12
BAB II
PEMBUBARAN DAN TANGGUNGJAWAB LIKUDIATOR
2.1. Pembubaran dan Likuidasi
Dalam Pasal 1 UU PT tidak dijelaskan mengenai definisi dari pembubaran
tetapi apabila ditarik dari rumusan Pasal 142 ayat (2) huruf b jo Pasal 149 ayat (1)
UU PT. Dapat ditafsirkan bahwa jika PT bubar, maka PT tidak dapat melakukan
perbuatan hukum lagi kecuali melakukan kegiatan dalam rangka pemberesan yang
dinamakan proses likuidasi.6
Di lain pihak, M.Yahya Harahap berpendapat bahwa pengertian pembubaran
perseroan menurut hukum sesuai Pasal 143 ayat (1) UU PT adalah : 7
a. penghentian kegiatan usaha perseroan,
b. namun penghentian kegiatan usaha itu, tidak mengakibatkan status
hukumnya “hilang”,
c. Perseroan yang dibubarkan baru kehilangan status badan hukumnya,
sampai selesainya likuidasi, dan pertanggung jawaban likuidator
proses akhir likuidasi diterima oleh RUPS, Pengadilan Negeri, atau
Hakim Pengawas.
Berdasarkan Pasal 142 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas disebutkan alasan pembubaran PT,antara lain :
6 Buku ajar h.147
7 Yahya harahap, Op Cit, h. 543
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS ATAS KERUGIAN PIHAK KETIGA KARENA KELALAIAN LIKUIDATOR MELAKUKAN PEMBERITAHUAN PEMBUBARAN PERSEROAN KEPADA KREDITOR DAN MENTERI
MARKUS SUGIARTO
13
a. Berdasarkan keputusan RUPS;
b. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan oleh anggaran dasar yang
telah berakhir;
c. Berdasarkan penetapan pengadilan;
d. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit perseroan tidak cukup
untuk membayar biaya kepailitan;
e. Karena harta pailit perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam
keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; atau
f. Karena dicabutnya izin usaha perseroan sehingga mewajibkan perseroan
melakukan likuidasi sesuai dengan ketenuan peraturan perundang-
undangan.
2.1.1. Perseroan “dalam likuidasi”
Berdasarkan Pasal 143 ayat (2) UU PT diatur bahwa :
“Sejak saat pembubaran pada setiap surat keluar Perseroan dicantumkan
kata “dalam likuidasi” di belakang nama Perseroan.”
sejak saat pembubaran yang dimaksud dalam Pasal 143 ayat (2) UU PT ini adalah
sejak:
a. Pembubaran karena RUPS
Berdasar Pasal 144 ayat (3) UU PT dinyatakan bahwa “Pembubaran Perseroan
dimulai sejak saat yang ditetapkan dalam keputusan RUPS.”
b. Pembubaran karena jangka waktu pendirian PT telah berakhir
Berdasar Pasal 145 ayat (1) UU PT dinyatakan bahwa “Pembubaran Perseroan
terjadi karena hukum apabila jangka waktu berdirinya Perseroan yang
ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir.”
Maka secara a contrario pembubaran perseroan dimulai sejak jangka waktunya
pendirian PT yang tercantum dalam AD berakhir
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS ATAS KERUGIAN PIHAK KETIGA KARENA KELALAIAN LIKUIDATOR MELAKUKAN PEMBERITAHUAN PEMBUBARAN PERSEROAN KEPADA KREDITOR DAN MENTERI
MARKUS SUGIARTO
14
c. Pembubaran karena Putusan Pengadilan
Dalam Pasal 146 ayat (2) UU PT dinyatakan bahwa
“Dalam penetapan pengadilan ditetapkan juga penunjukan likuidator.”
