6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Permainan Sepak Takraw
Permainan sepak takraw berasal dari Kesultanan Malaka (1402-1511)
dan dikenal dalam bahasa Malayu sebagai Sepak Raga (raga = keranjang),
disebut Takraw dalam bahasa Thai, di Filipina disebut Sipa, di Burma disebut
Chinlone, di Laos disebut Kator. Pada permainan Sepak Raga para pemain
berdiri membentuk lingkaran dan menggunakan bola yang terbuat dari rotan
yang dianyam bulat. Dalam musyawarah yang diadakan Federasi Sepak Takraw
Asia (ASTAF) pada tahun 1965 di Malaysia disepakati nama Sepak raga Jaring
diganti namanya menjadi permainan Sepak Takraw. Sepak berasal dari bahasa
Malaysia yang artinya memukul dengan kaki (menendang) dan Takraw dari
bahasa Thailand (Takraw = bola yang terbuat dari rotan). dan pada masa
sekarang bola yang digunakan tidak hanya lagi yang terbuat dari rotan tetapi
juga yang terbuat dari fiber (Haryadi, 2000:1).
Sepak takraw adalah jenis olahraga campuran dari sepak bola dan bola
voli, dimainkan di lapangan ganda bulu tangkis, dan permainan tidak boleh
menyentuh bola dengan tangan (Yusuf, dkk, 2004: 1). Sepak takraw dimainkan
oleh dua regu, yang pada tiap regu terdiri dari tiga orang pemain, yaitu tekong,
apit kiri dan apit kanan dengan seorang pemain cadangan. Sepak takraw sebagai
cabang olahraga beregu, maka kemenangan satu regu ditentukan oleh banyak
faktor, dua faktor diantaranya adalah : (1) penguasaan teknik bermain
sepaktakraw secara individual dan (2) kerjasama tim (team work) yang baik
antara pemain dalam sebuah tim atau regu. Makin sempurna penguasaan teknik
setiap pemain dan kerjasama tiap regu, maka kualitas permainan akan makin
baik. Teknik dasar bermain sepak takraw meliputi teknik : (1) servis yang
dilakukan oleh tekong, (2) menimang, (3) smash, (4) heading dan (5) block
(Sofyan, 2009:2).
7
1) Teknik Dasar Sepak Takraw
a. Sepak sila; adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian
dalam gunanya untuk menerima dan menimang bola, mengumpan dan
menyelamatkan serangan lawan (Kurniawan, 2012: 145).
b. Sepak kuda (sepak kura); adalah sepakan dengan menggunakan kura
kaki atau dengan punggung kaki. Digunakan untuk menyelamatkan bola
dari serangan lawan, memainkan bola dengan usaha menyelamatkan bola
dan mengambil bola yang rendah (Kurniawan, 2012: 145).
c. Sepak cungkil; adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki (jari
kaki). Digunakan untuk mengambil bola yang jauh, rendah, dan bola-
bola yang liar pantulan dari bloking (Kurniawan, 2012: 145).
d. Menapak; adalah menyepak bola dengan menggunakan telapak kaki.
Digunakan untuk smash ke pihak lawan, menahan atau membloking
smash dari pihak lawan dan menyelamatkan bola dekat net (jaring)
(Kurniawan, 2012: 145).
e. Sepak simpuh atau sepak bade; adalah menyepak bola dengan kaki
bagian luar atau samping luar. Digunakan untuk menyelamatkan bola
dari pihak lawan dan mengontrol bola dalam usaha penyelamatan
(Kurniawan, 2012: 146).
f. Main kepala (heading); memainkan bola dengan kepala. Digunakan
untuk menerima bola pertama dari pihak lawan, menyelamatkan bola
dari serangan lawan (Kurniawan, 2012: 146).
g. Mendada; adalah memainkan bola dengan dada, digunakan untuk
mengontrol bola untuk dapat dimainkan selanjutnya (Kurniawan, 2012:
146).
h. Memaha; adalah memainkan bola dengan paha dalam usaha mengontrol
bola, digunakan untuk menahan, menerima dan menyelamatkan bola dari
serangan lawan (Kurniawan, 2012: 146).
i. Membahu; adalah memainkan bola dengan bahu dalam usaha
mempertahankan dari serangan pihak lawan yang mendadak, dimana
pihak pertahanan dalam keadaan terdesak dan dalam posisi yang kurang
baik (Kurniawan, 2012: 146).
8
2) Teknik Khusus Sepak takraw
a. Sepak Mula (Servis); adalah Sepak Mula (Servis) adalah sepakan yang
dilakukan oleh tekong kearah lapangan lawan sebagai cara memulai
permainan. suatu gerak kerja yang penting dalam permainan sepak
takraw, karena point dapat dibuat oleh regu yang melakukan servis.
Tujuan suatu servis hendaklah dipusatkan kepada pengacuan permainan
atau pertahanan lawan sehingga kita dapat mengatur serangan yang
mematikan dan sulit menerima bola oleh lawan
(http://rezma07.blogspot.com/2013/02/sepak-takraw.html).
b. Smash; adalah pukulan yang utama dalam pnyerangan untuk mencapai
usaha dalam kemenangan. Tujuannya adalah mendapatkan point dari
lawan dan mematikan permainan lawan. Smash terbagi menjadi dua
macam yaitu: a) smash gedeng adalah smash yang berada di bibir net
dengan mengunakan sepak kuda,fungsinya sebagai alat serang bila bola
di daerah lawan, dan b) smash akrobatik yang fungsinya untuk
menampilkan keindahan permainan(http://rezma07.blogspot.com/2013
/02/sepak-takraw.html).
c. Block (menahan); adalah salah satu dari beberapa cara gerak kerja
bertahan untuk menghalangi serangan dari lawan yang melakukan
smash. Tujuannya adalah menggagalkan serangan dari lawan untuk
mendapatkan angka (http://rezma07.blogspot.com/2013/02/sepak-takr
akraw.html).
