BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Umur
a. Pengertian
Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam
satuan waktu di pandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan
derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Nuswantari, 1998).
Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan)
(Hoetomo, 2005). Sedangkan usia ibu hamil adalah usia ibu yang diperoleh melalui
pengisian kuesioner.
Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah
maternal age/usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil
dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari
pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal
meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun (Sarwono, 2008).
Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak
terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi
untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik, emosi,
psikologi, sosial dan ekonomi (Ruswana, 2006).
b. Usia ibu kurang dari 20 tahun
Remaja adalah individu antara umur 10-19 tahun. Penyebab utama kematian
pada perempuan berumur 15-19 tahun adalah komplikasi kehamilan, persalinan, dan
komplikasi keguguran. Kehamilan dini mungkin akan menyebabkan para remaja muda
yang sudah menikah merupakan keharusan sosial (karena mereka diharapkan untuk
membuktikan kesuburan mereka), tetapi remaja tetap menghadapi risiko-risiko
kesehatan sehubungan dengan kehamilan dini dengan tidak memandang status
perkawinan mereka.
Kehamilan yang terjadi pada sebelum remaja berkembang secara penuh,
juga dapat memberikan risiko bermakna pada bayi termasuk cedera pada saat
persalinan, berat badan lahir rendah, dan kemungkinan bertahan hidup yang lebih
rendah untuk bayi tersebut.
Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi untuk
hamil. Penyulit pada kehamilan remaja (<20 tahun) lebih tinggi dibandingkan kurun
waktu reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan
bila ditambah dengan tekanan (stress) psikologi, sosial, ekonomi, sehingga
memudahkan terjadinya keguguran (Manuaba, 1998).
Manuaba (2007), menambahkan bahwa kehamilan remaja dengan usia di
bawah 20 tahun mempunyai risiko:
1) Sering mengalami anemia.
2) Gangguan tumbuh kembang janin.
3) Keguguran, prematuritas, atau BBLR.
4) Gangguan persalinan.
5) Preeklampsi.
6) Perdarahan antepartum.
Para remaja yang hamil di negara-negara berkembang seringkali mencari
cara untuk melakukan aborsi. Di negara-negara di mana aborsi adalah ilegal atau
dibatasi oleh ketentuan usia, para remaja ini mungkin akan mencari penolong ilegal
yang mungkin tidak terampil atau berpraktik di bawah kondisi-kondisi yang tidak
bersih. Aborsi yang tidak aman menempati proporsi tinggi dalam kematian ibu di
antara para remaja.
c. Usia ibu lebih dari 35 tahun
Risiko keguguran spontan tampak meningkat dengan bertambahnya usia
terutama setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita
dengan usia lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal atau
abnormal (Murphy, 2000).
Semakin lanjut usia wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada, indung
telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia
wanita, maka risiko terjadi abortus, makin meningkat karena menurunnya kualitas sel
telur atau ovum dan meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom (Samsulhadi,
2003).
Pada gravida tua terjadi abnormalitas kromosom janin sebagai salah satu
faktor etiologi abortus (Friedman, 1998).
Sebagian besar wanita yang berusia di atas 35 tahun mengalami kehamilan
yang sehat dan dapat melahirkan bayi yang sehat pula. Tetapi beberapa penelitian
menyatakan semakin matang usia ibu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya
beberapa risiko tertentu, termasuk risiko kehamilan.
Para tenaga ahli kesehatan sekarang membantu para wanita hamil yang
berusia 30 dan 40an tahun untuk menuju ke kehamilan yang lebih aman. Ada beberapa
teori mengenai risiko kehamilan di usia 35 tahun atau lebih, di antaranya:
1) Wanita pada umumnya memiliki beberapa penurunan dalam hal kesuburan mulai
pada awal usia 30 tahun. Hal ini belum tentu berarti pada wanita yang berusia 30
tahunan atau lebih memerlukan waktu lebih lama untuk hamil dibandingkan
wanita yang lebih muda usianya. Pengaruh usia terhadap penurunan tingkat
kesuburan mungkin saja memang ada hubungan, misalnya mengenai
berkurangnya frekuensi ovulasi atau mengarah ke masalah seperti adanya
penyakit endometriosis, yang menghambat uterus untuk menangkap sel telur
melalui tuba fallopii
yang berpengaruh terhadap proses konsepsi.
2) Masalah kesehatan yang kemungkinan dapat terjadi dan berakibat terhadap
kehamilan di atas 35 tahun adalah munculnya masalah kesehatan yang kronis.
