11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesulitan Makan
1. Definisi
Menurut Judarwanto (2006), kesulitan makan adalah jika anak tidak
mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi
makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara
fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulut tanpa
paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap dipercernaan secara
baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.
Kesulitan makan adalah ketidakmampuan untuk makan dan menolak
makanan tertentu (Santos, et al. 2009). Gangguan kesulitan makan pada
anak sering kita jumpai pada masyarakat awam yang belum memahami
prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak. Masyarakat awam masih
banyak yang belum memahami pentingnya nutrisi pada anak (Hidayat,
2005).
Kesulitan makan adalah gangguan makan dengan gejala; makan hanya
sedikit, sulit untuk mencoba makanan baru, secara total menghindari
beberapa jenis makanan, dan memiliki makanan yang sangat disukainya
(Carruth, & Jean, et al. 1998).
11
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
12
Menurut pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kesulitan makan adalah gangguan makan sehingga melakukan penolakan
makanan dan hanya mengkonsumsi makanan yang disukai.
2. Gejala Kesulitan Makan
Menurut Carruth, & Jean, et al (1998) gejala kesulitan makan adalah :
a. Makan hanya sedikit
b. Sulit untuk mencoba makanan baru
c. Secara total menghindari beberapa jenis makanan
d. Memiliki makanan yang sangat disukainya
Menurut Judarwanto (2006) menyatakan bahwa gejala kesulitan makan
pada balita diantaranya adalah:
a. Kesulitan menguyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa
makan makanan lunak atau cair.
b. Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah
masuk di mulut anak.
c. Makan berlama-lama dan memainkan makanan.
d. Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau
menutup mulut rapat.
e. Memuntahkan atau menumpahkan makanan dan menepis suapan.
f. Tidak banyak menyukai variasi makanan.
g. Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
13
Jenis kesulitan makan pada anak sangat beragam yaitu anak tidak
menyukai makanan yang bervariasi dan anak memilih-milih makanan
(Richman dalam wright, 2007). Selain itu klinik perkembangan anak
affilioned program for children Development di Universitas George Town
(Judarwanto, 2006) melaporkan jenis kesulitan makan pada anak sesuai
dengan jumlahnya adalah :
a. Hanya mau makan makanan cair atau lumat : 27,3%
b. Kesulitan menghirup, mengunyah dan menelan : 24,1%
c. Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil : 23,3%
d. Tidak menyukai variasi banyak makanan : 11,1%
e. Keterlambatan makan sendiri : 8,0%
f. Mealing time tantrum : 6,1%
Keluhan yang biasa disampaikan antara lain adalah (Djoko Sunarjo):
a. Penerimaan makanan yang tidak/ kurang memuaskan
b. Makan tidak mau ditelan
c. Makan terlalu sedikit atau tidak nafsu makan
d. Penolakan atau melawan pada waktu makan
e. Kebiasaan makan makanan yang aneh
f. Hanya mau makan jenis tertentu saja
g. Cepat bosan terhadap makanan yang disajikan
h. Keterlambatan dalam tingkat keterampilan makan
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
14
Sulit makan juga dapat ditandai dengan kurangnya nafsu makan dan
kurangnya ketertarikan terhadap makanan sehingga hanya makan dalam
jumlah sedikit dan makan berlama-lama (wardle, et al. (2001).
3. Penyebab Kesulitan Makan
Menurut Widodo Judarwanto (2006) penyebab umum kesulitan makan
pada anak dibedakan dalam 3 faktor, diantaranya adalah :
a. Hilang nafsu makan
Pengaruh hilang atau berkurangnya nafsu makan tampaknya
merupakan penyebab utama masalah kesulitan makan pada anak.
Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari yang ringan (berkurang nafsu
makan) hingga berat (tidak ada nafsu makan).
