7
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Penjualan
II.1.1 Definisi Penjualan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia sebagai berikut :
Penjualan adalah Peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah kewajiban
suatu badan usaha yang timbul dari penyerahan barang dagang/jasa atau aktivitas
lainnya didalam suatu periode.
Menurut Leny Sulistiyowati (2010:270) penjualan adalah :
“Pendapatan yang berasal dari penjualan produk perusahaan, disajikan setelah
dikurangi potongan penjualan dan retur penjualan.”
Menurut Arief Sugiono, Yanuar Nanok Soenarno dan Synthia Madya
Kusumawati (2010:133) :
“ Penjualan bersih merupakan selisih antara penjualan baik yang dilakukan secara
tunai maupun kredit dengan retur penjualan dan potongan penjualan.”
8
Penjualan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Penjualan kredit, yaitu penjualan yang pembayaran dilakukan di kemudian hari
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan setelah barang diterima oleh customer.
Penjualan kredit inilah yang menimbulkan piutang dagang, sehingga penjualan
tidak dapat dipisahkan dari timbulnya piutang usaha.
2. Penjualan tunai, yaitu penjualan yang pembayarannya dilakukan secara langsung
saat terjadinya transaksi.
II.2 Piutang
II.2.1 Definisi Piutang
Dalam perusahaan penjualan tidak selalu mendapatkan uang kas dari hasil
penjualan, karena ada saatnya perusahaan juga melakukan penjualan secara kredit. Dari
penjualan kredit inilah kemudian akan menimbulkan piutang usaha.
Menurut Wibowo dan Abu Bakar dalam buku Pengantar Akuntansi I (2008:132),
pengertian piutang adalah :
Piutang (Receivable) pengertian klaim terhadap sejumlah uang yang diharapkan
diperoleh pada masa yang akan datang.
Menurut PSAK no.9 :
Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau
penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha dan
9
lain-lain yang diharapkan tertagih dalam satu atau siklus usaha normal diklasifikasikan
sebagai aktiva lancar.
II.2.2 Klasifikasi Piutang
Menurut Warren (2008:43), pada umumnya piutang diklasifikasikan menjadi :
1. Piutang dagang
Piutang dagang adalah jumlah piutang dari pelanggan yang terjadi karena
penjualan barang atau jasa. Umumnya piutang dagang memiliki jangka waktu
sekitar 30-60 hari untuk pelunasan. Dokumen penjualan piutang dagang biasanya
seperti : faktur penjualan,invoice dan delivery order.
2. Piutang wesel
Piutang wesel merupakan surat pernyataan berhutang atau pelunasan secara
tertulis. Wesel tagih diklaim sebagai instrument formal terjadinya kredit sebagai
bukti adanya hutang debitur kepada perusahaan. Wesel tagih memiliki jangka
waktu sekitar 60-90 hari untuk pelunasan. Piutang wesel timbul karena adanya
penjualan,pembelian dan transaksi lainnya.
3. Piutang lainnya
Piutang lainnya bukan berasal dari perdagangan seperti : piutang bunga, piutang
karyawan dan piutang deviden. Biasanya piutang seperti ini belum tentu
memiliki tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan.
10
Cara lain untuk mengklasifikasikan piutang dengan cara menghubungkan dengan
tanggal jatuh tempo. Piutang yang ditanggal jatuh temponya kurang dari satu tahun
disebut sebagai piutang lancar, sedangkan piutang yang tanggal jatuh temponya diatas
satu tahun disebut piutang tidak lancar. Piutang diharapkan tertagih menjadi kas dalam
satu tahun, sedangkan yang tidak tertagih hendaknya dicantumkan dibawah aktiva
lancar.
II.2.3 Penilaian Piutang
Apabila piutang dagang telah dicacat dalam pembukuan, yang harus dilakukan
selanjutnya adalah melaporkan piutang usaha dalam neraca. Menurut prinsip akuntansi
Indonesia, piutang dagang dinilai dan dilaporkan sebesar nilai kas yang bisa direalisasi
yaitu nilai kas bersih yang diharapkan akan diperoleh pada masa yang akan datang.