Sehingga a contrarionya adalah sejak putusan pengadilan itulah dimulai
pembubaran.
d. Pembubaran karena harta pailit perseroan tidak mencukupi untuk membayar
biaya kepailitan
Pembubaran ini berkaitan dengan Pasal 17 ayat (2) dan Pasal 18 UU no 37 tahun
2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Berdasar pasal 17 ayat (2) UU Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang diatur bahwa Majelis Hakim yang membatalkan putusan pernyataan pailit
juga menetapkan biaya kepailitan dan imbalan jasa kurator, dan berdasar pasal 18
UU Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diatur bahwa
dalam hal harta pailit tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan, maka
Pengadilan niaga atas usul Hakim Pengawas dan setelah mendengar panitia
kreditor sementara jika ada, serta setelah memanggil dengan sah atau mendengar
debitur, dapat memutuskan pencabutan putusan pernyataan pailit , dan berdasar
pasal 18 ayat (2) UU Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
putusan itu diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum
Berdasar Pasal 142 ayat (1) huruf d UU PT jo Pasal 18 UU no. 37 tahun 2004
maka sejak itu terjadi pembubaran perseroan.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS ATAS KERUGIAN PIHAK KETIGA KARENA KELALAIAN LIKUIDATOR MELAKUKAN PEMBERITAHUAN PEMBUBARAN PERSEROAN KEPADA KREDITOR DAN MENTERI
MARKUS SUGIARTO
15
e. Pembubaran karena harta pailit yang telah dinyatakan pailit dalam keadaan
insolvensi
Pembubaran ini berkaitan dengan Pasal 187 UU no.37 tahun 2004. Menurut
Pasal ini diatur bahwa setelah harta pailit dalam keadaan insolvensi ,maka hakim
pengawas dapat mengadakan suatu rapat kreditor pada hari, jam dan tempat yang
ditentukan. Tujuan rapat, untuk mendengar mereka seperlunya mengenai cara
pemberesan harta pailit, dan jika perlu mengadakan pencocokan piutang yang
dimasukkan setelah berakhir tenggang waktu. Berdasar Pasal 113 ayat (1), paling
lambat 14 (empat belas) hari setelah putusan pernyataan pailit diucapkan,hakim
pengawas harus menetapkan :
1. Batas akhir pengajuan tagihan,
2. Batas akhir verifikasi pajak,
3. Hari,tanggal,waktu, dan tempat rapat kreditor untuk mengadakan
pencocokan utang.8
Maka berdasar Pasal 187 UU Nomor 37 tahun 2004 jo Pasal 142 ayat (1) huruf e UU
PT maka sejak perseroan dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga, perseroan telah
dalam keadaan insolven dan berarti sejak saat itu dimulai proses pembubaran
f. Pembubaran karena izin usaha dicabut
Pembubaran karena alasan ini diatur dalam Pasal 142 ayat (1) huruf f, dan dalam
penjelaannya ditegaskan bahwa
8 Ibid h.554 - 555
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS ATAS KERUGIAN PIHAK KETIGA KARENA KELALAIAN LIKUIDATOR MELAKUKAN PEMBERITAHUAN PEMBUBARAN PERSEROAN KEPADA KREDITOR DAN MENTERI
MARKUS SUGIARTO
16
“yang dimaksud dengan “dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan
Perseroan melakukan likuidasi” adalah ketentuan yang tidak memungkinkan
Perseroan untuk berusaha dalam bidang lain setelah izin usahanya dicabut, misalnya
izin usaha perbankan, izin usaha perasuransian”
Perseroan yang izinnya dicabut dan pencabutan izin tersebut mengakibatkan bahwa
perseroan tidak mungkin berusaha dibidang lain maka perseroan wajib melakukan
pembubaran. Dapat disimpulkan bahwa saat terjadinya pembubaran adalah pada saat
dicabutnya izin dari perseroan tersebut.
Sejak saat yang dimaksud dalam huruf a – f inilah perseroan wajib
mencantumkan kata “dalam likuidasi” dibelakang nama perseroan dalam setiap surat
keluar Perseroan.
