BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Risiko
2.1.1. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,
terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen risiko K3
berkaitan dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja yang dapat
menimbulkan kerugian bagi peusahaan (Ramli, 2010).
Tujuan dari manajemen risiko adalah minimisasi kerugian dan
meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian
dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong
mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan
terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya
kerugian maupun „accident’.
Menurut AS/NZS 4360 Risk Management Standard, manajemen risiko
adalah “the culture, process, and structures that are directed towards the effective
management of potential opportunities and adserve effects”. Menurut standar
AS/NZS 4360 tentang standar manajemen risiko ( Ramli, 2010)
Menurut Smith (1990 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen Resiko
didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran,dan kontrol keuangan dari
sebuah resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau
proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009),
Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif
untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian.
Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen
risiko juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian
pada sebuah organisasi.
Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko dikatakan
sebagai suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap
suatu kerugian.
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari
pelaksanaan sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko
Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya
perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses manajemen risiko juga
sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis
dari suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi,
pengendalian serta komunikasi risiko.
Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek,
produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika
diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko seringkali
dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.
Sesuai persyaratan OHSAS 18001, organisai harus menetapkan prosedur
mengenai identifikasi bahaya (Hazards identification), penilaian risiko (Risk
Universitas Sumatera Utara
Assessment), dan menentukan pengendaliannya (Risk Control) atau disingkat
HIRARC.
2.1.2. Manfaat manajemen risiko
a. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap
kegiatan yang mengandung bahaya
b. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan
c. Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai
kelangsungan dan keamanan investasinya
d. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi
setiap unsur dalam organisasi/ perusahaan
e. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku (Ramli, Soehatman,
2010).
2.2. Kecelakaan Kerja
2.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan
sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu,
harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses
kerja industri atau yang berkaitan dengannya. (Tarwaka, 2008).
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998
tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud
dengan kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian
terhadap proses. Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang
Universitas Sumatera Utara
tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda (Suma‟mur, 2009).
Secara umum kecelakaan selalu diartikan sebagai “kejadian yang
tidakdapat diduga”. Sebenarnya setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan
ataudiduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan.
Olehkarena itu, kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur peralatan
sertaperlengkapan produksi sesuai dengan standar kewajiban oleh UU ini
(Bennet,Silalahi N.B 1984).
Menurut Silalahi (1991) kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai
setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan
kecelakaan. Foressman (1973) mendefinisikan bahwa kecelakaan kerja adalah
terjadinya suatu kejadian akibat kontak antara ernegi yang berlebihan (agent)
secara akut dengan tubuh yang menyebabkan kerusakan jaringan/organ atau
fungsi faali.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan
hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa
kecelakaan terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan
pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu :
a. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau
b. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan
Word Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan kerja
sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan
sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera yang riil.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Penyebab Kecelakaan Kerja
Menurut Ramli (2010) kecelakaan kerja merupakan salah satu masalah
yang besar di perusahaan dan banyak menimbulkan kerugian. Menurut statistik
85% penyebab kecelakaan adalah tindakan yang berbahaya (unsafe act) dan 15%
disebabkan oleh kondisi yang berbahaya (unsafe condition). Secara garis besar
sebab-sebab kecelakaan adalah :
Kondisi yang berbahaya (unsafe condition) yaitu faktor-faktor lingkungan
fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti mesin tanpa pengaman,
penerangan yang kurang baik, Alat Pelindung Diri (APD) tidak efektif, lantai
yang berminyak, dan lain-lain.
Tindakan yang berbahaya (unsafe act) yaitu perilaku atau kesalahan-
kesalahan yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti cerobah, tidak memakai
alat pelindung diri, dan lain-lain, hal ini disebabkan oleh gangguan kesehatan,
gangguan penglihatan, penyakit, cemas serta kurangnya pengetahuan dalam
proses kerja, cara kerja, dan lain-lain.
Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja. Ada faktor
yang merupakan unsur tersendiri dan beberapa diantaranya adalah faktor yang
menjadi unsur penyebab bersama-sama.
2.2.3. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia
kerja, terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan
diupayakan pencegahannya. Adapun beberapa teori mengenai penyebab
kecelakaan kerja, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Teori Heinrich ( Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian
kejadian . Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu
: lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman,
kecelakaan, dan cedera atau kerugian ( Ridley, 2004).
2. Teori Domino terbaru
Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang suatu teori yang
mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja adalah
ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori
Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam
mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
3. Teori Frank E. Bird Petersen
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan. Bird mengadakan
modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen,
yang intinya sebagai berikut:
a. Manajemen kurang kontrol
b. Sumber penyebab utama
c. Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)
d. Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)
e. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda)
Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari
mmperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian,
praktek dan kondisi di bawah standar merupakan penyebab terjadinya
Universitas Sumatera Utara
suatukecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan
manajemen (Soekidjo, 2010).
