15
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG MUSIK
A. Pengertian Musik
Berbicara mengenai musik berarti kita berbicara tentang kehidupan
manusia dalam lintasan sejarah. Pada tingkat peradaban manusia yang masih
rendah, seni musik telah diinterpretasikan sedemikian rupa pada hampir
seluruh aspek kehidupan, masyarakat primitif memanfaatkan musik tidak
hanya sekedar sarana entertainment semata, tetapi mereka mempergunakannya
juga sebagai alat untuk upacara ritual keagamaan, adat kebiasaan bahkan
sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sosial. Apresiasi mereka
menunjukkan bahwa musik mempunyai peran yang cukup urgen dalam
kehidupan manusia.
Salah satu peran yang cukup menonjol pada seni musik yaitu sebagai
mediator. Pada konteks ini seni musik merupakan bahasa universal yang
diekspresikan lewat simbol-simbol estetis. Sebagai alat komunikasi musik
menjelma secara substansial menjadi sarana aktivitas interaktif antara musisi
dan audiencenya (pendengar). Pada tingkat inilah seni musik menunjukkan
peran yang cukup luas yang mencakup kehidupan sosial, budaya, politik,
ekonomi dan kehidupan religius (keagamaan).
Musik yang kita dengar sehari-harinya secara umum, merupakan suatu
kumpulan atau susunan bunyi atau nada, yang mempunyai ritme tertentu, serta
mengandung isi atau nilai perasaan tertentu.
16
Ada beberapa hal definisi tentang musik, yang diucapkan atau hasil
pemikiran para ahlinya. Diantaranya ialah:
1. Musik adalah urutan bunyi-bunyian yang logis tetapi bukan logika
dari suatu argumentasi, musik adalah suatu himpunan teratur dari vitalitas,
suatu impian di mana bunyi-bunyian bersatu padu dan mengkristalisasi.
(Irwin Edman, filusuf Amerika)
2. Musik adalah bahasa dunia, ia tidak perlu diterjemahkan, dalam musik
berbicara dari jiwa kepada jiwa. (Dr. Alferd Aurbach, Universitas
California) 1
3. Seni musik (instrument art) adalah bidang seni yang berhubungan dengan
alat-alat musik dan irama yang keluar dari alat musik tersebut. Bidang ini
membahas cara menggunakan instrument musik, masing-masing alat
musik mempunyai nada tertentu di samping itu seni musik juga membahas
cara membuat not dan bermacam aliran musik, misalnya musik vokal dan
musik instrument.
Seni musik dapat disatukan dengan seni vokal. Seni instrument adalah
seni suara yang diperdengarkan melalui media alat-alat musik, sedangkan seni
vokal adalah melagukan syair yang hanya dinyanyikan dengan perantara oral
(suara saja) tanpa iringan instrument musik). 2
Melihat definisi di atas kita sudah terbawa pada suatu pengertian yang
tertentu, yang sifatnya serius. Jadi definisi-definisi tersebut berlaku untuk
1 Jabrohim dan Saudi Berlian, Islam dan kebudayaan, PP Muhammadiyah: Yogyakarta,
Cet. Ke-1, 1995, Hlm.50 2 Abdurrahman Al Baghdadi, Seni dalam pandangan Islam, Gema insani press: Jakarta,
Cet. Ke-1, 1998, Hlm. 13
17
musik-musik serius, dalam arti bahwa musik-musik tersebut memang betul-
betul merupakan suatu karya seni.
B. Sejarah Seni Musik
Sepanjang sejarah belum pernah ditemukan umat yang menjauhkan
diri dari nyanyian dan musik. Perbedaannya hanya dalam waktu yang mereka
gunakan untuk menikmati lagu atau kapasitas lagu yang mereka nikmati, ada
yang banyak dan ada juga yang sedikit. Bahkan ada juga yang berlebihan,
sehingga lagu sudah merupakan prinsip hidupnya.3
Akar musik Arab berpangkal pada masa ribuan tahun sebelum masehi.
Sudah menjadi anggapan umum di kalangan ahli-ahli musik bahwa musik
Arab bersumber dari musik Yunani atau Persia. Karena itu maka biasa
menetapkan awal sejarah musik Arab pada masa pra Islam ketika peradaban
Yunani dan Persia sedang berada pada puncaknya. Akan tetapi perkembangan
arkeologi modern serta penemuan-penemuan penggalian telah membukakan
jalan bagi sejarah seni musik dan mengubah secara radikal konsep-konsep
lama mengenai evolusi budaya dunia. Demikianlah bahwa musik Arab
berawal dari masa yang lebih tua dari masa pra-Islam.
