Download - BAB II OBAT HERBAL fix.docx
MAKALAH
PENGGUNAAN OBAT – OBAT HERBAL
Di susun oleh :
Calista S.M Advensiana R.L
Ismaul Faizah Andinna Fauziah
Niko Eka S Faisal Abdul A
Sri Wahyuningsih Rizki Setyo B.A
Kiki Okta F Wildan Firhansyah K
Heri Setiawan Bogas Muhammad A.F
Zaenal Abidin Vina Ifadha L
Fidelis Soarez R
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2015
1
KATA PENGANTAR
Assallamuallaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusunan mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas Terapi Komplementer.
Dalam penyusunan tugas dan materi, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Penggunaan Obat-
obat Herbal, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa IIK Bhakti Wiyata Kediri
S1 – Keperawatan tingkat 2. Penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu kepada dosen pembimbing penyusun meminta masukannya
demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca.
Wassallamuallaikum Wr. Wb.
Kediri, 18 Maret 2015
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................5
1.3 Tujuan....................................................................................................................................6
BAB II Pembahasan
2.1 Definisi...........................................................................................................................7
2.2 Sejarah Perkembangan...................................................................................................7
2.3 Pengaruh Obat Herbal Terhadap Kesehatan..................................................................11
2.4 Indikasi dan Kontra Indikasi Penggunaan Terapi Obat Herbal......................................12
2.5 Manfaat Obat Herbal Terhadap Masalah Kesehatan......................................................13
2.6 Teknik Mengolah Obat Herbal.......................................................................................16
2.7 Perspektif Dalam Keperawatan......................................................................................17
BAB III Penutup
Simpulan..............................................................................................................................19
Saran....................................................................................................................................19
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dewasa ini penggunaan obat tradisional/obat herbal di negara yang sedang
berkembang maupun negara maju cenderung terus meningkat. Tendensi ini mempunyai
dua dimensi penting yaitu: dimensi medic terkait dengan penggunaannya yang luas
diseluruh dunia dan dimensi ekonomi terkait dengan terciptanya nilai tambah ekonomi
yag bermanfaat bagi umat manusia. Dalam konteks ini WHO menggaris bawahi
mengenai pentingnya kerangka kerja untuk aksi bersama antara WHO dan negara
anggota dengan tujuan untuk meningkatkan peran signifikan obat herbal dalam sistem
pelayanan kesehatan.
Obat herbal Indonesia, yang dikenal sebagai JAMU, sejak berabad-abad telah
digunakan secara luas oleh bangsa Indonesia untuk memelihara kesehatan dan
mengobati penyakit. Di masa depan, pengembangan dan penggunaan obat herbal
Indonesia mesti didasarkan bukti-bukti ilmiah yang kuat, terutama melalui R&D dan
standarisasi, sehingga dapat diintegrasikan dalam sistem pelayanan kesehatan nasional.
Indonesia dikenal secara luas sebagai mega center keanekaragaman hayati
(biodiversity) terbesar ke dua setelah Brazil di dunia, yang terdiri dari tumbuhan tropis
dan biota laut. Di wilayah Indonesia terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan dan 7.000
di antaranya ditengarai memiliki khasiat sebagai obat. Kekayaan keaneka ragaman
hayati ini perlu diteliti, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk peningkatan kesehatan
maupun tujuan ekonomi, dengan tetap menjaga kelestariannya.
Obat tradisional Indonesia yang dikenal sebagai Jamu, telah digunakan secara
luas oleh masyarakat Indonesia untuk menjaga kesehatan dan mengatasi berbagai
penyakit sejak berabad-abad yang lalu jauh sebelum era Majapahit. Kedepan
pengembangan dan pemanfaatan obat bahan alam/obat herbal Indonesia ini perlu
mendapatkan substansi ilmiah yang lebih kuat, terutama melalui penelitian dan
standarisasi sehingga obat herbal Indonesia dapat diintegrasikan dalam sistem
pelayanan kesehatan nasional (WHO, 2002).
