Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 24
BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dibuat sesuai
ketentuan yang terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta memperhatikan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah. Laporan ini mengungkapkan capaian kinerja sasaran terhadap
target yang ditetapkan pada setiap Agenda dalam Renstra Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2014 disertai pembandingan dengan realisasi
tahun-tahun sebelumnya dan penjelasan atas keberhasilan dan atau kegagalan
pencapaian sasaran.
Pertanggungjawaban kinerja pelaksanaan pembangunan sifatnya terukur,
terdapat standar pengukuran antara yang diukur dengan piranti pengukurannya.
Pertanggunjawaban pengukuran yang diukur adalah kegiatan, program dan
sasaran yang prosesnya adalah sejauh mana kegiatan program dan sasaran
dilaksanakan tidak salah arah dengan berbagai piranti perencanaan yang telah
dibuat.
A. Capaian Kinerja Organisasi
Untuk keutuhan informasi, pada laporan ini juga terlampir Perjanjian
Kinerja Tahun 2014 dan Pengukuran Pencapaian Sasaran 2014. Pengukuran
kinerja Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur terletak pada seberapa jauh
capaian masing-masing indikator kinerja sasaran yang telah ditetapkan, yaitu
perbandingan antara realisasi dengan targetnya, antara realisasi 2014 dengan
tahun sebelumnya, serta perbandingan realisasi Provinsi Jawa Timur dengan
provinsi lainnya. Hasil pengukuran pencapaian kinerja disajikan menurut
kelompok Indikator Kinerja Utama dan capaian sasaran organisasi secara
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 25
keseluruhan. Dari penilaian sendiri (self assessment) terhadap 2 sasaran
dengan mencakup 7 indikator kinerja utama diperoleh kesimpulan bahwa
capaian kinerja sasaran secara keseluruhan dapat dicapai dengan baik.
Keberhasilan pencapaian kinerja dimaksud tidak terlepas dari kontribusi dan
komitment seluruh komponen dan perangkat daerah dalam jajaran Dinas
Kehutanan Provinsi Jawa Timur.
Dalam proses pengukuran kinerja yang perlu diperhatikan adalah
prinsip-prinsip keseimbangan biaya dan manfaat, efisiensi dan efektifitas. Untuk
mendapatkan data kinerja yang akurat, lengkap, tepat waktu dan konsisten,
maka penetapan indikator–indikator kinerja serta rencana pencapaiannya perlu
dilakukan sejak awal perencanaan program dan kegiatan sehingga berguna
bagi para pengambil keputusan dalam rangka perbaikan kinerja instansi di
masa mendatang.
Adapun pengukuran Kinerja dilakukan dengan cara membandingkan
target setiap Indikator Kinerja Sasaran dengan realisasinya. Setelah dilakukan
penghitungan akan diketahui selisih atau celah Kinerja (peformance gap)
Selanjutnya berdasarkan selisih Kinerja tersebut dilakukan evaluasi guna
mendapatkan strategi yang tepat untuk peningkatan Kinerja dimasa yang akan
datang (performance improvement).
Dalam memberikan penilaian tingkat capaian Kinerja setiap sasaran,
menggunakan skala pengukuran 4 (empat) katagori sebagai berikut :
Tabel 4: Skala Pengukuran capaian sasaran Kinerja tahun 2014
NO PERSENTASE CAPAIAN KATEGORI CAPAIAN
1 Lebih dari 100 % Sangat Baik
2 75 % sampai 100 % Baik
3 55 % sampai 75 % Cukup
4 Kurang dari 55 % Kurang
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja terhadap 2 program dengan 22
kegiatan yang dialokasikan dalam belanja langsung yang telah ditetapkan
dalam Rencana Kinerja Tahun 2014, secara umum Dinas Kehutanan
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 26
Provinsi Jawa Timur telah mencapai kinerja baik di bidang Pembangunan
Kehutanan. Pengukuran dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian
yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja.
Tabel 5: Pengukuran Kinerja Tahun 2014
NO
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
1. Meningkatnyarehabilitasi hutandan lahan kritis
- Persentase penurunanlahan kritis di Tahura R.Soerjo (%)
- Persentase penurunanlahan kritis di luarkawasan hutan JawaTimur (%)
100
100
100
100
100
100
2. Meningkatnyaperlindungan hutandan hasil hutanserta pengendalianperedaran hasilhutan
- Persentase penurunanluas kebakaran hutan(%)
- Persentase penurunanpencurian hasil hutan(%)
- Persentase peningkatanproduksi kayu hutanrakyat (%)
- Persentase peningkatankayu masuk melaluipelabuhan (%)
- Persentase peningkatanpartisipan (kelompok)dalam pengelolaan hutan(%)
25
10
12,5
12,5
1
-703,3
11,52
7,47
13,32
0,27
-2.813,2
115,2
59,76
106,56
27
Pengukuran kinerja Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur tahun 2014
menggunakan metode yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi Nomor : 53 tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja.
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 27
Hasil pengukuran kinerja beserta evaluasi setiap tujuan dan sasaran Dinas
Kehutanan Provinsi Jawa Timur disajikan sebagai berikut :
1. Meningkatnya rehabilitasi hutan dan lahan kritis
Tujuan meningkatkan rehabilitasi hutan dan lahan kritis dijabarkan dalam 1
(satu) sasaran prioritas pembangunan kehutanan dengan 2 (dua) indikator
kinerja. Adapun sasaran yang dimaksud adalah meningkatnya rehabilitasi
hutan dan lahan kritis yang diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja, yaitu :
a. Persentase penurunan lahan kritis di Tahura R. Soerjo (%)
b. Persentase penurunan lahan kritis di luar kawasan hutan Jawa Timur (%)
TUJUAN 1 SASARAN 1
Meningkatkan rehabilitasi hutan dan
lahan kritis
Meningkatnya rehabilitasi hutan dan
lahan kritis
Indikator kinerja, target dan realisasi dari sasaran 1 disajikan dalam
tabel 6, sebagai berikut:
Tabel 6: Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya Rehabilitasi Hutandan Lahan Kritis Tahun 2014
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
1.
2.
Persentase penurunan lahan kritisdi Tahura R. Soerjo (%)
Persentase penurunan lahan kritisdi luar kawasan hutan Jawa Timur(%)
100 %
100 %
100 %
100%
100 %
100 %
Rata-Rata Percentase Capaian Sasaran 100 %
Berdasarkan hasil pengukuran sasaran 1 pada tabel 6 di atas dapat
disimpulkan bahwa pencapaian sasaran meningkatnya rehabilitasi hutan dan
lahan kritis tahun 2014 tergolong baik (100 %). Hal ini dapat dilihat dari
hasil pengukuran terhadap 2 (dua) indikator kinerja sasaran tercapai sesuai
dengan target yang telah ditetapkan.
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 28
Tabel 7: Perkembangan penurunan lahan kritis di Tahura R. Soerjo dandi luar kawasan hutan Jawa Timur 2010-2014 berdasarkancapaian kinerja
INDIKATOR KINERJA2010
Capaian2011
Capaian2012
Capaian2013
Capaian2014
Capaian
Persentase penurunanlahan kritis di TahuraR. Soerjo (%)
Persentase penurunanlahan kritis di luarkawasan hutan JawaTimur (%)
117
102,9
137,83
108,08
100,71
113,63
108,86
103,16
100
100
Capaian indikator kinerja persentase penurunan lahan kritis di Tahura
R. Soerjo Tahun 2014 tergolong baik (100 %). Jika dibandingkan dengan
capaian kinerja tahun-tahun sebelumnya terjadi penurunan dikarenakan
akhir Tahun 2014 luas lahan kritis di Tahura R. Soerjo adalah NIHIL. Hal
tersebut terkait dengan target akhir persentase penurunan lahan kritis di
Tahura R. Soerjo yang tertuang di dalam Renstra Dinas Kehutanan Provinsi
Jawa Timur 2009 s.d. 2014 sebesar 100 %.
