BAB II
PENGATURAN TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)
A. Perkembangan Pengaturan BUMD.
1. Dasar hukum dan bentuk BUMD.
Istilah BUMD terdapat di dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah, Pasal 84 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa
Pemerintah Daerah mendirikan BUMD, didirikan dengan Peraturan Daerah.
Ketentuan tersebut belum memberikan definisi yang jelas tentang BUMD.
Selanjutnya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dirubah dengan Undang-undang
Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, undang-undang ini juga belum
memberikan definisi yang tegas tentang defenisi BUMD, namun pada pasal 177
undang-undang tersebut juga bahwa Pemerintah Daerah dapat memiliki BUMD yang
pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya
ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada peraturan perUndang-
undangan. Kedua perundang-undangan diatas tidak memberikan definisi maupun
batasan yang jelas tentang BUMD.
Sebenarnya jika merujuk pada Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang
Perusahan Daerah, Undang-undang ini memberikan definisi yang jelas tentang
Perusahaan Daerah, Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 menyebutkan :
Universitas Sumatera Utara
” bahwa Perusahaan Daerah ialah semua perusahaan yang modalnya untuk
seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan,
kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-undang”
Oleh karena BUMD merupakan perusahaan yang modalnya seluruhnya atau
sebahagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, sehingga Perusahaan
Daerah juga merupakan BUMD. Ketentuan didalam Pasal 2 Undang-undang Nomor
5 Tahun 1962 tersebut memberikan batasan tentang BUMD atau Perusahaan Daerah,
dinyatakan bahwa BUMD merupakan perusahan yang modalnya berasal dari
kekayaan Pemda yang dipisahkan, kekayaan daerah yang dipisahkan dapat diartikan
sebagai kekayaan daerah yang dilepaskan dari penguasaan umum yang semula
pertanggungjawabannya melalui angaran belanja daerah yang kemudian setelah
dipisahkan menjadi modal BUMD akan dipertanggung jawabkan tersendiri.19
19 Penjelasan Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
Senada dengan ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara yang menyatakan modal BUMN merupakan dan berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan, pengertian kekayaan negara yang dipisahkan
dijelaskan dalam penjelasan Pasal 4 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
BUMN sebagai pemisahan kekayaaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) pada BUMN untuk selanjutnya di bina dan dikelola tidak lagi
didasarkan pada sistem APBN namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan
Universitas Sumatera Utara
pada prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.20
Kemudian Pasal 6 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara menyatakan Perusahan Daerah adalah badan usaha yang seluruhnya atau
sebahagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Selanjutnya Menteri Dalam
Negeri melalui keputusannya Nomor 153 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Daerah Yang Dipisahkan pada konsideran huruf “b” menyatakan bahwa
Perusahaan Daerah atau BUMD merupakan badan usaha yang seluruh atau
sebahagian modalnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan
Jika di perhatikan dengan
seksama bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar tentang pengertian kekayaan
yang dipisahkan antara kedua undang-undang tersebut, namun Undang-undang
Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN lebih jelas memberikan arahan tentang
pembinaan dan pengelolaan kekayaan yang dipisahkan tersebut dengan didasarkan
pada prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik.
Pasal 5 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah
menjelaskan bahwa Perusahaan Daerah atau BUMD merupakan suatu kesatuan
produksi yang sifatnya memberi jasa dengan menyelenggarakan usaha yang
memberikan kemanfaatan bagi masyarakat banyak serta memupuk pendapatan.
Dalam penjelasan pasal ini ditegaskan bahwa Perusahaan Daerah itu adalah kesatuan
produksi (regional), yaitu kesatuan produksi dalam arti yang luas, yang meliputi
perusahaan yang memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum yang bersifat
20 Penjelasan Pasal 4 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Universitas Sumatera Utara
nasional untuk kebutuhan seluruh masyarakat dan tidak termasuk dalam bidang usaha
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat. Perusahaan Daerah dalam menunaikan
tugasnya selalu memperhatikan daya guna yang sebesar-besarnya dengan tidak
melupakan tujuan perusahaan untuk ikut serta dalam pembangunan daerah khususnya
dan pembangunan ekonomi nasional umumnya dalam rangka ekonomi terpimpin
untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan
ketentraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat yang adil
dan makmur materiil dan spiritual.
Sangat sulit untuk merinci dengan tegas tentang urusan rumah tangga daerah
dan urusan rumah tangga pemerintah pusat, karena perincian yang mungkin dibuat
tidak akan sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat baik di daerah
maupun di pusat. Urusan-urusan yang tadinya termasuk lingkungan daerah karena
perkembangan keadaan dapat dirasakan tidak sesuai lagi apabila masih diurus oleh
daerah itu karena urusan tersebut sudah meliputi kepentingan yang lebih luas dari
pada daerah itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu, Pasal 5 Undang-undang Nomor
5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah menetapkan bahwa Perusahaan yang dapat
didirikan oleh daerah ialah: perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam lapangan
yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut kemampuan/kekuatan masing-
masing Daerah. Demikian pula tidaklah mungkin memberi perincian secara tegas dari
cabang-cabang produksi yang penting bagi Daerah dan yang menguasai hajat hidup
di Daerah oleh karena segala sesuatu erat hubungannya dengan perkembangan dan
kemajuan masyarakat di Daerah. Sebagai contoh yang harusnya diusahakan oleh
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan Daerah yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan Daerah
dapat disebutkan Perusahaan Air Minum. Perusahaan Tanah untuk Pembangunan
Perumahan, Perusahaan Pasar, Perusahaan Pembangunan Perumahan Rakyat.21
Dari penjelasan pasal 5 diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis atau
pola BUMD, yaitu :
a. BUMD yang berorientasi pada pelayanan masyarakat (public service),
bertujuan untuk sebesar besarnya memberikan pelayaan yang memadai
kepada masyarakat, sehinga untuk jenis ini didirikanlah BUMD yang core
bisnisya berhubungan dengan penyaluran kebutuhan yang mempengaruhi
hajat hidup masyarakat banya.
b. BUMD yang berorientasi pada pencapaian keuntungan atau laba (provit
orientied) didirikan hanya semata-mata untuk memberikan kontribusi kepada
Pemerintah Daerah, biasanya BUMD ini memiliki core bisnis yang lebih
kompetitif, seperti BUMD yang bergerak dalam bidang perbankan maupun
perkebunan.