Semenjak pembubaran tersebut, berdasar Pasal 142 ayat (2) wajib diikuti
dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator. Berdasar Pasal 142 ayat
(6) UU PT maka ketentuan mengenai pengangkatan, pemberhentian,pemberhentian
sementara, wewenang, kewajiban, tanggung jawab, dan pengawasan terhadap Direksi
mutatis mutandis berlaku bagi likuidator, sehingga dapat dikatakan bahwa posisi
Direksi sudah digantikan oleh likuidator tetapi direksi tidak dibubarkan. Walaupun
pengangkatan, pemberhentian,pemberhentian sementara, wewenang, kewajiban,
tanggung jawab, dan pengawasan terhadap Direksi mutatis mutandis berlaku terhadap
likuidator tetapi tidak berarti anggota direksi dan dewan komisaris diberhentikan
kecuali diputuskan oleh RUPS seperti dijelaskan dalam penjelasan pasal 142 ayat (6)
UUPT. Selain itu berdasarkan Pasal 142 ayat (2) huruf b diatur bahwa perseroan tidak
dapat melakukan perbuatan hukum selain dalam rangka pemberesan dan apabila
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS ATAS KERUGIAN PIHAK KETIGA KARENA KELALAIAN LIKUIDATOR MELAKUKAN PEMBERITAHUAN PEMBUBARAN PERSEROAN KEPADA KREDITOR DAN MENTERI
MARKUS SUGIARTO
17
dilanggar maka berdasar Pasal 142 ayat 5 maka anggota Direksi, anggota Dewan
Komisaris, dan Perseroan bertanggung jawab secara tanggung renteng.
2.2. Pengangkatan Likuidator
Dalam Pasal 142 ayat (1) UU PT diatur bahwa dalam hal terjadi pembubaran
perseroan wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator.
Likuidasi yang dilakukan oleh kurator adalah likuidasi yang pembubaran
perseroannya karena harta pailit perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam
keadaan insolvensi, hal ini ditegaskan dalam penjelasan Pasal 142 ayat (2) huruf a .
Likuidator dapat diangkat oleh RUPS atau Pengadilan Negeri. Pengadilan Negeri
hanya dapat mengangkat likuidator dengan alasan yang diatur dalam Pasal 146 UU
PT yaitu:
a. Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan melanggar kepentingan
umum atau Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan
perundang-undangan;
b. Permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum
dalam akta pendirian;
c. Permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris berdasarkan
alasan Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan.
RUPS dapat mengangkat likuidator apabila pembubaran perseroan berdasarkan
keputusan RUPS , karena jangka waktu berdiri perseroan telah berakhir atau dengan
dicabutnya kepailitan berdasar putusan Pengadilan Niaga. Khusus untuk pembubaran
perseroan karena berakhirnya jangka waktu pendirian perseroan, berdasar Pasal 145
ayat (2) likuidator wajib ditunjuk oleh RUPS dalam jangka waktu tiga puluh (30) hari
sejak berakhirnya jangka waktu pendirian perseroan.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS ATAS KERUGIAN PIHAK KETIGA KARENA KELALAIAN LIKUIDATOR MELAKUKAN PEMBERITAHUAN PEMBUBARAN PERSEROAN KEPADA KREDITOR DAN MENTERI
MARKUS SUGIARTO
18
2.3. Pengangkatan,Pemberhentian, Pemberhentian Sementara, Wewenang,
Kewajiban, Tanggung Jawab dan Pengawasan Terhadap Direksi mutatis
mutandis Berlaku Terhadap Likuidator
Berdasar Pasal 142 ayat (6) UU PT diatur bahwa ketentuan mengenai
pengangkatan, pemberhentian, pemberhentian sementara, wewenang kewajiban,
tanggung jawab dan pengawasan terhadap Direksi mutatis mutandis berlaku terhadap
likuidator.
Pengangkatan likuidator oleh RUPS mutatis mutandis berlaku Pasal 94 ayat
(1) UU PT sehingga likuidator diangkat oleh RUPS kecuali karena pembubaran
perseroan ditetapkan oleh Pengadilan Negeri (Pasal 146 UU PT) maka likuidator
diangkat oleh Pengadilan Negeri.