Adapun peraturan permainan sepak takraw, diantaranya: 1) permainan
tidak boleh menyentuh bola dengan tangan, 2) pemain atau tim hanya boleh
menyentuh bola tiga kali berturut-turut, 3) posisi pemain bertahan tidak diputar,
4) pemain tiap regu terdiri atas tiga orang pemain apit kanan, apit kiri dan
tekong, 5) pergantian pemain hanya sekali pada tiap regu, 6) pakaian pemain t-
shirt celana pendek bersepatu karet, 7) pemimpin pertandingan seorang wasit
(official referee) dan wasit pembantu (service jugde) posisi saling berhadapan
berseberangan dipinggir lapangan, 8) angka kemenangan untuk satu set adalah
21 point, 9) jika kedua regu mendapat 20 angka sama, wasit meneruskan
pertandingan setelah berunding dengan regu yang menerima servis untuk
9
ditambah 5 angka, 10) jika kedua regu sama-sama memenangi satu game maka
diteruskan dengan game terakhir (rubber set) . Pemenang games (set) ke-3
adalah pemenangnya dengan point 18
(http://sdnsemenkidul83.wordpress.com/materisepak-takraw/)
Gambar 2.1 Lapangan dan Bola Sepak Takraw(Internasional Sepak Takraw
Federation, 2008).
Gambar 2.2 Posisi Pemain (http://rezma07.blogspot.com/2013/02/sepak-
takrakraw.html)
Terbuat dari rotan
Terbuat dari fiber
10
2. Kemampuan Servis
Teknik servis dalam permainan sepak takraw merupakan elemen cukup penting
dalam permainan. Penguasaan servis yang baik akan membantu menggagalkan serangan
yang dirancang pihak lawan. Dan servis merupakan elemen pertama yang menyajikan
permainan. Suatu servis yang efektif membuka jalan untuk memperoleh point.
Sepak Mula (Servis); adalah Sepak Mula (Servis) adalah sepakan yang
dilakukan oleh tekong kearah lapangan lawan sebagai cara memulai permainan. suatu
gerak kerja yang penting dalam permainan sepak takraw, karena point dapat dibuat oleh
regu yang melakukan servis. Tujuan suatu servis hendaklah dipusatkan kepada
pengacuan permainan atau pertahanan lawan sehingga kita dapat mengatur serangan
yang mematikan dan sulit menerima bola oleh lawan
(http://rezma07.blogspot.com/2013/02/sepak-takraw.html).
Pentingnya peranan servis dalam permainan sepaktakraw, maka harus
menguasai teknik servis sepaktakraw dengan baik danbenar. Menurut Ucup Yusuf dkk.,
(2001: 40) teknik servis sepaktakraw sebagai berikut:
1) Tekong berdiri pada kedua kaki menghadap pelambung bola (apit kiri/apit
kanan).
2) Lingkaran yang berada di lapangan sebagai tempat tekong melakukan sepak
mula.
3) Satu kaki berada di luar lingkaran, tetapi satu kaki lainnya tidak boleh
menginjak apalagi keluar lingkaran ketika tekong melakukan sepak mula.
4) Setelah bola melewati net/jaring menyentuh atau tidak kaki tekong boleh
keluar dari lingkaran itu.
Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi gerakan sepak mula/servis
11
Gambar 2.3. Gambar gerakan servis (Sudrajat Prawirasaputra)
Untuk dapat memiliki kemampuan service sepak takraw yang baik perlu
dilakukan pengukuran pada beberapa faktor panjang tungkai dan fisik dominan.
Penelitian ini yang akan dikaji yaitu faktor panjang tungkai, berat badan dan fisik
dominan penentu kemampuan service sepak takraw.
3. Komponen Faktor Fisik Dominan
a. Anthropometri
Anthropometri berasal dari kata anthropos dan metry. Antropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran. Anthropometri dapat diartikan sebagai ukuran
tubuh atau ukuran eksternal bagian tubuh. Dalam kaitannya dengan pengukuran
fisik, anthropometri merupakan salah suatu satuan teknik standar untuk
pengukuran yang sistematis terhadap tubuh secara keseluruhan ataupun bagian-
bagian tubuh (Malina, Bouchard dan Bar-Or, 2004: 42).
Ukuran anthropometri mencangkup kuantitas dari dimensi-dimensi tubuh
termasuk di dalamnya berat badan, ukuran panjang dan luas penampang tubuh
atau bagian-bagian tubuh. Perbandingan dari masing-masing organ tubuh
memberikan tampilan yang berbeda-beda pada masing-masing individu. Ukuran
athropometri berkaitan dengan tipe atau bentuk tubuh, juga dapat dijadikan
sebagai parameter untuk menentukan status gizi seseorang (Djoko Pekik Irianto,
2007: 67).
Anthropometri atau postur tubuh berpengaruh terhadap olahraga,
terutama untuk meraih prestasi yang tinggi (olahraga prestasi). Untuk mencapai
prestasi yang tinggi, diperlukan ciri-ciri fisik dan postur tubuh tertentu sesuai
dengan tuntutan cabang olahraga yang diikutinya. Dalam permainan sepak
takraw unsur anthropometri yang harus diperhatikan adalah tinggi badan,
panjang tungkai dan berat badan. Panjang tungkai berkaitan erat dengan
keluasan untuk melakukan sepakan, juga memberikan tenaga yang lebih besar
untuk gerakan followthrow(gerakan lanjutan), seperti saat melakukan service.
(Direktorat Olahraga Pelajar dan Mahasiswa). Sedangkan berat badan memiliki
12
peran yang besar dalam berbagai cabang olahraga seperti cabang olahraga sepak
takraw yang berdurasi panjang memerlukan berat badan yang ringan.
Sementara itu kita ketahui bahwa rasio merupakan sebuah perbandingan
dari ukuran-ukuran tubuh. Sejalan dengan itu, Verducci (1980: 215) menyatakan
bahwa “Rasio anthropometric merupakan pengukuran lebih jauh mengenai
bagian-bagian luar dari tubuh”. Pengukuran anthropometri meliputi pengukuran
yang membedakan antara panjang tungkai dan tinggi badan.
