BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan hal ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan (knowledge) adalah
hasil tahu dari manusia terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya
(Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan menurut Irwanto (2003) adalah segala
sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang berkenaan dengan mata
pelajaran.
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya
tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2005). Tingkat pengetahuan seseorang secara rinci dibagi
menjadi enam tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
7
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
(Notoatmodjo, 2005).
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar (Notoatmodjo,
2005).
c. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
d. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
e. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Manfaat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007, p.140), pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses yang
berurutan yakni:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam diri
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini
sikap subyek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
d. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau diadopsi perilaku melalui proses
seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 2003) yang dikutip oleh Hendra (2008), ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:
a. Umur
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti
ketika berumur belasan tahun. Daya ingat seseorang itu salah satunya
dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini, maka dapat kita simpulkan
bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-
umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau
mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
b. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan
berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi
baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah
satu model untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara
terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Khayan, 1997).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari
seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama
bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang
baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya.
Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang
akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.
d. Sosial Budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya
dengan orang lain, karena hubungan ini seeorang mengalami suatu
proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
e. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga
sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri.
f. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV,
radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang.
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat
diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai
upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 1997).
5. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur
dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo,
2005). Cara mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian nilai 1 untuk
jawaban benar dan nilai untuk jawaban salah. Kemudian digolongkan
menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang, kurang. Dikatakan baik (>80%),
cukup (60-80%), dan kurang (<60%) (Khomsan, 2000).
6. Cara memperoleh pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal
dari berbagai macam sumber, misalnya : media massa, media elektronik,
buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan
sebagainya. Menurut Notoatmodjo (2003) dari berbagai macam cara yang
telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
a. Cara Tradisional atau Non Ilmiah
Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :
1) Trial and Error
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu ini bila
seseorang menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, maka dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil.
Oleh karena itu cara ini disebut dengan metode Trial (coba) dan
Error (gagal atau salah) atau metode coba-salah adalah coba-
coba. Metode ini telah banyak jasanya terutama dalam
meletakkan dasar-dasar menemukan teori-teori dalam berbagai
ilmu pengetahuan. Hal ini juga merupakan pencerminan dari
upaya memperoleh pengetahuan, walaupun pada taraf yang masih
primitive. Pengalaman yang diperoleh melalui penggunaan
metode ini banyak membantu perkembangan berfikir dan
kebudayaan manusia ke arah yang lebih sempurna.
2) Kekuasaan atau Otoritas
Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal ataupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan
tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemrintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli
pengetahuan.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik”.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
4) Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berfikir umat manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia
telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan, dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan, manusia telah menjalankan jalan pikirannya, baik
melalui induksi atau deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya
adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan. Kemudian dicari
hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila
proses pembuatan kesimpulan itu melalui pertanyaan-pertanyaan
khusus kepada umum dinamakan induksi sedangkan deduksi
adalah pembuatan kesimpulan dari pertanyaan - pertanyaan umum
kepada khusus.
b. Cara Ilmiah atau Cara Modern
Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini menggunakan cara yang
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah atau
popular disebut metodologi penelitian (Research Methodologi).
7. Sumber pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), sumber dari pengetahuan didapat melalui
penginderaan. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu :
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
B. Inisiasi Menyusu Dini
1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini
a. Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini
adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008).
b. IMD merupakan program yang dilakukan dengan cara langsung
meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi
merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu
(Syarifah, 2008).
c. Inisiasi menyusu dini adalah proses alami mengembalikan bayi
manusia untuk menyusu, yaitu dengan memberikan kesempatan pada
bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri, dalam satu jam
pertama pada awal kehidupannya (Swasono, 2008 dalam Roesli, 2008)
Jadi, inisiasi menyusu dini adalah segala upaya yang dilakukan agar
agar bayi bisa menyusu sedini mungkin dalam satu jam pertama pada
awal kehidupannya.
d. Inisiasi Menyusu Dini adalah memberikan sesegera mungkin air susu
ibu (ASI) kepada bayi (Suari, 2008).
e. Inisiasi Menyusu Dini adalah segala upaya yang dilakukan agar bayi
bisa menyusu sedini mungkin dalam satu jam pertama pada awal
kehidupannya (Kresnawan, 2007).
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Praktik Inisiasi
Menyusu Dini
1. Faktor Ibu
Ibu menyusui harus muncul motivasi dan percaya diri bahwa dirinya bisa
menyusui.
2. Keluarga
Dari lingkungan keluarga, faktor nenek dan 'staf ahli' seperti baby sitter,
pembantu rumah tangga (PRT) sangat mempengaruhi usia pemberian
makanan tambahan pertama untuk bayi. Ayah juga berperan dalam
suksesnya ASI eksklusif yaitu dengan mendukung secara fisik dan
psikologis.
3. Lingkungan
Lingkungan kerja juga sangat berperan untuk suksesnya ASI Eksklusif;
UU Nakes no. 13/2003 menyebutkan perlunya ruang laktasi dan
fasilitasnya. Pengalaman dari mulut ke mulut dari tetangga juga
menentukan seorang bayi akan mendapatkan ASI eksklusif.