Usia berapa pun seorang wanita harus mengkonsultasikan diri mengenai
kesehatannya ke dokter sebelum berencana untuk hamil. Kunjungan rutin ke
dokter sebelum masa kehamilan dapat membantu memastikan apakah seorang
wanita berada dalam kondisi fisik yang baik dan memungkinkan sebelum terjadi
kehamilan.
Kontrol ini merupakan cara yang tepat untuk membicarakan apa saja yang perlu
diperhatikan baik pada istri maupun suami termasuk mengenai kehamilan.
Kunjungan ini menjadi sangat penting jika seorang wanita memiliki masalah
kesehatan yang kronis, seperti menderita penyakit diabetes mellitus atau tekanan
darah tinggi. Kondisi ini, merupakan penyebab penting yang biasanya terjadi pada
wanita hamil berusia 30-40an tahun dibandingkan pada wanita yang lebih muda,
karena dapat membahayakan kehamilan dan pertumbuhan bayinya. Pengawasan
kesehatan dengan baik dan penggunaan obat-obatan yang tepat mulai dilakukan
sebelum kehamilan dan dilanjutkan selama kehamilan dapat mengurangi risiko
kehamilan di usia lebih dari 35 tahun, dan pada sebagian besar kasus dapat
menghasilkan kehamilan yang sehat.
Para peneliti mengatakan wanita di atas 35 tahun dua kali lebih rawan
dibandingkan wanita berusia 20 tahun untuk menderita tekanan darah tinggi dan
diabetes pada saat pertama kali kehamilan. Wanita yang hamil pertama kali pada
usia di atas 40 tahun memiliki kemungkinan sebanyak 60% menderita takanan
darah tinggi dan 4 kali lebih rawan terkena penyakit diabetes selama kehamilan
dibandingkan wanita yang berusia 20 tahun pada penelitian serupa di University
of California pada tahun 1999.
Hal ini membuat pemikiran sangatlah penting ibu yang berusia 35 tahun ke atas
mendapatkan perawatan selama kehamilan lebih dini dan lebih teratur. Dengan
diagnosis awal dan terapi yang tepat, kelainan-kelainan tersebut tidak
menyebabkan risiko besar baik terhadap ibu maupun bayinya.
3) Risiko terhadap bayi yang lahir pada ibu yang berusia di atas 35 tahun meningkat,
yaitu bisa berupa kelainan kromosom pada anak. Kelainan yang paling banyak
muncul berupa kelainan Down Syndrome, yaitu sebuah kelainan kombinasi dari
retardasi mental dan abnormalitas bentuk fisik yang disebabkan oleh kelainan
kromosom.
4) Risiko lainnya terjadi keguguran pada ibu hamil berusia 35 tahun atau lebih.
Kemungkinan kejadian pada wanita di usia 35 tahun ke atas lebih banyak
dibandingkan pada wanita muda. Pada penelitian tahun 2000 ditemukan 9% pada
kehamilan wanita usia 20-24 tahun. Namun risiko meningkat menjadi 20% pada
usia 35-39 tahun dan 50% pada wanita usia 42 tahun. Peningkatan insiden pada
kasus abnormalitas kromosom bisa sama kemungkinannya seperti risiko
keguguran.Yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut sebaiknya
wanita berusia 30 atau 40 tahun yang merencanakan untuk hamil harus
konsultasikan diri dulu ke dokter. Bagaimanapun, berikan konsentrasi penuh
mengenai kehamilan di atas usia 35 tahun, diantaranya:
a) Rencanakan kehamilan dengan konsultasi ke dokter sebelum pasti untuk
kehamilan tersebut. Kondisi kesehatan, obat-obatan dan imunisasi dapat
diketahui melalui langkah ini.
b) Konsumsi multivitamin yang mengandung 400 mikrogram asam folat setiap
hari sebelum hamil dan selama bulan pertama kehamilan untuk membantu
mencegah gangguan pada saluran tuba.
c) Konsumsi makanan-makanan yang bernutrisi secara bervariasi, termasuk
makanan yang mengandung asam folat, seperti sereal, produk dari padi,
sayuran hijau daun, buah jeruk, dan kacang-kacangan.
d) Mulai kehamilan pada berat badan yang normal atau sehat (tidak terlalu kurus
atau terlalu gemuk). Berhenti minum alkohol sebelum dan selama kehamilan.
e) Jangan gunakan obat-obatan, kecuali obat anjuran dari dokter yang
mengetahui bahwa si ibu sedang hamil (Saleh, 2003).
