7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
1. Pengertian Demam Berdarah Dengue
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung
meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD merupakan sumber
penyakit menular yang terutama menyerang anak – anak (Kunoli, 2013 : 81).
Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan
kematian terutama pada anak, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau
wabah. Penyakit ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat vius dengue.
Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak sakit, yaitu jika
mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue (Hadinegoro, 2002 : 15)
2. Cara Penularan Penyakit DBD
Cara penularan penyakit DBD disebakan oleh tiga faktor utama, yaitu
virus, manusia, dan nyamuk. Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk aedes
aegypti (didaerah perkotaan) dan aedes albopictus (daerah pedesaan). Nyamuk
yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat
menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya).
Menurut laporan terakhir, virus dapat pula ditularkan secara transovarial dari
nyamuk ketelur-telurnya (Widoyono, 2011 : 72).
8
Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8 – 10 hari terutama
dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus
dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus
ini akan berkembang selama 4 – 6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit
demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia
dan berada dalam darah selama satu minggu (Widoyono, 2011 : 73).
Orang yang di dalam tubuhnya terdapat vius dengue tidak semuanya akan
sakit deman berdarah dengue. Ada yang mengalami demam ringan dan sembuh
dengan sendirinya, atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi
semuanya merupakan pembawa virus dengue selama satu minggu, sehingga dapat
menularkan kepada orang lain diberbagai wilayah yang ada nyamuk penularnya.
Sekali terinfeksi, nyamuk menjadi infektif seumur hidupnya (Widoyono, 2011 :
73).
3. Tanda dan Gejala Penyakit DBD
Tanda dan gejala yang dialami penderita penyakit DBD pada umumnya
yaitu :
a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 0C – 40 0C).
b. Manifestasi pendarahan (hidung, gusi, mimisan, kulit lengan).
c. Hematomegali (pembesaran hati).
d. Syok, tekanan nadi kurang dari 20 mmHg, tekanan sistolik sampai
kurang dari 80 mmHg.
e. Trombositopeni, pada hari ke 3 – 7 ditemukan trombosit dibawah
100.000 / mm3.
9
f. Gejala klinik lain : lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, kejang dan
sakit kepala. (Zulkoni, 2010 : 169)
Kriteria diagnosis DBD menurut WHO, 1997 yaitu :
a. Kriteria klinis
1) Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan belangsung
terus menerus selama 2 – 7 hari.
2) Terdapat manifestasi perdarahan.
3) Pembesaran hati
4) Syok.
b. Kriteria laboratoris
1) Trombositopenia (≤ 100.000/mm3).
2) Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit ≥ 20%.
Seorang pasien dinyatakan menderita penyakit DBD bila terdapat minimal
2 gejala klinis yang positif dan 1 hasil laboratorium yang positif. Bila gejala dan
tanda tersebut kurang dari ketentuan di atas maka pasien dinyatakan menderita
demam dengue (Kunoli,2013 : 84)
B. Nyamuk Aedes aegypti
1. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk penular deman berdarah adalah aedes aegypti dan aedes
albopictus. Nyamuk ini berwarna belang hitam putih, tersebar di daerah tropis,
tetapi berasal dari afrika. Nyamuk aedes dapat dibedakan dari jenis nyamuk
umum lainnya dengan melihat ujung abdomen (perut) meruncing, dan mempunyai
sersi tidak mempunyai rambut spiracular. Aedes yang berperan sebagai vektor
penyakit, semuanya tergolong subgenus stegomyia, dengan ciri-ciri tubuhnya
10
bercorak belang hitam putih pada toraks (dada), abdomen (perut) dan tungkak
(kaki). Corak ini merupakan sisik yang menempel di luar tubuh nyamuk. Corak
putih pada dorsal dada (punggung) aedes aegypti berbentuk seperti siku yang
berhadapan (lyre-shaped) (Sigit dan Hadi, 2006 : 32)
Nyamuk aedes aegypti berkembang biak dalam tempat penampungan air
yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, tempayan, drum, vas bunga, dan
barang bekas yang dapat menampung air hujan di daerah urban dan suburban.
(Sigit dan Hadi, 2006 : 32).
2. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes mengalami empat tahapan dalam siklus hidupnya, yaitu
telur, jentik, kepompong dan nyamuk.