Dewasa ini penggunaan obat herbal cenderung terus meningkat, baik di negara
sedang berkembang maupun di negara-negara maju. Peningkatan penggunaan obat
herbal ini mempunyai dua dimensi penting yaitu aspek medik terkait dengan
penggunaannya yang sangat luas diseluruh dunia, dan aspek ekonomi terkait dengan
nilai tambah yang mempunyai makna pada perekonomian masyarakat.4
Obat Tradisional Cina/Traditional Chines Medicine (TCM) memiliki akar
sejarah yang jauh lebih tua dibanding dengan obat entitas kimia (chemical entity) yang
berasal dari Barat. TCM telah lebih dari 3000 tahun menjadi bagian dari budaya Cina
dan telah puluhan abad menyebar luas dibawa oleh oleh warga bangsa itu yang
merantau keseluruh penjuru dunia (Chinese Oversease). Dengan meningkatnya
globalisasi dan kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, maka
penyebaran TCM makin meluas keseluruh dunia dan terus meningkat dari tahun ke
tahun.
Dalam konteks penggunaan obat tradisional/herbal yang terus meningkat,
WHO menggaris bawahi tentang pentingnya suatu kerangka kerja (framework) untuk
aksi bersama antara WHO dan negara anggota (country member). Kerangka kerja
tersebut bertujuan agar obat tradisional/herbal dapat berperan makin besar dalam
mengurangi angka kematian dan kesakitan terutama di kalangan masyarakat yang tidak
mampu.
Strategi WHO dalam hal obat tradisional mencakup empat tujuan utama yaitu
(WHO, 2002) :
1) Mengintegrasikan secara tepat obat tradisional dalam sistem pelayanan kesehatan
nasional dengan mengembangkan dan melaksanakan kebijakan nasional obat
tradisional dengan berbagai programnya.
2) Meningkatkan keamanan (safety), khasiat dan mutu dengan memperkuat
knowledge-base obat tradisional dan regulasi dan standar jaminan mutu (quality
assurance standard).
3) Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan obat tradisional terutama untuk
masyarakat yang tidak mampu.
4) Mempromosikan penggunaan obat tradisional secara tepat oleh tenaga profesional
medik maupun oleh konsumen.
1.2 Rumusan masalah
1) Apa definisi dari obat herbal?
2) Bagaimana sejarah obat herbal?
3) Bagaimana pengaruh obat herbal terhadap kesehatan?
4) Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari obat-obatan herbal?
5) Apa saja manfaat obat-obatan herbal pada masalah kesehatan?
6) Bagaimana teknik mengolah obat herbal?
7) Bagaimana perspektif obat herbal dalam keperawatan?5
1.3 Tujuan penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan agar pembaca dapat lebih mengerti dan
memahami apa itu obat herbal, bagaimana cara mengolah obat herbal, apa saja indikasi
dan kontraindikasi dari obat-obatan herbal tersebut, dan khususnya untuk para perawat
hal ini bertujuan untuk mengetahui perspektif obat herbal dalam keperawatan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara
tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional
dibuat atau diramu dari bahan tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, sediaan sarian (galenik), atau
campuran bahan-bahan tersebut. Obat tradisional secara turun-temurun telah digunakan untuk
kesehatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh berbagai aspek
masyarakat mulai dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat bawah, karena obat tradisional
mudah didapat, harganya yang cukup terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan
dan pencegahan penyakit (Ditjen POM, 1994).Untuk meningkatkan mutu suatu obat
tradisional, maka pembuatan obat tradisional haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya
mengikutkan pengawasan menyeluruh yang bertujuan untuk menyediakan obat tradisional
yang senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku. Keamanan dan mutu obat tradisional
tergantung dari bahan baku, bangunan, prosedur, dan pelaksanaan pembuatan, peralatan yang
digunakan, pengemasan termasuk bahan serta personalia yang terlibat dalam pembuatan obat
tradisional (Dirjen POM, 1994).
2.2 Sejarah Perkembangan
Di catatan sejarah, studi mengenai tumbuh-tumbuhan herbal dimulai pada 5.000
tahun yang lalu pada bangsa Sumerians, yang telah menggunakan tumbuh-tumbuhan herbal
untuk kepentingan pengobatan, seperti pohon salam, sejenis tanaman pewangi.
Orang-orang Mesir dari 1000 BC. dikenal untuk menggunakan bawang putih, candu,
minyak jarak, ketumbar, permen, warna/tanaman nila, dan tumbuh-tumbuhan herbal lain
untuk pengobatan.
Pada zaman Rasulullah SAW, beliau menggunakan obat-obat herbal seperti
habbatussaudah yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengobati beberapa penyakit
seperti meningkatkan stamina, mencegah alergi, mengontrol tekanan darah kadar gula dalam
darah, memecah batu ginjal, dll.