Berkurang atau hilangnya nafsu makan ini sering diakibatkan
karena gangguan fungsi saluran cerna.Gangguan fungsi pencernaan
tersebut kadang tampak ringan seperti tidak ada gangguan. Tanda dan
gejala yang menunjukkan adanya gangguan tersebut adalah perut
kembung, sering “cegukan”, sering buang angin,Sulit buang air besar
(bila buang air besar ”ngeden”, tidak setiap hari buang air besar, atau
sebaliknya buang air besar sering (>2 kali/perhari).Gangguan tidur
malam : malam rewel, kolik, tiba-tiba mengigau atau menjerit, tidur
bolak balik dari ujung ke ujung lain tempat tidur.
Tanda dan gejala tersebut di atas sering dianggap biasa karena
sering terjadi pada banyak anak. Padahal bila di amati secara cermat
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
15
tanda dan gejala tersebut merupakan manifestasi adanya gangguan
pencernaan, yang sangat mungkin berkaitan dengan kesulitan makan
pada anak.
b. Gangguan proses makan di mulut
Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan dimulut,
mengunyah dan menelan. Ketrampilan dan kemampuan koordinasi
pergerakan motorik kasar di sekitar mulut sangat berperanan dalam
proses makan tersebut. Pergerakan morik tersebut berupa koordinasi
gerakan menggigit, mengunyah dan menelan dilakukan oleh otot di
rahang atas dan bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya di sekitar
mulut. Gangguan proses makan di mulut tersebut seringkali berupa
gangguan mengunyah makanan.Gangguan koordinasi motorik mulut
juga seringkali mengakibatkan kejadian tergigit sendiri bagian bibir
atau lidah secara tidak sengaja.
c. Pengaruh psikologis
Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan
makan itu waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang
dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik maka gangguan
kesulitan makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadang
sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam
jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin
dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog.
Pakar psikologis menyebutkan sebab meliputi gangguan sikap
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
16
negatifisme, menarik perhatian, ketidak bahagian atau perasaan lain
pada anak, kebiasaan rewel pada anak digunakan sebagai upaya untuk
mendapatkan yang sangat diinginkannya, sedang tertarik permainan
atau benda lainya, meniru pola makan orang tua atau saudaranya reaksi
anak yang manja.
Suatu masalah pasti dipengaruhi oleh beberapa hal. Termasuk juga
kesulitan makan pada balita juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan masalah kesulitan makan yaitu faktor
organik, faktor nutrisi dan faktor psikologi (Zaviera, 2008).
a. Faktor organik
Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan di mulut,
mengunyah, dan menelan. Kemampuan koordinasi pergerakan motorik
kasar di sekitar mulut sangat berperan dalam proses makan tersebut.
Pergerakan motorik tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit,
mengunyah, dan menelan yang dilakukan oleh otot lainnya di sekitar
mulut.
Gangguan saluran pencernaan tampaknya merupakan faktor
penyebab terpenting dalam gangguan proses makan di mulut. Jika
terdapat gangguan saluran cerna maka hal itu akan mempengaruhi
fungsi susunan saraf pusat, sehingga terjadi gangguan fungsi susunan
saraf pusat.Gangguan bisa berupa berupa saat anak mengalami
sariawan, sakit tenggorokan atau adanya penyakit di organ pencernaan.
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
17
b. Faktor nutrisi
Balita merupakan golongan konsumen semipasif atau semiaktif
sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi masih bergantung pada orang
lain, khususnya ibu atau pengasuhnya. Perlu diketahui saat ini terjadi
perubahan pola makan dari makanan bayi ke dewasa. Pengetahuan ibu
dalam kemampuan menentukan jenis dan jumlahmakanan yang
diberikan kepada anak harus sesuai perkembangan usianya. Ketepatan
jenis dan jumlah makanan sangat menentukan pemenuhan gizi pada
balita.
c. Faktor psikologis
Seringkali terjadi kelainan psikologi disebabkan kekeliruan
pengelolaan orang tua dalam hal mengatur makan anaknya. Ada orang
tua yang bersikap terlalu melindungi dan ada orang tua yang terlalu
memaksakan anaknya makan terlalu banyak melebihi keperluan anak.
