7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1. Pengertian
Kecemasan adalah reaksi terhadap bahaya yang memperingatkan
orang “dari dalam“ secara naluri, bahwa ada bahaya dan orang yang
bersangkutan mungkin kehilangan kendali dalam situasi tersebut. Cemas
atau anxietas merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab
yang spesifik yang dapat menimbulkan perasan tidak nyaman dan merasa
terancam (Stuart dan Sundden, 1998). Kecemasan adalah suatu sinyal yang
menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan
memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman
(Suliswati, 2006). Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang
sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual.
Kecemasan juga dapat diartikan sebagai respon emosi tanpa obyek yang
spesifik yang secara subyektif dialami oleh dan dikomunikasikan secara
interpersonal. Kecemasan adalah suatu kebingungan atau kekhawatiran
pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan
dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati,
2006).
2. Respon individu terhadap kecemasan
Menurut Stuart dan Sundden (1998) kecemasan dapat
diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologi, perilaku, kognitif dan
7
8
afektif secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping dalam upaya mempertahankan diri dari kecemasan.
a. Respon fisiologis terhadap kecemasan
1) Pada sistem kardiovaskuler terjadi : palpitasi, jantung berdebar,
tekanan darah meningkat, rasa mau pingsan, denyut nadi dan
tekanan darah turun
2) Pada sistem saluran pernafasan terjadi : nafas cepat, pernafasan
dangkal, rasa tertekan pada dada, pembengkakan pada
tenggorokan, rasa tercekik dan terenggah-enggah.
3) Pada sistem neuromeskuler terjadi : insomnia, ketakutan, gelisah,
wajah tegang dan kelemahan secara umum
4) Pada sistem gastrointestinal terjadi : kehilangan nafsu makan,
menolak maka, nausea dan diare perasaan panas atau dingin pada
kulit dan muka pucat.
b. Respon pada perilaku
1) Perubahan pada perilaku karena kecemasan dapat terjadi : glisah,
ketegangan fisik, tremor, gugup, menarik diri dan menghindar.
2) Respon pada kognitif : dapat terjadi tidak sabar, tegang, nervous,
takut yang berlebihan, gugup yang luas biasanya dan sangat
gelisah.
c. Rentang respon kecemasan
Menurut Stuart dan Sundden (1998) rentang respon kecemasan
dapat digambarkan dalam rentang respon adaptif sampai maladaptif.
9
Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat kontruktif dan destruktif.
Dimana yang bersifat kontruktif seperti motivasi individu untuk
belajar, mengejar perubahan terutama perubahan terhadap perasaan
tidak nyaman serta berfokus pada proses perubahan sedangkan reaksi
kecemasan yang bersifat destruktif seperti menimbulkan tingkah laku
maladaptif, disfungsi yang menyangkut kecemasan berat dan panik.
RENTANG RESPONS ANSIETAS
Respons MaladaptifRespons adaptif
Panik Berat Sedang Ringan Antisipasi
Gambar. 2.1. Rentang respons ansietas (Stuart dan Sundden, 1998)
3. Faktor Predisposisi
Beberapa teori menurut Stuart dan Sundden (1998) mengemukakan
bahwa faktor predisposisi (pendukung) terjadinya kecemasan antara lain :
a. Teori Psikoanalitik
Kecemasan merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Id melambangkan dorongan
insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang.
Sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai mediator antara tuntutan
dari id dan super ego. Kecemasan berfungsi untuk memperingatkan ego
tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
10
b. Teori Interpersonal
Kecemasan dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga
dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti
kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang m,enjadi tidak
berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat
mudah untuk mengalami kecemasan yang sangat berat.
c. Teori Perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi segala sesuatu yang menganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kecemasan merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan
keinginan untuk menghindar rasa sakit. Pada individu yang pada awal
kehidupan dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan
menunjukkan kemungkinan kecemasan yang berat pada kehidupan
masa dewasanya. Sementara para ahli konflik mengatakan bahwa
kecemasan sebagai benturan-benturan keinginan yang bertentangan
yang berhubungan timbal balik antara konflik dan daya kecemasan
yang kemudian menimbulkan kecemasan.
d. Teori Keluarga
Menyatakan bahwa gangguan kecemasan dapat terjadi dan timbul
seacra nyata dalam keluarga dan biasanya tumpang tindih antara
gangguan cemas dan gangguan depresi.
e. Teori Biologi
11
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor spesifik untuk
bernodiasepin. Reseptor ini mungkin mempengaruhi kecemasan.
4. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi pada gangguan ansietas berasal dari sumber
eksternal dan internal yaitu :
a. Mengancam terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan
fisiologis atau menurunnya kemampuan untuk melaksanakan kehidupan
sehari-hati.
b. Mengancam sistim dua pribadi yang dapat membahayakan identitas
harga diri dan integrasi fungsi sosial.
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Stuart dan Sudden (1998) menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu sebagai berikut :
a. Jenis kelamin
Stres sering dialami oleh wanita lebih tinggi dibandingkan
dengan laki-laki. Menurut Kaplan and Sadock (1997) menyatakan
bahwa kurang lebih 5% dari populasi, kecemasan pada wanita dua kali
lebih banyak daripada pria, lebih tinggi kecemasan yang dialami oleh
wanita kemungkinan disebabkan wanita lebih mempunyai kepribadian
lebih labil, uga adanya pera hormon yang mempengaruhi kondisi
emosi sehingga mudah meledak, mudah cemas dan curiga.
b. Umur
Seseorang yang berumur lebih muda ternyata lebih mudah
mengalami gangguan akbibat stres dari pada seseorang ynag lebih tua.
12
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang tendah pada seseorang akan
mengakibatkan seseorang mengalami stress. Status pendidikan yang
kurang pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut lebih mudah
mengalami stres dibanding dengan mereka yang status pendidikan
yang lebih tinggi atau baik
d. Lingkungan / Sanitasi
Seseorang yang berada dilingkungan asing ternyata lebih mudah
mengalami stress.
e. Sosial Budaya
Seseorang yang mempunyai falsafah hidup yang jelas dan
keyakinan agama yang kuat umumnya lebih sukar mengalami stress.
f. Keadaan Fisik
Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cedera,
penyakit badan, operasi, aborsi lebih mudah mengalami kelelahan
fisik sehingga lebih mudah mengalami stress. Pada ibu hamil terjadi
perubahan fisik, penampilan terasa kurang menarik, mual muntah
karena perubahan hormon menyebabkan munculnya emosi yang
memicu munculnya kecemasan.
g. Tipe Kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan
akibat stress dari pada orang yang berkepribadian B.
h. Potensi Stressor
Stersor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa
yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga
orang itu melakukan adaptasi.
13
i. Maturasi (Kematangan)
Individu yang memiliki kematangan kperibadian sehingga lebih
sukar mengalami gangguan terhadap stres, karena individu yang
matang mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap stresor
yang timbul, sebaliknya individu yang berkepribadian tidak matang
yaitu yang tergantung pada peka terhadap rangsangan sehingga sangat
mudah mengalami gangguann akibat stres
j. Teori Biologi
Peneliti biologis pada penghambat asam sistem neurotransmiter
gamma aminobutyricacid (GABA), serotanim dan neropinetrin
memainkan peran utama dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan kecemasan. Reseptor ini mungkin membantu
mengatur kecemasan. Gangguan kecemasan juga bersifat diturunkan
kurang lebih 25% generasi pertamanya juga kan terkena. Sebanyak
50% anak kembar satu sel telur dan 155 pada dua telur dari yang
mengalami gangguan kecemasan.
k. Teori Psikologis
Dua faktor pikitan utama tentang faktor psikologis yang
menyebabkan perkembangan gangguan kecemasan umum adalah
bidang psikoanalitik dan bidang kognitif perilaku. Teori psikoanalitik
kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antra dua elemn
kepribadian id dan super ego. Id mewakili dorongan insting sedangkan
teori kognitif perilaku yaitu pandangan perilaku kecemasan yang
merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengggangu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar
14
perilaku beranggapan bahwa kecemasan sebagai suatu dorongan untuk
belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari
kepedihan. Kognitif perilaku yaitu menghipotensikan bahwa pasien
dengan gangguan kecemasan umum adalah berespon secara tidak tepat
dan tidak akurat terhadap bahaya yang dihadapi. Ketidakakuratan
tersebut disebabkan oleh perhatian selektif terhadap perincian negatif
di dalam lingkungan oleh distorsi pemprosesan informasi untuk
mengatasinya.