4. Kebijakan/aturan di masyarakat
Advokasi terhadap PEMDA juga perlu dilakukan mengingat masih ada
produk susu formula program bantuan dana APBD yang menyalahi aturan
label seperti masih mencantumkan formula untuk 0-6 bulan dimana usia
ini haruslah hanya mendapatkan ASI.
5. Pengetahuan
Pengetahuan dapat diperoleh melalui berbagai media baik cetak maupun
elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga
seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah,
internet dan lain- lain) akan lebih banyak pengetahuannya. Dan
pengetahuan juga dapat di peroleh dengan pemberian penyuluhan (Hector
et.al 2005) . Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) karena
dalam pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
D. Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi menyusu dini memerlukan beberapa persiapan, diantaranya kondisi
fisik dan mental ibu (Roesli, 2008). Berikut ini beberapa langkah yang
harus dilakukan menurut protokol avidence – based yang telah diperbarui
oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam
pertama yaitu :
1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera
setelah lahir selama paling sedikit satu jam
2. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisasi menyusu dan ibu dapat
mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan
jika diperlukan.
3. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi
baru lahir hingga inisiasi menyusu dini selesai kemudian baru
dilakukan prosedur tersebut seperti: memandikan, menimbang,
pemberian vitamin K, obat tetes mata, dan lain-lain
4. Prinsip menyusu / pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan
secara eksklusif
5. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.
Biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam
bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruang
bersalin dingin, bayi dapat diberi topi dan diselimuti. Ayah atau
keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses
bayi menyusu ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap
untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan.
E. Pentingnya kontak kulit dan menyusu dini
Menurut Sjafani (2007), ada dua hal penting yang tidak disadari selama ini
bahwa kontak kulit bayi dan ibu penting dan bayi baru lahir segera
didapati untuk menyusu sendiri. Roesli (2008) mengatakan kontak kulit
dengan kulit segera setelah lahir dan bayi menyusu sendiri dalam satu jam
pertama terbilang penting karena:
1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak
mencari payudara.
2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, pernafasan serta detak jantung bayi
lebih stabil, bayi akan jarang menangis sehingga mengurangi
pemakaian energi.
3. Menjaga kolonisasi bakteri baik dari ibu didalam perut bayi sehingga
memberikan perlindungan terhadap infeksi
4. ”Bonding” (Ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan lebih baik
karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu
biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.
5. Makanan awal non ASI mengandung zat putih telur yang bukan
berasal dari susu manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat
mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih
awal.
6. Bayi diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui
eksklusif dan akan lebih lama disusui.
7. Sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya serta isapan bayi
pada puting susu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin
8. Bayi mendapat kolostrum (ASI yang pertama kali keluar). Kolostrum
(the gift of life) yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk
ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus dan
kelangsungan hidup bayi.
9. Ibu dan Ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya
untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat
kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya.
F. Keuntungan IMD bagi Ibu dan Bayi
Menurut Suari (2008), Roesli (2008), dan JNPK-KR (2007), ada berbagai
manfaat yang diperoleh dari proses inisiasi menyusu dini, diantaranya :
1. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi :
a. Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi
b. Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan
insting dan bisa diperkirakan :
1) Menstabilkan pernapasan
2) Mengendalikan temperatur tubuh bayi
3) Bayi mempunyai pola tidur yang lebih baik
4) Mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu lebih cepat dan
efektif
5) Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi
2. Keuntungan menyusu dini untuk bayi :
a. Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera
kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi
b. Meningkatkan kecerdasan
c. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napas
d. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu – bayi
e. Mencegah kehilangan panas
3. Keuntungan Menyusu dini untuk ibu :
a. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin karena isapan mulut
bayi
b. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
c. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu – bayi
4. Dengan memulai menyusu dini maka :
a. Kematian balita sebesar 40% terjadi pada satu bulan pertama
kehidupan bayi. Inisiasi menyusu dini dapat mengurangi 22%
kematian bayi usia 0-28 hari. Berarti inisiasi menyusu dini dapat
mengurangi angka kematian balita sebesar 8.8%
b. Meningkatkan keberhasilan menyusui eksklusif dan lama
menyusui sampai 2 tahun. Dengan demikian, dapat menurunkan
kematian anak secara menyeluruh
c. Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga akan
mengurangi kesulitan posisi saat menyusu
G. Penghambat IMD
Inisiasi menyusu dini masih sulit untuk diterapkan karena adanya mitos
atau pendapat yang masih simpang siur. Berikut ini ádalah pendapat-
pendapat yang dapat menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan
kulit bayi (Roesli, 2008) :
1. Bayi kedinginan-tidak benar
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit
dengan sang ibu. Berdasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bergman
(2005), suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1oC lebih panas
daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang
diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1oC.
Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2oC
menghangatkan bayi. Kulit ibu bersifat thermoregulator atau thermal
sinchrony bagi suhu bayi.
2. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya-
tidak benar
Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah
lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi
menyusu dini membantu menenangkan ibu.