Keadaan saat anak jauh dari ibunya dan perasaan takut berlebihan pada
makanan juga dapat menyebabkan anak tidak mau makan. Sikap suka
memaksakan makanan menyebabkan bayi atau anak merasakan proses
makan sebagai saat yang tidak menyenangkan, hal ini berakibat
menimbulkan sikap anti terhadap makanan. Sikap yang terlalu obsesif
dan overprotektif akan berakibat negatif pada anak (Santos, et al. 2009).
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
18
Sikap memaksa dalam pemberian makan akan membuat emosi
anak meningkat, sehingga menurunkan produksi cairan lambung yang
dapat mengakibatkan fungsi cerna terhambat (podjiadi, 2002).
Menurut Haryanto (2012) penyebab anak susah makan dilihat dari segi
psikologis, adalah :
a. Cemas
Rasa cemas ini paling sering dialami anak batita. Contoh, cemas
berpisah dari orangtua karena berpikir akan terjadi sesuatu yang buruk
menimpa orangtuanya; cemas berada di lingkungan baru, semisal ketika
mulai bersekolah, dan sebagainya. Kecemasan yang timbul sering kali
disertai gejala-gejala fisiologis maupun perilaku seperti gelisah,
berkeringat dingin, berdebar-debar, sulit konsentrasi, susah tidur, dan
sebagainya. Kondisi-kondisi ini berpengaruh pada pola makan anak,
termasuk membuat anak jadi susah makan.
b. Depresi
Anak yang depresi bisa mengalami dua masalah makan, yaitu
makan berlebihan/tidak terkendali sehingga membuatnya obesitas atau
ia menjadi sulit makan. Depresi banyak dialami anak usia sekolah.
Penyebabnya bermacam-macam. Ada yang karena menjadi
korban bully seperti diejek, digoda, mendapatkan kekerasan, dan
sebagainya.
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
19
c. Pola relasi yang tak bagus dengan orang tua.
Ketika anak makan dan rewel, lalu direspons orangtua dengan tidak
sabar dan memaksa anak, maka peristiwa makan menjadi hal yang tidak
menyenangkan. Akibatnya, anak pun jadi susah makan. Dalam hal pola
asuh, orangtua tidak mengajari anak untuk mengonsumsi makanan yang
bervariasi alias hanya menyediakan makanan yang itu-itu saja. Ini
membuat anak tidak belajar mengenal rasa dan jenis makanan yang
beragam. Akibatnya, anak menjadi pilah-pilih makanan dan makan
yang itu-itu saja. Ujung-ujungnya, anak pun akan susah makan.
Selain itu faktor psikologis yang dapat mengganggu anak susah
makan, seperti kondisi rumah tangga yang bermasalah, suasana makan
yang kurang menyenangkan, tidak pernah makan bersama orangtua,
maupun anak dipaksa memakan makanan yang tidak disukai.
4. Dampak Kesulitan Makan
Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit yang akut
biasanya tidak menunjukan dampak yang berarti pada kesehatan dan
tumbuh kembang anak. Pada kesulitan makan yang berat dan berlangsung
lama akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Gejala
yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak
hanya tidak menyukai makanan tertentu misalnya buah dan sayur akan
terjadi defisiensi vitamin A. Bila hanya mau minum susu saja akan terjadi
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
20
anemi defisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi
kekurangan energi protein (KEP).
5. Penanganan Kesulitan Makan Pada Anak
Beberapa langkah yang dilakukan pada penatalaksanaan kesulitan
makan pada anak yang harus dilakukan adalah :
a. Pastikan apakah betul anak mengalami kesulitan makan dan cari
penyebab kesulitan makanan pada anak.
b. Identifikasi adakah komplikasi yang terjadi.
c. Pemberian pengobatan terhadap penyebab.
d. Bila penyebabnya gangguan saluran cerna (seperti alergi, intoleransi
atau coeliac), hindari makanan yang menjadi penyebab gangguan.
B. Pertumbuhan
1. Definisi
Pertumbuhan adalah setiap perubahan atau bertambahnya jumlah dan
ukuran tubuh baik fisik maupun struktur. Pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan kualitas yaitu penambahan jumlah sel dan besar sel tubuh. Anak
tidak hanya menjadi besar secara fisik tetapi ukuran dan struktur
pertumbuhan otaknya juga bertambah. Akibat adanya pertumbuhan otak
anak mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk belajar, mengingat
dan berfikir. Pertumbuhan anak lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
21
lingkungan terutama masukan zat gizi dari pada faktor genetik
(soetjiningsih, 1995).
