Download - Bab II Perikondritis-erin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Embriologi
A.1. Telinga Luar
Telinga luar berasal dari kantong dan celah brankial pertama dan
perkembangannya mulai pada minggu ke-4 kehamilan. Sewaktu telinga dalam
telah berkembang, telinga tengah dan telinga luar juga berkembang. Pada
bagian luar kepala embrio, diantara lengkung brankial pertama dan kedua,
suatu celah brankial berkembang ke arah yang berlawanan dari kantong
faring.3
A.1.1. Daun Telinga
Pertumbuhan daun telinga dimulai pada minggu ke-4 dari kehidupan fetus,
dimana bagian mesoderm dari cabang pertama dan kedua brankial membentuk
6 tonjolan (Hillock Of His) yang mengelilingi perkembangan liang telinga luar
dan kemudian bersatu untuk membentuk daun telinga, dengan pembagian
telinga sebagai berikut :
a. Cabang brankial pertama terdiri dari :
- Tonjolan pertama akan membentuk tragus
- Tonjolan kedua akan membentuk krus helicis
- Tonjolan ketiga akan membentuk heliks
b. Cabang brankial kedua terdiri dari :
- Tonjolan keempat akan membentuk antiheliks
3
- Tonjolan kelima akan membentuk antitragus
- Tonjolan keenam akan membentuk lobulus dan heliks bagian bawah
Pada minggu ketujuh pembentukan kartilago masih dalam proses dan pada
minggu ke-12 daun telinga dibentuk oleh penggabungan dari tonjolan –
tonjolan diatas. Pada minggu ke-20 daun telinga sudah seperti bentuk telinga
dewasa, tetapi ukurannya belum seperti ukuran dewasa sampai umur 9 tahun.4
Gambar 1. Embriologi telinga8
Posisis daun telinga berubah selama perkembangan, pada awal
pertumbuhan terletak di vetro medial dan pada bulan kedua kehamilan tumbuh
menjadi dorso lateral yang merupakan lanjutan dari pertumbuhan mandibula.
Bila proses ini terhenti, maka akan mengakibatkan terjadinya telinga letak
rendah yang mungkin diikuti oleh anomali, kongenital lainnya seperti mikrotia
dan anotia. Fistula aurikularis congenital terjadi diduga oleh karena kegagalan
daripada penggabungan tonjolan – tonjolan ini. Kelainan kongenital daun
4
telinga dapat terjadi mulai dari minor malformasi seperti lipatan kulit di depan
tragus sampai aplasia total.4
A.1.2. Liang Telinga Luar
Liang telinga luar berkembang dari lapisan ektoderm celah faringeal
(branchial) pertama. Epitel dari ujung medial dari celah brankial untuk
beberapa saat kontak dengan lapisan ektoderm kantong faring pertama.
Kemudian sewaktu pembesaran kepala, mesoderm berkembang diantaranya
dan memisahkan kedua lapisan epitel ini. Pada hampir bulan kedua kehidupan
fetus, celah brankial pertama ektoderm tumbuh makin ke dalam membentuk
suatu tabung yang berbentuk corong. Tabung ini selanjutnya akan disokong
oleh tulang rawan telinga luar, membentuk 1/3 luar meatus akustikus eksternus.