6. Tingkatan kecemasan
Menurut Stuart dan Sundden (1998) tingkat kecemasan yaitu
sebagai berikut :
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada
serta meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi
belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. Kecemasan
ini normal dalam kehidupan karena meningkatkan motivasi dalam
membuat individu siap bertindak. Stimulus dari luar siap di
internalisasi dan pada tingkat individu mampu memecahkan masalah
secara efektif misalnya seseorang yang menghadapi ujian akhir,
individu yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi,
pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan.
b. Kecemasan sedang
15
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain,
sehingga seseorang yang mengalami perhatian yang selektif namun
dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Cemas sedang ditandai
dengan lapang persepsi mulai menyempit. Pada kondisi ini individu
masih bisa belajar dari arahan orang lain. Stimulus dari luar tidak
mampu diinternalisasi dengan baik, tetapi individu sangat
memperhatikan hal-hal yang menjadi pusat perhatian.
c. Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi orang yang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik
serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan
untuk mengurangi ketegangan. Seseorang memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Lapang
persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detail yang
kecil (spesifik) dan tidak berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku
dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah
atau arahan untuk berfokus pada area lain, misalnya individu yang
mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena
bencana alam, individu dalam penyanderaan.
d. Panik
16
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan
terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan
kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan
pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan
kehidupan dan jika berlangsung dalam waktu yang lama dapat terjadi
kelelahan yang sangat bahkan kematian. Individu kehilangan kendali
diri dan detail perhatian hilang karena hilangnya kontrol, maka tidak
mampu melakukan apapun meski dengan perintah, terjadi peningkatan
aktivitas motorik, berkurangnya keemampuan berhubungan dengan
orang alin, penyimpanan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak
mampu berfungsi secara efektif.
7. Kecemasan pada ibu hamil
Kehamilan adalah krisis maturasi yang dapat menyebabkan
keteganggan pada wanita yang berlanjut pada pencapaian tingkatan baru
dan bertanggung jawab perubahan sehingga persiapan dinamika keluarga
antara intra psikis dan proses biologis yang menyebabkan ia harus
mengkaji ulang ” self image”. Kepercayaan, nilai-nilai, prioritas, pola
perilaku, hubungan dengan orang lain dan ketrampilan dalam memecahkan
masalah dalam kehamilannya (Bobak, 2000). Kecemasan dapat
17
meningkatkan resiko dalam proses persalinan yaitu mengenai keadaan
jalan lahir dan bayi yang akan dilahirkan. Hal ini tidak bisa dikemukakan
secara berlebihan karena akan merugikan ibu hamil itu sendiri. Banyak
wanita takut akan nyeri persalinan atau kerusakan sebab mereka tidak
megetahui tentang anatomi dan prosesnya (Bobak, 2000).
Semua wanita hamil mempunyai pengalaman ataupun suatu
peristiwa tentang kecemasan antara lain cemas terhadap perubahan fisik,
kesukaran persalinan dan kesehatan janin yang dikandungnya. Kadang-
kadang kecemasan itu menjadi berlebihan dan merugikan sehingga timbul
gangguan cemas seperti fobia, perilaku menghindar, serta kecemasan yang
berulang- ulang. Gangguan kecemasan secara menyeluruh pada kehamilan
antara lain komplikasi kehamilan, sekalipun kehamilan itu normal yang
ditandai dengan ketegangan motorik dan hiperaktifitas motorik dan
otonom misalnya gemetar, gugup, gelisah dan cepat lelah. Gejala
hiperaktifitas otonom misalnya : nafas pendek, palpitasi, keringat, kaki dan
tangan dingin, pusing,mual, dan gangguan menelan, kewaspadaan yang
berlebihan, perasaan yang terancam, iritable, insomnia (Misri, 2002).
Kehamilan pada trimester 1 ditandai dengan reaksi tubuh berupa
mual diwaktu pagi, ketegangan payudara, perubahan fisik, seksual, diet,
pergerakan, peningkatan ukuran perut dan payudara. Pada keadaan emosi
terjadi secara berfluktuasi, periode ini termasuk resiko terjadi gangguan
psikologis misalnya reaksi terhadap kehamilannya, pengalamn kehamilan
18
sebelumnya yang tidak menyenangkan, kehamilan yang motivasinya tidak
jelas, kurangnya dukungan keluarga dan perubahan gaya hidup dan
biasanya timbul pada kehamilan pada minggu I dan minggu II (Bobak,
2000).
