13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ketrampilan Mengajar
1. Pengertian Ketrampilan Mengajar
Guru merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempengaruhi
tercapainya tujuan pendidikan (Andhika, 2013). Profesi seorang guru mempunyai
tugas untuk melayani masyarakat didalam bidang pendidikan. Dalam profesi ini
seorang guru harus memberikan layanan yang optimal dan sebaik-baiknya
didalam bidang pendidikan kepada masyarakat. Secara khusus seorang guru
dituntut untuk memberikan layanan yang profesional kepada seorang siswa agar
suatu tujuan pembelajaran mudah tercapai. Seorang guru dikatakan profesional
adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan dan keahlian yang khusus
dalam bidang keguruan, sehingga guru mampu melaksanakan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal (Daryanto dan Rachmawati,
2015).
Menurut Turney (dalam Mulyatun, 2014), keterampilan mengajar
merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh guru untuk mentransfer
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai kepada siswa dalam proses
pembelajaran. Menurut Zainal (2012), keterampilan dasar mengajar sangat
diperlukan, pembentukan penampilan guru yang baik diperlukan keterampilan
dasar. Keterampilan dasar adalah keterampilan standar yang harus dimiliki setiap
individu yang berprofesi sebagai guru. Keterampilan guru mengajar merupakan
14
salah satu jenis keterampilan yang harus dikuasai guru. Dengan memiliki
keterampilan mengajar, guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik
yang berimplikasi pada motivasi belajar dan peningkatan kualitas lulusan sekolah
(Uno, 2014). Pintrich & Schunk (2002), menambahkan bahwa guru yang
memiliki keterampilan mengajar akan menerapkan praktek-praktek pengajaran
yang bervariasi dalam kelas mereka.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan mengajar adalah kemampuan yang harus dimiliki seorang guru
dalam menyajikan materi pelajaran, mentransfer ilmu pengetahuan, penguasaan
materi pelajaran dan memilih metode yang tepat.
2. Aspek-aspek Ketrampilan Mengajar
Menurut Usman (2013), komponen keterampilan mengajar guru yaitu:
a. Keterampilan bertanya
Keterampilan dan kelancaran bertanya dari calon guru perlu dilatih
dan ditingkatkan, baik isi pertanyaannya maupun dari teknik bertanya.
Dengan pertanyaan, guru dapat menggiatkan dan mengikut sertakan siswa
untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Bertanya merupakan ucapan
verbal yang meminta respons dari seseorang yang dikenai. Respons yang
diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang
merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus. Dalam
hal ini keterampilan bertanya yang dimaksud adalah keterampilan seorang
guru dalam memberikan pertanyaan berupa ucapan verbal yang ditujukan
kepada siswa untuk meminta jawaban.
15
Pertanyaan yang diajukan adalah berhubungan dengan pengetahuan
atau hal-hal yang dipertimbangkan dalam proses belajar mengajar. Adapun
dampak positif dari pemberian pertanyaan dalam proses belajar mengajar
yaitu:
1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar-mengajar,
2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu
masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan,
3) Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab
berpikir itu sendiri sesungguhnya bertanya,
4) Menuntun proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik
akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang
baik,
5) Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang
dibahas.
b. Keterampilan memberikan penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah
bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi
tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima
(siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi.
Penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengganjar atau membesarkan hati
16
siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar-
mengajar.
Penguatan mempunyai pengaruh yang positif bagi siswa terhadap
proses belajarnya dan bertujuan sebagai berikut:
1) Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran,
2) Merangsang dan meningkatkan minat belajar,
3) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang
produktif.
c. Keterampilan mengadakan variasi
Keterampilan mengadakan variasi diadakan karena faktor kebosanan
yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar yang monoton akan
mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran,
guru, dan sekolah menurun. Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru
dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk
mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar-mengajar, murid
senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
Untuk itu sebagai calon guru perlu melatih diri agar menguasai
keterampilan tersebut.
