6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan
Pariwisata adalah kegiatan yang melibatkan banyak manusia serta
menghidupkan berbagai bidang usaha, industri pariwisata menjadi unik karena sifat
dan ciri kegiatannya. Selain itu, setiap wisatawan yang melakukan perjalanan
memiliki cara yang unik dan berbeda satu dengan yang lain karena setiap wisatawan
memiliki tujuan yang berbeda dalam melakukan perjalanan tersebut (Ismayanti,
2010).
2.1.1 Pengertian Pariwisata
Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000), pariwisata adalah
suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan
dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu
perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di
tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan
dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Sihite (2000) berpendapat bahwa pariwisata adalah perjalanan yang
direncanakan oleh seseorang bukan untuk mencari nafkah atau menetap ditempat
tersebut. Perjalanan yang dilakukan berupa kegiatan tamasya atau rekreasi dan
biasanya dilakukan untuk sementara waktu. Fandeli (2001) menyatakan pariwisata
adalah keseluruhan kegiatan, proses dan kaitan-kaitan yang berhubungan dengan
perjalanan dan persinggahan dari orang-orang di luar tempat tinggalnya serta tidak
dengan maksud mencari nafkah.
Sedangkan definisi pariwisata menurut WTO (dalam Muljadi, 2010)
“Tourism is the activities of persons travelling to and staying in places outside their
usual environment for not more than one concecutive year for leisure, business, and
7
other purposes”. Dapat diartikan pariwisata merupakan berbagai kegiatan yang
dilakukan sekelompok orang yang mengadakan perjalanan untuk tinggal di luar
kebiasaan lingkungannya dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk
kesenangan, bisnis, dan keperluan lain.
Berdasarkan beberapa pengertian pariwisata diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa pariwisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk dapat berpindah tempat dari daerah asal menuju daerah
tujuan yang baru. Dimana tujuan dari kegiatan ini untuk bersenang-senang bukan
untuk mencari nafkah ataupun menetap di daerah yang baru. Oleh karena itu,
pariwisata merupakan kegiatan yang bersifat sementara.
2.1.2 Pengertian Wisatawan
Wisatawan (tourist) adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan
perjalanan wisata (Suwantoro, 2010). Seseorang dapat dikatakan sebagai wisatawan
apabila lama tinggal di suatu daerah yang sekurang-kurangnya 24 jam. Namun
apabila seseorang tersebut tinggal tidak lebih dari 24 jam di daerah yang dikunjungi,
maka pelaku wisata tersebut termasuk dalam kategori pelancong (excursionist).
Menurut Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 9 tahun 2000 (dalam
Ismayanti, 2010), definisi wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada batasan untuk
menjadi wisatawan. Semua orang dapat dikatakan wisatawan apabila melakukan
suatu perjalanan keluar dari tempat asalnya dengan tujuan bukan untuk menetap dan
untuk mencari nafkah.
Sedangkan menurut International Union of Official Travel Organization
dalam (Pusat Analisis Informasi Pariwisata, 2010) menetapkan beberapa batasan
mengenai wisatawan secara umum. Secara umum, seseorang yang datang ke suatu
negara atau tempat tinggal lain dengan maksud apapun kecuali untuk menetap dan
mencari nafkah dapat disebut dengan pengunjung (visitor). IUOTO membagi
pengunjung menjadi dua kategori, yaitu:
8
1. Wisatawan (tourist), pengunjung yang tinggal sementara dan durasi
kunjungannya sekurang-kurangnya 24 jam.
2. Pelancong (excursionist), pengunjung sementara yang tinggal tidak lebih
dari 24 jam.
Atas dasar pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum
wisatawan dapat diartikan sebagai pengunjung. Dengan syarat seseorang dapat
dikatakan sebagai pengunjung apabila pergi ke suatu tempat diluar tempat tinggalnya,
tetapi tidak untuk menetap dan mencari nafkah di tempat yang dikunjungi.
Berdasarkan lama waktu kunjungan, pengunjung dapat dibagi menjadi 2, yaitu
wisatawan (tourist) dan pelancong (excursionist). Dimana untuk dapat dikatakan
wisatawan apabila melakukan kunjungan sekurang-kurangnya 24 jam, sedangkan
untuk dapat dikatakan sebagai pelancong harus melakukan kunjungan kurang dari 24
jam.
2.1.3 Jenis-jenis wisatawan
Banyak sekali pendapat mengenai pengelompokan jenis wisatawan. Menurut
Cooper (dalam Ismayanti, 2010) mengelompokan jenis wisatawan menjadi 7. Jenis-
jenis wisatawan menurut Cooper adalah sebagai berikut:
1. Wisatawan Penjelajah (explorer)
Wisatawan jenis ini jumlahnya sangat terbatas. Wisatawan penjelajah
biasanya memiliki motivasi ingin mencari sesuatu yang berbeda dari yang
lain. Biasanya wisatawan ini tinggal di daerah tujuan wisata dan
berinteraksi sosial secara langsung kepada masyarakat lokal. Sehingga
jenis wisatawan ini biasanya penerimaan yang baik dari masyarakat lokal
terhadap kedatangannya.
2. Wisatawan Elite
Wisatawan Elite biasanya merupakan wisatawan yang pernah melakukan
perjalanan ke berbagai tempat di belahan dunia. Jumlahnya sangat sedikit.
9
Interaksi terhadap masyarakat sosialnya relatif tidak terlalu dekat
dibanding wisatawan penjelajah.
3. Wisatawan Luar Jalur (off-beat)
Jenis wisatawan ini biasanya sering mendatangi tempat di luar kebiasaan
wisatawan lainnya. Wisatawan ini biasanya cepat beradaptasi dengan
masyarakat setempat sehingga biasanya mendapat penerimaan yang baik
pula dari masyarakat lokal.