Pada trimester II dilanjutkan dengan perubahan emosional dan
sedikit dan berpusat pada kesan tubuh, seksual dan janin yang
dikandungnya. Pada trimester III reaksi emosi meningkat kembali pada
saat yang sama terjadi perasaan fisik yang kurang nyaman secara akut.
Perhatian juga berupa pada finansial, persiapan ruang bayi, perlengkapan
bayi hingga pada pengasuh serta kapasitas sebagai orangtua. Dengan
demikian resiko dan penyebab yang terkait, seperti tersebut diatas dapat
sebagai pencetus terjadinya reaksi-reaksi psikologis mulai tingkat
gangguan emosional yang ringan ke tingkat gangguan yang serius.
Perubahan fisiologis dan psikologis muncul selama kehamilan berupa
insiden gangguan emosional yang serius yang sebenarnya rendah tetapi
ada beberapa wanita memerlukan penangganan yang adekuat (Bobak,
2000).
8. Mekanisme kecemasan
Ketika mengalami kecemasan, individu mengunakan berbagai
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya, ketidakmapuan
mengatasi kecemasan secara kontrukstif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa digunakan individu untuk
19
mengatasi kecemasan ringan cenderung tetap dominan, ketika kecemasan
menjadi lebih intens. Kecemasan ringan sering ditanggulangi tanpa
pemikiran yang sadar. Kecemasan sedang dan berat menimbulkan dua
jenis mmekanisme koping (Stuart dan Sundden, 1998). Kecemasan yang
pada ibu hamil dipengaruhi oleh adanya perubahan psikologis maupun
fisik. Pada tubuh ibu hamil akan mengalami perubahan fisik, yakni
terjadinya penguluran otot dinding perut, yang disertai sakit pinggang,
pembengkakan pada tungkai bawah, dan gangguan pernafasan, terkadang
disertai ketegangan jiwa dan perasaan takut serta cemas saat menghadapi
persalinan. Untuk itu selama masa kehamilan berlangsung dianjurkan ibu
hamil untuk banyak latihan fisik untuk memperlancar kelahirannya.
Latihan mental dengan cara sikap relaksasi yang dapat dilakukan pada
posisi tiduran, duduk bersandar, latihan relaksasi untuk persiapan mental
dalam menghadapi proses persalinan dengan tujuan untuk menambah
pengetahuan dan rasa percaya diri serta mengurangi rasa takut dan cemas.
Selain persiapan diri juga dibutuhkan dukungan keluarga misal dukungan
suami selama kehamilan, jika perhatian suami kurang dalam hal perhatian
dan pemenuhan kebutuhan selama kehamilan dapat mempengaruhi
timbulnya stres yang berdampak pada kecemasan (Stuart dan Sundden,
1998).
B. Dukungan Keluarga
1. Pengertian
20
Dukungan keluarga termasuk dalam program kesehatan
masyarakat yang berperan dalam mendukung peningkatan derajat
kesehatan seseorang, dimana dukungan keluarga dalam bentuk perhatian,
waktu, empati sangat berpengaruh dalam menentukan status kesehatan
seseorang yang sedang mengalami masalah kesehatan. Upaya dukungan
keluarga muncul dalam beragam dukungan misalnya dari suami, orang tua,
teman, anak ataupun lingkungan tempat tinggal. Dukungan keluarga
merupakan suatu strategi intervensi preventif yang paling baik dalam
membantu anggota keluarga mengakses dukungan sosial yang belum
digali untuk suatu strategi bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan
dukungan keluarga yang adekuat. Dukungan keluarga mengacu pada
dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang
dapat diakses misalnya dukungan bisa atau tidak digunakan, tapi anggota
keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998).
Dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi dukungan sebagai
koping keluarga, baik dukungan keluarga yang eksternal maupun internal.
Dukungan dari keluarga bertujuan untuk membagi beban juga memberi
dukungan informasional dengan membuat penguatan terhadap pola-pola
positif dalam upaya mencari penolong. Merupakan suatu strategi
intervensi preventif yang paling baik dalam membantu anggota keluarga
mengakses dukungan sosial yang belum digali tapi anggota keluarga
21
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998).