Pada bulan ke-7 kehidupan fetus, sel – sel epitel yang solid akan terpisah,
bagian yang paling dalam akan membentuk telinga luar dari membran timpani
yang kemudian meluas dan membuka daerah luar untuk bergabung dengan
lumen primitif. Dengan adanya jaringan ikat disekelilingnya, tabung ini akan
meluas ke arah annulus timpanikus, membentuk 2/3 bagian dalam meatus
akustikus eksterna bagian tulang.8
Pada saat lahir hanya liang telinga bagian tulang rawan saja yang terbentuk
sedangkan bagian tulang dari liang telinga terbentuk setelah lahir dari
pertumbuhan annulus timpanikus.8
Liang telinga terbentuk oleh karena penebalan dari bagian ektoderm pada
ujung atas dari celah faringeal eksterna pertama. Lantai dari celah tersebut
5
masuk ke dalam lapisan bawah mesoderm membentuk “cylindric meatal plug”
yang kemudian menjadi dinding lateral dan lantai dari ujung recessus tubo
tympanicus berhubungan dengan recessus tubo tympanicus sedemikian rupa
sehingga, ketika membran timpani terbentuk antara permukaan ektoderm dan
endoderm, membran timpani tersebut akan terletak secara oblique, posisi ini
akan menyebabkan atap dan dinding posterior “ektodermal meatal plug”
kemudian terbuka untuk membentuk saluran dimana folikel rambut dan
kelenjar serumen dibuat.3
Pada saat lahir hanya liang telinga bagian tulang rawan saja yang terbentuk
sedangkan bagian tulang dari liang telinga terbentuk setelah lahir yang berasal
dari pertumbuhan cicncin timpani. Dalam perkembangan dari liang telinga luar
ini busa saja pada suatu “meatal plug” tidak terbuka sehingga kejadian ini bisa
menjadi penyebab terjadinya atresia dan stenosis dari liang telinga.
6
Gambar 2. Pembentukan telinga
Diduga bahwa atresia liang telinga dapat terjadi dengan dua cara :
1. Pada awal pertumbuhan dimana terjadi malformasi dari lengkung
pertama dan kedua brankial yang dapat menimbulkan deformitas dari
daun telinga, telingah, dan mastoid.8
2. Pada kehamilan minggu ke-21 terjadi kegagalan reabsorbsi dari
sumbatan epitel yang menimbulkan atresia liang telinga dengan daun
telinga, telinga tengah, dan matoid normal.
7
B. Anatomi dan Histologi Telinga Luar
B.1. Daun Telinga
Daun telinga terletak di kedua sisi kepala, merupakan lipatan kulit
dengan dasarnya terdiri dari tulang rawan yang juga ikut membentuk liang
telinga bagian luar. Hanya cuping telinga atau lobulus yang tidak mempunyai
tulang rawan, tetapi terdiri dari jaringan lemak dan jaringan fibrosa.
Permukaan lateral daun telinga mempunyai tonjolan dan daerah yang datar.
Tepi daun telinga yang melengkung disebut heliks. Pada bagian postero-
superiornya terdapat tonjolan kecil yang disebut tuberkulum telinga (Darwin’s
tubercle). Pada bagian anterior heliks terdapat lengkungan yang disebut
anteheliks. Bagian superior anteheliks membentuk dua buah krura antiheliks,
dan bagian dikedua krura antiheliks ini disebut fosa triangulari. Diatas kedua
krura ini terdapat fossa scafa. Di depan anteheliks terdapat konka, yang
merupakan bagian antero superior konka yang ditutupi oleh krus heliks dan
cavum chonca yang terletak dibawahnya berseberangan dengan konka dan
terletak dibawah krus heliks terdapat tonjolan kecil yang berbentuk segitiga
tumpul yang disebut tragus. Bagian diseberang tragus dan terletak pada batas
bawah anteheliks disebut antitragus. Tragus dan antitragus dipisahkan oleh
celah intertragus. Lobulus merupakan bagian daun telinga yang terletak
dibawah anteheliks yang tidak mempunyai tulang rawan dan terdiri dari
jaringan ikat dan jaringan lemak.8
8
Di permukaan posterior daun telinga terdapat juga tonjolan dan cekungan
yang namanya sesuai dengan anatomi yang membentuknya yaitu sulkus
heliks, sulkus krus heliks, fosa antiheliks, eminensia konka, dan eminensia
scafa. Rangka tulang rawan daun telinga dibentuk oleh lempengan
fibrokartilago elastik. Tulang rawan tidak terbentuk pada lobulus dan bagian
daun telinga diantara krus heliks. Tulang rawan daun telinga ini ditutupi oleh
kulit dan dihubungkan dengan sekitarnya oleh ligamentum dan otot – otot.