Dalam dokumen Kuno juga menyebutkan penggunaan tanaman/jamu herbal,
termasuk tanaman mandrak (beracun), vetch, sejenis tanaman pewangi, gandum, jewawut,
dan gandum hitam.
7
Buku mengenai tumbuhan herbal dari Cina tercatat sekitar tahun 200 SM yang
memuat 365 tumbuhan obat dan penggunaan-penggunaan tumbuhan herbal tersebut,
diantaranya disebutkan termasuk ma-Huang, yang memperkenalkan efedrina kepada
pengobatan modern.
Bangsa Yunani dan bangsa Roma kuno melakukan penggunaan tanaman herbal
untuk penyembuhan.
Sebagaimana tertulis dalam catatan Hipocrates, terutama Galen praktek bangsa
Yunani dan Roma dalam pengobatan herbal menjadi acuan dalam pelaksanaan pengobatan di
barat pada kemudian hari.
Yunani dan praktek-praktek Roma yang berhubung dengan obat, seperti yang
dipelihara di dalam tulisan Hippocrates dan – terutama -Kekasih, yang dengan syarat polapola
untuk pengobatan barat yang kemudiannya. Hippocrates menganjurkan pemakaian herbal
yang sederhana, seperti udara yang sehat, segar dan bersih, istirahat dan diet yang wajar.
Sedangkan Galen menganjurkan penggunaan dosis-dosis yang besar dari campuran-
campuran obat termasuk tumbuhan, binatang, dan ramuan-ramuan mineral
Para ahli kedokteran bangsa Yunani merupakan orang Eropa yang pertama yang
membuat acuan penggunaan-penggunaan dari tumbuhan obat, De Materia Medica.
Pada abad pertama sesudah masehi, Dioscorides menulis suatu ringkasan dari lebih
500 tumbuhan yang menjadi bahan acuan selama abad ke 17. Sama pentingnya bagi ahli
pengobatan herbal dan ahli tumbuhan di temukan buku dari bangsa Yunani, Historia
Theophrastus Plantarum, yang ditulis pada abad ke 4.
Perkembangan pengobatan dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat telah
dicapai seiring dengan perkembangan kedokteran barat yang telah diakui dunia internasional.
Penggunaan obat herbal atau tanaman obat sebagai obat dikatakan sama tuanya dengan umur
manusia itu sendiri. Sejak jaman dahulu makanan dan obat-obatan tidak dapat dipisahkan dan
banyak tumbuh-tumbuhan dimakan karena khasiatnya yang menyehatkan
Pada jaman mesir kuno, dimana para budak diberi ransum bawang setiap hari untuk
membantu menghilangkan banyak penyakit demam dan infeksi yang umum terjadi pada masa
itu. Sejak itu Catatan pertama tentang penulisan tanaman obat dan berbagai khasiatnya telah
dikumpulkan oleh orang-orang mesir kuno. Dimana saat itu para pendeta Mesir kuno telah
melakukan dan mempraktekkan pengobatan herbal. Dari abad 1500 SM telah dicatat
membuat berbagai tanaman obat, termasuk jintan dan kayu manis.
Orang-orang Yunani dan Romawi kuno juga telah melakukan pengobatan herbal.
Disaat mereka mengadakan perjaalanan ke berbagai daratan yang baru para dokter mereka
menemukan berbagai tanaman obat baru seperti rosemary dan lavender. Hal itupun langsung 8
diperkenalkan pada berbagai daerah baru. Berbagai kebudayaan yang lain yang memiliki
sejarah penggunaan pengobatan dengan menggunakan tanaman obat atau herbal adalah orang
Cina dan India.