Wong (2000), mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu peningkatan
jumlah dan ukuran, jadi pertumbuhan berhubungan dengan perubahan pada
kuantitas yang maknanya terjadi perubahan pada jumlah dan ukuran sel
tubuh yang ditunjukan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh
bagian tubuh.
Menurut Suganda (2002), pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan
jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif
sehingga dengan demikian dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan
panjang atau satuan berat.
Marlow (1998), mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu
peningkatan ukuran tubuh yang dapat diukur dengan meter atau sentimeter
untuk tinggi badan dan kilogram atau gram untuk berat badan. Pertumbuhan
ini dihasilkan oleh adanya pembelahan sel dan sintesis protein dan setiap
anak mempunyai potensi gen yang berbeda untuk tumbuh.
2. Tahap Tumbuh Kembang
Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa
anak-anak, tahapan tersebut yaitu (Soetjiningsih, 2002 dalam Nursalam,
2005) :
a. Masa pranatal (konsepsi lahir), terbagi atas
1) Masa embrio (mudigah): masa konsepsi – 8 minggu
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
22
2) Masa janin (fetus) : 9 minggu – kelahiran
b. Masa postnatal, terbagi atas
1) Masa neonatal usia 0 – 28 hari
(1) Neonatal dini (perinatal) : 0 – 7 hari
(2) Neonatal lanjut : 8 – 28 hari
2) Masa bayi
(1) Masa bayi dini 1 – 12 bulan
(2) Masa bayi akhir 1 – 2 tahun
c. Masa prasekolah (usia 2 – 6 tahun) terbagi atas :
1) Prasekolah awal (masa balita) : mulai 2 – 3 tahun
2) Prasekolah akhir : mulai 4 – 6 tahun
d. Masa sekolah atau masa prapubertas, terbagi atas :
1) Wanita : 6 – 10 tahun
2) Laki-laki 8 – 12 tahun
e. Masa adolesensi atau masa remaja, terbagi atas :
1) Wanita : 10 – 18 tahun
2) Laki-laki : 12 – 20 tahun
3. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Proses pertumbuhan dan perkembangan, setiap individu akan
mengalami siklus berbeda. Peristiwa tersebut dapat secara cepat maupun
lambat tergantung dari individu maupun lingkungan.proses percepatan dan
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
23
perlambatan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor herediter, faktor
lingkungan dan faktor hormonal.
a. Faktor herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai
dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak dalam mencapai tumbuh
kembang anak disamping faktor-faktor lain. Faktor herediter meliputi
bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan
dengan intensitas, kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat
sensitivitas jaringan terhadap rangsang, usia pubertas dan berhentinya
pertumbuhan tulang.
Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-
laki setelah lahir akan cenderung lebih cepat dibandingkan anak
perempuan serta akan bertahan hingga usia tertentu. Baik anak laki-laki
maupun perempuan akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat
ketika mereka mencapai masa pubertas.
Ras atau suku bangsa juga memiliki peran dalam mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada suku bangsa
tertentu yang memiliki kecenderungan lebih besar atau tinggi, seperti
orang asia cenderung lebih pendek dan kecil dibandingkan orang eropa
dan lainnya.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan
penting dalam menentukan tercapai atau tidaknya potensi yang sudah
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
24
dimiliki. Faktor lingkungan meliputi lingkungan pranatal, yaitu
lingkungan dalam kandungan mulai dari konsepsi sampai lahir yang
meliputi gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis/ segala hal
yang mempengaruhi janin atau potensi janin dalam uterus, lingkungan
postnatal yaitu lingkungan setelah bayi lahir, seperti budaya
lingkungan, sosial ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga
posisi anak dalam keluarga, dan status kesehatan.
Lingkungan dapat menyebabkan masalah kesulitan makan pada
anak. Teman sebaya, paparan media elektronik khususnya televisi dan
ketersediaan jajanan dapat mempengaruhi perilaku makan pada anak.