4. Wisatawan Luar Biasa (unusual tourist)
Wisatawan luar biasanya menggunakan paket wisata dalam melakukan
kegiatan wisatanya. Namun dalam hal berinteraksi, wisatawan luar biasa
masih sedikit menjaga jarak dengan masyarakat lokal dan tidak begitu
saja menerima kebiasaan dari masyarakat lokal.
5. Wisatawan Massal Tingkat Pemula (incipient mass tourist)
Wisatawan ini biasanya lebih memilih melakukan kegiatan wisata ke
tempat yang terkenal dan banyak dikunjungi. Wisatawan ini masih bisa
berinteraksi dengan budaya setempat, meskipun wisatawan ini lebih
mudah menerima budaya dari luar saja.
6. Wisatawan Massal (mass tourist)
Wisatawan ini biasanya berpenghasilan menengah. Interaksi yang
dilakukan biasanya bersifat semu saja. Biasanya melakukan perjalanan ke
daerah yang telah biasa dikunjungi.
7. Wisatawan Borongan (charter)
Wisatawan ini biasanya enggan berinteraksi dengan masyarakat lokal.
Motivasi perjalanan biasanya ingin mendatangi tempat yang terkenal.
Berdasarkan pembagian jenis-jenis wisatawan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa jenis wisatawan ini dikelompokkan lebih banyak berdasarkan tempat yang
ingin dikunjungi dan cara wisatawan berinteraksi dengan masyarakat lokal.
Wisatawan yang berkunjung ke suatu tempat wisata dikarenakan adanya motivasi
wisata.
10
2.1.4 Motivasi Wisata
Motivasi wisata adalah hasrat pembawaan dalam bentuknya yang konkret,
berupa keperluan atau dorongan atau alasan tertentu yang membuat seseorang
melakukan kegiatan wisata. Pada hakikatnya motif orang untuk mengadakan
perjalanan wisata itu tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi. Namun, McIntosh (dalam
Soekadijo, 2000), mengklasifikasikan motivasi wisata menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Motivasi Fisik
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah seperti olahraga,
istirahat, kesehatan dan sebagainya.
2. Motivasi Budaya
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan pengetahuan tentang budaya
sehingga wisatawan dengan motivasi budaya itu sering datang di tempat
tujuan wisata untuk mempelajari kebudayaan daerah lain.
3. Motivasi Interpersonal
Motivasi yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu keluarga,
teman, tetangga, berkenalan dengan orang-orang tertentu, seperti tokoh-
tokoh terkenal. Suatu motivasi, bahwa seseorang melakukan perjalanan
untuk bertemu orang lain. Pada umumnya orang yang menarik kedatangan
orang lain ialah orang-orang yang istimewa karena: kedudukannya,
pengaruhnya, keseniannya, prestasinya di sesuatu bidang seperti olahraga,
juga kepandaiannya.
4. Motivasi Status atau Motivasi Prestise
Suatu motivasi wisata untuk meningkatkan gengsi seseorang. Banyak orang
beranggapan dengan pernah pergi ke tempat lain dengan sendirinya,
meningkatkan status seseorang.
Walaupun kita mengetahui pengelompokkan motif-motif seperti di atas, namun
dapat menimbulkan pengertian yang kurang tepat, karena motif-motif itu tidak
11
bersifat eksklusif. Sudah tentu tidak mungkin mengetahui semua motif perjalanan
seseorang.
Pada hakikatnya tidak diketahui secara tuntas mengapa seseorang mengadakan
perjalanan wisata. Namun, pengetahuan tentang motif wisata itu esensial untuk
pembangunan pariwisata, khususnya pembangunan atraksi wisata, mengingat bahwa
ada komplementaritas antara motif wisata dan atraksi wisata. Dengan adanya motif
wisata, maka munculah berbagai permintaan dari wisatawan yang menginginkan
pembuatan paket wisata sesuai dengan keinginan wisatawan.
2.2 Paket Wisata
Menurut Deskey (2001), Paket wisata merupakan perpaduan beberapa produk
wisata, minimal dua produk, yang dikenal menjadi satu kesatuan harga yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Sementara itu produk wisata mempunyai pengertian
totalitas pengalaman seorang wisatawan sejak ia meninggalkan suatu tempat sampai
kembali lagi ke tempat ia berangkat. Menurut Ismayanti (2010), paket wisata adalah
perjalanan yang dibuat oleh biro perjalanan wisata yang meliputi transportasi,
akomodasi, serta konsumsi dalam satu harga.
Menurut Yoeti (2001, hlm 112) mengartikan bahwa paket wisata adalah
“Suatu perjalanan wisata yang direncanakan dan diselenggarakan oleh suatu travel
agent atau biro perjalanan atas resiko dan tanggung jawab sendiri, yang acara
lamanya waktu wisata, tempat-tempat yang akan dikunjungi, akomodasi, transportasi,
makanan dan minuman telah ditentukan oleh biro perjalanan dan telah ditentukan
jumlahnya”. Sedangkan menurut Musanef (1995, hlm 133) definisi “paket wisata
adalah suatu usaha dalam industry pariwisata yang bergerak dalam penyelenggaraan
perjalanan wisata dengan cara membeli jasa pelayanan transportasi, akomodasi,
atraksi wisata dan jasa lainnya yang diperlukan dalam suatu paket wisata”.
Melihat pengertian dari berbagai sumber mengenai paket wisata dapat
disimpulkan bahwan paket wisata merupakan gabungan dari berbagai produk industri
12
bertujuan untuk memenuhi segala kebutuhan perjalanan wisata yang dibutuhkan oleh
wisatawan.
2.2.1 Jenis Paket Wisata
Ada bermacam-macam jenis paket wisata yang ditawarkan kepada wisatawan.
Menurut Suyitno (2001), ditinjau dari penyusunannya, paket wisata dapat dibagi
menjadi dua jenis, antara lain:
1. Ready Made Tour, yaitu paket wisata yang disusun tanpa menunggu
permintaan dari calon peserta wisata dan disusun oleh tour operator.