Capaian indikator kinerja persentase penurunan lahan kritis di luar
kawasan hutan Jawa Timur Tahun 2014 tergolong baik (100 %). Jika
dibandingkan dengan capaian kinerja tahun-tahun sebelumnya terjadi
kecenderungan penurunan dikarenakan akhir Tahun 2014 luas lahan kritis di
luar kawasan hutan adalah NIHIL. Hal tersebut terkait dengan target akhir
persentase penurunan lahan kritis di di luar kawasan hutan yang tertuang di
dalam Renstra Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur 2009 s.d. 2014 sebesar
100%.
Adapun target dan realisasi 2 (dua) indikator kinerja sasaran
meningkatnya rehabilitasi hutan dan lahan kritis periode 2010 s.d. 2014
sebagai berikut :
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 29
Tabel 8 Perkembangan penurunan lahan kritis di Tahura R. Soerjo dan di luar kawasanhutan Jawa Timur 2010-2014 berdasarkan target dan realisasi
SASARAN INDIKATOR KINERJA2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Meningkatnyarehabilitasihutan danlahan kritis
% penurunan lahankritis di Tahura R.Soerjo (%)
25 29,25 30 41,35 35 35,25 50 54,43 100 100
Persentase penurunanlahan kritis di luarkawasan hutan JawaTimur (%)
10 10.29 25 27.02 30 34.09 75 77.37 100 100
Penurunan lahan kritis di Tahura R. Soerjo dilaksanakan melalui
rehabilitasi kawasan Tahura dengan jenis tanaman endemik maupun bukan
endemik seperti : Cemara Gunung, Akasia, dan Gmelina. Dengan adanya
rehabilitasi tersebut, Tahun 2014 luas lahan kritis secara nyata mengalami
penurunan secara signifikan atau NIHIL.
Sebagaimana diketahui, lahan kritis di Tahura R. Soerjo Tahun 2009 seluas
2.393 Ha dan direncanakan selesai direhabilitasi selama 5 tahun terhitung
sejak Tahun 2010 sampai dengan 2014 sebagai berikut :
1) Tahun 2010, reboisasi seluas 700 Ha yang berarti bahwa terjadi
penurunan luas lahan kritis menjadi 1.693 Ha. Dengan demikian, lahan
kritis tahun 2010 turun 29,25 % dari 2009.
2) Tahun 2011, reboisasi seluas 700 Ha yang berarti bahwa terjadi
penurunan luas lahan kritis menjadi 993 Ha. Dengan demikian, lahan
kritis tahun 2011 turun 41,35 % dari 2010.
3) Tahun 2012, reboisasi seluas 350 Ha yang berarti bahwa terjadi
penurunan luas lahan kritis menjadi 643 Ha. Dengan demikian lahan
kritis tahun 2012 turun 35,25 % dari 2011.
4) Tahun 2013, reboisasi seluas 350 Ha yang berarti bahwa terjadi
penurunan luas lahan kritis menjadi 293 Ha. Dengan demikian lahan
kritis tahun 2013 turun 54,43 % dari tahun 2012.
5) Tahun 2014, reboisasi seluas 315 Ha yang berarti bahwa terjadi
penurunan luas lahan kritis menjadi NIHIL. Dengan demikian lahan
kritis tahun 2014 turun 100 % dari tahun 2013.
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 30
Program pendukung pencapaian indikator kinerja persentase penurunan
lahan kritis Tahura R. Soerjo melalui program perlindungan dan konservasi
sumber daya hutan dengan kegiatan :
1) Pelestarian dan penataan kawasan Tahura R. Soerjo
2) Operasi perlindungan dan pengamanan hutan
3) Pendampingan pelaksanaan kegiatan operasi perlindungan dan
pengamanan hutan
Berdasarkan grafik 1. dapat disampaikan bahwa dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia baik sumber daya manusia maupun sumber daya
finansial yang diakomodir dalam 3 (tiga) kegiatan yaitu pelestarian dan
penataan kawasan Tahura R. Soerjo, operasi perlindungan dan pengamanan
hutan, pendampingan pelaksanaan kegiatan operasi perlindungan dan
pengamanan hutan yang dilaksanakan dari Tahun 2010 s.d. 2014, secara
efektif dan efisien mampu mencapai target yang ditetapkan dalam Renstra
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur 2009 s.d. 2014. Efektivitas yang
dicapai didasarkan atas tingkat tumbuh tanaman rehabilitasi yang cukup
tinggi di kawasan Tahura karena waktu penanaman disesuaikan dengan
musim penghujan. Disamping itu, partisipasi masyarakat desa penyangga
Tahura R. Soerjo dinilai turut memberikan kontribusi bagi keberhasilan
Grafik 1.
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 31
rehabilitasi. Adapun efisiensi yang dicapai didasarkan atas penyerapan
anggaran sebesar Rp. 4.888.207.350 (97,38 %) dengan realisasi fisik 100%
Pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis di luar kawasan hutan Jawa Timur
merupakan kerjasama antara Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur dan Dinas kabupaten/kota yang membidangi
kehutanan. Kementerian Kehutanan dalam melaksanakan kegiatan
rehabilitasi di daerah (Jawa Timur) dilimpahkan kepada 3 UPT, yaitu : BP
DAS Solo, BP DAS Brantas dan BP DAS Sampean dengan masing-masing
wilayah kerja sebagai berikut :
1) BP DAS Solo meliputi 11 kabupaten/kota (Pacitan, Ponorogo, Magetan,
Madiun, Kota Madiun, Ngawi, Bojonegoro, Tuban Lamongan, Gresik,
Surabaya)
2) BP DAS Brantas meliputi 18 kabupaten/kota (Trenggalek, Tulungagung,
Kediri, Kota Kediri, Blitar, Kota Blitar, Nganjuk, Jombang, Mojokerto,
Kota Mojokerto, Sidorajo, Malang, Kota Malang, Batu, Bangkalan,
Sampang, Sumenep.
3) BP DAS Sampean meliputi 9 kabupaten/kota (Banyuwangi, Bondowoso,
Situbondo, Jember, Lumajang, Probolinggo, Kota Probolinggo, Pasuruan,
Kota Pasuruan)
Dengan adanya rehabilitasi lahan kritis di luar kawasan hutan, Tahun 2014
luas lahan kritis secara nyata mengalami penurunan secara signifikan atau
NIHIL.
Sebagaimana diketahui, lahan kritis di luar kawasan hutan pada Tahun
2009 seluas 453.769,48 Ha dan direncanakan selesai direhabilitasi selama 5
tahun terhitung sejak Tahun 2010 sampai dengan 2014 sebagai berikut:
1) Tahun 2010, kegiatan rehabilitasi seluas 46.681,42 Ha menurunkan luas
lahan kritis di luar kawasan hutan Jawa Timur menjadi 407.088,06 Ha
atau turun 10,29 % dari tahun 2009.
2) Tahun 2011, kegiatan rehabilitasi seluas 110.001,86 Ha menurunkan
luas lahan kritis di luar kawasan hutan Jawa Timur menjadi 297.086,20
Ha atau turun 27,02 % dari tahun 2010.
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 32
3) Tahun 2012, kegiatan rehabilitasi seluas 101.289,32 Ha menurunkan
lahan kritis di luar kawasan hutan Jawa Timur menjadi 195.796,88 Ha
atau turun 34,09 % dari tahun 2011.