Panjang tungkai bisa dikatakan relatif panjang apabila ditinjau dari segi
perbandingannya dengan tinggi badan. Pada postur yang normal, panjang
tungkai dibandingkan dengan togok pada orang dewasa adalah berimbang.
Tetapi dalam kenyataannya, tidak semua individu memiliki ukuran
anthropometric yang seimbang seperti itu. Ada individu memiliki tungkai yang
secara proporsional lebih panjang dibanding togok, dan sebaliknya ada juga
yang memiliki togok yang lebih tinggi dibandingkan dengan tungkainya.
Variasi perbandingan ukuran bagian-bagian tubuh tersebut terjadi karena
adanya sebab tertentu. Salah satu faktor penyebab yang dikaji secara seksama
adalah faktor irama pertumbuhan dan tempo perkembangan kematangan.
Espenschade dan Eckert (1980: 76) mengemukakan ada individu yang cepat
matang, pada usia dewasanya akan memiliki kaki yang relatif lebih pendek
dibandingkan dengan togoknya. Pada individu yang lambat matang akan
memiliki kaki yang relatif lebih panjang dibanding togoknya, sedangkan
perkembangan kematangan normal memiliki kaki dan togok yang panjangnya
seimbang. Hal ini dapat dikaji dari karakteristik pertumbuhan badan yang terjadi
pada masa-masa pertumbuhan.
b. Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam
usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai
keperluan yang tidak dapat ditunda-tunda atau ditawar-tawar lagi. Dengan
demikian maka dapat dinyatakan bahwa kondisi fisik merupakan kondisi yang
paling mendasar dalam upaya pemberdayaan aspek-aspek lainnya (Sajoto, 1988:
16).
13
Aspek kondisi fisik merupakan bagian terpenting dalam semua cabang
olahraga, terutama untuk mendukung aspek-aspek lainnya seperti teknik, taktik,
dan mental. Kondisi fisik sangat menentukan dalam mendukung tugas atlet
dalam pertandingan sehingga dapat tampil secara maksimal. (Harsono, 1988:
153) menjelaskan bahwa: Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat
penting dalam program latihannya.
Kondisi fisik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan atlet
dalam cabang olahraga tertentu. Atlet yang memiliki kualitas fisik yang baik
maka kualitas gerak atau keterampilan motoriknya cenderung baik pula.
Setiawan (1991: 110) mengatakan, bahwa dalam hal lain kondisi fisik juga
berperan untuk meningkatkan kebugaran jasmani agar seseorang mencapai hasil
kerja yang lebih produktif. Pertimbangan kondisi fisik itu harus dikembangkan
didasarkan pada karakteristik cabang olahraga yang digelutinya, sebab pada
suatu cabang olahraga tertentu mungkin memerlukan komponen kondisi fisik
secara keseluruhan, sedangkan pada cabang lain mungkin hanya sebagian saja.
Dari teori di atas metode bagian atau parsial dapat diterapkan apabila
struktur gerak agak kompleks sehingga kemungkinan untuk memperoleh hasil
yang maksimal jika komponen fisik dilatih. Latihan power otot tungkai,
kelentukan, dan keseimbangan. merupakan bagian penting dalam semua jenis
olahraga anaerobik seperti sepak takraw.
4. Variabel Anthropometri dan Fisik yang Berpengaruh terhadap
Kemampuan Servis Sepak Takraw
Faktor adalah keadaan atau peristiwa dan sebagainya yang memengaruhi
terjadinya sesuatu. Sedangkan dominan adalah berpengaruh kuat (bersifat)
sangat penting dan menentukan karena pengaruh atau kekuasaan (Bakir dan
Suryanto, 2009: 143).
Menurut M.Husni Thamrin (1995) untuk mengetahui tingkat
keterampilan bermain sepaktakraw dapat diukur melalui battry tes yang terdiri
atas: sepakmula, sepaksila, sepak kuda, heading dan smash. Sedangkan menurut
Ratinus Darwis (1992: 120-121) untuk mengetahui tingkat keterampilan bermain
sepaktakraw melalui skill test permainan sepaktakraw yang terdiri atas: (a)
kemampuan servis atau sepakmula (b) kemampuan menimang bola, dan (c)
14
kemampuan smash. Di sisi lain dikatakan, untuk meningkatkan prestasi
kemampuan bermain sepaktakraw Sudrajat Prawirasaputra lebih menyoroti
untuk diadakaannya test servis dan pengukuran pada komponen anthropometri
dan fisik dasar pemain sepaktakraw yang terdiri atas: (a) panjang tungkai (b)
power otot tungkai (c) kelentukan (d) keseimbangan (2000; 76-77).
Dari penjelasan di atas diuraikan faktor anthropometri dan fisik dominan
penentu kemampuan servis tentunya melibatkan beberapa komponen kondisi
fisik agar dapat menghasilkan servis yang baik. Komponen kondisi fisik yang
turut mempengaruhi kemampuan servis yaitu power otot tungkai, kelentukan,
dan keseimbangan. Selain komponen kondisi fisik ada unsur lain yang penting
yaitu anthropometri yaitu panjang tungkai dan berat badan.
1. Anthropometri
a. Panjang Tungkai
Pada setiap cabang olahraga menuntut syarat tertentu agar
mampu berprestasi. Pada umumnya syarat yang harus dipenuhi meliputi
syarat fisik dan nonfisik. Syarat fisik meliputi kebugaran, kesehatan,
kelincahan, postur tubuh dan keterampilan. Sedangkan nonfisik meliputi
motivasi daya juang dan kerja sama.
Salah satu komponen penting dalam prestasi olahraga adalah
postur dan struktur tubuh. Fox, Bowers dan Foss (1993:542) menyebutkan
bahwa “olahragawan professional dan guru mempunyai pandangan
ketertarikan pada postur dan struktur tubuh sebagai pengertian relatif dari
tipe tubuh dalam kesuksesan pada berbagai cabang olahraga”. Bentuk tubuh
atau porsi tubuh yang ideal sesuai dengan cabang olahraga yang
dipelajarinya merupakan salah satu syarat yang dapat mempengaruhi
pencapaian prestasi olahraga. M. Sajoto (1995:11) menyatakan bahwa salah
satu aspek dalam mencapai prestasi olahraga adalah aspek biologi yang
meliputi struktur dan postur tubuh yaitu 1) ukuran tinggi dan panjang
tungkai, 2) ukuran besar, lebar, dan berat badan, serta 3) somotype (bentuk
tubuh).