Orang-orang Arab tidak hanya mengagumi kesempurnaan seni
menyanyi, bermain teori musik, alat-alat musik dan pengembangan cara
3 Yusuf Qardhawy, Fiqh Musik dan Lagu, Mujahid Press: Bandung, Cet. Ke-1, 2002,
Hlm. 194
18
pembuatannya, tapi mereka juga tertarik pada berbagai aspek komposisi musik
dan mereka mengembangkan model-model gaya puisi serta nyanyian.4
Mayoritas komunitas Arab pada dasarnya memiliki kemampuan yang
cukup handal dalam seni musik, maka hal yang wajar apabila seni musik
tumbuh cukup subur di dunia Arab. Hal tersebut antara lain dilatar belakangi
oleh lahirnya seni musik di daratan Arab. Sejak zaman jahiliah dunia Arab
telah mengenal musik, bahkan seni musik telah menjadi trend dan bagian dari
gaya hidup mereka sehari-hari.
1. Musik Pada Masa Rasulullah SAW Dan Sahabat
Kehidupan masyarakat Islam di masa Rasulullah SAW ditandai
oleh dua karakteristik, yaitu (1) sederhana, (2) Banyak berbuat untuk jihad
fisabilillah membela Islam dan meluaskannya. Sehingga tidak ada waktu
untuk bersenang-senang menciptakan bentuk-bentuk keindahan (seni,
musik, lagu) apalagi menikmati.
Orang-orang Islam dengan kepercayaan barunya lebih tertarik oleh
seruan jihad daripada lagu dan musik, ini membuktikan bahwa masyarakat
Islam di masa Rasulullah bukan tanah yang subur untuk kesenian. Tetapi
ketika wilayah Islam meluas, kaum muslimin berbaur dengan berbagai
bangsa yang masing-masing mempunyai kebudayaan dan kesenian
sehingga terbukalah mata mereka kepada kesenian suara baru dengan
mengambil musik-musik Persia dan romawi.5
4 UNESCO, Sumbangan Islam kepada ilmu dan kebudayaan, Penerbit pustaka:
Bandung, 1997, Hlm. 377 5 Ibid, Hlm.18-19
19
Pada zaman Nabi SAW dan sahabat tidak ada kaum pria yang
berprofesi sebagai penyanyi, namun ada yang memiliki suara indah. Orang
Arab pada zaman jahiliyah menganggap nyanyian sebagai suatu yang aib
bagi kaum laki-laki, bahkan bagi kaum perempuan merdeka dan bukan
hamba sahaya, maka dari itu mereka mengkhususkan penyanyi bagi para
hamba sahaya wanita.
Adapun tentang adanya penyanyi wanita, telah ditunjukkan oleh
sebagian hadist bahwa di Madinah terdapat penyanyi wanita, bahkan
Madinah merupakan pusat nyanyian sejak zaman jahiliyah dibandingkan
penduduk Mekkah. Sebagaimana telah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW:
”Sesungguhnya kaum Anshor sangat menyukai dan mengagumi
permainan (nyanyian)”.6
Permasalahan lagu dan musik semakin merebak dan marak setelah
masa Rosululloh SAW dan sahabat, bahkan banyak penyanyi yang sangat
terkenal ketika itu, diantaranya Izzah al Maila.
Kemudian pada masa bani Umayyah semakin banyak lagi, bahkan
lebih banyak dari sebelumnya. Dan pada masa bani Abasiyyah para
seniman dan pujangga semakin bertambah lagi dan banyak dari kaum laki-
laki yang terhormat masuk ke dunia musik dan lagu. Mereka banyak
mengarang buku-buku tentang musik dan lagu dan menggubah syair-syair
lagu bagi para penyanyi. 7
6 Yusuf Al Qardhawy, Nasyid Versusu Musik Jahiliyah, Mujahid Press: Bandung, Cet.
I, 2001, Hlm. 11 7 Yusuf Al Qardhawy, Fiqih Musik dan Lagu, Op.Cit., Hlm. 96
20
a. Pengarang Teori Musik dari Kalangan Kaum Muslimin
Ketika wilayah kekuasaan Islam meluas mencapai Eropa,
pertumbuhan seni musik berubah total. Pesatnya pertumbuhan seni
musik pada saat itu sebagai implikasi terjadinya akulturasi antara
kebudayaan Islam dengan kebudayaan daerah taklukannya. Pada masa
itu muncullah seorang ahli musik bernama Ibnu Majjah (wafat tahun
705 M). Setelah itu kaum muslimin banyak mempelajari buku-buku
musik yang diterjemahkan dari bahasa Yunani dan Hindia. Mereka
mengarang kitab-kitab musik baru dengan mengadakan penambahan
dan penyempurnaan serta pembaharuan baik dari segi alat-alat
instrument maupun dengan system dan tekhnisnya. Diantara pengarang
teori musik Islam yang terkenal adalah:
1. Yunus bin Sulaiman al Khatib (wafat tahun 785M) beliau adalah
pengarang musik pertama dalam Islam, kitab-kitab karangannya
dalam musik sangat bernilai tinggi sehingga, pengarang-pengarang
teori musik Eropa banyak yang merujuk ke ahli musik itu.