4) Tahun 2013, kegiatan rehabilitasi seluas 151.480,6 Ha menurunkan luas
lahan kritis di luar kawasan hutan Jawa Timur menjadi 44.316,28 Ha
atau turun 77,37 % dari tahun 2012.
5) Tahun 2014, kegiatan rehabilitasi seluas 67.286 Ha menurunkan luas
lahan kritis di luas kawasan Jawa Timur menjadi NIHIL atau turun
100% dari tahun 2013.
Program pendukung pencapaian indikator persentase penurunan lahan kritis
di luar kawasan hutan Jawa Timur melalui 2 (dua) kegiatan, yaitu :
1) Penanaman pohon sepanjang jalan nasional dan jalan provinsi
2) Rehabilitasi lahan kritis/potensial kritis
Sebagai perbandingan data luas lahan kritis di luar kawasan hutan Jawa
Timur, berikut ini disampaikan data lahan kritis di luar kawasan hutan Jawa
Tengah Tahun 2009 s.d. 2014:
Grafik 2
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 33
1) Tahun 2010, lahan kritis seluas 697.797 Ha atau naik 0,14 %
dibanding Tahun 2009. Tahun 2009 luas lahan kritis di luar kawasan
hutan sebesar 696.797 Ha
2) Tahun 2011, lahan kritis seluas 720.763,5 Ha atau naik 3,29 %
dibanding Tahun 2010.
3) Tahun 2012, lahan kritis seluas 475.776,5 Ha atau turun 33,99 %
dibanding Tahun 2011.
4) Tahun 2013, lahan kritis seluas 469.663,9 Ha atau turun 1,28 %
dibanding Tahun 2012.
5) Tahun 2014, lahan kritis seluas 432.604,9 Ha atau turun 7,9 %
dibanding Tahun 2013.
Berdasarkan grafik 2 dan 3 dapat disampaikan bahwa dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia baik sumber daya manusia
maupun sumber daya finansial yang diakomodir dalam 2 (dua) kegiatan
yaitu penanaman pohon sepanjang jalan nasional dan jalan provinsi serta
rehabilitasi lahan kritis/potensial kritis yang dilaksanakan sejak Tahun
2010 s.d. 2014, secara efektif dan efisien mampu mencapai target yang
ditetapkan dalam Renstra Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur 2009 s.d.
2014. Jika dibandingkan dengan kondisi di Jawa Tengah, penurunan
Grafik 3
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 34
lahan kritis di Jawa Timur memiliki kecenderungan meningkat setiap
tahun. Efektivitas yang dicapai didasarkan atas tingkat tumbuh tanaman
rehabilitasi yang cukup tinggi di luar kawasan hutan. Disamping itu,
kerjasama antarpemangku kepentingan sektor kehutanan dinilai
memberikan kontribusi positif bagi keberhasilan rehabilitasi. Adapun
efisiensi yang dicapai didasarkan atas penyerapan anggaran sebesar Rp.
759.507.170,- (91,57 %) dengan realisasi fisik 100%.
2 Meningkatnya perlindungan hutan dan hasil hutan serta
pengendalian peredaran hasil hutan
Tujuan meningkatkan perlindungan hutan dan hasil hutan serta
pengendalian peredaran hasil hutan dijabarkan dalam 1 (satu) sasaran
prioritas pembangunan kehutanan dengan 5 (lima) indikator. Adapun
sasaran yang dimaksud adalah meningkatnya perlindungan hutan dan hasil
hutan serta pengendalian peredaran hasil hutan yang diukur melalui :
a. Persentase penurunan luas kebakaran hutan (%)
b. Persentase penurunan pencurian hasil hutan (%)
c. Persentase peningkatan produksi kayu hutan rakyat (%)
d. Persentase peningkatan kayu masuk melalui pelabuhan (%)
e. Persentase peningkatan partisipan (kelompok) dalam pengelolaan hutan
(%)
TUJUAN 2 SASARAN 2Meningkatkan perlindungan hutan
dan hasil hutan serta pengendalian
peredaran hasil hutan
Meningkatnya perlindungan hutan
dan hasil hutan serta pengendalian
peredaran hasil hutan
Indikator kinerja, target dan realisasi dari sasaran 1 disajikan dalam tabel 8,
sebagai berikut:
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 35
Tabel 9: Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya Perlindungan Hutandan Hasil Hutan serta Pengendalian Peredaran Hasil hutan Tahun2014
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
1.
2.
3.
4.
5.
Persentase penurunan luaskebakaran hutan (%)
Persentase penurunan pencurianhasil hutan (%)
Persentase peningkatan produksikayu hutan rakyat (%)
Persentase peningkatan kayumasuk melalui pelabuhan (%)
Persentase peningkatan partisipan(kelompok) dalam pengelolaanhutan (%)
25
10
12,5
12,5
1
-703,3
11,52
7,47
13,32
0,27
-2.813,2
115,2
59,76
106,56
27
Rata-Rata Percentase Capaian Sasaran 77,13
Berdasarkan hasil pengukuran sasaran 2 pada tabel 9 di atas dapat
disimpulkan bahwa pencapaian sasaran meningkatnya perlindungan hutan
dan hasil hutan serta pengendalian peredaran hasil hutan tahun 2014
tergolong baik (77,13 %). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran
terhadap 4 (empat) indikator kinerja sasaran
Tabel 9: Perkembangan Penurunan Luas Kebakaran Hutan dan Pencurian Kayuserta Peningkatan Produksi Kayu Hutan Rakyat, Kayu Masuk melaluiPelabuhan dan Kelompok Pengelolaan Hutan Tahun 2010-2014berdasarkan capaian kinerja
INDIKATOR KINERJA 2010Capaian
2011Capaian
2012Capaian
2013Capaian 2014
CapaianPersentasepenurunan luaskebakaran hutan (%)
Persentasepenurunan pencurianhasil hutan (%)
Persentasepeningkatan produksikayu hutan rakyat(%)
287,48
234,4
233,6
-502,44
-247
647
129,36
57,3
34,4
279,64
436,7
76,4
-2813,2
115,2
59,76
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 36
Persentasepeningkatan kayumasuk melaluipelabuhan (%)
Persentasepeningkatanpartisipan(kelompok) dalampengelolaan hutan(%)
38
469
132,2
187
238,13
100
-107,2
22
106,56
27
Capaian indikator kinerja persentase penurunan luas kebakaran hutan
Tahun 2014 sebesar -2813 % (kurang). Capain kinerja dimaksud jauh
dari target yang diharapkan karena pada Tahun 2014 terjadi El Nino yang
merupakan faktor utama penyebab terjadinya kebakaran hutan. Adapun
capaian kinerja pada tahun-tahun sebelumnya belum menunjukkan tren
peningkatan. Hal tersebut lebih disebabkan kasus kebakaran hutan lebih
didominasi oleh faktor alam di luar kendali manusia.
Capaian indikator kinerja persentase penurunan pencurian hasil hutan
Tahun 2014 sebesar 115,2 % (sangat baik). Adapun capaian kinerja
untuk tahun-tahun sebelumnya memiliki kecenderungan meningkat.
Penurunan jumlah pencurian hasil hutan yang terjadi di Jawa Timur
dipengaruhi oleh pengawasan dan pengendalian pihak terkait serta periode
musim hujan yang terjadi.