Tulang rawan daun telinga berhubungan dengan tulang rawan liang telinga
melalui bagian yang disebut isthmus pada permukaan posterior perlekatannya
tidak terlalu erat karena terdapat lapisan lemak subdermis yang tipis. Kulit
daun telinga ditutupi oleh rambut – rambut halus yang mempunyai kelenjar
sebasea. Kelenjar ini banyak terdapat di konka dan fosa scafa.7
Ligamentum daun telinga terdiri dari ligamentum ekstrinsik dan
ligamentum instrinsik. Ligamentum ekstrinsik menghubungkan tulang rawan
daun telinga dan tulang temporal. Ligamentum instrinsik berukuran kecil dan
menghubungkan bagian – bagian daun telinga satu sama lain.
9
Gambar 3. Daun telinga
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan 6 buah otot
instrinsik. Otot ekstrinsik terdiri dari muskulus aurikularis anterior, muskulus
aurikularis superior, muskulus aurikularis posterior. Otot – otot ini
menghubungkan daun telinga dengan tulang tengkorak dan kulit kepala. Otot
– otot ini bersifat rudimenter, tetapi ada beberapa orang tertentu ada yang
masih mempunyai kemampuan untuk menggerakkan daun telinganya ke atas
dan ke bawah dengan menggerakkan otot – otot ini. Otot instrinsik terdiri dari
muskulus helicis mayor, musculus helicis minor, musculus tragicus, musculus
antitragus, musculus obliqus auricularis, dan musculus transpersus auricularis.
Otot – otot ini berhubungan dengan bagian – bagian daun telinga.
10
Gambar 4. Otot - otot daun telinga
Persarafan sensorik daun telinga ada yang berasal dari pleksus cervicalis
yaitu nervus auricularis magnus bersama dengan cabang cutaneus nervus
fasialis mempersarafi permukaan posterior dan anterior serta bagian posterior.
Nervus occipitalis mempersarafi bagian ataspermukaan posterior daun telinga.
Nervus auriculotemporalis merupakan cabang nervus mandibularis yang
mempersarafi bagian tragus, crus heliks, dan bagian atas heliks. Cabang
nervus auricularis ke konka, anteheliks, dan eminensia konka. Cabang nervus
fasialis ada yang menuju dasar konka serta saraf daun telinga.7
Suatu bentuk dari kulit, tulang rawan, dan otot pada suatu keadaan
tertentu dapat menentukan bentuk dan ukuran dari orifisium liang telinga
bagian luar, serta menentukan sampai sejauh mana serumen akan tertahan
dalam liang telinga, disamping itu mencegah air masuk ke dalam liang telinga.
11
B.2. Liang Telinga Luar
Liang telinga luar yang sering disebut meatus, merupakan suatu struktur
berbentuk hurus S yang panjangnya kira – kira 2,5 cm, membentang dari
konka telinga sampai membran timpani. Disebabkan kedudukan membran
timpani miring menyebabkan liang telinga bagian belakang atas lebih pendek
kira – kira 6 mm dari dinding anterior inferior. Bagian lateral liang telinga
adalah tulang rawan yang luasnya kira – kira ½ panjang liang telinga, sedikit
lebih panjang bagian tulang dalamnya yang merupakan terowongan langsung
ke tulang temporal.6
Bagian tulang rawan liang telinga luar sedikit mengarah ke atas dan ke
belakang dan sedikit bagian ke bawah dan ke depan. Penarikan daun telinga ke
arah belakang atas luar, akan membuat liang telinga cenderung lurus sehingga
memungkinkan terlihatnya membran timpani pada liang telinga.