Kebiasaan menonton televisi khususnya acara anak-anak akan
meningkatkan keterpaparan terhadap iklan makanan tinggi gula dan
garam serta rendah serat (Marton, 1990 dalam Campbell & Crawford,
2001). Dampaknya adalah anak akan tertarik untuk mengkonsumsi
makanan tersebut sehingga ketika ditawarkan makanan pokok anak
cenderung akan menolak (Zuppa, Marton & Metha, 2003).
Masalah sulit makan jika tidak segera diatasi akan terjadi
keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan akibat
kekurangan nutrisi dan gangguan perilaku pada anak (wright, et al,
2007).
c. Faktor hormonal
Faktor hormonal yang berkembang dalam tumbuh kembang anak,
antara lain hormon somatotropin, tiroid, dan glukokortikoid. Hormon
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
25
somatotropin berperan dalam mempengaruhipertumbuhan tinggi badan
dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem
skeletal. Hormon tiroid berperan menstimulasi metabolisme tubuh.
Hormon glukokortikoid berperan menstimulasi pertumbuhan sel
interstisial dari testis dan ovarium selanjutnya hormon tersebut akan
menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun anak
perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya (Wong, 2000 dalam
Hidayat, 2011).
4. Ciri-ciri Pertumbuhan
Menurut suganda tahun 2002 pertumbuhan secara garis besar terdapat 4
kategori perubahan yaitu:
a. Perubahan ukuran
Perubahan ini terlihat secara jelas pada pertumbuhan fisik yang
dengan bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala dan lain-lain. Organ tubuh seperti jantung,
paru-paru atau usus akan bertambah besar, sesuai dengan peningkatan
kebutuhan tubuh.
1) Berat badan: merupaka ukuran antropometri yang terpenting pada
masa bayi dan balita. Berat badan merupakan hasil peningkatan
atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan
dipakai sebagai indikator yang terbaik saat ini untuk mengetahui
keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
26
perubahan sedikit saja, pengukuran objektif dan dapat diulangi
(soetjiningsih, 1995).
2) Tinggi badan: merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, TB tumbuh
seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan TB tidak seperti
BB, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi dalam
waktu singkat.
b. Perubahan proporsi
Selain bertambahnya ukuran-ukuran, tubuh juga memperlihatkan
perubahan proporsi. Anak bukanlah dewasa kecil, tubuh anak
memperlihatkan perbedaan proporsi bila dibandingkan dengan tubuh
orang dewasa.
c. Hilangnya ciri-ciri lama
Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-
lahan,seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan
menghilangnya refleks-refleks primitif
d. Timbulnya ciri-ciri baru
Timbulnya ciri-ciri baru ini adalah sebagai akibat pematangan
fungsi-fungsi organ. Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan
adalah munculnya gigi tetap yang menggantikan gigi susu yang telah
lepas.
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
27
5. Penilaian Pertumbuhan
Standar Antropometri WHO 2005 nomor :
1995/MENKES/SK/XII/2010 (KEMENKES, 2011).
a) Istilah dan Pengertian
1) Umur dihitung dalam bulan penuh. Contoh : umur 2 bulan 29 hari
dihitung sebagai umur 2 bulan.
2) Ukuran panjang badan (PB) digunakan untuk anak umur 0 sampai
24 bulan yang diukur telentang. Bila anak umur 0 sampai 24 bulan
diukur berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan
menambahkan 0,7 cm.
3) Ukuran tinggi badan (TB) digunakan untuk anak umur di atas 24
bulan yang diukur berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur
telentang, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan
mengurangkan 0,7 cm.
4) Gizi kurang dan gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada
indeks berat badan menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan
istilah underweight (gizi kurang) dan severely underweight (gizi
buruk).
5) Pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada
indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan
menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted
(pendek) dan severely stunted (sangat pendek).
