2.8 Trill yang Tidak Dapat Dimainkan pada Flute
10 Kent Kennan, 77.
16
3. Wilayah Nada
Wilayah nada pada instrumen flute mencapai tiga oktaf, nada terendah
terletak pada C4 (pada beberapa flute ada yang menggunakan nada B3 sebagai
nada terendah) dan nada tertinggi dapat mencapai D7.
Gambar 2.9 Wilayah Nada pada Flute
Pada register bawah (B3-B4) memiliki karakter suara yang melankolis dan
hangat namun cenderung lemah. Pada register tersebut tidak disarankan untuk
menggunakan dinamika forte (keras) karena cukup sulit untuk menghasilkan
dinamika keras pada register ini. Register suara tengah (C5-B5) memiliki
karakter suara yang lebih terang dan lebih kuat dari register bawah. Register
suara tengah ini lebih sering digunakan pada instrumen flute ketika menjadi
solis karena karakter suaranya yang lebih lincah, ringan serta lebih kaya
karena dapat menggunakan dinamika piano (lembut) maupun forte (keras).
Pada register suara atas (C6-D7) memiliki karakter suara yang tajam dan
menusuk dan pada beberapa nada dan cukup sulit untuk dibunyikan, namun
beberapa nada di register ini masih sering digunakan dalam karya-karya untuk
instrumen flute. Register suara atas lebih disarankan untuk menggunakan
dinamika forte (keras) karena cukup sulit untuk menghasilkan dinamika piano
(lembut) pada nada-nada di register ini11
.
11 Kent Kennan, 76.
17
C. Orkes Kamar
1. Sejarah Singkat Perkembangan Orkestra
Orkestra adalah ansambel instrumental dengan skala yang besar yang
terdiri dari instrumen gesek, tiup logam, tiup kayu, dan perkusi12
. Orkestra
berkembang pesat pada abad ke-18 dan abad ke-19.
Orkestra dengan skala kecil (sekitar lima puluh orang atau lebih sedikit)
dinamakan chamber orchestra. Namun orkestra dengan skala besar (sekitar 100
pemain) sering disebut Symphony orchestra atau Philharmonic orchestra.
Perbedaan nama tersebut biasa dipakai jika di suatu tempat terdapat dua
orkestra yang besar. Contohnya adalah London Symphony Orchestra dan
London Philharmonic Orchestra. Sebuah Symphony orchestra biasanya
memiliki lebih dari delapan puluh musisi dengan beragam instrumen, walaupun
kadangkali bisa lebih dari seratus musisi. Bandingkan dengan chamber
orchestra yang hanya memiliki lima puluh musisi dengan berbagai instrumen,
bahkan tidak sedikit pula yang jauh lebih kecil jumlahnya.
Awal munculnya orkestra dimulai dari kelompok-kelompok kecil para
musisi yang berkumpul untuk acara festival atau pemakaman. Lalu pada zaman
kekaisaran Romawi, para musisi mulai ditekan keberadaannya oleh pemerintah
Romawi, namun mereka muncul dan mulai berkembang lagi saat runtuhnya
kekaisaran Romawi. Hal itu berdampak positif bagi musisi, bahkan instrumen
musik pun semakin lama semakin berkembang pesat menjadi lebih beragam.
Perkembangan orkestra dimulai pada abad ke-16, pada masa ini banyak
komposer yang menulis musik untuk kelompok instrumental. Di Italia pada
abad ke-15 dan abad ke-16 rumah para bangsawan-bangsawan telah memiliki
kelompok musik untuk hiburan para bangsawan kerajaan. Lalu pada abad ke-17
dengan munculnya teater, khususnya opera, musik semakin banyak diciptakan
untuk kelompok instrumental. Disinilah tonggak munculnya orkestra.
12 Soeharto, M. Kamus Musik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), 86.
18
Pada abad ke-17 dan awal abad-ke 18 para musisi untuk orkestra dipilih
dari orang-orang yang berbakat dan kompeten dalam instrumen tersebut.