15
Panjang tungkai merupakan anggota gerak bagian bawah yang
terdiri dari tungkai dan panggul. Secara keseluruhan tulang yang menjadi
anggota gerak bagian bawah terdiri atas 31 tulang, yaitu :
1) Tulang pangkal paha 1 os coxae
2) Tulang paha 1 os femur
3) Tulang kering 1 os tibia
4) Tulang betis 1 os fibula
5) Tempurung lutut 1 os patella
6) Tulang pangkal kaki 7 os tarsale
7) Tulang telapak kaki 5 os metatarsale
8) Ruas kaki 14 os phalanx
(Evelyn Pearce, 1999:75)
Secara garis besar tungkai manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu tungkai
atas yang meliputi tulang dari pangkal paha hingga lutut. Istilah anatominya
adalah os femur atau fligh. Tulang paha merupakan tulang terpanjang pada
tubuh, yang berupa tulang pipa. Tungkai bawah terdiri dari tulang lutut hingga
pergelangan kaki(dibatasi patela), yang dikenal dengan istilah leg atau calt.
Tungkai bawah ini terdiri dari os tibia (tulang kering) yang merupakan
kerangka utama dari tungkai bawah dan berwujud tulang pipa, dan os fibula
(tulang betis) yang terletak sebelah lateral tungkai bawah. Tapak kaki terdiri dari
tulang tarsal dan os phalanx. Tulang tarsal terdiri dari 7 buah. Tulang ini
berfungsi untuk mendukung berat badan saat berdiri. Os metatarsale berjumlah 5
buah yang berupa tulang pipa, yang terdiri dari os metatarsale pertama berupa
tulang yang gemuk pendek, dan os metatarsale kedua berupa tulang panjang. Os
phalanx merupakan ruas jari kaki yang bentuknya sama dengan jari-jari tangan,
tetapi berukuran lebih pendek. Ketiga bagian anggota gerak bawah tersebut
mempunyai peranan penting dalam permainan sepak takraw, tidak terkecuali
dalam gerakan servis.
b. Tinggi Badan
Tinggi badan adalah tinggi seseorang yang diukur dengan
menggunakan alat Stadiometer yang diukur dari ujung kaki (telapak kaki)
16
sampai dengan kepala bagian atas (ubun-ubun) apabila berdiri dengan sikap
tegak (Anwar, 1986: 15).
Postur tubuh bisa diukur di depan dinding. Atlet tidak bersepatu dan
berdiri pada permukaan yang rata di sebelah kanan tiang vertikal atau papan
stadiometer. Atlet berdiri tegak lurus dan kedua tumit harus menyentuh
lantai. Kepala, punggung dan pantat juga menyentuh tiang vertical. Kepala
tegak dengan mata fokus ke depan. Tungkai yang menonjol ke depan dari
alat pengukuran (stadiometer) berada di atas kepala. Posisi alat pengukur
sejajar dengan deret ruas-ruas tulang belakang. Kedudukan kepala
hendaknya sedemikian rupa sehingga lubang telinga dan batas bawah dari
rongga mata berada dalam garis horizontal. Hasil pengukuran tinggi badan
dicatat dalam satuan centimeter (Verducci, 1980: 217).
Zat besi merupakan zat yang penting, terutama terutama untuk
membentuk hemonglobin, mioglobin, dan zat lain, seperti enzim-enzim
cytochrome oxidase, peroxidase, dan catalase. Jumlah total zat besi di dalam
tubuh rata-rata 4 gram, sekitar 65% berbentuk hemonglobin, sekitar 4%
dalam bentuk mioglobin, sekitar 1% dalam berbagai bentuk ikatan heme
yang mengendalikan toksidasi intra-seluler, 0,1% bergabung dengan protein
transferin di dalam plasma darah, dan 15-30% disimpan di dalam hati dalm
bentuk feritin dan hemosiderin. Oleh karena itu di dalam menu sehari-hari
zat besi harus selalu tersedia, karena menurut Smith dan Robert keburuhan
zat besi sangat meningkat terutama pada masa-masa lanjut pertumbuhan
yang tinggi (Jusunul Hairy, 2003: 116).
17
Gambar 2.4 Alat Pengukur Berat Tubuh (Kiri); Pengukur
Tinggi Tubuh (Tengah); Pengukur Berat dan Tinggi Tubuh Sekaligus
(Kanan) (Moneysmith, 2005:48 ).
Berbicara tentang tinggi badan, tidak terlepas dari rangka manusia
itu sendiri. Dimana rangka manusia dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu bagian poros tubuh dan bagian alat gerak. Bagian poros tubuh
terdiri dari ; tulang tengkorak (cranium), tulang dada (sternum), tulang rusuk
(costae), tulang belakang (vertebrae), tulang gelang bahu, dan tulang gelang
panggul. Sedangkan bagian alat gerak terdiri dari ; tulang lengan (humerus,
ulna, radius, carpal, metacarpal, phalanges), dan tulang tungkai (femur,
patella, tibia, fibula, tarsal, metatarsal, phalanges) (Rahmadini, 2007:4).
Gambar 2.5.
Rangka Manusia (Rahmadini, 2007:4).