2. Paritas
a. Pengertian
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan
500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tak diketahui
maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu (Siswosudarmo, 2008).
Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil atau pernah hamil berdasarkan
jumlahnya menurut Perdiknakes-WHO-JPHIEGO, yaitu :
1) Primigravida adalah wanita hamil untuk pertama kali
2) Multigravida dalah wanita yang pernah hamil beberapa kali, dimana kehamilan
tersebut tidak lebih dari 5 kali
3) Grandemultigravida adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali
Menurut sumber lain (Siswosudarmo, 2008) jenis paritas bagi ibu yang
sudah partus antara lain yaitu :
1) Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang
mampu hidup
2) Primipara adalahwanita yang pernah satu kali melahirkan bayi yang
telah mencapai tahap mampu hidup
3) Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin viabel atau
lebih
4) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau
lebih
3. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap satu obyek tertentu (Notoatmodjo, 2003,p.121).
Pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan mengenai kesehatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, paparan media masa, ekonomi
atau pendapatan, hubungan sosial (Notoatmodjo, 2003, p.121).
Penginderaan terjadi melalui paska indera manusia, yakni : indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003, p.121)
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 2003,p 122) tingkatan-tingkatan pengetahuan
mencangkup antara lain:
1) Tahu (know)
Ialah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. “Tahu” merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek.
3) Aplikasi (aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real ialah mampu menggunakan rumus- rumus,
metode, prinsip dan lain sebagainya dalam situasi yang lain, misalnya dapat
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah dalam memecahkan
masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4) Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi tersebut atau
objek di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan
yang lain. Kemampuan analisis didapat dan penggunaan satu dengan yang lain.
Kemampuan analisis didapat dan penggunaan kata kerja dapat menggambarkan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melukakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan, pengalaman diri
sendiri maupun orang lain, media masa maupun lingkungan.
c. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan melakukan wawancara
atau angket yang menjawab isi materi yang ingin diukur. Bila seseorang dapat
menjawab pertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan lancar, baik secara lisan
maupun tulisan maka dikatakan dia mengetahui hal itu (Notoatmodjo, 2003, p.12).
Pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi 2
jenis yaitu pertanyaan subjektif dan objektif. Pertanyaan esai faktor subjektif karena
penilaian untuk pertanyaan melibatkan faktor subjektif dan penilaian, sehingga
nilainya akan berbeda dari seorang penilaian dengan penilaian lainnya. Sedangkan
pertanyaan pilihan ganda betul salah, menjodohkan disebutkan pertanyaan objektif
karena pertanyaan tersebut dapat dinilai secara pasti oleh penilai tanpa melibatkan
faktor subjektivitas dari penilai.
d. Pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2003, p 125) :
1) Faktor Internal
a) Jasmani
Faktor jasmani di antaranya keadaan indera seseorang
b) Rohani
Faktor rohani di antaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor,
serta kondisi efektif dan kognitif individu.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal meliputi :
a) Jenis Kelamin
Pengertian seks atau jenis kelamin secara biologis merupakan
penafsiran atau penbagian dua jenis kelamin manusia yang ditentuka secara
biologis, bersifat permanen (tidak dapat dipertukarkan antara laki-laki dan
perempuan), dibawa sejak lahir dan merupakan pemverian Tuhan ; sebagai
seorang laki-laki atau seorang perempuan.
Melalui penentuan jenis kelamin secara biologis ini maka
dikatakan bahwa seseorang akan disebut berjenis kelamin laki-laki jika ia
memiliki penis, jakun, kumis, janggut, dan memproduksi sperma. Sementara
seseorang disebut berjenis kelamin perempuan jika ia mempunyai vagina dan
rahim sebagai alat reproduksi, memiliki alat untuk menyusui (payudara) dan
mengalami kehamilan dan proses malahirkan. Ciri-ciri secara biologis ini
sama di semua tempat, di semua budaya dari waktu ke waktu dan tidak dapat
dipertukarkan satu sama lain.
b) Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang dapat menggambarkan
kematangan sesorang baik fisik, psikis maupun sosial, sehingga membantu
seseorang dalam pengetahuannya. Semakin bertambah umur, semakin
bertambah pula pengetahuan yang didapat.
c) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang dalam dan luar. Orang berpendidikan tinggi
akan datang dan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka
peroleh dari gagasan tersebut.
d) Paparan Media Massa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagi
informasi dapat diterima oleh masyarakat, Sehingga seseorang yang lebih
sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan
memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang-orang
yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa
mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.
e) Ekonomi
Dalam menandai kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder, keluarga dalam status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi
dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ekonomi dapat dibutuhkan seseorang dalam berbagai hal.
f) Hubungan Sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana di dalam kehidupan
sedikit berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi.