Gambar 2.1
Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti
(Sumber : http://dosenbiologi.com/wp-content/uploads/2015/10/daur-hidup-
nyamuk.jpg)
a. Telur
Telur aedes berwarna hitam, oval dan diletakkan di dinding wadah air,
biasanya di bagian atas permukaan air. Apabila wadah air ini mengering , telur
bisa tahan (dorman) selama beberapa minggu atau bahkan bulan. Ketika wadah air
11
tersebut berisi air lagi dan menutup seluruh bagian telur, maka ia akan menetas
menjadi jentik (Sigit dan Hadi, 2006 : 33). Rata – rata setiap bertelur, nyamuk
betina meletakkan 100 butir telur. Setelah 2 hari telur menjadi larva dan setelah 4
kali pengelupasan kulit, tumbuh menjadi pupa dan akhirnya jadi dewasa.
Pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa berlangsung dalam waktu kira –
kira 9 hari (Safar, 2010 : 251).
b. Jentik
Jentik nyamuk Aedes terdiri dari kepala, torak dan abdomen. Diakhir
Abdomen terdapat sifon. Panjang sifon ¼ panjang abdomen. Dalam posisi
istirahat jentik terlihat menggantung dari permukaan air dengan sifon dibagian
atas. Pertumbuhan jentik menjadi kepompong selama 6 – 8 hari, terdiri atas empat
instar, yaitu instar 1, 2, 3 dan 4 (Kemenkes RI, 2013 : 5).
Jentik nyamuk tidak berlengan, dadanya lebih lebar dari kepalanya.
Kepalanya berkembang baik dengan sepasang antena dan mata majemuk, serta
sikat mulut yang menonjol. Perutnya terdiri atas 9 ruas yang jelas, dan ruas
terakhir dilengkapi dengan tabung udara (sifon) yang bentuknya silinder.
Perbedaan antara kedua jenis jentik aedes hanya bisa dilihat dibawah mikroskop,
dengan melihat pentuk pekten sifon, dan comb pada ruas terakhir perut. Stadium
jentik ini adalah stadium makan bagi seekor nyamuk. Jentik dalam kondisi yang
sesuai akan berkembang dalam waktu 6-8 hari, dan berubah menjadi pupa
(kepompong) berbentuk seperti koma (Sigit dan Hadi, 2006 : 33).
c. Kepompong
Pupa atau kepompong nyamuk aedes aegypti berbentuk seperti koma.
Kepala dan dadanya dilengkapi dengan sepasang terompet pernafasan. Stadium
12
pupa ini adalah stadium tidak makan. Bila terganggu dia akan bergerak naik turun
di dalam wadah air. Dalam waktu kurang lebih dua hari, dari pupa akan munculah
nyamuk dewasa. Jadi total siklus hidup bisa diselesaikan dalam waktu 9 – 12 hari
(Sigit dan Hadi, 2006 : 33).
d. Nyamuk Dewasa
Nyamuk dewasa jantan umumnya hanya tahan hidup selama 6 sampai 7
hari, dan makanannya adalah cairan tumbuhan atau nektar, sedangkan nyamuk
betina dapat mencapai 2 minggu lebih di alam dan nyamuk betina memerlukan
(menghisap) darah untuk produksi telur – telurnya (Sigit dan Hadi, 2006 : 29).
Nyamuk jantan setelah kawin akan istirahat, dia tidak menghisap darah tetapi
cairan tumbuhan. Nyamuk betina menggigit dan menghisap darah orang. Aktivitas
menggigit nyamuk ini adalah siang hari, yaitu pagi hari dan sore hari. Nyamuk
lebih suka menggigit daerah yang terlindung seperti rumah kita. Mereka tidak
akan terbang jauh , hanya sekitar 50 – 100 meter, kecuali kalau terbawa angin
kencang. Apabila sudah menghisap darah nyamuk ini akan istirahat di tempat –
tempat yang gelap dan sejuk, sampai proses penyerapan darah untuk
perkembangan telur selesai setelah itu dia akan mencari tempat yang berair dan
bertelur. Setelah bertelur nyamuk akan mulai mencari darah lagi untuk siklus
bertelur berikutnya (siklus gonotrofik). Proses ini berlangsung setiap 2 – 3 hari
untuk daerah tropis seperti Indonesia (Sigit dan Hadi, 2006 : 33).