Dinding depan, dasar dan sebagian dinding belakang dari liang telinga
dibentuk oleh tulang rawan yang mana terbentuk penyempitan depan bawah,
bila meluas ke media. Ujung sebelah dalam dari jalur ini melekat erat
permukaan luar yang kasar dari bagian tulang liang telinga. Bagian superior
dan posterior dibentuk oleh jaringan ikat padat yang mana berlanjut dengan
periosteum dari bagian tulang liang telinga. Liang telinga bagian tulang rawan
adalah sangat lentur dan fleksibel sebagian akibat adanya dua atau tiga celah
tegak lurus daru santorini pada dinding tulang rawan.7
12
Pada liang telinga bagian tulang ada bagian daerah cembung yang
bervariasi dari dinding anterior dan inferior tepat di medial persambungan
antara bagian tulang dan disebut dengan isthmus. Setelah isthmus, terdapat
dasar liang telinga yang menurun tajam ke bawah dan kemudian naik ke arah
persambungan pinggir inferior annulus timpanikus, membentuk lekukan yang
disebut recessus timpanicus inferior dengan sudut yang dibentuk dinding
anterior dengan membran timpani yang juga bermakna bagi kepentingan
klinis, yaitu dapat menjadi tempat penumpukan keratin atau serumen yang
dapat menjadi sumber infeksi.8
Hubungan antara liang telinga dengan struktur sekelilingnya juga
mempunyai arti klinis yang penting. Dinding anterior liang telinga ke arah
medial berdekatan dengan sendi temporomandibular dan ke arah lateral
dengan kelenjar parotis. Dinding inferior liang telinga juga berhubungan erat
dengan kelenjar parotis. Dehisensis pada liang telinga bagian tulang rawan
(fissure of santorini) memungkinkan infeksi yang meluas dari liang telinga
luar ke dalam parotis dan pada ujung medial dinding superior liang telinga
bagian tulang membentuk lempengan tulang yang berbentuk baji yang disebut
tepi timpani dari tulang temporal, memisahkan lumen liang telinga dari
epitimpani. Dinding superior liang telinga bagian tulang, disebelah medial
terpisah dari epitimpani oleh lempengan tulang baji ke arah lateral,
memisahkan liang telinga dari fossa cranii media. Dinding posterior liang
telinga, bagian tulang terpisah dari sel udara mastoid oleh suatu tulang tipis.
13
Bentuk dari daun telinga dan liang telinga luar menyebabkan benda asing
seperti serangga dan air sulit untuk memasuki liang telinga bagian tulang dan
mencapai membran timpani orifisium dan liang telinga luar yang kecil dari
tumpang tindih antara tragus dan antitragus yang merupakan garis pertahanan
pertama terhadap kontaminasi dari liang telinga dan trauma membran timpani.
Garis pertahanan kedua dibentuk oleh tumpukan masa serumen yang menolak
air, yang mengisi sebagian liang telinga bagian tulang rawan tepat di medial
orifisium liang telinga. Garis pertahanan ketiga oleh tulang rawan dan bagian
tulang liang telinga, hal ini sering lebih terbentuk oleh dinding liang telinga
yang cembung. Penyempitan ini membuat sulitnya serumen menumpuk atau
benda asing memasuki lumen liang telinga bagian tulang dan membran
timpani.5
14
Gambar 5. Potongan koronal liang telinga
B.3. Kulit Liang Telinga
Liang telinga memiliki lapisan kulit yang sama dengan lapisan kulit pada
bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi oleh epitel squamosa. Kulit liang telinga
merupakan lanjutan kulit daun telinga dan ke dalam meluas menjadi lapisan
luar membran timpani.5
Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan
daripada bagian tulang. Pada liang telinga bagian tulang rawan tebalnya 0,5 –
1 mm, terdiri dari lapisan epidermis dengan papillanya, dermis, dan subkutan
melekat dengan perikondrium.
15
Lapisan kulit liang telinga bagian tulang lebih tipis, tebalnya kira – kira
0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa
lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar dari membran timpani dan
menutupi sutura antara tulang timpani dan tulang skuama kulit yang tidak
mengandung kelenjar dan rambut. Epidermis dari liang telinga bagian tulang
rawan biasanya terdiri dari 4 lapis yaitu sel basal, skuamosa, sel granuler, dan
lapisan tanduk.