Penjualan kredit disamping mendatang keuntungan, juga bisa membawa kerugian bagi
perusahaan. Penjualan secara kredit akan menguntungkan perusahaan karena lebih
menarik bagi calon pembelian sehingga volume penjualan meningkat yang berarti
menaikkan pendapatan perusahaan. Apabila pihak debitur tidak mampu melaksanakan
kewajibannya maka dari pihak penjualan secara kredit seringkali mendatangkan
kerugian. Kerugian semacam itu dalam dunia usaha dianggap sebagai hal yang normal
dan merupakan resiko yang selayaknya ditanggung oleh perusahaan yang melakukan
penjualan kredit. Kerugian piutang yang terlalu rendah memberi petunjuk bahwa
kebijakan kredit perusahaan terlalu ketat, sebaiknya kerugian piutang yang terlalu tinggi
dapat diartikan bahwa kebijakan kredit perusahaan terlalu longgar. Dua metode
penghapusan piutang yaitu :
11
1. Metode Penghapusan Langsung
Jumlah piutang merupakan bagian yang relatif kecil dari total aktivitas lancar.
Dalam hal demikian lebih baik menangguhkan pengakuan atas ketidaktertagihan
sampai periode yang jumlah tersebut dianggap tidak berharga dan benar-benar
dihapuskan sebagai beban.
2. Metode penyisihan
Nilai yang dapat direalisasi merupakan nilai piutang dikurangi dengan estimasi
penyisihan piutang tak tertagih. Terdapat dua pendekatan melalui estimasi
penyisihan piutang tak tertagih :
a. Pendekatan Laba Rugi
Estimasi penyisihan piutang tak tertagih dihitung dengan cara mengalikan
persentase tertentu dengan penjualan kredit tahun berjalan.
Penyisihan piutang tak tertagih = % x penjualan kredit.
b. Pendekatan Neraca
Estimasi penyisihan piutang tak tertagih dihitung berdasarkan saldo piutang
dan berdasarkan analisis piutang.
12
II.3 Internal Audit
II.3.1 Pengertian Internal Audit
Menurut Lawrence B.Sawyer (2005:6) mengemukakan definisi internal audit
yaitu :
Internal auditing is a systematic,objective appraisal by internal auditor of the diverse
operating and controls within organization to determine whether (1) financial and
operating information is accurate and reliable, (2)external regulation and acceptable
internal polices and procedures are followed, (3) resources are used efficienly and
economically.
Secara umum audit internal adalah istilah secara keseluruhan yang mencakup
segala bentuk kegiatan penilaian kembali yang dilakukan oleh auditor untuk didalam
organisasi, definisi ini mencakup kesempatan maupun tanggungjawab yang dapat
memperluas wawasan auditor.
II.3.2 Fungsi Internal Audit
Audit internal berfungsi sebagai pemeriksaan dan penilaian struktur
pengendalian dan efisiensi dari unit kerja dan usaha perusahaan. Temuan auditor
dilaporkan kepada dewan direksi atau manajemen. Auditor internal bertugas untuk
menentukan apalah tiap unit kerja telah memiliki pengertian yang jelas mengenai tugas
yang dibebankan dan memiliki kerjasama antara unit kerja serta melaksanakan fungsi
tujuan secara efektif dan efisien.
13
II.4 Pemeriksaan Secara Umum
II.4.1 Definisi Audit
Menurut Arens, Randal & Beasly (2008:4) mendefinisikan auditing sebagai
berikut :
Auditing is the accumulating and evaluation of evidence about information to
determine and report on the degree of correspondence between the information and
established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.