Pemberhentian likuidator mutatis mutandis berlaku Pasal 105 UU PT
sehingga likuidator dapat diberlakukan sewaktu-waktu berdasarkan keputusan RUPS
dengan menyebutkan alasan-alasannya (Pasal 105 ayat (1) UU PT), Keputusan
pemberhentian likuidator tersebut diambil setelah likuidator diberi kesempatan untuk
membela diri dalam RUPS (Pasal 105 ayat (2) UU PT), pemegang saham dapat
memberhentikan likuidator dengan keputusan diluar RUPS sesuai Pasal 91 UU PT
Pasal 105 ayat (3) UU PT.
Pemberhentian sementara likuidator secara mutatis mutandis berlaku Pasal
106 UU PT. Berdasarkan Pasal 142 ayat (6) UU PT jo Pasal 106 UU PT maka
likuidator dapat diberhentikan sementara oleh Dewan Komisaris dengan
menyebutkan alasannya (Pasal 106 ayat (1) UU PT). Keputusan memberhentikan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS ATAS KERUGIAN PIHAK KETIGA KARENA KELALAIAN LIKUIDATOR MELAKUKAN PEMBERITAHUAN PEMBUBARAN PERSEROAN KEPADA KREDITOR DAN MENTERI
MARKUS SUGIARTO
19
sementara likuidator diberitahukan secara tertulis kepada likuidator (Pasal 106 ayat
(2) UU PT), dalam jangka waktu 30 hari setelah pemberhentian harus diadakan
RUPS (Pasal 106 ayat (4) ), dalam RUPS tersebut likuidator diberi kesempatan
membela diri (Pasal 106 ayat (5) ), RUPS tersebut akan memutuskan untuk mencabut
atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara tersebut (Pasal 106 ayat (6)).
Dalam Pasal 106 ayat (8) diatur bahwa apabila dalam waktu 30 hari setelah
pemberhentian tidak dilakukan RUPS atau tidak dapat mengambil keputusan maka
pemberhentian sementara tersebut menjadi batal.
Berdasarkan Pasal 108 jo Pasal 142 ayat (6) UU PT maka mutatis mutandis
pengawasan terhadap likuidator dilakukan oleh Dewan Komisaris sehingga Dewan
Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan jalannya likuidasi yang dilakukan
likuidator, serta memberi nasihat kepada likuidator Selain itu, Dewan Komisaris juga
melakukan pengawasan dan pemberian nasihat kepada likuidator, dilakukan DK
untuk kepentingan pelaksanaan likuidasi. 9
Dalam penjelasan Pasal 142 ayat (6) UU PT ditegaskan pula mengenai kewenangan
Dewan Komisaris untuk melakukan pemberhentian sementara likuidator dan
pengawasan likuidator adalah Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar.
9 Ibid 561
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS ATAS KERUGIAN PIHAK KETIGA KARENA KELALAIAN LIKUIDATOR MELAKUKAN PEMBERITAHUAN PEMBUBARAN PERSEROAN KEPADA KREDITOR DAN MENTERI
MARKUS SUGIARTO
20
2.4. Kewajiban Dan Tanggung Jawab Likuidator
Berdasarkan Pasal 142 ayat (6) UU PT kewajiban dan tanggung jawab Direksi
mutatis mutandis juga berlaku bagi likuidator. Sehubungan dengan itu selain
kewajiban likuidator yang disebut pada Pasal 147, juga terhadapnya berlaku
ketentuan:10
1) Pasal 100, membuat dan risalah rapat likuidator serta membuat laporan
pelaksanaan likuidasi maupun memelihara semua daftar risalah dan dokumen
likuidasi;
2) Pasal 97, wajib dan bertanggung jawab mengurus pelaksanaan likuidasi dalam
arti likuidator :
Wajib menjalankan likuidasi untuk kepentingan pembubaran Perseroan;
Wajib melaksanakan likuidasi sesuai dengan kebijakan yang tepat;
Wajib melaksanakan likuidasi dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab, yang mencakup hal-hal berikut:
- Likuidasi wajib dipercaya (fiduciary duty),
- Wajib melaksanakan likuidasi untuk tujuan yang wajar (duty to act
for a proper purpose),
- Wajib menaati peraturan perundang-undangan (statutory duty)
dalam melaksanakan likuidasi,
- Wajib loyal (loyal duty) dalam menjalankan likuidasi, dan
10
Ibid h.560-561