2. Khalil bin Ahmad (wafat tahun 791 M). beliau telah mengarang
buku teori musik mengenai not dan irama.
3. Ishak bin Ibrahim Mausulli (wafat 850 M). telah berhasil
memperbaiki musik Arab jahiliyah dengan system baru.8
8 Abdurrahman Al Baghdadi, Op. Cit., Hlm. 19
21
b. Pendidikan Musik Di Negeri-negeri Islam
Selain dari penyusunan kitab musik, timbul perhatian dalam
bidang pendidikan musik yang dicurahkan pada akhir daulah
Umayyah. Pada masa itu para khalifah dan para pejabat lainnya
memberikan perhatian yang sangat besar dalam pengembangan
pendidikan musik. Banyak sekali musik didirikan oleh negara Islam di
berbagai kota dan daerah. Baik sekolah tingkat menengah maupun
sekolah tingkat tinggi. Sekolah musik yang paling sempurna dan
teratur adalah yang didirikan oleh Sa’id Abdul Mu’min (wafat tahun
1294M)
Salah satu sebab mengapa dalam daulah Abasiyyah didirikan
banyak sekolah musik adalah karena keahlian menyanyi dan bermusik
menjadi salah satu syarat sebagai pelayan (budak), pengasuh, dayang-
dayang di istana, dan di rumah-rumah. Karena itu telah menjadi suatu
keharusan bagi para pemuda dan pemudi untuk mempelajari musik. 9
2. Musik Dalam Perkembangan Berikutnya
Pada masa sekarang di beberapa kota Islam pada bulan
Romadhan masih ditemukan tradisi lama yaitu pada waktu makan sahur,
banyak orang-orang berjalan-jalan sambil bernyanyi dan terkadang
menggunakan terompet. Selain itu orasi-orasi pemakaman yang
diselenggarakan dengan peraturan agama yang sangat ketat umumnya
dibacakan dengan lagu, dan di beberapa tempat keramat, musik menyertai
9 Ibid, Hlm. 20
22
upacara-upacara religius bahkan di masa lalu tentara muslim yang perang
menunaikan perang suci (al jihad) diiringi semacam musik untuk
meningkatkan keberanian dan keteguhan hati dan perjuangan mereka.10
Selain jenis-jenis musik khusus dari sudut pandang syar’i tersebut
tentu saja ada samudera musik surgawi yang dihubungkan dengan tasawuf,
bermacam-macam musik mulai dari pemukulan tambur-tambur secara
sederhana di Senagal sampai pertunjukan akbar berbagai alat musik yang
dimainkan oleh sejumlah musisi di Turki dan di anak benua Indo-Pakistan.
Ada juga bentuk musik yang lebih popular yang sekarang di sebut
musik rakyat. Keberadaannya merupakan bagian yang integral dari pola
kehidupan. Berbagai kelompok, terutama di daerah pedalaman dan di
antara suku pengembara di seluruh dunia Islam dan dimainkan atau
dinyanyikan oleh orang-orang yang benar-benar teguh bersandar kepada
ajaran syari’ah terkadang, jenis musik ini menjadi inspirasi bagi para tokoh
sufi, untuk kesempurnaan tujuan spiritual itu pada pertemuan mereka.
Beberapa tabib muslim ada juga yang menggunakan musik
sebagai sarana penyembuhan penyakit. Baik jasmani maupun rohani, dan
di tulis juga beberapa risalah tentang ilmu pengobatan melalui musik.11
Bagi orang yang memperhatikan kaum muslimin dalam realita
kehidupannya tidak akan ditemukan konflik antara orang Islam yang
berpegang teguh (mutayyihin) dengan orang yang menginginkan
kenikmatan dengan kebagusan dalam pendengaran (lagu dan musik).