Dalam penelitian ini, akan dilakukan pengukuran tinggi badan dalam
posisi berdiri tegak dengan menggunakan alat pengukur yang disebut
stadiometer.
c. Berat Badan
Berat badan dan susunan tubuh ditentukan oleh serangkaian faktor
keturunan dan perilaku. Pada atlet perorangan susunan tubuh bervariasi
sesuai dengan perubahan jangka panjang dalam keseimbangan kalori. Berat
badan akan bertambah apabila masukan kalori secara nyata melebihi
18
pengeluaran kalori, berat menurun bila terjadi hal sebaliknya. (Pate,
McClenaghan, dan Rotella, 1984: 312). Menurut Pate, McClenaghan, dan
Rotella (1984: 312) menggolongkan berat badan adalah sebagai berikut:
Berdasar pengukuran tinggi badan (TB) dan berat badan (BB),
seseorang dapat digolongkan ke dalam klafikasi ideal atau normal, kelebihan
berat (overweight), kurang berat (underweight), atau terlalu gemuk (obesity).
Penggolongan tersebut berpedoman pada index Brocca yaitu BB ideal =
(TB-100) ± 10 % (TB-100). Orang dengan berat badan 10% di atas berat
idealnya termasuk dalam klasifikasi normal plus dan sebaliknya normal
minus. Golongan yang termasuk dalam klasifikasi overweight adalah orang
yang mempunyai berat badan 25% di atas ideal, dan sebaliknya,
underweight.
1) Berat Badan Normal
Berat badan normal merupakan kondisi di mana seseorang masih
mempunyai ambang batas normal untuk berat badannya sesuai dengan
standard Brocca. Sebagai contoh seseorang yang mempunyai tinggi
badan 150 cm, berat badan ideal atau normalnya adalah (150-100) – 10%
(150-100) = 45 kg berarti termasuk kategori normal.
2) Berat Badan Normal Plus
Berat badan normal plus merupakan kondisi dimana seseorang masih
mempunyai ambang batas normal untuk berat badannya sesuai dengan
standard Brocca, yaitu berada 10% di atas berat normal. Sebagai contoh
seseorang yang mempunyai tinggi badan 150 cm, berat badan ideal atau
normalnya adalah (150-100) – 10% (150-100) = 45 kg Apabila dia
mempunyai berat badan 48 kg berarti termasuk kategori normal plus.
3) Berat Badan Normal Minus
Berat badan normal minus merupakan kondisi dimana seseorang masih
mempunyai ambang batas normal untuk berat badannya sesuai dengan
standard Brocca , yaitu berada 10% di bawah berat badan normal.
Sebagai contoh seseorang yang mempunyai tinggi badan 160 cm, berat
19
badan ideal/normalnya adalah (160-100)-10%(160-100) = 54 kg. Apabila
dia mempunyai berat badan 50kg termasuk kategori normal minus.
Pada umumnya, penimbangan badan yang menggunakan sistem
pengungkit lebih reliabel daripada sistem pegas. Namun keduanya
memerlukan pemeriksaan (penerapan) secara periodik. Mahasiswa
mengenakan pakaian seminim mengkin, pakaian senam misalnya. Hasil
penimbangan yang paling akurat, ditemukan bila testi ditimbang dalam
keadaan telanjang. Pada saat penimbangan testi tidak boleh menggenakan
alas kaki. Tingkat ketelitian pengukuran sampai sepersepuluh kg (Ismaryati,
2008: 99-100).
Berat badan seorang atlet bisa diakibatkan karena makanan yang
dikonsumsi oleh atlet banyak mengandung lemak dan juga diakibatkan
karena berkembangnya serabut otot, akan tetapi yang biasa terjadi adalah
karena kelebihan lemak.
2. Kemampuan Fisik
a. Power Otot Tungkai
Setiap aktivitas olahraga, otot merupakan komponen tubuh yang
dominan dan tidak dapat dipisahkan. Semua gerakan yang dilakukan oleh
manusia karena adanya otot , tulang, persendian, ligamen, serta tendon sehingga
gerakan dapat terjadi melalui gerakan tarikan otot serta jumlah serabut otot yang
diaktifkan (Harsono, 1988: 190).
Kekuatan atau strenght adalah komponen kondisi fisik, yang
menyangkut masalah kemampuan seseorang atlit pada saat mempergunakan
otot−ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu. Kesegaran Kekuatan
otot adalah kemampuan otot atau kelompok otot untuk melakukan kerja, dengan
menahan beban yang diangkatnya. Otot yang kuat akan membuat kerja otot
sehari-hari secara efisien seperti, mengangkat, menjinjing serta mereka akan
membuat bentuk tubuh yang lebih baik (Sajoto, 1988 : 45).
Kekuatan adalah kemampuan otot untuk dapat mengatasi tahanan atau
beban dalam menjalankan aktivitas, seperti gerakan menahan atau
memindahkan beban. Istilah otot diartikan sebagai jaringan yang mempunyai
20
kemampuan khusus untuk berkontraksi. Istilah tungkai dalam Kamus Besar
Indonesia diartikan sebagai anggota badan yang menopang bagian tubuh dan
dipakai untuk berjalan dari pangkal ke bawah yang mempunyai kemampuan
khusus untuk berkontraksi (http://www.scrib.com/doc/37570594/87).
Komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan suatu aktivitas
yang sangat berat adalah power, karena dapat menentukan seberapa orang dapat
orang berlari dengan cepat. Semua usaha maksimal yang exsplosive tergantung
pada power. Untuk meningkatkan power dapat dengan cara meningkatkan
kekuatan, meningkatkan kecepatan kontraksi, atau meningkatkan keduanya,
yaitu meningkatkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot. (Jansen, Schultn,
dan Bongerter, 1983).
Muculer power adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
kekuatan maksimum dengan usahanya yang dikerahkan dalam waktu sependek-
pendeknya. Dalam hal ini dapat dikemukakan bahwa daya ledak otot atau power
= kekuatan atau force x kecepatan atau velocity (P = F x T) (Sajoto, 1988: 59).
Power merupakan kemampuan fisik yang tersusun dari beberapa
komponen diantaranya komponen yang menonjol adalah kekuatan dan
kecepatan (Bompa, 1990: 264)
Power adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi tahanan dengan
suatu kecepatan kontraksi otot (Nossek, 1982: 46). Jadi, power otot tungkai
adalah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot kaki secara
keseluruhan (tungkai atas dan tungkai bawah) untuk menghasilkan kerja fisik
secara explosive.