Definisi tersebut diatas memiliki kata kunci, yaitu : information and established
criteria; accumulated and evaluating evidence; competent and independent personand
reporting.”
a. Information and established criteria(informasi yang dapat diukur dan kriteria
yang telah ditetapkan)
Bahwa dalam melaksanakan suatu pemeriksaan diperlukan adanya informasi
yang dapat diukur untuk dievaluasi dan diperlukan juga criteria yang digunakan
untuk mengevaluasi informasi tersebut.
b. Accumulated and evaluating evidence (bukti yang dikumpulkan dan dievaluasi)
Pemeriksaan memerlukan adanya suatu bukti yang dikumpulkan dan dievaluasi.
Bukti adalah semua informasi yang dapat digunakan oleh pemeriksa untuk
menentukan apakah informasi terukur yang diperiksa sesuai dengan kriteria yang
telah di tetapkan.
14
c. Competene and independent person (kompetensi dan pemeriksa yang
independent)
Pemeriksa harus memiliki keahlian dan pengalaman teknis dalam bidang
pemeriksaan, memahami kriteria yang digunakan dalam pemeriksaan,
mengetahui jumlah bukti yang harus dikumpulkan untuk mendukung kesimpulan
hasil pemeriksaan.
d. Reporting (pelaporan)
Tahap akhir dari pemeriksaan adalah pelaporan hasil pemeriksaan. Pelaporan
hasil pemeriksaan dimaksudkan untuk mengkomunikasikan masalah-masalah
yang ditemui pemeriksaselama pemeriksaan, kesimpulan pemeriksa atas
masalah-masalah tersebut serta rekomendasi yang disarankan.
II.4.2 Jenis-jenis Audit
Secara umum ada tiga jenis audit, yaitu audit operasional, audit ketaatan dan
audit atas laporan keuangan.
a. Audit Operasional
Penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasional suatu
organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitas. Pada saat audit operasional
selesai auditor akan memberikan saran kepada manajemen untuk memperbaiki
jalannya operasi perusahaan.
15
b. Audit Ketaatan
Bertujuan mempertimbangkan apakah audit telah mengikuti prosedur atau aturan
tertentu yang telah ditetapkan pihakyang memiliki otoritas lebih tinggi.
c. Audit atas Laporan Keuangan
Menentukan apakah laporan keuangansecara keseluruhan yang merupakan
informasi terukur yang akan diverifikasi telah disajikan sesuai dengan kriteria-
kriteria. Sering kali audit laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis kas
atau basis akuntansi lainnya yang sesusai dengan kebutuhan organisasi yang
bersangkutan.
II.5. Pengendalian Intern
II.5.1 Definisi sistem pengendalian intern
Pengendalian intern atau sering juga disebut dengan internal control banyak
sekali definisi yang dapat ditinjau dari berbagai segi dan berbagai ahli, antaranya :
Menurut Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission
(COSO), William C.Boynton, Raymond N.Jhonson dan Walter G.Kell (2006:373)
mendefinisikan :
Sistem pengendalian internal merupakan suatu proses yang melibatkan dewan
komisaris,manajemen dan personal lain, yang dirancang untuk memberikan keyakinan
tentang pencapaian tiga tujuan berikut ini :
16
1. Efektivitas dan efisiensi operasi
Pengendalian dalam suatu organisasi adalah alat untuk mencegah kegiatan dan
pemborosan dan untuk mengurangi penggunaan sumber daya yang tidak efektif
dan efisien. Bagian terpenting dari efektifitas dan efisiensi adalah penggunaan
aktiva dan catatan aktiva fisik perusahaan yang dapat dicuri,disalahgunakan, atau
dirusak bila tidak dilindungi oleh pengendalian yang memadai.
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Banyak sekali hukum dan peraturan yang harus diikuti oleh perusahaan,
beberapa diantaranya tidak langsung berkaitan dengan akuntansi, misalnya : UU
lingkungan hidup sedangkan peraturan lain yang sangat berkaitan dengan
akuntansi UU perpajakan.
