5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Geologi Regional
Dalam membahas suatu objek daerah penelitian, maka terlebih dahulu
diuraikan mengenai karakteristik geologi secara regional dalam hal ini berupa
fisiografi, stratigrafi, dan struktur geologi yang berperan di daerah penelitian.
2.1.1 Fisiografi
Sumatera Barat memiliki kondisi fisiografi sangat kompleks. Menurut
Sandy (1985) di Sumatera Barat dapat ditemui tiga wilayah fisiografi utama,
yaitu: wilayah pegunungan vulkanik, perbukitan lipatan tersier, dan wilayah
dataran rendah (Gambar 2.1).
Gambar 2.1 Fisiografi Sumatera Barat (Modifikasi dari Mufidah,2011 dan
Sandy,1985)
6
Wilayah pegunungan vulkanik membujur pada bagian tengah provinsi
ini dari utara sampai selatan, dengan patahan semangko pada tengahnya.
Sedangkan perbukitan lipatan tersier membentang dibagian timur
pegunungan vulkanik tersebut. Perbukitan tersier ini di beberapa tempat
mengandung deposit batubara dengan medan berat. Sementara itu pada
bagian barat provinsi ini terdapat dataran rendah.
2.1.2 Stratigrafi Regional
Pada Peta Geologi Lembar Lubuksikaping (skala 1 : 250.000) yang
ditulis oleh Rock, N.M.S. dkk tahun 1983 dan peta geologi lembar yang
sama merupakan cetakan kedua tahun 2011, batuan yang ada di daerah
penyelidikan terdiri dari batuan – batuan gunung api, batuan terobosan,
sedimen dan metasedimen yang berumur mulai dari Paleozoik – Kenozoik
(Kuarter).
Batuan tertua yang tersingkap di daerah penyelidikan adalah batuan
meta sedimen dan batusabak yang menyebar di sebelah baratlaut dan
tenggara daerah penyelidikan dan termasuk dalam Formasi Kuantan
(PUKU), yang terdiri dari batu sabak, kuarsit dan arenit meta kuarsa,
formasi ini berumur Paleozoik Permo-Karbon.Lapisan Mesozoikum dan
Paleozoikum tak terbedakan, terdiri dari meta-gunungapi hornfel, batusabak
dan sedikit batugamping berumur Permo-Karbon sampai Jura.Formasi ini
tersebar di bagian tengah daerah penyelidikan.
7
2.1.2.1 Batuan Sedimen dan Metasedimen
Batuan Sedimen dan Metasedimen pada daerah penelitian terdiri
dari :
Aluvium (Qh): pasir, kerikil, konglomerat, lanau berkarbon dan
lumpur.
Kipas “Piedmont” (Qf): konglomerat dan pasir kasar.
Formasi Telisa (Tmt) terdiri dari batulanau berkarbon sampai
gampingan, batu pasir lanauan dan serpih, konglomerat, sedikit
batugamping dan serpih glaukonit.
Formasi Telisa (Tmsl) :anggota alas batugamping. Formasi Sihapas
(Tms) yang berumur Miosen Awal terdiri dari batupasir kuarsa
bersih , serpih berkarbon batulanau, dan konglomerat.
Formasi Sihapas (Tmsk) : Anggota Kanan: batupasir, kemungkinan
glaukonit.
Formasi Silungkang (Pps) : batugamping, meta gunungapi, basa,
meta tufa, batupasir gunungapi.
Formasi Silungkang (Ppsl), anggota batugamping: meta
batugamping.
Formasi Kuantan (Puku) : batusabak, kwarsit, dan arsenit
metakuarsa, wake, filit.
Tms
Tmv
MPitd
Puk
Tmvsg
Puk
ul
Qf
Ppsl
TMiu
MPi
Batuan Sedimen dan
Metasedimen
Tmt
Tmtl
Tmsk
Qh
Batuan Gunungapi
Kipas “Piedmont”
Formasi Telisa
Formasi Telisa
Formasi Sihapas
Formasi Sihapas
Formasi Silungkang
Formasi Kuantan
Tak Terbedakan
Formasi G. Saligaro
Intrusi Ulai
Batolit Tadungkumbang
Aneka Terobosan Granitik
Formasi Kuantan
Aluvium
Batuan Terobosan
U
Skala 1 : 250.000
PETA GEOLOGI REGIONAL
DAERAH Simisuh
N.M.S. ROCK, dkk.(2011)
Gambar 2.2 Peta Geologi Regional Daerah panas bumi Simisuh (Lembar Lubuk Sikaping (N.M.S Rock,1983) )
8
9
Formasi Kuantan (Puku) , merupakan batuan tertua yang tersingkap
di daerah penyelidikan adalah batuan metasedimen dan batusabak
yang menyebar di sebelah baratlaut, tenggara dan baratdaya, yang
terdiri dari batu sabak, kuarsit dan arenit meta kuarsa, formasi ini
berumur Paleozoik Permo-Karbon..
Formasi Kuantan (Pukul) Anggota Batugamping: Meta batugamping.
2.1.2.2 Batuan Gunungapi
Satuan batuan vulkanik tak terbedakan (Tmv), tersusun atas lapisan
batuan gunung api dan tidak menunjukkan sumber letusan gunung api,
berumur Miosen dan tersebar di sebelah tengah, barat dan utara daerah
penyelidikan.
Formasi G. Saligaro (Tmvsg) : porfiritik, lava andesitic dan breksi
kerapkali terpengaruh tektonik.
2.1.2.3 Batuan Terobosan
Batuan terobosan daerah penelitian terdiri dari :
Diorit Doras (Tmid) : Subvolkanik mikrodiorit porfiritik
Intrusi Ulai : granodiorit pegmatite, granodiorit dan granit biotit
sebagian sudah sangat terpengaruh terpengaruh tektonik
Intrusi Muara Sipongi (Mtims): Granit, granodiorit, dan diorit
Batolit Tadungkumbang (MPitd) : granodiorit, granit porfir, dolerite,
seringkali tergunting hingga berubah bentuk
10
Aneka Terobosan (Tmi) : Granodiorit, Granit dan Leukogranit,
tergunting lemah hingga.
2.1.3 Struktur Geologi Regional
Struktur geologi yang berkembang di lokasi penyelidikan merupakan zona
struktur sesar Sumatera (Sumatera Fault System atau SFS). Zona sesar ini
memanjang sepanjang Pulau Sumatera mulai dari Teluk Semangko di selatan
sampai Aceh di utara. Menurut beberapa peneliti, Sistem Sesar Sumatera (SFS)
ini tersusun atas beberapa segmen sesar dengan arah orientasi baratlaut-tenggara
dengan pergerakan menganan (dextral).
