10
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Kelas
1. Pengertian Prestasi Belajar Aqidah Akhlak
Prestasi adalah hasil belajar yang telah dicapai dari yang telah
dilakukan atau dikerjakan. Menurut Syamsul Bahri Jamarah, prestasi belajar
adalah hasil yang berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan diri
seorang sebagai akibat dari aktifitas belajar.1 Sedangkan Zainal Arifin
mengungkapkan pengertian prestasi belajar adalah hasil usaha dalam
pendidikan khususnya pengajaran.2
Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan
tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang
diperoleh dari kegiatan pembelajaran disekolah atau di perguruan tinggi yang
bersifat kognitif dan biasanya ditemukan melalui pengukuran dan penilaian.
Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimya di tunjukkan dengan nilai
tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
1 Samsul Bahri Jamarah, Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru, (Surabaya: FKIP. IKIP,
1994). hal. 45 2 Zaenal Arifin, Evaluasi Instruksional, Prisip Dan Prosedur, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1990), hal. 454
11
Berdasarkan hal tersebut, prestasi belajar siswa dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1) Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika
mengikuti dan mengerjakan tugas kegiatan pembelajaran di sekolah.
2) Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena
bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.
3) Prestasi belajar dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai
dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan
ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.3
Adapun pengertian aqidah akhlak dari segi bahasa akidah berasal dari
bahasa Arab, yaitu dari kata aqada, ya’qidu ‘aqdan. Kata ‘aqdan tersebut
menurut Ar-Raghib al-Ashfahani, ahli Kamus al-Qur’an, adalah al-jam’u bain
athraf al-sya’i yang artinya menyatukan/ mengikat dua ujung dari sesuatu.
Kata tersebut terkadang digunakan untuk ikatan yang bersifat fisik seperti
ikatan tali dan ikatan bangunan; dan terkadang digunakan untuk ikatan yang
bersifat maknawi (batin), seperti ikatan jual beli, ikatan perjanjian, ikatan
pernikahan dan sebagainya. Kata ‘aqdan ini dapat dibedakan dengan kata
rabth yang berarti ikatan, tapi yang mudah diurai, seperti ikatan rambut atau
sanggul wanita, ikatan baju dan sebagainya. Sedangkan ikatan dalam akad
3 Tulus Tu'u, Peran Disiplin Anak Pada Prilaku Dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo,
2004), hal. 75.
12
adalah ikatan yang kokoh, kuat dan tidak mudah dibuka, karena jika dibuka
atau diurai akan timbul dampak yang merugikan.4
Dengan kata lain berakidah tidak boleh setengah-setengah melainkan
harus total antara unsur hati, ucapan dan perbuatan dalam bentuk ketundukan
kepada perintah Allah dan Rasulnya. Sebagaimana dalam firman Allah :
: ۹۵﴿ النساء ﴾
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan
Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa’ : 59)5
Sedangkan akhlak adalah jamak dari khuluq yang berarti adat
kebiasaan, perangai, tabi’at, watak, adab atau sopan santun, dan agama.
Menurut para ahli masa lalu, akhlak adalah kemampuan jiwa untuk
melahirkan suatu perbuatan secara spontan, tanpa pemikiran atau pemaksaan.
Sering pula yang dimaksud akhlak adalah semua perbuatan yang lahir atas
dorongan jiwa berupa perbuatan baik atau buruk.6
47
Abuddin Nata, Akidah Akhlak, ,( Jakarta: Dirjen Binbaga Islam, 1996 ), hal. 3. 5 Soenaryo, Dkk, Al Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Jakarta: Depag. RI., 1997),
hal.128. 6 Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak, (Yogyakarta: Belukar, 2004 ), hal. 31.
13
Pada hakikatnya akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah
meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian, sehingga timbullah berbagai
macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan
tanpa melalui pemikiran.7
Dari pengertian prestasi belajar dan pengertian aqidah akhlak diatas
dapat disimpulan bahwa prestasi belajar aqidah akhlak siswa adalah hasil
belajar mata pelajaran aqidah akhlak yang dicapai siswa ketika mengikuti dan
mengerjakan tugas pembelajaran di sekolah terutama dinilai aspek kognitif
karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi yang dibuktikan
dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi mata
pelajaran akidah akhlak yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan
ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap
ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar
siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah
itu, khususnya ranah karsa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan
hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena
itu yang dapat dilakukan guru dalam hal ini hanya mengambil cuplikan
perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat
7Asmaraman AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), hal. 3.