3. Sifat – Sifat Nyamuk Aedes aegypti
a. Pola aktivitas nyamuk aedes aegypti
Nyamuk aedes agypti bersifat diurnal yakni aktif pada pagi hingga siang
hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina, karena hanya nyamuk
13
betina yang menghisap darah. Hal itu dilakukan untuk memperoleh asupan protein
antara lain prostaglandin yang diperlukan untuk bertelur. Nyamuk aedes agypti
menyukai areal yang gelap dan benda – benda berwarna hitam atau merah
(Ginanjar, 2007 : 23)
b. Tempat Bertelur
Nyamuk aedes aegypti sangat suka tinggal dan berkembang biak di
genangan air yang tidak berkontak langsung dengan tanah. Vektor penyakit DBD
ini diketahui banyak bertelur di genangan air pada sisa – sisa kaleng bekas, tempat
penampungan air, bak mandi, ban bekas dan sebagainya. Setiap hari nyamuk
aedes betina dapat bertelur rata – rata 100 butir. Telur aedes aegypti tahan
terhadap kondisi kekeringan, bahkan bisa bertahan hingga satu bulan dalam
keadaan kering, jika terendam air telur kering dapat menetas menjadi larva
(Ginanjar, 2007 : 21,26)
c. Perilaku Menghisap Darah
Nyamuk aedes betina mengisap darah manusia pada waktu siang hari,
dengan puncak kepadatan nyamuk pada jam 08.00-10.00 dan jam 15.00 –17.00.
Nyamuk betina menghisap darah yang dipergunakan untuk pematangan telur.
Untuk mengenyangkan perutnya, nyamuk aedes dapat menghisap darah beberapa
kali dari 1 orang atau lebih, sehingga potensi untuk menularkan penyakit demam
berdarah semakin banyak. Nyamuk aedes aegypti lebih banyak menghisap darah
manusia di dalam rumah, sedangkan nyamuk aedes albopictus lebih banyak
mengisap darah di luar rumah (Kemenkes RI, 2014 : 33).
14
d. Perilaku Istirahat
Nyamuk aedes setelah mengisap darah akan beristirahat untuk proses
pematangan telur, setelah bertelur nyamuk beristirahat untuk kemudian menghisap
darah kembali. Nyamuk aedes aegypti lebih menyukai beristirahat di tempat yang
gelap, lembab, tempat tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk
kolong tempat tidur, kloset, kamar mandi dan dapur. Selain itu juga bersembunyi
pada benda-benda yang digantungkan seperti baju, tirai dan dinding. Walaupun
jarang, bisa ditemukan di luar rumah, di tanaman atau tempat terlindung lainnya.
Sedangkan nyamuk Aedes albopictus jarang ditemukan beristirahat di dalam
rumah. Kebiasaan istirahat nyamuk Aedes albopictus beristirahat di luar rumah,
seperti di tanaman, rerumputan, tanaman kering, dan lain-lain (Kemenkes RI,
2014 : 34).
e. Jarak terbang
Nyamuk aedes aegypti memiliki kemampuan jarak terbang mencapai
radius 100 – 200 meter (Hastuti, 2008 : 9).
C. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)
Timbulnya suatu penyakit dapat di terapakan melalui konsep segitiga
epidemiologi, yaitu adanya agent, host, dan Lingkungan. (Ariani, 2016)
1. Agent (Virus Dengue)
Agent penyebab utama penyakit DBD berupa virus atau suatu substansi
elemen tertentu yang kurang kehadirannya atau tidak hadirnya dapat
menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit atau dikenal ada
empat virus Dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4.
15
Virus ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7
hari virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut penderita
merupakan sumber penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
2. Host (Penjamu)
Faktor utama adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang
dapat mempengaruhi timbulnya serta pelayanan suatu penyakit. Faktor-faktor
yang mempengaruhi manusia dalam penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
yaitu:
3. Lingkungan (Environment)
Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) atau dikebal dengan kondisi dan pengaruh-pengatuh luar yang
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi.
D. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Berikut ini beberapa langkah-langkah pemberantasan Demam Berdarah
Dengue (DBD) yang bisa diterapkan yang disebut dengan Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di antaranya : (Ariani, 2016)
1. Pencegahan primer
Pencegahan tingkat pertama merupakan suatu upaya untuk
mempertahankan orang yang sehat tetap sehat atau mencegah orang yang sehat
menjadi sakit. Sebelum ditemukannya vaksin terhadap virus Demam Berdarah
Dengue (DBD), pengendalian vector adalah satu-satunya upaya yang diandalkan
dalam mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD). Secara garis besar ada cara
pengendalian vektor yaitu:
16
a. Fisik
Cara ini yaitu memakai kelambu, menguras bak mandi menutup Tempat
Penampungan Air (TPA), mengubur sampah, memasang kawat anti nyamuk,
menimbun genangan air dan membersihkan rumah. Bila Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) dilakukan oleh seluruh masyarakat,
maka populasi nyamuk Aedes Aegypti dapat ditekan serendah rendahnya,
sehingga penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) tidak terjadi lagi.
Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan, karena keberadaan jentik
nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat.
1) Memakai kelambu di ranjang tidur. Kelambu berfungsi agar
nyamuk tidak mengganggu kualitas tidur dan tidur lebih nyenyak
tanpa digigit nyamuk. Terutama jika ibu mempunyai balita maka
akan terhindar dari Demam Berdarah Dengue (DBD).
Gambar 2.2
Memakai Kelambu
(Sumber: detikriau.org,2016)
2) Menguras bak mandi dilakukan secara teratur dan rutin seetiap
seminggu sekali agar tidak ada jentik nyamuk
17
Gambar 2.3
Menguras Bak Mandi
(Sumber : Kedirikota.go.id, 2014)
3) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air yang ada dirumah.
Penampungan air menjadi salah satu tempat berkembangbiak yang
digemari nyamuk. Oleh karena itu, tutup rapat tempat penampungan
air.
Gambar 2.4
Menutup Tempat Penampungan Air
(Sumber : PMR Gantiwarno, 2016)
4) Mengubur sampah yang dapat menampung air. Sampah yang tidak
didaur ulang dan menumpuk di perkarangan rumah akan
menyebabkan berkembangbiaknya jentik nyamuk. Segera tutup
lubang sampah yang sekiranya dapat menampung air.
18
Gambar 2.5
Mengubur Sampah
(Sumber : PMR Gantiwarno, 2016)
5) Memasang kawat anti nyamuk di seluruh ventilasi rumah. Kawat
nyamuk sangat berfungsi sebagai pertukaran udara dan mencegah
agar nyamuk tidak masuk ke dalam rumah. Rumah yang sehat sangat
mengutamakan udara yang sehat pula.
Gambar 2.6
Memasang Kawat Anti Nyamuk
(Sumber: http://gordenminimalis.net/kawat-nyamuk/)
6) Menimbun genangan air di lingkungan rumah. Nyamuk suka
berkembangbiak di genangan-genangan air. Karena itu pastikan
19
tidak ada genangan air di sekitar rumah. Periksa benda-benda yang
berpotensi menjadi tempat genangan air.
Gambar 2.7
Menimbun Genangan Air
(Sumber: http://www.spiderkerala.net/resources/7497-infections-caused-during-
rainy-season.aspx/)
7) Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan rumah di sekitar
rumah. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan menjadi salah
satu faktor penting yang bisa menjauhkan rumah Anda dari serangan
nyamuk penyebab penyakit. Oleh karena itu, usahakan untuk selalu
menciptakan lingkungan rumah yang bersih dan sehat. Pangkaslah
tanaman rimbun dan rumput liar yang juga menjadi tempat yang
sangat disukai oleh nyamuk.
Gambar 2.8
Menjaga Kebersihan Rumah
(Sumber : http://ejudy.duckdns.org/gambar-kartun-keluarga-membersihkan-
rumah-4558.html#).
20
b. Kimia
Cara memberantas Aedes Aegypti dengan menggunakan insektisida
pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal dengan istilah larvasida. Cara
ini dikenal dengan 4 M yaitu menyemprotkan cairan pembasmi nyamuk,
mengoleskan lotion nyamuk, ,emaburkan serbuk abate, mengadakan fogging.
Pada pengendalian kimia digunakan insektisida yang ditunjukan pada nyamuk
dewasa atau larva.
1) Menyemprotkan cairan pembasmi nyamuk di bagian dalam
rumah. Cairan pembasmi nyamuk salah satu alternative yang bisa
digunakan untuk mengusir nyamuk. Semprotkan cairan pembasmi
nyamuk beberapa jam sebelum tidur di kamar.