2. Tailored Made Tour, yaitu paket wisata yang disusun setelah adanya
permintaan dari calon peserta wisata yang disusun setelah adanya permintaan
dari dari calon peserta wisata.
Sedangkan menurut Edu Tourism (2010) paket wisata dapat dibagi ke dalam
beberapa jenis paket wisata. Jenis paket wisata tersebut antara lain:
1. Pleasure Tourism, yaitu paket wisata disusun untuk tujuan mengisi liburan
guna menghilangkan kepenatan sehari-hari
2. Recreation Tourism, yaitu paket wisata yang disusun untuk tujuan
memanfaatkan liburan guna pemulihan kesegaran jasmani maupun rohani.
3. Cultural Tourism, yaitu paket wisata yang diselenggarakan untuk tujuan
mengetahui adat istiadat, gaya hidup dan seni budaya suatu bangsa.
4. Adventure Tourism, yaitu paket wisata yang diselenggarakan untuk melatih
keberanian dan ketangkasan dengan mengambil resiko yang dapat
membahayakan keselamatan jiwa dan dipandu oleh seorang ahli yang
berpengalaman.
5. Sport Tourism, yaitu paket wisata yang bertujuan untuk kegiatan olahraga.
6. Business Tourism, yaitu paket wisata yang bertujuan untuk bisnis atau dagang.
7. Convention Tourism, yaitu paket wisata yang bertujuan untuk menghadiri
acara rapat, pameran, seminar, konferensi, dan acara lainnya yang diselingi
dengan kegiatan wisata.
13
2.2.2 Perencanan Paket Wisata
Menuru Deskey (2001), terdapat beberapa pertimbangan yang harus
ditentukan dalam pembuatan rencana sebuah paket wisata antara lain:
1. Pemilihan daerah tujuan wisata.
2. Fasilitas di daerah tujuan wisata.
3. Keunggulan daerah tujuan wisata.
4. Akses ke daerah tujuan wisata.
5. Musim di daerah tujuan wisata.
6. Situasi Politik dan keamanan di daerah tujuan wisata.
7. Sistem bea cukai dan keimigrasian di daerah tujuan wisata.
8. Kebijakan harga di daerah tujuan wisata.
9. Jarak tempuh daerah tujuan wisata
Perencanaan wisata memerlukan tahapan-tahapan. Seluruh tahapan tersebut
berkaitan erat dengan aspek-aspek dalam perencanaan. Tahapan-tahapan tersebut juga
memerlukan instrument dalam observasi. Perencanaan yang baik haruslah didasarkan
akan pertimbangan-pertimbangan rasional dan data-data yang akurat. Menurut
Suyitno (2001), menjelaskan mengenai tahapan-tahapan didalam merencanakan
kegiatan wisata. Berikut merupakan gambar tahap-tahap perencanaan wisata:
14
Gambar 2.1 Tahap-tahap Perencanaan Wisata
(Sumber : Suyitno, 2001)
1. Diagnosis Pasar
Meneliti pasar dengan melihat gejala-gejala yang muncul dilakukan pada tahap
perencanaan wisata, yang bertujuan untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan
pasar. Sehingga dalam pembuatan produk wisata dapat sesuai dengan pasar yang
dibutuhkan.
2. Formulasi Tujuan
Tujuan yang dirumuskan berdasarka rumus 5W1H, yaitu tentang paket wisata apa
yang akan disusun, mengapa paket wisata itu disusun, siapa saja yang akan terlibat
Diagnosis Pasar
Formulasi Tujuan
Observasi
Analisis Data
Penetapan Rencana
Pelaksanaan
15
dalam pembuatan paket wisata tersebut, dimana dan bagaimana paket wisata itu
dipasarkan.
3. Observasi
Hal-hal yang diobservasi adalah seluruh masalah yang dipertanyakan dalam
rumusan tujuan. Dalam proyek ini obeservasi akan dilakukan adalah di kawasan
kampus Politeknik Negeri Bandung. Sebagai penelitian untuk pembuatan paket
wisata berdasarkan segmen pasar.
4. Analisis Data
Data yang telah diperoleh dalam kegiatan observasi diolah dan dianalisis. Analisis
data dimaksudkan untuk:
a. Menentukan strategi pencapaian tujuan.
b.Mengidentifikasi kendala yang mungkin timbul dalam proses pencapaian tujuan.
c. Mencari alternatif-alternatif yang mungkin dapat ditempuh.
5. Penetapan Rencana
Hasil analisis yang dipakai sebagai dasar untuk melakukan revisi terhadap
formulasi tujuan. Perbaikan dan olahan ilmiah inilah yang pada akhirnya
menghasilkan rencana yang akan dilaksanakan.
6. Pelaksanaan Rencana
Pelaksanaan rencana merupakan tahap akhir dalam dalam perencanaan wisata.
Pelaksanaan rencana adalah kegiatan nyata dalam mengawali serta memantau
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Suyitno, 2001).
2.2.3 Penyusunan Acara Wisata (itinerary)
Menurut Suyitno (2001), mendefinisikan bahwa acara wisata adalah sebuah
dokumen yang dapat dipakai untuk mengilustrasikan penyelenggaraan sebuah wisata.
Acara wisata dapat juga dikatakan sebagai produk bayangan, karena memberi
bayangan atau gambaran tentang sebuah wisata.
Menurut Robert T. dalam Suyitno (2001), Menambahkan pengertian dari
acara wisata yaitu, suatu daftar dan jadwal acara tours dengan data-data yang lengkap
16
mengenai hari, jam, tempat-tempat (objek-objek wisata), hotel tempat menginap,
tempat pemberangkatan, tempat tiba, acara-acara yang disuguhkan, sehingga dalam
keseluruhannya akan menggambarkan jadwal pelaksanaan maupun waktu-waktu dari
keseluruhan acara tour (dari awal sampai akhir). Menurut Yoeti (2006) mengatakan
bahwa untuk suksesnya penyusunan suatu acara wisata (Itinerary) suatu paket wisata,
dianjurkan mengikuti ketentuan-ketentuan sebagi berikut:
1. Tentukan secara pasti DTW yang akan dikunjungi dan obyek serta atraksi
wisata yang akan dilihat.