Komposer seperti Johann Sebastian Bach memiliki kontrol penuh dalam
pemilihan sumber daya musik di kotanya. Begitu pula dengan Handel yang
hanya memperkerjakan musisi-musisi terbaik yang tersedia. Pada periode
klasik, komposer bernama Joseph Haydn, menjadi contoh komposer yang
disewa oleh bangsawan dan memiliki tugas untuk menghibur bangsawan di
istana walaupun di saat yang hampir sama seorang musisi muda yang hebat dan
berbakat yaitu Wolfgang Amadeus Mozart sedang menggelar konser dari kota
ke kota untuk memperlihatkan kehebatannya. Pada masa Klasik ini orkestra
menjadi media hiburan bagi para bangsawan namun semakin berkembangnya
fungsi musik sebagai hiburan, pertunjukan-pertunjukan musik yang
menggunakan orkestra pun juga ditampilkan di hadapan masyarakat luas di
masa itu. Orkestra mulai dipakai untuk pengiring musik dalam pertunjukan-
pertunjukan teatrikal dan opera. Begitu pula pada era romantik, orkestra juga
berkembang dalam dunia pertunjukan baik dalam pengiring pertunjukan
teatrikal, maupun pengiring instrumen solo, bahkan mulai muncul banyak
komposisi yang diperuntukkan untuk orkestra seperti simfoni.
Pada era modern, orkestra juga telah berkembang dengan keluarga
instrumen gesek. Instrumen gesek mulai berkembang dari Perancis lalu ke
Inggris dan beberapa negara di Eropa. Pada awal mula munculnya instrumen
gesek tidak terdapat metode pengelompokan, namun pada awal abad ke-17
pembagian untuk alat musik gesek di orkestra telah dibuat. Terdiri dari biola
satu, biola dua, biola alto, cello, dan kontrabas.
Instrumen-instrumen lain mulai muncul antara tahun 1680 dan 1750.
Contohnya oboe dan bassoon, lalu diikuti terompet dan horn. Saat itu para
komposer mulai menuliskan notasi untuk instrumen-intrumen tersebut,
walaupun flute masih memainkan bagian yang sama dengan oboe.
19
Perkembangan orkestra juga mendapatkan perngaruh dari para komposer.
Komposer yang berpengaruh adalah Beethoven dan Wagner. Pada paruh
pertama abad ke-19, terdapat istilah “standard complement” untuk alat tiup
kayu dan logam pada orkestra, hal ini disebabkan oleh kekuatan musik dari
Ludwig van Beethoven. Para komposer pada masa itu selalu menggunakan
flute, oboe, clarinet, bassoon, horn, dan terompet.
Perkembangan berikutnya pada Richard Wagner yang mendirikan sebuah
orkestra untuk mengiringi drama musikal. Dalam pembuatan score, Wagner
memberikan sebuah peran yang lebih dalam menuntut adanya seorang
konduktor orkestra, karena konduktor memiliki peran yang sangat penting
dalam sebuah orkestra. Hal ini membawa resolusi untuk orkestra, dan mengatur
kinerja orkestra untuk delapan puluh tahun berikutnya. Teori Wagner berpusat
pada pentingnya tempo dan dinamika, “bowing” pada alat musik gesek, dan
peran konduktor pada orkestra13
.
2. Pengertian Orkes Kamar
Chamber orchestra dalam Bahasa Indonesia disebut dengan orkes kamar.
Orkes kamar terdiri dari dua kata yaitu orkes dan kamar. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, orkes berarti kelompok pemain musik yang bermain bersama
pada seperangkat alat musiknya.14
Orkes berasal dari bahasa Perancis orchestre
yang berarti grup besar dari beberapa instrumen.15
Kata kamar (chamber) berarti sebuah ansambel musik untuk vokal dan
instrumen yang tampil pada perkumpulan kecil atau rumah.16
Kata chamber
juga dapat berarti sebuah tempat yang digunakan sebagai tempat pertunjukan
13 John Spitzer, Neal Zaslaw, “Orchestra”, The New Grove Dictionary of Music and
Musicians. Stanley Sadie ed. (London: Mac Millan Publisher Ltd, 1879), XVIII, 530. 14 Ebta Setiawan, “orkes”, Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kbbi.web.id/orkes, (diakses 11
Oktober 2016). 15 John Spitzer, 530. 16 Eva Ciabattoni, “A Short History of Chamber Music”,
https://alumni.stanford.edu/get/page.magazine/article/?article_id=36957, (diakses 11 Oktober 2016).