Gambar 2.3 Setting tektonik regional Sumatra (sumber: http://en.wikibooks.org)
Akibat interaksi dari beberapa segmen tersebut maka terdapat beberapa
zona yang mengalami kompresi dan regangan. Zona-zona kompresi mengalami
11
pelipatan dan sesar-sesar naik, sedangkan zona regangan mengalami depresi dan
sesar-sesar normal, di beberapa lokasi sesar-sesar normal ini juga memfasilitasi
keluarnya magma ke permukaan dan membentuk gunung api.
2.2. Geologi Daerah Penelitian
2.2.1 Geomorfologi Daerah Penelitian
Kondisi geomorfologi suatu daerah merupakan salah satu aspek yang
dipertimbangkan dalam pengembangan panas bumi. Penamaan satuan
geomorfologi di daerah penyelidikan diambil berdasarkan penamaan tidak
resmi dengan mempertimbangkan beberapa parameter morfografi dan
morfometrinya. Faktor utama yang mendukung bentukan bentang alam
adalah proses geologi seperti peristiwa endogen (orogenesa dan tektonisme)
dan proses eksogen (pelapukan, erosi dan pengendapan).
Geomorfologi di daerah penelitian dikelompokkan menjadi 6 satuan
(Tim Geologi Pusat Sumber Daya Geologi, 2012), yaitu geomorfologi
perbukitan terlipatkan berlereng curam, perbukitan struktural berlereng
terjal, perbukitan denudasi bergelombang sedang, perbukitan denudasi
bergelombang lemah, perbukitan vulkanik terisolasi dan dataran aluvium.
2.2.1.1 Perbukitan Terlipatkan Berlereng Curam
Satuan geomorfologi ini memanjang dari bagian timur laut hingga
tenggara pada sisi timur daerah penyelidikan dengan luas pelamparan 34 %
dari area kerja. Kondisi topografi kasar dengan lereng curam, memiliki
12
kemiringan lereng hingga 60°. Titik tertinggi daerah tersebut pada
ketinggian 850 mdpl pada Bukit Saligaro. Sedangkan titik terendah berada
pada ketinggian 250 mdpl sehingga perbedaan ketinggian mencapai 600
meter. Pola penyaluran yang terbentuk pada daerah ini adalah trellis dan
radial. Litologi yang terdapat di satuan geomorfologi ini adalah batupasir
berlapis dan kompak serta batusabak. Lava vulkanik bukit saligaro barada di
bagian timur laut satuan ini.
Proses endogenik yang berkembang berupa perbukitan terlipat
dengan jenis antiklin, sesar mendatar dekstral membatasi satuan morfologi
ini dengan morfologi pedataran aluvial di bagian baratnya dan kekar,
kemudian proses eksogenik yang berkembang pada satuan geomorfologi ini
adalah pelapukan, dan erosi. Penduduk memanfaatkan daerah ini sebagai
wilayah perkebunan kopi dan coklat, karet dan kelapa sawit. Satuan ini
memiliki potensi terhadap bencana longsor batuan, ataupun massa tanah.
Gambar 2.4 Perbukitan Terlipatkan Berlereng Curam (foto oleh : Tim
Geologi Pusat Sumber Daya Geologi, 2012)
2.2.1.2 Perbukitan struktural berlereng terjal
Satuan geomorfologi ini memanjang dari bagian barat daerah
penyelidikan dengan luas pelamparan 33 % dari area kerja. Kondisi
topografi kasar dengan lereng terjal, memiliki kemiringan lereng hingga
13
80°. Titik tertinggi daerah tersebut pada ketinggian 1525 mdpl pada bukit
Durianpanjang. Sedangkan titik terendah berada pada ketinggian 275 mdpl
sehingga perbedaan ketinggian mencapai 1350 meter. Pola penyaluran
yang terbentuk pada daerah ini adalah trellis dan subdendritik. Litologi
yang terdapat di satuan geomorfologi ini adalah satuan granit
muaracubadak, granit silungkang, ultramafik, granit sitombol, lava
silagun, lava durianpanjang, lava kapunan, breksi sibadur, lava can-cang,
dan lava aircampur.
Proses endogenik yang berkembang berupa perbukitan tersesarkan
dengan, jenis sesar mendatar dekstral dan sinistral dan kekar, kemudian
proses eksogenik yang berkembang pada satuan geomorfologi ini adalah
pelapukan, dan erosi. Penduduk memanfaatkan daerah ini sebagai wilayah
perkebunan kopi dan coklat, karet dan kelapa sawit. Satuan ini memiliki
potensi terhadap bencana longsor batuan, ataupun massa tanah, serta banjir
bandang.
Gambar 2.5 Perbukitan Struktural Berlereng Terjal (foto oleh : tim
Geologi Pusat Sumber Daya Geologi, 2012)
14
2.2.1.3 Perbukitan denudasi bergelombang sedang
Satuan geomorfologi ini memanjang dari bagian utara daerah
penyelidikan dengan luas pelamparan 12 % dari area kerja. Kondisi
topografi bergelombang sedang, memiliki kemiringan lereng hingga 30°.
Titik tertinggi daerah tersebut pada ketinggian 750 mdpl pada perbukitan
di sisi barat laut. Sedangkan titik terendah berada pada ketinggian 300
mdpl sehingga perbedaan ketinggian mencapai 450 meter. Pola penyaluran
yang terbentuk pada daerah ini adalah dendritik. Litologi yang terdapat di
satuan geomorfologi ini adalah satuan batupasir konglomeratan dan lava
lakopah.
Proses endogenik yang berkembang berupa perbukitan tersesarkan
dengan, jenis sesar mendatar dekstral dan kekar, kemudian proses
eksogenik yang berkembang pada satuan geomorfologi ini adalah
pelapukan, erosi dan deposisi. Penduduk memanfaatkan daerah ini sebagai
wilayah perkebunan kopi dan coklat, karet dan kelapa sawit, persawahan
dan perikanan. Satuan ini memiliki potensi terhadap bencana banjir
bandang.
Gambar 2.6 Perbukitan Denudasi Bergelombang Sedang (foto oleh : tim
Geologi Pusat Sumber Daya Geologi, 2012)
2.2.1.4 Perbukitan denudasi bergelombang lemah
15
Satuan geomorfologi ini memanjang dari bagian tengah daerah
penyelidikan dengan luas pelamparan 7 % dari area kerja. Kondisi
topografi bergelombang lemah, memiliki kemiringan lereng hingga 20°.