2. Tentukan hotel dimana rombongan akan menginap dan makan malam atau
makan siang dilakukan.
3. Tentukan kendaraan yang akan digunakan (pesawat, udara, keretaapi, kapal
laut atau bus) dan berapa jauh perjalanan yang akan ditempuh dalam berapa
jam dengan kendaraan yang digunakan.
4. Tentukan obyek dan atraksi apa yang dapat dilihat atau disaksikan dalam
perjalanan, dimana dan pada jam berapa sampai di sana.
5. Tentukan dimana rombongan akan makan siang atau makan malam. Di hotel
atau di luar hotel?
6. Tentukan hiburan apa yang dapat disaksikan setelah makan malam atau hanya
free program saja.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa acara wisata adalah
sebuah dokumen yang memuat segala hal mengenai sebuah perjalanan. Dimulai dari
proses keberangkatan sampai berakhirnya sebuah perjalanan. Hal-hal yang
dimunculkan dalam dokumen tersebut antara lain wakrtu penyelenggaraan, tempat
objek kunjungan, penginapan dan tempat makan.
2.2.4 Manfaat Perencanaan Wisata
Menurut Suyitno (2001), menerangkan manfaat dari perencanaan wisata,
yaitu:
17
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan wisata.
2. Sebagai sarana untuk memprediksi kemungkinan timbulnya hal-hal di luar
dugaan sekaligus alternatif pemecahannya.
3. Sebagai sarana untuk mengarahkan penyelenggaraan wisata sehingga dapat
mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan wisata secara efekif dan efisien.
4. Sebagai alat ukur tingkat keberhasilan wisata. Sebagai upaya pengawasan atau
evaluasi dalam rangka memberikan umpan balik bagi penyelenggaraan wisata
berikutnya (Suyitno, 2001).
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa acara
wisata sangat penting dalam perencanaan wisata. Dengan kata lain, acara wisata
merupakan komponen penting dalam perencanaan wisata, karena dengan adanya
acara wisata, kegiatan wista akan terselenggara dengan baik.
2.2.5 Pendistribusian Waktu
Pendistribusian waktu dapat digunakan sebagai alat bantu di dalam membuat
suatu acara wisata. Berikut merupakan contoh tabel pendistribusian waktu.
Tabel 2.1
Pendistribusian Waktu
Nama Tur/Transfer : …………. (a)
Durasi : …………. (b)
Uraian Perjalanan Tur Istirahat Jumlah Jadwal
(c) (d) (e) (f) (g) (h)
JUMLAH (h) (i) (j) (k) (l)
(Sumber: Tabel Pendistribusian Waktu, Suyitno, 2001)
18
Tabel diatas menerangkan mengenai hal-hal yang harus direncanakan di dalam
melakukan acara wisata, yaitu:
a. Nama tur atau transfer
b. Lama penyelenggaraan
c. Nama-nama objek kunjungan, dimulai dengan tempat pemberangkatan dan
diakhiri dengan tempat pengantaran. Tempat pemberangkatan dan
pengantaran ini biasanya adalah hotel. Dua hal yang harus ditulis adalah:
1. Objek antara (objek A-objek B), menunjukan waktu tempuh antara
objek A dan B.
2. Objek kunjungan, yaitu nama objek tertentu (objek B), menunjukan
lama kegiatan di objek B.
d. Waktu untuk kegiatan di perjalanan.
e. Waktu untuk kegiatan di objek.
f. Waktu untuk istirahat.
g. Jumlah Kunjungan.
h. Jumlah waktu pada masing-masing kolom.
i. Jumlah seluruh waktu yang diperlukan untuk tur.
j. Transformasi ke dalam jadwal waktu sesuai dengan waktu keberangkatan
yang ditetapkan (Suyitno, 2001).
2.2.6 Penghitungan Harga Wisata
Menurut Suyitno (2001), mendefinisikan bahwa biaya wisata adalah semua
pengeluaran yang dapat dinilai dengan uang untuk mengelola wisata. Sebagai factor
pembentuk harga wisata, biaya wisata harus secara maksimal mencerminkan seluruh
pengeluaran dalam pengelolaan wisata.
Agar dapat menelusuri biaya yang timbul secara menyeluruh, perlu dipahami
jenis-jenis biaya. Menurut Suyitno (2001) mengklasifikasikan jenis biaya, yaitu:
19
1. Biaya Induk
Biaya Induk adalah biaya yang mula-mula muncul sebagai refleksi dari
penggunaan komponen wisata.
2. Biaya Ikutan
Biaya Ikutan adalah biaya yang muncul sebagai factor ikutan biaya induk.
Untuk menghitung jumlah biaya yang diperlukan di dalam suatu kegiatan wisata,
maka diperlukan suatu tata cara perhitungan harga wisata yang baik dan benar.
Berikut merupakan tabel perhitungan harga wisata.
Tabel 2.2
Perhitungan Harga Wisata
Nama tur/transfer : …………. FOC/AC : ……/…..
Jumlah peserta : …………. Mata uang : ………...
No Uraian Biaya Tetap Biaya Tidak
Tetap
(1) (1)
Jumlah Biaya (1) (1)
Biaya per Peserta
Surcharge (..%)
Harga per perserta (nett price)
Dibulatkan
(2)
(3)
(4)
(5)
(Sumber : Tabel Perhitungan Harga Wisata, Suyitno, 2001)
Tabel 2.2 di atas menjelaskan tata cara menghitung suatu harga paket wisata,
yaitu meliputi:
1. Merinci dan menjumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap.
2. Menghitung jumlah biaya per orang.
3. Menghitung Surcharge
20
4. Menghitung harga wisata per orang (nett price per person) dengan cara
menambah jumlah biaya per orang dengan surcharge.