20
musik, berasal dari kata chambre (Perancis) yang berarti ruangan kecil. Jadi
chamber orchestra atau orkes kamar dapat diartikan sebagai kelompok pemain
musik yang bermain bersama pada seperangkat alat musiknya di sebuah
ruangan kecil.
3. Instrumen dalam Orkes Kamar
Chamber orchestra atau orkes kamar hanya memiliki lebih kurang lima
puluh musisi yang terdaftar dengan berbagai instrumen, bahkan tidak sedikit
pula yang jauh lebih kecil jumlahnya. Orkes kamar memiliki beberapa
instrumen di dalamnya, instrumen musik yang ada didalam orkes kamar dibagi
menjadi string section, woodwind section, brass section serta percussion
section.
Pada string section, instrumen yang digunakan adalah biola yang terbagi
dalam biola satu dan biola dua, biola alto, cello dan kontrabas. Instrumen yang
paling banyak jumlahnya dalam orkestra maupun chamber orchestra adalah
string section. String section sering disebut sebagai tulang punggung orkestra.
String section dipilih menjadi bagian penting dalam sebuah orkestra karena
memiliki wilayah suara yang lebar dari biola yang dapat mencapai nada-nada
tinggi dan kontrabas yang dapat mencapai nada-nada rendah, wilayah dinamika
yang luas karena bisa memproduksi suara dari dinamika pianissimo (sangat
lembut) sampai fortissimo (sangat keras) dengan baik, dan tidak seperti
woodwind section dan brass section yang membutuhkan ruang istirahat karena
pemain membutuhkan kesempatan untuk merelaksasi bibirnya berbeda dengan
string section yang dapat memainkan instrumennya dalam jangka waktu yang
relatif lebih lama, selain itu string section dapat menghasilkan efek suara yang
beragam dengan menggunakan teknik-teknik seperti pizzicato, spiccato, dan
sebagainya17
. Seperti namanya, string yang berarti senar atau dawai, alat musik
17 Kent Kennan, 32.
21
ini menggunakan senar yang digunakan untuk menghasilkan suara dan
dimainkan dengan cara digesek dengan menggunakan alat penggesek yang
biasa disebut bow.
Woodwind section adalah salah satu bagian instrumen dalam orkestra
yang terdiri dari alat musik tiup berbahan kayu. Cirinya yaitu memiliki klep-
klep disepanjang tubuhnya yang digunakan dengan cara ditekan agar
menghasilkan nada tertentu serta menggunakan reed sebagai media untuk
membunyikannya. Dalam instrumen tiup kayu ini ada yang menggunakan
single reed atau reed tunggal dan ada juga yang menggunakan double reed
atau reed ganda. Instrumen yang termasuk dalam kelompok ini yang menjadi
bagian dalam chamber orchestra adalah flute, clarinet, oboe dan bassoon.
Orkes kamar selain memiliki instrumen tiup kayu, juga memiliki
instrumen tiup logam yang biasa disebut dengan brass section. Seperti
namanya, alat musik tiup ini terbuat dari bahan logam. Berbeda dengan tiup
kayu yang menggunakan reed sebagai media peniupnya dan memiliki klep-
klep untuk menghasilkan suara, dalam alat musik tiup logam tidak
menggunakan reed tetapi menggunakan mouthpiece yang terbuat dari logam
dan tidak memiliki klep yang banyak seperti pada instrumen tiup kayu. Pada
alat musik tiup logam ini bisa menghasilkan overtone series. Alat musik tiup
logam yang biasa digunakan dalam chamber orchestra antara lain terompet,
trombon dan french horn.