Keterampilan mengadakan variasi ini adalah variasi dalam metode
mengajar guru, variasi penggunaan media dan bahan-bahan pengajaran, dan
variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Tujuan dan manfaat dari
keterampilan mengadakan variasi ini yaitu :
17
1) Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada
aspek-aspek belajar-mengajar yang relevan,
2) Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin
mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal baru,
3) Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan
sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan
lingkungan belajar yang lebih baik,
4) Guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara
menerima pelajaran yang disenanginya.
d. Keterampilan menjelaskan
Usman (2013), mengungkapkan bahwa, keterampilan menjelaskan
dalam pengajaran ialah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi
secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan
yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengam contoh atau
dengan sesuatu yang belum diketahui.
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan
dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari
kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas. Biasanya
guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh
langsung, misalnya dalam memberikan fakta, ide, ataupun pendapat. Oleh
sebab itu, hal ini haruslah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya agar
tercapai hasil yang optimal dari penjelasan dan pembicaran guru tersebut
18
sehingga bermakna bagi siswa. Oleh karena itu Usman (2013), menjelaskan
beberapa tujuan dari keterampilan menjelaskan, yaitu:
1) Membimbing siswa untuk mendapat dan memahami hukum, dalil fakta,
definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
2) Melibatkan siswa untuk berpikir dengan memecahkan masalah masalah
atau pertanyaan.
3) Untuk mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat
pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
4) Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran
dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
e. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Yang dimaksud dengan set induction ialah usaha atau kegiatan
yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar untuk
menciptakan prokondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat
pada apa yang akan dpelajarinya sehingga usaha tersebut akan
memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Dengan kata lain,
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental
dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan
dipelajarinya.
Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya diperlukan oleh guru
pada awal jam pelajaran, tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan inti
pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara mengemukakan tujuan yang akan dicapai, menarik
19
perhatian siswa, memberi acuan, dan membuat kaitan antara materi
pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa dengan bahan yang akan
dipelajarinya.
Menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh
guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar-mengajar. Usaha
menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh
tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat
pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar-
mengajar. Adapun komponen keterampilan membuka dan menutup
pelajaran. Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi:
1) Menarik perhatian siswa,
2) Menimbulkan motivasi,
3) Memberikan acuan melalui berbagai usaha.
Komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi:
1) Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan
merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan,
2) Mengevaluasi. Bentuk evalusai dapat dilakukan guru antara
lain ialah:
a) Mendemonstrasikan keterampilan,
b) Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain,
c) Mengeksplorasi pendapat siswa sendiri,
d) Memberikan soal-soal tertulis.
20
f. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil merupakan kegiatan yang harus ada dalam
kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi, tidak setiap guru mampu
membimbing siswa untuk berdiskusi tanpa mengalami latihan. Oleh
karena itu, keterampilan ini perlu diperhatikan agar para guru mampu
melaksanakan tugas ini dengan baik. Diskusi kelompok kecil adalah suatu
proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi
tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi,
pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah (Usman, 2013).
Dari pengertian ini, berarti siswa berdiskusi dalam kelompok-
kelompok kecil di bawah pimpinan guru atau temannya untuk berbagi
informasi, pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan. Diskusi
tersebut berlangsung secara terbuka. Setiap siswa bebas untuk
mengemukakan ide-ide tanpa merasa ada tekanan dari guru ataupun dari
temannya, dan setiap siswa harus mentaati semua peraturan yang telah
ditetapkan.
g. Keterampilan mengelola kelas
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu
mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam
suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa merupakan merupakan syarat bagi keberhasilan pengelolaan
21
kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi
terjadinya proses belajar-mengajar yang efektif.