Bagi keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem
pendukung bagi anggota-anggotanya. Keluarga merupakan pelaku aktif
dalam berkomunitas hubungan personal untuk mencapai suatu keadaan
yang lebih baik. Berbagai bentuk kehidupan keluarga sekarang
menunjukkan berbagai kemampuan untuk menyediakan dukungan yang
diperlukan selama masa-masa dimana permintaannya besar. Keadaan
hamil biasanya menuntut pengorbanan ekonomi, sosial, psikologis yang
lebih besar dari keluarga terutama dukungan suami (Friedman, 1998).
2. Bentuk Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga terdiri dari empat dimensi dukungan menurut
Friedman (1998) antara lain :
a. Dukungan Emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi
yang meliputi ungkapan empati, kepedulian, perhatian terhadap
anggota keluarga yang sakit misalnya umpan balik, penegasan.
b. Dukungan Penghargaan (Penilaian)
Keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan dan sebagai sumber dan
validator identitas anggota. Terjadi lewat ungkapan hormat
22
(penghargaan) positif untuk ibu hamil, dorongan maju, persetujuan
dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif bagi
ibu hamil dengan yang lain seperti misalnya orang-orang yang kurang
mampu atau lebih buruk keadaannya.
c. Dukungan Instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan
konkrit yang mencakup bantuan seperti dalam bentuk uang, peralatan,
waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan
waktu mengalami stres.
d. Dukungan Informatif
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan penyebar
informasi tentang dunia yang mencakup memberi nasehat, petunjuk-
petunjuk, sarana-sarana atau umpan balik. Bentuk dukungan yang
diberikan oleh keluarga adalah dorongan semangat, pemberian nasehat
atau mengawasi tentang pola makan sehari-hari dan pengobatan.
Dukungan keluarga merupakan perasaan individu yang mendapat
perhatian, disenangi, dihargai (Utami, 2003).
3. Batasan Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga mengacu pada dukungan–dukungan yang
dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau
diadakan untuk keluarga yang berarti bahwa tiap keluarga memandang
23
bahwa orang yang mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan.
Dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antar keluarga
dengan lingkungan sosialnya, ketiga dimensi interaksi dukungan keluarga
tersebut bersifat reproksitas (timbal balik atau sifat dan frekuensi
hubungan timbal balik), umpan balik (kualitas dan kualitas komunikasi)
dan keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam
hubungan sosial. Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi
sebagai sistem pendukung bagi anggota-anggotanya, keluarga merupakan
pelaku aktif dalam memodifikasi dan mengadaptasi komunitas hubungan
personal untuk mencapai keadaan berubah. Berbagai bentuk kehidupan
keluarga sekarang menunjukkan berbagai kemampuan untuk menyediakan
dukungan yang diperlukan selama masa dimana permintaannya besar.
Penyakit kronis biasanya menuntut pengorbanan ekonomi, sosial,
psikologis yang lebih besar dari keluarga (Friedman, 1998).
4. Keluarga
Keluarga dapat mencerminkan suatu peranan vital dalam upaya
peningkatan kesehatan dan pengurangan resiko. Status sehat ataupun sakit
anggota keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit
dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga. Keluarga mengandung
arti bahwa sejauhmana keluarga membantu anggota keluarga mencapai
tuntutan bagi perawatan diri. Keluarga juga bersifat instrumental dalam
24
memutuskan dimana penangganan harus diberikan (Friedman, 1998). Jadi
sebuah keluarga memilki peran yang sangat penting dalam menentukan
perilaku kesehatan dari anggota keluarganya yang sakit. keluarga sebagai
pendukung dalam meningkatkan tingkat kesehatan seluruh anggota
keluarga (Friedman, 1998).
C. Ibu Hamil
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok didalam masyarakat yang
paling mudah menderita gangguan kesehatan atau rawan kekurangan gizi,
sehingga pada masa kehamilan ibu hamil, memerlukan unsur-unsur gizi lebih
banyak dibandingkan dengan keadaan biasanya (Hall, 2000). Selama
kehamilan, ibu hamil akan mengalami proses fisiologis yaitu keadaan
kesehatan fisik dan mental sebelum dan selama hamil berpengaruh terhadap
keadaan janin dan waktu persalinan.