2. Perkembangan Pengaturan BUMD.
Keberadaan BUMD tidak terlepas dari perkembangan kebijakan terkait
dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) . Pada awalnya, BUMN merupakan
perusahaan-perusahaan negara baik yang berbentuk badan-badan berdasarkan hukum
perdata maupun yang berbentuk badan hukum berdasarkan hukum publik antara lain
yang berdasarkan Undang-Undang Perusahaan Indonesia diatur dengan Staatsblad
21 Penjelasan Pasal 5 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah
Universitas Sumatera Utara
Tahun 1927 Nomor 419. Dalam rangka mensingkronkan segala kegiatan ekonomi
pada saat itu, Pemerintah mengeluarkan Perpu nomor 17 Tahun 1960 tentang
Perusahaan Negara. Selanjutnya, dalam rangka menertibkan usaha negara berbentuk
Perusahaan Negara terutama karena ada banyak usaha negara dalam bentuk
Perusahaan Negara yang inefisien, maka Pemerintah menerbitkan Perpu Nomor 1
Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara. Dalam Perpu ini, ditetapkan
bahwa usaha-usaha negara berbentuk perusahaan dibedakan dalam Perusahaan
Jawatan (Perjan) yang didirikan dan diatur menurut ketentuan-ketentuan dalam
Indonesische Bedrijvenwet (Staatsblad Tahun 1927 Nomor 419), Perusahaan Umum
(Perum) yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 19
Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara, dan Persero yang merupakan penyertaan
negara pada perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang
Hukum Dagang atau KUHD (Wetboek Van Koophandel, Staatsblad Tahun 1847
Nomor 23).22
Seiring dengan perkembangan zaman serta dalam rangka menjamin kepastian
dan penegakan hukum mengingat terjadinya dualisme pengaturan pada Perseroan
Terbatas yang selama ini diatur dalam KUHD (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23)
dan Ordonansi Maskapai Andil Indonesia (Ordonnantie op de Indonesische
Maatschappij op Aandeelen, Staatsblad 1939: 569 jo.717) Pemerintah menerbitkan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sebagai penganti
Buku Kesatu Titel Ketiga Bagian Ketiga Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 Kitab
22 Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel, Staatsblad 1847: 23)
yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas berikut segala perubahannya, terakhir
dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1971 dan Ordonansi Maskapai Andil
Indonesia (Ordonnantie op de Indonesische Maatschappij op Aandeelen, Staatsblad
1939: 569 jo.717).
Sejalan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, Pemerintah
menerbitkan beberapa peraturan pemerintah sebagai peraturan pelaksana Perpu
Nomor 1 Tahun 1969 yaitu Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 12 Tahun 1998
tentang Perusahaan Perseroan (Persero) dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
1998 tentang Perusahaan Umum.Namun demikian, mengingat bahwa Perpu 1 Tahun
1969 dan kedua Peraturan Pemerintah tersebut dianggap sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan zaman, serta didorong dengan terbitnya Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, Pemerintah menerbitkan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang hanya
mengatur dua bentuk hukum badan usaha negara yaitu Perum dan Persero. Sementara
Perjan, dengan terbitnya Undang-Undang ini, harus dirubah bentuk hukumnya
menjadi Perum atau Persero.
Berbeda dengan BUMN yang definisinya telah ditetapkan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, istilah BUMD baru dikenal dalam Peraturan
Mendagri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD, tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang dirubah menjadi Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini dapat dimaklumi
Universitas Sumatera Utara
karena pendirian dan pengaturan BUMD sampai saat ini masih tunduk dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah walaupun
undang-undang ini telah dicabut dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969,
namun karena ditegaskan bahwa Undang-undang nomor 5 tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah tidak berlaku sejak diterbitkannya undang-undang pengganti, dan
sampai sekarang belum ada undang-undang penggantinya, maka Undang-undang
Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah masih berlaku sampai sekarang.
Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah merupakan
undang-undang yang penyusunannya diilhami dari terbitnya Perpu Nomor 17 Tahun
1960 tentang Perusahaan Negara. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1962
tentang Perusahaan Daerah, Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang seluruh atau
sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Mengingat
bahwa pembinaan Pemerintahan Daerah berada di bawah tanggung jawab Menteri
Dalam Negeri, maka peraturan pelaksana Undang-undang Nomor 5 tahun 1962
tentang Perusahaan Daerah diterbitkan oleh Mendagri baik berupa Peraturan menteri
Dalam Negeri seperti Peraturan Menteri Dalam Negeri 1 Tahun 1984 tentang Tata
Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Daerah, Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 3 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Barang Milik Perusahaan Daerah.
Sejak terbitnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum
BUMD, maka sebagian BUMD ada yang berbentuk Perseroan Terbatas. 23
Bentuk hukum badan hukum BUMD menurut Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD dapat berupa
Perusahaan Daerah atau PD dan Perseroan Terbatas atau PT, kemudian dalam
oprasionalnya setiap BUMD tunduk pada masing masing ketentuan yang mengatur
tentang badan hukum masing-masing, dengan kata lain bagi Perusahaan Daerah
berlaku ketentuan tentang Perusahaan Daerah sebagaimana yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sedangkan untuk
BUMD yang bentuk badan hukumnya Perseroan Terbatas berlaku undang-undang
yang mengatur tentang Perseroan Terbatas yang untuk saat ini diatur dalam Undang-
undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
3. Tujuan dan Manfaat BUMD
Pasal 5 ayat 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan
Daerah menegaskan tujuan pendirian Perusahaan Daerah adalah untuk turut serta
melaksanakan pembangunan Daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional
umumnya dalam rangka memenuhi kebutuhan rakyat menuju masyarakat yang adil
dan makmur.
Tidak berbeda dengan otonomi daerah yang memberikan kesempatan seluas
luasnya kepada Pemda untuk mencari sumber-sumber penghasilan bagi peningkatan
pendapatan asli daerah sebagai salah satu modal pembangunan daerahnya, sehingga
23 “Sekilas Sejarah BUMD” , http://bumd.wordpress.com/, diakses tanggal 19 Maret 2012
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah Daerah mendirikan BUMD yang berbasis pada sumber daya alam yang
dimiliknya. Pendirian BUMD oleh Pemda merupakan salah satu cara untuk
memenuhi pendapatan asli daerah, pendirian ini merupakan upaya Pemda untuk
menambah sumber pendapatan daerah dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, sebagai mana yang diatur didalam Pasal 157 huruf “a” angka 4 Undang-
undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Ada beberapa hal yang
mendasari pendirian suatu BUMD antara lain :
a. Alasan ekonomis, yaitu sebagai langkah mengoptimalisasikan potensi ekonomi di daerah dalam upaya menggali dan mengembangkan sumber daya daerah, memberikan pelayanan masyarakat (public services) dan mencari keuntungan (provit motive).