5. Melakukan pembulatan. Pembulatan dapat dilakukan secara bervariasi
tergantung kebijaksanaan pengelola wisata
Dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan paket wisata diperlukan tahap-
tahap perencanaan wisata yang penting bagi pembuatan paket wisata. Dalam
pembuatan paket wisata perlu memperhatikan setiap segmen pasar yang akan
dibidik, berikut penjelasan segmentasi pasar. Pada sub bab dibawah ini:
2.3 Segmentasi Pasar
Swastha dan Handoko (1997) mengartikan segmentasi pasar sebagai kegiatan
membagi–bagi pasar yang bersifat heterogen kedalam satuan–satuan pasar yang
bersifat homogen. Sedangkan definisi yang diberikan oleh Pride dan Ferrel (1995)
mengatakan bahwa segmentasi pasar adalah suatu proses membagi pasar ke dalam
segmen-segmen pelanggan potensial dengan kesamaan karakteristik yang
menunjukkan adanya kesamaan perilaku pembeli.
Menurut Kotler, Bowen dan Makens (2002, hlm. 254) “pasar terdiri dari
pembeli dan pembeli berbeda-beda dalam berbagai hal yang bisa membeli dalam
keinginan, sumber daya, lokasi, sikap membeli, dan kebiasaan membeli”. Karena
masing-masing memiliki kebutuhan dan keinginan yang unik, masing-masing
pembeli merupakan pasar potensial tersendiri. Oleh sebab itu penjual idealnya
mendisain program pemasarannya tersendiri bagi masing-masing pembeli.
Menurut Yoeti (2006) mengartikan bahwa “segmentasi pasar adalah proses
membagi-bagi pasar sesuai dengan sifat dan karakteristik pasar atau kelompok orang
yang diharapkan menjadi konsumen produk yang akan kita tawarkan. Segmentasi
pasar harus dibedakan dengan perngertian segmen pasar (market segment). Segmen
pasar adalah bagian dari pasar yang terdiri dari kelompok orang yang memiliki
kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan harapan (expectation) secara relatif sama.
21
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa segmentasi pasar adalah
membagi pasar sesuai dengan perilaku konsumen yang terdapat dalam pasar. Karena
masing-masing konsumen memiliki kebutuhan tersendiri sesuai dengan
keinginannya. Oleh karena itu penjual biasanya mendisain program pemasarannya
tersendiri bagi masing-masing pembeli. Dengan tujuan untuk menciptakan strategi
pemasaran bagi masing-masing segmen pasar yang berbeda. Adapun alasan manfaat
yang diperoleh dari segmentasi pasar menurut Yoeti (2006), yaitu:
1. Pasar Bersifat Heterogen.
Suatu kenyataan bahwa masyarakat dimana saja selalu bersifat heterogen,
bercampur baur dengan yang lainnya. Ada yang kaya dan ada yang miskin, ada pria,
wanita, orang tua atau anak-anak. Karena esensi pemasaran tidak lain adalah untuk
memenuhi kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) konsumen, maka kita perlu
mencari suatu gambaran dengan jelas golongan atau kelompok mana yang
memerlukan hasil produk kita. Alasannya, setiap kelompok atau golongan pasti
mempunyai kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula.
2. Untuk menentukan potensi penjualan dan profit.
Kegiatan pemasaran itu pada akhirnya adalah peningkatan penjualan. Dengan
terjadinya penjualan diharapkan profit akan meningkat. Penjualan yang meningkat
itu, hanya bisa dicapai kalau ada pembeli dan sangat tergantung apakah produk yang
kita tawarkan sesuai dengan selera konsumen di pasar.
3. Untuk menentukan intensitas persaingan
Segmentasi pasar perlu ditetapkan secara cermat, karena kalau terjadi kekeliruan
atau kesalahan, hal itu akan mengundang persaingan (competition) yang mungkin
semakin tajam pada segmen tertentu. Akibatnya terjadi penumpukan pada satu
segmen pasar yang memang sudah jenuh.
Dalam kepariwisataan, khususnya dalam bisnis usaha perjalanan melakukan
segmentasi itu merupakan suatu keharusan. Untuk itu diperlukan strategi yang khusus
pula dalam melakukan pendekatan kepada masing-masing segmen pasar yang akan
22
dijadikan sebagai target pasar. Salah satu cara adalah menyediakan produk sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan tiap segmen pasar yang akan dimasuki.
Pembagian segmentasi pasar dalam bisnis usaha perjalanan wisata menurut
Yoeti (2006) adalah sebagai berikut:
1. Segmentasi Geografi
Dalam segmentasi geografi, pasar dibagi berdasarkan tempat atau wilayah
dapat berupa suatu negara atau kawasan, dimana kebutuhan dan keinginannya
bervariasi berdasarkan tempat tinggal mereka. Luck dan Ferkel (1985, hlm.
92) mengatakan bahwa segmentasi berdasarkan daerah, kota, kepadatan
penduduk atau iklim adalah suatu cara untuk mengetahui komponen pasar
secara luas.
2. Segmentasi Sosio-Ekonomi dan Demografi
Kotler dan Fox (1985, hlm.180) mengatakan penggunaan variabel-variabel
kependudukan lebih sering dipakai karena tiga alasan yaitu: keinginan,
pilihan, dan pemahaman tarif yang sering dikaitkan dengan variabel-variabel
kependudukan. Variabel-variabel kependudukan lebih mudah ditetapkan atau
diukur dari variabel-variabel segmen lainnya.
Dalam kepariwisataan, segmentasi kependudukan memiliki pengertian
praktis. Setelah perbedaan-perbedaan pemasaran ditentukan (misalnya alasan
psikologis untuk mengunjungi suatu DTW), faktor kependudukan dapat
digunakan dengan menggabungkannya dengan variabel-variabel geografi
untuk mencapai target pemasaran yang lebih strategis yang dianggap lebih
potensial.