1. Diagnosa Kehamilan
Lamanya kehamilan mulai ovulasi sampai partus adalah kira-kira
280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Dimana
kehamilan 40 minggu disebut sebagai kehamilan matur (cukup bulan), bila
kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur, sedangkan
kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur.
Kehamilan yang ditinjau dari umur kehamilan dibagi dalam tiga bagian,
25
yaitu kehamilan trimester I yaitu 0-12 minggu, trimester II adalah 12-28
minggu dan trimester III mulai 28 - 40 minggu (Wiknjosastro, 1999).
Sedangkan diagnosa pembanding antara lain adanya pseudosiesis
yaitu adanya gejala-gejala seperti hamil karena adanya keinginan kuat
untuk hamil pada seorang wanita, sistoma ovari, mioma uteri, vesika
urinaria dengan retensi urin, menopause.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil
Menurut Hall (2000) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi ibu hamil yaitu sebagai berikut :
a. Faktor fisiologis
Saat hamil kondisi fisik mengalami perubahan, dimana muncul
keluhan baik ringan maupun berat serta tidak memerlukan penanganan
lebih lanjut. Adapun keluhan-keluhan yang terjadi dan cara
mengatasinya adalah sebagai berikut :
1) Pusing
Keluhan ini merupakan keluhan awal dan umum terjadi.
Pengaruh hormon saat kehamilan yang menjadi penyebabnya.
Hormon progesteron memicu dinding pembuluh darah melebar.
Sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah dan
membuat calon ibu merasa pusing. dimana keluhan ini akan hilang
dengan sendirinya. Untuk mengatasinya dengan penanganan yang
tepat tentu harus dengan mengetahui lebih dulu penyebabnya. Bila
26
akibat pengaruh hormonal penanganannya cukup dengan tidur dan
menghindari stres. Sementara bila karena anemia dan hipertensi
mau tidak mau harus diatasi dulu faktor penyebabnya. Sedangkan
jika karena tekanan darah rendah, kurangi aktivitas dan hemat
pengeluaran energi. Hindari gerakan mendadak seperti dari posisi
duduk atau jongkok langsung ke posisi berdiri.
2) Mual dan muntah
Wanita hamil akan mengalami rasa mual dan terkadang
disertai pegal, pusing hingga meriang. Hal ini merupakan gejala
normal yang muncul pada trimester pertama kehamilan di usia 6-14
minggu dimana keluhan ini kerap dikenal dengan istilah Morning
sickness
3) Morning Sickness.
Morning sickness terjadi karena plasenta yang berkembang
dan menghasilkan sejenis hormon HCG. Hormon ini prosentasenya
meninggi sesuai dengan pertumbuhan plasenta. Diperkirakan
hormon inilah yang mengakibatkan muntah melalui rangsangan
terhadap otot dari poros lambung. Makin tinggi hormon ini makin
cepat merangsang muntah. Sebenarnya hormon HCG sangat
dibutuhkan pada awal kehamilan. Selain membentuk plasenta HCG
juga akan menjaga janin tumbuh dengan baik. Solusi tepat yang
harus dilakukan adalah selalu menyediakan snack atau makanan
ringan seperti, krackers, kue beras atau sebatang coklat di samping
27
tempat tidur anda. Makanlah bahan makanan tersebut ketika Anda
bangun atau setelah mual hilang. Makanan-makanan tersebut dapat
menghilangkan rasa mual. Selain itu jagalah pola makan dan
makanlah sesering mungkin walaupun dalam porsi kecil.
Tujuannya untuk menjaga agar perut tidak berada dalam keadaan
kosong dan tetap menjaga gula darah yang stabil. Perbanyaklah
mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat, perbanyak minum,
mengkonsumsi vitamin B6, istirahat cukup, menjauhi makanan
pedas serta bersikap positif terhadap kehamilan dapat mengurangi
gejala mual-mual.
4) Buang air kecil
Inilah keluhan yang paling sering dialami. Adanya janin
membuat tekanan pada kandung kemih. Kadangkala penyebabnya
kecenderungan ibu hamil yang minum lebih banyak. Akibatnya
ginjal lebih banyak pula memproduksi air seni. Selain itu letak
kandung kemih yang bersebelahan dengan rahim membuat
kapasitasnya berkurang. Itulah salah satu sebab ibu hamil sering
buang air kecil. Penanganannya yang perlu diwaspadai, dimana
saat ini sering terjadi infeksi pada saluran atau kandung kemih
pada ibu hamil. Untuk mengatasinya jangan menunda keinginan
buang air kecil.