3. Tenaga kesehatan kurang tersedia-tidak masalah
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan
tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah
atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan
pada ibu.
4. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk-tidak masalah
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau
kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan
usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.
5. Ibu harus dijahit-tidak masalah
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang
dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.
6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore
(gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir-tidak benar
Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan
Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini
dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri
tanpa membahayakan bayi.
7. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur-
tidak benar
Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas
badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan
melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera
setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai
menyusu awal selesai.
8. Bayi kurang siaga – tidak benar
Justru pada 1 -2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert).
Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama.
9. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga
diperlukan cairan lain (cairan prelaktal) – tidak benar
Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi
dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai
pada saat itu.
10. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi – tidak benar
Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain
sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru
lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang
masih muda.
H. Peran IMD dalam Millenium Devolepment Goals (MDGs)
Dalam Roesli (2008), IMD berperan dalam pencapaian tujuan MDGs.
Berikut ini adalah tujuan dari MDGs :
1. Membantu mengurangi kemiskinan
Inisiasi menyusu dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif
enam bulan dan lama menyusui. Jika seluruh bayi yang lahir di
Indonesia dalam setahun disusui secara eksklusif enam bulan, berarti:
a. Harga rata-rata satu kaleng susu formula Rp. 60.000,00 (tahun
2007).
b. Jumlah bayi lahir di Indonesia 5,5 juta per tahun.
c. Biaya pembelian susu formula selama enam bulan untuk bayi ini:
5,5 juta x 55 kaleng x Rp. 60.000,00 = Rp. 18.120 triliun.
d. Setiap bayi memerlukan sekitar Rp. 3,3 juta dalam enam bulan.
Biaya ini lebih dari 100% pendapatan buruh yang cuma Rp.
500.000 per bulan.
2. Membantu mengurangi kelaparan
Bagi anak usia dua tahun, sebanyak 500 cc ASI ibunya mampu
memenuhi kebutuhan kalori 31%, protein 38%, vitamin A 45%, dan
vitamin C 95%. ASI masih memenuhi kebutuhan kalori 70% untuk bayi
6-8 bulan, 55% untuk bayi 9-11 bulan, dan 40% untuk bayi 12-23
bulan. Keadaan ini akan secara bermakna memenuhi kebutuhan
makanan bayi sampai usia dua tahun. Dengan kata lain, pemberian ASI
membantu mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan
yang terhenti yang umumnya terjadi pada usia ini.
Bayi yang berkesempatan melakukan inisiasi menyusu dini, 59% masih
menyusu hingga usia enam bulan dan 38% hingga bayi usia 12 bulan.
Pada bayi yang tidak diberi kesempatan melakukan inisiasi menyusu
dini, prosentase yang masih menyusu pada usia enam bulan hanya 19%
dan untuk bayi usia 12 bulan 8%.
3. Membantu mengurangi angka kematian anak balita
Sekitar 40% kematian balita terjadi pada usia bayi baru lahir
(di bawah satu bulan). Menurut (The World Health Report 2005 dalam
Roesli 2008), angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per
1.000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar
5 juta per tahun dan angka kematian bayi adalah 20 per 1.000 kelahiran
hidup, berarti sama halnya dengan:
a. Setiap hari, 246 bayi meninggal
b. Setiap satu jam, 10 bayi Indonesia meninggal. Jadi, setiap enam
menit, satu bayi Indonesia meninggal.
Menurut The World Report 2005, angka kematian balita
Indonesia adalah 40 per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti :
a. Setiap hari, 430 balita meninggal.
b. Setiap jam, 24 balita meinggal. Setiap 2 ½ menit, satu balita
Indonesia meninggal.
Berdasarkan penelitian (WHO, 2000 dalam Roesli 2008) di
enam negara berkembang, risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan
meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia di
bawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%.
I. Manfaat ASI untuk bayi
1. Sebagai antibodi yang dapat mencegah masuknya bakteri dalam
tubuh bayi.
2. Sebagai sumber lemak yang dapat mencukupi kebutuhan kalori bayi.
3. Sebagai sumber karbohidrat (laktosa).
4. Dalam ASI terdapat protein yang sangat berguna untuk bayi karena
dalam protein terdapat sistin yang diperlukan untuk pertumbuhan
somatik, dan terdapat juga taurin yang berfungsi untuk pertumbuhan
otak.
5. ASI mengandung vitamin yang cukup untuk bayi. Vitamin K yang
berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah,vitamin E
paling banyak terdapat dalam kolostrum dan juga vitamin D.
6. Mengandung zat protektif yang dapat mencegah bakteri ke dalam
tubuh bayi sehingga bayi akan jarang sakit, seperti laktobasilus
bifidus, laktoferin, lisozim, komplemen C3 dan C4, faktor
antistreptokokus, antibodi.
7. Tidak menimbulkan alergi.
8. Menyebabkan pertumbuhan baik (Suradi, 2004)
J. Kerangka Teori
Gambar 2.1 kerangka teori
Sumber: Notoatmodjo, S 2003.
pendidikan
sosial budaya
pengalaman
informasi
Inisiasi MenyusuDini
pengetahuan