Penggunaan segmentasi demografi saat ini karena adanya tuntutan dari
kondisi kepariwisataan. Perubahan cepat kondisi masyarakat membuatnya
tidak mungkin hanya tergantung pada data demografi sebagai alat untuk
menentukan strategi pemasaran. Demikian pula dengan informasi sosio-
ekonomi, tidak memberi keterangan yang cukup tentang suka atau tidaknya
wisatawan terhadap produk yang dipasarkan oleh suatu BPW tertentu.
23
3. Segmentasi Psikografi
Dalam segmentasi psikografi, pasar dibagi-bagi berdasarkan kelompok sosial
(social class), karakteristik kepribadian (personality characteristic) dan cara
hidup (life style). Segmentasi psikografi lebih banyak menjelaskan tentang
perilaku wisatawan yang diperoleh dari segmentasi geografi dan demografi.
4. Segmentasi Perilaku
Bentuk segmen perilaku yang timbul memiliki keuntungan terkait dengan
daerah tujuan wisata (DTW), Mill dan Morisson (1985, hlm.364)
merekomendasikan bahwa segmentasi yang menguntungkan lebih cepat
menjadi metode segmentasi terkenal yang dipergunakan dalam pariwisata.
Dasar pemikirannya adalah keuntungan yang diharapkan oleh wisatawan dari
pengalaman yang diperolehnya selama perjalanan wisata yang dilakukan,
yaitu alasan mengapa wisatwan tertarik pada program suatu biro perjalanan
wisata.
Dalam pembagian segmentasi pasar diatas, dalam proyek ini pembagian
segmen pasar termasuk kedalam segmen pasar demografi. Kerena dalam pembuatan
paket wisata ini berhubungan dengan kependudukan yang sesuai dengan keinginan,
pilihan dan kebutuhan pasar. Setelah menentukan segmen pasar, maka tahap yang
dilakukan adalah memasarkan paket wisata berdasarkan segmen pasar, sesuai dengan
ketentuan pemasaran pariwisata.
2.4 Pemasaran Pariwisata
Menurut Krippendorf (dalam Yoeti 2002) mendefinisikan pemasaran
pariwisata sebagai suatu sistem dan koordinasi yang dilakukan sebagai sistematika
bagi kelompok pengusaha industri pariwisata atau pemerintah dalam ruang ingkup
local, regional, nasional, maupun internasional. Dengan tujuan untuk mencapai
kepuasan wisatawan dan diupayakan untuk mendapatkan keuntungan yang wajar.
Menurut Yoeti (2002) pemasaran pariwisata adalah suatu proses manajemen
yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional atau perusahaan, termasuk dalam
24
kelompok industri pariwisata untuk melakukan usaha untuk menarik wisatawan lebih
banyak datang, lebih lama tinggal dan lebih banyak membelanjakan uangnya pada
daerah yang dikunjungi. Proses manajemennya sebagai berikut:
1. Filosofi manajemen mengarahkan bahwa suatu proses harus berkelanjutan
dengan kondisi yang terjadi saat ini dengan memperhatikan waktu yang akan
datang, yang akan membawa organisasi pariwisata supaya dapat menjalankan
fungsi-fungsi pemasaran dengan baik.
2. Organisasi pariwisata ataupun perusahaan di bidang pariwisata hendaknya
menerapkan teknik dan strategi pemasaran modern, terutama dalam hal
perencanaan penelitian, peramalan, seleksi pasar, atau saluran distribusi
dengan memperhatikan media mana yang sesuai dengan target pasar yang
dijadikan sasaran.
3. Menjaga kualitas produk yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan serta sesuai dengan harapan wisatawan, baik kualitas, harga,
pelayanan, atau penyajian.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, bahwa pemasaran pariwisata adalah
yang berhubungan dengan kebijakan perusahaan pariwisata untuk memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan wisatawan. Yang bertujuan untuk membuat konsumen puas
dan perusahaan akan mendapat keuntungan dari kegiatan pemasaran pariwisata
tersebut.
2.4.1 Bauran Pemasaran Pariwisata
Menurut Kotler dan Amstrong (2008, hlm. 62) mengemukakan bahwa
“Bauran pemasaran pariwisata adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang
dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkannya dipasar
sasaran”. Menurut Goeldner, Mcintosh dan Ritchie mengemukakan bahwa “Bauran
pemasaran pariwisata itu terdiri atas setiap faktor yang mempengaruhi usaha
pemasaran yang terdiri dari timing, brands, packaging, pricing, channels,
distribution, product, image, advertising, selling dan public relation”.
25
Menurut Walker (2004, hlm. 513) mengemukakan bahwa ”Bauran pemasaran
pariwisata terdiri dari place, product, price, promotion, partnership, packaging,
programming, dan people”. Middleton dan Clarke (2001, hlm. 89) mengemukakan
bahwa “Bauran pemasaran pariwisata terdiri dari product, price, promotion, dan
place”. Packaging sendiri dalam bauran pemasaran jasa masuk kedalam salah satu
komponen produk jasa dimana produk jasa merupakan semua hal yang dapat
ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian, penggunaan atau konsumsi untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan.
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa bauran pemasaran pariwisata terdiri
dari beberapa komponen yang saling berhubungan dan mendukung segala kegiatan
dalam pariwisata. Bauran pemasaran pariwisata merupakan kombinasi inti dari
system pemasaran yang dilakukan perusahaan. Kegiatan ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan wisatawan.
2.4.2 Promosi Pariwisata
Menurut Marpaung dan Bahar (2002) promosi pariwisata adalah suatu usaha
yang dilakukan untuk menyesuaikan produk pariwisata dengan permintaan
wisatawan, sehingga produk lebih menarik. Menurut Soekadijo (2000) menjelaskan
bahwa kegiatan promosi merupakan kegiatan intensif dalam waktu yang sangat relatif
singkat. Dalam kegiatan promosi diadakan usaha untuk memperbesar daya tarik
produk sehingga dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli.
Menurut Yoeti (2003), promosi pariwisata adalah suatu kegiatan yang
bertujuan untuk memberitahu, membujuk, atau mengingatkan calon wisatawan.