Keterampilan mengelola kelas menurut definisi di atas, pada
dasarnya merupakan suatu tindakan dan pemeliharaan situasi dan kondisi
yang kondusif yang mengarah pada pelaksanaan proses belajar mengajar
yang efektif dan lebih optimal. Keterampilan mengelola kelas memiliki
komponen-komponen yang harus diperhatikan oleh seorang guru, dengan
tujuan untuk memudahkan pengaturan situasi kelas.
h. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru
memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan
yang lebih akrab antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan
siswa. Pengajaran ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif,
memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkembangnya daya
kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa, serta dapat memenuhi
kebutuhan siswa secara optimal.
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah bila jumlah siswa yang
dihadapi oleh guru terbatas, yaitu berkisar antara 3-8 siswa untuk
kelompok kecil, dan hanya seorang untuk perseorangan. Pada dasarnya
bentuk pengajaran ini dapat dikerjakan dengan membagi kelas dalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil. Hakekat dari sistem pengajaran ini
adalah terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan
juga siswa dengan siswa, siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan
22
kemampuan masing-masing, siswa mendapat bantuan dari guru sesuai
dengan kebutuhannya, dan siswa dilibatkan dalam perencanaan kegiatan
belajar mengajar. Peranan guru dalam pengajaran ini adalah sebagai
organisator kegiatan belajar mengajar, sumber informasi (narasumber)
bagi siswa, motivator bagi siswa untuk belajar, penyedia materi dan
kesempatan belajar (fasilitator) bagi siswa, pembimbing kegiatan belajar
siswa (konselor), dan sebagai peserta kegiatan belajar.
Menurut Mulyasa (2016), Keterampilan dasar mengajar sangat berperan
dalam menciptakan pembelajaran yang kreatif, profesional dan menyenangkan,
keterampilan mengajar tersebut adalah sebagai berikut:
1) Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang
dilakukan guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran. Membuka
pelajaran yang dilakukan secara profesional akan memberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan pembelajaran, antara lain sebagai berikut:
a) Membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
b) Peserta didik memiliki kejelasan mengenai tugas-tugas yang harus
dikerjakan, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan tugas, dan batas waktu pengumpulan tugas.
c) Peserta didik memahami hubungan antara bahan-bahan atau
pengalaman yang telah dimilikinya dengan hal-hal baru yang akan
dipelajari.
23
d) Peserta didik dapat menghubungkan fakta-fakta, konsep-konsep, dan
prinsip-prinsip atau generalisasi dalam suatu peristiwa
pembelajaran.Untuk memperoleh gambaran secara utuh pada waktu
akhir kegiatan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam
menutup pelajaran, yakni: (1) Meninjau kembali dengan cara
merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan. (2) Mengevaluasi
dengan berbagai bentuk evaluasi, misalnya mendemonstrasikan
keterampilan, meminta peserta didik mengaplikasikan ide baru
dalam situasi yang lain, mengekpresikan pendapat peserta didik
sendiri, dan memberikan soal-soal tertulis. Tujuan menutup pelajaran
adalah sebagai berikut:
a. Memantapkan pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar yang
telah berlangsung.
b. Mengetahui keberhasilan siswa dan guru dalam kegiatan
pembelajaran.
c. Memberikan tindak lanjut untuk mengembangkan kemampuan
yang baru saja dikuasai.
2) Keterampilan Menjelaskan
Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu
benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-
hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek penting
yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran
24
menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Agar penjelasan yang
diberikan dapat dipahami sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Keterampilan menjelaskan yang tidak dilakukan dengan baik akan
berakibat buruk terhadap peserta didik, antara lain:
(1) Peserta didik akan merasa pelajaran yang diterimanya
membosankan.
(2) Peserta didik akan merasa pelajaran yang disampaikan tidak
bermakna baginya.
(3) Peserta didik akan merasa pelajaran yang disampaikan sukar
dipahami dan mereka akan tidak berusaha keras untuk
memahaminya.
3) Keterampilan Mengadakan variasi
Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai
guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik,
agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam
pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta
mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Variasi dalam kegiatan
pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut:
(a) variasi dalam penggunaan media atau alat bantu pembelajaran
Alat bantu pembelajaran dapat divariasikan sesuai dengan
fungsinya serta variasi kesensitifan indera para siswa. Sebagaimana
diketahui ada peserta didik yang lebi mudah belajar dengan cara
25
mendengarkan, melihat, meraba, mencium atau diberi kesempatan
untuk memanipulasi media/ alat bantu yang digunakan.