Setiap beraktifitas atau melakukan kegiatan olahraga otot merupakan
komponen tubuh yang dominan dan tidak dapat dipisahkan. Semua gerakan yang
dilakukan oleh manusia karena adanya otot, tulang, persendian, ligamen serta
tendon, sehingga gerakan dapat terjadi melalui gerakan tarikan otot serta jumlah
serabut otot yang diaktifkan. Berkaitan dengan power, Harsono (1988:200)
menyatakan bahwa “power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan
kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat”. Power dideskribsikan
sebagai fungsi dari kekuatan dan kecepatan dari gerakan (Rushall & Pyke,
1992:252). Sedangkan menurut Suharno HP. (1993:59), yang menyatakan
21
bahwa “power adalah kemampuan otot atlet untuk mengatasi tahanan beban
dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerak yang utuh”.
Berdasarkan batasan-batasan power di atas dapat disimpulkan bahwa
power adalah kemampuan untuk mengerahkan kekuatan dan kecepatan otot
dalam waktu yang relatif singkat. Power merupakan perpaduan dua unsur
komponen kondisi fisik yaitu kekuatan dan kecepatan dalam hal ini kekuatan
dan kecepatan otot. Kualitas power akan tercermin dari unsur kekuatan dan
kecepatan otot yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan eksplosif dalam
waktu yang sesingkat mungkin.
Komponen power otot tungkai ini sangat diperlukan sekali oleh pemain
sepak takraw terutama pada tekong ketika akan melakukan servis atau apit
kanan dan apit kiri yang berperan sebagai smasher ketika melakukan smash
(Direktorat Olahraga Pelajar dan Mahasiswa).
Rangkaian otot tungkai menurut Ethel Sloane (2004: 149) adalah
sebagai berikut:
1) Otot tungkai atas (otot pada paha); Mempunyai selaput pembungkus
yang sangat kuat dan disebut fasia lata yang dibagi atas 2 golongan
yaitu:
a. Otot abduktor terdiri dari: a) Muskulus abduktor maldanus sebelah
dalam, b) Muskulus adduktor brevis sebelah tengah, dan c) Muskulus
abduktor longus sebelah luar. Ketiga otot ini menjadi satu yang disebut
muskulus abduktor femoralis. Fungsinya menyelenggarkan gerakan
abduksi dari femur.
b. Muskulus ekstensor (quadriseps femoris) otot berkepala empat. Otot ini
merupakan otot yang terbesar terdiri dari: a) Muskulus rektus femoris, b)
Muskulus vastus lateralis eksternal, c) Muskulus vastus medialis
internal, d) Muskulus vastus intermedial, dan e) Otot fleksor
Femoris, yang terdapat di bagian belakang paha terdiri dari: - Biseps
femoris, otot berkepala dua (fungsinya membengkokkan paha dan meluruskan
tungkai bawah), - Muskulus semi membranosus, otot seperti selaput (fungsinya
membengkokkan tungkai bawah), - Muskulus semi tendinosus, otot seprti urat
22
(fungsinya membengkokkan urat bawah serta memutarkan ke dalam), -
Muskulus sartorius, otot penjahit (Bentuknya panjang seperti pita, terdapat di
bagain paha. Fungsi: eksorotasi femur memutar ke luar pada waktu lutut
mengetul, serta membantu gerakan fleksi femur dan membengkokkan ke luar)
1 2
Gambar 2.6 Otot Tungkai Atas Bagian Dalam (1) dan Otot Tungkai Atas
Bagian Belakang (2) (Syaifuddin, 2010: 56)
2) Otot tungkai bawah
a. Otot tulang kering depan muskulus tibialis anterior. Fungsinya
mengangkat pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokkan kaki.
b. Muskulus ekstensor talangus longus. Fungsinya meluruskan jari telunjuk
ke tengah jari, jari manis dan kelingking kaki.
c. Otot kedang jempol, fungsinya dapat meluruskan ibu jari kaki. Urat-urat
tersebut dipaut oleh ikat melintang dan ikat silang sehingga otot itu bisa
membengkokkan kaki ke atas. Otot-otot yang terdapat di belakang mata
kaki luar dipaut oleh ikat silang dan ikat melintang. Fungsinya dapat
mengangkat kaki sebelah luar.
23
d. Urat akiles (tendo achlilles). Fungsinya meluruskan kaki di sendi tumit
dan membengkokkan tungkai bawah lutut (muskulus popliteus). Yang:
Berpangkal pada kondilus tulang kering, dan Melintang dan melekat di
kondilus lateralis tulang paha. Fungsinya memutar fibia ke dalam
(endorotasi). Otot ketul jari (muskulus fleksor falangus longus).
Berpangkal pada tulang kering dan uratnya menuju telapak kaki dan
melekat pada ruas jari kaki. Fungsinya membengkokkan jari dan
menggerakkan kaki ke dalam.
e. Otot ketul empu kaki panjang (muskulus falangus longus). Berpangkal
pada betis, uratnya melewati tulang jadi dan melekat pada ruas empu jari.
Fungsinya membengkokkan empu kaki.
f. Otot tulang betis belakang (muskulus tibialis posterior). Berpangkal pada
selaput antara tulang dan melekat pada pangkal tulang kaki. Fungsinya
dapat membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak kaki di sebelah ke
dalam.
g. Otot kedang jari bersama. Letaknya di punggung kaki, fungsinya dapat
meluruskan jari kaki (muskulus ekstensor falangus 1-5).
h. Otot lainya yaitu: a) Otot ketul, b) Otot penengah empu kaki, telapak di
telapak kaki, dan c) Otot penepsi, terletak di sebelah punggung kaki.
24
1 2
Gambar 2.7 Otot Tungkai Bawah (1) dan Otot Tungkai Bawah Bagian
Depan (2) (Syaifuddin, 2010: 58)
d. Kelentukan (flexibility)
Kelentukan atau Flexibility, adalah kemampuan seseorang dalam
penyesuain dirinya, untuk melakukan segala aktivitas tubuh dengan penguluran
seluas−luasnya, terutama otot−otot, ligamen−ligamen disekitar persendian
(Sajoto, 1988:58).
