19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Usahatani Padi
Menurut Soekartawi (2002:1), ilmu usahatani biasa diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada
secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada
waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran.
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola
faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida)
dengan efektif, efisien dan continue untuk menghasilkan produksi yang tinggi
sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Rahim dan Hastuti, 2007:158).
Ditinjau dari segi pembangunan hal terpenting mengenai usahatani adalah dalam
usahatani hendaknya senantiasa berubah, baik dalam ukuran maupun dalam
susunannya, untuk memanfaatkan periode usahatani yang senantiasa berkembang
secara lebih efisien.
2.2 Definisi Kesejahteraan
Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan
Masyarakat, kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dansosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
Universitas Sumatera Utara
20
mengembangkan diri, sehingga dapatmelaksanakan fungsi sosialnya.Dari
Undang–Undang di atas dapat kita cermati bahwa ukuran tingkat kesejahteraan
dapat dinilai dari kemampuan seorang individu atau kelompok dalam usaha nya
memenuhi kebutuhan material dan spiritual nya. Kebutuhan material dapat kita
hubungkan dengan pendapatan yang nanti akan mewujudkan kebutuhan akan
pangan, sandang, papan dan kesehatan. Kemudian kebutuhan spiritual kita
hubungkan dengan pendidikan, kemudian keamanan dan ketentaraman hidup.
Menurut Daniel (2002), hal yang paling penting dari kesejahteraaan adalah
pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung
pada tingkat pendapatan. Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh pendapatan rumah
tangga yang dimiliki, terutama bagi yang berpendapatan rendah. Semakin tinggi
pendapatan rumah tangga maka persentase pendapatan untuk pangan akan
semakin berkurang. Dengan kata lain, apabila terjadi peningkatan tersebut tidak
merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut sejahtera. Sebaliknya,
apabila peningkatan pendapatan rumah tangga dapat merubah pola konsumsi
maka rumah tangga tersebut tidak sejahtera.
2.3 Fungsi Produksi Cobb Douglas
Menurut Boediono (2004) setiap proses produksi mempunyai
landasanteknis yang dalam landasan teori tersebut disebut fungsi produksi. Fungsi
produksiadalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara
tingkatoutput dari tingkat penggunaan input-input.Setiap produsen dalam teori
Universitas Sumatera Utara
21
dianggap mempunyai suatu fungsi produksi untuk perusahaan. Secara matematik
bentuk dari fungsi produksi adalah sebagai berikut :
𝑄𝑄 = 𝑓𝑓 (X1, X2, X3,X4, … , X𝑛𝑛)
dimana :
Q : tingkat produksi (output) X1, X2, X3, X4… , X𝑛𝑛 : berbagai input yang digunakan.
Salah satu bentuk model nonlinier adalah fungsi produksi Cobb Douglas.
Fungsi produksi Cobb Douglas yaitu suatu fungsi yang melibatkan dua atau lebih
variabel, yaitu variabel yang satu disebut variabel terikat (variabel yang
dijelaskan, yaitu Y), dan variabel yang lain disebut variabel bebas (variabel yang
menjelaskan, yaitu X). Fungsi Cobb Douglas diperkenalkan oleh Cobb C. W dan
Douglas P.H. Pada tahun 1928 melalui artikel yang berjudul A theory of
Production di majalahIlmiah American Economic Review 18 (Suplement) halaman
139 sampel 165 (Soekartawi, 2002). Secara sederhana formulasi fungsi produksi
Cobb Douglas adalah sebagai berikut:
Q = f(Kα Lβ) (2.27)
Keterangan : Q : Output 𝐿𝐿 : Tenaga kerja (labour) 𝐾𝐾 : Modal (capital) α (alpha) dan β (beta) : Parameter-parameter positif lainnya yang
ditentukan oleh data
Universitas Sumatera Utara
22
Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam menggunakan fungsi
Produksi Cobb Douglas, yaitu :
1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol atau suatu bilangan yang
besarnya tidak diketahui (infinite);
2. Tidak ada perbedaan teknologi pada pengamatan;
3. Tiap-tiap variabel X adalah persaingan sempurna;
4. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) adalah sudah tercakup pada faktor
kesalahan (Soekartawi, 2002).