Selain instrumen-instrumen diatas, pada chamber orchestra juga
memiliki percussion section yang biasanya terdiri dari instrumen yang
dimainkan dengan cara dipukul. Percussion section yang umum digunakan
dalam chamber orchestra antara lain adalah timpani dan simbal.
22
D. Komposisi
1. Pengertian Komposisi Musik
Komposisi adalah sebuah kegiatan atau proses dari membuat musik.
Komposisi berasal dari bahasa Latin yaitu componere yang berarti menyusun
bersama.18
Komposisi musik terbagi menjadi dua yaitu musik tonal dan musik
atonal. Musik tonal adalah musik yang memiliki pusat tonalitas atau kunci.
Sedangkan musik atonal adalah musik yang tidak memiliki pusat tonalitas
atau kunci.
2. Teknik Komposisi Musik
Mengacu pada motif atau tema utama dibawah ini (gambar 1.10), berikut
beberapa contoh teknik komposisi yang digunakan untuk pengolahan motif:
Gambar 2.10 Motif atau Tema Utama
1. Repetisi
Repetisi adalah pengulangan motif atau tema asli secara utuh atau
sama persis.
2. Sekuensi
Sekuensi adalah pengulangan motif atau tema pada interval yang
berbeda secara diatonis, ada dua jenis sekuensi yaitu sekuensi naik dan
sekuensi turun.
Gambar 2.11 Sekuensi Naik
18 Stephen Blum, “Composition”, The New Grove Dictionary of Music and Musicians. Stanley
Sadie ed. (London: Mac Millan Publisher Ltd, 1879), VI, 186.
23
Gambar 2.12 Sekuensi Turun
3. Contrary Motion
Merupakan gerakan alur melodi yang berlawanan terhadap gerakan
dari motif atau tema asli.
Gambar 2.13 Contrary Motion
4. Inversi
Inversi adalah pengolahan motif atau tema dengan cara membuat
gerakan berlawanan terhadap interval tersebut. Ada dua macam inversi
yaitu inversi real dan inversi diatonis. Inversi real adalah apabila semula
nadanya bergerak naik satu sekonda mayor, maka akan dilawan dengan
pergerakan turun satu sekonda mayor sehingga memunculkan kesan seperti
perpindahan tonalitas, sedangkan inversi diatonis adalah gerakan melawan
interval nada yang menyesuaikan dengan tonalitas yang digunakan.
Gambar 2.14 Inversi Real
Gambar 2.15 Inversi Diatonis
24
5. Imitasi
Imitasi merupakan tiruan motif atau tema pada oktaf yang berbeda
(untuk komposisi vokal atau instrumen tunggal) atau pada oktaf yang sama
namun pada suara atau instrumen yang berbeda.
6. Interpolasi
Interpolasi adalah sisipan figur atau tambahan pada motif atau tema
sehingga memunculkan variasi baru.
Gambar 2.16 Interpolasi
7. Eliminasi
Eliminasi adalah pengurangan beberapa figur motif atau tema.
Gambar 2.17 Eliminasi
8. Transposisi
Transposisi adalah pengulangan motif atau tema pada tangganada
yang berbeda atau dalam karakter tonal yang berbeda, misal mayor menjadi
minor atau sebaliknya.
Gambar 2.18 Transposisi
25
9. Retrograsi
Retrograsi adalah nada semifrase kedua yaitu nada dari semifrase
pertama yang dibalik seperti cermin.
Gambar 2.19 Retrograsi
10. Permutasi
Permutasi adalah notasi dari ritme yang sama namun terletak pada
tempat yang berbeda.
Gambar 2.20 Permutasi
11. Augmentasi
Augmentasi adalah pembesaran nilai nada.
Gambar 2.21 Augmentasi
12. Diminusi
Diminusi adalah pengecilan nilai nada19
.
Gambar 2.22 Diminusi
19 Poedji Soesila, “Teknik Pengolahan Motif atau Tema”, Menggubah Lagu atau Hymne.
Lembaga Pengembangan Pesparawi. (Kabupaten Grobogan, 2012), 5-7.