5) Pegal-pegal
Penyebabnya bisa karena ibu hamil kekurangan kalsium
28
atau karena ketegangan otot. Sepanjang kehamilan, boleh dibilang
ibu membawa beban berlebih. Otot-otot tubuh juga mengalami
pengenduran sehingga mudah merasa lelah. Hal inilah yang
membuat posisi ibu hamil dalam beraktivitas apa pun jadi terasa
serba salah. Penyebab lainnya yaitu ibu hamil kurang banyak
bergerak atau olahraga. Solusinya yang harus dilakukan yaitu
untuk senantiasa menyempatkan waktu berolahraga atau
setidaknya beraktivitas ringan. Ibu hamil pun sebaiknya menjaga
sikap tubuh serta diwajibkan mengonsumsi susu dan makanan yang
kaya kalsium.
6) Kaki bengkak (Edema)
Sekitar 75% wanita hamil pasti mengalami pembengkakan
pada kaki (edema), yang umumnya terjadi pada trimester akhir.
Penyebabnya bisa karena ibu terlalu banyak diam. Secara fisiologis
ibu hamil memang menanggung beban tambahan yang akan
semakin memperlambat aliran darah pada pembuluh darah vena.
Kaki bengkak selanjutnya bisa memicu tekanan darah tinggi atau
malah preeklamsi. Sebenarnya, kaki bengkak bukan disebabkan
karena banyaknya mengkonsumsi garam. Ibu hamil boleh-boleh
saja mengonsumsi makanan yang mengandung garam seperti
sebelum hamil. Penanganan yaitu dengan melakukan cukup
olahraga dan sebisa mungkin tidak bersikap statis atau berdiam diri
dalam posisi yang sama berlama-lama. Saat Anda duduk sebisa
29
mungkin selalu luruskan kaki. Sempatkan untuk beristirahat
sejenak di sela-sela aktivitas dan tidur dengan posisi berbaring
pada sisi kiri tubuh.
7) Sakit punggung
Selama kehamilan sambungan antara tulang pinggul mulai
melunak dan lepas. Ini persiapan untuk mempermudah bayi lahir.
Rahim bertambah berat akibatnya pusat gravitasi tubuh berubah.
Secara bertahap ibu hamil mulai menyesuaikan postur dengan cara
berjalan. Hal ini menyebabkan sakit punggung dan pegal. Untuk
mengatasinya yaitu dengan memperbaiki cara berdiri, duduk, dan
bergerak. Jika harus duduk atau berdiri lebih lama jangan lupa
istirahat setiap 30 menit tanpa harus dengan obat
8) Gatal-gatal
Keluhan ini pun lazimnya disebabkan pengaruh faktor
hormonal. Penanganan dengan cukup menggunakan obat luar.
Sedapat mungkin hindari obat-obatan oral atau yang diminum.
Obat-obatan jenis ini umumnya tidak baik bagi tumbuh kembang
janin.
9) Nyeri ulu hati
Jika mengalami keluhan ini jangan panik. Hal ini
disebabkan adanya sejumlah kecil isi lambung yang lewat di
pangkal saluran kerongkongan (penghubung mulut dengan
lambung). Solusinya adalah tidak perlu ke dokter untuk
30
mengatasinya. Malah pencegahannya tergolong mudah. Selama
kehamilan jangan membungkuk atau berbaring datar. Kalaupun
ingin berbaring cobalah gunakan bantal yang tinggi. Sediakan pula
segelas susu di samping tempat tidur dan minumlah sedikit-dikit
setiap kali terasa nyeri.
10) Sembelit
Hormon progesteron saat hamil menyebabkan relaksasi
usus. Akibatnya daya dorong usus terhadap sisa makanan
berkurang. Sisa makanan yang menumpuk mengakibatkan
sembelit. Sebab lainnya bisa juga kandungan zat besi pada tablet
khusus ibu hamil. Selain itu, kebiasaan menahan buang air besar
seringkali menjadi penyebab. Penanganan dengan perbanyaklah
mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan berserat, lebih teraturlah
ke belakang dan minum air putih minimal delapan liter setiap hari.
b. Faktor Psikologis
1) Stressor
Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin. Janin dapat mengalami keterhambatan
perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti jika stress pada
ibu tidak tertangani dengan baik (Suririnah, 2005).