Sementara hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai
komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikan media massa.
g) Pengalaman
Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal bisa
diperoleh dari lingkungan dalam proses perkembangan, misalya sering
mengikuti kegiatan yang mendidik. Organisasi dapat memperhias jangkauan
pelayanannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang
sesuatuhal diperoleh. Adanya pengetahuan tentang sesuatu hal yang akan
menyebabkan timbulnya satu respon baik positif maupun negatif pada
seseorang, sehingga bisa bersikap dan berperilaku dalam kesehatan.
h) Jumlah persalinan (paritas)
Paritas merupakan wanita yang pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup (viable). Dengan adanya pengetahuan dan pengalaman
sebelumnya, wanita yang sering melahirkan akan lebih bertambah
pengetahuannya. Jenisnya :
(a) Nullipara adalah Seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi
hidup.
(b) Primipara adalah Seorang wanita yang telah pernah melahirkan bayi hidup
untuk pertama kali.
(c) Multipara adalah Wanita yang telah melahirkan bayi hidup beberapa kali
(sampai 5 kali).
(d) Grandemultipara adalah Wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau
lebih hidup atau mati. (Mochtar, 1998, p. 92).
4. Antenatal Care (ANC)
a. Pengertian Antenatal Care
Antenatal Care adalah merupakan cara penting untuk memonitor dan
mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan
normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan
asuhan antenatal (Prawirohardjo, 2002, p.89 ).
Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa observasi,
edukasi dan penanganan medik ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan
dan persalinan yang aman dan memuaskan (Mufdlilah, 2009, p.7).
b. Tujuan Antenal Care
Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan atau
asuhan antenatal,dengan tujuan : (Prawirohardjo, 2007, p.90).
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan
bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
c. Manfaat Antenatal Care (ANC) (Mufdlilah, 2009, p.23)
Antenatal care merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada
ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan
positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan alasan menegakan hubungan
kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa,
mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan.
d. Frekuensi Antenatal Care (Mufdlilah, 2009, p.45)
Setiap wanita hamil diidentifikasi sebagai resiko terhadap kehamilanya,
untuk mendeteksi secara dini dan mencegah komplikasi dalam kehamilan, ibu hamil
harus melakukan antenatal care sesuai yang telah dianjurkan yaitu:
1) 1 kali pada trimester pertama (umur kehamilan 1 sampai 3 bulan)
(K1)
merupakan kunjungan pertama ibu hamil setelah dirinya terlambat menstruasi
yang bertujuan untuk tercapainya ibu hamil yang sehat dan selamat baik bagi ibu
sendiri maupun janinnya (Vivian & Sunarsih, 2010, p.156).
2) 1 kali pada trimester kedua (umur kehamilan 4 sampai 6 bulan)
Kunjungan ibu hamil yang bertujuan untuk mengenali komplikasi akibat
kehamilan dan pengobatanya (Vivian & Sunarsih, 2010, p.160).
3) 2 kali pada trimester ketiga (umur kehamilan 7 sampai 9 bulan)
Kunjungan ulang (K4) kunjungan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan
antenatal pertama dimana kegiatanya lebih difokuskan dalam pendeteksian
komplikasi, mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan (Vivian & Sunarsih,
2010, p.160).
e. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil melakukan ANC (Bobak, et al., 2004,
p.169).
1) Pengetahuan
Ketidaktahuan ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan
berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas
kesehatan.
2) Sikap
Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi keteraturatan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini
mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin.
3) Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat
ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan
kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah
yaitu ibu hamil akan Kekurangan Energi dan Protein (KEK).
4) Sosial Budaya
Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita hamil meninggalkan
rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat
keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya.
5) Geografis
Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat yang
terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena transportasi
yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil.
6) Informasi
Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga
kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan
pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga
ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care.
7) Dukungan
Dukungan yang bisa diberikan pada ibu hamil adalah dukungan sosial yang bisa
diberikan keluarga terutama dukungan suami, dukungan sosial ini bisa
diwujudkan dalam bentuk materi, misalnya kesiapan finansial, dukungan
informasi, juga dukungan psikologis seperti menemani saat periksa kehamilan.