26
D. Rancangan Komposisi
Komposisi movement pertama dengan tempo Allegro dimainkan dalam
tonalitas G mayor. Movement ini diawali dengan introduksi yang dimainkan oleh
semua instrumen dalam orkestra dengan menggunakan dotted rhythm yang
berfungsi untuk memberikan kesan megah. Pada bagian solis banyak
menggunakan not dengan nilai 1/16 untuk menunjukkan sisi virtuoso dari solis.
Komposisi ini menggunakan bentuk sonata form dengan sukat 4/4. Pada bagian
eksposisi terdiri dari tema 1A yang akan dimainkan oleh chamber orchestra, lalu
terdapat bridge pendek dan disambung ke tema 1A’ yang akan dimainkan oleh
solis, kemudian terdapat bagian episode yang terdapat sahut-sahutan antara solis
dan chamber orchestra, setelah itu masuk ke tema 2A yang temanya diambil dari
tema 1A yang divariasi dengan teknik permutasi, lalu dilanjutkan dengan tema 2B
yang diambil dari salah satu motif yang digunakan pada bagian episode lalu
ditutup dengan codetta. Pada bagian developmen akan mengembangkan tema 2B
dengan menggunakan beberapa teknik dalam komposisi seperti interpolasi dan
retrograsi. Bagian ini menggunakan struktur five-part rondo yaitu ABACA. Pada
bagian A tonalitas berpindah ke dominan dari G mayor yaitu D mayor, bagian B
menggunakan tonalitas dominan dari D mayor yaitu A mayor dan bagian C
menggunakan relatif minor dari D mayor yaitu B minor, semuanya terdapat sahut-
sahutan antara solis dengan chamber orchestra. Setelah itu masuk ke bagian
rekapitulasi yang semuanya kembali ke tonalitas G mayor dan terdapat cadenza
yang kembali menonjolkan sisi virtuoso solis lalu ditutup dengan coda yang
dimainkan oleh solis dan chamber orchestra secara bersamaan.
Komposisi movement kedua dengan tempo Largo dan menggunakan tonalitas
G minor yang merupakan paralel minor dari G mayor. Diawali oleh instrumen
biola alto sebagai pembawa cuplikan tema utama dan cello serta kontrabas sebagai
bass lalu disusul dengan solis yang memainkan tema utama diiringi oleh instumen
gesek. Bagian kedua ini hanya menggunakan instrumen clarinet, biola, biola alto,
cello dan kontrabas. Tidak semua instrumen yang terdapat pada movement pertama
27
dimainkan pada movement ini karena komposer menginginkan suasana yang lebih
sepi dan tenang. Pada movement ini juga terdapat tekstur polifoni untuk
menciptakan suasana dialog yang berbeda dari movement pertama. Tema utama
akan dimainkan oleh instrumen flute, biola, biola alto, cello dan clarinet secara
bersahutan. Komposisi ini menggunakan bentuk ternary form yaitu ABA’ dengan
sukat 3/4. Pada bagian B terdapat modulasi jauh ke Ab mayor dan F minor yang
kemudian kembali lagi ke tonalitas G minor. Pada bagian coda atau akhir akan
mengulang tema utama namun diakhiri dengan akor mayor (Tierce de Picardie20
).
Komposisi movement ketiga dengan tempo Allegro assai. Pada movement ini
menggunakan tonalitas yang sama seperti movement pertama. Komposisi ini
menggunakan bentuk five-part rondo form yaitu ABACA dengan sukat 4/4. Tema
utama menggunakan ritme sinkopasi dan iringan orkestra banyak menggunakan
teknik staccato untuk menimbulkan kesan ceria dan riang. Pada bagian B terdapat
modulasi ke dominan dari G mayor yaitu D mayor dan bagian C terdapat modulasi
ke relatif minor dari G mayor yaitu E minor. Pada bagian akhir, terdapat coda
untuk menutup komposisi dengan mencuplik ritme pada tema utama.
20 Tierce de Picardie adalah penggunaan akor mayor pada lagu yang menggunakan tangga
nada minor dengan menaikkan terts secara semitone pada akor tonika dari tangga nada minor tersebut.