2.3.1 Elastisitas Produksi
Elastisitas produksi adalah konsep untuk mengukur tingkat perubahan
darioutput akibat dari penggunaan input. Salah satu asumsi dasar dalam teori
ekonomi produksi adalah setiap produsen berusaha memaksimumkan keuntungan.
Analisiselastisitas ini sangat penting untuk menjelaskan input mana yang lebih
elastic dibandingkan dengan input lainnya. Disamping itu juga dapat diketahui
intensitas faktor produksinya, apakah bersifat padat tenaga kerja ataukah padat
modal. Apabila nilai elastisitas modal lebih besar daripada nilai elastisitas tenaga
kerja, maka proses produksi lebih bersifat padat modal, dan begitu juga
sebaliknya.
2.3.2. Return to Scale
Return to Scale perlu diketahui untuk mengetahui apakah kegiatan dari
suatuusaha yang akan diteliti mengikuti kaidah increasing, constant, atau
decreasingreturn to scale. Konsep Return to Scale yang dikemukakan Shephred
Universitas Sumatera Utara
23
(1970) di dalamSoekartawi (2002) menerangkan bahwa produksi optimal dapat
dicapai apabila ada pengorganisasian penggunaan input sebaik mungkin. Menurut
Soekartawi (1990) ada 3 alternatif dari kondisi Return to Scale, yaitu :
1. decreasing return to scale, bila 𝛽𝛽1 + 𝛽𝛽2 < 1
Dalam keadaan demikian dapat diartikan bahwa proporsi penambahan
factor produksi melebihi proporsi penambahan produksi. Misalnya, bila
penggunaan faktor produksi ditambah 25%, maka produksi akan ditambah
sebesar 15%.
2. constant return to scale, bila 𝛽𝛽1 + 𝛽𝛽2 = 1
Dalam keadaan ini, penambahan faktor produksi akan proporsional dengan
penambahan produksi yang diperoleh. Misalnya, bila faktor produksi
ditambah 25%, maka produksi akan bertambah 25% juga.
3. increasing return to scale, bila 𝛽𝛽1 + 𝛽𝛽2 > 1
Ini artinya bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan
menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. Misalnya,
bila faktor produksi ditambah 10%, maka produksinya akan bertambah
sebesar 20%.
2.3.3 Estimasi Fungsi Produksi Cobb Douglas
Untuk mengestimasi fungsi produksi Cobb Douglas ada beberapa metode.
Salah satu diantaranya adalah dengan cara melinierkan fungsi produksi
CobbDouglas dengan transformasi logaritma seperti yang dilakukan oleh Human
(2010). Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan (2.27), maka
Universitas Sumatera Utara
24
persamaan (2.27) diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut. Logaritma dari persamaan (2.27) adalah :
ln𝑄𝑄 = ln 𝐴𝐴 + 𝑎𝑎 ln 𝑋𝑋1 +𝑏𝑏 ln 𝑋𝑋2 + 𝑐𝑐 ln 𝑋𝑋3 + d ln 𝑋𝑋4
𝑄𝑄∗ = 𝐴𝐴∗ + 𝑎𝑎𝑋𝑋1*+𝑏𝑏𝑋𝑋2
*+ 𝑐𝑐𝑋𝑋3*+ 𝑑𝑑𝑋𝑋4
* (2.28)
dimana :
𝑄𝑄∗ = ln 𝑄𝑄 𝑋𝑋∗ = ln X 𝐴𝐴∗= ln A
Dengan melakukan regresi pada persamaan (2.28), maka secara mudah akan
diperoleh nilai konstanta A dan elastisitas input produksinya.