14
mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang
berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.8
Jadi prestasi belajar aqidah akhlak siswa terfokus pada nilai atau angka
yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak
di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif, karena nilai ini
yang sering dinilai oleh guru untuk melihat peguasaan pengetahuan sebagai
ukuran pencapaian hasil belajar siswa. Nana Sudjana mengatakan bahwa di
antara ketiga ranah ini, yakni kognitif, afektif, psikomotorik, maka ranah
kognitiflah yang paling sering dinilai oleh para guru di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan
pengajaran.9
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Akidah Akhlak
Siswa.
Faktor faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Akidah Akhlak Siswa
siswa di antaranya adalah:
a. Faktor internal
1) Kematangan
Kita mengajarkan sesuatu materi pelajaran kepada siswa harus
sesuai dengan pertumbuhan dan kematangan siswa itu sendiri. Kita
8 Ibid, hal. 76
9 Ibid, hal. 76
15
tidak dapat mengajarkan ilmu pasti kepada anak kelas tiga sekolah
dasar, atau mengajarkan ilmu filsafat kepada anak-anak yang baru
duduk di bangku sekolah menengah pertama. Semua itu disebabkan
pertumbuhan mentalnya belum matang untuk menerima pelajaran itu.
Mengajar sesuatu baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi
telah memungkinkan yaitu potensi-potensi jasmani dan rohaninya
telah matang untuk menerima pelajaran tersebut.10
2) Intelegensi
Disamping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari
sesuatu dengan berhasil dipengaruhi pula oleh kecerdasannya.
Kenyataan menunjukkan pada kita, meskipun anak berusia 14 tahun ke
atas pada umumnya telah matang untuk belajar ilmu pasti, tetapi tidak
semua anak pandai dalam ilmu pasti. Demikian pula dalam
mempelajari mata pelajaran akidah akhlak.
3) Latihan atau Ulangan
Karena seringkali latihan, maka kecakapan dan pengetahuan
yang dimilikinya dapat menjadi semakin dikuasai dan makin
mendalam. Sebaliknya, tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang
dimilikinya dapat menjadi hilang atau berkurang.
10
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), hlm.
102
16
4) Motifasi
Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk
melakukan sesuatu. Motif intrinsik dapat mendorong seseorang
sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu
pengetahuan tertentu. Tidak mungkin seseorang mau berusaha
mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya, jika ia tidak mengetahui
betapa penting dan faedahnya hasil yang akan dicapai dari belajarnya
itu bagi diriya.
5) Sifat-Sifat Pribadi Seseorang
Faktor pribadi seseorang turut pula memegang peranan dalam
mencapai prestasi belajar. Tiap orang memiliki sifat pribadi yang
berbeda. Ada orang yang memiliki sifat keras hati, berkemauan keras,
tekun dalam segala hal usahanya, halus perasaannya, dan ada pula
yang sebaliknya. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang itu
sedikit banyak turut mempengaruhi sampai di manakah hasil
belajarnya dapat dicapai.11
6) Bakat
Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang
dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisannya dari orang
tua. Bakat-bakat yang dimiliki siswa tesebut apabila diberi kesempatan
11
Ibid, hlm. 103
17
dikembangkan dalam pembelajaran, akan dapat mencapai prestasi
tinggi dibidang ilmu yang dipelajarinya.
7) Minat
Minat adalah kencenderungan yang besar terhadap sesuatu.
Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti
terhadap sesuatu. Oleh karena itu, seseorang siswa harus menaruh
minat dan perhatian yang tinggi dalam proses pembelajaran disekolah.
Dengan minat dan perhatian yang tinggi, kita boleh yakin akan
berhasil dalam pembelajaran.12
8) Faktor Kesehatan dan Kondisi Badan
Kesehatan peserta didik pula turut mempengaruhi berhasil
tidaknya ia dalam mempelajari sesuatu.13
Sakit flu yang ringan saja
bisa membuat belajar ataupun mengerjakan soal yang tidak
konsentrasi apalagi sakit yang lebih berat. Sebaliknya, siswa yang
sehat bisa lebih tenang dan konsentrasi dalam belajar maupun
mengerjakan soal.