Di Inggris, penggunaan tanaman obat di kembangkan bersamaan dengan
didirikannya biara-biara di seluruh negeri, dan memiliki tamanan obat masing-masing yang
digunakan untuk merawat para pendeta maupun para penduduk setempat. Pada beberapa
daerah, khususnya Wales dan Skotlandia, orang-orang Druid dan para penyembuh Celtik
memiliki tradisi lain tentang herbalisme, dimana obat-obat dicampur adukkan dengan agama
dan ritual. Semakin berkembangnya pengetahuan herbal dan seiring dengan terciptanya
mesin cetak pada abad ke 15 telah ada pendistribusian yang pertama tentang penulisan ”
tanaman-tanaman Obat
Sekitar tahun 1630, John Parkinson dari London menulis tanaman obat dari berbagai
tanaman yang sangat berguna. Nicholas Culpepper ( 1616-1654 ) dengan karyanya yang
paling terkenal yaitu ” The Complete Herbal and English Physician, Enlarged, diterbitkan
pada tahun 1649. pada tahun 1812, Henry Potter telah memulai bisinsnya menyediakan
berbagai tanaman obat dan berdagang lintah. Disaat itulah banyak sekali pengetahuan
tradisional dan cerita rakyat tentang tanaman obat dapat ditemukan mulai dari Inggris, Eropa,
Timur Tengah, Asia, dan Amerika. Sehingga Potter terdorong untuk menulis kembali
bukunya ” Potter’s Encyclopaedia of Botanical Drug and Preparatians “, yang sampai saat
inipun masih diterbitkan.
Tahun 1864 National Association of Medical Herbalists didirikan, untuk
mengorganisir pelatihan para praktisi pengobatan herbal serta mempertahankan standart-
standar praktek pengobatan. Hingga awal abad ini banyak institute telah berdiri untuk
mempelajari pengobatan herbal. Berkembangnya penampilan obat-obatan herbal yang lebih
alami telah menyebabkan tumbuhnya dukungan dan popularitasnya. Obat-obatan herbal dapat
dipandang sebagai pendahuluan farmakologi modern, tetapi sekarang obat-obatan herbal ini
terus sebagai metode yang efektif dan lebih alami untuk menyembuhkan dan mencegah
penyakit.
Sejarah Perkembangan Obat Herbal Indonesia :
Sejak ribuan tahun lalu pengobatan tradisional asli Indonesia telah ada dan dengan
masuknya pengaruh Hindu, Budha, dari India,Cina, Kristen dari negara barat Spanyol,
Portugis dan Islam yang masuk melalui pedagang Gujarat dan Turki semakin memperkaya
budaya pengobatan tradisioanal Indonesia. Bukti sejarah dapat ditemukan melalui
9
peninggalan barupa prasasti, relief candi, alat-alat pembuat jamu, naskah kesusasteraan (karya
tulis), dan lain sebagainya.
1. Buktisejarah ini ditunjukkan dengan peneman prasasti ke tujuh Yupa pada abad 5 M di
Kalimantan Timur, yang bertuliskan huruf Palawa menggunakan bahasa Sansekerta.
Di duga masyarakat Indonesia sudah mengenal ilmu meracik dan minum minuman
jamu.
2. Bukti lain sejarah tertua dalam pemanfaatan raman tumbuhan obat dapat disaksikan
ukir-ukiran relief pada Candi Borobudur yangdibangun pada tahun 772 M,
Prambanan, Penataran, Sukuh danTegalwangi. Diperlihatkan pada relief Candi
Borobudur berbagai jenis tanaman obat endemik yang sudah dipakai masyarakat
sekitar candi pada saat itu, beserta peracikan, minuman jamu, perawatan kesehatan
tubuh luar dan dalam.
3. Kitab yang berisi tentang tata cara pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional.
4. Pada tahun 991-1016 M, perumusan obat dan ekstraksi dari tanaman ditulis pada daun
kelapa atau lontar, misalnya seperti Lontar Usada di Bali, dan Lontar Pabbura di
Sulawesi Selatan. Beberapa dokumen tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia maupun bahasa asing.
5. Pada masa kerajaan-kerajaan di Indonesia, pengetahuan mengenai formulasi obat dari
bahan alami juga telah dibukukan, misalnya Bab Kawruh Jampi Jawi oleh Keraton
Surakarta yang dipublikasikan pada tahun 1858 dan terdiri dari 1734 formulasi herbal.