Gambar 6. Lapisan kulit liang telinga
B.4. Folikel – Folikel rambut
Folikel rambut banyak terdapat pada 1/3 bagian luar liang telinga tetapi
pendek tersebar secara tidak teratur dan tidak begitu banyak pada 2/3 liang
telinga bagian tulang rawan. Pada liang telinga bagian tulang, rambut-
rambutnya halus dan kadang-kadang terdapat kelenjar pada dinding posterior
dan superior. Dinding luar folikel rambut dibentuk oleh invaginasi epidermis
16
yang mana menipis ketika mencapai dasar polikel, dinding sebelah dalam
folikel adalah rambut sendiri. Ruang potensial yang terbentuk disebut kanalis
folikularis. Kelenjar sebasea atau kelenjar lemak banyak terdapat pada liang
telinga dan hamper semuanya bermuara ke folikel rambut.6
B.5. Kelenjar – Kelenjar Sebasea dan Apokrin
Kelenjar sebasea pada telinga berkembang baik pada daerah konka,
ukuran diameternya 0,5 -2,2 mm. Kelenjar ini banyak terdapat pada liang
telinga luar bagian tulang rawan, dimana kelenjar ini berhubungan dengan
rambut. Pada bagian luar liang telnga bagian tulang rawan, kelenjar sebasea
menjadi lebih kecil, berkurang jumlahnya dan lebih jarang atau tidak ada sama
sekali pada kulit liang telinga bagian tulang.Kelenjar sebasea terletak secara
berkelompok pada bagian superficial kulit.6
Umumnya, beberapa alveoli yang berdekatan terbuka dalam saluran
ekskresi yang pendek. Saluran-saluran ini dilapisi dengan epitel tatah
berlapisan yang mana ini berlanjut dengan bungkus luar akar rambut dan
dengan lapisan basal epidermis bagian sekresi kelenjar-kelenjar sebasea
berupa alveoli yang bundar berdiameter 0,5 – 2,0 mm. kearah sentral alveoli,
sebagian kecil sel-sel mengalami penandukan tetapi ukuran bertambah besar,
menjadi polihidral dan secara bertahap terisi butir – butir lemak. Lambat laun
intinya mengkerut dan menghilang, dan sel-sel pecah menjadi serpihan-
serpihan lemak bercambur dengan sisi bertanduk. Campuran ini merupakan
sekresi berminyak dari kelenjar, lalu dieksresikan dalam kanalis folikularis
dan keluar kepermukaan kulit.7
17
Kelenjar apokrin terutama terletak pada dinding liang telinga superior
dan inferior. Kelenjar-kelenjar ini terletak pada sepertiga tengah dan bawah
dari kulit dan ukurannya berkisar 0,5 - 2,0 mm. seperti kelenjar sebasea,
kelenjar apokrin terbentuk dari local dari pembungkus luar akar folikel
rambut. kelenjar –kelenjar ini dapat dibagi kedalam 3 bagian, yaitu bagian
sekresi, saluran sekresi di dalam kulit dan saluran termilal atau komponen
saluran epidermal.6
Bagian saluran yang melingkar adalah struktur tubular dimana jarang
bercabang dan terdiri dari lapisan epitel sebelah dalam, lapisan mioepitel
ditengah dan membrane proria disebalah luar. Disekeliling tabular adalah
jaringan ikat padat. Epitelnya berupa lapisan tunggal bervariasi dari bentuk
silinder hingga kuboidal sangat gepeng (pipih). Di dalam sitoplasma, biasanya
terletak supranuklear terlihat sebagai granul lipid dan pigmen dalam ukuran
yang berpariasi. Lapisan mioepitelium yang tebalnya satu lapis sel berbentuk
pipih dan mengandung otot polos membentuk pembungkus berkesinambungan
disekeliling bagian melingkar dari kelenjar, dan apabila berkontraksi akan
menekan lumen tubuli sehingga sekret akan keluar. Apabila sampai
dipermukaan epidermis, sekret ini sebagian masuk folikel rambut dan
sebagian lagi kepermukaan bebas liang telinga, secara perlahan-lahan akan
mengering dan berbentuk setengah padat dan berwarna menjadi lebih gelap.