b. Alasan strategis, yaitu mendirikan lembaga usaha yang melayani kepentingan publik, yang mana masyarakat atau pihak swasta lainnya tidak (belum) mampu melakukannya, baik karena investasi yang sangat besar, risiko usaha yang sangat besar, maupun eksternalitasnya sangat besar dan luas.
c. Alasan budget, yaitu sebagai upaya dalam mencari sumber pendapatan lain di luar pajak, retribusi dan dana perimbangan dari pemerintah pusat untuk mendukung pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan di daerah. 24
Selanjutnya didalam Pasal 8 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962
tentang Perusahaan Daerah, menegaskan bahwa selain Pemerintah Daerah pihak
swasta juga dapat menyertakan sahamnya dalam suatu BUMD yang didirikan
Pemerintah Daerah, masuknya pemegang saham lain selain Pemerintah Daerah dapat
memberikan modal yang lebih banyal lagi, yang kemudian akan digunakan untuk
pengembangan usaha BUMD, sehingga masuknya pihak diluar Pemerintah Daerah
dalam suatu BUMD memberikan manfaat untuk peningkatan pendapatan asli daerah.
24 Chairil Furkan “Badan Usaha Milik daerah Sudah Rawan” http://andichairilfurqan.wordpress.com/tag/bumd/, diakses tanggal 21 Maret 2012
Universitas Sumatera Utara
B. Tata kelola BUMD sesuai UU No. 5/1962 tentang Perusahaan Daerah.
1. Modal dan Kekayaan BUMD
Sebagai suatu perusahaan BUMD juga memiliki modal dan kekayaan, Pasal
7 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah mengatur
modal dan kekayaan suatu BUMD, dijelaskan sebagai berikut :
a. bahwa modal BUMD terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian dari kekayaan Pemerintah Daerah yang dipisahkan.
b. Modal BUMD yang untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan satu Pemerintah Daerah yang dipisahkan tidak terdiri atas saham-saham.
c. Apabila modal BUMD terdiri atas kekayaan beberapa Pemerintah Daerah, maka modal dasar BUMD tersebut terdiri atas saham-saham.
d. Modal BUMD yang sebagian dimiliki oleh kekayaan Pemerintah Daerah yang dipisahkan dan kekayaan pihak lain yang bukan Pemerintahan Daerah maka modal BUMD tersebut terdiri atas saham-saham.
e. Semua alat liquide disimpan dalam bank yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang bersangkutan berdasarkan petunjuk-petunjuk Menteri Keuangan. Kemudian pasal 8 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 menyatakan atas
modal BUMD yang terdiri dari saham-saham, maka saham tersebut terdiri dari
saham prioritas dan saham biasa, saham priotitas adalah saham yang hanya dapat
dimiliki oleh Pemerintah Daerah, sedang untuk saham biasa dapat dimiliki oleh
Pemerintah Daerah dan dan pihak swasta atau badan hukum lain yang menjadi
pemegang saham dalam suatu BUMD, sebagaimana yang termaktub dalam
penjelasan umum Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 sebagai berikut:
“ Apabila Perusahaan Daerah telah didirikan berdasarkan Undang-undang ini, maka modal perusahaan terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian atas kekayaan Daerah yang dipisahkan dari Anggaran Belanja Daerah tetapi tetap masuk neraca kekayaan Daerah. Dengan ketentuan ini maka ditegaskan bahwa Perusahaan Daerah untuk selanjutnya dapat berdiri sendiri tanpa memberatkan lagi budget Daerah. Modal Perusahaan Daerah yang untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan satu Daerah tidak perlu terdiri atas saham-saham. Apabila modal
Universitas Sumatera Utara
termaksud diatas merupakan kekayaan beberapa Daerah maka modal perusahaan itu perlu terdiri atas saham-saham. Salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk mengerahkan funds and forces dari masyarakat di Daerah ialah dengan mengikut-sertakan warga negara Indonesia dan atau badan hukum yang didirikan berdasarkan Undang-undang Indonesia dan yang pesertanya terdiri dari warga negara Indonesia dalam modal yang diperlukan untuk mendirikan Perusahaan Daerah. Berhubung dengan itu dalam Undang-undang ini dimuat ketentuan bahwa modal Perusahaan Daerah yang untuk sebagian terdiri dari kekayaan Daerah yang dipisahkan terdiri atas saham-saham, yaitu saham-saham prioritet dan saham-saham biasa. Saham-saham prioritet hanya dapat dimiliki oleh Daerah, baik Daerah tingkat I dan atau Daerah tingkat II. Dengan adanya saham-saham prioritet ditangan Daerah, segala kegiatan, penguasaan dan pengurusan Perusahaan Daerah pada hakekatnya berada dibawah pimpinan dan pengawasan Kepala Daerah, yang oleh Undang-undang ini diberi wewenang untuk melakukan hak, wewenang dan kekuasaan pemegang saham prioritet.”
Hak dan wewenang pemegang saham prioritas dalam hal ini di wakili oleh
Kepala Daerah (Gubernur, Bupati dan Wali Kota) Pada suatu BUMD menurut
Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 adalah :
a. Menunjuk bank untuk menyimpan semua alat liquide berdasarkan petunjuk-
petunjuk Menteri Keuangan yang diatur pada pasal 7 ayat (4).
b. Menjalankan Hak, wewenang dan kekuasaan sebagai pemegang saham
prioritet yang diatur pada pasal 9 ayat (3).
c. Mengangkat dan memberhentikan Direksi untuk sementara atau untuk
selamanya diatur pada pasal 11 ayat (2) dan pasal 12 ayat (2) dan (4).
d. Pada prinsipnya antara anggota Direksi tidak boleh memiliki rangkap jabatan
ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus
maupun garis kesamping termasuk menantu dan ipar, kecuali jika untuk
kepentingan perusahaan diizinkan oleh Kepala Daerah/pemegang
Universitas Sumatera Utara
saham/saham prioritet. Jika sesudah pengangkatan mereka masuk periparan
Yang terlarang itu, maka untuk dapat melanjutkan jabatannya diperlukan izin
Kepala Daerah/pemegang saham/saham prioritet sebagaimana yang diatur
didalam pasal 13 ayat (1) dan (2)
e. Mengambil keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham diatur pada
pasal 18 ayat (4).
f. Mengangkat atau menunjuk Badan Pengawas BUMD diatur pada pasal 19.
g. Menunjuk badan yang menerima pertanggung jawaban pegawai BUMD yang
memiliki tugas penyimpanan pembayaran atau penyerahan uang dan surat-
surat berharga milik Perusahaan Daerah dan barang-barang persediaan milik
Perusahaan Daerah yang disimpan di dalam gudang atau tempat penyimpanan
yang khusus dan semata-mata digunakan untuk keperluan tertentu, diatur pada
pasal 20 ayat (3) dan (4).
h. Mengesahkan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran BUMD diatur pad
apasal 22 ayat (1), (2) dan (3).
i. Menerima laporan hasil usaha atau laporan berkala BUMD diatur pada pasal
23.
j. Mengesahkan perhitungan tahunan terdiri dari neraca dan perhitungan laba-
rugi diatur pada pasal 24 ayat (1), (3) dan (4).
k. Menetukan cara mengurus dan penggunaan dana penyusutan dan cadangan
diatur pada pasal 25 ayat (5).