Titik tertinggi daerah tersebut pada ketinggian 300 mdpl pada perbukitan
di sisi barat laut. Sedangkan titik terendah berada pada ketinggian 250
mdpl sehingga perbedaan ketinggian mencapai 50 meter. Pola penyaluran
yang terbentuk pada daerah ini adalah dendritik dan paralel. Litologi yang
terdapat di satuan geomorfologi ini adalah satuan meta batugamping,
granit sitombol, batupasir konglomeratan dan konglomerat.
Proses endogenik yang berkembang berupa perbukitan tersesarkan
dengan, jenis sesar mendatar dekstral dan kekar, kemudian proses
eksogenik yang berkembang pada satuan geomorfologi ini adalah
pelapukan, erosi dan deposisi. Penduduk memanfaatkan daerah ini sebagai
wilayah perkebunan kopi dan coklat, karet dan kelapa sawit, persawahan
dan perikanan. Satuan ini memiliki potensi terhadap bencana banjir
bandang.
Gambar 2.7 Perbukitan Denudasi Bergelombang Lemah (foto oleh : tim
Geologi Pusat Sumber Daya Geologi, 2012)
16
2.2.1.5 Perbukitan vulkanik terisolasi
Satuan geomorfologi ini tersebar pada beberapa bagian dari daerah
penyelidikan dengan luas pelamparan 1 % dari area kerja. Kondisi
topografi bergelombang sedang, memiliki kemiringan lereng hingga 30°..
Pola penyaluran yang terbentuk pada daerah ini tidak terlihat karena
luasan area yang kecil. Litologi yang terdapat di satuan geomorfologi ini
adalah satuan lava scoria dekat sungai simisuah, breksi sibadur pada
bagian utara dekat dengan granit Muaracubadak, dan lava basal Tampang.
Proses endogenik yang berkembang berupa perbukitan tersesarkan
dan kekar serta proses magmatisme, kemudian proses eksogenik yang
berkembang pada satuan geomorfologi ini adalah pelapukan, erosi.
Penduduk memanfaatkan daerah ini sebagai wilayah perkebunan kopi dan
coklat, karet dan kelapa sawit, dan persawahan. Satuan ini memiliki
potensi terhadap bencana gerakan massa batuan ataupun tanah.
Gambar 2.8 Perbukitan Vulkanik Terisolasi (foto oleh : tim Geologi Pusat
Sumber Daya Geologi, 2012)
2.2.1.6 Pedataran aluvium
Satuan geomorfologi ini tersebar pada bagian tengah ke selatan
dari daerah penyelidikan dengan luas pelamparan 12 % dari area kerja.
17
Kondisi topografiberupa dataran, memiliki kemiringan lereng hingga 10°..
Pola penyaluran yang terbentuk pada daerah ini dendritik dan sungai
membentuk braided stream. Litologi yang terdapat di satuan geomorfologi
ini adalah satuan endapan aluvium.
Proses endogenik yang berkembang berupa patahan yang tertutup
oleh endapan, kemudian proses eksogenik yang berkembang pada satuan
geomorfologi ini adalah deposisi. Penduduk memanfaatkan daerah ini
sebagai wilayah perkebunan kopi dan coklat, karet dan kelapa sawit,
perikanan dan persawahan. Satuan ini memiliki potensi terhadap bencana
banjir.
Gambar 2.9 Pedataran Aluvium (foto oleh : tim Geologi Pusat Sumber
Daya Geologi, 2012)
2.2.2 Stratigrafi Daerah Penelitian
Stratigrafi daerah Simisuh dipisahkan berdasarkan hasil pemetaan di
lapangan, juga didukung oleh data analisis citra landsat, dengan
memperhatikan prinsip vulkanostratigrafi, serta hubungan relatif antara
masing-masing satuan batuan. Daerah Simisuh didominasi oleh batuan
18
produk vulkanik. Beberapa produk gunungapi terdiri dari aliran lava dan
yang tersebar cukup luas serta kubah-kubah vulkanik. Kemudian jenis batuan
beserta struktur dan susunan stratigrafinya disajikan dalam bentuk peta
geologi (Gambar 2.10).
Sesuai dengan susunan stratigrafinya maka karakteristik masing-
masing satuan disajikan dalam penjelasan berikut ini.
2.2.2.1 Satuan Batusabak
Penyebaran satuan batusabak tersebar di sisi selatan dari
perbukitan bagian timur, luas penyebaran batusabak 3.3 km2. Deskripsi
batuan warna hitam keabu-abuan, kilap tanah, tekstur ukuran butir
lempung-pasir sangat halus, sortasi baik, kemas tertutup, struktur foliasi
dengan arah relatif N 240˚ E/25˚. Umur batuan diperkirakan berumur pra-
tersier. Kondisi singkapan cukup baik, berupa tebing hasil eskavasi alat
berat.
2.2.2.2 Satuan Granit Muaracubadak
Penyebaran satuan ini pada bagian utara areal kerja, pada bagian
ujung barat laut areal kerja. Penyebaran satuan ini seluas 38 km2, granit
memiliki warna merah kecoklat-coklatan, tekstur granular, ukuran kristal
kasar- sangat kasar, struktur masif, komposisi kuarsa, ortoklas, biotit,
struktur geologi kekar yang sangat intensif dan terisi oleh urat kalsit/
karbonat, pada urat terdapat pengkayaan mineral logam seperti
pirit/kalkopirit, serta bijih besi. Terdapat juga bidang breksiasi sesar
dengan bidang N 105˚E/60˚.
Gambar 2.10 Peta Geologi Daerah Panasbumi Simisuh (Laporan Internal Pusat Sumber Daya Geologi, 2012)
19
20
2.2.2.3 Satuan Ultrabasa
Satuan ini terlampar dibagian tengah pada sisi perbukitan bagian
barat. Pelamparan satuan ini seluas 1.5 km2. Satuan ini tersingkap berupa
lapukan dengan warna merah keungu-unguan. Tekstur dan struktur tidak
dapat teramati, singkapan batuan ultrabasa ini menunjukkan kekar yang
sangat intensif.
Singkapan lainnya dari satuan ultrabasa ini berada pada tubuh
sungai sehingga kesegaran batuan terjaga. Pada singkapan ini didapat
batuan peridotit dengan warna hijau tua, tekstur.