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
28
6) Kurus dan sangat kurus adalah status gizi yang didasarkan pada
indeks berat badan menurut panjang badan (BB/TB) atau berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang merupakan padanan
istilah wasted (kurus) dan saverely wasted (sangat kurus).
b) Kategori dan ambang batas status gizi anak
Kategori dan ambang batas status gizi anak adalah sebagai mana
terdapat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1 Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks
menurut Kemenkes RI 2010
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Berat Badan menurut Umur
(BB/U) Anak Umur 0-60
Bulan
Gizi Buruk <- 3 SD
Gizi kurang -3 SD Sampai dengan <-2 SD
Gizi baik -2 SD Sampai dengan 2 SD
Gizi lebih >2 SD
Panjang Badan menurut
Umur (PB/U) atau Tinggi
Badan menurut Umur
(TB/U) Anak umur 0-60
Bulan
Sangat pendek <- 3 SD
Pendek -3 SD Sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD Sampai dengan 2 SD
Tinggi >2 SD
Berat Badan menurut
Panjang Badan
(BB/PB)atau Berat Badan
menurut Tinggi Badan
(BB/TB) Anak Umur 0-60
Bulan
Sangat kurus <- 3 SD
Kurus -3 SD Sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD Sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
Indeks Massa Tubuh
menurut Umur (IMT/U)
Anak Umur 0-60 Bulan
Sangat kurus <- 3 SD
Kurus -3 SD Sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD Sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
29
C. Anak Usia Prasekolah
1. Definisi
Menurut Gustian (2001), anak usia prasekolah atau yang dikenal masa
kanak-kanak awal (early childhood) berada dalam rentang usia antara 3-5
tahun. Disebut masa praskolah karena anak mulai mempersiapkan diri
memasuki dunia sekolah melalui kelompok bermain dan taman kanak-
kanak.
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko derhadap masalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada balita. Pada usia balita terjadi
peningkatan perkembangan yang sangat pesat, salah satunya adalah
perkembangan otonomi. Perkembangan otonomi mengakibatkan balita
dapat menentukan terkait apa yang disukai dan yang tidak disukainya
termasuk dalam memilih makanan. Beberapa penelitian menunjukan faktor
usia berhubungan dengan sulit makan pada anak. Powell, et al, (2011)
mengungkapkan bahwa anak dengan usia lebih muda cenderung lebih
memilih-milih makanan. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa anak usia
antara 25-36 bulan (Rigal, et al, 2012), 2-8 tahun (Skinner, et al, 2002 dalam
Farrow & Blisset, 2011) , seringkali menunjukan perilaku lebih menyukai
makanan tertentu saja.
Yusuf (2009) menjelaskan bahwa masa usia prasekolah diperinci
menjadi dua masa, yaitu:
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
30
a. Masa vital
Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk
menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud
menanamkan tahun pertama adalah kehidupan individu itu sebagai
masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan
dan ketidaknikmatan. Anak memasukan apa saja kedalam mulutnya itu,
tidaklah karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama, tetapi
karena waktu itu mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi
(penelitian) dan belajar. Pada tahun kedua anak telah belajar berjalan
dengan mulai berjalan anak akan mulai menguasai ruang, mula-mula
ruang tempatnya saja, kemudian ruang yang dekat dan selanjutnya
ruangan yang jauh. Pada tahun kedua ini umumnya terjadi pembiasaan
terhadap kebersihan (kesehatan). Melalui latihan kebersihan ini, anak
belajar mengendalikan impuls-impuls atau dorongan-dorongan yang
datang dari dalam dirinya (misalnya buang air kecil dan buang air
besar).
b. Masa estetik
Pada masa ini dianggap masa perkembangan rasa keindahan. Kata
estetik disini dalam arti bahwa pada masa ini, perkembangan anak
yang pertama adalah fungsi pancaindranya. Pada masa ini, indera
masih peka.Rasa makanan merupakan faktor kedua yang menentukan
cita rasa makanan setelah penampilan makanan itu sendiri. Apa bila
penampilan makanan yang disajikan merangsang saraf melalui indra
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
31
penglihatan maka akan mampu membangkitkan selera untuk
mencicipi makanan itu, jadi pada tahap selanjutnya rasa makanan itu
akan ditentukan oleh rangsangan terhadap indra pencium dan indra
perasa. Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik
yang sangat kuat dan mampu merangsang indra penciuman sehingga
membangkitkan selera.