Universitas Sumatera Utara
l. Menyetujui tindakan direksi mengangkat dan memberhentikan Pegawai
BUMD diatur pada pasal 26 ayat (2) .
m. Menunjuk badan yang mempunyai tugas dan kewajiban melakukan
pengawasan BUMD atas pekerjaan menguasai dan mengurus BUMD diatur
pada pasal 27 ayat (1).
Untuk BUMD yang bentuk badan hukumnya PT seluruh ketentuan yang
mengatur tentang modal dan kekayaan sepanjang tidak diatur dalam Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, maka pada BUMD tersebut dapat
diberlakukan ketentuan sebagaimana yang ada mengenai modal dan kekayaan BUMD
yang ada dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
2. Rapat Pemegang Saham BUMD
Sebagaimana perusahaan pada umunya, BUMD yang berbentuk Perusahaan
Daerah juga memiliki organ Rapat Pemegang Saham, namun Undang-undang
Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah tidak memberikan rincian yang jelas
tentang peran dan fungsi organ tersebut. Keberadaan organ ini bukanlah sebagai
lembaga tertinggi didalam suatu perusahaan sebagaimana yang dianut dalam
terminologi Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseoan Terbatas atau
organ yang memiliki wewenang yag tidak dimiliki oleh organ lain yaitu Direksi dan
Dewan Komisaris dalam terminologi Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
Pada BUMD yang berbadan hukum Perusahaan Daerah fungsi Rapat
Pemegang Saham tidak selalu sebagai pengambil keputusan akhir, Undang-undang
Universitas Sumatera Utara
Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah menegaskan bahwa keputusan
Rapat Pemegang Saham pada Perusahaan Daerah harus diambil dengan
permufakatan seluruh pemegang saham yang ada, jika permufakatan tidak tercapai
dalam suatu hal yang menghendaki suatu keputusan maka Kepala Daerah memiliki
kewenangan untuk memutus masalah tersebut dengan tetap memperhatikan pendapat
pendapat yang berkembang dalam RUPS, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 18
Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, yakni :
Pasal 18.
a. Tata-tertib rapat pemegang saham/saham prioritet dan rapat umum pemegang
saham (prioritet dan biasa) diatur dalam peraturan pendirian Perusahaan
Daerah.
b. Keputusan dalam rapat pemegang saham/saham prioriteit dan rapat umum
pemegang saham (prioritet dan biasa) diambil dengan kata mufakatan.
c. Jika kata mufakat termaksud pada huruf “b” tidak tercapai maka pendapat-
pendapat yang dikemukakan dalam musyawarah disampaikan kepada Kepala
Daerah dari Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah.
d. Kepala Daerah termaksud pada huruf “c” mengambil keputusan dengan
memperhatikan pendapat-pendapat termaksud.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengurus BUMD
Pengurusan BUMD dilakukan oleh suatu Direksi, jumlah anggota serta
susunan Direksi diatur didalam peraturan daerah yang merupakan peraturan
pendiriannya, pengangkatan anggota Direksi pada BUMD dilakukan oleh Kepala
Daerah setelah mendengar pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari
Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah, mengenai pengangkatan anggota
Direksi terdapat dua mekanisme, Kepala Daerah memiliki kewenangan untuk
mengangkat dan memberhentikan anggota Direksi jika modal badan usaha tersebut
seluruhnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Pengangkatan anggota
Direksi BUMD dilakukan dari usulan pemegang saham prioritas, bagi badan usaha
yang modalnya sebahagian dari kekayaan daerah yang dipisahkan.
Dalam menjalankan perseroan Direksi menentukan kebijaksanaan dalam
memimpin perusahaan, dengan mengurus dan menguasai kekayaan perusahaan, untuk
pengaturan dan tata tertib serta cara menjalankan pekerjaan tersebut, Direksi secara
otonom diberikan kewenangan untuk mengatur tata tertib dan cara menjalankan
perusahan dalam peraturan yang ditetapkan oleh Direksi sebagaimana yang diatur
didalam Pasal 15 Undang-undang No 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
Dalam pelaksanannya kewenangan yang dimiliki Direksi tersebut dapat dibatasi
didalam peraturan daerah tentang pendirian perusahaan milik daerah tersebut,
pembatasan ini bertujuan untuk menyesuaikan dengan sifat dan corak perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Daerah masing-masing, maka sewajarnya batas kekuasaan tersebut diatas ditetapkan
dalam peraturan pendirian perusahaan yang bersangkutan.25
Untuk menjalankan fungsi pengurusan Direksi bertanggung jawab kepada
Gubernur melalui Badan Pengawas, Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I
Sumatera Utara Nomor 24 tahun 1985 tentang Perusahaan Daerah Perkebunan
Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara mengatur Direksi antara lain:
a. Direksi menjalankan pimpinan Perusahaan Daerah sehari-hari berdasarkan
kebijaksanaan yang digariskan oleh Gubernur dan atau Badan Pengawas
dengan mengikuti peraturan tata tertib serta tata kerja yang sudah ditetapkan
serta memperhatikan ketentuan yang sudah ditetapkan serta memperhatikan
ketentuan peraturan perUndang-undangan yang berlaku. (Pasal 10 Perda
pendirian)
b. Direksi mengangkat dan memberhentikan pimpinan unit, pegawai perusahaan
berdasarkan ketentuan-ketentuan pokok perusahan (Pasal 11 Perda pendirian)
c. Direksi mewakili perusahan didalam maupun diluar pengadilan dan dapat
menyerahkan kekuasan mewakili tersebut kepada seorang anggota Direksi
atau kepada seseorang atau beberapa orang pegawai perusahaan yang khusus
ditunjuk untuk itu ataupun kepada orang atau badan diluar perusahan tersebut.