10 Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, Penerbit Mizan: Bandung, 1993. Hlm. 165
11 Ibid., Hlm. 166-167
23
Pada zaman dahulu kaum muslimin telah mampu membuat jenis-
jenis nyanyian yang bisa membuat hati dan jiwa meraka tenang dan
tentram, khususnya di pelosok perkampungan. Dan ini telah kita alami
sejak anak-anak sampai remaja semua jenis nyanyian tersebut adalah jenis
nyanyian natural yang tumbuh dalam lingkungan masyarakat. Sehingga
mereka jauh dari unsur-unsur negatif.12
Begitulah kita mengamati realita kehidupan kaum muslimin,
fenomena lagu dan musik senantiasa menyertai kehidupan. Baik yang
berhubungan dengan masalah duniawi maupun agama dan secara fitrahpun
manusia membutuhkannya.
C. Dalil-Dalil Al Qur’an Dan As Sunnah Tentang Hukum Seni Musik
Pandangan dan sikap kultural seorang muslim yang komited pada
agamanya tentang berbagai persoalan kehidupan dan penghidupan manusia
termasuk tentang kebudayaan umumnya dan kesenian khususnya, tidak dapat
terlepas dari nilai-nilai asasi dan kaidah fundamen Islam yang menjadi sumber
rujukan dan acuan segala fisi hidupnya.
Sebagai suatu sistem, Islam terdiri atas komponen-komponen dan
fundamen-fundamen aqidah (tata keimanan), syari’ah (kaidah hukum) dan
akhlak (tata kaidah moral). Ketiga komponen tersebut merupakan satu
konstruksi yang utuh dan mempunyai intregitas yang kokoh antara yang satu
dengan yang lainnya. Sebagaimana agama yang mengatur kehidupan dan
penghidupan manusia. Dengan demikian sistem-sistem budaya Islam
12 Yusuf Al Qardhawy, Fiqih Musik dan Lagu, Op. Cit., Hlm. 196
24
merupakan sistem-sistem yang berdasarkan syari’ah Islam dan akhlak Islam,
berakar pada aqidah Islam.
Maka jelaslah bahwa Islam mempunyai concern yang amat besar
terhadap masalah-masalah yang fundamen berkaitan dengan kebudayaan
umumnya kesenian, khususnya.
1. Al Qur’an
Sebagaimana, kita pahami dari konsep-konsep tentang kesenian
secara definitive bahwa seni dalam formatnya yang paling ideal selalu
diidentikan dengan keindahan. Setiap karya seni ataupun kreativitas yang
lahir dari tangan seorang seniman hampir selalu diidentikan dengan
keindahan. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis bahwa keindahan
merupakan unsur yang cukup urgen dalam kesenian.
Allah SWT meyakinkan manusia tentang ajarannya dengan
menyentuh seluruh totalitas manusia, termasuk menyentuh hati mereka
melalui seni yang ditampilkan Al Qur’an yakni melalui kisah-kisahnya
yang nyata atau simbolik yang dipadu oleh imajinasi, melalui gambaran-
gambaran kongkrit dari idea abstrak yang dipaparkan dalam bahasa seni
yang mencapai puncaknya.13
Islam melalui sumber utamanya Al Qur’an sangat menghargai
seni, bukankah seni atau kesenian tidak lain kecuali ekspresi ruh dan
budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan.
Dalam surat Qaaf: 6 akan terlihat jelas bahwa Al Qur’an ingin menggugah
13 Jabrohim dan Saudio Berlian, Op.Cit, Hlm. 9
25
akal di hati setiap mukmin untuk menyelam keindahan bumi dan
seisinya.14
افلم ينضرواالىالسماءفوقهم آيف بنينهاوزينهاومالهامن فروجArtinya: ”Maka apakah mereka tidak terlihat akan langit yang ada di
atas mereka, bagaimana kami meninggikan dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun” (QS Qaaf: 6)15
Ayat Al Qur’an yang pertama dijadikan dalil oleh orang-orang
yang memperbolehkan musik dan lagu adalah firman Allah SWT tentang
sikap Nabi SAW dalam menghadapi orang-orang ahli kitab:
ياء مرهم بالمعروف وينههم عن المنكرويحلولهم الطيبت ويحرم عليهم
الخبئث ويضع عنهم اصرهم واالغلل التى آانت عليهمArtinya: ”Yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang
mereka mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu yang ada pada mereka”. (QS. Al A’raf :157)16
Adapun faktor yang dijadikan dalil dari ayat tersebut adalah
menyatakan halalnya segala yang baik yang terdapat dalam risalah
muhammadiyah yang terjaga, dan risalah tersebut merupakan undang-
undang yang mudah dan ringan. Ath Thayyibat (segala yang baik) adalah
kalimat jamak dengan Alif dan Lam. Menunjukkan makna umum, meliputi
segala yang baik. Dan Ath Thayyibah (segala yang baik), menurut mayoritas
biasanya identik dengan hal-hal yang dinikmati dan juga di identikan dengan
hal yang thahir (bersih) dan halal.