2. Ciri-ciri anak usia Prasekolah
Anak usia prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang
sekitarnya. Ciri-ciri anak prasekolah (Dewi, 2005) :
a. Umumnya anak pada tahap ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi
sahabat ini biasanya cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat
menyesuaikan secara sosial, mereka mau bermain dengan teman.
Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya tetapi
kemudian berkembang sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang
berbeda
b. Kelompok bermainya cenderung kecil dan tidak terlalu berorganisasi
secara baik oleh karena itu kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
c. Anak yang lebih muda seringkali bermain bersebelahan dengan anak
yang lebih besar. Parten (Patmonodewo, 2003), melalui pengamatannya
terhadap anak yang bermain bebas di sekolah dapat membedakan
beberapa tingkah laku sosial :
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
32
1) Tingkah laku “unoccupied”: anak tidak bermain dengan
sesungguhnya. Ia mungkin berdiri disekitar anak lain dan
memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.
2) Bermain “soliter”: anak bermain sendiri dengan menggunakan alat
permainan, berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang ada
didekatnya.mereka tidak berusaha saling bicara.
3) Tingkah laku “onlooker”: anak menghabiskan waktu dengan
mengamati. Kadang memberikan komentar tentang apa yang
dimainkan anak yang lain tetapi tidak berusaha untuk main bersama.
4) Bermain “pararel”: anak-anak bermain dan saling berdekatan,
tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain. Mereka
menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara
yang tidak saling bergantung.
5) Bermain “asosiatif”: anak bermain dengan anak lain tetapi tanpa
organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain
dengan caranya sendiri-sendiri.
6) Bermain “kooperatif”: anak bermain dalam kelompok dimana ada
organisasi. Ada pemimpinya, masing-masing anak melakukan
kegiatan bermain dalam kegiatan bersama, misal main toko-tokoan
atau perang-perangan.
3. Ciri emosi anak usia prasekolah
Anak usia prasekolah biasanya mengekspresikan emosinya dengan
bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
33
tersebut. Iri hati pada anak juga sering terjadi. Mereka seringkali
memperebutkan perhatian guru. Sedangkan dalam hal makan sikap orang
tua yang suka memaksakan makanan menyebabkan bayi atau anak
merasakan proses makan sebagai saat yang tidak menyenangkan, hal ini
berakibat menimbulkan sikap anti terhadap makanan. Sikap yang terlalu
obsesif dan overprotektif akan berakibat negatif pada anak (Santoso, 2009).
Sikap memaksa dalam pemberian makan akan membuat emosi anak
meningkat, sehingga menurunkan produksi cairan lambung yang dapat
mengakibatkan fungsi cerna terhambat (podjiadi, 2002).
Praktik pemberian makan yang kurang tepat sering dilakukan orang tua
antara lain dengan menjanjikan hadiah berupa makanan kesukaannya jika
anak menunjukan perilaku yang baik (Elizenman & Holub, 2008). Tindakan
yang lainnya yaitu memberikan makanan tertentu untuk meredakan emosi
anak (Orrell-Valentine et al, 2007).
4. Pola Makan Anak Usia Prasekolah
Pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong dalam Karjati (1985)
adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam
dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan
merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.
Pola makan akan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adalah
kebiasaan kesenangan, budaya agama, taraf ekonomi, lingkungan alam dan
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
34
sebagainya. Sejak zaman dahulu kala, makanan selain untuk kekuatan /
pertumbuhan, memenuhi rasa lapar, dan selera, juga mendapat tempat
sebagai lambang kemakmuran, kekuasaan dan persahabatan. Semua faktor
bercampur membentuk suatu ramuan yang kompak yang disebut dengan
pola konsumsi (Susanto, 2004).
Dalam membentuk pola makan anak TK itu bukanlah urusan yang
mudah. Pada masa ini sebenarnya anak belajar makan dari apa yang tersedia
dirumah. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam membentuk pola
makan yang baik adalah dengan menciptakan situasi lingkungan yang
nyaman.hal ini dapat meningkatkan gairah makan dan membuat anak
menyukai makanan yang disajikan (Sintha,2001).