9) Faktor Cara Belajar
Keberhasilan studi siswa dipengaruhi juga oleh cara belajar
siswa. Cara belajar yang efesien memungkinkan mencapai prestasi
12
Tulus Tu'u, op.cit., hlm. 80 13
Ngalim Purwanto op. cit., hlm. 104
18
lebih tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efesien. Cara
belajar yang efesien sebagai berkut.
1) Berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar
2) Segera mempelajari kembali bahan yang telah diterima.
3) Membaca dengan teliti dengan baik bahan yang sedang dipelajari,
dan berusaha menguasainya dengan sebaik-baiknya.
4) Mencoba menyelesaikan dan melatih mengerjakan soal-soal.14
b. Faktor eksternal yakni: kondisi lingkungan di sekitar siswa yang meliputi:
1) Keadaan Keluarga
Ada keluarga yang miskin, ada pula keluarga yang kaya. Ada
keluarga yang selalu diliputi oleh suasana tentram dan damai; ada pula
yang sebaliknya. Ada keluarga yang terdiri dari ayah ibu yang
terpelajar, dan ada pula yang kurang pengetahuan. Ada keluarga yang
mempunyai cita-cita tinggi bagi anaknya, ada pula yang biasa saja.
Suasana keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut
menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar yang dialami dan
dicapai oleh anak-anak.15
Termasuk dalam keluarga ini, ada tidaknya
atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar
turut memegang peranan penting pula.
14
Loc. cit., hlm. 80 15
Ngalim Purwanto Loc. cit., hlm. 104
19
2) Guru dan Cara Mengajar
Dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarkannya
merupakan faktor yang penting pula. Guru adalah tenaga pendidik
yang memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik di
sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang
profesinya dengan keilmuan yang dimiliki, dia dapat menjadikan anak
didik menjadi cerdas, guru dengan keprofesionalannya akan
mengantarkan peserta didik menuju prestasi16
.
Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya
pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu
mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya, turut menentukan
bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai siswa.17
Termasuk juga
ketepatan dalam menentukan media, metode, model atau strategi
pembelajaran, serta pendekatan yang digunakan. 18
3) Alat Pelajaran
Faktor guru dan cara mengajarnya, tidak dapat kita lepaskan
dari ada tidaknya, cukup tidaknya alat-alat pelajaran yang tersedia di
sekolah. Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan
yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang
16
Op.cit, hlm .126 17
Loc. cit hlm. 104 18
Ibid, hlm. 131
20
baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat
itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak.19
4) Motivasi Sosial
Karena belajar itu adalah suatu proses yang timbul dari dalam,
maka faktor motivasi memegang peranan pula. Jika guru atau orang
tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak, maka
timbullah dalam diri. anak tersebut dorongan dan hasrat untuk belajar
lebih baik. Anak dapat menyadari apa gunanya belajar dan apa tujuan
yang hendak dicapai dengan pelajaran itu, jika diberi perangsang,
diberi motivasi yang baik dan sesuai.20
Motivasi sosial dapat pula
timbul pada anak dari orang-orang sekitarnya, seperti dari tetangga-
tetangganya, sanak saudara yang berdekatan dengan anak-anak
tersebut, teman sepermainannya, teman sekolahnya dan lain-lain.
5) Lingkungan dan Kesempatan.
Seorang anak dari keluarga yang baik, memiliki intelijen yang
baik, bersekolah di sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alat
belajarnya baik, belum tentu pula dapat belajar dengan baik. Masih
ada faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Misalnya
karena jarak antara rumah dan sekolah sangat jauh, memerlukan
perjalanan yang cukup lama sehingga melelahkan.
19
Ngalim Purwanto op.cit. 105 20
Ibid, hlm. 105
21
Banyak pula anak-anak yang tidak dapat belajar dengan hasil
baik dan tidak dapat mempertinggi belajarnya, akibat tidak adanya
kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan tiap hari,
pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-faktor lain di
luar kemampuannya. 21
6) Bahan dan alat evaluasi.
Bahan evalusi adalah suatu bahan yang terdapat dalam
kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna untuk
kepentingan ulangan/evaluasi22
. Alat evaluasi yang dimaksud di sini
adalah test soal untuk mengetahui penguasaan materi yang telah
dipelajari. Yang mempengaruhi prestasi belajar di sini adalah validitas
dan reabilitas data dari evaluasi.