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS ATAS KERUGIAN PIHAK KETIGA KARENA KELALAIAN LIKUIDATOR MELAKUKAN PEMBERITAHUAN PEMBUBARAN PERSEROAN KEPADA KREDITOR DAN MENTERI
MARKUS SUGIARTO
21
- Wajib menghindari benturan kepentingan;
Pelaksanaan likuidasi wajib dilakukan likuidator dengan penuh tanggung
jawab, meliputi :
- Wajib saksama dan berhati-hati (the duty of due care)
melaksanakan likuidasi,
- Wajib melaksanakan likuidasi secara tekun dan cakap (duty to be
diligent and skill)
Tanggung jawab likuidator atas kerugian yang timbul dari kesalahan atau
kelalaian melaksanakan likuidasi, tunduk kepada ketentuan Pasal 97 ayat
(3), ayat (4), dan ayat (5) :
- Bertanggung jawab secara pribadi (personal liability) atas kerugian
yang dialami Perseroan “dalam likuidasi”, apabila bersalah (guilt or
wrongful act) atau lalai (negligent) melaksanakan likuidasi,
- Likuidator bertanggung jawab secara tanggung renteng (jointly and
severally liable) atas kerugian yang dialami Perseroan karena
kesalahan atau kelalaian yang dilakukan salah seorang likuidator
apabila likuidator terdiri atas 2 (dua) orang atau lebih.
Dapat disimpulkan bahwa pertanggung jawaban yang dimaksud dalam pasal
97 ayat (3), (4), (5) UU PT adalah pertanggung jawaban yang bersifat
“internal” dalam Perseroan saja.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS ATAS KERUGIAN PIHAK KETIGA KARENA KELALAIAN LIKUIDATOR MELAKUKAN PEMBERITAHUAN PEMBUBARAN PERSEROAN KEPADA KREDITOR DAN MENTERI
MARKUS SUGIARTO
22
Menurut Yahya Harahap dalam bukunya yang berjudul “Hukum Perseroan
Terbatas”, selain kewajiban dan tanggung jawab umum yang dipaparkan diatas masih
ada “kewajiban khusus” likuidator, dan kewajiban khusus itu diatur dalam Pasal 147
UU PT dan kewajiban tersebuit dapat dikategorikan sebagai “kewajiban pokok”
likuidator dalam rangka melaksanakan likuidasi. Selanjutnya menurut Yahya Harahap
Kewajiban pokok tersebut adalah:
1. Likuidator wajib memberitahukan pembubaran perseroan
2. Likuidator wajib melakukan pemberesan
3. Kewajiban likuidator mengajukan permohonan pailit
2.4.1. Likuidator Wajib Memberitahukan Pembubaran Perseroan
Kewajiban ini menurut Yahya Harahap adalah kewajiban “pokok” dari likuidator dan
kewajiban ini diatur dalam Pasal 147 UU PT ayat (1) huruf a yang berbunyi :
“Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal pembubaran Perseroan, likuidator wajib memberitahukan:
a. kepada semua kreditor mengenai pembubaran Perseroan dengan
cara mengumumkan pembubaran Perseroan dalam surat kabar
dan Berita Negara Republik Indonesia; dan
b. pembubaran Perseroan kepada Menteri untuk dicatat dalam
daftar Perseroan bahwa Perseroan dalam likuidasi.“
Likuidator wajib memberitahukan kepada kreditor dengan cara
mengumumkan pembubaran dalam surat kabar dan berita Negara Republik Indonesia
dan memberitahu menkumham untuk dicatat dalam daftar perseroan bahwa perseroan
berstatus “dalam likuidasi”. Pemberitahuan kepada kreditor melalui surat kabar dan
berita Negara wajib memuat : (Pasal 147 ayat (2) UU PT)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS ATAS KERUGIAN PIHAK KETIGA KARENA KELALAIAN LIKUIDATOR MELAKUKAN PEMBERITAHUAN PEMBUBARAN PERSEROAN KEPADA KREDITOR DAN MENTERI
MARKUS SUGIARTO
23
a. Pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya
b. Nama dan alamat likuidator
c. Tata cara pengajuan tagihan; dan
d. Jangka waktu pengajuan tagihan
Berdasar Pasal 147 ayat (3) jangka waktu pengajuan tagihan tersebut adalah
60 (enam puluh) hari sejak tanggal pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
147 ayat (1) UU PT .