5. Perilaku Makan Anak Usia Prasekolah
Untuk memperkenalkan jenis makanan baru pada anak TK, orang tua
harus memilih saat yang tepat. Makanan baru hendaknya disajikan ketika
anak sedang lapar. Kondisi lapar akan membuat anak merasa bahwa
makanan itu sesuai dengan seleranya. Pada umumnya dalam hal makanan,
anak TK tidak menyukai cita rasa yang menyengat dan tidak terlalu asin
(Sintha, 2001). Pada kelompok ini, telah dapat memilih serta menyukai
makanan yang manis, seperti permen, cokelat, dan es krim. Bila tidak
diperhatikan dan dibatasi dapat menyebabkan karies dentis atau nafsu
makan yang berkurang (Markum, 2002).
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
35
6. Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan
Angka kecukupan gizi (AKG) atau Recommended Dietary Allowances
(RDA) adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus dipenuhi dari
makanan untuk mencukupi hampir semua orang sehat. Untuk Indonesia,
AKG yang digunakan saat ini secara nasional adalah Widya Karya Naional
Pangan dan Gizi VI tahun 1998. Tujuan utama penyusunan AKG ini adalah
untuk acan perencanaan makanan dan menilai tingkat konsumsi makanan
individu / masyarakat (Almatsier, 2001).
Kebutuhan untuk bayi dan anak merupakan kebutuhan zat gizi yang
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan. Anak yang tidak mendapat
gizi akan mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan
terjadinya sel otak dengan konsekuensi sel yang lebih sedikit. Sebaliknya
anak yang mendapat gizi lebih tinggi akan memperoleh kalori yang lebih
tinggi pula. Dengan kata lain konsumsi yang melebihii kebutuhan akan
menyebabkan gizi lebih, sebaliknya konsumsi gizi yang kurang menyebabkan
kondisi kurang atau defisiensi.
Kebutuhan kalori untuk anak usia TK (Umur 4-6 tahun) yang
dianjurkan widya karya nasional pangan dan gizi 1998 adalah 1750 kkalori
dan 32 gram protein. Untuk kebutuhan vitamin A 460 RE per hari.
Kebutuhan zat besi 9 mg per hari sedangkan seng / zincum (Zn) 10 mg per
hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
36
Tabel 2.2 contoh AKG
Golongan
umur
Berat
Badan (kg)
Tinggi
Badan (cm)
Energi
(kkal)
protein
(gr)
Vit A
(RE)
Besi
(mg)
Zn
(mg)
4-6 tahun 18 110 1750 32 460 9 10
D. Kerangka Teori
Berdasarkan pada telaah pustaka tentang kesulitan makan dengan tingkat
pertumbuhan anak usia prasekolah dapat digambarkan kerangka teori sebagai
berikut.
Gambar 2.2 kerangka teori
Diadopsi dari Teori Green dalam Notoadmojo, 2005
Faktor Predisposisi
1. Kesulitan makan
2. Pertumbuhan anak
prasekolah
Faktor pendukung
1. Lingkungan
2. Pendapatan keluarga
Faktor penguat
1. Kebijakan pemerintah
2. Dukungan orang tua
3. Dukungan guru
Tingkat pertumbuhan BB/U :
1. Pertumbuhan kurang
2. Pertumbuhan baik
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015
37
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian dengan mengacu pada kerangka teori penelitian
dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut.
Gambar 2.3 kerangka konsep
F. Hipotesis
Hipotesis penelitian yang diajukan adalah:
Terdapat hubungan kesulitan makan dengan tingkat pertumbuhan anak usia
prasekolah (3-5 tahun) di TK-PAUD Desa Binangun Kecamatan Binangun
Kabupaten Cilacap.
Kesulitan makan
pada anak prasekolah
Tingkat pertumbuhan BB/U :
1. Pertumbuhan kurang
2. Pertumbuhan baik
Hubungan Kesulitan Makan..., Mutiara Irmaya Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015