Kegiatan yang dilakukan tersebut hendaknya menggunakan promotion materials
(bahan-bahan promosi) yang baik agar kesan terhadap produk yang dihasilkan dapat
memenuhi keinginan potensial tourist (wisatawan potensial). Potensial tourist
tersebut diharapkan dapat menjadi actual tourist (wisatawan yang jadi berangkat)
dengan membeli atau mengunjungi daerah tujuan wisata yang mereka pilih.
26
Menurut pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa promosi pariwisata
adalah suatu kegiatan memperkenalkan produk pariwisata berupa objek wisata dan
pelayanan wisata untuk menarik wisatawan.
2.4.3 Bauran Promosi Pariwisata
Menurut Yoeti (2003), pengertian bauran promosi (promotion mix) adalah
bermacam-macam cara atau kegiatan promosi yang dilakukan untuk mempengaruhi
target pasar. Diantara kegiatan promosi yang bermacam-macam itu adalah personal
selling, advertising, sales promotion, dan public relations.
1. Personal Selling
“Personal selling is the means by which companies inform and persuade their
client to buy a one-to-one basis”. Personal selling digunakan sebagai suatu
cara untuk menyampaikan informasi dan sekaligus membujuk calon
pelanggan untuk melakukan pembelian. Promosi yang dilakukan dengan cara
percakapan langsung (word to mouth) atau via telepon antara penjual dengan
calon pembeli.
2. Advertising
Digunakan dalam menyampaikan informasi untuk melakukan bujukan pada
pelanggan potensial sehingga melakukan pembelian produk-produk yang
ditawarkan. Iklan ditujukan kepada orang banyak atau dapat dikatakan bahwa
iklan sebagai penjualan yang bersifat impersonal. Iklan lebih bersifat
memberitahukan, menginformasikan bahwa kita ada produk yang mungkin
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka.
3. Sales Promotion
Adalah aktivitas promosi selain iklan yang bertujuan untuk mendorong atau
memperngaruhi pembeli atau pelanggan untuk melakukan pembelian melalui
display, exhibition, show, demonstrations dan kegiatan penjualan lainnya
yang bersifat tidak rutin.
27
4. Public Relation
Tujuannya adalah membentuk citra positif perusahaan dan pada waktu yang
bersamaan melakukan kegiatan promosi terhadap pelanggan potensial.
Berdasarkan Penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bauran promosi
merupakan gabungan dari berbagai jenis promosi yang ada. Suatu produk atau jasa
dalam kegiatan promosi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara untuk
mempengaruhi target pasar melalui beberapa cara seperti, periklanan (advertising),
sales promotion, personal selling, dan public relation. Setelah mengetahui bagaimana
cara melakukan kegiatan promosi, maka tentukan media promosi/publikasi yang
akan digunakan dalam memasarkan produk paket wisata.
2.5 Media Publikasi
Menurut Pendit (2003) media cetak yang digunakan untuk menyampaikan
informasi kepada konsumen diantaranya adalah:
1. Media cetak:
a. Surat edaran, yaitu surat yang dikirim untuk wisatawan prospektif
(kemungkinan untuk membelinya tinggi)
b. Selembaran, bertujuan untuk memberikan informasi tambahan yang
sifatnya segera dan hangat up to date kepada banyak orang di berbagai
tempat yang terpencar.
c. Brosur
d. Folder, yang terdapat dalamfolder lebih banyak dibandingkan dengan
selembaran atau brosur
e. Poster, sama seperti folder tapi ditampilkan dengan lebih menarik agar
dapat mempengaruhi wisatawan secara psikologis.
f. Majalah, dibuat oleh suatu perusahaan yang diterbitkan secara periodik
2. Iklan: media denga tata warna dan desain yang menarik perhatian
3. Proyeksi: film, slide, TV
28
4. Strategi publisitas: seluruh kesatuan metode dengan mempergunakan semua
jenis media sebagai alat yang dibantu oleh faktor psikologis, statistic
sosiodemografi dan penelitian untuk menyebarkan gagasan-gagasan, menjual
produk dan menjadi organisasi terkenal.
Menurut Soekadijo (2000), publikasi dapat langsung disampaikan kepada konsumen,
melalui media massa, ataupun secara intern. Penjelasan dari publikasi tersebut sebagi
berikut:
1. Publikasi Langsung
Bentuk-bentuk publikasi langsung sama dengan bentuk-bentuk yang biasa
digunakan dalam promosi yang ditujukan langsung kepada konsumen,
contohnya:
a. Leaflet dan folder, sebagai sarana publikasi tidak menawarkan rabat
atau pemberian hadiah, isinya berupa pesan-pesan yang menarik
konsumen agar menimbulkan keinginan untuk membeli suatu produk
tertentu.
b. Brosur perjalanan, untuk memberikan data dan uraian yang menarik
tentang perjalanan wisata yang ditawarkan lengkap dengan rute,
atraksi, hotel, transportasi , dan harga.
c. Lain-lain yang dapat berupa pameran, pekan wisata, dan laporan
perjalanan.
2. Publikasi dalam media massa
Dengan memanfaatkan media massa publikasi dapat sekaligus menyampaikan
informasi tidak hanya kepada konsumen potensial perorangan, tetapi juga ada
sebagian besar dari pasar. Media massa ada yang berupa media cetak seperti
koran (harian, mingguan, bulanan, berkala), majalah dan poster, media suara
(audio) sperti radio, dan media gambar bersuara (audiovisual) seperti film dan
televisi.