7) Suasana evaluasi
Faktor suasana evaluasi juga turut mempengaruhi prestasi
siswa pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan didalam kelas, tapi
tidak menutup kemungkinan pelaksanaan evaluasi dilaksanakan diluar
kelas. Jumlah dan ketenangan suasana juga mempengaruhi
keberhasilan /prestasi belajar23
.
21
Ibid, hlm. 105 22
Saiful Bahri Djamarah, et.al., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
hlm.131 23
Ibid hlm. 133
22
Terkadang ada pengawas yang membiarkan anak didik
melakukan kerjasama/nyontek di antara anak didik pengawas seolah-
olah tidak tahu apa-apa, suasana seperti itu juga akan mempengaruhi
keobyektifan penilaian prestasi, disadari atau tidak hal ini akan
merugikan anak didik, mereka merasa diperlakukan secara tidak adil,
karena hal yang seperti ini menjadikan anak kecewa dan malas untuk
belajar, mereka berkata kenapa harus belajar kalau nyontek dan
kerjasama saja diperbolehkan. Selain itu malas belajar juga berakibat
enggan mendengarkan penjelasan guru saat pengajaran dilaksanakan
belajar
8) Faktor Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang dicapai
dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses
belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan
tujuan pengajaran. Tujuan pembelajaran khusus atau yang sekarang ini
disebut dengan kompetensi dasar memiliki syarat-syarat antara lain:
a. Secara spesifik menyatakan perilaku yang akan dicapai.
b. Membatasi dalam keadaan perubahan perilaku yang diharapkan.
c. Secara spesifik menyatakan kriteria perubahan perilaku yang
menggambarkan standar miniml sebagai hasil yang dicapai.24
24
Ibid, hlm. 12
23
Sedikit banyaknya perumusan tujuan akan mempengaruhi
kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru. Jika kegiatan
pengajaran tidak sesuai dengan tujuan maka pembelajaran dikatakan
gagal. dan jika kegiatan pengajaran sejalur dengan tujuan maka
pembelajaran akan berhasil.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas X SMA Islam Al
Hikmah
Pelajaran aqidah akhlak di madrasah tsanawiyah berisi bahan pelajaran
yang dapat mengarahkan pada pencapaian kemampuan dasar peserta didik
untuk dapat memahami rukun iman secara ilmiah serta pengamalan dan
pembiasaan berakhlak islami, untuk dapat dijadikan landasan perilaku dalam
kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan
berikutnya. Ruang lingkup pelajaran aqidah dan akhlak meliputi :
a. Aspek Aqidah
Aspek Aqidah ini meliputi sub-sub aspek meningkatkan keimanan
kepada Allah melalui pemahaman sifat-sifatNya dalam asmaul husna.
Diantaranya menyebutkan 10 sifat Allah dalam asmaul husna,
menjelaskan arti 10 sifat Allah dalam asmaul husna dan menampilkan
perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap 10 sifat Allah dalam
Asmaul Husna.
24
b. Aspek Akhlak
Aspek akhlak yang meliputi; membiasakan perilaku terpuji yang
meliputi sub bab menyebutkan pengertian perilaku husnuzhan,
menyebutkan contoh-contoh perilaku husnuzhan terhadap Allah, diri
sendiri dan sesama manusia, membiasakan perilaku husnuzhan dalam
kehidupan sehari-hari
c. Aspek Keteladanan
Aspek kisah keteladanan yang meliputi mengapresiasi dan
meneladani sifat dan perilaku sahabat utama Rasulullah SAW dengan
landasan argumen yang kuat.25
4. Dasar dan Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas X SMA Islam
Al Hikmah
Akidah islamiyah adalah salah satu bagian dari ajaran Islam. Karena
ajaran islam dasarnya Al-Qur’an dan al-Sunnah, maka akidah akhlak dasarnya
juga adalah Al-Qur’an dan al-Sunnah. Adapun yang dimaksud dengan dasar
di sini adalah sumber, di mana uraian tentang aqidah akhlak itu diambil dari
al-Qur’an dan al-Sunnah, serta pendapat para ulama yang berkompeten di
bidang itu.
Pendidikan akhlak sebagai usaha penting yang dilakukan umat Islam,
harus memiliki rujukan yang menjadi dasar keteguhan dalam merealisasikan
25
Ibid, hal. 23.