Metode yang kedua adalah dengan menggunakan bantuan suatu algoritma
untuk mendekati fungsi produksi Cobb Douglas melalui fungsi linier.. Konsep
yang mendasari teknik ini adalah uraian deret Taylor yang digunakan untuk
menyatakan persamaannonlinier dalam bentuk hampiran linier. Metode inilah
yang dibahas dalam skripsi ini.
2.4 Faktor-Faktor Produksi
Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang
cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama
tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan
faktor produksi pun ikut sebagai penentu pencapaian produksi. Faktor produksi
terdiri dari empat komponen yaitu tanah, tenaga kerja, modal dan teknologi.
Universitas Sumatera Utara
25
2.4.1 Tanah / Luas Lahan
Tanah merupakan faktor produksi terpenting dalam pertanian karena tanah
merupakan tempat dimana usaha tani dapat dilakukan dan tempat hasil produksi
dikeluarkan karena tanah tempat tumbuh tanaman. Tanah memiliki sifat tidak
sama dengan faktor produksi lain yaitu luas relatif tetap dan permintaan akan
lahan semakin meningkat sehingga sifatnya langka (Mubyarto, 2002:89). Menurut
Hernanto (1991) dalam (Djamali Abdoel:2000), bahwa terdapat empat
golonganpetani berdasarkan luas lahan yang diusahakan yaitu :
1. Golongan petani sangat luas (lebih dari 25 rante)
2. Golongan petani luas (19 – 25 rante)
3. Golongan petani sedang (10 - 18 rante)
4. Golongan petani sempit (kurang dari 10 rante)
Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh komoditas pertanian.
Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang digarap/ditanami), semakin
besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Ukuran lahan
pertanian dapat dinyatakan dengan rante. Di pedesaan, petani masih menggunakan
ukuran tradisional, misalnya patok dan jengkal (Rahim 2007: 36).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa luas lahan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah luas tanah sawah yang ditanami padi pada satu kali
musim panen dengan satuan rante.
Universitas Sumatera Utara
26
2.4.2 Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dalam usaha tani.
Penggunaan tenaga kerja akan intensif apabila tenaga kerja dapat memberikan
manfaat yang optimal dalam proses produksi. Jasa tenaga kerja yang dipakai
dibayar dengan upah. Dalam usahatani sebagian tenaga kerja berasal dari keluarga
petani sendiri, yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri, dan anak-anak
petani. Anak-anak yang sudah berumur 12 tahun misalnya sudah dapat dijadikan
tenaga kerja yang produktif bagi usahatani. Mereka dapat membantu mengatur
pengairan, mengangkut bibit atau pupuk ke sawah atau membantu penggarapan
sawah. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani merupakan sumbangan
keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai
dalam uang. Memang usahatani dapat sekali-sekali membayar tenaga kerja
tambahan misalnya dalam tahapan penggarapan tanah baik dalam bentuk tenaga
langsung. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga sendiri umumnya tidak terlalu
diperhitungkan dan sulit diukur dalam penggunaannya atau bisa disebut juga
tenaga yang tidak pernah dinilai dengan uang.
Dalam usahatani kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan meliputi hampir
seluruh proses produksi berlangsung, kegiatan ini meliputi beberapa jenis tahapan
pekerjaan, antara lain yaitu :
a. Persiapan tanaman,
b. Pengadaan sarana produksi pertanian (bibit, pupuk, obat
hama/penyakit yang digunakan sebelum tanam),
c. Penanaman/persemaian,
Universitas Sumatera Utara
27
d. Pemeliharaan yang terdiri dari penyiangan, pemupukan,
pengobatan, pengaturan air dan pemeliharaan bangunan air,
e. Panen dan pengangkutan hasil,
f. Penjualan. (Hernanto, 2003:71-72).
Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK) atau
hari kerja orang (HKO). Menurut Soekartawi (2002 : 26), dalam analisis
ketenagakerjaan diperlukan standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut
hari kerja setara pria (HKSP).
Tenaga kerja yang diambil dalam penelitian ini adalah jumlah tenaga kerja
yang dipakai untuk proses produksi dan curahan kerja (alokasi waktu yang
dipergunakan oleh tenaga kerja tersebut) dihitung per Hari Orang Kerja (HOK)
petani.