29
3. Publikasi Intern
Publikasi intern merupakan proses penyampaian informasi dengan
menceritakan langsung dari orang yang sudah mendapatkan pengalaman
kepada orang yang belum mendapatkan pengalaman, sehingga tertarik untuk
mencobanya.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa media
publikasi adalah sarana untuk memberikan informasi kepada public yang dapat
berupa visual, audiovisual, dan media cetak. Berbagai media dapat digunakan untuk
mempromosikan paket wisata antara lain melalui majalah-majalah wisata, khususnya
majalah wisata alam dan petualangan, brosur dan leaflet, website, home-page, e-mail
melalui pameran luar dan dalam negeri, dan buku panduan wisata. Adapun media
publikasi lainnya adalah katalog, sebagai media promosi yang dapat
menginformasikan sebuah produk. Penjelasan katalog akan dijelaskan pada sub bab
dibawah ini.
2.6 Katalog
Menurut (Strout, 1957) kata “Katalog” berasal dari bahasa Indonesia, kata
“Catalog “ berasal dari bahasa Belanda, sedangkan kata “Catalogue” berasal dari
bahasa Inggris. Istilah katalog itu sendiri berasal dari frase Yunani Katalogos. “Kata”
bermakna sarana atau menurut, sedangkan “logos” memiliki berbagai arti seperti
kata, susunan, alasan dan nalar. Jadi katalog dari segi kata bermakna sebuah karya
dengan isinya disusun menurut cara yang masuk akal. Sedangkan definisi secara
umum adalah kumpulan dari beberapa informasi yang saling berkaitan mengenai
sebuah produk baik barang ataupun jasa yang disusun dan disajikan dalam sebuah
media.
Fungsi katalog dalam kegiatan promosi adalah sebagai media yang dapat
menunjukkan segala macam produk yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang
disusun sesuai dengan jenis produk, fungsi produk, dan katagori produknya. Selain
30
itu juga membantu perusahaan agar dapat mempermudah mempromosikan produknya
kepada konsumen (www.librarycorner.org).
2.7 Biro Perjalanan Wisata dan Travel Agent
Menurut Nyoman S Pendit (1990) mengemukakan bahwa “Biro Perjalanan
Wisata adalah perusahaan yang mempunyai tujuan untuk menyiapkan suatu
perjalanan (dalam bahasa asingnya trip atau travel) bagi orang-orang atau seorang
yang merencanakan untuk mengadakannya”. Menurut Undang-undang No.9 tahun
1990 bagian kedua pasal 12, disebutkan bahwa Biro Perjalanan Wisata merupakan
penyedia jasa perencanaan, jasa pelayanan dan penyelenggaraan wisata.
Damardjati (2001) menjelaskan bahwa BPW adalah perusahaan yang khusus
mengatur dan menyelenggarakan perjalanan dan persinggahan orang-orang termasuk
kelengkapan perjalanannya, dari satu tempat ke tempat lain, baik di dalam negeri
maupun ke luar negeri. Menurut Ahira (2005) mengartikan BPW sebagai perusahaan
ataupun badan usaha yang memberikan pelayanan lengkap terhadap seseorang
ataupun kelompok orang yang ingin melakukan perjalanan baik dalam negeri maupun
ke luar negeri. Pelayanan ini meliputi transportasi dan akomodasi lainnya selama
perjalanan maupun tempat tujuan.
Menurut Ismayanti (2010), Biro Perjalanan Wisata (BPW) adalah perusahaan
yang menyelenggarakn kegiatan wisata dan jasa yang terkait dengan penyelenggaraan
perjalanan wisata baik dari dalam ke luar negeri maupun sebaliknya. Sedangkan
menurut Kesrul (2003), BPW adalah perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang
perjalanan wisata, dimana perusahaan tersebut yang mengelola, memesan,
merencanakan, membuat, dan menyelenggarakan kegiatan perjalanan wisata, baik
untuk kepentingan bisnis, berlibur, sosial, dan budaya.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Biro Perjalanan Wisata
adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa perjalanan wisata dengan kegiatan
menyelenggarakan kegiatan wisata berupa jasa untuk tujuan perjalanan bisnis,
ataupun berlibur. Kegiatan perjalanan wisata ini dapat berupa perjalanan dari dalam
31
negeri ke luar negeri ataupun sebaliknya. Keberlangsungan Biro Perjalanan Wisata
dalam persaingan bisnis pariwisata tidak lepas dari bantuan travel agent.
Menurut Browner dalam Marpaung (2002) travel agent adalah sebuah
perusahaan dimana seseorang akan mendapatkan informasi dari penasehat ahli
mengenai perjalanan wisata yang akan dilakukan, baik melalui darat, laut dan udara
keseluruhan tujuan di dunia. Perbedaan antara Biro Perjalanan Wisata dan Travel
Agent dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing
perusahaan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Biro Perjalanan Wisata dan Travel
Agent dilihat dari Keputusan Menteri Perhubungan No. PM 9/PW 104/Phb-77 yang
mengatur ketentuan tentang kegiatan Biro Perjalanan Wisata dan Travel Agent dalam
Marpaung (2002) sebagai berikut:
1. Biro Perjalanan Wisata melakukan kegiatan-kegiatan sebagi berikut:
a Menyusun dan menjual paket wisata luar negeri kepada umum atau atas
permintaan.
b Menyelenggarakan dan menjual pelayaran wisata (cruise).
c Menyusun dan menjual paket wisata dalam negeri kepada umum atau atas
permintaan.
d Menyelenggarakan pemandu wisata.
e Menyediakan fasilitas sewa mobil untuk wisatawan.
f Menjual tiket atau karcis sarana angkutan dan lain-lain.
g Mengadakan pemesanan saran wisata.
h Mengurus dokumen-dokumen perjalanan sesuai dengan peraturan-
peraturan yang berlaku.
2. Travel Agent melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a Menjual tiket atau karcis sarana angkutan dan lain-lain
b Menyusun dan menjual paket wisata.
c Mengadakan pemesanan saran wisata.
32
d Mengurus dokumen-dokumen perjalanan sesuai dengan peraturan-
pertauran yang berlaku.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Biro Perjalanan
Wisata dan Travel Agent merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa
pariwisata yang menyediakan segala kebutuhan perjalanan seseorang, baik dalam
negeri maupun luar negeri.