Capaian indikator kinerja persentase peningkatan produksi kayu hutan
rakyat Tahun 2014 sebesar 59,76 % (cukup). Capaian kinerja dimaksud
untuk tahun-tahun sebelumnya belum menunjukkan tren peningkatan. Hal
tersebut lebih disebabkan oleh jumlah kayu hutan rakyat yang telah dipanen
di Jawa Timur tidak seluruhnya dapat dipantau oleh Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur. Kondisi ini terjadi sejak diterbitkan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.30/Menhut-II/2012 tentang Penatausahaan Hasil Hutan
yang Berasal dari Hutan Hak yang membatasi kewenangan Dinas yang
membidangi kehutanan baik ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 37
Capaian indikator kinerja persentase peningkatan kayu masuk melalui
pelabuhan Tahun 2014 sebesar 106,56 (sangat baik). Adapun capaian
kinerja untuk tahun-tahun sebelumnya memiliki kecenderungan meningkat.
Hal ini terkait dengan kebutuhan Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK)
di Jawa Timur yang semakin meningkat. Jumlah produksi kayu dari hutan
produksi belum mencukupi kebutuhan kayu bulat IPHHK.
Persentase peningkatan partisipan (kelompok) dalam pengelolaan
hutan Tahun 2014 sebesar 27 % (kurang). Kondisi ini lebih disebabkan
dalam proses pembentukan kelembagaan yang meliputi : 1) masa Perjanjian
Kerja Sama (PKS) setiap 3 tahun sekali, 2) transisi masa pembaharuan akta
notarial PKS, dan 3) pendataan penetapan kelompok baru untuk PKS.
Adapun capaian kinerja untuk tahun-tahun sebelumnya memiliki
kecenderungan meningkat.
Adapun target dan realisasi 5 (lima) indikator kinerja sasaran meningkatnya
rehabilitasi hutan dan lahan kritis periode 2010 s.d. 2014 sebagai berikut :
Tabel 10: Perkembangan Penurunan Luas Kebakaran Hutan dan Pencurian Kayuserta Peningkatan Produksi Kayu Hutan Rakyat, Kayu Masuk melaluiPelabuhan dan Kelompok Pengelolaan Hutan Tahun 2010-2014berdasarkan Target dan Realisasi
SASARAN INDIKATORKINERJA
2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Meningkatnyaperlindunganhutan danhasil hutansertapengendalianperedaranhasil hutan
% penurunan luaskebakaran hutan (%)
25 71,87 25 -125,61 25 32,34 25 69,91 25 -703,3
% penurunanpencurian hasilhutan (%)
10 23,44 10 -24,78 10 5,73 10 43,67 10 11,52
% peningkatanproduksi kayuhutan rakyat (%)
2,5 5,84 5 32,35 7,5 2,58 10 7,64 12,5 7,47
% peningkatankayu masuk melaluipelabuhan (%)
2,5 0,95 5 6,61 7,5 17,86 10 -10,72 12,5 13,32
% peningkatanpartisipan (klmpk)dalam pengelolaanhutan (%)
1 4,69 1 1,87 1 1 1 0,22 1 0,27
Dalam pengelolaan kawasan hutan, gangguan keamanan baik dari faktor
manusia maupun faktor alam kerap muncul sehingga berdampak pada
kelangsungan potensi sumber daya hutan. Gangguan hutan yang sering
terjadi adalah kebakaran. Kasus kebakaran hutan yang cukup tinggi terjadi
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 38
pada Tahun 2014 yang dipicu oleh faktor alam, yaitu El Nino. El Nino adalah
gejala gangguan iklim yang diakibatkan oleh naiknya suhu permukaan laut
Samudera Pasifik sekitar khatulistiwa bagian tengah dan timur. Naiknya suhu
di Samudera Pasifik ini mengakibatkan perubahan pola angin dan curah hujan
yang ada di atasnya. Pada saat normal hujan banyak turun di Australia dan
Indonesia, namun akibat El Nino ini hujan banyak turun di Samudera Pasifik
sedangkan di Australia dan Indonesia menjadi kering. Adanya El Nino
menyebabkan musim kemarau yang berkepanjangan di Tahun 2014 dan
menjadi faktor utama penyebab meningkatnya kebakaran hutan
Berdasarkan peta prakiraan musim hujan di Jawa Timur yang dirilis
oleh BMKG dapat diketahui bahwa wilayah dengan curah hujan Bawah
Normal (BN) yang terjadi di wilayah sekitar Bromo Semeru, sekitar Argopuro,
sebagian Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bojonegoro, Ngawi, Pacitan,
Ponorogo, Trenggalek, Sampang dan Sumenep berpotensi terjadi
kebakaran. Daerah potensi kebakaran tersebut sebagian besar merupakan
kawasan hutan baik Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Suaka Alam,
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 39
Hutan produksi dan Hutan Lindung. Pada Tahun 2014 kebakaran hutan
yang terjadi terfokus pada daerah dengan curah hujan Bawah Normal.
Namun demikian, kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan
merupakan kegiatan rutin yang tetap dilaksanakan untuk meminimalisir
gangguan hutan terutama kebakaran hutan. Beberapa kegiatan yang
dilaksanakan adalah operasi pengamanan hutan gabungan dan fungsional,
patroli pengendalian kebakaran hutan berbasis masyarakat di sekitar hutan,
serta pemantauan kesiapsiagaan kebakaran hutan. Disamping itu, kegiatan
pelatihan pengendalian kebakaran hutan dinilai cukup mendukung dalam
menekan angka kebakaran hutan. Pelatihan ini diperuntukan bagi desa yang
terpilih di kawasan konservasi dengan kriteria masyarakatnya berinteraksi
langsung dengan kawasan konservasi. Adanya pemberdayaan Masyarakat
Desa Hutan (MDH) dalam menjaga keamanan hutan melalui Pengelolaan
Hutan Bersama Masyarakat serta penegakan hukum yang tegas bagi pelaku
tindak pidana kejahatan hutan, merupakan bentuk perlindungan dan
pengamanan hutan.
Jumlah kebakaran hutan yang terjadi sejak tahun 2010 sampai dengan 2014
di kawasan hutan sebagai berikut :
1) Tahun 2010, luas kebakaran hutan sebesar 2.947,90 Ha atau turun
71,87% dibanding tahun 2009. Kebakaran hutan tahun 2009 tercatat
seluas 10.478,91 Ha.
2) Tahun 2011, luas kebakaran hutan sebesar 6.650,82 Ha atau naik
125,61% dari tahun 2010.
3) Tahun 2012, luas kebakaran hutan sebesar 4.500,2 Ha atau turun 32,34
% disbanding tahun 2011
4) Tahun 2013, luas kebakaran hutan sebesar 1.353,97 Ha atau turun
69,91% dibanding tahun 2012
5) Tahun 2014, luas kebakaran hutan sebesar 10.876,7 Ha atau naik -
703,3 % dibanding tahun 2013.
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 40
Sebaran lokasi kebakaran hutan di Jawa Timur Tahun 2013 s.d. 2014 sebagai
berikut :Tabel 11. Sebaran Lokasi Kebakaran Hutan di Jawa Timur 2013 s.d 2014
Tahun Luas Kebakaran Hutan (Ha)Ket
TN BTS TN MB TN AP TN B BBKSDA Tahura Perhutani Total
2013 10 18,77 4 129 - 60,20 1.132 1.353,97 -
2014 2.415,32 6,12 - 2.547,2 192,2 3.360,2 2.355,66 10.876,7 El
Nino
Program pendukung pencapaian indikator kinerja persentase penurunan luas
kebakaran hutan Tahun 2014 adalah program pemanfaatan potensi sumber
daya hutan, melalui kegiatan :
1) Perlindungan dan pengembangan jasa lingkungan serta pengendalian
peredaran hasil hutan
2) Pembinaan desa model konservasi
Sebagai perbandingan data luas kebakaran hutan, berikut ditampilkan data
luas kebakaran hutan di Jawa Tengah :
1) Tahun 2010, luas kebakaran hutan sebesar 6.065 Ha atau naik 76,2 %
dibanding Tahun 2009. Tahun 2009 luas kebakaran hutan 3.442 Ha..