(Pasal 14 Perda pendirian)
d. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku
berakhir, Direksi harus menyampaikan rencana anggaran perusahaan kepada
25 Penjelasan Pasal 16 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah
Universitas Sumatera Utara
Gubernur untuk disahkan, pengesahannya dilakukan oleh Gubernur diambil
setelah mendengar pertimbangan Badan Pengawas atas usulan rencana
anggaran tersebut. (Pasal 35 Perda pendirian)
4. Pengawas BUMD
Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah mengatur
tentang pengawasan Perusahaan Daerah, Pasal 19 menyatakan bahwa Direksi dalam
menjalankan pengurusannya terhadap perusahaan berada di bawah pengawasan
Kepala Daerah bagi Perusahaan daerah yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemda.
Fungsi pengawasan dilaksanakan oleh Pemegang Saham atau Pemegang Saham
Prioritas mana kala saham-saham perusahaan tersebut dimiliki oleh lebih dari satu
pegang saham. Pengawasan juga dapat dilakukan oleh badan yang dibentuk atau
ditunjuk dengan diberikan mandat untuk melakukan pengawasan oleh Kepala Daerah
atau Pemegang Saham.
Sebagaimana lazim berlaku didalam tiap-tiap Perusahaan terhadap tugas yang
dipercayakan kepada Direksi, yaitu menjalankan kepemimpinan, cara mengurus dan
mengusahai perusahaan diadakan pengawasan (umum) apakah benar-benar sesuai
dengan garis-garis kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh para pemilik/pemegang
saham.
Biasanya tugas pengawasan yang diserahkan kepada suatu Dewan/Badan
terhadap suatu perusahaan yang besarnya ditunjuk satu badan, yang menjalankan
Universitas Sumatera Utara
pengawasan umum terhadap perusahaan sedang untuk perusahaan-perusahaan yang
kecil ditunjuk hanya satu badan untuk melakukan pengawasan.26
5. Kedudukan Pegawai BUMD
Pada BUMD tidak mengenal pengertian buruh dan majikan, semuanya
adalah karyawan perusahaan. kedudukan hukum, gaji, pensiun serta penghasilan-
penghasilan lain dibuat dalam ketentuan yang berlaku untuk seluruh karyawan pada
suatu BUMD, ketentuan mana ditetapkan dalam peraturan pokok kepegawaian
BUMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berlaku setelah mendapat
pengesahan instansi atasan. Pemberhentian karyawan pada suatu BMUD dilakukan
menurut ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang ketenagakerjaan.
6. Pembubaran BUMD
Sebagaimana pendirian BUMD yang dilakukan dengan Peraturan Daerah,
demikian juga halnya dengan pembubaran BUMD dilakukan dengan Peraturan
Daerah hal mana diatur pada pasal 29 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah. Pembubaran BUMD yang dilakukan dengan peraturan daerah
berlaku setelah peraturan daerah itu disahkan, selengkapnya pasal 29 berbunyi :
a. Pembubaran Perusahaan Daerah dan penunjukan likwidaturnya ditetapkan
dengan Peraturan Daerah dari Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah
dan yang berlaku setelah mendapat pengesahan instansi atasan.
b. Semua kekayaan Perusahaan Daerah setelah diadakan likwidasi dibagi
menurut perimbangan nilai nominal saham-saham.
26 Penjelasan Pasal 19 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
Universitas Sumatera Utara
c. Pertanggungan jawab likwidasi oleh likwidatur dilakukan kepada Pemerintah
Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah dan yang memberikan
pembebasan tanggung-jawab tentang pekerjaan yang telah diselesaikannya.
d. Dalam hal likwidasi, Daerah termaksud pada ayat (1) bertanggung-jawab atas
kerugian yang diderita oleh pihak ketiga apabila kerugian itu disebabkan oleh
karena neraca dan perhitungan laba-rugi yang telah disahkan tidak
menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya.
Pemberesan atas harta BUMD yang dibubarkan dibagi menurut perimbangan
nilai nominal saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham, sedang
kepentingan fihak ketiga cukup terjamin dengan adanya jaminan Daerah termaksud
pada ayat (4). Pasal ini juga memberi jaminan diperhitungkan pula segala sesuatu
yang bersangkutan dengan karyawan BUMD yang akan dilikuidasi.
C. Perubahan Bentuk Badan Hukum BUMD
1. Dasar Perubahan Bentuk Badan Hukum Menjadi Perseroan Terbatas
Untuk memberikan ruang gerak bagi badan usaha yang dimiliki oleh Pemda,
terutama bagi badan usaha yang bertujuan untuk mencari laba bagi peningkatan
pendapatan asli daerah serta untuk meningkatkan kinerja BUMD. Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3
Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD tanggal 24 Pebruari 1998, peraturan ini
memberikan penegasan tentang bentuk hukum BUMD.
Universitas Sumatera Utara
Jika dilihat dari konsideran peraturan menteri ini ada beberapa hal yang
menjadi dasar dikeluarkannya peraturan ini, antara lain :
a. Untuk meningkatkan kinerja pelayanan BUMD menyongsong era globalisasi
dengan mendorong peran swasta dan masyarakat dalam mengelola BUMD.
b. Untuk memperjelas keikutsertaan swasta dan masyarakat dalam BUMD agar
jelas kedudukan hukumnya dan mampu meningkatkan pengelolaan
manajemen.
Perubahan bentuk badan hukum didasari atas beberapa alasan yang menjadi
problematika dalam pengelolaan BUMD, alasan ini dilihat dari aspek juridis dan non
juridis. Secara juridis kebutuhan untuk merubah bentuk badan hukum suatu badan
usaha sangat di pengaruhi oleh peraturan atau regulasi yang melingkupi badan usaha
tersebut, dari sudut ini dapat dilihat apakah peraturan atau regulasi dapat mendukung
atau memberikan kepastian pada dunia bisnis atau dunia usaha, jika dilihat dari aturan
pokok yang ada sampai saat ini BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah atau PD,
masih mengacu pada Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan
Daerah. Secara yuridis keberadaan peraturan ini masih berlaku, namun jika dilihat
dari materi yang diaturnya sangat sulit untuk mengimplementasikannya dalam dunia
usaha sekarang ini.
Adanya kebijaksanan pemerintah yang tertuang didalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 3 tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD yang menjadi
dasar bagi perubahan suatu bentuk hukum BUMD, yang sejara juridis perubahan
Universitas Sumatera Utara
bentuk badan hukum ini dimaksudkan juga untuk memperjelas kedudukan hukum
keikutsertaan pihak swasta dan masyarakat dalam hal kepemilikan BUMD.