3. Keandalan pelaporan keuangan
Manajemen bertanggung jawab menyiapkan laporan keuangan bagi
investor,kreditor dan pengguna lain. Manajemen mempunyai kewajiban hukum
untuk menjamin bahwa informasi telap disiapkan sesuai dengan standar
pelaporan, yaitu prinsip akuntansi berlaku umum.
Menurut Mulyadi (2001:163) mendefinisikan pengendalian intern adalah sebagai
berikut :
Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ujuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
17
keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong di patuhinya
kebijakan manajemen.
Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) seperti
diterjemahkan oleh Zaki Baridwan, (2002:13) mendefinisikan pengendalian intern dalam
arti sebagai berikut :
Pengendalian intern meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat
yang dikoordinasikan dan digunakan didalam perusahaan dengan tujuan untuk
menjaga keamanan harta milik perusahaan memeriksa ketelitian dan kebenaran
data akuntansi, memajukan efisiensi didalam usaha, dan membantu mendorong
dipatuhinya kebijakan-kebijakan manajemen yang telah ditetapkan lebih dulu.
Menurut kamus besar Akuntansi yang dikutip oleh Ardiyos (2007:285)
menyatakan :
Sistem pengendalian intern adalah suatu sistem yang dirancangkan guna
membantu pimpinan perusahaan dengan mencegah kemungkinan terjadinya
penyelewengan, mengurangi tingkat kesalahan dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan
yang telah ditetapkan. Dengan demikian internal control sistem garis besarnya dirancang
untuk meningkatkan efisiensi mencegah dan mengungkapkan penyelewengan serta
mengawasi pengelewengan terhadap kebijaksanaan pimpinan.
II.5.2 Komponen Pengendalian Intern
Menurut Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission
(COSO), William C.Boynton, Raymond N.Johnson dan Walter G.Kell (2006:373)
18
mendefinisikan struktur pengendalian intern terdiri dari lima kategori dasar kebjikan dan
prosedur yang dirancang dan digunakan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan
memadai bahwa tujuan pengendalian dapat dipenuhi,kelima kategori tersebut adalah :
1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang
mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak, direktur, dan komisaris
serta pemilik suatu satu terhadap pengendalian dan pentingnya terhadap suatu
usaha tersebut. Untuk tujuan pemahaman dan penetapan lingkungan
pengendalian, berikut ini adalah sub elemen terpenting yang harus
dipertimbangkan oleh auditor :
a. Integritas dan nilai-nilai etika
Integritas dan nilai-nilai adalah produk dari standar etika dan prilaku entitas
dan bagaimana standar tersebut dikomunikasikan dan dijalankan dalam
praktek.
b. Struktur organisasi
Dengan memahami struktur organisasi klien, auditor dapat mempelajari
manajemen dan elemen fungsional usaha dan menaksir bagaimana kebijakan
dan prosedur yang berhubungan dengan pengendalian dilaksanakan.
19
c. Komitmen terhadap kompetensi
Komitmen terhadap kompetensi meliputi pertimbangan manajemen terhadap
tingkat kompetensi dari pekerjaan tertentu dan bagaimana tingkatan tersebut
berubah menjadi keterampilan dan pengetahuan yang disyaratkan.
d. Dewan komisaris
Komite audit biasanya dibebani tanggung jawab mengawasi proses pelaporan
keuangan, mencakup struktur pengendalian intern dan ketaan kepada undang-
undang dan peraturan.
e. Falsafah manajemen dan gaya operasi
Manajemen, melalui aktifitasnya memberikan tanda yang jelas kepada
pegawai tentang pentingnya pengendalian, sebagai contoh, apakah
manajemen bersifat pengambil resiko atau penghindar resiko.
f. Kebijakan dan prosedur kepegawaian
Karena pentingnya pegawai yang kompeten dan dapat dipercaya dalam
menyediakan pengendalian yang efektif, metode bagaimana mereka direkrut,
dan digaji merupakan bagian yang penting dari struktur pengendalian intern.