2) Tahun 2011, luas kebakaran hutan sebesar 3.339 Ha atau turun
44,94% dibanding Tahun 2010..
Grafik 4
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 41
3) Tahun 2012, luas kebakaran hutan sebesar 2.344 Ha atau turun
29,79% dari Tahun 2011.
4) Tahun 2013, luas kebakaran hutan sebesar 1.215,31 Ha atau turun
48,15% dari Tahun 2012.
5) Tahun 2014, luas kebakaran hutan sebesar 1.196,65 atau turun 1,53 %
dari Tahun 2013.
Berdasarkan grafik 4 dan 5 dapat disampaikan bahwa dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia baik sumber daya manusia maupun sumber daya
finansial yang diakomodir dalam 2 (dua) kegiatan yaitu perlindungan dan
pengembangan jasa lingkungan serta pengendalian peredaran hasil hutan
dan pembinaan desa model konservasi yang dilaksanakan sejak Tahun 2010
s.d 2014, belum mampu secara efektif dan efisien mencapai target yang
ditetapkan dalam Renstra Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur 2009 s.d.
2014. Hal tersebut bukan berarti upaya yang dilakukan oleh Dinas
Kehutanan Provinsi Jawa Timur dalam menekan luas kebakaran hutan
sangat minim, namun lebih disebabkan oleh faktor alam penyebab utama
kebakaran hutan yang sulit untuk dikendalikan. Sebagai langkah antisipasi
ke depan, kerjasama antara Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dengan
Grafik 5
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 42
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) perlu ditingkatkan agar
dapat mengetahui lebih dini perkiraan cuaca yang berdampak pada potensi
kebakaran hutan serta peningkatan intensitas pengamanan hutan pada
musim kemarau.
Pencurian hasil hutan baik kayu maupun non kayu masih sering terjadi
khususnya di kawasan hutan. Tingkat kesejahteraan masyarakat hutan yang
relatif masih rendah menjadi salah satu faktor pendorong bagi masyarakat
untuk mengambil kayu secara illegal. Oleh karena itu, pengelolaan kawasan
hutan diharapkan dapat mengajak masyarakat untuk turut berpartisipasi
dalam mengelola hutan sehingga masyarakat memiliki tanggung jawab
menjaga kelestarian hutan. Jumlah pencurian hasil hutan yang terjadi di
dalam kawasan hutan sejak tahun 2010 sampai dengan 2014 sebagai berikut:
1) Tahun 2010, jumlah pencurian kayu sebesar 31.935 batang atau turun
23,44 % dari tahun 2009. Jumlah pencurian kayu tahun 2009 sebesar
41.710 batang
2) Tahun 2011, jumlah pencurian kayu sebesar 39.849 batang atau naik
24,78 % dari tahun 2010
3) Tahun 2012, jumlah pencurian kayu sebesar 37.565 batang atau turun
5,73 % dibanding tahun 2011
4) Tahun 2013, jumlah pencurian kayu sebesar 21.159 batang atau turun
43,67 % disbanding tahun 2012
5) Tahun 2014, jumlah pencurian kayu sebesar 18.720 batang atau turun
11,52 % dari Tahun 2013.
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 43
Program pendukung pencapaian indikator kinerja persentase penurunan
pencurian hasil hutan tahun 2014 adalah program pemanfaatan potensi
sumber daya hutan melalui kegiatan perencanaan, pemantauan, dan
pemantapan status kawasan, perlindungan hutan dan penggunaan kawasan
hutan
Sebagai perbandingan data pencurian kayu di Jawa Timur, berikut
ditampilkan data pencurian kayu di Jawa Tengah Tahun 2010 s.d 2014 :
1) Tahun 2010, jumlah pencurian hasil hutan sebesar 10.987 batang atau
naik 2,14 % dari Tahun 2009. Jumlah pencurian hasil hutan Tahun
2009 sebanyak 10.754 batang.
2) Tahun 2011, jumlah pencurian hasil hutan sebesar 21.175 batang atau
naik 92,76 % dibanding Tahun 2010.
3) Tahun 2012, jumlah pencurian hasil hutan sebesar 11.607 batang atau
turun 45,18 % dibanding Tahun 2011.
4) Tahun 2013, jumlah pencurian hasil hutan sebesar 29.051 batang atau
naik 150,28 % dibanding 2012.
5) Tahun 2014, jumlah pencurian hasil hutan sebesar 23.055 batang atau
turun 20,63 % dibanding Tahun 2013.
Grafik 6
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 44
Berdasarkan grafik 6 dan 7 dapat disampaikan bahwa dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia baik sumber daya manusia maupun sumber daya
finansial yang diakomodir dalam kegiatan perencanaan, pemantauan, dan
pemantapan status kawasan, perlindungan hutan dan penggunaan kawasan
hutan yang dilaksanakan sejak Tahun 2010 s.d 2014, secara efektif dan
efisien mampu mencapai target yang ditetapkan dalam Renstra Dinas
Kehutanan Provinsi Jawa Timur 2009 s.d. 2014. Jika dibandingkan dengan
kondisi di Jawa Tengah pada Tahun 2013 dan 2014, penurunan pencurian
hasil hutan di Jawa Timur cenderung lebih dapat dikendalikan. Efektivitas
yang dicapai didasarkan atas jumlah hasil hutan yang dicuri mengalami tren
penurunan. Hal tersebut tidak terlepas dari kerjasama antar pemangku
kepentingan bidang kehutanan dalam melaksanakan kegiatan pengamanan
dan perlindungan hutan. Adapun efisiensi yang dicapai didasarkan atas
penyerapan anggaran sebesar Rp. 779.923.475,- (86,99 %) dengan
realisasi fisik 100%.
Secara garis besar produksi kayu hutan di Jawa Timur yang berasal dari hutan
rakyat meningkat setiap tahun. Hal ini terkait dengan meningkatnya
kebutuhan kayu bulat sebagai bahan baku Industri Primer Hasil Hutan Kayu
(IPHHK). Kayu bulat yang berasal dari hutan Negara (Perum Perhutani) dan
Grafik 7
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 45
luar Jawa belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan IPHHK. Kekurangan
pasokan bahan baku tersebut ditangkap oleh masyarakat sebagai peluang
untuk pengembangan hutan rakyat.
Penatausahaan hasil hutan yang berasal dari hutan hak adalah
kegiatan yang meliputi pemanenan atau penebangan, pengukuran dan
penetapan jenis, pengangkutan/peredaran dan pengumpulan, pengolahan dan
pelaporan (Pasal 1 huruf 1 Permenhut P.30/Menhut-II/2012). Dengan
diterbitkannya P.30/Menhut-11/2012 pengurusan tata usaha kayu diserahkan
langsung kepada kepala desa/perangkat desa. Hal ini memberikan dampak
tidak terpantaunya jumlah kayu dan lokasi kayu yang ditebang, sehingga
pasokan kayu bulat kepada industri kayu tidak terinformasikan dengan baik.
Keterbatasan sumber daya manusia di perangkat desa menjadi salah satu
kendala dalam penyajian data-data mengenai potensi hutan rakyat sehingga
sulit diakses baik itu dalam hal jumlah kayu yang ditebang hingga lokasi
penebangan.