2. Akibat Hukum Perubahan Bentuk Badan Hukum
a. Akibat Hukum Terhadap Saham BUMD
Kepemilikan suatu usaha dapat dibuktikan dengan lembaran-lembaran saham
atas suatu usaha. Sehingga saham dapat dikatakan sebagai suatu bagian dalam
kepemilikan suatu perusahaan atau suatu modal yang ditanam dalam suatu
perusahaan seperti yang diwakili oleh bagian bagian dari modal itu yang dimiliki oleh
individu masing-masing dalam bentuk sertifikat saham.27
Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah memang
tidak membatasasi kepemilikan BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah, Undang-
undang tersebut hanya membatasi kewenangan dari pemegang saham, pembatasan ini
dapat dilihat dari beberapa Pasal, Pasal 8 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962
tentang Perusahaan Daerah yang menyatakan :
1) Saham-saham Perusahaan Daerah terdiri atas saham-saham prioritet dan
saham-saham biasa.
2) Saham-saham prioritet hanya dapat dimiliki oleh Daerah.
3) Saham-saham biasa dapat dimiliki oleh Daerah, warga negara Indonesia
dan/atau badan hukum yang didirikan berdasarkan Undang-undang Indonesia
dan yang pesertanya terdiri dari warga negara Indonesia.
27 Fuady Munir, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Peraktek, (Bandung: Citra Aditya Bakti, tahun 1999), hlm 35
Universitas Sumatera Utara
4) Besarnya jumlah nominal dari saham-saham prioritet dan saham-saham biasa
ditetapkan dalam peraturan pendirian Perusahaan Daerah.
Sebagaimana yang telah diuraikan pada pembahasan terdahulu, bahwa
terdapat dua jenis saham pada BUMD jika mengacu pada Undang-undang Nomor 5
tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah yaitu saham prioritas dan saham biasa, saham
prioritas hanya dapat dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Ketentuan yang ada pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 tahun 1998 tentang Bentuk Hukum
BUMD tidak mengatur tentang klasifikasi saham namun mengatur atau memberikan
batasan yang jelas tentang siapa-siapa yang dapat memiliki saham didalam suatu
perusahaan yang telah merubah bentuk hukumnya menjadi perseroaan terbatas, Pasal
8 Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 3 tahun 1998 tentang Bentuk Hukum
BUMD menjelaskan, antara lain :
1) Saham Perseroan Terbatas dapat dimiliki oleh Pemda, Perusahaan Daerah,
swasta dan masyarakat.
2) Bagian terbesar dari saham Perseroan terbatas dimiliki oleh Pemda dan
Perusahaan Daerah.
Ada beberapa hal yang dapat dilihat dari uraian Pasal ini, Pertama saham
Perseroan Terbatas dapat dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Kedua, BUMD yang
merupakan badan hukum dapat juga bertindak sebagai pemegang saham dalam suatu
BUMD lain. Ketiga, swasta dan masyarakat juga dapat memiliki saham didalam
BUMD.
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, tidak
mengatur klasifikasi saham, tentang saham dalam Undang-undang Nomor 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatasdiatur pada Bagian Kelima Pasal 48 sampai dengan
Pasal 62, tidak ada terdapat pengklasifikasian saham sebagaimana yang ada
pengaturannya dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan
Daerah, dalam undang-undang perseroan terbatas tersebut, selanjutnya dalam Pasal
52 Ayat 1 disebutkan bahwa saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk
menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, menerima pembayaran deviden
dan sisa kekayaan hasil likwidasi, menjalankan hak lainnya sesuai dengan Undang-
undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
memberikan keleluasaan kepada pendiri untuk menentukan persyaratan kepemilikan
termasuk tentang klasifikasi saham dalam anggaran dasar perseroan. Walaupun
Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tidak mengatur tentang klasifikasi saham,
namun didalam suatu BUMD harus tetap diatur tentang adanya saham dengan hak
prioritas sebagaimana yang diatur didalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 5 tahun
1962 tentang Perusahaan Daerah, karena secara juridis formal undang-undang
tersebut masi merupakan payung hukum BUMD.
b. Akibat Hukum Terhadap Tata Kelola.
Perubahan bentuk badan hukum memberikan dampak pada tata kelola suatu
BUMD, sebagai mana yang diatur didalam Permendagri Nomor 3 tahu 1998 tentang
Bentuk Badan Hukum BUMD diatur tentang oprasional BUMD, pasal 3 peraturan
Universitas Sumatera Utara
tersebut menyatakan bahwa BUMD yang bentuk badan hukumnya Perusahaan
Daerah (PD) tunduk pada peraturan perundang undangan yang berlaku mengatur
Perushaan Daerah dalam hal ini Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah, selanjuntya untuk BUMD yang bentuk badan hukumnya
Perseroan Terbatas (PT) tunduk pada perundang-undangan yang mengatur tentan
perseroan terbatas, saat ini perseroan terbatas diatur oleh Undang-undang Nomor 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas membawa
cukup banyak perubahan signifikan bagi dunia usaha di Indonesia. Perubahan-
perubahan tersebut wajib dicermati oleh BUMD yang bentuk badan hukumnya PT,
agar semua kegiatan usaha PT senantiasa dijalankan dalam koridor hukum yang tepat
dan benar.
Salah satu bentuk penyempurnaan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 adalah
pembaharuan tentang konsep pengelolaan perseroan. Pendirian perseroan terbatas
dihadapkan pada dua kepentingan, yaitu kepentingan pemegang saham/ pemilik serta
kepentingan masyarakat luas dalam hal ini adalah stake holder dan share holders.
Sehingga dengan dua kepentingan yang saling tarik menarik ini, diharapkan pada
pengelolaan perseroan yang bisa mengakses kepentingan kedua belah pihak.
Tujuan pembaharuan Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007,
salah satunya adalah untuk mendukung implementasi Good Corporate Governance.
Pengelolaan yang baik lazim disebut dengan Good Corporate Governance (GCG)
atau prinsip Tata Kelola Usaha yang Baik. Prinsip Tata Kelola Usaha yang Baik
Universitas Sumatera Utara
diadopsi dari Undang-undang No. 1 Tahun 1995 maupun Undang-undang No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
(1) Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham.