2. Penetapan resiko oleh manajemen
Penetapan resiko untuk pelaporan keuangan adalah identifikasi dan analisis oleh
manajemen atas resiko-resiko yang relevan terhadap penyiapan laporan
20
keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntasnsi yang berlaku. Auditor
menetapkan risiko untuk memutuskan bahan bukti yang dibutuhkan dalam audit.
3. Prosedur pengendalian
Aktifitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur, selain dari empat
komponen yang lain, yang dibuat manajemen untuk memenuhi tujuannya.
Banyak sekali kebijakan dan prosedur dalam suatu satuan usaha.
4. Informasi dan Komunikasi
Kegunaan system akuntansi pada suatu satuan usaha adalah untuk
mengindentifikasikan, menggabungkan, mengklasifikasikan, menganalisa,
mencatat dan melaporkan transaksi satuan usaha tersebut.
5. Pemantauan
Aktivitas pemantauan berkaitan dengan penilaian efektifitas rancangan dan
operasi struktur pengendalian intern secara periodik dan terus menerus oleh
manajemen untuk melihat apakah telah dilaksanakan dengan semestinya dan
telah diperbaiki sesuai dengan keadaan. Informasi untuk penilaian dan perbaikan
dapat berasal dari berbagai sumber meliputi studi atas struktur pengendalian
intern yang ada, laporan dari bank sentral, umpan balik dari pegawai, dan
keluhan dari pelanggan atas tagihan yang datang.
21
II.5.3 Tujuan Pengendalian Intern
Sistem pengendalian intern yang dijalankan perusahan harus ditunjukan oleh
sistem akuntansi yang baik agar sistem pengendalian intern dapat mencapai sasaran yang
menurut mulyadi (2001:163) antara lain :
1. Menjaga kekayaan organisasi
2. Mengecek keandalan data akuntansi
3. Mendorong efisiensi
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Menurut James A. Hall (2007:181), tujuan sistem pengendalian internal , yaitu :
1. Menjaga aktiva perusahaan
2. Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi
3. Mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan
4. Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang telah ditetapkan
oleh manajemen
Penerapan tujuan diatas dilakukan melalui prosedur penanganan transaksi-
transaksi kegiatan perusahaan, sebagai berikut :
a. Otorisasi, apakah transaksi telah diotorisasi oleh pemimpin, ini dapat
diwujudkan dengan suatu cara umum dengan menetapkan kebijaksanaan
yang ada hubungannya, menetapkan batas-batas investasi, daftar harga
standar dan lain-lain.
22
b. Pencatatan, transaksi harus dicatat dalam perkiraan yang semestinya pada
waktu yang tepat disertai uraian yang wajar.
c. Rekonsiliasi, rekonsiliasi secara periodik antara harga fisik dengan catatan
atau perkiraan buku besar harus dilakukan.
d. Perlindungan, harga fisik berwujud tidak boleh berada dibawah pengawasan
atau penjagaan dari mereka yang bertanggung jawab untuk fungsi
pembukuan yang berhubungan dengan itu.
II.5.4 Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern
Unsur pengendalian intern adalah penting bahwa sistem mempunyai beberapa
unsur atau sifat-sifat tertentu, yang meningkatkan kemungkinan dapat dipercayainya
data-data akuntansi serta tindakan pengamanan terhadap aktiva dan cacatan perusahaan.
Menurut Mulyadi (2001:164) unsur pokok sistem pengendalian intern adalah
sebagai berikut :
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
2. Pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan,
hutang, sistem wewenang dan prosedur pendapatan dan biaya.
3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
4. Karyawan yang mutunya sesusai dengan tanggung jawabnya.
23
Menurut Marshal B.Romney dan Paul John Steinbart (2011:195) pengendalian
intern melaksanakan tiga fungsi penting, yaitu :
1. Preventive controls
Pegendalian ini bermaksud untuk mencegah timbulnya suatu masalah sebelum
mereka muncul. Cara-cara yang dapat digunakan dalam hal ini adalah dengan
memperkerjakan personil akuntansi yang berkualitas tinggi, pemisahan tugas
pegawai yang memadai, secara efektif mengendalikan akses fisik atas asset,
fasilitas dan informasi merupakan pengendalian pencegahan yang efektif, oleh
kerena tidak semua masalah dapat dipecahkan.