Seiring dengan perkembangan jaman, maka bentuk pembuatan jamu sudah dikemas
secara modern. Era ini dimulai pada awal abad 20 dengan munculnya pabrik jamu di bumi
Nusantara seperti “Jamu Iboe” pada tahun 1910 di Surabaya, “Jamoe Cap Djago” tahun
1918 di Semarang dan seterusnya hingga sekarang tercatat di BPOM ada 1024 lebih
perusahaan dengan berbagai skala yang memproduksi lebih dari 10.000 macam produk,
mulaidari godogan, serbuk, pil sampai kapsul yang digunakan untuk perawatan tubuh,
pemeliharaan kesehatan, meningkatkan kebugaran, maupun pengobatan penyakit, mulai dari
produk yang dipasarkan di sekitar lingkungan rumah sampai di eksport ke manca negara. Saat
ini diperkirakan ada 80% penduduk Indonesia yang pernah menggunakan produkolahan
dariherbal berupa jamu. Berdasarkan bukti-bukti sejarah di atas maka Pemerintah dalam hal
ini Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui UU Nomor 23 tahun 1992 yang
disempurnakan dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang kesehatan memberikan penjelasan
bagaimana menyehatkan masyarakat berdasarkan pengobatan secara tradisional
10
memanfaatkan tanaman obat, mineral, sarian gelenik, dan biodata asli Indonesia dan melalui
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
2.3 Pengaruh Obat Herbal Terhadap Kesehatan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat-obatan herbal antara
lain:
1) Keamanan obat herbal pada umumnya;
2) Kandungan racun yang mungkin dikandung tanaman herbal yang digunakan;
3) Efek yang merugikan pada organ tertentu, seperti sistem kardiovaskuler, sistem saraf,
hati, ginjal dan kulit;
4) Keamanan obat-obatan herbal untuk pengguna yang rentan, misalnya: anak-anak dan
remaja, lansia, wanita selama kehamilan dan menyusui, pasien dengan kanker dan
pasien bedah;
5) Interaksi yang mungkin terjadi di antara komponen obat herbal;
6) Waktu penggunaan yang tepat.
Pada obat, efek samping ini dapat terkait beberapa hal, antara lain:
1) Pemalsuan produk,
2) Mutu produk yang rendah, karena kurang pengawasan produksi, dll.
3) Kontaminasi zat-zat asing dari luar,
4) Masa pemakaian yang habis, kedaluarsa.
Contoh penggunaan obat herbal yang perlu diperhatikan:
1. Mahkota dewa
Bijinya tidak boleh dikonsumsi secara langsung karena sangat beracun. Tidak
boleh digunakan wanita yang lagi haid.
2. Daun Seledri (Apium graveolens).
Tanaman ini telah terbukti mampu menurunkan tekanan darah, tetapi pada
penggunaannya harus berhati-hati karena pada dosis berlebih (over dosis) dapat
menurunkan tekanan darah secara drastis sehingga jika penderita tidak tahan dapat
menyebabkan shock. Oleh karena itu dianjurkan agar jangan mengkonsumsi lebih dari
satu gelas perasan seledri untuk sekali minum.
11
3. Gambir
Gambir umum digunakan untuk menghentikan diare. Akan tetapi penggunaan
lebih dari ukuran satu ibu jari justru bukan hanya menghentikan diare tetapi akan
menimbulkan kesulitan buang air besar selama berhari-hari.
4. Minyak Jarak (Oleum recini).
Minyak ini biasa digunakan untuk mengobati urus-urus. Akan tetapi jika
penggunaannya tidak terukur akan menyebabkan iritasi saluran pencernaan.
5. Keji beling atau pecah beling (Strobilantus crispus).
Tanaman ini digunakan untuk mengobati batu ginjal. Akan tetapi jika pemakaian
melebihi 2 gram serbuk sekali minum, bisa menimbulkan iritasi saluran kemih. Selain itu,
pada beberapa pasien yang mengonsumsi keji beling untuk mengobati sakit batu ginjal,
ternyata ditemukan adanya sel-sel darah merah dengan jumlah melebihi batas normal
pada urinenya. Kemungkinan hal ini disebabkan daun kejibeling merupakan diuretik kuat
sehingga dapat menimbulkan iritasi pada saluran kemih. Akan lebih tepat bagi mereka
jika menggunakan daun kumis kucing (Ortosiphon aristatus) yang efek diuretiknya lebih
ringan dan dikombinasi dengan daun tempuyung (Sonchus arvensis) yang tidak
mempunyai efek diuretik kuat tetapi dapat melarutkan batu ginjal berkalsium.
6. Pasak bumi.
Jika digunakan jangka panjang dapat merusak hati.
Efek samping obat herbal ini bisa dihindari jika cara pemakaian benar dan sudah
diuji praklinik dan uji klinik, seperti dilakukan pada obat konvensional.