Dengan demikian, administrasi penatausahaan hasil hutan khususnya
hutan rakyat di tingkat desa masih belum tertib sehingga pelaporan yang
disampaikan ke Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota tidak rutin yang
selanjutnya berdampak pada pelaporan kepada Kepala Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur. Untuk mengantisipasi agar kondisi tersebut tidak
berkelanjutan, pada Tahun 2014, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
menyelenggarakan kegiatan rekonsiliasi data produksi kayu hutan rakyat
dengan melakukan pengumpulan data dilanjutkan dengan rekonsiliasi data
produksi hutan rakyat untuk masing-masing kabupaten/kota. Dengan
kegiatan tersebut diharapkan kabupen/kota lebih giat mengumpulkan data
produksi kayu dari tingkat kecamatan yang belum disampaikan oleh pejabat
penerbit.
Jumlah kayu hutan rakyat di Jawa Timur sejak tahun 2010 sampai
dengan 2014 sebagai berikut :
1) Tahun 2010, jumlah produksi hutan rakyat sebesar 1.848.367 m3 atau
naik 5,84 % dari tahun 2009. Jumlah produksi hutan rakyat tahun 2009
sebesar 1.746.352,87 m3.
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 46
2) Tahun 2011, jumlah produksi hutan rakyat sebesar 2.446.359 m3 atau
naik 32,35 % dari tahun 2010
3) Tahun 2012, jumlah produksi hutan rakyat sebesar 2.509.523,51 m3 atau
naik 2,58 % dari tahun 2011
4) Tahun 2013, jumlah produksi hutan rakyat sebesar 2.701.283,785 m3
atau naik 7.64 % dari tahun 2012
5) Tahun 2014, jumlah produksi hutan rakyat sebesar 2.903.304,97 m3 atau
naik 7,47 % dibanding Tahun 2013.
Program pendukung pencapaian indikator persentase peningkatan kayu
hutan rakyat tahun 2014 melalui program pemanfaatan potensi sumber daya
hutan dengan kegiatan :
1) Pembinaan dan pengendalian produksi hasil hutan
2) Pembinaan dan pengawasan industri hasil hutan
3) Penatausahaan hasil hutan dan pengawasan pungutan iuran kehutanan
4) Sosialisasi ecolabeling hutan rakyat
5) Kerjasama antar daerah dan peningkatan investasi bidang kehutanan
6) Pemberdayaan dan pengembangan UPT Perbenihan Tanaman Hutan
Grafik 8
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 47
Sebagai perbandingan data kayu hutan rakyat di Jawa Timur, berikut
ditampilkan data kayu hutan rakyat di Jawa Tengah Tahun 2010 s.d. 2014 :
1) Tahun 2010, jumlah produksi hutan rakyat sebesar 815.958,03 m3 atau
turun 34,44 % dibanding Tahun 2009. Jumlah produksi hutan rakyat
Tahun 2009 sebesar 1.244.645 m3.
2) Tahun 2011, jumlah produksi hutan rakyat sebesar 1.391.812,98 m3 atau
naik 70,57 % dibanding Tahun 2010.
3) Tahun 2012, jumlah produksi hutan rakyat sebesar 582.548,81 m3 atau
turun 58,14 % dibanding Tahun 2011.
4) Tahun 2013, jumlah produksi hutan rakyat sebesar 1.664.718,44 m3 atau
naik 185,76 % dibanding Tahun 2012.
5) Tahun 2014, jumlah produksi hutan rakyat sebesar 4.642.965,32 m3 atau
naik 178,9 % dibanding Tahun 2013.
Berdasarkan grafik 8 dan 9 dapat disampaikan bahwa dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia baik sumber daya manusia maupun sumber daya
finansial yang diakomodir dalam 6 (enam) kegiatan yaitu pembinaan dan
pengendalian produksi hasil hutan, pembinaan dan pengawasan industri
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 48
hasil hutan, penatausahaan hasil hutan dan pengawasan pungutan iuran
kehutanan, sosialisasi ecolabeling hutan rakyat, serta kerjasama antar
daerah dan peningkatan investasi bidang kehutanan yang dilaksanakan sejak
Tahun 2010 s.d 2014 belum mampu secara efektif dan efisien mencapai
target yang ditetapkan dalam Renstra Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
2009 s.d. 2014. Jika dibandingkan dengan Jawa Tengah pada Tahun 2010
s.d 2013, volume produksi hutan rakyat Jawa Timur lebih tinggi. Namun
demikian, pada Tahun 2014 volume produksi hutan rakyat Jawa Timur lebih
rendah dibanding Jawa Tengah. Kondisi tersebut disebabkan kurang
terbangunnya kerjasama antara perangkat desa dalam hal ini penerbit
dokumen angkutan dengan Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi
kehutanan sehingga berdampak pada data produksi hutan rakyat tingkat
regional. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, kiranya perlu diterbitkan
kebijakan yang mewajibkan bahwa setiap penerbit dokumen angkutan wajib
melaporkan hasilnya kepada Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi
kehutanan dan jika tidak dipatuhi akan dikenakan sanksi. Adapun pelaporan
jika dimungkinkan dapat dilaksanakan secara on-line sehingga dapat diakses
oleh masyarakat luas.
Dengan kegiatan pemberdayaan UPT Peredaran hasil hutan, produksi kayu
hutan yang masuk ke Jawa Timur dan kayu yang masuk di dalam pelabuhan
dapat dipantau dengan pengawasan dan pengendalian peredaran hasil
hutan, pemeriksaan dokumen penatausahaan hasil hutan dan fisik hasil
hutan di industri pengolahan hasil hutan, tempat penimbunan kayu,
pelabuhan dan gudang penampungan. Untuk kelancaran hal tersebut,
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur menunjuk Pejabat Pemeriksa
dan Pengukur Kayu Bulat (P3KB) yang bertanggung jawab terhadap legalitas
kayu bulat yang masuk melalui pelabuhan yang dibuktikan dengan
kelengkapan dokumen. Beberapa dokumen angkutan yang harus dilengkapi
atau menyertai kayu masuk pelabuhan adalah :
a. Kayu yang berasal dari kawasan hutan
- Faktur Angkutan Kayu Bulat (FAKB), untuk kayu bulat yang berasal
dari TPk Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK)
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 49
- Surat Keterangan Sah Kayu Bulat (SKSKB), untuk kayu bulat yang
berasal dari TPk Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK)
b. Kayu yang berasal dari Hutan Hak/Rakyat
- Surat Keterangan Asal Usul (SKAU), untuk kayu rakyat dengan jenis
kayu yang tidak termasuk dalam kategori kayu rakyat berdokumen
angkutan “nota angkutan”.
- Surat Angkutan, untuk kayu rakyat dengan 23 jenis kayu (
P.30/Menhut-II/2012)
- Surat Angkutan Penggunaan Sendiri
Dalam rangka meningkatkan kelancaran pengawasan dan pengendalian kayu
masuk melalui pelabuhan, UPT Peredaran Hasil Hutan didukung oleh petugas
lapangan yang bekerja tersebar pada 10 pos pelayanan, yaitu :
1) Pos PHH Pelabuhan Gresik
2) Pos PHH Gresik I
3) Pos PHH Gresik 2
4) Pos PHH Pelabuhan Tg. Perak Surabaya
5) Pos PHH Surabaya 1
6) Pos PHH Surabaya 2
7) Pos PHH Sidoarjo
8) Pos PHH Pasuruan
9) Pos PHH Probolinggo
10) Pos PHH Banyuwangi
Jumlah kayu masuk melalui pelabuhan di Jawa Timur Tahun 2010 s.d. 2014
sebagai berikut :
1) Tahun 2010, jumlah kayu masuk malalui pelabuhan sebanyak
1.198.631,37 m3 naik 0,95% dibanding tahun 2009. Jumlah kayu
masuk melalui pelabuhan pada tahun 2009 sebesar 1.187.383,38 m3
2) Tahun 2011, jumlah kayu masuk melalui pelabuhan sebanyak
1.277.850,82 m3 naik 6,61 % dibanding tahun 2010
3) Tahun 2012, jumlah kayu masuk melalui pelabuhan sebanyak
1.506.053,01 m3 naik 17,86 % dibanding tahun 2011
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 50
4) Tahun 2013, jumlah kayu masuk melalui pelabuhan sebanyak
1.344.666,73 m3 atau turun 10,72 % dibanding tahun 2012
5) Tahun 2014, jumlah kayu masuk melalui pelabuhan sebanyk
1.523.778,83m3 atau naik 13,32 % dibanding tahun 2013.