2) Dukungan keluarga
Dukungan keluarga merupakan andil yang besar dalam
menentukan status kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga
31
mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan
dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa
lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani
kehamilan, persalinan dan masa nifas. Dukungan keluarga terutama
suami sangat penting bagi ibu. Hal ini dapat membuat ibu lebih
percaya diri dan persalinan normal lebih dapat terwujudkan.
Diikuti dengan peningkatan masalah spiritual, maka diharapkan
dapat membuat ibu lebih tenang dan nyaman saat menjalani
kehamilannya (Achmad Fauzi, 2007).
c. Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat
istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat
adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil
sebaiknya tidak merokok bahkan kalau perlu selalu menghindari asap
rokok, kapan dan dimana pun ia berada ( Achmad Fauzi, 2007).
Perilaku makan juga harus diperhatikan terutama yang
berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang dipantang
adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap
dikonsumsi dan sebaliknya. Yang tak kalah penting adalah personal
hygiene dimana ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya,
mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan
bra yang menunjang payudara dan pakaian yang menyerap keringat.
Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan
32
yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat
memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di
tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik.
Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal membuat
tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat.
D. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada IbuHamil
Secara spesifik keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti
berhubungan dengan status kesehatan yaitu terjadinya perubahan perilaku
sehingga menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh dari sakit
(Friedman, 1998). Dengan adanya dukungan keluarga maka status kesehatan
penderita lebih meningkat. Hasil penelitian sebelumnya mengenai
keterlibatan keluarga dengan tingkat kecemasan pada ibu hamil di RSU
Banyumas diperoleh hasil bahwa ada hubungan bermakna antara keterlibatan
keluarga dengan tingkat kecemasan pada ibu hamil. Hal ini dapat ditelaah
bahwa selain karakteristik ibu hamil, adanya keterlibatan keluarga juga
dinilai penting pengaruhnya terhadap upaya penurunan tingkat kecemasan
selama kehamilan (Darwati, 2005).
Strategi untuk meningkatkan kekuatan dan ketenangan untuk mencegah
adanya kecemasan pada saat hamil, salah satunya dengan adanya keterlibatan
keluarga, lingkungan sosial. Perawatan kesehatan penting untuk
mendapatkan informasi mengenai praktek kesehatan keluarga untuk
membantu keluarga dalam memelihara, meningkatkan kesehatan, dapat
33
memenuhi fungsi perawatan kesehatan dengan baik dengan menggunakan
pelayanan perawatan kesehatan profesional, tingkat pengetahuan dalam
bidang kesehatan dan sikap terhadap kesehatan yang baik (Friedman, 1998).
34
E. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Sumber Friedman (1998), Stuart & Sandden (1998)
Tingkat Kecemasan pada ibu hamil :- Cemas Ringan- Cemas Sedang- Cemas Berat- Panik
Faktor PenyebabKecemasan1. Faktor Predisposisi
a. Psikoanalitikb. Interpersonalc. Perilakud. Keluargae. Biologi
2. Faktor Presiitasia. Internalb. Eksternal
Dukungan Keluarga1. Dukungan emosional2. Dukungan penghargaan
atau penilaian3. Dukungan instrumental4. Dukungan informatif
Faktor Yang MempengaruhiKecemasan1. Jenis Kelamin2. Umur3. Tingkat Pendidikan4. Lingkungan / Sanitasi5. Sosial Budaya6. Keadaan Fisik7. Tipe Kepribadian8. Potensi Stressor9. Maturasi10. Teori Biologi11. Teori Psikologis
35
F. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka konsep penelitian yang akan diteliti (Stuart &
Sandeen, 1998)
G. Variabel Penelitian
a. Variebel independent : Dukungan keluarga
b. Variebel Dependent : Tingkat kecemasan pada ibu hamil
H. Hipotesis
Ha: Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada
ibu hamil di Desa Prapaglor Kecamatan Losari Kabupaten Brebes
Tingkat Kecemasan ibu hamil :
- Cemas Ringan
- Cemas Sedang
- Cemas Berat
- Panik
Dukungan Keluarga