2.2.4. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) Tahun 1989,
kecelakaan akibat kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan,
yakni:
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :
a. Terjatuh
b. Tertimpa benda
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda
d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
f. Pengaruh suhu tinggi
g. Terkena arus listrik
h. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi
2. Klasifikasi menurut penyebab :
a. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik
b. Alat angkut: alat angkut darat, udara, dan air
c. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,
alat-alat listrik, dan sebagainya
d. Bahan-bahan,zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak,gas, zat-zat
kimia, dan sebagainya
e. Lingkungan kerja ( diluar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah
tanah )
Universitas Sumatera Utara
f. Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :
a. Patah tulang
b. Dislokasi ( keseleo )
c. Regang otot (urat)
d. Memar dan luka dalam yang lain
e. Amputasi
f. Luka di permukaan
g. Geger dan remuk
h. Luka bakar
i. Keracunan-keracunan mendadak
j. Pengaruh radiasi
k. Lain-lain
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :
a. Kepala
b. Leher
c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah
f. Banyak tempat
g. Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.
2.2.5. Dampak Kecelakaan Kerja
Berikut ini merupakan penggolongan dampak dari kecelakaan kerja :
1. Meninggal dunia
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan
penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan
perawatan sebelumnya.
2. Cacat permanen total
Merupakan cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak
mampu lagi sepenuhnya melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan
atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh seperti: kedua mata, satu
mata adan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki. Dua bagian tubuh
yang tidak terletak pada satu ruas tubuh.
3. Cacat permanen sebagian
Cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa
dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.
4. Tidak mampu bekerja sementara
Kondisi sementara ini dimaksudkan baik ketika dalam masa pengobatan
maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan, sehingga ada
hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja
produktif.
2.2.6. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan :
1. Perundang-undangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan
mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,
perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja
peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi
medis dan pemeriksaan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau
tidak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat
keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek
keselamatan dan higiene umum atau alat-alat perlindungan diri.
3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang diwajibkan.
4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri, bahan-bahan
yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat
perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu
atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk
tambang-tambang pengangkatan dan peralatan pengangkat lainnya.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis
dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan-
keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang
terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa
sebab-sebabnya.
8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum
teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga
kerja yang baru dalam keselamatan kerja.
Universitas Sumatera Utara
10. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan
lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh
perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.
2.3. Proses Manajemen Risiko
Mengelola risiko harus dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan
manajemen risiko sebagaimana terlihat dalam Risk Management Standard
AS/NZS 4360, yang meliputi:
a. Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya
b. Identifikasi risiko,
c. Analisis risiko,
d. Evaluasi risiko,
e. Pengendalian risiko,
f. Pemantauan dan telaah ulang,
g. Koordinasi dan komunikasi.
a. Menentukan Konteks
Dalam menentukan konteks dilakukan dengan cara melihat visi misi
perusahaan, ruang lingkup bisnis perusahaan mulai dari proses kerja awal sampai
akhir. Hal ini dilakukan karena konteks risiko disetiap perusahaan berbeda-beda
sesuai dengan kegiatan bisnis yang dilakukan. Kemudian langkah selanjutnya
adalah menetapkan kriteria risiko yang berlaku untuk perusahaan berdasarkan
aspek nilai kerugian yang dapat ditanggulangi oleh perusahaan. Kriteria risiko
didapat dari kombinasi kriteria tingkat kemungkinan dan keparahan
Universitas Sumatera Utara
b. Identifikasi Risiko
Identifikasi bahaya adalah salah satu tahapan dari manajemen risiko k3
yang bertujuan untuk mengetahui semua potensi bahaya yang ada pada suatu
kegiatan kerja/ proses kerja tertentu. Identifikasi bahaya memberikan berbagai
manfaat antara lain :
a.Mengurangi peluang kecelakaan karena dengan melakukan identifikasi dapat
diketahui faktor penyebab terjadinya keceakaan,
b.Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai potensi bahaya
yang ada dari setiap aktivitas perusahaan, sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan karyawan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran akan
safety saat bekerja,
c.Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan
penanganan yang tepat, selain itu perusahaan dapat memprioritaskan tindakan
pengendalian berdasarkan potensi bahaya tertinggi.
d.Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam
perusahaan.
Cara melakukan identifikasi bahaya adalah :
1. Tentukan pekerjaan yang akan diidentifikasi
2. Urutkan langkah kerja mulai dari tahapan awal sampai pada tahap akhir
pekerjaan.
3. Kemudian tentukan jenis bahaya apa saja yang terkandung pada setiap
tahapan tersebut, dilihat dari bahaya fisik, kimia, mekanik, biologi, ergonomic,
psikologi, listrik dan kebakaran.