2. Detective controls
Pengendalian untuk pemeriksaan ini dibutuhkan untuk mengungkapkan masalah
begitu muncul, contoh pemeriksaan atas perhitungan.
3. Corrective controls
Pengendalian korektif ini dimaksudkan untuk mencegah masalah yang
ditemukan oleh pengendalian untuk pemeriksaan. Contoh, pemeliharaan copy
cadangan atas transaksi dan file utama.
II.5.5 Keterbatasan Pengendalian Intern
Keterbatasan bawaan yang melekat pada pegendalian intern yang dikemukakan
oleh Mulyadi (2001:183) adalah sebagai berikut :
24
1. Kesalahan dalam pertimbangan
Manajemen seringkali salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang
diambil dan tugas rutin karena tidak memadai informasi dan tekanan lain.
2. Kolusi
Kolusi merupakan tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan
dan dapat mengakibatkan kebobolan pengendalian intern yang dibangun untuk
melindungi kekayaan perusahan dan tidak terungkap ketidak beresan oleh sistem
pengendalian intern yang sudah dirancang.
3. Biaya lawan manfaat
Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem pengendalian intern tidak
boleh melebihi manfaat yang akan diharapkan dari pengendalian intern tersebut,
karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak
mungkin dilakukan, manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan
dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern.
4. Gangguan
Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena
kelalaian, tidak adanya perhatian atau kelelahan. Perubahan yang bersifat
sementara atau permanent dalam proposal atau dalam sistem dan prosedur juga
dapat mengakibatkan gangguan.
25
5. Pengabaian oleh manajemen
Manajemen dapat mengakibatkan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan
untuk tujuan yang tidak sah, seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian
kondisi keuangan yang berlebihan atau kepatuhan semua.
Beberapa saran untuk mencegah terjadinya kecurangan dari Sukrisno Agoes
(2004:229)
1. Tingkatan pengendalian intern yang terdapat pada perusahaan.
2. Lakukan seleksi pegawai secara ketat gunakan psikologi dan hindari katebelece
dalam penerimaan pegawai.
3. Tingkat keandalan intern audit department, antar lain :
a. Memberikan balas jasa yang menarik.
b. Memberikan perhatian yang cukup besar terhadap laporan mereka
c. Mengharuskan internal auditor melaksanakan continuing professional
education.
4. Berikan imbalan yang memadai untuk para pegawai.
5. Lakukan rotasi jabatan dan wajibkan para pegawai untuk mempergunakan cuti
mereka.
6. Lakukan pembinaan rohani.
26
7. Berikan sanksi yang tegas kepada mereka yang melakukan kecurangan dan
berikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi.