Pemberitahuan kepada menkumham wajib diikuti dengan bukti :
a. Dasar hukum pembubaran
b. Pemberitahuan kepada kreditor dalam surat kabar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 147 ayat (1) huruf a
2.4.2. Likuidator Wajib Melakukan Pemberesan
Kewajiban pokok likuidator ini ditegaskan dalam Pasal 149 ayat (1) UU PT.
Objek pemberesan oleh likuidator adalah “harta kekayaan” perseroan dalam likuidasi.
tugas kewajiban pemberesan harta kekayaan Perseroan dalam proses likuidasi,
meliputi pelaksanaan:11
a. Pencatatan dan pengumpulan :
1) Harta kekayaan; dan
2) Utang Perseroan
11
Ibid h.566
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS ATAS KERUGIAN PIHAK KETIGA KARENA KELALAIAN LIKUIDATOR MELAKUKAN PEMBERITAHUAN PEMBUBARAN PERSEROAN KEPADA KREDITOR DAN MENTERI
MARKUS SUGIARTO
24
b. Pengumuman dalam surat kabar dan Berita Negara Republik Indonesia Mengenai
Rencana Pembagian Kekayaan Hasil Likuidasi
Yang dimaksud dengan rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi menurut
Penjelasan Pasal 149 ayat (1) huruf b, termasuk rencana “besarnya hutang” dan
“rencana pembayaran” kepada kreditor.
c. Pembagian kepada kreditor
d. Pembayaran Sisa Kekayaan Hasil Likuidasi kepada Pemegang Saham
e. Tindakan Lain yang Perlu Dilakukan dalam Pelaksanaan Pemberessan Kekayaan
Menurut Penjelasan Pasal ini, yang dimaksud tindakan lain yang perlu dilakukan
dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan, antara lain mengajukan permohonan
pailit karena utang Perseroan lebih besar daripada Kekayaan Perseroan.
Itulah aspek-aspek tindakan pemberesan yang diwajibkan Pasal 149 ayat (1)
dilakukan likuidator.
2.4.3. Kewajiban Likuidator Mengajukan Permohonan Pailit
Kewajiban likuidator mengajukan permohonan pailit diatur dalam Pasal 149
ayat (2) UU PT yang berbunyi
“Dalam hal likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih
besar daripada kekayaan Perseroan, likuidator wajib mengajukan
permohonan pailit Perseroan, kecuali peraturan perundang-undangan
menentukan lain, dan semua kreditor yang diketahui identitas dan
alamatnya, menyetujui pemberesan dilakukan di luar kepailitan”
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS ATAS KERUGIAN PIHAK KETIGA KARENA KELALAIAN LIKUIDATOR MELAKUKAN PEMBERITAHUAN PEMBUBARAN PERSEROAN KEPADA KREDITOR DAN MENTERI
MARKUS SUGIARTO
25
Kewenangan likuidator mengajukan permohonan pailit diberikan oleh UU PT
dan tidak tunduk pada Pasal 104 ayat (1) UU PT sehingga Direksi tidak perlu
meminta persetujuan RUPS.
2.5. Bentuk-bentuk Kelalaian Likuidator
Dalam sub-bab sebelumnya telah dibahas mengenai kewajiban-kewajiban
likuidator, menjadi pertanyaan bagaimana apabila likuidator lalai? Dan kondisi
seperti apakah likuidator dapat dikatakan lalai? Dalam hal likuidator lalai melakukan
kewajibannya sebagaimana telah dijabarkan pada sub-bab sebelumnya maka:
1) Dalam hal likuidator lalai melakukan pemberitahuan kepada kreditor dan
Menkumham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 UU PT :
Berdasar Pasal 148 UU PT yang berbunyi
(1) Dalam hal pemberitahuan kepada kreditor dan Menteri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 belum dilakukan,
pembubaran Perseroan tidak berlaku bagi pihak ketiga.