25
tujuan hidup manusia. Dasar pendidikan tidak dapat dipisahkan dari dasar
kehidupan manusia yang hakiki. Di mana umat Islam memiliki dua pedoman
kehidupan yang bersumber dari Allah SWT dan Rasul-Nya, yakni Al-Qur’an
dan Al-Hadits. Jadi dasar pendidikan akhlak adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia, di dalamnya memuat
berbagai masalah kehidupan manusia. Di antaranya bagaimana mendidik dan
membina manusia agar berakhlak mulia. Firman Allah SWT :
Dan kamu sesunguhnya benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS.
Al-Qalam : 4).26
Dengan akhlak yang agung dan mulia Rasulullah dijadikan suri
tauladan dan contoh bagi umatnya yang baik. Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang
baik” (QS. Al-Ahzab : 21).27
Dalil kedua ayat di atas dapat diketahui bahwa Rasulullah SAW adalah
sebagai suri tauladan bagi seluruh manusia. Untuk itu bagi umatnya
26
Soenarjo, Op.cit., hal. 960. 27
Ibid, hal. 670.
26
diharapkan untuk mencontoh perbuatan atau tingkah laku yang amat mulia
tersebut.
Adapun Al-Hadits adalah sebagai sumber dan pedoman umat Islam
setelah Al-Qur’an, juga di dalamnya banyak menyangkut tentang pendidikan
akhlak. Hal ini dapat dilihat bahwa diutusnya Rasulullah adalah untuk
menyempurnakan akhlak manusia, sebagaimana sabdanya :
28
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan budi
pekerti yang luhur” (HR. Ahmad)
Sedangkan tujuan mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah untuk
menanamkan dan meningkatkan keimanan siswa serta meningkatkan
kesadaran untuk berakhlak mulia. Sehingga mereka menjadi muslim yang
selalu meningkat keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Untuk
mencapai tujuan tersebut siswa diharapkan dapat memiliki kompetensi
sebagai berikut :
a. Siswa menyakini Allah melalui pemahaman terhadap sifat-sifat-Nya yang
wajib dan mustahil.
b. Siswa memahami dan meyakini kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada
para utusan-Nya.
28
Abu Dawud, Sulaiman Bin Al-Sajistani, Al-Hadits, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), hal 202.
27
c. Siswa memahami dan meyakini adanya Mu’jizat Allah yang diturunkan
kepada Rasul dan mengakui kejadian luar biasa yang diturUnkan kepada
selain Rasul.
d. Siswa memahami dan meyakini hari akhir dan alam ghaib yang
berhubungan dengan hari akhir melalui kisah dan amtsal.
e. Siswa berakhlak mulai dan menghindari akhlak tercela kepada Allah.
f. Siswa berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela terhadap
lingkungan sosial, flora dan fauna.
g. Siswa mampu mengklarifikasi dan menghayati akibat-akibat akhlak mulia
dan atau akhlak tercela terhadap lingkungan sosial, flora dan fauna.
h. Siswa memahami dan meneladani akhlak para Rasul Ulul Azmi, sahabat
Nabi, Ulama pewaris Nabi dan Ulil Amri.29
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran aqidah
akhlak betujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta
didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta
didik tentang aqidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya
kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
29
Depag. RI, Kegiatan Pembelajaran Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah, (Jakarta: Dirjen
Binbaga Islam, 2003), hal. 2.
28
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.30
B. Perilaku Siswa Kelas X SMA Islam Al Hikmah
1. Pengertian Perilaku siswa
Sebenarnya pengertian perilaku tidak berbeda dengan akhlak yang
berarti budi pakerti, perangai, tingkah laku, tabiat.31
Jadi yang dimaksud perilaku siswa adalah budi pakerti, perangai,
tingkah laku dan tabiat yang berkaitan dengan kepercayaan kepada Tuhan
dengan acara kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan itu.
Mengingat sangat kompleknya perilaku siswa, sehingga penulis
membatasi pada: akhlak anak pada orang tua, ahlak anak pada guru dan ahlak
anak pada sesamannya.
2. Ruang Lingkup Perilaku siswa
Ruang lingkup dari perilaku siswa sebenarnya akhlak, antara lain:
pertama, akhlak anak kepada orang tua, kedua, akhlak anak kepada guru,
meliputi manghormati dan berbakti kepada guru, ketiga, akhlak anak kepada
sesamannya, meliputi berbuat baik kepada sesamanya.