(b) variasi dalam penerapan metode pembelajaran.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas
dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan
sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta
lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode
yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
4) Keterampilan Mengevaluasi
Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan
pengajaran perlu dilakukan usaha dan tindakan atau kegiatan untuk
menilai hasil belajar. Penilaian dalam proses belajar mengajar
meliputi:
a) Evaluasi formatif
Evaluasi formaatif adalah penilaian yang dilakukan guru
setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh peserta
didik.
b) Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah penilaian yang diselenggarakan oleh
guru setelah jangka waktu tertentu. Penilaian sumatif berguna
untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan belajar
26
peserta didik yang dipakai sebagai masukan untuk menentukan
nilai rapor.
c) Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan
Program perbaikan dan pengayaan dalam pengajaran sangat
diperlukan dalam rangka pelaksanaan pola belajar tuntas.
Ketuntasan belajar adalah pencapaian taraf penguasaan
minimal yang ditetapkan bagi setiap unit bahan pelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan dasar
mengajar guru memiliki aspek-aspek diantaranya keterampilan bertanya,
keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi,
keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
keterampilan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan
mengelola kelas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan dan
keterampilan mengevaluasi. Pada peneitian ini peneliti menggunakan aspek yang
diungkapkan oleh Usman (2013), karena aspek-aspek keterampilan dasar
mengajar yang dikemukakan telah dijelaskan secara rinci dan sesuai dengan data
yang didapat. Aspek tersebut meliputi keterampilan bertanya, keterampilan
memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan
menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas,
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.
27
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketrampilan Mengajar
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi ketrampilan mengajar
seorang guru, yaitu menurut Borich (dalam Sukandi, 2011), menyatakan ada
empat hal yang mempengaruhi ketrampilan guru dalam mengajar.
a) Karakteristik Kepribadian
Karakteristik kepribadian tersebut adalah sebagai berikut:
1) Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi menurut Mangkunegara (2011), adalah suatu
dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan
suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai
pretasi dengan predikat terpuji. Adanya motivasi berprestasi yang
tinggi akan meningkatkan hasil kerja atau kinerja guru dimana guru
akan mempunyai semangat, keinginan dan energi yang besar dalam
diri individu untuk bekerja semaksimal mungkin.
2) Ketepatan (directness)
Seorang guru/dosen yang tugas pokoknya adalah mengajar benar-
benar memahami macam-macam metode mengajar, prinsip-prinsip
penentuan metode mengajar itu secara komprehensif mengenai
aplikasinya dalam proses pembelajaran, maka tujuan pembelajaran
akan tercapai sebagaimana harapan guru/dosen dan peserta didik
secara timbal balik (Marwiyah, 2010). Guru yang terbuka secara
psikologis biasanya ditandai dengan kesediannya yang relatif tinggi
untuk mengkonsumsikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antar
28
siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja
(Syah, 2008).
3) Fleksibilitas
Guru yang fleksibilitas pada umumnya ditandai dengan keterbukaan
berpikir dan beradaptasi. Selain, itu guru juga memiliki resistensi
(daya tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur
(terlampau dini) pengamatan dan pengalaman (Syah, 2008).
b) Sikap
Sikap tersebut adalah sebagai berikut:
1) Motivasi Untuk Mengajar
Motivasi mengajar adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau
semangat untuk melaksanakan pembelajaran. Motivasi mengajar adalah
besar kecilnya usaha yang diberikan seseorang untuk melaksanakan
tugas-tugas pekerjaannya dalam melaksanakan pembelajaran.