Gambar 2.9
Menyemprotkan Cairan Pembasmi Nyamuk
(Sumber : http://lingkar8.co.id/2017/04/12/dinkes-kotamobagu-waspadai-
ancaman-dbd/)
2) Mengoleskan lotion anti nyamuk, terutama yang mengandung N-
diethylmetatoluamide (DEET) yang terbukti efektif. Namun jangan
gunakan broduk ini pada bayi yang masih berusia di bawah dua
tahun. Bagi yang memiliki kulit sensitif, pemakaian lotion anti
21
nyamuk tidak disarankan karena berpotensi menimbulkan reaksi
iritasi hingga alergi.
Gambar 2.10
Mengoleskan Lotion Anti Nyamuk
(Sumber : https://www.wikihow.com/Treat-Malaria)
3) Menaburkan serbuk Abate agar jentik-jentik nyamuk mati. Abate
adalah nama dagang dari temefos, suatu insektisida golongan
organofosfat yang efektif membunuh larva nyamuk atau insekta air
lainnya. Abate berbentuk bubuk Kristal padar dan segera larut saat
dimasukkan ke dalam air. (Hidayat, 2009)
Gambar 2.11
Menaburkan Serbuk Abate
(Sumber : Hidayat, 2009).
22
4) Mengadakan fogging untuk mensterilkan lingkungan dari nyamuk
Aedes Aegypti. Sebenarnya tidak hanya nyamuk tetapi juga nyamuk
lainnya dan serangga lainnya.
Gambar 2.12
Mengadakan Fogging
Fogging (pengasapan) adalah salah satu
cara atau tindakan yang dilakukan untuk
membasmi nyamuk Aedes Aegypt,
penyebab penyakit demam berdarah.
Fogging ternyata hanya bisa membasmi
nyamuk dewasa. Sedangkan fogging
tidak bisa membasmi benih nyamuk.
(Sumber : Hidayat, 2009).
c. Biologi
Pengendalian biologis dilakukan dengan menggunakan kelompok hidup,
baik dari golongan mikroorganisme hewan invertebrata atau vertebrata. Sebagai
pengendalian hayati dapat berperan sebagai pathogen, parasit dan pemangsa.
Pemberantasan jentik nyamuk Aedes Aegypti secara biologi dapat
dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi,
ikan cupang, atau tempalo, dan lain-lain). Dapat digunakan Bacillus
Thruringiensis var Israeliensi (Bti). Cara ini dikenal dengan 2 M yaitu
memelihara ikan dan menanam bunga.
1) Memlihara ikan cupang di tempat penampungan air atau kolam.
Ikan cupang akan memakan jentik-jentik dan telur-telur nyamuk
23
sampai tidak tersisa. Bisa dimasukkan ke dalam bak mandi, gentong,
drum, dan tempat yang dijadikan sebagai penampungan air.
2) Menanam bunga yang tidak disukai nyamuk. Tanaman hias yang
aromanya tidak disukai oleh nyamuk antara lain Lavender,
Geranium, Zodia. Ageratum, Rosemary dan sebagainya. Selain
membebakan rumah dan lingkungan sekitar dari nyamuk membandel,
tanaman-tanaman hias tersebut akan mempercantik tampilan taman
di rumah.
d. Radiasi
Pengendalian cara radiasi memakai bahan radio aktif dengan dosis tertentu
sehingga nyamuk jantan menjadi mandul. Nyamuk jantan yang telah diradiasi
dilepaskan kea lam bebas. Meskipun nanti nyamuk jantan akan berkopulasi
dengan nyamuk betina, tapi nyamuk betina tidak akan dapat menghasilkan telur
fertile.
2. Pencegahan sekunder
Dalam pencegahan sekunder dilakukan upaya diagnosis dan dapat
diartikan sebagai tindakan yang berupaya untuk mengentikan proses penyakit
pada tingkat permulaan, sehingga tidak akan menjadi lebih parah.
a. Melakukan diagnosis sedini mungkin dan memberikan pengobatan
yang tepat bagi penderita Demam Berdarah Dengue (DBD).
b. Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang menemukan penderita Demam
Berdarah Dengue (DBD) segera melaporkan ke Puskesmas dan Dinas
kesehatan dalam waktu 3 jam.