14 Yusuf Qardhawy, Fiqih Musik dan Lagu, Op.Cit, Hlm. 19 15 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, CV. Toha Putra: Semarang,
1996, hlm. 413 16 Ibid, Hlm. 135
26
Asy Syaukani mengatakan: ”Ibnu Abdul Salam menegaskan
dalam Dalail Al Ahkam yang dimaksud dengan Ath Thayyibah dalam ayat
ini hal-hal yang dapat dinikmati.
Beberapa ayat Al Qur’an menerangkan tentang halalnya Ath
Thayyibah bagi manusia, dan merupakan karunia, kasih sayang dan
kemudahan dari Allah SWT bagi manusia.
Allah SWT berfirman:
يسئلونك ماذااحل لهم قل احل لكم الطيبتArtinya: ”Mereka menanyakan kepada kamu: ”apakah yang dihalalkan
bagi mereka? katakanlah: ”Dihalalkan bagi kamu yang baik-baik”. (Al Maidah: 4)17
Allah SWT juga berfirman:
ان اهللا اليحب, تعتدواياايهاالذين امنواالتحرمواطيبت مااحل اهللا لكم وال
المعتدينArtinya: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan
apa-apa yang baik yang telah Allah SWT halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (Al Maidah :87)18
Menikmati musik dan nyanyian itu sesuai dengan fitrah manusia
(human nature) dan gharizahnya (insting/naluri), yang memang suka
kepada hal-hal yang enak/lezat, indah, menyenangkan, mengasyikan, dan
memberi kedamaian dan ketenangan dalam hati, seperti musik dan
17 Ibid, hlm. 85 18 Ibid, hlm. 97
27
nyanyian itu.19 Sebagaimana yang diingatkan oleh Allah SWT dalam Al
Qur’an surat Ali Imran:14
زين للناس حب الشهوت من النساء والبنين والقناطيرالمقنطرة من
ذلك متاع الحيوة, الذهب والفظة والخيل المسومة واالنعام والحرف
.واهللا عنده حسن الماب,الدنياArtinya: ”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-yang diinginkan, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading, itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga)”. (Ali Imran: 14)20
Menurut Islam, orang yang suka kepada enam macam
kesenangan hidup di dunia yang tersebut di atas tidaklah tercela, sebab
kesukaan tersebut adalah sesuai dengan fitrah manusia dan instingnya
yang diciptakan oleh Allah SWT, sedangkan Allah SWT tidak akan
menciptakan manusia atas fitrah dan gharizah (naluri) yang baik.
Islam tidak membunuh atau mematikan fitrah manusia dan
gharizahnya, tetapi mengaturnya, menyalurkannya dan memngarahkannya
pada hal-hal yang positif yang diridhoi oleh Allah SWT dan tidak sampai
melanggar batas-batas yang telah ditentukan oleh Al Qur’an. Misalnya
orang punya bakat seni musik, tidak dilarang oleh Islam. Kalau ia
mengembangkan bakatnya lalu menekuni musik dan nyanyian sehingga
menjadi musikus yang baik, bahkan Islam sangat menghargai kalau orang
19 Yusuf Qardhawy, Fiqih Musik dan Lagu, Op.Cit., Hlm. 76 20 Departemen Agama RI, Op. Cit., Hlm. 40
28
yang mempunyai bakat seni lalu menggunakan bakat dan ahlinya dalam
bidang seni musik atau suara itu sebagai sarana dakwah Islam. 21
2. Al Hadits
Al Hadits sebagai sumber Hukum yang kedua setelah Al Qur’an
telah memberikan patokan-patokan mengenai berbagai aktivitas
sosiokultural manusia dalam seluruh sisi kehidupan. Banyak terdapat
hadits-hadits yang memiliki korelasi langsung dengan seni musik, di
antara hadits-hadits tersebut antara lain:
حدثنامسددحدثنابشربن مفضل حدثناخالدبن دآوان قال قالت ربيع
بن عفراء جاء النبي صلى اهللا عليه وسلم فدخل حين بنى على معوذا
فجلس على فراش آمجلسك منى فجعلت جويرات لنايضربن بالدف
ويندبن من قتل من ابائ فى بدراذقالت احداهن وفينانبى يعلم
رواه البخارى والترمذى (. ى آنت تقولينمافىغدفقل داعى هذه وقولى بالذ