2) Empati Terhadap Siswa
Guru empati dapat membayangkan perasaan dan pikiran siswa menurut
persepsi mereka, bukan menurut persepsi guru. Misalnya, dalam proses
pembelajaran sesuai dengan alam pikir perasaan siswa, bukan sesuai alam
pikir dirinya. Hal ini tercermin dalam bahasa yang digunakan dan cara
memperlakukan siswa. Guru empati berbeda dengan guru biasa dalam
memperlakukan siswa-siswanya.
29
3) Komitmen
Ching dan Kee (2012), mengungkapkan bahwa komitmen mengajar guru
adalah salah satu kunci ikatan psikologis antara guru dengan pekerjaannya
sebagai pengajar. Komitmen mengajar guru memengaruhi kualitas, nilai,
sikap dan keterampilan yang dimiliki guru.
c) Pengalaman
Pengalaman tersebut antara lain meliputi lama mengajar, pengalaman
mengajar suatu materi, dan pengalaman mengajar terhadap kelas tertentu.
d) Bakat atau prestasi
Bakat atau prestasi tersebut adalah skor tes pada kemampuan, indeks prestasi
dan hasil evaluasi mengajar.
Menurut Dadang (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan
mengajar adalah sebagai berikut :
1) Kesesuaian (relevant)
Kesesuaian atau relevent yaitu dalam memilih dan menentkkan unsur-unsur
jenis ketrampilan dasar mengajar yang akan dilaksanakan harus
memperhatikan kesesuaian dengan seluruh komponen pembelajaran.
2) Kreativitas dan inovatif
Kreativitas dan inovasi dalam menentukkan unsur-unsur keterampilan dasar
mengajar yang sangat diperlukan agar suasanan pembelajaran selalu menarik
dan menyenangkan bagi siswa.
3) Ketepatan
30
Penggunaan unsur ketrampila dasar mengajar dimaksudkan untuk
menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Oleh karena itu,
saat menentukkan unsur keterampilan dasar mengajar yang akan digunakan
harus memperhatikan aspek ketepatan atau akurasi agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai sesuai yang diharapkan.
4) Kebermanfaatan
Keterampilan dasar mengajar yang digunakan harus dapat menambah nilai
manfaat dari proses pembelajaran dari siswa agar siswa mengalami
kebermaknaan selama proses pembelajaran untuk dapat mengembangkan
potensi dirinya dan untuk menciptakan kualitas pembelajaran yang baik.
5) Membangkitkan perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan unsur penting selama proses pembelajaran
sehingga keterampilan dasar mengajar yang digunakan harus dapat menjaga
perhatian dan motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran yang
sedang berlangsung.
6) Menyenangkan
Guru harus dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa. Hal
ini dapat mempengaruhi semangat dan daya tahan siswa selama menjalani
proses pembelajaran sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran dan
mengembangkan potensi diri.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
mengajar guru memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu
karakteristik kepribadian, sikap, pengalaman, bakat, kesesuaian, kreativitas,
31
ketepatan, kebermanfaatan, membangkitkan perhatian dan motivasi,
menyenangkan. Dari beberapa faktor yang telah diungkapkan oleh beberapa
tokoh, peneliti mengambil salah satu faktor yang diungkapkan menurut Borich
(dalam Sukandi, 2011), yaitu karakteristik kepribadian seperti motivasi
berprestasi, ketepatan dan fleksibilitas. Peneliti mengambil motivasi berprestasi
sebagai variabel independent. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi akan
melakukan suatu aktivitas lebih baik, lebih efisien, lebih cepat, dan lebih
bersemangat dan bertanggungjawab (Singer dalam Firmansyah, 2009). Tinggi
rendahnya keterampilan mengajar dipengaruhi oleh tinggi rendahnya motivasi
berprestasi yang dimiliki setiap guru (Sardiman, 2008).
B. Motivasi Berprestasi
1. Pengertian Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi menurut Mangkunegara (2009), adalah suatu
dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu
kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai pretasi dengan
predikat terpuji. Adanya motivasi berprestasi yang tinggi akan meningkatkan
hasil kerja atau kinerja guru dimana guru akan mempunyai semangat,
keinginan dan energi yang besar dalam diri individu untuk bekerja
semaksimal mungkin.