Program pendukung pencapaian indikator kinerja persentase peningkatan
kayu masuk malalui pelabuhan tahun 2014 melalui program pemanfaatan
potensi sumber daya hutan dengan kegiatan pemberdayaan UPT Peredaran
Hasil Hutan
Sebagai bahan perbandingan jumlah kayu masuk melalui pelabuhan di Jawa
Timur, berikut ini disampaikan jumlah kayu masuk di pelabuhan Jawa
Tengah :
1) Tahun 2010, jumlah kayu masuk melalui pelabuhan sebanyak
282.764,25 m3
2) Tahun 2011, jumlah kayu masuk melalui pelabuhan sejumlah 248.614,44
m3 atau turun 12,08 % dibanding tahun 2010
3) Tahun 2012, jumlah kayu masuk melalui pelabuhan sebesar 928.137,73
m3 atau naik 273,32 % dari Tahun 2011.
4) Tahun 2013, jumlah kayu masuk melalui pelabuhan sebesar
1.023.799,12 m3 atau naik 10,31 % dibanding Tahun 2012.
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 51
5) Tahun 2014, jumlah kayu masuk melalui pelabuhan sebesar
1.179.491,25 m3 atau naik 15,21 % dari Tahun 2013.
Berdasarkan grafik 10 dan 11 dapat disampaikan bahwa dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia baik sumber daya manusia
maupun sumber daya finansial yang diakomodir dalam kegiatan
pemberdayaan UPT Peredaran Hasil Hutan yang dilaksanakan sejak Tahun
2010 s.d. 2014, secara efektif dan efisien mampu mencapai target yang
ditetapkan dalam Renstra Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur 2009 s.d.
2014. Jika dibandingkan dengan kondisi di Jawa Tengah pada Tahun 2010
dan 2014, volume kayu masuk melalui pelabuhan di Jawa Timur lebih tinggi
dibanding Jawa Tengah. Namun demikian, jika penghitungannya
berdasarkan % peningkatan volume kayu masuk melalui pelabuhan, maka
Jawa Tengah lebih tinggi dibanding Jawa Timur. Perbedaan penghitungan
tersebut disebabkan oleh perbedaan angka dasar yang digunakan.
Efektivitas yang dicapai didasarkan atas kesesuaian jenis dan jumlah kayu
masuk melalui pelabuhan yang telah diukur dan diuji berdasarkan dokumen
angkutan oleh pejabat P3KB. Adapun efisiensi yang dicapai didasarkan atas
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 52
penyerapan anggaran sebesar Rp. 2.598.516.476,- (97,18 %) dengan
realisasi fisik 100%.
Jumlah partisipan pengelola hutan terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Namun demikian, realisasi jumlah partisipan tahun 2013
dan 2014 dibanding target yang hendak dicapai belum menunjukkan hasil
yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, yaitu : 1) masa
Perjanjian Kerja Sama (PKS) setiap 3 tahun sekali, 2) transisi masa
pembaharuan akta notarial PKS, dan 3) pendataan penetapan kelompok
baru untuk PKS. Kegiatan penguatan kelembagaan dilaksanakan oleh Dinas
Kehutanan Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Perum Perhutani Divisi
Regional Jawa Timur dalam hal ini Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH).
Jumlah partisipan (kelompok) pengelola hutan di Jawa Timur sejak tahun
2010 sampai 2014 sebagai berikut :
1) Tahun 2010 jumlah partisipan pengelola hutan 1.765 kelompok naik
4,69% dari tahun 2009. Jumlah partisipan pengelola hutan tahun 2009
sebanyak 1.688 kelompok
2) Tahun 2011 jumlah partisipan pengelola hutan 1.798 kelompok naik
1,87% dari tahun 2010
3) Tahun 2012 jumlah partisipan pengelola hutan 1.816 kelompok naik 1 %
dari tahun 2011
4) Tahun 2013 jumlah partisipan pengelola hutan 1.820 kelompok atau naik
0,22 % dari tahun 2012
5) Tahun 2014, jumlah partisipan pengelola hutan 1.825 kelompok atau naik
0,27 % dibanding Tahun 2013.
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 53
Program pendukung pencapaian indikator kinerja persentase peningkatan
partisipan (kelompok) dalam pengelolalan hutan melalui program
pemanfaatan potensi sumber daya hutan dengan kegiatan :
1) Pendidikan kemasyarakatan produktif dalam mendukung LMDH
2) Pendidikan kemasyarakatan produktif dalam mendukung pembinaan
kelembagaan
3) Rehabilitasi hutan dan lahan (pemanfaatan lahan di bawah tegakan,
pengembangan usaha hutan rakyat)
4) Peningkatan partisipasi masyarakat melalui Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat, peningkatan penyuluh kehutanan dan aneka usaha
kehutanan)
5) Monitoring evaluasi dan pelaporan
6) Pendidikan kemasyarakatan produktif dalam mendukung manajemen dan
pemasaran pasca produk hasil hutan masyarakat sekitar hutan
7) APP bidang kehutanan.
Sebagai perbandingan data jumlah partisipan pengelola hutan yang
tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), berikut ini
ditampilkan data LMDH di Jawa Tengah :
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 54
1) Tahun 2010, jumlah LMDH sebanyak 1.914 lembaga atau naik 0,26 %
dibanding Tahun 2009. Tahun 2009 jumlah LMDH sebanyak 1.909
lembaga.
2) Tahun 2011, jumlah LMDH sebanyak 1.923 lembaga atau naik 0,47 %
dibanding tahun 2010
3) Tahun 2012, jumlah LMDH sebanyak 1.923 lembaga atau stagnan.
4) Tahun 2013, jumlah LMDH sebanyak 1930 lembaga atau naik 0,36 %
dibanding Tahun 2012
5) Tahun 2014, jumlah LMDH sebanyak 1.930 lembaga atau stagnan.
Berdasarkan grafik 12 dan 13 dapat disampaikan bahwa dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia baik sumber daya manusia
maupun sumber daya finansial yang diakomodir dalam 7 (tujuh) kegiatan
yang dilaksanakan sejak Tahun 2010 s.d. 2014, secara efektif dan efisien
mampu mencapai target yang ditetapkan dalam Renstra Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur 2009 s.d. 2014. Jika dibandingkan dengan kondisi di
Jawa Tengah pada Tahun 2010 dan 2014, jumlah kelompok yang turut
berpartisipasi di Jawa Timur lebih rendah dibanding Jawa Tengah.
Namun demikian, jika penghitungannya berdasarkan % peningkatan
jumlah kelompok yang turut berpartisipasi, maka Jawa Timur lebih tinggi
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 55
dibanding Jawa Tengah. Perbedaan penghitungan tersebut disebabkan
oleh perbedaan angka dasar yang digunakan. Efektivitas yang dicapai
didasarkan atas jumlah kelompok masyarakat desa hutan yang terbentuk.