24
c. Penyelidikan epidemiologi dilakukan petugas Puskesmas untuk
pencarian penderita panas tanpa sebab yang jelas sebanyak 3 orang atau
lebih, pemeriksaan jentik, dan juga dimaksudkan terjadinya penularan
lebih lanjut, sehingga perlu dilakukan fogging focus dengan radius 200
meter dari rumah penderita, disertai penyuluhan.
3. Pencegahan tertier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mencegah kematian akibat penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan melakukan rehabilitasi. Upaya pencegahan
ini dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Ruang gawat darurat
Membuat ruangan gawat darurat khusus untuk penderita Demam Berdarah
Dengue (DBD) di setiap unit pelayanan kesehatan terutama di Puskesmas agar
penderita dapat penanganan yang lebih baik.
b. Transfuse darah
Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti hematemesis dan
malena diindikasikan untuk mendapatkan transfuse darah secepatnya.
c. Mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)
Adapun jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan stratifikasi
daerah rawan seperti:
1) Endemis
Daerah dengan kejadian tiap tahunnya dalam tahun terakhir. Kegiatan
yang dilakukan yang dilakukan adalah fogging Sebelum Musim Penularan (SMP),
abatesasi selektif, Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB), dan penyuluhan kesehatan
kepada masyarakat.
25
2) Sporadic
Daerah yang dalam tahun terakhir terjangkit Demam Berdarah Dengue
(DBD) tetapi tidak setiap tahun. Kegiatan yang dilakukan adalah Pemeriksaan
Jentik Berkala (PJB), dan penyuluhan.
3) Potensial
Daerah yang dalam tahun terakhir tidak terjadi kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) tetapi mempunyai penduduk yang padat dan ditemukan house
index lebih dari 10%. Kegiatan yang dilakukan adalah PJB dan penyuluhan.
4) Bebas
Daerah yang tidak pernah terjadi Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
berada lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut. Kegiatan yang dilakukan
adalah penyuluhan.
E. Faktor yang Berhubungan dengan Demam Berdarah Dengue (DBD)
1. Faktor Intrinsik
a. Ketahanan tubuh
Jika kondisi badan tetap bugar kemungkinannya kecil untuk terkena
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal tersebut dikarenakan tubuh
memiliki daya tahan cukup kuat dari infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri,
parasit atau virus seperti penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Oleh karena
itu, sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada musim hujan dan
parcaroba.
26
b. Stamina
Pada musim terjadinya perubahan cuaca yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan virus Dengue penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal
ini menjadi kesempatan jentik nyamuk berkembangbiaknya menjadi lebih banyak.
Sehingga dibutuhkan stamina yang bagus untuk bisa tetap fit dan terjaga dari
penularan penyakit Demam BErdarah Dengue (DBD).
2. Faktor Ekstrinsik
Faktor ektrinsik merupakan faktor yang datang dari luar tubuh manusia.
Faktor ini tidak mudah dikontrol karena berhubungan dengan pengetahuan,
lingkungan sekolah atau tempat bekerja.
Faktor yang memudahkan seseorang menderita Demam Berdarah Dengue
(DBD) dapat dilihat dari kondisi berbagai tempat berkembangbiaknya nyamuk
seperti di Tempat Penampungan Air (TPA), karena kondisi ini memberikan
kesempatan pada nyamuk untuk hidup dan berkembangbiak. Hal ini dikarenakan
TPA masyarakat dan sanitasi atau kebersihannya.
a. Lingkungan
1) Lingkungan fisik
a) Frekuensi pengurasan kontainer
Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur
sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat
berkembangbiaknya di tempat itu. Bila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh
masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes Aegypti dapat ditekan serendah-
rendahnya, sehingga penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) tidak terjadi lagi.
Kemauan dan tingkat kedisiplinan untuk menguras kontainer pada masyarakat
27
memang perlu ditingkatkan, mengingat bahwa kebersihan air selain untuk
kesehatan manusia juga menciptakan kondisi lingkungan yang bersih.