Saluran sekresi relatif panjang dan berbelok-belok dan mempunyai diameter
yang bervariasi, berbatas tegas dari bagian sekresi kelenjar.7
18
B.6. Perdarahan
Arteri – arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang
temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.
Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga diperdarahi oleh
cabang aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Cabang dari arteri
aurikular posterior memperdarahi permukaan posterior telinga. Banyak
dijumpai anastomosis diantara cabang – cabang dari arteri ini. Perdarahan ke
bagian lebih dalam dari liang telinga luar dan permukaan luar membrana
timpani adalah dari cabang aurikular dalam arteri maksilaris interna.3
Vena telinga bagian anterior, posterior, dan bagian dalam umumnya
bermuara ke vena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi, beberapa
vena telinga mengalir ke dalam vena temporalis superfisial dan vena
aurikularis posterior.4
Beberapa cabang yang lebih kecil dari arteri dan vena menembus
jaringan ikat padat yang menjembatani bagian yang kurang tulang rawannya.
Sebagian cabang lainnya melewati fissura santorini pada dinding tulang rawan
anterior dan jaringan ikat fibrosa yang mempersatukan tulang rawan dengan
bagian tulang liang telinga. Pembuluh – pembuluh darah ini kemudian
bercabang dan beranastomosis pada selaput membran liang telinga dan
membentuk jaringan vascular cutaneus dalam, dbagian dalam perikondrium.
Sejumlah besar cabang – cabang arteri menaik tegak lurus ke papilla
dermis ke dalam daerah cabang arteri dari lekukan kapiler. Lekukan – lekukan
19
ini mengalir ke dalam pleksus venosus dan selanjutnya ke dalam jaringan
venosus di atas perikondrium. Satu arteriol tunggal memperdarahi tubulus
sekretorius dan kebanyakn saluran kelenjar apokrin, selanjutnya memisahkan
diri menjadi kapiler yang sangat banyak, yang bergabung ke dalam dua atau
lebih ke dalam venula.3,4
B.7. Persarafan
Persarafan telinga luar bervariasi tumpang tindih antara saraf – saraf
cutaneus dan cranial. Cabang auricular temporalis dari bagian ketiga saraf
trigeminus (N.V) mempersarafi permukaan anterolateral permukaan telinga,
dinding anterior, dan superior liang telinga dan segmen depan membran
timpani. Permukaan posteromedial daun telinga dan lobulus dipersarafi oleh
pleksus cervicalis saraf auricularis mayor. Cabang auricularis dari saraf
fasialis (N.VII), glossofaringeus (N.IX), dan vagus (N.X) menyebar ke daerah
konka dan cabang – cabang saraf ini mempersarafi dinding posterior dan
inferior liang telinga dan segmen posterior serta inferior membran timpani.