)وابن ماجه وغيرهم
Artinya: ”Telah menceritakan kepada kami musaddad, telah menceritakan kepada kami Khalid bin Dakwan seraya berkata : bahwa Rubayyi binti Mu’awwiz bin ‘Afra mengatakan; Rosululloh SAW datang masuk ke rumah saya di pesta perkawinan saya, Rosululloh SAW duduk di atas tikar, jarak antara beliau dengan saya seperti jarak antara kamu dengan saya. Maka beberapa jariyah kami segera memukul rebana sambil memuji-muji (seraya bernyanyi) untuk orang tua saya yang mati di perang Badar. Tiba-tiba seorang di antara jariyah itu berkata : Di hadapan kita sekarang ada Nabi SAW yang dapat mengetahui di masa esok hari (hal-hal yang akan datang), Rosululloh lalu bersabda : Tinggalkanlah omongan yang begitu dan teruskan apa yang kamu sebutkan (nyanyikan) tadi. 22
21 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, CV Haji Masagung: Jakarta, 1991, Hlm.97-98, 22 Inan Abi Abdillah, Sahih Bukhori, Beirut Dar Al Fifr, 1981, jilid 6, Hal 137
29
Dalam kitab Nail al Autar di ceritakan pula tentang kebolehan
bermain musik sebagaimana hadits berikut:
خرج رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم فى بعض : عن بريدة قال
مغازيه فلماانصرف جاءت جاريه سوداء فقالت يارسول اهللا انى
ان ردك اهللا صالحاان اضرب بين يديك بالدف وانعني قال نذرت
لهاان آنت نذرت فاضربي واالفال فجعلت تضرب فدخل ابوبكروهى
تضرب ثم دخل على وهى تضرب ثم دخل عثمان وهى تضرب ثم
دخل عمرفاءلقت الدف تحت استهاثم فعدت عليه فقال رسول اهللا
مرانى آنت جالساصلى اهللا عليه وسلم ان الشطان ليخاف منك ياع
وهى تضرب فدخل ابوبكروهى تضرب ثم دخل على وهى تضرب
روه احمد (ثم دخل عثمان وهى تصرب فلمادخلت ياعمرالقت الدف
)والترمذى وصححة
Artinya: ”Dari Buraidah, dia mengatakan bahwa Rosululloh SAW pergi untuk menghadapi peperangan (di antara beberapa peperangan Rosululloh), setelah beliau pulang datanglah seorang jariyah berkulit hitam, lalu berkata:”ya, Rosululloh saya telah bernadzar kalau tuan dipulangkan dengan selamat, saya akan memukul rebana di hadapan tuan dan akan bernyanyi”. Rosululloh bersabda kepadanya:”jika kamu bernadzar, pukullah (lakukan sesuai nadzarmu), tetapi kalau tidak, jangan” maka jadilah dia memukul rebananya. Kemudian Abu Bakar masuk, dia terus memukul rebananya. Dan Ali pun masuk, dia terus memukul rebananya, lalu Usman pun masuk dia masih terus memukul rebananya, tatkala Umar yang masuk maka dilemparkan rebananya ke bawah punggungnya lalu didudukinya. Kemudian Rasulullah bersabda:”Sesungguhnya syetan pun takut kepadamu hai Umar, ketika saya duduk jariyah itu memukul rebananya, kemudian Abu Bakar masuk dia terus memukul rebananya, Ali masuk ia masih terus memukulnya, dan ketika Usman masuk pun ia masih terus memukulnya, tapi tatkala engkau yang masuk, hai Umar buru-buru ia
30
melemparkan rebananya “.(Riwayat Ahmad dan Tirmidzi, dan dibenarkannya)23
Hadits di atas membolehkan nyanyi dan rebana untuk
menghormati seseorang yang disayangi, memang menurut lafal hadits di
atas keabsahan bermain musik baru diakui karena alasan nadzar. Akan
tetapi sebagaimana diketahui bahwa nadzar tidak berlaku untuk suatu
pekerjaan yang maksiat, jadi tidak diperbolehkan membayar nadzar yang
demikian. Andaikata nyanyi dan memukul rebana itu termasuk ke dalam
aktivitas yang mengandung maksiat, artinya haram. Maka Rosululloh
SAW tidak akan membiarkan jariyah itu melaksanakan nadzarnya, dengan
demikian bermain musik adalah mubah.