Menurut McClelland (dalam Dyah, 2012), motivasi berprestasi
didefinisikan sebagai usaha mencapai sukses atau berhasil dalam kompetisi
dengan suatu ukuran keunggulan yang dapat berupa prestasi orang lain
maupun prestasi sendiri. Senada dengan pendapat di atas, Santrock (2012),
32
menjelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk
menyelesaikan sesuatu untuk mencapai suatu standar kesuksesan, dan untuk
melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
berprestasi merupakan usaha atau keinginan untuk menyelesaikan sesuatu
dengan sukses dan berhasil dalam mencapainya dan agar mencapai pretasi
dengan predikat baik.
2. Aspek-aspek Motivasi Berprestasi
Berdasarkan teori David McClelland yang dikembangkan oleh Tim
Achievment Motivation Training (AMT) (dalam Usman, 2008),
mengemukakan karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi, yaitu :
a) Bertanggung jawab atas segala perbuatannya
Wursanto (2005), mengatakan bahwa tanggung jawab atau
responsibility merupakan kewajiban seseorang untuk melakukan
pekerjaan atau tugas yang telah dibebankan kepadanya.
b) Berusaha mencari umpan balik atas perbuatannya
Seseorang yang mempunyai kebutuhan prestasi tinggi, pada umumnya
lebih mengumpulkan semua informasi akan hasil-hasil yang
dikerjakannya. Informasi tersebut merupakan umpan balik yang bisa
memperbaiki prestasinya dikemudian hari sangat dibutuhkan oleh
orang tersebut.
33
c) Berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan
Menurut Munandar (2014), sifat berani mengambil resiko yaitu tidak
menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan hal-hal yang tidak
konvensional atau tidak terstruktur. Ciri yang dimiliki pada aspek
berani mengambil resiko yaitu, mempertahankan pendapatnya sendiri,
berani tidak diterima orang lain, mampu menyampaikan persetujuan
atau ketidaksetujuannya, mempunyai berbagai pendekatan dalam
menyelesaikan tugas, menerima kritik dari orang lain, dan melakukan
berbagai cara untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
d) Berusaha melakukan sesuatu yang kreatif dan inovatif
Menurut Levitt (dalam Astuti, 2013), kreativitas adalah memikirkan
hal-hal baru (thinking new things) sedangkan inovasi adalah
melaksanakan hal-hal baru (doing new things). Secara singkat
kreativitas dan inovasi merupakan kegiatan berpikir dan
melaksanakan hal-hal baru atau hal-hal lama dengan cara baru.
e) Pandai mengatur waktu
Manajemen waktu atau pengaturan waktu adalah usaha untuk
memanfaatkan setiap bagian waktu untuk melakukan aktivitas yang
telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu suatu pekerjaan atau
aktivitas harus sudah diselesaikan.
34
f) Bekerja keras dan bangga atas hasil yang telah dicapai
Suatu sikap kerja yang penuh dengan motivasi untuk mendapatkan
yang diinginkan. Dalam menumbuhkan sikap kerja keras ada beberapa
hal yang perlu dimiliki yaitu memiliki sikap pantang menyerah,
adanya tujuan, tekun dalam usaha.
Menurut Atkinson (dalam Valentino, 2007), motivasi berprestasi memiliki
aspek-aspek meliputi:
a) Need to achiev (keinginan untuk meraih sesuatu)
Yaitu indikator yang menunjukkan adanya keinginan untuk meraih
sesuatu baik prestasi maupun keberhasilan.
b) Need to avoid failure (keinginan untuk menghindari kegagalan)
Yaitu indikator yang menunjukkan adanya usaha-usaha individu
untuk menghindari kegagalan maupun tantangan agar dapat meraih
keberhasilan.
c) Perceived self-efficacy (keyakinan yang kuat)
Yaitu indikator perilaku individu yang menunjukkan keyakinan
kuat atau kepercayaan diri untuk meraih prestasi.
Berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh para ahli disimpulkan
bahwa aspek-aspek motivasi berprestasi sebagai berikut bertanggung jawab atas
segala perbuatannya, berusaha mencari umpan balik atas perbuatannya, berani
mengambil resiko dengan penuh perhitungan, berusaha melakukan sesuatu yang
kreatif dan inovatif, pandai mengatur waktu, bekerja keras dan bangga atas hasil
yang telah dicapai, need to achiev, need to avoid failure, dan perceived self-
35
efficacy. Dari aspek-aspek di atas peneliti menggunakan aspek yang diungkapkan
oleh McClelland (dalam Usman, 2008), yaitu bertanggung jawab atas segala
perbuatannya, berusaha mencari umpan balik atas perbuatannya, berani
mengambil resiko dengan penuh perhitungan, berusaha melakukan sesuatu yang
kreatif dan inovatif, pandai mengatur waktu, bekerja keras dan bangga atas hasil
yang telah dicapai. Hal ini karena materi yang terkandung proporsional untuk
seorang guru. Aspek-aspek tersebut banyak digunakan untuk penelitian
sebelumnya.
C. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Keterampilan
Mengajar Pada Guru Honorer
Motif adalah apa yang menggerakan seseorang untuk bertindak dengan
cara tertentu atau sekurang-kurangnya mengembangkan suatu kecenderungan
perilaku tertentu. Dorongan untuk bertindak ini dapat dipicu (touched off) oleh
suatu rangsangan luar, atau lahir dari dalam diri orang itu sendiri dalam proses
fisiologis dan pemikiran individu itu (Kompri, 2016).
Motivasi berprestasi pada guru dapat didefinisikan sebagai unsur yang
membangkitkan, mengarahkan dan mendorong seseorang guru untuk melakukan
tindakan dan mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya untuk
mencapai tujuan pendidikan (Mangkunegara, 2009). Motivasi berprestasi ini yang
menyebabkan seseorang guru untuk bersemangat dalam menjalankan tugas
sebagai pendidik terutama sebagai pengajar karena telah terpenuhi kebutuhannya
untuk berprestasi. Guru yang mempunyai motivasi berprestasi akan mempunyai
tanggung jawab tinggi dalam memberikan ilmu pengetahuan, sehingga seorang
36
guru akan bekerja dengan antusias dan sebaik mungkin mengerahkan segenap
kemampuan dan keterampilan mengajarnya guna mencapai tujuan agar ilmu
pengetahuan tersampaikan dengan jelas dan mendapatkan prestasi yang optimal
(Astuti, 2013).
Motivasi berprestasi dapat menumbuhkan rasa bangga terhadap pekerjaan.
Individu yang merasa pekerjaannya merupakan pusat dari harga dirinya akan
selalu bangga dengan pekerjaan yang dimilikinya, sebab pekerjaan itu mewakili
harga dirinya (Gibson, 2011). Perasaan bangga terhadap pekerjaan akan memicu
munculnya semangat kerja yang tinggi, berusaha menunjukkan hasil kerja yang
produktif dan mencintai pekerjaan dengan sepenuh hati. Sebaliknya, individu
yang kurang bangga terhadap pekerjaannya akan cenderung kurang memiliki
semangat kerja, bertingkah masa bodoh dan kurang produktif dalam bekerja.
Seorang guru yang mempunyai semangat kerja yang tinggi, akan cenderung
dalam dirinya memiliki motivasi yang tinggi pula, motivasi yang tinggi tersebut
yang akan menyebabkan guru tersebut memiliki keterampilan mengajar yang
tinggi pula dan lebih kreatif (Mulyasa, 2016).
Menurut McClelland (dalam Usman, 2008), motivasi berprestasi
merupakan keinginan untuk melakukan sebaik-baiknya bukan hanya demi
memperoleh penghargaan sosial atau prestise, melainkan mencapai kepuasan
batin dalam dirinya sehingga nantinya dalam pekerjaannya akan bekerja dengan
sepenuh hati, bertanggung jawab serta mencintai pekerjaannya. Pendapat tersebut
dapat dijadikan sebagai satu acuan bahwa motivasi berprestasi seorang guru
dipengaruhi oleh suka dan tidak sukanya seorang guru terhadap pekerjaannya.