Batang saraf utama pada jaringan subkutan berjalan sejajar dengan
permukaan kulit. Cabang – cabang di dalam dermis naik secara vertikal dari
batang saraf subcutaneus. Saraf – saraf tersebut berjalan diantara lilitan
kelenjar – kelenjar dan menyelimuti masing – masing tubulus dengan
sejumlah besar anastomosis. Serabut – serabut saraf tadi membentuk suatu
jaringan di atas struktur membrana propria dan masing – masing serabut
membentuk jaringan membentuk keranjang disekeliling folikel rambut.5
20
Gambar 6. Persarafan liang telinga
B.7. Sistem Limfatik
Pembuluh-pembuluh limfe berasal dari papila dermis dari sekeliling
folikel rambut dan kelenjar sebasea seperti anyaman berbentuk bintang
menghubungkan lakuna. Pengaliran dari pembuluh-pembuluh tersebut
kedalam kelenjar pre dan postaurikular. Sistim limfe liang telinga luar
berhubungan erat dengan sistim limfe prosesus mastoideus dan kelenjar
parotis. Pada infeksi tertentu dari liang telinga kelenjar-kelenjar limfe yang
berdekatan dengan liang telinga menjadi membesar sistim limfatik dan bagian
anterior dan superior liang telinga, tragus dan kulitnya berdekatan ke daerah
temporal bermuara kedalam kelenjar preaurikular yang terletak diatas kelenjar
parotis. Saluran eferen kelenjar parotis menuju kelenjar servikal dalam bagian
superior lalu dari lobulus, heliks dan dinding inferor liang telinga mengalir
21
kedalam kelenjar infra aurikular keinferior telinga dan posterior sudut ruang
bawah.4
C. Perikondritis
C.1. Definisi
Perikondritis adalah infeksi perikondrium pada pinna dimana pus
terkumpul diantara kartilago telinga luar dan perikondrium. Hal ini
diakibatkan peradangan, terjadi efusi serum dan pus ke dalam lapisan
perikondrium dan tulang rawan dari telinga luar.2
C.2. Etiologi
Perikondritis atau kondritis dapat disebabkan oleh :1
- Inadekuat pada terapi selulitis daun telinga (pinna) dan otitis eksterna
akut
- Accidental atau surgical (sesudah aspirasi atau insisi hematoma daun
telinga)
- Mikroorganisme penyebab paling sering Pseudomonas aeruginosa
- Infeksi sekunder dari laserasi atau hematoma
- Infeksi superfisial meatus akustikus
- Luka bakar atau frostbite
- Penusukan anting – anting pada tulang rawan (high ear piercing), dapat
terjadi septikemia bakteri stertococcus hemoliticus
22
Gambar 8. Perikondritis
C.3. Patofisiologi
Infeksi superfisial dari liang telinga luar atau dari daun telinga menyebar
lebih ke dalam ke perikondrium. Pada keadaan ini disebut stadium dini, daun
telinga (pinna) merah dan nyeri kemudian mulai terbentuk abses
subperikondrial. Hal ini menyebabkan tulang rawan kekurangan blood
supply, lama – kelamaan terjadi nekrose tulang rawan sehingga dapat terjadi
deformitas pada daun telinga yang disebut dengan cauliflower ear.1
23
Gambar 9. Cauliflower ear
C.4. Gambaran Klinis
Penderita dengan perikondrititis pada umumnya datang ke dokter dengan
keluhan daun telinga terasa sakit, warna merah, dan tegang.1,2,8
C.5. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
Pada keadaan perikondritis dapat ditemukan pinna merah dan tender,
kemudian bengkak (generalized swelling of the pinna), serta terdapat abses
pada daun telinga.1,2,8
Tampak daun telinga membengkak, merah, panas, dirasakan nyeri, dan
nyeri tekan. Pembengkakan ini dapat menjalar ke bagian belakang daun
telinga, sehingga sangat menonjol. Terdapat demam, pembesaran kelenjar
limfe regional, dan leukositosis. Serum yang terkumpul di lapisan
subperikondrial menjadi purulen, sehingga terdapat fluktuasi difus atau
terlokalisasi.1,2,8
24
Pada pemeriksaan laboratorium, dapat diambil sampel dari abses daun
telinga untuk dikultur, mengetahui jenis bakteri penyebab sehingga dapat
diberikan terapi yang tepat.8
C.6. Diagnosis Banding
- Othematoma
Suatu hematom daun telinga akibat rudapaksa yang menyebabkan
timbulnya darah dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago.