2.4 Indikasi dan Kontra Indikasi Penggunaan Terapi Obat Herbal
Mengobati penyakit dan gejalanya melalui perbaikan fungsi organ dan sistem
metabolisme tubuh berdasarkan fungsi farmakologis antara lain:
1. Anti inflamasi : mengurangi peradangan
2. Anti toksik : mengurangi racun
3. Analgesik : mengurangi rasa sakit
4. Anti piretik : mengurangi demam
5. Hemostatik : menghentikan pendarahan
12
6. Antibiotik : anti kuman, membunuh/menghentikan pertumbuhan kuman.
7. stimulan lever : merangsang fungsi lever
Pemberian terapi herbalisme diusahakan dapat merangsang tubuh untuk menjadi
lebih baik. Terapi ini diberikan sesuai dengan kebutuhan dengan bahan-bahan yang tepat.
Pemberian tidak akan diberikan kepada klien yang memang tidak diperbolehkan atau belum
boleh menggunakan. Pada ibu hamil pemberian terapi herbal harus sesuai dengan usia
kehamilan. Seperti pemberian terapi untuk membantu memperlancar proses persalinan hanya
boleh diberikan pada saat usia kehamilan ibu sudah mendekati persalinan.
2.5 Manfaat Obat Herbal Terhadap Masalah Kesehatan
Tabel 1. Jenis dan Manfaat tanaman Obat
N
O
JENIS TANAMAN MANFAAT
1 Kunyit
(Curcumadomestica)
Menghentikan pendarahan, obat gatal, radang umbai usus
buntu, radang rahim, keputihan, Obat sakit perut dan
gangguan liver
2 Temu lawak
(Curcuma – xanthorrhiza
Roxb)
Saluran pencernaan, gangguan liver, kandung empedu,
pancreas, usus halus, sariawan , TBC, tekanan darah
tinggi, tonikum, sariawan, sakit kuning, kurang darah
3 Kencur
(Kaempferia galanga L)
Secara empiric digunakan untuk :Batuk, infeksi bacteri,
disentri, selera makan, tonikum, masuk angin, sakit perut,
obat asma dan anti jamur
4 Jahe
(Zingiberofficinale Rosc)
Sebagai obat tradisional dan fitofarmaka karena adanya
gigerolnya, mengatasi nyeri pada tulang ( adanya bahan
aktif dari ekstrak).
5 Lengkuas
(Languas galang (L)
stuntz.
Eksim, panu,gabag, koreng, radang lambung dan radang
anak telinga
6 Dringo
(Acorus calamus L)
Gangguan pencernaan dan perut mulas
7 Salam
(Syzigium polyanthum
Diare dan kencing manis serta asam urat
13
Walp)
8 Pace
(Morindra citrifolia)
Penurun hipertensi, membersihkan kantung seni,
melancarkan peredaran darah dan menurunkan kolesterol
9 Pyanghong asam urat, radang pembengkakan pada kulit.
10 Kumis kucing
(Orthosiphon aristatus )
Untuk melancarkan air seni dan kencing batu
11 Mahkota dewa
(Gynura procumbent)
Melancarkan peredaran darah, Antibiotik
12 Soka
(Ixora sp )
Untuk pengobatan asam urat
13 Melati
(Yasmium samback)
Untuk mengobati batuk dan Sariawan
14 Papaya
(Carica papaya )
Untuk melancarkan buang air besar , menurunkan panas
tubuh, dan malaria Luka bakar
15 Cocor bebek
(Calanchu pinnata )
Menurunkan panas, penyakit kulit dan luka terbakar
gangguan perut dan wasir
16 Jambu biji
(Psidium guajava)
Meningkatkan trombosit dalam darah, menghentikan
sakit diare/mencret.