Universitas Sumatera Utara
4. Setelah potensi bahaya diketahui, maka tentukan dampak/kerugian yang dapat
ditimbulkan dari potensi bahaya tersebut. Dapat menggunakan metode What-If.
5. Kemudian catat dalam tabel, semua keterangan yang didapat.
Salah satu metoda yang dapat digunakan dalam melakukan identifikasi bahaya
adalah dengan membuat Job Safety Analysis/Job Hazard Analysis. Selain JSA,
ada beberapa teknik yang dapat dipakai seperti (Fault Tree Analysis) FTA, (Event
Tree Analysis) ETA, (Failure Mode and Effect Analysis) FMEA, (Hazards and
Operability Study) Hazop, (Preliminary Hazards Analysis) PHA, dll.
c. Analisis Risiko
Setelah semua risiko dapat diidentifikasi, dilakukan penilaian risiko
melalui analisa risiko dan evaluasi risiko. Analisa risiko dimaksudkan untuk
menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya dan besarnya akibat yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil analisa dapat
ditentukan peringkat risiko sehingga dapat dilakukan pemilahan risiko yang
memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko ringan atau dapat
diabaikan.
d. Evaluasi Risiko
Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah
itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan prioritas
manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk
ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan
pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian.
Universitas Sumatera Utara
e. Pengendalian Risiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada
dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan
lain-lain.
f. Pemantauan dan telaah ulang
Pemantauan dan telaah ulang terhadap hasil sistem manajemen risiko yang
dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.
g. Koordinasi dan komunikasi
Koordinasi dan komunikasi dengan pengambil keputusan internal dan
eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.
2.4. Penilaian Risiko
Setelah semua tahapan kerja diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah
melakukan penilaian risiko untuk menentukan besarnya tingkatan risiko yang ada.
Penilaian risiko bertujuan untuk memberikan makna terhadap suatu
bahaya yang terindentifikasi untuk memberikan gambaran seberapa besar risiko
tersebut. Sehingga dapat diambil tindakan lanjutan terhadap bahaya yang
teridentifikasi, apakah bahaya itu dapat diterima atau tidak.
Dalam menilai suatu risiko berbagai standart dapat kita gunakan sebagai
acuan, salah satu diantaranya adalah standart AS/NZS 4360 yang membuat matrik
atau peringkat risiko sebagai berikut :
1. E : Extreme Risk ( kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan dan
pengendalian )
2. H : High Risk ( kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan dan
pengendalian )
3. M : Moderat Risk ( perlu tindakan untuk mengurangi risiko)
Universitas Sumatera Utara
4. L : Low Risk ( risiko masih dapat ditoleransi oleh perusahaan ).
Matrik atau peringkat risiko sebaiknya dikembangkan sendiri oleh
perusahaan sesuai dengan kondisi masing-masing. Hal ini dikarenakan setiap
perusahaan memiliki berbagai potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja yang
sangat beragam (Ramli, 2010).
Analisa ini dilakukan berdasarkan konteks yang telah ditentukan oleh
perusahaan, seperti nilai tingkat kemungkinan, nilai tingkat keparahan, dan nilai
tingkat risiko . Cara melakukan analisa adalah :
1. Lakukan analisa dari setiap langkah kerja yang telah diidentifikasi pada
tahapan identifikasi bahaya.
2. Mengukur tingkat kemungkinan terjadinya incident dari setiap tahapan
kegiatan yang dilakukan berdasarkan acuan konteks yang telah ditentukan pada
tabel 1.
3. Mengukur tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan dari setiap potensi
bahaya pada setiap tahapan kerja yang telah diidentifikasi. Ukuran tingkat
keparahan ditentukan berdasarkan acuan konteks yang telah dibuat pada tabel 2.
4. Setelah tingkatan kemungkinan dan keparahan diketahui, lakukan perhitungan
menggunakan rumus berikut untuk mengetahui nilai risikonya :
5. Membuat matriks risiko.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Matriks Risiko
6. Tentukan tingkatan risiko pada setiap tahapan kerjanya berdasarkan nilai
risiko yang telah didapat dari perhitungan. Ukuran tingkat risiko dinilai
berdasarkan acuan konteks yang telah dibuat pada tabel matriks risiko.
2.5.KERANGKA KONSEP
PENILAIAN RISIKO
1. Stasiun penerimaan TBS
2. Stasiun Perebusan
3. Stasiun Penebahan
4. Stasiun Pengempaan
5. Stasiun Pemurnian Minyak
Tingkat Risiko
1. Extreme Risk
2. High Risk
3. Moderat Risk
4. Low Risk
Universitas Sumatera Utara