Mekanisme biasanya melibatkan gangguan traumatis pembuluh darah
perichondrial. Akumulasi darah dalam hasil ruang subperikondrial dalam
pemisahan perikondrium dari tulang rawan. Penanganan dengan cara aspirasi
dan dilanjutkan penekanan memakai gips sebagai fiksasi.1
Gambar 9. Othematoma
25
- Pseudokista
Terdapat benjolan di daun telinga yang disebabkan oleh adanya
kumpulan cairan kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan
telinga. Biasanya pasien datang ke dokter, karena ada benjolan di daun telinga
yang tidak nyeri dan tidak diketahui penyebabnya.2
Kumpulan cairan ini harus dikeluarkan secara steril untuk mencegah
timbulnya perikondritis. Kemudian dilakukan balut tekan dengan bantuan
semen gips selama seminggu supaya perikondrium melekat pada tulang
rawan kembali. Apabila perlekatan tidak sempurna dapat timbul kekambuhan.
Gambar 10. Pseudokista
- Polikondritis Berulang
Suatu penyakit autoimun yang melibatkan struktur tulang rawan secara
generalisata, terutama telinga, hidung, dan laringotracheobranchial. Tampak
deformitas aurikula menyerupai perikondritis akut (cauliflower ear). Biasanya
26
terdapat serangan tunggal atau berulang. Untuk pengobatan dapat diberikan
pada fase akut dengan salisilat dan steroid.2
Gambar 11. Polikondritis berulang
C.7. Penatalaksanaan
Pengobatan dengan antibiotik sering gagal karena bakteri pseudomonas
aeruginosa, sering resisten terhadap sebagian besar antibiotik. Untuk
pengobatan dapat diberikan antipseudomonas yaitu golongan aminoglikosida
(gentamicin), fluorkinolon (quinolon) seperti siprofloksasin.1,8
Sebaiknya dilakukan kultur dan tes sensitivitas sebelumnya.
Pada daun telinga diberikan kompres panas. Bila terdapat fluktuasi, dilakukan
insisi secara steril dan diberi perban tekan selama 48 jam.8
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perikondritis adalah infeksi dari perikondrium daun telinga yang
sering terjadi oleh karena tulang rawan terpapar, baik oleh laserasi
maupun operasi. Adapun gejala dan tanda perikondritis yaitu daun
telinga terasa sakit sekali, panas dan tegang. Tampak pinna merah dan
bengkak, dapat menjadi abses. Namun lobulus tidak ikut meradang.
Perikondritis bisa terjadi akibat trauma, frostbite, gigitan serangga,
pemecahan furunkel/bisul dengan sengaja pada telinga. Infeksi juga dapat
terjadi saat aspirasi dan insisi hematom auris serta komplikasi dari
mastoidektomi atau pseudokista.
Untuk pengobatan perikondritis diberikan antibiotik broadspectrum.
Jika terdapat abses maka dilakukan insisi drainase. Kemudian sampel
dari abses dapat dikultur untuk mengetahui jenis bakteri penyebab.
Mikroorganisme penyebab paling sering adalah Pseudomonas
aeruginosa. Obat yang dapat diberikan (drug of choice) golongan
aminoglikosida. Bila pengobatan yang diberikan tidak adekuat, dapat
mengakibatkan komplikasi berupa Cauliflower ear.
28
B. Saran
Bila seseorang menemukan gejala – gejala seperti daun telinga
merah, sakit, tegang atau terdapat pus sebaiknya segera memeriksakan
diri ke dokter karena bila dibiarkan dapat terjadi deformitas daun telinga
(cauliflower ear).
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams L George, boies L, dkk. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6.
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta 1997
2. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher edisi 6.2007. FKUI
3. Moore KL., 2002. Anatomi Klinik Dasar Jakarta: EGC
4. R.Putz, R.Pabst., 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Edition: 22 EGC
5. Sadler TW., 2003. Langman's Medical Embryology. Edition 9. New York: Mc Graw Hill.pdf
6. Sherwood L., 2006. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC
7. Junqueira., 2005. Basic Histology Text Atlas. Edition : 11 New York.pdf
8. http://www.artikelkedokteran1.blogspot.com/2010/06/perikondritis.html
diunduh tanggal 30 April 2013 pkl.22.08 wib
30