17 Belimbing buah
(Averhoa carambola )
Menurunkan hipertensi
18 Sirih
(Piper betle )
Mimisan, radang selaput lendir mata, keputihan, jantung
berdebar, batuk, dan sariawan
19 Pare
(Momordica charantia)
Untuk penyakit cacingan, kusta, batuk, nyeri hati, mual,
susah BAB, dan darah kotor
20 Saga
(Abrus precatorius)
Obat sariawan, batuk, radang tenggorokan, dan sakit
kuning
21 Meniran
(Phyllanthus urinaria)
Penyakit ginjal, kuning, kencing Nanah
22 Kecubung
(Datura metel)
Obat asma, rematik
23 Jeruk nipis
(Citrus aurantum)
Untuk ekspektorans (mencairkan dahak pada batuk)
24 Kemlandingan
(Leucaena glauca)
Obat cacing gelang, melancarkan air seni, menurunkan
darah tinggi, kencing manis
25 Sotongsotongan/ Menurunkan trigliseride acid pada asam urat
14
kangkung lumut
26 Kemukus
(Piper cubeba)
Radang selaput lender,saluran kemih,asma dan
ghonorhoeo
27 Katuk
(Sauropus androggynus)
Melancarkan asi ibu, menurunkan tekanan darah tinggi,
mengatur denyut jantung
28 Kunir putih
(Curcuma longa)
Pencegah penyakit kanker, dan anti peradangan serta
meluruhkan darah kotor
29 Lidah buaya
(Aloe sp)
Mengobati penyakit ambeien, kencing manis, rambut
rontok, kencing nanah, cacingan pada anak, batuk dan
sesak nafas
30 Alang-alang
(Imperata cylindrica)
Peradangan ginjal, infeksi saluran kemih, mimisan,
hipertensi, hepatitis, air kemih berdarah.
31 Tapak dara putih
(Elephanthopus scaber)
Diabetes mellitusasma, bronchitis dan tangan gemetar
Hipertensi, leukemia, luka bakar dan luka baru.
32 Belimbing wuluh
(Averhoa bilimbi)
Obat encok, sariawan, obat batuk
33 Pegagan
(Centela asiatica)
Obat gannguan syaraf, ambeien, malaria, kencing nanah,
trachom, peradangan usus dan batuk
34 Temu giring
(Curcuma heyneana)
Obat cacing, demam dan sakit perut
35 Kayu manis
(Cinnamomum burmani)
Anti rematik, stomakik,sariawan, sakit pinggang, batuk,
hipertensi dan analgetik, serta nyeri lambung (sakit perut)
36 Cabe jawa
(Piper retro fraktum)
Secara farmacope digunakan:Obat hernia, Bronchitis,
kelebihan asam lambung perut
37 Kecombrang
Nicola spesiosa
Memperbanyak ASI penurun panas/demam
38 Ubi jalar
(Ipomoea batatas)
Meningkatkan trombosit pada penyakit demam berdarah,
menghilangkan gas dalam perut
39 Beluntas
(Plucea indica)
Keputihan pada wanita dan bau badan /keringat.
15
2.6 Teknik Mengolah Obat Herbal
1. Merebus atau Menggodok, Cara Tradisional Mengolah herbal
Perlu diketahui bahwa ada hal-hal yang perlu diperhatikan ketika merebus atau
menggodok obat herbal. Dalam buku Herbal Indonesia Berkhasiat, Bukti Ilmiah & Cara
Racik, terbitan Trubus, disebutkan bahwa ketika merebus bahan herbal, pemakaian wadah
penting untuk diperhatikan.
Wadah dari besi dan alumunium tidak disarankan karena racun yang dikeluarkan
bahan tersebut bisa mencemari ramuan herbal yang sedang dibuat sehingga dapat
mengurangi khasiatnya dan bahkan bisa beracun.
Maka, penting untuk mengetahui alat atau wadah yang cocok untuk merebus
atau menggodok herbal. Alat untuk merebus herbal yang dianjurkan adalah yang anti-
karat, tanah liat, kaca, atau email.
2. Teknik Mengolah Herbal dengan Menyeduh
Cara mengolah herbal praktis lainnya yang sering dilakukan oleh orang-orang
adalah dengan cara menyeduh, yakni herbal dicampur dengan air panas tanpa proses
pemasakan.
Ini biasanya digunakan untuk konsumsi herbal asal bunga, contohnya rosella dan
daun segar. Seduhan juga biasa dilakukan pada herbal berbentuk serbuk. Serbuk bisa
dibuat dari murni tanaman tunggal atau campuran dari beberapa jenis herbal.
3. Ekstraksi Obat Herbal, Cara Modern Mengolah Herbal
Ekstraksi adalah proses mengisolasi senyawa aktif dari tanaman obat dengan
menggunakan pelarut seperti etanol. Dalam proses ekstraksi, dibutuhkan banyak bahan
baku untuk mendapatkan senyawa aktif yang cukup dari proses tersebut.
Misalnya, dari satu kilogram bahan tanaman obat hanya dapat diperoleh sekitar
satu miligram senyawa aktif yang dapat dimanfaatkan dengan optimal sebagai obat.