(2) Dalam hal likuidator lalai melakukan pemberitahuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), likuidator secara
tanggung renteng dengan Perseroan bertanggung jawab atas
kerugian yang diderita pihak ketiga
maka dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 UU
PT lalai dilakukan oleh likuidator maka pembubaran tidak berlaku bagi pihak
ketiga dan likuidator serta Perseroan bertanggung jawab secara renteng atas
kerugian yang diderita oleh pihak ketiga.
Menjadi perlu dicermati bahwa dalam Pasal 147 UU PT diatur mengenai
syarat-syarat yang bersifat substansial yaitu mengenai:
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS ATAS KERUGIAN PIHAK KETIGA KARENA KELALAIAN LIKUIDATOR MELAKUKAN PEMBERITAHUAN PEMBUBARAN PERSEROAN KEPADA KREDITOR DAN MENTERI
MARKUS SUGIARTO
26
- Para Pihak yang diberitahukan yaitu Menkumham dan para kreditor
Perseroan ;
- Jangka waktu (30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembubaran
Perseroan
- Isi yang wajib dimuat dalam pemberitahuan dalam surat kabar dan
Berita Negara Republik Indonesia kepada kreditor yaitu: pembubaran
Perseroan dan dasar hukumnya,nama dan alamat likuidator, tata cara
pengajuan tagihan; dan jangka waktu pengajuan tagihan.”
- Pemberitahuan kepada Menkumham wajib dilengkapi dengan bukti :
dasar hukum pembubaran Perseroan dan pemberitahuan kepada
kreditor dalam surat kabar
Maka dapat disimpulkan berdasarkan Pasal 148 ayat (1) ini segala syarat
pemberitahuan yang dimaksud dalam Pasal 147 UU PT wajib dipenuhi atau
bersifat komulatif sehingga apabila likuidator melakukan pemberitahuan tetapi
tidak sesuai dengan syarat substansial ini maka likuidator dapat dikatakan
lalai.
2) Dalam hal likuidator lalai melakukan tugas pemberesan lainnya:
Berdasarkan pasal 142 ayat (6) UU PT maka tanggung jawab direksi mutatis
mutandis berlaku pula terhadap Likuidator.
Tanggung jawab likuidator atas kerugian yang timbul dari kesalahan atau
kelalaian melaksanakan likuidasi, tunduk kepada ketentuan Pasal 97 ayat (3),
ayat (4), dan ayat (5) :
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS ATAS KERUGIAN PIHAK KETIGA KARENA KELALAIAN LIKUIDATOR MELAKUKAN PEMBERITAHUAN PEMBUBARAN PERSEROAN KEPADA KREDITOR DAN MENTERI
MARKUS SUGIARTO
27
- bertanggung jawab secara pribadi (personal liability) atas kerugian
yang dialami Perseroan “dalam likuidasi”, apabila bersalah (guilt
or wrongful act) atau lalai (negligent) melaksanakan likuidasi,
- Likuidator bertanggung jawab secara tanggung renteng (jointly
and severally liable) atas kerugian yang dialami Perseroan karena
kesalahan atau kelalaian yang dilakukan salah seorang likuidator
apabila likuidator terdiri atas 2 (dua) orang atau lebih. 12
Pasal 97 ayat (4) (5) (6) UU PT tersebut merupakan pertanggungjawaban
yangbersifat“internal”
12
Ibid h.561
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS ATAS KERUGIAN PIHAK KETIGA KARENA KELALAIAN LIKUIDATOR MELAKUKAN PEMBERITAHUAN PEMBUBARAN PERSEROAN KEPADA KREDITOR DAN MENTERI
MARKUS SUGIARTO