Dengan lingkungan yang bersih diharapkan dapat menekan terjadinya
berbagai penyakit yang timbul dari lingkungan yang tidak bersih. Kurangnya
frekuensi pengurasan dapat mengakibatkan tumbuhnya jentik nyamuk untuk
hidup dan dapat memicu terjadinya kasus demam berdarah dengue. Oleh karena
itu frekuensi pengurasan yang sebaiknya dilakukan < 1 kali dalam 1 minggu.
b) Ketersediaan tutup pada kontainer
Ketersediaan tutup pada kontainer sangat mutlak diperlukan untuk
menekan jumlah nyamuk yang hinggap pada kontainer, dimana kontainer tersebut
menjadi media berkembangbiak nyamuk Aedes Aegypti. Apabila semua
masyarakat telah menyadari pentingnya penutup kontainer diharapkan keberadaan
nyamuk dapat diberantas, namun konsidi ini tampak belum dilaksanakan secara
maksimal.
c) Kepadatan rumah
Nyamuk Aedes Aegypti merupakan nyamuk yang jarak terbangnya pendek
(100 meter). Oleh karena itu nyamuk tersebut bersifat domestik. Apabila rumah
penduduk saling berdekatan maka nyamuk dapat dengan mudah berpindah dari
satu rumah ke rumah lainnnya.
2) Lingkungan biologi
a) Kepadatan vektor
Kepadatan nyamuk merupakan faktor risiko terjadinya penularan Demam
BErdarah Dengue (DBD). Semakin tinggi kepadatan nyamuk Aedes Aegypti,
semakin tinggi pula risiko masyarakat untuk tertular penyakit Demam Berdarah
28
Dengue (DBD). Hal ini berarti apabila di suatu daerah yang kepadatan nyamuk
tinggi terdapat seseorang penderita DBD, maka masyarakat sekitar tersebut
berisiko untuk tertular. Hal ini dipengaruhi oeleh adanya kontainer baik itu berupa
bak mandi, tempayan, vas bunga, kaleng bekas yang digunakan sebagai tempat
perindukan nyamuk. Maka harus di kurans satu minggu sekali secara teratur dan
mengubur barang bekas.
b) Keberadaan jentik pada kontainer
Keberadaan jentik pada kontainer dapat dilihat dari letak, macam, bahan,
watna, bentuk volume dan penutup kontainer serta asal air yang tersimpan dalam
kontainer sangat mempengaruhi nyamuk Aedes Aegypti betina unntuk
menemukan pilihan tempat bertelur.
Dengan demikian program pemerintah berupa penyuluhan kesehatan
masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
(PSN DBD) dan perlu dukungan luas dari masyarakat dalam pelaksanaannya.
3) Lingkungan sosial
a) Kepadatan hunian rumah
b) Dukungan petugas kesehatan
c) Pengalaman mendapat penyuluhan kesehatan
d) Pekerjaan
e) Pendidikan
f) Pengalaman Sakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
g) Kebiasaan menggantung pakaian
29
b. Umur
Semakin dewasa seseorang akan memiliki vitalitas optimum,
perkembangan intelektual yang matang pada taraf operasional dan penalaran yang
tinggi, sehingga akan memberikan corak perilaku individu.
c. Pengetahuan
Pengetahuan baik dan kurang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti sumber informasi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga, dari
petugas kesehatan, maupun media cetak dan elektronik. Responden memiliki
tingkat pengetahuan baik ternyata memang banyak melakukan praktik PSN DBD
dengan baik bila dibandingkan dengan responpen yang memiliki tingakat
pengetahuan kurang. Dapat dilihat bahwa semakin banyak orang yang
berpengetahuan tinggi tentang DBD dan PSN DBD, maka semakin banyak orang
yang melakukan praktik PSN DBD dengan baik dan berkesinambungan.
d. Sikap
Sikap merukapan faktor yang berperan dalam perilaku kesehatan. Semakin
positif sikap atau pandangan seseorang terhadap sesuatu hal, maka semakin baik
pula tindakan yang dilakukan dalam hal tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap antara lain pengalaman pribadi, orang lain
yang dianggap penting, dan pengaruh kebudayaan.
30
4. Pemberantasan Sarang Nyamuk
Pemberantasan sarang nyamuk atau PSN adalah kegiatan memberantas
telur, jentik, dan pupa nyamuk penyebab DBD di tempat-tempat habitat
perindukannya (Susanti, 2012 dalam Nuryanti, 2013). Dalam menangani penyakit
DBD, peran masyarakat sangat diperlukan. oleh karenanya program
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M plus perlu dilakukan secara
berkala dan terus-menerus setiap tahun khususnya pada musim penghujan
(Depkes RI, 2016).