2.2.2.4 Satuan Granit Silungkang
Satuan ini terlampar pada bagian selatan areal kerja pada bagian
tengah-barat areal kerja. Pelamparan satuan ini seluas 20.1 km2. Granit
yang tersingkap berupa singkapan granit dengan tekstur granular, ukuran
kristal 2-5 mm, struktur masif, komposisi kuarsa, ortoklas, hornblenda (?).
Kondisi singkapan granit telah mengalami pelapukan mengulit-
bawang, dengan kondisi kristal yang telah lepas-lepas(loose). Satuan
granit silungkang ini diperkirakan berumur pra-tersier akhir. Singkapan
yang baik ditemukan pada tepi sungai Silungkang.
2.2.2.5 Satuan Metagamping
Penyebaran satuan metagamping tersebar di sisi selatan areal kerja,
tersebar di sisi timur dari perbukitan bagian barat. Luas penyebaran satuan
ini meliputi 2.9 km2. Satuan metagamping tersusun atas 2 anggota litologi,
batugamping kristalin, warna kuning cerah keabu-abuan, tekstur kristalin,
21
ukuran butir pasir kasar- pasir sedang, struktur masif. Kondisi singkapan
berupa bukit landai dengan kenampakan batugamping yang menjadi
bongkah-bongkah besar.
Kemudian batugamping dolomit, warna abu-abu cerah kehitam-
hitaman. Tekstur ukuran butir pasir halus-pasir kasar, sortasi baik, kemas
terbuka, struktur masif. Terdapat trevertin/sinter karbonat purba. Struktur
geologi terdapat kekar-kekar yang cukup intensif dan terisi oleh urat
karbonat. Umur satuan diperkirakan pre-tersier.
2.2.2.6 Satuan Batupasir
Satuan batupasir ini tersebar di sisi utara areal kerja dengan luas
pelamparan 41.6 km2. Satuan ini tersingkap dengan singkapan lapisan
dengan urutan dari bawah ke atas breksi piroklastik, batupasir sisipan tuf,
batulempung, batupasir kuarsa berukuran kerakal.
Kemudian singkapan lainnya dimana breksi piroklastik menjadi key
bed. Pada singkapan ini didapat urutan stratigrafi dari bawah ke atas, breksi
piroklastik, batupasir tufan kerakalan, tuf, breksi piroklastik.
Singkapan yang cukup baik di dapat dimana singkapan berwarna
merah kecoklat-coklatan, dengan sisipan batulempung berwarna abu-abu.
Kondisi singkapan telah mengalami pelapukan menjadi soil sehingga
warna berubah diakibatkan oleh oksidasi.
2.2.2.7 Satuan Konglomerat-Batupasir
Satuan ini tersebar di sisi timur areal kerja dengan luas
pelamparan. Satuan ini tersingkap pada tebing tepi jalan tampak fresh
22
dengan sedikit oksidasi sehingga warna coklat kemerah-merahan. Tekstur
sortasi baik, kemas terbuka, ukuran butir fragmen pasir kasar-kerakal,
matriks pasir sedang-halus, komposisi batupasir konglomeratan tersusun
atas fragmen kuarsa, feldspar dan litik. Struktur sedimen gradasi,
perlapisan, silang siur trough. Singkapan nampak kompak walaupun
mengalami struktur kekar.
2.2.2.8 Satuan Konglomerat
Satuan konglomerat ini tersebar pada bagian tengah areal kerja
dengan luas pelamparan 24.6 km2. Singkapan ideal pada satuan ini didapat
dimana konglomerat menggerus piroklastik.
2.2.2.9 Satuan Lava Durianpanjang
Satuan ini terletak pada bagian tengah hingga barat areal kerja.
Luas pelamparan satuan ini mencapai 29.7 km2. Singkapan satuan ini dapat
terlitah andesit berwarna abu-abu cerah, kondisi cukup segar namun sedikit
tertutup oleh tanah, tekstur batuan porfiro-afanitik.
2.2.2.10 Satuan Lava Sibadur
Satuan ini terletak pada daerah barat laut areal kerja. Luas
pelamparan satuan ini 1.4 km2. Singkapan satuan ini terdapat pada tubuh
sungai kecil, dimana singkapan lava didapat cukup segar namun telah
mengalami silisifikasi. Warna batuan putih keabu-abuan, akibat silisifikasi,
tekstur dan komposisi sullit untuk diidentifikasi.
23
2.2.2.11 Satuan Lava Kapunan
Satuan ini terletak di sekitar tengah hingga barat daya areal kerja.
Luas pelamparan satuan ini 37.4 km2. Satuan ini tersusun atas lava andesit
(Autoclast). Penarikan luas penyebaran satuan berdasarkan interpretasi
penyebaran dan bentuk kontur.
2.2.2.12 Satuan Lava Lokapah
Satuan lava ini terletak di sisi utara-barat daya dari areal kerja.
Luas pelamparan satuan ini yaitu 5.5 km2. Singkapan satuan ini tersingkap
bongkah-bongkah lava andesit(?) dimana pada singkapan ini terlihat juga
adanya mineralisasi berupa struktur lattice bladed yang mengandung
pengkayaan bijih besi(?) . Deskripsi satuan ini, lava basal dengan warna
hitam keabu-abuan, tekstur porfiro afanitik, ukuran kristal 1mm hingga
sangat halus. Komposisi mineral fenokris hornblenda, plagioklas, massa
dasar mineral mafik. Kondisi singkapan cukup segar dalam bentuk
bongkah-bongkah besar.
2.2.2.13 Satuan Lava Saligaro
Satuan lava ini terletak di sisi timur laut areal kerja. Luas
pelamparan satuan ini yaitu 13.3 km2. Singkapan satuan ini berada pada
tubuh sungai yaitu tubuh lava. Deskripsi lava berupa lava andesit dengan
warna abu-abu kehitam-hitaman, tekstur porfiro afanitik, ukuran kristal 2
mm hingga sangat halus. Komposisi mineral fenokris plagioklas,
hornblenda, massa dasar mineral mafik. Kondisi singkapan cukup segar
sehingga dapat diamati kondisi fisik batuan dengan baik.
24
2.2.2.14 Satuan Lava Simaropen
Satuan ini berada didekat mata air panas Simaropen, dimana satu
bukit tersebut tersusun atas lava basal. Luas pelamparan satuan in adalah
0.5 km2. Singkapan yang sangat baik ditemukan pada tebing tepi jalan
terlihat berwarna hitam keabu-abuan pada bagian batuan yang segar.