30
Depag. RI, Standart Kurikulum Akidah Akhlak Madrasah Aliyah, op.cit, hal. 22. 31
H. Ya’kub, Etika Islam, (Bandung: Diponorogo. 1983), hlm. 29.
29
a. Ahlak Kepada Orang Tua
Akhlak kepada orang tua diwujudkan dalam bentuk berbakti
kepadanya. Berbakti kepada orang tua adalah merupakan kewajiban bagi
tiap-tiap anak. Dan itu merupakan amal yang paling disukai Allah, karena
begitu besar jasa dan kasih sayangnya kepada kita.
Berbakti kepada orang tua atau “Birrul Walidain” adalah “berbuat
baik kepada orang tua, menunaikan hak dan kewajibannya dan mentaati
keduannya, melakukan hal-hal yang membuat mereka senang dan
menjauhi berbuat buruk terhadap mereka”.32
Kewajiban berbuat baik
kepada orang tua adalah sangat penting, karena besarnya jasa mereka
berdua dalam mengasuh dan membesarkan, dan melihat serta
memperhatikan perintah Allah SWT tentang kewajiban ini selalu
dirangkaikan dengan perintah shalat. Hal ini karena sangat tinggi nilai
dan jasanya orang tua. Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa’ ayat
36 :
“Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kalian
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah
kepada ibu bapak….”(QS. An-Nisa’ : 36)33
32
Ahmad Isya asyur, Kewajiban dan Hak Ibu, Ayah dan Anak, Terj. Bahrun Bakar,
Penyunting MD. Dahlan.et.al, (Bandung: Diponegoro, 1985), hlm. 16. 33
Soenajo, Dkk, op.cit, hlm. 123.
30
Begitu besar dan perjuangan dan jasa orang tua sehingga al- Qur’an
banyak memperingatkan untuk berbakti kepadanya.
b. Akhlak Kepada Guru
Akhlak kepada guru adalah mengormati dan berbakti kepadanya.
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, begitu mulia jasa beliau dalam
ikut serta mencerdaskan kehidupan anak-anak didiknya. Karena itu Imam
Ghazali, sebagaimana dikutip Zainudin, berkata :
“Apabila anak itu dibiasakan untuk mengamalkan apa-apa yang
baik, diberi pendidikan ke arah itu, pastilah ia akan tumbuh di atas
kebaikan tadi akibat positifnya ia akan selamat sentosa di dunia
dan akhirat. Kedua orang tuanya dan semua pendidik, pengajar
serta pengasuhnya ikut serta memperoleh pahalanya. Sebaiknya
jika anak itu sejak kecil sudah dibiasakan mengerjakan keburukan
dan dibiarkan begitu saja tanpa dihiraukan pendidikan dan
pengajaranya, yakni sebagai halnya seorang yang memelihara
binatang, maka akibatnya anak itupun akan celaka dan rusak
binasa akhlaknya, sedangkan yang utama itulah dipikul kepada
orang (orang tua, pendidik) yang bertanggung jawab untuk
memelihara dan mengasuhnya”.34
Guru adalah “mulia” karena jasanya, sehingga ia banyak
mempunyai sifat-sifat seperti :
a. Zuhud artinya tidak mengutamakan materi dan mengajar karena
mencari keridloan Allah semata.
b. Berjiwa bersih.
c. Ikhlas dalam bekerja.
d. Pemaaf.
34
Zainudin et.al, Seluk-Seluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm.
104.
31
e. Seorang guru merupakan seorang bapak sebelum ia guru.
f. Mengetahui tabiat murid.
g. Menguasai mata pelajaran.35
Karena guru adalah merupakan “Spiritual Father” atau Bapak
Rohani bagi anak-anaknya (murid-murid) tentu memiliki sifat-sifat
seperti tersebut diatas. Dengan begitu tinggi dan mulianya seorang guru.
Maka dari itu anak-anak diharapkan dapat memenuhi atau melaksanakan
kewajibannya terhadap kemuliaan dan besarnya jasa guru, yaitu antara
lain:
a. Selalu membersihkan jiwa sebelum belajar.
b. Selalu mendekatkan diri kepada Allah.
c. Bersedia mencari ilmu dengan penuh pengorbanan.
d. Selalu menghormati dan memuliakan gurunya.
e. Tidak boleh menipu dan membuka aib gurunya.
f. Bersungguh-sungguh dan tekun dalam belajar.
g. Harus saling mencintai dan senang akan persaudaraan.
h. Harus selalu memberi salam kepada gurunya.
i. Tidak boleh meremehkan pemberian guru.36
35
M. Athiyah Al Ibrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1990), hlm. 138.
36
Ibid., hlm. 148-149.