Adapun program PSN, yaitu (Depkes RI, 2016) :
a. Menguras, menguras tempat yang biasa digunakan sebagai tempat
penampungan air seperti bak mandi, tempat penampungan air minum,
ember air dan lain-lain.
b. Menutup, menutup rapat-rapat TPA seperti drum, toner air, kendi, dll.
c. Mengubur, mengubur dan mendaur ulang barang bekas yang dapat
menjadi tempat genangan air.
Adapun yang dimaksud dengan 3M plus adalah segala bentuk pencegahan
seperti (Depkes RI, 2016):
a. Menaburkan bubuk Abate.
b. Menggunakan obat nyamuk atau lotion anti nyamuk.
c. Menggunakan kelambu saat tidur.
d. Menanam tanaman pengusir nyamuk.
e. Memelihara ikan pemakan jentik.
f. Menghindari kebiasaan menumpuk pakaian atau menggantung pakaian
didalam rumah.
31
F. Kerangka Teori
Kerangka Teori Kejadian DBD Modifikasi Teori Segitiga Epidemiologi
Sumber : Ariani, Ayu. 2016
Pejamu (Host)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
manusia dalam penyakit DBD.
Agent
1. Virus Dengue
Lingkungan (Environment)
1. Letak Gegrafis
2. Musin
Kejadian
Demam
Berdarah
Dengue
32
G. Kerangka Konsep
Kegiatan Penjamu dalam Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) :
1. 3 M (menguras tempat-tempat
penampungan air, menutup rapat
tempat-tempat penampungan air, dan
mengubur barang-barang bekas yang
dapat menampung air hujan)
2. Menggunakan kelambu saat tidur
3. Memasang kawat anti nyamuk
4. Menaburkan serbuk abate
5. Menggunakan obat anti nyamuk atau
lotion
6. Menghindari kebiasaan menumpuk
pakaian atau menggantung pakaian
didalam rumah
Kejadian Demam
Berdarah Dengue
(DBD) di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap
Sukabumi Kelurahan
Sukabumi Kota Bandar
Lampung tahun 2019
33
H. Definisi Operasional
Tabel 3
Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Cara
Pengumpulan
Data
Alat
Ukur
Skala
Ukur Hasil Ukur
1 3 M (menguras tempat-tempat
penampungan air, menutup rapat
tempat-tempat penampungan air,
dan mengubur barang-barang
bekas yang dapat menampung
air hujan)
kegiatan untuk memberantas
tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aygepti dan Aedes
aibopictus dengan 3M secara
teratur dan rutin
Wawancara
Pengamatan
Ceklist Ordinal Ya = melakukan
Tidak = tidak melakukan
2 Menggunakan kelambu saat
tidur
Kelambu yang berfungsi agar
nyamuk tidak mengganggu
kualitas tidur tanpa digigit
nyamuk
Wawancara
Pengamatan
Ceklist Ordinal Ya = menggunakan
Tidak = tidak melakukan
3 Memasang kawat anti nyamuk mencegah agar nyamuk tidak
masuk ke dalam rumah. Rumah
yang sehat sangat mengutamakan
udara yang sehat pula
Wawancara
Pengamatan
Ceklist Ordinal Ada, bersih dan tidak
berlubang
Ada, kotor dan berlubang
Tidak ada
4 Menaburkan serbuk abate di
tempat penampungan air
suatu insektisida golongan
organofosfat yang efektif
Wawancara
Ceklist Ordinal Ya = melakukan
34
membunuh larva nyamuk atau
insekta air lainnya. Abate
berbentuk bubuk Kristal padar
dan segera larut saat dimasukkan
ke dalam air
Pengamatan Tidak = Tidak melakukan
5 Menggunakan lotion anti
nyamuk
Lotion anti nyamuk yang
mengandung N-
diethylmetatoluamide (DEET).
Namun tidak untuk bayi di bawah
umur 2 tahun dan yang memiliki
kulit sensitif.
Wawancara
Ceklist Ordinal Ya = menggunakan
Tidak = Tidak
menggunakan
6 Menghindari kebiasaan
menumpuk pakaian atau
menggantung pakaian didalam
rumah
Kegiatan untuk tidak
membiasakan menumpuk atau
menampung pakaian dalam rumah
agar sarang nyamuk tidak ada.
Wawancara
Ceklist Ordinal Ya = Melakukan
Tidak = Tidak melakukan