Kondisi batuan terkekarkan namun masih cukup kompak. Basal bertekstur
porfiro-afanitik dengan fenokris olivin dan massadasar mineral mafik.
Batuan telah mengalami alterrasi dengan perubahan warna dari olivin
tersebut.
2.2.2.15 Satuan Breksi Lubukaro
Satuan ini terletak pada bagian tengah areal kerja pada Desa
Lubukaro. Luas pelamparan satuan ini 7.2 km2. Singkapan satuan ini
terdapat kontak antara konglomerat dan breksi pada singkapan yang
menjadi sebuah air terjun.
2.2.2.16 Satuan Lava Cangcang
Satuan ini terletak pada barat daya areal kerja. Luas pelamparan
satuan ini adalah 20 km2. Satuan ini tersingkap berupa singkapan soil
berwarna coklat namun masih sedikit menunjukkan tekstur asalnya.
Sulitnya medan untuk ditempuh sehingga lintasan tidak dibuat lebih jauh.
Satuan ini diperkirakan berumur lebih muda daripada satuan-satuan
vulkanik yang telah disebutkan yaitu berumur antara akhir miosen hingga
awal kuarter. Hal ini disebabkan karena kondisi morfologi yang masih
sangat kuat reliefnya sehingga diperkirakan berumur cukup muda.
25
2.2.2.17 Satuan Lava Tampang
Satuan ini terletak pada bagian tengah areal kerja, di se;atan satuan
Breksi Lubukaro. Luas pelamparan satuan ini pada 6 km2. Pada satuan ini
adalah lava basal . Lava basal ini menunjukkan warna hitam keabu-abuan,
dengan tekstur porfiro-afanitik, komposisi fenokris berupa olivin dengan
massa dasar berwana abu-abu gelap.
2.2.2.18 Satuan Lava Talangbiru
Satuan lava Talang melampar diatas satuan Breksi Lubukaro
dimana luas pelamparan yaitu 0.5 km2. Pada satuan ini ditemukan lava dan
skoria, kemunculan lava tidak ditemukan dalam bentuk singkaan yang
segar, hanya berupa bongkah-bongkah besar di sekitar lembah. Kemudian
pada lokasi lain ditemukan singkapan lava skoria berwarna hitam, kondisi
singkapan cukup segar, dengan ciri yang sangat khas yaitu struktur skoria.
2.2.2.19 Alluvium
Alluvium ini terendapkan cukup luas di daerah penelitian berada di
wilayah Tengah sampai Timur daerah penelitian. Alluvium ini ditandai
dengan pedataran yang sangat luas.
2.2.3 Struktur Geologi Daerah Penelitian
Berdasarka Peta Geologi Daerah Panas Bumi Simisuh (Gambar 2.10)
Struktur Geologi yang berkembang di daerah penelitian diantaranya adalah
Struktur Lipatan dan Struktur Sesar.
26
Struktur Lipatan yang ada di derah penelitian merupakan Antiklin
yang ditemukan pada satuan Batupasir Rao yang letaknya di sebelah timur
daerah penelitian.
Struktur Sesar pada daerah penelitian ini di dominasi oleh Sesar-sesar
mendatar baik yang bejenis sesar mendatar mengiri (sinistral) maupun sesar
mendatar menganan (dextral). Sesar mendatar mengiri (sinistral) pada daerah
penelitian diantaranya, Sesar Tingkarang yang berada di sebelah Barat daerah
penelitian, Sesar Muara Cubadak di sebelah Utara, dan Sesar Sirgamuk.
Sedangkan Sesar mendatar menganan (Dextral) pada daerah penelitian
diantaranya, Sesar Simaroken di sebelah Selatan, Sesar Asik di sebelah
Timur dan Sesar Lokapah di sebelah Utara daerah penelitian.
Sesar Simaroken dan Sesar Asik diperkirakan sebagai struktur utama
yang mempengaruhi sistem panas bumi di daerah penelitian sebagai
penyebab keluarnya air panas melalui rekahan-rekahan yang terbentuk. Sesar
ini keduanya berarah Baratlaut-Tenggara yang memanjang di wilayah Barat
dan Timur daerah penelitian. Selain Sesar-sesar mendatar, terdapat juga
sesar-sesar yang terpendam dan diperkirakan, yang diinterpertasikan juga
sebagai penyebab keluarnya air panas di daerah penelitian melalui rekahan-
rekahan yang terbentuk.
27
2.3. Dasar Teori Panasbumi
2.3.1. Definisi Panasbumi
Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam
air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang
secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas
Bumidan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan(Pasal 1
UU No.27 tahun 2003 tentang Panas Bumi). Secara umum sebaran dari
sumber panasbumi terdapat pada jalur gunungapi atau vulkanisme
2.3.2. Kaitan Geologi dan Panasbumi
Untuk memahami sumberdaya panasbumi lebih mendalam terlebih
dahulu harus mempelajari keadaan dan sejarah geologi yaitu tepatnya
mekanisme pembentukan magma dan kegiatan vulkanisme yang terjadi.
Sistem panasbumi dengan suhu yang tinggi terletak pada tempat-tempat
tertentu, yaitu di sepanjang zona vulkanik punggungan pemekaran benua, di
atas zona subduksi, dan di daerah anomali pelelehan dalam lempeng. Energi
panasbumi 50% ada di dalam magma, 43% di dalam batu kering panas (hot
dry rock), dan 7% di dalam sistem hidrotermal.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dengan sendirinya
pembentukan sumber panasbumi ini dikontrol oleh proses-proses geologi
yang telah atau sedang berlangsung disepanjang jalur tersebut. Proses
geologi yang dimaksud bisa digolongkan sebagai berikut :
1. Kegiatan magma khususnya kegunungapian atau vulkanisme
berupa terobosan-terobosan batuan dan letusan gunungapi.
28
2. Proses pengangkatan yang menyebabkan terbentuknya sesar-
sesar mendatar dan sesar normal di sepanjang jalur gunungapi
tersebut.
Kedua aspek ini telah mendangkalkan sumber-sumber panas pada
jalur gunungapi yang telah terbentuk lebih dahulu, relatif terhadap daerah di
sekitarnya.
2.3.3. Konsep Panasbumi
Di alam, panasbumi membentuk suatu sistem tertentu yang disebut
dengan sistem panasbumi. Sistem hidrotermal merupakan bagian dari sistem
panasbumi yang merupakan sistem tata air, proses pemanasan serta kondisi
air yang terpanasi terkumpul. Konsentrasi panasbumi tersebut dicirikan oleh
anomali panasbumi positif pada suatu daerah, yang berarti pada daerah itu
gradien temperatur jauh lebih besar dari gradien temperatur normal bumi
(UNOCAL, 1987).