2.4.3 Modal Kerja
Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-
sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang
baru yaitu dalam hal ini hasil pertanian. Modal petani yang diluar tanah adalah
ternak, cangkul, alat-alat pertanian, pupuk, bibit, pestisida, hasil panen yang
belum dijual tanaman yang masih ada di sawah. Dalam pengertian yang demikian
tanah bisa dimasukkan dalam modal (Mubyarto, 2002:106).
Dengan modal dan peralatan maka penggunaan tanah dan tenaga kerja
juga dapat dihemat. Oleh karena itu, modal dapat dibagi menjadi dua, yaitu
landsaving capital dan labour saving capital (Suratiyah, 2006:33).
Universitas Sumatera Utara
28
Modal dikatakan land saving capital jika dengan modal tersebut dapat
menghemat penggunaan lahan, tetapi produksi dapat dilipatgandakan tanpa harus
memperluas areal. Contohnya pemakaian pupuk, bibit unggul, pestisida, dan
intensifikasi. Modal dikatakan labour saving capital jika dengan modal tersebut
dapat menghemat penggunaan tenaga kerja. Contohnya pemakaian traktor untuk
membajak, mesin penggiling padi (Rice Milling Unit/RMU) untuk memproses
padi menjadi beras.
2.4.3.1 Bibit atau Benih
Menurut Suparyono (2003:20) bibit yang bermutu adalah bibit yang telah
dinyatakan sebagai bibit yang berkualitas tinggi dengan jenis tanaman unggul.
Bibit yang berkualitas tinggi memiliki daya tumbuh lebih dari 90% dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Memiliki viabilitas atau dapat mempertahankan kelangsungan
pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik atau sering disebut sebagai
bibit unggul.
2. Memiliki kemurnian, artinya terbebas dari kotoran bibit jenis lain,
bebasdari hama dan penyakit.
Adapun sifat-sifat yang dimiliki bibit unggul pada umumnya adalah:
1. Daya hasil tinggi
2. Tahan terhadap gangguan serangga dan penyakit
3. Tahan roboh atau tumbang
4. Umur yang pendek
5. Respon yang tinggi untuk penggunaan pupuk dalam jumlah yang tinggi
Universitas Sumatera Utara
29
Bibit atau benih merupakan salah satu faktor produksi yang habis dalam
satu kali pakai proses produksi. Oleh karena itu petani harus berhati-hati dalam
setiap memilih benih sehingga diperoleh benih yang baik dan bermutu yang dapat
menunjang produksi baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
2.4.3.2 Pupuk
Pupuk adalah zat atau bahan makanan yang diberikan kepada tanaman
dengan maksud agar zat tersebut dapat diserap oleh tanaman. Pupuk merupakan
zat yang berisi satu atau lebih nutrisi yang digunakan untuk mengembalikan
unsur-unsur yang habis terhisap tanaman dari tanah. Dalam pemberian pupuk
harus dengan dosis yang tepat serta waktu yang tepat pula agar keseimbangan zat
mineral dapat dipertahankan sehingga dapat meningkatkan hasil produksi
pertanian.
2.4.3.3 Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama. Dalam pemakaian pestisida harus memperhatikan
dosis maupun ukurannya. Pestisida pada hakikatnya merupakan racun apabila
pemakaiannya terlalu banyak akan bersifat merugikan. Petani di Indonesia
menggunakan pestisida untuk membantu program intensifikasi dalam rangka
mengatasi masalah hama dan penyakit menyerang tanaman pertanian. Pestisida
dapat secara cepat menurunkan populasi hama yang menyerang tanaman sehingga
penurunan hasil pertanian dapat dikurangi (Suparyono, 2003:25).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa dalam
penelitian ini modal yang dimaksud adalah besaran nominal (uang) yang dipakai
Universitas Sumatera Utara
30
untuk proses produksi yaitu mencakup biaya tenaga kerja dan biaya bahan
baku,biaya tenaga kerja yang meliputi proses mulai dari pengolahan tanah,
penyebaran benih, penanaman, pemupukan, pemeliharaan atau penyemprotan dan
pemanenan.Sedangkan untuk biaya bahan baku adalah pembelian bibit, pupuk dan
pestisida/obat hama.