Dalam kitab Sahih Muslim diterangkan pula tentang kebolehan
bermain musik sebagaimana hadits berikut:
ابن حدثناابى وهب واخبرنى عمروان, حدثنى هرون بن سعيد االيلى
جاريتان ان ابابكردخل عليهاوعندهاسهاب حدثه عن عروة عن عائشة
فىايام منى يغينان ويضربان ورسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم مسجى
: وسلم عنه قال بثوبه فانتهرهماابوبكرفكشف رسول اهللا صلى اهللا عليه
)صحيح مسلم(... دعهماياابابكرفانهاايام عيد
Artinya: ”Telah menceritakan kepada saya Harun bin al Aily, telah menceritakan kepada kami Abi Wahab dan memberitahukan kepada saya amrun bahwasanya Ibmu Sihab telah bercerita kepadanya dari Urwah dari Aisyah, sesungguhnya Abu Bakar pernah masuk kerumahnya dan dia memiliki budak-budak di hari-hari mina sedang bernyanyi dan menabuh gendang dan Rosululloh SAW menutup muka dengan bajunya, maka dari itu Abu Bakar menghardik mereka, kemudian Rosululloh membuka penutup
23 Imam Asy Syaukani, Nail Al Altar, Saudi Arabia Riasatu Darat Al Buhul Al Ilmiah
Wal Iftai Wadda’wah Wal Irsyad, Jilid 7, Hlm. 119
31
mukanya seraya berkata:”Biarkan mereka, hai Abu Bakar karena pada hari ini adalah hari Ied”. (Sahih Bukhori)24
Hadits-hadits yang telah penulis kemukakan di atas merupakan
satu indicator dan memberikan satu legimasi faktual, bahwa seni khususnya
seni musik mempunyai peran yang sangat urgen dalam Islam. Walaupun
para ahli fiqih hanya membatasinya pada suatu kondisi tertentu, namun pada
dasarnya seni musik bisa dipresentasikan dalam seluruh sisi kehidupan
sebagai perwujudan amal saleh, fungsi khilafah, tugas-tugas ibadah,
ungkapan dzikir, doa dan syukur yang diekspresikan dengan corak, lambing,
bahasa, warna dan gaya yang artistik dan estetik.
D. Pendapat Para Ulama
Musik dan nyanyian merupakan masalah yang pernah dipersoalkan
hukumnya di kalangan ulama, ada ulama yang mengharamkan dan ada yang
memperbolehkannya orang Islam mempelajari, memainkan dan
mendengarkan musik dan nyanyian.
1. Pendapat yang mengharamkan
Diantara para ulama yang mengharamkan antara lain:
1. Imam Abu Hanifah dan para sahabatnya, mereka adalah orang-orang
yang paling keras pendapatnya tentang nyanyian dan musik ini.
Pendapat yang paling ringan di kalangan mereka mengatakan bahwa
perbuatan tersebut termasuk dosa dan kemaksiatan. Itulah pendapat
yang disepakati oleh seluruh penduduk kota tempat tinggal Abu
Hanifah, semoga Allah SWT mensucikan roh beliau. Juga tak ada
24 Muhammad Fu’ad Baqiy, Sahih Muslim, Beirut, Ihya At Turas Al Araby, Cet.Ke-1,jilid 2, 1956, Hlm.608
32
perbedaan pendapat tentang hal ini antara Sufyan ats Tsauri,
Hammad bin Abi Sulaiman, ass Sya’bi dan Ibrahim. Para ulama
penduduk kota Basrah pun sepakat akan terlarangnya nyanyian dan
musik.
2. Dalam kitabnya yang berjudul Adab al Qadha, Imam Syafi’i berkata:
”Sesungguhnya nyanyian dan musik itu adalah suatu perbuatan yang
sia-sia, makruh (dibenci) dan menyerupai kebhatilan. Barang siapa
yang gemar terhadap hal tersebut maka dia termasuk orang bodoh
yang tertolak kesaksiannya.25
3. Para ahli tafsir seperti Ibnu Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Mujahid
dan Ikrimah serta yang lainnya mengartikan kata Lahwul Hadits
dengan Ghina (nyanyian) dalam Al Qur’an:
بغير علم ومن الناس من يشتري لهوالحديث ليضل عن سبيل اهللا
ويتخذها هزوااولئك لهم عذاب مهينArtinya: ”Dan diantara manusia ada orang-orang yang membeli
nyanyian guna menyesatkan manusia dari jalan Allah SWT tanpa pengetahuan dan (menjadikan jalan Allah SWT itu) olok-olokan, mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan”. (QS. Luqman: 6)26
Diartikan demikian karena nyanyian itu melalaikan dari
mengingat Allah SWT, termasuk dalam hal ini adalah semua orang
yang lebih memilih perbuatan sia-sia, nyanyian, peralatan tiup
(seruling, organ dan yang sejenisnya), atau lebih memilih alat-alat
musik daripada Al Qur’an. Allah SWT juga berfirman:
25 Ibn. Qayyim Al Jauziyah, Bila Nyanyian dianggap Halal, Cendekia: Jakarta, Cet. I, 2002, Hlm.
26 Departemen Agama RI, Op. Cit., Hlm. 328
33
واستفززمن استطعت منهم بصوتكArtinya: ”Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara
mereka dengan suaramu…”. (Al Isra’ :64)27
Mujahid berkata: ”Maksudnya adalah nyanyian dan suara
seruling atau musik”, kemudian dalam surat An Najm: 59-61
عجبون وتضحكون والتبكون وانتم سامدونافمن هذاالحديث تArtinya: ”Apakah terhadap firman Allah ini kalian semua merasa
heran terhadap pemberitaan ini. Dan semua menertawakannya dan tak menangis? Dan bahkan kalian (malah) bernyanyi-nyanyi”. (An Najm:59-61)28
Ibnu Abbas mengartikan Saamiduun dengan ghina
(nyanyian), di dalam sunnah diriwayatkan dari Abi Amir atau Abi
Malik al Asy’ari dia berkata bahwa Rosululloh bersabda:
والخمر والحرير ليكونن من امتى اقوام يستحلون الحر
والمعازفArtinya: ”Sesungguhnya akan ada di antara umatku suatu kaum
yang menghalalkan zina dan sutera, minuman keras dan musik”. (hadits Shahih Riwayat Bukhori)29
4. Qadhi Abu Thayyib Thahir ibn Abdullah ath Thabari berkata: ”Para
ulama Mesir telah berijma bahwa nyanyian dan musik adalah suatu
perbuatan yang dibenci dan terlarang. Mereka mensifatinya sebagai
suatu aib dan menganggapnya memiliki pengaruh buruk terhadap
hati manusia”.30
27 Ibid, Hlm. 230 28 Ibid, Hlm. 422 29 Majalah Keluarga Islami Nikah, Neraca Bisnis Nyanyian dan Musik, Solo, Edisi 03/th
ii Juni 2003, Hlm. 48-49 30 Ibn Qayyim Al Jauziyah, Op.Cit., Hlm. 79
34
2. Pendapat Yang Membolehkan
Berkaitan dengan mendengarkan nyanyian dan musik, ada
beberapa ulama yang berpendapat tentang bolehnya bermain musik:
1. Ibnu Arabi dalam kitabnya Ahkamul Qur’an menerangkan posisi
seni musik dalam Islam di antaranya: ”Tidak terdapat satu dalilpun
di dalam Al Qur’an maupun Sunnah Rosul yang mengharamkan
nyanyian. Bahkan hadits shahih banyak yang menunjukan kebolehan
nyanyian itu. Setiap hadits yang diriwayatkan maupun ayat yang
dipergunakan untuk menunjukan keharamannya maka ia adalah
bathil dari segi sanad, bathil juga dari segi i’tiqod, baik ia bertolak
dari nash maupun dari satu pentakwilan.31
2. Ibnu Hazm dalam kitabnya al Muhalla memberikan komentarnya
mengenai seni musik di antaranya adalah sebagai berikut: ”Jika
belum ada perincian dari Allah SWT maupun Rosulnya tentang
haramnya sesuatu yang kita bincangkan di sini (dalam hal ini adalah
nyanyian dan menggunakan alat-alat musik) maka telah terbukti
bahwa ia adalah halal atau boleh secara mutlak”.32
3. Imam al Ghozali dalam sebagian naskah fiqihnya menulis
persetujuan atas halalnya lagu dan musik dan Imam al Ghozali
menyebutkan tidak ada satu dalil yang menyebutkan pengharaman
lagu dan musik secara mutlak, baik itu nash ataupun qiyas. Kalau ada
31 Abdurrahman Al Baghdadi, Op.Cit., Hlm. 41 32 Ibid Hlm. 57
35
qiyas, namun dibantah dengan ayat Al Qur’an yang menyatakan
bahwa Allah SWT tidak mengharamkan hal-hal yang baik.33
4. Imam asy Syaukani dalam kitabnya Nail al Autar menukil pendapat
al Fakahani mengatakan: ”Menurut pengetahuan saya tidak ada
dalam kitab Allah SWT dan sunnah Rasul secara sharih (terang dan
jelas) yang mengharamkan zat permainan itu sendiri dan alat-alatnya.
Hanya ada sekedar kata-kata umum yang diusahakan orang untuk
mengambil dalil dari padanya”.34
33 Yusuf Qardhawy, Fiqih Musik Dan Lagu, Op.Cit, Hlm. 112, 34 Imam Asy Syaukani, Op.Cit., Jilid 8, Hlm. 104