Sistem panasbumi di Indonesia di dominasi sistem panasbumi
Hidrotermalyang merupakan daur hidrologi yang dalam perjalanannya air
berhubungan langsung dengan sumber panas yang bertemperatur tinggi
sehingga terbentuk airpanas atau uap panas, yang dapat terperangkap pada
suatu reservoir berupa batuan poros dengan permeabilitas tinggi.
Prinsip dari pembentukan sistem panasbumi selalu memerlukan
sirkulasi air yang memadai. Daur hidrologi di daerah panasbumi dimulai
dari air hujan yang masuk ke dalam tanah, kemudian membentuk aquifer
air, yang terpanasi oleh sumber panas dalam bumi. Fluida panas ini naik ke
29
permukaan melalui retakan-retakan batuan membentuk sumber-sumber
airpanas dan keluar sebagai uap atau airpanas yang disemburkan.
Airtanah yang mengalami pemanasan akan keluar dengan
doronganarus konveksi, melalui jalur-jalur struktur yang ada. Selama
perjalanannya menuju permukaan air tersebut akan berinteraksi dengan
batuan sekitarnya sehingga terbentuk batuan ubahan panasbumi.
Gambar 2.11 Sketsa pembentukan airpanas dan uap serta hubungan antara
suhu airpanas dengan kedalaman (Mc. Donald, 1972)
Sumber panasbumi yang terbentuk di kulit bumi berlangsung dengan
suatu model sebagai berikut (Gambar 2.11):
1. Adanya sumber panasbumi, bisa berupa magma, atau sisa dari
lava yang dierupsikan (sisa aktif masa lalu), pergerakan sesar
aktif.
2. Persediaan air tanah yang cukup dan sirkulasinya dekat dengan
sumber panasbumi, agar terbentuk uap airpanas.
3. Adanya batuan “porous” sebagai batuan reservoir yang dapat
menyimpan sumber uap dan airpanas.
30
4. Adannya “caps rock” yang dapat menahan hilangnya uap dan
airpanas.
5. Panasnya harus mencapai suhu tertentu, biasanya di atas 1800C.
2.3.4. Manifestasi Panasbumi Di Permukaan
Berbeda dengan sistem minyak-gas, adanya suatu sumber daya
panasbumi di bawahpermukaan sering kali ditunjukkan oleh adanya
manifestasi panasbumi di permukaan(Gambar 2.5), seperti mata air panas,
kubangan lumpur panas(mud pools), geyser dan manifestasi panasbumi
lainnya. Manifestasipanasbumi di permukaan diperkirakan terjadi karena
adanya perambatan panas daribawah permukaan atau karena adanya
rekahan-rekahan yang memungkinkan fluidapanasbumi (uap dan air panas)
mengalir ke permukaan.
Gambar 2.12 Manifestasi panasbumi di permukaan
Berikut merupakan jenis-jenis manifestasi panasbumi di permukaan,
yaitu:
31
Tanah hangat (Warm Ground)
Adanya sumberdaya panasbumi di bawah permukaan dapat
ditunjukkan antara lain dari adanya tanah yang mempunyai temperatur
lebih tinggi dari temperatur tanah disekitarnya. Hal ini terjadi karena
adanya perpindahan panas secara konduksi dari batuan bawah permukaan
ke batuan permukaan.
Tanah hangat umumnya terjadi di atas tempat terdapatnya
sumberdaya panasbumiatau di daerah sekitarnya di mana terdapat
manifestasi panasbumi lainnya yangmemancarkan panas lebih kuat,
misalnya di sekitar daerah dimana ada uap panaskeluar dari tanah atau
steaming ground, atau di daerah sekitar kolam air panas.
Permukaan Tanah Beruap (Steaming Ground)
Di beberapa daerah terdapat tempat-tempat di mana uap panas
(steam) nampak keluar dari permukaan tanah. Jenis manifestasi
panasbumi ini disebut steaming ground. Diperkirakan uap panas tersebut
berasal dari suatu lapisan tipis dekatpermukaan yang mengandung air
panas yang mempunyai temperatur sama atau lebihbesar dari titik
didihnya (boiling point).
Mata Air Panas (Hot Spring)
Mata air panas juga merupakan salah satu petunjuk adanya
sumberdayapanasbumi di bawah permukaan.Mata air panas ini terbentuk
karena adanya aliran air panas dari bawah permukaan melalui rekahan-
32
rekahan batuan sehingga menghasilkan air dengan temperatur lebih besar
dari 500 C.
Sifat air permukaan seringkali digunakan untuk memperkirakan
jenis reservoir dibawah permukaan, antara lain untuk:
Mata air panas yang bersifat asam biasanya merupakan
manifestasi permukaan dari suatu sistem panasbumi yang
didominasi uap.
Sedangkan mata air panas yang bersifat netral biasanya
merupakan manifestasi permukaan dari suatu sistem
panasbumi yang didominasi air. Mata air panas yang bersifat
netral, yang merupakan manifestasi permukaan dari sistem
dominasi air,umumnya jenuh dengan silika.
Apabila laju aliran air panas tidak terlalu besar umumnya di
sekitar mata air panas tersebut terbenntuk teras-teras silika
yang berwarna keperakan (silica sinter terraces atau sinter
platforms). Bila air panas banyak mengandungCarbonate maka
akan terbentuk teras-teras travertine (travertine terrace).
Namun di beberapa daerah, yaitu di kaki gunung, terdapat
mata air panas yangbersifat netral yang merupakan manifestasi
permukaan dari suatu sistempanasbumi dominasi uap.
Kolam Air Panas (Hot Pools)
Adanya kolam air panas di alam juga merupakan salah satu
petunjuk adanya sumberdaya panasbumi di bawah permukaan.Kolam air
33
panas ini terbentuk karena adanyaaliran air panas dari bawah permukaan
melalui rekahan-rekahan batuan.Padapermukaan air terjadi penguapan
yang disebabkan karena adanya perpindahan panas dari permukaan air ke
atmosfer.