32
Maka dengan demikian wajiblah bagi seorang murid mengormati
dan berbakti kepada gurunya, mengagungkan dan selalu hormat serta
rendah hati (Tawadlu’) dalam segala perbuatanya, dalam rangka melihat
dan berhutang budi akan jasa dan kemuliaan sifat-sifatnya.
c. Akhlak Kepada Sesama
Akhlak kepada sesamanya diwujudkan dalam bentuk berbuat baik
terhadap sesamanya. Didasari bersama bahwa manusia itu adalah
makhluk sosial, di samping makhluk individu, sehingga berbuat baik
kepada sesama adalah merupakan salah satu kewajiban.
Dalam Islam bermasyarakat diatur sedemikian rupa, bagaimana
cara seorang berhubungan dengan sesama dan masyarakat lainya,
sehingga tercipta kondisi yang harmonis dalam pergaulan sehari-hari.
Cara-cara tersebut antara lain dalam surat Al-Hujurat ayat 11-12
disebutkan tentang tata cara bermasyarakat :
33
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka
(yang diolok-olokkan) lebik baik dari mereka (yang mengolok-
olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-
wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olok)
lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu
panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, seburuk-
buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barang siapa yang tidak bertaubat, maka itulah orang-orang
dzalim.“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah
dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian bagian yang
lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati?. maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
maha menerima taubat lagi maha penyayang”. (QS. Al-Hujurat
11-12).37
Dengan demikian jelaslah bahwa bermasyarakat itu penting penting
bagi kehidupan manusia di dunia, karena dengan kehidupan masyarakat
yang baik kita senantiasa akan sukses dalam kehidupan, terutama dalam
keluarga yang dengan kata lain apabila keluarga yang satu dengan
keluarga yang lain dapat berhubungan dengan baik, maka sudah tentu
keluarga itu akan sejahtera dan harmonis. Dan yang ini semua merupakan
harapan setiap keluarga.
37
Soenarjo, Dkk, op.cit,, hlm. 847.
34
3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku siswa
Manusia adalah makhluk hidup yang paling sempurna bila
dibandingkan dengan yang lainnya, karena didalam diri manusia terdapat
kemampuan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, ia mempunyai akal sebagai
pembeda dengan makhluk yang lain.
Akibat dari adanya kemampuan inilah manusia mengalami
perkembangan dan perubahan baik dalam segi psikologis maupun fisiologis.
Perubahan yang terjadi pada diri manusia akhirnya akan menimbulkan
perubahan terhadap perkembangan pribadi manusia atau tingkah lakunya
dimana perkembangan perilaku manusia ini dipengaruhi oleh banyak faktor.
Dalam hal ini Kurt Lewin berpendapat sebagaimana yang dikemukakan oleh
Jalaludin Rahmat bahwa :
“Perilaku manusia bukan sekedar respon pada stimulasi, tetapi produk
dari berbagai gaya yang mempengaruhi secara spontan, gaya
psikologis yang mempengaruhi manusia disebut sebagai ruang hayat.
Dan ruang hayat ini adalah totalitas realitas psikologis yang
mempengaruhi tingkah laku individu pada suatu saat. Dengan kata
lain, tingkah laku adalah fungsi daripada ruang hidup hasil interaksi
antara pribadi dan lingkungan psikologis.” 38
Sedangkan menurut Patty, mengemukakan bahwa “faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkah laku itu banyak dan bermacam-macam, maka tingkah
laku individu yang diakibatkanpun bermacam-macam. Akan tetapi secara
38
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Rosda Karya, 1991), hlm. 78.
35
umum yang mengakibatkan manusia saling berbeda adalah faktor hereditas
dan lingkungan.”39
Dari pendapat tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
perkembangan serta perubahan perilaku manusia itu pada prinsipnya
dipengaruhi dua faktor yaitu :
a. Faktor Intern
Yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri
atau faktor personal. Sedang faktor personal itu adalah faktor yang timbul
dari dalam diri individu.40
Faktor personal terdiri dari dua macam faktor yaitu :
1) Faktor Biologis
Manusia sebagai makhluk biologis membutuhkan makanan,
beristirahat, juga perlindungan dengan lawan jenis untuk kegiatan
reproduksi.