Hak-hak pemegang saham harus dilindungi dan pemegang saham harus dapat
menjalankan hak-hak mereka melalui prosedur yang memadai yang ditetapkan
perusahaa. Hak-hak pemegang saham pada dasarnya adalah hak untuk menghadiri
dan memberikan suara dalam rapat berdasarkan prinsip satu saham satu suara. Hak
untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu dan teratur
yang memungkinkan pemegang saham membuat keputusan yang baik mengenai
investasi yang berkaitan dengan sahamnya dalam perusahaaan dan hak ikut serta
dalam pembagian keuntungan, demikian pula dengan hak pemegang saham pada
suatu BUMD yang berbadan hukum Perusahaan Daerah yang diatur dalam Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
Pilihan terhadap bentuk badan hukum PT untuk kegiatan bisnisnya adalah
dikarenakan Pemegang Saham PT hanya bertanggung jawab sebesar nilai saham yang
diambilnya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya. Undang-undang Nomor 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menegaskan prinsip tanggung jawab terbatas
tersebut dengan menetapkan bahwa Pemegang Saham PT tidak bertanggung jawab
secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung
jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya. Prinsip
tanggung jawab terbatas Pemegang Saham tidak berlaku mutlak, kemungkinan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengecualikan prinsip tanggung jawab terbatas tersebut dimungkinkan dalam hal-hal
sebagai berikut28
1. Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi.
:
2. Pemegang Saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung
dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata untuk kepentingan
pribadi.
3. Pemegang Saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh perseroan.
4. Pemegang Saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung
secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang
mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi
utang perseroan.
Tujuan utama dimungkinkannya penghapusan tanggung jawab terbatas suatu
PT, dapat dilihat dari Penjelasan Pasal 3 ayat (2) Undang-undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan terbatas, adalah agar PT didirikan tidak semata-mata sebagai
alat yang dipergunakan untuk memenuhi tujuan pribadi Pemegang Saham (alter ego),
sehingga terjadi pembauran harta kekayaan pribadi Pemegang Saham dan harta
kekayaan PT, atau antara harta kekayaan Pemegang Saham dan harta kekayaan PT
tidak dapat lagi dibedakan.
28 “Tinjauan Kritis Implemetasi GCG di Indonesia” , http://mhugm.wikidot.com/artikel:008. Diakses tanggal 23 Maret 2012.
Universitas Sumatera Utara
(2) Tanggung Jawab Direksi.
Perseroan Terbatas sebagai suatu perusahaan atau suatu entitas ekonomi
dimana salah satu karakteristiknya adalah terpusatnya manajemen dibawah struktur
dewan direksi. Oleh karena itu sangat penting untuk mengontrol prilaku dari para
direktur yang mempunyai posisi dan kekuasaan besar dalam mengelola perusahaan,
termasuk menetukan standar prilaku ( standart of counduct) untuk melindungi pihak-
pihak yang akan dirugikan apabilah seorang direktur berprilaku tidak sesuai dengan
kewenangannya atau berprilaku tidak jujur.29
Secara umum Direksi merupakan agent dari PT, hal ini dapat dilihat pada
pasal 1 butir 4 dan pasal 8 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007. Direksi
merupakan organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di
dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.
Kemudian ditegaskan pula pada pasal 79 ayat (1) bahwa Kepengurusan perseroan
dilakukan oleh Direksi. Ketentuan ini, sebagaimana disebutkan dalam penjelasannya,
adalah menugaskan Direksi untuk mengurus perseroan yang antara lain meliputi
pengurusan sehari-hari dari perseroan. Selain Direksi, karyawan atau orang lain juga
diberikan kemungkinan untuk mewakili perseroan, atas hal ini undang-undang
membatasi dengan ketentuan bahwa kemungkinan tersebut diberikan dengan kuasa
29 Bismar Nasution, “UU No. 40 Tahun 2007 Dalam Perspektif Hukum Bisnis : Pembelaan Direksi Melalui Prinsip Busines Judgment Rule” disampaikan pada Seminar Bisnis 46 tahun FE USU: “Pengaruh UU No.40 tahun2007 tentang Perseroan Terbatas terhadap Iklim Usaha di Sumatera Utara”, Aulah Fakultas Ekonomi USU tanggal 24 November 2007.
Universitas Sumatera Utara
tertulis dari Direksi kepada 1 (satu) orang karyawan perseroan atau lebih atau orang
lain untuk dan atas nama perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu. Biasanya
aturan mengenai kewenangan mewakilkan dari Direksi selaku principal diatur dalam
anggaran dasar perseroan.
Oleh sebab itu direktur harus mengetahui tugas dan tanggung jawabnya
kepada perusahaan untuk menghindari hal yang diatas, hal ini berkaitan dengan
tanggung jawab direktur yang disebut dengan fiduciariy duty. Prinsip fiduciariy duty
ini meletakkan direktur sebagai trustee dalam pengertian hukum trust, sehingga
seorang direktur haruslah mempunyai kepedulian dan kemampuan ( duty of care dan
duty of loyality), itikad baik, loyaliatas dan kejujuran terhadap perusahaannya dengan
derajat yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk memberi perlindungan terhadap hak
pemegang saham perusahaan, karena direktur memiliki kewajiban untuk melindungi
kepentingan pemegang saham dari tindakan sewenang-wenang pemegang saham
mayoritas, namun perlu diketahui bahwa kewajiban utama dari direktur adalah
kepada perusahaan secara keseluruhan bukan kepada pemegang saham baik secara
individu maupun kelompok. Oleh karena itu seorang direktur harus bertindak hati-
hati dalam melakukan tugasnya (duty of care) dan juga dalam melakukan tugasnya
seorang direktur tidak boleh mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri atas
perusahaan (duty of loyality), pelanggaran terhadap kedua prinsip tersebut dalam
hubungannya dengan fiduciary duty dapat menyebabkan direktur dapat dimintai
Universitas Sumatera Utara
pertanggungan jawaban hukumnya secara pribadi terhadap perbuatan yang
dilakukannya, baik kepada para pemegang saham maupun kepada pihak lainnya.30
Sebagai artificial person perseroan tidak mungkin dapat bertindak sendiri,
sehingga memerlukan orang-orang yang memiliki kehendak yang akan menjalankan
perseroan sesuai dengan tujuan pembentukan perseroan. Direksi adalah organ
perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar
perseroan.
31Pada prinsipnya suatu perseroan dapat memiliki hanya satu orang
direktur, tetapi dalam hal-hal tertentu sebuah perseroan harus memiliki paling
sedikit dua orang direktur, yaitu dalam hal-hal perseroan yang bidang usahanya
mengerahkan dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan hutang
dan perseroan berbentuk perseroan terbuka.32
Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
mensyaratkan banhwa anggota direksi haruslah orang perseorangan, ini berarti tidak
dibenarkan adanya pengurusan suatu perseroan oleh badan hukum perseroan lain
maupun badan hukum lain, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan
hukum, selanjutnya orang perseorangan itu adalah mereka yang cakap untuk
bertindak dalam hukum, tidak pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan baik dalam
menjadi direksi maupun komisaris pada perusahaan lain, tidak pernah dihukum
30 Ibid,hlm 7 31 I.G.Rai Wijaya, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Megapoin, 2002), hlm. 64. 32 Munir Fuady, Perseroan terbatas Pradigma Baru, (Bandung: Citra Aditiya Bakti, 2003),
hlm.51.