Kolam air panas dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Kolam air panas tenang (calm pools)
Kolam air panas mendidih (boiling pools)
Kolam air panas bergolak (ebuliant pools)
Telaga Air Panas (Hot Lakes)
Telaga air panas pada dasamya juga kolam air panas, tetapi lebih
tepat dikatakantelaga karena luasnya daerah permukaan air.Umumnya
istilah telaga dipakai bilaluas permukaannya lebih dari 100 m2. Telaga air
panas sangat jarang terdapat dialam karena telaga air panas terjadi
akibathydrothermal eruption yang sangat besar
Bila didalam telaga terjadi konveksi, temperatur pada umumnya
tidak berubahterhadap kedalaman.Telaga air panas dapat terjadi di daerah
dimana terdapatreservoar dominasi air ataupun didaerah dimana terdapat
reservoar dominasi uap.Semua telaga air panas yang mempunyai
temperatur didasar danau mendekati titikdidih sangat berbahaya dan
merupakan tempat yang sangat memungkinkan untuktejadinya
hydrothermal eruption.
34
Fumarole
Fumarole adalah lubang kecil yang memancarkan nap panas kering
(dry steam) atauuap panas yang mengandung butiran-butiran air (wet
steam).
Apabila uap tersebut mengandung gas H2S maka manifestasi
permukaan tersebut disebut solfatar. Fumarole yang
memancarkan uap dengan kecepatan tinggi kadang-kadang
juga dijumpai di daerah tempat terdapatnya sistem dominasi
uap. Uap tersebut mungkin mengandung S02 yang hanya stabil
pada temperatur yangsangat tinggi (>5000C).
Fumarole yang memancarkan uap dengan kandungan asam
boric tinggiumumnya disebut soffioni.
Hampir semua fumarole yang merupakan manifestasi permukaan
dari sistemdominasi air memancarkan uap panas basah. Temperatur uap
umumnya tidak lebihdari 1000C. Fumarole jenis ini sering disebut
fumarole basah (wet fumarole).
Geyser
Geyser didefinisikan sebagai mata air panas yang menyemburke
udara secara intermitent (pada selang waktu tak tentu) dengan ketinggian
airsangat beraneka ragam, yaitu dari kurang dari satu meter hingga
ratusan meter.Selang waktu penyemburan air (erupsi) juga beraneka
ragam, yaitu dari beberapadetik hingga beberapa hari. Lamanya air
menyembur ke pemukaan juga sangatberaneka ragam, yaitu dari
35
beberapa detik hingga beberapa jam.Geyser merupakanmanifestasi
permukaan dari sistem dominasi air.
Kubangan Lumpur Panas (Mud Pools)
Kubangan lumpur panas juga merupakan salah satumanifestasi
panasbumi di permukaan.Kubangan lumpur panas umumnyamengandung
non-condensible gas (CO2) dengan sejumlah kecil uap panas.
Lumpurterdapat dalam keadaan cair karena kondensasi nap panas.
Sedangkan letupanletupanyang tejadi adalah karena pancaran C02.
Silika Sinter
Silika sinter adalah endapan silika di permukaan yangberwarna
keperakan. Umumnya dijumpai disekitar mata air panas dan lubang
geyseryang menyemburkan air yang besifat netral.Apabila laju aliran air
panas tidakterlalu besar umumnya disekitar mata air panas tersebut
terbentuk teras-teras silika yang berwarna keperakan (silica sinter teraces
atau sinter platforms). Silika sintermerupakan manifestasi pernukaan dari
sistem panasbumi yang didominasi air.
Batuan Teralterasi
Alterasi hidrothermal merupakan proses yang terjadi akibat adanya
reaksi antarabatuan asal dengan fluida panasbumi. Batuan hasil alterasi
hidrotermal tergantungpada beberapa faktor, tetapi yang utama adalah
temperatur, tekanan, jenis batuanasal, komposisi fuida (hususnya pH) dan
lamanya reaksi (Browne, 1984 dalam Nenny Miryani Saptadji,
20..).Prosesalterasi hidrotermal yang tejadi akibat adanya reaksi antara
36
batuan dengan air jenisklorida yang berasal dari reservoir panasbumi
yang terdapat jauh dibawahpermukaan (deep chloride water) dapat
menyebabkan teriadinya pengendapan(misalnya kwarsa) dan pertukaran
elemen-elemen batuan dengan fluida,menghasilkan mineral-mineral
seperti Chlorite, adularia, epidote.Air yang bersifatasam, yang terdapat
pada kedalaman yang relatif dangkal dan elevasi yang relative tinggi
mengubah batuan asal menjadi mineral clay dan mineral-mineral
lainnyaterlepas. Mineral hidrothernal yang dihasilkan di zona permukaan
biasanya adalahkaolin, alutlite, sulphur, residue silika dan gypsum.
2.3.5. Jenis Energi Dan Sistem Panasbumi
Energi panasbumi diklasifikasikan kedalam lima kategori antara lain
earth energy, hot dry rock energy, magma energy, geopressured energy, dan
hydrothermal energy. Dari semua energi tersebut, energi dari sistem
hidrotermal (hydrothermal system) yang paling banyak dimanfaatkan karena
pada sistem hidrotermal, pori-pori batuan mengandung air atau uap, atau
keduanya, dan reservoir umumnya letaknya tidak terlalu dalam sehingga
masih ekonomis untuk diusahakan.
Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida
utamanya, sistem hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistem satu fasa
dan sistem dua fasa.
Pada sistem satu fasa, sistem umumnya berisi air yang mempunyai
temperatur 90 – 1800C dan tidak terjadi pendidihan bahkan selama
37
eksploitasi.Contoh dari sistem iniadalah lapangan panasbumi di Tianjin
(Cina) dan Waiwera (Selandia Baru).
Ada dua jenis sistem dua fasa, yaitu:
Sistem dominasi uap atau vapour dominated system, yaitu sistem
panasbumi dimana sumur-sumurnya memproduksikan uap kering atau
uap basah karena rongga-rongga batuan reservoirnya sebagian besar
berisi uap panas. Dalam sistem dominasi uap, diperkirakan uap mengisi
rongga-rongga, saluran terbuka atau rekahan-rekahan, sedangkan air
mengisi pori-pori batuan. Karena jumlah air yang terkandung di dalam
pori-pori relatif sedikit, maka saturasi air mungkin sama atau hanya
sedikit lebih besar dari saturasi air konat(Swc) sehingga air terperangkap
dalam pori-pori batuan dan tidak bergerak.
Sistem dominasi air atau water dominated systemyaitu sistem
panasbumi dimana sumur-sumurnya menghasilkan fluida dua fasa berupa
campuran uap air. Dalam sistem dominasi air, diperkirakan air mengisi
rongga-rongga, saluran terbuka atau rekahan-rekahan.
Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak, temperatur
reservoir panasbumirelatif sangat tinggi, bisa mencapai 3500C. Berdasarkan
pada besarnya temperatur,Hochstein, 1990 (dalam Nenny Miryani Saptadji,
20..) membedakan sistem panasbumi menjadi tiga, yaitu:
1. Sistem reservoir bertemperatur rendah, yaitu sistem yang reservoirnya
mengandung fluida dengan temperatur lebih kecil dari 1250 C.
38
2. Sistem reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistem yang
reservoirnya mengandung fluida bertemperatur antara 1250 C dan 225
0 C.
3. Sistem reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistem yang
reservoirnya mengandung fluida bertemperatur diatas 2250 C.
Sistem panasbumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan
entalpi fluida yaitu sistem entalpi rendah, sedang, dan tinggi. Kriteria yang
digunakan sebagai dasar klasifikasi pada kenyataannya tidak berdasarkan
pada harga entalpi, akan tetapi berdasarkan pada temperatur mengingat
entalpi adalah fungi dari temperatur. Pada Tabel 2.1 ditampilkan klasifikasi
sistem panasbumi yang biasa digunakan.
Tabel 2.1 Klasifikasi sistem panasbumi berdasarkan temperatur
2.3.6. Geokimia Fluida Panasbumi
Data kimia fluida panasbumi sangat berguna, antara lain untuk
memberikan perkiraan mengenai sistem panasbumi yang terdapat di bawah
permukaan (temperatur, reservoar, asal muasal air), serta untuk mengetahui
sifat fluida khususnya tentang korosifitasnya dan kecenderungannya untuk
membentuk endapan padat (scale) yang diperlukan untuk perencanaan
sistem pemipaan dan sistem pembangkit listrik.
39
Kandungan kimia fluida panasbumi di suatu tempat berbeda dengan
ditempat lainnya, tidak hanya dari lapangan ke lapangan, tetapi juga dengan
yang diperoleh dari suatu tempat dan tempat lainnya meskipun keduanya
terdapat di lapangan yang sama. Konsentrasi ion yang berbeda-beda dapat
disebabkan karena banyak hal, antara lain:
Temperatur
Kandungan gas
Sumber air
Jenis batuan
Kondisi dan lamanya interaksi air batuan
Adanya pencampuran antara air dari satu sumber dengan air dari sumber
lainnya.
Berdasarkan perbedaan diatas, maka Keith Nicholson (1993)
membagi air panas menjadi beberapa jenis yaitu:
a) Air Panas Klorida
Air tipe ini merupakan ciri khas dari fluida panasbumi dalam (deep
geothermal fluid) yang mana termasuk ke dalam sistem panasbumi
bertemperatur tinggi.Air panas klorida memiliki kandungan Cl, Na, dan
K yang tinggi, Ca seringkali rendah, SiO2 cukup tinggi (tergantung
temperatur).
b) Air Panas Sulfat
Air panas sulfat biasanya terjadi di daerah panasbumi yang dikontrol oleh
kegiatan vulkanik aktif dimana uap terkondensasi menjadi air
40
permukaan. Air panas tipe ini memiliki ion SO4- yang tinggi, Cl
- dan
HCO3- sangat rendah (terkadang 0), mengandung Na, K, Ca, Mg, Fe, dan
pH rendah (<2-3).
c) Air Panas Bikarbonat
Air panas bikarbonat merupakan hasil dari kondensasi uap air dan gas ke
dalam air bawah permukaan yang miskin oksigen, ditemukan di daerah
non-vulkanik dengan sistem bertemperatur tinggi.Kandungan ion
utamanya adalah HCO3- dan memiliki pH mendekati netral sebagai hasil
dari reaksi air dengan batuan lokal.Di permukaan, air panas tipe ini
dicirikan oleh kehadiran endapan sinter karbonat atau travertine.
d) Air Panas Dilute Klorida-Bikarbonat
Air panas tipe ini dibentuk oleh interaksi air klorida dengan air tanah atau
air bikarbonat selama perjalanannya ke permukaan (lateral flow). Air
panas ini kemungkinan berada di daerah batas (margin) dari suatu sistem
panasbumi bertemperatur tinggi. Komposisi ion dari air panas ini
didominasi oleh ion klorida dan bikarbonat dalam jumlah yang
bervariatif serta memiliki pH 6-8.
2.3.7. Geothermometer
Geothermometer merupakan suatu metoda yang umum digunakan
dalam eksplorasi geokimia untuk memprediksi temperatur reservoar. Media
yang digunakan dalam metode ini dapat berupa ion-ion atau senyawa yang
larut dalam air (solute geothermometer), gas-gas, maupun isotop.
41
Berdasarkan pengamatan di lapangan, manifestasi permukaan yang
ditemukan hanya berupa air panas, maka untuk menginterpretasi temperatur
reservoar dilakukan terhadap ion-ion atau senyawa yang larut dalam air
(solute geothermometer). Pada metode solute geothermometer terdapat
asumsi-asumsi yang digunakan, yaitu:
Konsentrasi elemen-elemen atau spesies-spesies yang digunakan hanya
dikontrol oleh temperatur pada saat reaksi mineral dengan fluida.
Terdapat mineral dan atau spesies terlarut yang berlimpah di dalam
sistem batuan dan fluida sehingga memungkinkan terjadinya reaksi
yang seketika.
Reaksi mencapai kesetimbangan di dalam reservoar.
Setelah reaksi di dalam reservoar, fluida akan mencapai permukaan
dengan kecepatan alir yang memungkinkan tidak terjadinya
kesetimbangan kembali (reequilibriation) dalam perjalannya menuju
permukaan atau tidak terjadi reaksi di dekat permukaan.
Tidak terjadi pencampuran (mixing) dan pelarutan (dilution) pada fluida
yang meninggalkan reservoar menuju permukaan atau setelah di
permukaan (sebagai manifestasi permukaan)
2.3.8. Komposisi Isotop Stabil
Kandungan isotop stabil Oksigen-18 (δ18
O) dan Hidrogen-2
(δD/Deuterium) dalam air panas dapat digunakan untuk mengetahui asal air
panas dan proses yang berlangsung di bawah permukaan. Kandungan δD
dalam air panas umumnya sama dengan dalam air meteorik lokal,
42
sedangkan δ18
O dalam air panas umumnya lebih positif dibandingkan
dengan air meteorik lokal (Keith Nicholson, 1993). Meskipun demikian,
adanya pencampuran dengan air magmatik, proses boiling dan lainnya dapat
mengakibatkan kandungan isotop stabil δD dan δ18
O berubah.