37
Seorang guru yang bekerja secara terpaksa dan hanya berorientasi hanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup, cenderung kurang memiliki motivasi berprestasi.
Fenomena ini terlihat seperti seorang guru yang sering datang terlambat, bekerja
sekehendak hatinya, sering melanggar peraturan, tidak memiliki keterampilan dan
kreativitas dalam mengajar, hal lain yang juga berpengaruh adalah acuh terhadap
umpan balik terhadap perbuatannya. Seorang guru yang acuh terhadap umpan
balik terhadap pekerjaannya akan berprengaruh pula pada keterampilan mengajar
guru tersebut di kelas. Pendapat tersebut sesuai dengan Tim Achievment
Motivation Training (AMT) (dalam Usman, 2008), bahwa seseorang yang
mempunyai kebutuhan prestasi tinggi, akan mengumpulkan umpan balik yang
bisa memperbaiki prestasinya dikemudian hari.
Yuddy (2016), berpendapat bahwa agar seorang guru dapat menghasilkan
karya kreatif dan bermakna yaitu dengan berani mengambil resiko dengan penuh
perhitungan. Pernyataan tersebut sejalan dengan Munandar (2014), yaitu sifat
berani mengambil resiko tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan hal-hal
yang tidak konvensional atau tidak terstruktur. Ciri-ciri guru yang memiliki
motivasi berprestasi dengan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan
yaitu guru yang dapat mengembangkan kemampuan keterampilan dalam
mengajar, memiliki keterampilan menjelaskan yang berbeda dengan guru yang
lain, pengelola kelas yang baik dan dapat menguatkan siswa-siswanya.
Motivasi berprestasi sangat terkait dengan karakteristik seorang guru.
Menurut McClelland (dalam Usman, 2008), guru yang mempunyai sikap kerja
yang positif, semangat yang tinggi cenderung berusaha melakukan sesuatu secara
38
inovatif dan kreatif, banyak gagasan dan mampu mewujudkan gagasan dengan
baik, pandai mengatur waktu, berani mengambil resiko dan bangga dengan hasil
yang telah dicapai. Sebaliknya, jika seorang guru mempunyai sikap kerja yang
negatif maka hal tersebut akan berkait dengan keterampilan guru tersebut di dalam
kelas seperti keterampilan membuka dan menutup pelajaran dan keterampilan
menjelaskan yang tidak berubah, rendahnya keterampilan penguatan dan
keterampilan variasi serta tidak dapat mengelola kelas dengan baik.
Seorang pengajar atau guru yang mempunyai motivasi berprestasi yang
tinggi maka pengajar tersebut memiliki pula kemampuan ketrampilan dasar
mengajar yang dapat dikembangkan oleh pengajar tersebut dengan penuh
dorongan dan tidak mudah menyerah (Hasibuan & Moedjiono, 2006). Hal
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sholeh (2008), tentang
hubungan antara minat terhadap profesi guru dan motivasi berprestasi dengan
keterampilan mengajar mendapatkan hasil adanya hubungan yang positif antar
variabel.
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa guru
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki keterampilan mengajar yang
tinggi pula, yang berarti motivasi berprestasi memiliki hubungan dengan
ketrampilan mengajar pada guru.
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian teori-teori yang telah dikemukakan di atas, maka
dalam penelitian ini, diajukan hipotesis sebagai berikut : “Ada hubungan yang
positif antara motivasi berprestasi dengan keterampilan mengajar pada guru
39
honorer” yaitu semakin tinggi motivasi berprestasi maka semakin tinggi pula
keterampilan mengajar pada guru honorer dan begitu pula sebaliknya semakin
rendah motivasi berprestasi maka semakin rendah pula keterampilan mengajar
pada guru honorer.