8. Tumbuhkan iklim keterbukaan dalam perusahaan.
9. Manajemen harus memberikan contoh bertindak jujur, adil, dan bersih.
10. Buat kebijakan tertulis mengenai fair deadling.
II.5.6 Internal Control Audit
Menurut Robert R, Moeller (2008) langkah-langkah penting dalam audit
pengendalian intern,yaitu :
1. Merencanakan audit
2. Mengevaluasi proses penilaian manajemen
3. Mendapatkan pemahaman tentang pengendalian internal
4. Menguji dan mengevaluasi efektivitas Desain
5. Menguji dan mengevaluasi efektivitas operasi
6. Mengevaluasi kecukupan pengujian
7. Merumuskan pendapat atas pengendalian internal atas pelaporan keuangan
8. Mengeluarkan laporan pengendalian internal
9. Komunikasi temuan kepada komite audit dan manajemen
27
II.6 Sistem Pengendalian Intern Penjualan, Piutang Usaha,Penerimaan Kas
II.6.1 Pengendalian Intern Piutang Usaha
Piutang dagang adalah jumlah piutang dari pelanggan yang terjadi karena
penjualan barang atau jasa. Piutang dagang merupakan unsur penting dalam neraca
terlebih-lebih untuk jenis perusahaan dagang. Piutang muncul sebagai konsekuensi dari
penjualan kredit. Dari transaksi penjualan kredit, jika order dari pelanggan telah
dipenuhi dengan pengiriman barang atau jasa, untuk jangka waktu tertentu perusahaan
memiliki piutang kepada pelanggannya. Penjualan kredit ini ditangani oleh perusahaan
melalui sistem penjualan kredit. Fungsi pengendalian yang utama dalam pengelolaan
pesanan penjualan, pembuatan faktur dan sistem piutang adalah untuk meyakinkan
bahwa semua penjualan barang dicatat secara tepat, untuk mencegah kerugian
persediaan barang dan membuat penagihan piutang.
Unsur pengendalian intern yang diterapkan dalam sistem penjualan kredit
menurut Mulyadi (2001:221) terdiri dari organisasi,sistem otorisasi dan prosedur
pencatatan dan praktek yang sehat, penjelasan sebagai berikut :
1. Organisasi
a. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit
b. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan dan fungsi kredit.
c. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas
28
d. Transaksi penjualan kredit harus dilaksankan oleh fungsi penjualan fungsi
kredit, fungsi pengiriman, fungsi penagihan, dan fungsi akuntansi. Tidak ada
transaksi penjualan kredit yang dilaksanakan secara lengkap hanya oleh satu
fungsi tersebut
2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan. :
a. Penerimaan order dari pembeli harus diotorisasi oleh fungsi penjualan
dengan menggunakan formulir surat order pengiriman.
b. Persetujuan pemberian kredit diberikan oleh fungsi kredit dengan
membubuhkan tanda tangan pada credit copy (tembusan surat order
pengiriman).
c. Pengiriman barang pada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman
dengan cara menandatangani dan membubuhkan cap “sudah dikirim” pada
copy order surat pengiriman.
d. Terjadi piutang diotorisasi oleh fungsi penagihan dengan membubuhkan
tanda tangan pada faktur penjualan.
e. Penetapan harga jual, syarat penjualan, syarat pengangkutan barang dan
potongan penjualan berada ditangan direktur pemasaran dengan penerbitan
surat keputusan mengenai hal tersebut.
f. Pencatatan kedalam kartu piutang dan keadaan jurnal penjualan, jurnal
penerimaan kas, dan jurnal umum diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan
cara memberikan tanda tangan pada dokumen sumber.
29
g. Pencatatatn terjadi piutang didasarkan pada faktur penjualan yang didukung
dengan surat order pengiriman.
3. Praktek yang sehat
a. Surat order pengiriman bernomor surat tercetak dan pemakaiannya
dipertanggung jawabkan oleh fungsi penjualan.
b. Faktor penjualan bernomor unit tercetak dan dipertanggung jawabkan oleh
fungsi penagihan.
c. Secara periodik fungsi akuntansi mengirim pernyataan piutang kepada setiap
debitur untuk menguji ketelitian catatan piutang yang diselenggarakan oleh
fungsi tersebut.
d. Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening control
piutang dalam buku besar.
II.6.2 Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, kas merupakan aktiva lancar yang
paling liquid diantara aktiva lainnya. Karena itu diperlukan adanya pengendalian intern
yang cukup dan memadai bagi penerimaan kas untuk mencegah atau menekan
seminimal mungkin bentuk penyelewengan yang terjadi.
Setiap perusahaan pada umumnya mempunyai banyak jenis transaksi penerimaan
kas yang rutin, misalnya penerimaan pembayaran dari piutang. Selain itu ada pula
30
dijumpai penerimaan yang tidak rutin, misalnya : penerimaan dari penjualan aktiva
tetap.