2) Faktor Sosiologis
Manusia sebagai makhluk sosial selalu mengadakan hubungan
dan membutuhkan orang lain dalam hidupnya.
b. Faktor Ekstern
Manusia juga dipengaruhi oleh faktor dari luar, misalnya
pengalaman pada masa kecil, khususnya dari lingkungan keluarga dengan
39
Patty, Pengantar Psikologi Umum, (Bandung: Rineka Cipta, 1992), hlm. 34. 40
Jalaludin Rahmat, op.cit., hlm. 34.
36
cara orang tua mempengaruhi anak, pengaruh kelas sosial, berbagai
lembaga sosial anak dan berbagai kelompok teman.41
Faktor-faktor tersebut antara lain :
1) Lingkungan Keluarga
Faktor ini yang mempengaruhi peranan adalah orang tua, sebab
orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan
anaknya, keluarga sebagai persekutuan terkecil dari masyarakat yang
mempunyai pergaulan khusus. Sehingga Islam memandang keluarga
bukan sekedar persekutuan terkecil dalam masyarakat, lebih dari itu
keluarga dapat memberi warna hidup bahagia dunia akhirat. Dan
melalui suasana keluarga yang telah membiasakan diri melakukan
perbuatan-perbuatan yang tercela, anak akan tumbuh dengan wajar dan
akan terjelma suatu keserasian dalam keluarga. Karena pengaruh
keluarga akan membekas sekali bukan hanya pada pribadi anak tetapi
juga dalam sikap dan Perilaku keagamaan anak.
2) Lingkungan Masyarakat
Faktor ini tidak kalah pentingnya dalam pribadi anak, karena
dalam masyarakat berkembang berbagai organisasi sosial, ekonomi,
agama, kebudayaan dan sebagaimana yang mempengaruhi arah
perkembangan hidup khususnya yang menyangkut sikap dan tingkah
laku. Menurut M. Arifin, “kebudayaan sangat berpengaruh terhadap
pembentukan kepribadian anak, karena dalam kebudayaan itu terdapat
41
Ustman Najati et.al, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung: Balai Pustaka, 1981), hlm. 241.
37
norma dan nilai-nilai yang mengatur tingkah laku manusia dalam
masyarakat.” 42
Kepribadian tidak lepas dari nilai-nilai dan norma
kebudayaan karena hakikat kepribadian adalah susunan dari aturan
tingkah laku dalam respon yang konsisten.
3) Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lembaga yang dapat membantu pendidikan,
atau tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya
khususnya dalam bidang yang tidak dapat disampaikan oleh orang tua
dalam keluarga. Dalam lingkungan sekolah peranan guru sangat
penting untuk membina Perilaku seseorang.
Seorang guru dalam memberikan pendidikan hendaknya selalu
hati-hati dan memberikan contoh yang baik didepan anal didiknya,
larena guru kencing berdiri, murid kencing berlari, itulah pepatah Jawa
yang harus dijadikan pegangan dalam mengambil keputusan dan
tindakannya. Guru memberikan pendidikan kepada anak didiknya
mengenai berbagai masalah baik dalam bidang agama, sosial,
ekonomi, dan sebagainya. Semua pendidikan yang diterima anak akan
membuat anak tersebut lebih mengerti dan faham dan karena
pengetahuan yang diterima dalam keluarga hanya terbatas. Di mana
wawasan seseorang dapat berpengaruh terhadap segala sikap dan
Perilaku seseorang.
42
HM. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hlm. 40.
38
C. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah peneliti, belum jawaban empiric dengan data.43
Dengan melihat latar belakang dan rumusan masalah serta landasan teori
yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
- Ha : Terdapat Pengaruh Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Terhadap
Perilaku Siswa Kelas X SMA Islam Al Hikmah Mayong Jepara
Tahun Pelajaran 2016/2017.
Kemudian agar penelitian ini tidak membuat penulis terpengaruh atau
terjadi kerancuan dan ada kejelasan dalam perumusan hipotesis, maka penulis
mencantumkan hipotesis nol atau nihilnya, sebagai berikut:
- Ho : Tidak terdapat Pengaruh Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Terhadap
Perilaku Siswa Kelas X SMA Islam Al Hikmah Mayong Jepara
Tahun Pelajaran 2016/2017.
43
Sugiyono, Meetode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 117.