2.4.4 Teknologi
Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apa pun tidak dapat dilepaskan
dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-
mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian.Demikian pula “Revolusi Hijau”
mulai tahun 1969/1970 disebabkan oleh penemuan teknologi baru dalam bibit
padi dan gandum yang lebih unggul dibanding bibit-bibit yang dikenal
sebelumnya.
Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu
dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas apakah ia produktivitas tanah, modal
atau tenaga kerja. Dengan penggunaan teknologi yang lebih maju dari sebelumnya
maka usahatani yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien, sehingga dapat
memperoleh keuntungan maksimal dengan produktivitas yang tinggi.
Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian
kadang-kadang digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat
dianggap sama dan sering dipertukarkan karena keduanya menunjukkan pada soal
yang sama yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi (innovation).
Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan unsur perubahan suatu cara baik
Universitas Sumatera Utara
31
dalam produksi maupun dalam distribusi barang-barang dan jasa-jasa yang
menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan produktivitas. Inovasi berarti pula
suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal
sebelumnya. Inovasi selalu bersifat baru.
Namun, teknologi juga dapat menjadi kendala usahatani karena sulitnya
penerimaan petani terhadap teknologi baru dikarenakan ketidakpercayaannya pada
teknologi tersebut, dan juga karena faktor budaya dari petani itu sendiri yang
enggan menerima teknologi maupun inovasi.
2.5 Penelitian Terdahulu
Rajanami Yun Sukatami (2009) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Determinan Produksi Usaha Tani Padi Sawah di Kec. Sei Bingai Kab.
Langkat”, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh luas lahan,
benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja terhadap produksi usaha tani. Data yang
digunakan pada penelitian ini adalah data cross section yang diperoleh dari lokasi
penelitian. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah sampel acak
sederhana dengan sampel yang diambil sebanyak 5 % dari total populasi (167
sampel) dan model yang digunakan adalah model logarima dari fungsi Produksi
Cobb Douglas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa luas lahan, benih, pupuk,
tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap produksi usaha tani
sedangkan pestisida tidak berpengaruh signifikan.
Penelitian lainnya yang dilakukan Christofel D. Nababan (2009) tentang
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung di
Universitas Sumatera Utara
32
Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo”, Variabel yang digunakan dalam
model adalah Biaya Pupuk, Jumlah Tenaga Kerja, dan Luas Lahan. Data yang
digunakan adalah data primer dalam satu kali musim panen di bulan April 2008 –
Agustus 2008 .Metode yang digunakan adalah OLS, dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa, Independen variabel dapat menjelaskan dependen variable,
sebagian variabel yaitu Jumlah Tenaga Kerja, dan Luas Lahan berpengaruh nyata
terhadap Pendapatan Petani Jagung, sebagian lagi yaitu Biaya Pupuk pengaruhnya
tidak nyata terhadap Pendapatan Petani Jagung.
Muhammad Hafidh (2009) yang penelitiannya bejudul “Pengaruh Tenaga
Kerja, Modal, dan Luas Lahan terhadap Produksi Usaha Tani Padi (Studi kasus di
Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal)”, variabel dalam penelitian ini adalah
tenaga kerja (TK), modal (M), luas lahan (LL) dan produksi usahatani padi sawah
(PUP). Metode pengumpulan data yang digunakan interview guide dan
dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan metode analisis
Deskriptif Presentase dan Model Regresi Linier Berganda. Hasil penelitiannya
Dari hasil analisis model regresi linier berganda terhadap model empiris diperoleh
bahwa nilai koefisien regresi masing-masing variabel bebas pada pertanian padi
sawah di Kecamatan Rowosari yaitu variabel tenaga kerja (TK), modal (M) dan
luas lahan (LL) berpengaruh positif terhadap produksi usahatani padi sawah
(PUP). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa secara bersama-sama tenaga kerja,
modal, dan luas lahan berpengaruh secara signifikan terhadap produksi usaha tani
padi sawah di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal.