Kesegaran Kelentukan adalah kemampuan persendian, ligament dan
tendo disekitar persendian, melaksanakan gerak seluas-luasnya. Menurut
Gallahue, ada dua macam kelentukan, pertama adalah kelentukan statis yaitu
kelentukan togok keberbagai arah, dan kedua, adalah kelentukan dinamis yaitu
kemampuan otot berbagai anggota badan, pada saat berkontraksi (Sajoto,
1988:51).
Kelentukan (flexibility) adalah kemampuan untuk melakukan gerakan
dalam ruang gerak sendi (Harsono, 1988:163). Kelentukan adalah kemampuan
tubuh untuk melakukan gerakan melalui ruang gerak sendi atau ruang gerak
tubuh secara maksimal (Wahjoedi ,2000:60).
Fleksibilitas (kelentukan) menurut Claude Bouchard (1978 : 37) adalah
kwalitas yang memungkinkan suatu segmen bergerak semaksimal mungkin
menurut kemungkinan gerak (range of movement). Kwalitas ini memungkinkan
otot atau sekelompok otot dalam posisi pendek maksimal dan memanjang
maksimal untuk memanfaatkan sendi-sendi secara
maksimal(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kor_0807700_chapter2.p
df)
Kelentukan yang baik pada umumnya dicapai bila semua sendi tubuh
menunjukkan kemampuan dapat bergerak dengan lancar sesuai dengan
fungsinya. Lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang
gerak sendi-sendi yang dapat dilakukan. Kelentukan yang dimiliki oleh
seseorang tergantung pada beberapa faktor. Faktor penentu kelentukan adalah:
25
1) Elastisitas dari otot, ligamentum, tendo, dan cupsul. 2) Luas sempitnya ruang
gerak sendi (ROM). 3) Tonus otot, tendo, ligamentum, dan cupsula. 4)
Tergantung dari derajat panas diluar (temperatur). 5) Unsur jemu, muram, takut,
senang, semangat. 6) Kwalitas tulang-tulang yang membentuk persendian. 7)
Faktor umur dan jenis kelamin (Suharno, 1993: 53).
Perkembangan kelentukan seseorang dipengaruhi oleh usia.
Perkembangan kelentukan pada tiap tingkatan usia berbeda. Pada umumnya
anak kecil memiliki otot yang lebih lentur (fleksibel,) keadaan tersebut akan
terus meningkat pada usia belasan tahun (usia sekolah). Dan memasuki usia
remaja kelentukan mereka cenderung mencapai puncak perkembangannya,
setelah fase itu secara perlahan-lahan kelentukan mereka menurun (Alter, 1996:
15).
Perbaikan dalam kelentukan otot dapat mengurangi terjadinya cidera
pada otot-otot, membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi,
kelincahan atau agility, membantu memperkembangkan prestasi, menghemat
pengeluaran tenaga pada waktu melaksanakan gerakan dan memperbaiki sikap
tubuh (Harsono, 1988: 163). Macam-macam latihan peregangan terdiri dari, 1)
Peregangan balistik, 2) Peregangan statis, 3) Peregangan pasif, dan 4)
Peregangan kontraksi-relaksasi (Pate, 1993: 330).
Hal yang paling penting dan perlu diperhatikan saat melakukan latihan
kelentukan adalah seberapa lama waktu peregangan harus dipertahankan dan
berapa kali gerakan peregangan harus dilakukan. Ada beberapa pendapat dari
ahli yang agak berbeda antara satu dengan yang lainnya. Lakukan peregangan
selama 20-30 detik kemudian rileks (Alter, 1996: 25). Peregangan statis
dilakukan dengan intensitas rendah dan waktu 15-30 detik, sedangkan yang
sifatnya balistis sebaiknya dilakukan 15 kali untuk setiap bagian tubuh
(Adisapoetra 1999: 75). Peregangan dilakukan perlahan-lahan dan
depertahankan selama 10 detik atau lebih (Pate, 1993: 331).
Fleksibilitas tubuh menunjang sekali pengusaan sepak takraw. Pemain
sepak takraw dapat belajar teknik sepak takraw dengan hasil yang memuaskan
jika memiliki tubuh yang lentur dan tidak kaku. Selalu melakukan pemanasan
kemudian melenturkan tubuh (streching) sebelum bermain sepak takraw.
26
Kombinasi kelentukan dan kekuatan akan menjadi alur gerak (fluidity) si
pemain, mudah dan mengesankan latihan khususnya untuk meningkatkan
kelenturan tubuh.
Sedangkan menurut Harsono (1988:163), mengemukakan bahwa
kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak
sendi. Kecuali oleh ruang gerakan sendi kelentukan juga ditentukan oleh elastis
tidaknya otot-otot, tendo, dan ligamen.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pendapat di atas, maka orang yang
mempunyai kelentukan yang baik, khususnya kelentukan togok adalah orang
yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendi togok dan
mempunyai otot-otot yang elastis pada togok.
Pemain sepak takraw yang memiliki kelentukan togok yang baik, akan
dapat mengarahkan tenaga yang lebih besar pada saat melakukan servis. Ini
disebabkan, dengan fleksibilitas togok yang baik, maka pernain sepak takraw
akan dapat melakukan gerakan secara elastis dan luwes pada saat melakukan
servis. Dengan demikian untuk mendapatkan servis yang baik, maka fleksibilitas
togok sudutnya harus tinggi.
Untuk mengembangkan fleksibilitas togok dapat dilakukan latihan
peregangan otot, seperti: peregangan dinamis dan peregangan statis.