5. Kehamilan
a. Gejala Kehamilan
Menurut Sholihah (2007) gejala pada ibu hamil diantaranya adalah:
Lesu, sering buang air kecil, nyeri di dada, payudara terasa nyeri, perubahan emosi
(suasana hati), mual dan muntah pada beberapa minggu pertama kehamilan, terjadi
pembentukan organ-organ tubuh penting. Adalah penting bagi wanita untuk
mengetahui bahwa ia positif hamil sedii mungkin. Waktu yang tepat untuk bertemu
bidan atau dokter untuk memastikan kehamilannya adalah 14 hari setelah tidak
menstruasi atau antara 12 sampai 21 hari.
b. Tanda-tanda Kehamilan
Menurut Hani, dkk (2010,p 72-75) ada tiga tanda-tanda kehamilan
diantaranya adalah :
1) Tanda Tidak Pasti
Adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat dikenali dari
pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil. Tandanya adalah :
a) Amenorea (berhentinya menstruasi)
b) Mual (nause) dan muntah (emesis)
c) Pingsan
d) Kelelahan
e) Payudara tegang
f) Sering buang air kecil
g) Konstipasi
h) Pigmentasi kulit
i) Varises
2) Tanda Kemungkinan
Adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat diketahui oleh
pemeriksaan fisik kepada wanita hamil. Tandanya adalah :
a) Pembesaran perut
b) Tanda hegar
c) Tanda goodel
d) Tanda chadwicks
e) Tanda piscaseck
f) Kontraksi braxton-hicks
g) Teraba ballotement
h) Pemeriksaan tes biologis kahamilan positif
3) Tanda Pasti Hamil
Adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin yang
dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tandanya adalah :
a) Gerakan janin dalam rahim
b) Denyut jantung janin
c) Bagian-bagian janin
d) Terlihat bentuk janin pada pemeriksaan USG
c. Keluhan normal yang biasa terjadi pada kehamilan
Menurut Hidayati (2009 p.53-55) keluhan yang biasa terjadi pada ibu
hamil diantaranya :
1) Sakit kepala
2) Mual dan muntah
3) Produksi air liur yang berlebih
4) Mengidam
5) Keringat bertambah
6) Keputihan
7) Kelelahan
8) Frekuensi berkemih bertambah
d. Tanda Bahaya Ibu dan Janin masa Kehamilan Muda
Tanda bahaya yang tejadi pada ibu hamil pada usia kehamilan muda
ialah sebagai berikut (Hani, dkk, 2010, p 108-115) :
1) Perdarahan pervaginam
2) Hipertensi gravidarum
3) Nyeri perut bagian bawah
e. Tanda Bahaya Ibu dan Janin Masa Kehamilan Lanjut
Dan tanda bahaya yang terjadi pada ibu hamil dengan umur kehamilan
lebih lanjut ialah (Hani, dkk, 2010, p.116-121):
1) Perdarahan pervaginam
2) Sakit kepala yang hebat dan menetap
3) Bengkak pada muka dan tangan
4) Janin kurang bergerak seperti biasa
f. Diagnosa Kehamilan
Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira
280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40
minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43
minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut
kehamilan prematur. Kehamilan yang terakhir ini akan mempengaruhi viabilitas
(kelangsungan hidup) bayi yang dilahirkan, karena bayi yang terlalu muda
mempunyai prognosis buruk.
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3 bagian
diantaranya : (1). Kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu), (2).
Kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu) dan (3). Kehamilan
triwulan ketiga (antara 28 sampai 40 minggu) (Prawirohardjo, 2007, p.125).
B. KERANGKA TEORI
Kerangka teori penelitian ini adalah hubungan antara teori-teori yang ingin diamati
atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002). Adapun keragka
teori yang akan diteliti :
Faktor yang mempengaruhipengetahuan :
Umur Jenis kelamin Pendidikan Paritas Paparan media massa Ekonomi Hubungan sosial
C. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati dan diukur melalui penelitian-penalitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,
2010).
Variabel bebas
Variabel terikat
Gambar 2. 2 kerangka konsep
D. HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau dari pertanyaan
penelitian (Nursalam, 2003).
Berdasarkan landasan teori dari rumusan masalah maka hipotesis yang dapat diajukan yaitu :
1. Ada hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care di
Wilayah Kerja Puskesmas Kagok Semarang
2. Ada hubungan antara paritas dengan pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care di
Wilayah Kerja Puskesmas Kagok Semarang
Pengetahuan
Umur Ibu
Paritas Ibu