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul
Penelitian
Ukur dan Alat
Analisis
Hasil Penelitian
1 Rajanami
Yun
Sukatami
(2009)
Analisis
Determinan
Produksi
Usaha Tani
Padi Sawah di
Kec. Sei
Bingai Kab.
Langkat
Teknik
penentuan
sampel yang
digunakan
adalah sampel
acak sederhana
dengan sampel
yang diambil
sebanyak 5 %
dari total
populasi (167
sampel) dan
model yang
digunakan
adalah model
logarima dari
fungsi Produksi
Cobb Douglas
Hasil peneltian
berpengaruh signifikan
terhadap produksi usaha
tani sedangkan pestisida
tidak berpengaruh
signifikan. Salah satu
kecamatan di kabupaten
langkat yang memiliki
potensi besar dalam sektor
tanaman pangan adalah
kecamatan sei bingai yang
tersebar hampir semua
desa yang terdapat pada
wilayah kecamatan
tersebut.
2 Christofel
D. Nababan
(2009)
Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Pendapatan
Petani Jagung
di Kecamatan
Tiga Binanga
Kabupaten
Data yang
digunakan
adalah data
primer dalam
satu kali musim
panen di bulan
April 2008 –
Agustus 2008
.Metode yang
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa,
independen variabel dapat
menjelaskan dependen
variabel, sebagian variabel
yaitu jumlah tenaga kerja
dan luas lahan
berpengaruh nyata
terhadap pendapatan
Universitas Sumatera Utara
34
No. Penulis Judul
Penelitian
Ukur dan Alat
Analisis Hasil Penelitian
Karo digunakan
adalah OLS
petani jagung, sebagian
lagi yaitu biaya pupuk
berpengaruh tidak nyata
terhadap pendapatan
petani jagung.
3 Muhammad
Hafid
(2009)
Pengaruh
Tenaga Kerja,
Modal, dan
Luas Lahan
terhadap
Produksi
Usaha Tani
Padi (Studi
kasus di
Kecamatan
Rowosari
Kabupaten
Kendal)
Metode
pengumpulan
data yang
digunakan
interview guide
dan
dokumentasi.
Data yang
dikumpulkan
dianalisis
menggunakan
metode analisis
Deskriptif
Presentase dan
Model Regresi
Linier Berganda.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel tenaga kerja
(TK), modal (M) dan luas
lahan (LL) berpengaruh
positif terhadap produksi
usahatani padi sawah
(PUP). Hasil uji hipotesis
menunjukkan bahwa
secara bersama-sama
tenaga kerja, modal, dan
luas lahan berpengaruh
secara signifikan terhadap
produksi usaha tani padi
sawah di Kecamatan
Rowosari Kabupaten
Kendal Sumber: Data diolah
Universitas Sumatera Utara
35
2.6 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
2.7 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011:70), hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena,
jawaban yang diberikan melalui hipotesis baru didasarkan teori, dan belum
menggunakan fakta. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan
pengamatan, atau pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan
Tanah/Luas Lahan (X1)
Kesejahteraan Petani (Y)
Tenaga Kerja (X2)
Modal Kerja (X3)
Teknologi (X4)
Universitas Sumatera Utara
36
tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel
dalam persoalaan. Oleh sebab itu rumusan masalah penelitian ini biasanya disusun
dalam kalimat pernyataan.
Dugaan sementara dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh positif tanah/luas lahan terhadap kesejahteraan petani
padi.
2. Terdapat pengaruh positif tenaga kerja terhadap kesejahteraan petani padi.
3. Terdapat pengaruh positif modal kerja terhadap kesejahteraan petani padi.
4. Terdapat pengaruh positif teknologi terhadap kesejahteraan petani padi.
Universitas Sumatera Utara