Produk obat herbal yang sudah diekstraksi biasanya terlihat mencolok di pasaran
karena harganya yang relatif lebih mahal dibandingkan bentuk sajian herbal lainnya.
Manfaat yang dihasilkannya tanaman obat (herbal) yang sudah diekstraksi
pengaruhnya jauh lebih kuat dan lebih aman untuk ginjal karena sudah berupa senyawa
aktif sehingga tidak dibutuhkan waktu yang lama bagi tubuh untuk mencerna dan
merasakan khasiatnya.
Peneliti obat-obatan alami dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
(UGM) Yogyakarta, Prof Dr Subagus Wahyuono mengatakan, "kandungan senyawa 16
aktif berkaitan dengan daya sembuh tanaman tersebut ketika sudah diolah menjadi obat
(herbal). Semakin tinggi senyawa aktifnya, semakin cepat pula obat tersebut
menyembuhkan penyakit."
Keunggulan lain, hasil ekstraksi tanaman obat biasanya dikapsulkan agar lebih
praktis. Dengan pengkapsulan, masa simpan obat lebih tahan lama, lebih higienis, dan
lebih aman karena terlindungi oleh selongsong kapsul. Yang tak kalah penting, obat
herbal yang telah dikapsulkan telah terukur dosisnya sehingga sangat tepat digunakan
dalam pengobatan.
2.7 Perspektif Dalam Keperawatan
Peran yang dapat diberikan perawat dalam terapi komplementer atau alternatif dapat
disesuaikan dengan peran perawat yang ada, sesuai dengan batas kemampuannya. Pada
dasarnya, perkembangan perawat yang memperhatikan hal ini sudah ada. Sebagai contoh
yaitu American Holistic Nursing Association (AHNA), Nurse Healer Profesional Associates
(NHPA) (Hitchcock et al., 1999). Ada pula National Center for Complementary/Alternative
Medicine (NCCAM) yang berdiri tahun 1998 (Snyder & Lindquis, 2002).
Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat dalam
menguasai berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer. Penerapan
terapi komplementer pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang
mendasari praktik keperawatan. Misalnya teori Rogers yang memandang manusia sebagai
sistem terbuka, kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat
mengembangkan pengobatan tradisional yang menggunakan energi misalnya tai chi, chikung,
dan reiki.
Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional seperti jamu yang
telah berkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai jenjang pelayanan
kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan Barat (obat kimia) tetapi secara mandiri
memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan terapi komplementer.
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi
dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada. Arah
perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran
perawat dalam terapi komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan
yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.
Kenyataan yang ada, buku-buku keperawatan membahas terapi komplementer
sebagai isu praktik keperawatan abad ke 21. Isu ini dibahas dari aspek pengembangan
kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila isu ini berkembang dan 17
terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang
terapi komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga
kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama dapat meningkat (HH, TH).
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang
secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat
tradisional dibuat atau diramu dari bahan tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, sediaan sarian
(galenik), atau campuran bahan-bahan tersebut. Obat tradisional secara turun-temurun
telah digunakan untuk kesehatan berdasarkan pengalaman.
Obat herbal merupakan salah satu jenis terapi komplementer yang menggunakan
bahan-bahan alami untuk terapinya, maka dari itu perawat sebagai salah satu profesional
kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang
dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan
masyarakat dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam terapi
komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan yang berkembang
diawali dari alternatif atau tradisional terapi khususnya obat herbal.
3.2 Saran
Diharapkan para pembaca dapat memilih dengan benar bahan obat herbal yang
akan digunakan sesuai dengan manfaat, indikasi dan kontraindikasinya serta diharapkan
juga para pembaca dapat mengolah dengan benar bahan-bahan obat herbal yang akan
dikonsumsi agar mendapat hasil yang diinginkan. Untuk perawat diharapkan dapat
membantu kliennya (menjadi konsultan yang baik) yang ingin menggunakan obat herbal
disamping obat yang diberikan oleh dokter.
19
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1999. Peraturan Perundang-Undangan Dibidang Obat Tradisional.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta
Hitchcock, J.E, Schubert, P.E., Thomas, S.A. (1999). Community health nursing: Caring in
action. USA: Delmar Publisher.
Snyder, M. & Lindquist, R. (2002). Complementary/alternative therapies in nursing. 4th ed.
New York: Springer.
20