Pada umumnya perusahaan dagang dan industri pada umunya penerimaan utama
kasnya berasal dari penjualan-penjualan produknya sedangkan pada perusahaan jasa
penerimaan kas utamanya berasal dari jasa yang dikeluarkan.
Unsur pengendalian internal dalam sistem penerimaan kas dari piutang, menurut
Mulyadi terdiri dari organisasi, sistem otorisasi. Dan prosedur pencatatan dan praktek
yang sehat, dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Organisasi
a. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan fungsi penerimaan
kas.
b. Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan :
a. Debitur diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas nama
atau dengan cara pemindah bukuan.
b. Fungsi penagihan melakukan penagihan hanya atas dasar daftar piutang yang
harus ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi.
c. Pengkreditan rekening pembantu piutang oleh fungsi akuntansi harus
didasarkan pada surat pemberitahuan yang berasal dari debitur.
31
3. Praktek yang sehat
a. Hasil perhitungan kas harus direkam dalam berita acara penghitungan kas
dan disetor penuh ke bank dengan segera.
b. Para penagih dan kasir harus diasuransikan.
c. Kas dalamperjalanan (baik yang ada ditangan bagian kas maupun di tangan
penagih perusahaan) harus diasuransikan.
II.6.3 Pengendalian Intern Penjualan
Penjualan adalah aktivitas yan sangat berpengaruh di dalam suatu perusahaan,
karena dari penjualan akan diperoleh pendapatan yang akan memungkinkan
mendapatkan laba guna membiayai kelangsungan hidup perusahaan.
Unsur Pengendalian intern diterapkan dalam sistem penjualan kredit menurut
Mulyadi (2001:221) terdiri dari organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, dan
praktek yang sehat dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Organisasi
a. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit.
b. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan dan fungsi kredit.
c. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas.
d. Transaksi penjualan kredit harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan,fungsi
kredit, fungsi pengiriman, fungsi penagihan, dan fungsi akuntansi. Tidak ada
32
transaksi penjualan kredit yang dilaksanakan secara lengkap hanya oleh satu
fungsi tersebut.
2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
a. Penerimaan order dari pembelian harus diotorisasi oleh fungsi penjualan
dengan menggunakan formulir surat order pengiriman.
b. Persetujuan pemberian kredit diberikan oleh fungsi kredit dengan
membubuhkan tanda tangan pada credit copy.
c. Pengiriman barang pada pelanggan di otorisasi oleh fungsi pengiriman
dengan cara menandatangani dan membubuhkan cap “sudah dikirim” pada
copy order surat pengiriman.
d. Penetapan harga jual, syarat penjualan, syarat pengangkutan barang dan
potongan penjualan berada di tangan direktur pemasaran dengan penerbitan
surat keputusan mengenai hal tersebut.
e. Terjadinya piutang di otorisasi oleh fungsi penagihan dengan membubuhkan
tanda tangan pada faktur penjualan.
f. Pencatatan ke dalam kartu piutang dan keadaan jurnal penjualan, jurnal
penerimaan kas, dan jurnal umum di otorisasi oleh fungsi akuntansi dengan
cara memberikan tanda tangan pada dokumen sumber.
g. Pencatatan terjadinya piutang didasarkan pada faktur penjualan yang
didukung dengan surat order pengiriman.
33
3. Praktik yang sehat
a. Surat order pengiriman bernomor surat tercetak dan pemakaiannya
dipertanggung jawabkan oleh fungsi penjualan.
b. Faktur penjualan bernomor unit tercetak dan pemakaiannya dipertanggung
jawabkan oleh fungsi penjualan.
c. Secara periodik fungsi akuntansi mengirimkan pernyataan piutang kepada
setiap debitur untuk menguji ketelitian catatan piutang yang diselenggarakan
oleh fungsi tersebut.
d. Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening kontrol
piutang dalam buku besar.