Universitas Sumatera Utara
karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam jangka
waktu lima tahun terhitung sejak tanggal pengangkatannya.
Dalam hal menjalankan tugas dan kepengurusannya, Direksi dituntut harus
senantiasa33
1. Bertindak dengan itikat baik.
:
2. Senantiasa memperhatikan kepentingan perseroan dan bukan kepentingan
pemegang saham semata-mata.
3. Kepengurusan perusahaan harus dilaksanakan dengan baik, sesuai dengan
tugas dan kewenangan yang diberikan kepadanya, dengan tingkat kecermatan
yang wajar, dengan ketentuan bahwa Direksi tidak dibenarkan untuk
memperluas maupun mepersempit ruanglingkup geraknya sendiri.
4. Tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan
benturan kepentingan antara kepentingan perseroan dengan kepentingan
Direksi.
Hal diatas merupakan hal yang penting karena memberikan relasi yang
penting bahwa Direksi dan Perusahaan memiliki hubungan yang saling
ketergantungan, dimana perseroan bergantung kepada Direksi sebagi organ yang
dipercayakan untuk melakukan pengurusan perseroan dan demikian sebaliknya
keberadaan perseroan merupakan sebab keberadaan Direksi, dengan kata lain tanpa
perseroan tidak mungkin ada Direksi. Sebagai suatu organ perseroan maka tugas dan
33 Gunawan Wijaya, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, (Jakarta: Rajagarafindo Persada, 2003), hlm. 23.
Universitas Sumatera Utara
tanggung jawab Direksi adalah tugas dan tanggung jawab kolektif koligeal diantara
anggota Direksi, anggota Direksi tidak bertanggung jawab secara sendiri-sendiri
kepada perseroan sehingga setiap tindakan yang dijalankan oleh Direksi menjadi
mengikat seluruh anggota Direksi. Tanggung jawab kolektif kolegial ini tidak berarti
tidak dibenarkannya terjadinya pembagian tugas di antara para anggota direksi
perseroan. Dalam menjalankan tugas Direksi harus mematuhi anggaran dasar
perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga setiap anggota
direksi harus memahami anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku terutama yang berhubungan dengan tugas dan kewenagan Direksi yang
berlaku dari waktu ke waktu.
Setiap anggota Direksi secara pribadi bertanggung jawab atas penyimpangan
atau kelalaian dalam menjalankan tanggung jawab sebagai Direksi, Pasal 92 dan
Pasal 98 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
menyatakan Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik didalam maupun
diluar pengadilan, (persona standi in judicio), setiap anggota Direksi wajib dengan
itikat baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan
usaha perseroan dan setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi
apabila yang bersangkutan bersalah menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan
ketentuan yang telah digariskan dalam suatu perseroan.
Universitas Sumatera Utara
(3) Tanggung Jawab Dewan Komisaris.
Sebagai salah satu organ perseroan Komisaris juga memiliki tanggung jawab
berdasarkan tugas yang dijalankan Komisaris, sebagai badan usaha yang membatasi
tanggung jawab pemegang saham sampai sebesar jumlah saham yang dimilikinya.
Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas (UUPT)
mengharuskan adanya lembaga komisaris sebagai salah satu organ dalam perseroan,
dalam sistem kepengurusan perseroan peran Dewan Komisaris adalah melakukan
fungsi pengawasan, namun UUPT juga membenarkan dalam hal-hal tertentu
Komisaris dapat juga menjalankan fungsi pengurusan perseroan. Dewan Komisaris
bertanggung jawab atas pengawasan perseroan baik mengenai pengurusan maupun
usaha perseroan.
Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT yaitu dalam hal
melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasehat
kepada Direksi. Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-
hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan
pemberikan nasehat kepada Direksi untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan. Kemudian setiap anggota Dewan Komisaris ikut
bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan, apabila yang bersangkutan
bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Jika Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua)
anggota Dewan Komisaris atau lebih, maka tanggung jawab sebagaimana dimaksud
Universitas Sumatera Utara
diatas, berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris (Pasal
114 ayat (3) UUPT). Namun, Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggung jawabkan
atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 114 ayat (3) UUPT apabila
dapat membuktikan:
a. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
b. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian.
c. Telah memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut. Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris
dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh Direksi
dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan
akibat kepailitan tersebut, Pasal 114 ayat (4) UUPT mengatur bahwa setiap anggota
Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota
Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud
diatas, berlaku juga bagi anggota Dewan Komisaris yang sudah tidak menjabat 5
(lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan. Namun, anggota Dewan
Komisaris tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas kepailitan Perseroan
sebagaimana dimaksud diatas, apabila dapat membuktikan bahwa kepailitan tersebut
bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, telah melakukan tugas pengawasan
dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan, tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung
maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan oleh Direksi yang mengakibatkan
Universitas Sumatera Utara
kepailitan dan telah memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah terjadinya
kepailitan.
Selain tugas-tugas umum, Dewan Komisaris juga memiliki kewajiban untuk
membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya. Selain itu
Dewan Komisaris juga berkewajiban untuk melaporkan kepada Perseroan mengenai
kepemilikan sahamnya atau keluarganya pada Perseroan tersebut dan Perseroan lain.
Dewan Komisaris juga berkewajiban untuk memberikan laporan tentang tugas
pengawasan yang telah dilakukannya selama tahun buku yang baru lampau kepada
RUPS. Dewan Komisaris dapat memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi
dalam melakukan perbuatan hukum tertentu diluar tugas pengawasan dan pemberian
nasihat sepanjang wewenang tersebut ditetapkan di dalam Anggaran Dasar Perseroan,
termasuk syarat-syaratnya. Tanpa persetujuan atau bantuan Dewan Komisaris
berdasarkan syarat-syarat dalam Anggaran Dasar, perbuatan hukum Direksi tetap
mengikat Perseroan sepanjang pihak lainnya dalam perbuatan hukum tersebut
beritikad baik. Diluar tugas pengawasan dan pemberian nasihat, Dewan Komisaris
juga dapat melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalam “keadaan tertentu”.
Tindakan tersebut dilakukan hanya untuk “jangka waktu tertentu”. Tindakan Dewan
Komisaris dalam keadaan dan jangka waktu tertentu itu berlaku terhadap semua
ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap Perseroan dan
pihak ketiga.34
34 “Dewan Komisaris”.
http://www.legalakses.com/dewan-komisaris/, diakses tanggal 1 Maret 2012
Universitas Sumatera Utara