Memperbaiki kelentukan daerah gerak suatu persendian, harus dilakukan
beberapa bentuk peregangan yang dinamis dan statis agar badan dapat menjadi
normal kembali atau bahkan kondisi lebih baik. Sehingga dengan fleksibilitas
togok yang baik akan membuat gerakan servis nampak luwes dan tidak kaku.
e. Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-
organ syaraf ototnya selama melakukan gerak-gerak yang cepat, dengan
perubahan letak titik-titik berat badan yang cepat pula, baik dalam keadaan statis
lebih-lebih gerak dinamis (Sajoto, 1988: 58). Keseimbangan statis adalah
kemampuan mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk tidak goyang atau
roboh, sedangkan keseimbangan dinamik adalah kemampuan untuk
27
mempertahankan tubuh untuk tidak jatuh pada saat sedang melakukan gerakan.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa keseimbangan statis adalah
keseimbangan pada saat tubuh diam, misalnya sedang berdiri pada satu kaki
Sedangkan keseimbangan dinamik adalah keseimbangan tubuh pada saat
bergerak, misalnya pada saat sedang berlari atau berjengket (Elham, 2011).
Baumgartner & Jackson (1991:250). Keseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan posisi tubuh, untuk keberhasilan pelaksanaan
keterampilan motorik. Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk menjaga
keseimbangan tubuh sambil berdiri di salah satu olahraga. Keseimbangan
dinamis adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan sambil bergerak dari
satu titik ke titik lain.
Berdasarkan pendapat ahli di atas keseimbangan adalah usaha untuk
mempertahankan posisi dalam keadaan statis maupun dinamis saat melakukan
gerakan-gerakan lokomotor, non lokomotor dan manipulatif tetap dalam keadaan
seimbang saat melakukan gerakan.
Keseimbangan sebagai tingkat kemampuan keadaan statis, sehingga
bisa merespon dan mengontrol tubuhnya dalam melakukan gerakan-gerakan
tertentu.
Tingkat keseimbangan seseorang sangat kompleks, karean pada
akhirnya akan melibatkan banyak unsur perangkat tubuh, seperti system
vertstibular yang terdapat pada telinga bagian dalam, pandangan mata, tectile
sensation dan propioceptor, interpretasi otak dan pikiran, hasil dari berbagai
respons motorik turut menentukan keadaan fisik seseorang.
Frank dan Deutsch (1973-125) di dalam Kirkendal, dkk (1987:126)
mendefinisikan keseimbangan sebagai “kemampuan untuk menjaga
keseimbangan selama istirahat dan selama serangkaian gerakan yang
ditentukan.”
Barrow dan McGee (1973:125) di dalam Kirkendal, dkk (1987:126)
mendefinisikan “keseimbangan sebagai kondisi statis untuk respon dan efisien
28
atau mengendalikannya dalam postur efisien spesifik ketika sedang bergerak”.
Pada dasarnya, balance adalah kemampuan untuk mengendalikan tubuh kita
ketika menginap stiil atau saat bergerak.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas seseorang dalam begerak harus
mempunyai kemampuan menjaga keseimbangan dalam melakukan gerakan,
mampu mengendalikannya untuk tercipta gerakan yang efisien dalam
melaksanakan teknik-teknik dalam olahraga dan keseimbangan melibatkan
berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan didukung oleh sistem
muskuloskletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa
tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktifitas
secara efektif dan efisien.
Komponen keseimbangan diperlukan oleh pemain sepak takraw dalam
melakukan servis, karena pada saat melakukan servis seorang tekong berdiri
bertumpu pada satu kaki sedangkan kaki lain menerima umpan, apabila tidak
memiliki keseimbangan yang baik, maka dengan sendirinya tekong tersebut
akan jatuh.
B. Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang menarik yang memiliki relevansi yang dekat
dengan penelitian ini antara lain:
1. Ruslan (2011), meneliti tentang Latihan Keseimbangan dan Kelentukan
Terhadap Kemampuan Servis Pada Permainan Sepak Takraw, yang
menyimpulkan bahwa terdapat interaksi atau hubungan yang signifikan antara
latihan power otot tungkai dan kelentukan terhadap kemampuan servis.
2. Muhammad Maulana (2015), meneliti tentang Hubungan Daya Ledak Otot
Tungkai Terhadap Keterampilan Bermain Sepak Takraw, yang menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara daya ledak otot tungkai
dengan keterampilan sepak takraw.
C. Kerangka Pemikiran
29
Kerangka pemikiran yang akan dikemukakan dalam penelitian ini,
berdasarkan pada teori yang benar dan berkaitan dengan variabel yang menjadi
obyek dalam penelitian ini. Selain kerangka berpikir tersebut juga merupakan dasar
pemikiran dari penelitian yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Adapun
kerangka berpikir yang dikemukakan sebagai berikut: Untuk meningkatkan
kemampuan servis sepak takraw hingga ke taraf mahir, dibutuhkan latihan fisik
terfokus terutama pada faktor fisik dominan, diantaranya mempunyai rasio panjang
tungkai dan tinggi badan yang ideal, berat badan yang ideal, mempunyai power otot
tungkai, fleksibilitas togok, dan keseimbangan yang baik dalam permainan sepak
takraw, maka kemampuan servis bisa meningkatkan perolehan poin dengan
berbagai cara dalam pertandingan sepak takraw.
Dari penjelasan di atas, dalam penelitian ini peneliti beranggapan bahwa
penentuan kemampuan servis sepak takraw dapat ditentukan dengan mempunyai
rasio panjang tungkai dan tinggi badan yang standar, berat badan dan latihan power
otot tungkai, fleksibilitas togok, dan keseimbangan. Dengan demikian yang
diharapkan dalam penelitian ini adalah terjadi keterkaitan antara variabel terikat
dengan variabel bebas.
Adapun skema kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Kemampuan Servis Sepak Takraw
Anthropometri Kemampuan Fisik
Rasio Panjang Tungkai dan Tinggi Badan
Berat Badan Power Otot Tungkai
Keseimbangan Fleksibilitas Togok
Faktor Fisik
30
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang dibangun di atas, maka hipotesis dalam
rencana penelitian ini adalah sebagai berikut: diantara variabel anthropometri (rasio
panjang tungkai dan tinggi badan, berat badan)dan kemampuan fisik(power otot
tungkai, fleksibilitas togok, dan keseimbangan) variabel yang lebih dominan yang
mempengaruhi kemampuan servis sepak takraw adalah faktor kemampuan fisik
yaitu power otot tungkai.