Adapun efisiensi yang dicapai didasarkan atas penyerapan anggaran
sebesar Rp. 7.062.687.820,- (88,57 %) dengan realisasi fisik 100%
Tabel 12: Laporan Kinerja Dinas Kehutanan Prov. Jatim
SASARAN INDIKATORKINERJA
2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Meningkatnyarehabilitasihutan danlahan kritis
% penurunan lahankritis di Tahura R.Soerjo (%)
25 29,25 30 41,35 35 35,25 50 54,43 100 100
Persentasepenurunan lahankritis di luarkawasan hutanJawa Timur (%)
10 10.29 25 27.02 30 34.09 75 77.37 100 100
Meningkatnyaperlindunganhutan danhasil hutansertapengendalianperedaranhasil hutan
% penurunan luaskebakaran hutan(%)
25 71,87 25 -125,61 25 32,34 25 69,91 25 -703,3
% penurunanpencurian hasilhutan (%)
10 23,44 10 -24,78 10 5,73 10 43,67 10 11,52
% peningkatanproduksi kayuhutan rakyat (%)
2,5 5,84 5 32,35 7,5 2,58 10 7,64 12,5 7,47
% peningkatankayu masuk melaluipelabuhan (%)
2,5 0,95 5 6,61 7,5 17,86 10 -10,72 12,5 13,32
% peningkatanpartisipan(kelompok) dalampengelolaan hutan(%)
1 4,69 1 1,87 1 1 1 0,22 1 0,27
B. TELAAHAN RENSTRA KEMENTERIAN DAN RENSTRA PROVINSI/
KABUPATEN/KOTA
Visi pembangunan kehutanan dalam Renstra Kementerian Kehutanan
Tahun 2010-2014, yaitu “Hutan Lestari Untuk Kesejahteraan Masyarakat Yang
Berkeadilan”. Untuk mewujudkan visi dimaksud, maka ditetapkan misi sebagai
berikut :
1. Memantapkan kepastian status kawasan hutan serta kualitas data dan
informasi kehutanan.
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 56
2. Meningkatkan Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) untuk memperkuat
kesejahteraan rakyat sekitar hutan dan keadilan berusaha.
3. Memantapkan penyelenggaraan perlindungan dan konservasi sumberdaya
alam.
4. Memelihara dan meningkatkan fungsi dan daya dukung daerah aliran sungai
(DAS) sehingga dapat meningkatkan optimalisasi fungsi ekologi, ekonomi
dan sosial DAS.
5. Meningkatkan ketersediaan produk teknologi dasar dan terapan serta
kompetensi SDM dalam mendukung penyelenggaraan pengurusan hutan
secara optimal.
6. Memantapkan kelembagaan penyelenggaraan tata kelola kehutanan
Kementerian Kehutanan.
Visi pembangunan kehutanan dalam Renstra Kementerian Kehutanan
2010-2014 serta Visi pembangunan Jawa Timur 2009-2014 mempunyai
keterkaitan yang erat. Kedua Rencana Strategis tersebut sangat menekankan
pada terwujudnya masyarakat yang makmur/ sejahtera. Masyarakat yang
berdomisili di sekitar hutan adalah potret dari masyarakat “Wong Cilik” yang
selama ini termarginalisasi, sehingga kondisi sosial ekonomi mereka jauh dari
berkecukupan. Banyak dari mereka yang menggantungkan sumber
penghasilannya dari keberadaan sumber daya hutan, baik sebagai petani
pesanggem, maupun pencari daun Jati dan perencek kayu bakar. Selama ini
akses mereka terhadap sumber daya hutan, sangat kurang karena
keterbatasan kemudahan yang mereka terima dari pengelola hutan atau
pemangku kawasan yaitu Perum Perhutani.
Sasaran orientasi pembangunan kehutanan di Jawa Timur yang
dijalankan melalui misi Kementerian Kehutanan dan misi Pemerintah Provinsi
Jawa Timur tersebut di atas, merupakan suatu sinergi dari misi Pemerintah
Provinsi Jawa Timur yaitu Makmur bersama Wong Cilik melalui APBD untuk
Rakyat. Karena didalamnya terdapat upaya-upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa hutan yang secara sosial ekonomi adalah
sekelompok wong cilik yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 57
C. Realisasi Anggaran
C.1 Anggaran APBD 2014
Secara umum realisasi keuangan pada tahun 2014 adalah sebagai berikut :
No Program Anggaran(Rp)
Realisasi(Rp) %
Sisa(Rp)
I Belanja Tidak Langsung16.915.553.000 16.298.759.843 96,35 616.793.157
II Belanja Langsung:33.940.100.550 30.553.473.362 90,02 3.386.627.188
1. Pelayanan Administrasi Perkantoran 2.252.962.600 1.979.634.190 87,87 273.328.410
- Pelayanan Administrasi Perkantoran2.252.962.600 1.979.634.190 87,87 273.328.410
2 Peningkatan sarana dan prasarana aparatur1.698.776.300 1.458.475.640 85,85 240.300.660
- Peningkatan sarana dan prasarana apartur1.698.776.300 1.458.475.640 85,85 240.300.660
4 Peningkatan kapasitas sumber dayaaparatur
320.131.100 282.660.000 88,3 37.471.100
- Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur320.131.100 282.660.000 88,3 37.471.100
5 Peningkatan Pembangunan sistempelaporan Capaian Kinerja dan keuangan
35.430.000 18.290.000 51,62 17.140.000
- Penyusunan laporan capaian kinerja danikhtisar realisasi kinerja SKPD
35.430.000 18.290.000 51,62 17.140.000
6. Peningkatan Kapasitas KelembagaanPemerintah Daerah
180.000.000 180.000.000 100 0
- Penyusunan Database SKPD sebagai penunjangPusat Data Provinsi Jawa Timur
180.000.000 180.000.000 100 0
7.Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
20.459.224.500 18.257.025.521 89,24 2.202.198.979
- Monitoring, evaluasi dan pelaporan500.000.000 452.431.315 90,49 47.568.685
- Kerjasama antar daerah dan peningkataninvestasi kehutanan
470.000.000 381.098.550 81,08 88.901.450
- Rehabilitasi hutan dan lahan (pemanfaatanlahan di bawah tegakan, pengembangan usahahutan rakyat)
1.035.250.000 864.104.300 83,47 171.145.700
- Perencanaan, pemantauan dan pemantapanstatus kawasan, perlindungan hutan danpenggunaan kawasan hutan
896.560.000 779.923.475 86,99 116.636.525
- Pemberdayaan UPT Peredaran hasil hutan2.673.840.000 2.598.516.476 97,18 75.323.524
- APP bidang kehutanan2.597.634.000 2.259.043.550 86,97 338.590.450
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 58
- Peningkatan partisipasi masyarakat melaluipengelolaan hutan bersama masyarakat(PHBM) peningkatan penyuluhan kehutanandan aneka usaha kehutanan
922.100.000 826.554.350 89,64 95.545.650
- Perlindungan hutan dan pengembangan jasalingkungan serta pengendalian peredaran hasilhutan, pengembangan infrastruktur
860.060.000 825.765.400 96,01 34.294.600
- Pembinaan desa model konservasi3.263.138.000 2.770.143.175 84,89 492.994.825
- Sosialisasi ecolabelling hutan rakyat840.850.000 729.711.000 86,78 111.139.000
- Pendidikan kemasyarakatan produktif dalamrangka mendukung pelatihan LMDH
742.275.000 697.160.000 93,92 45.115.000
- Pendidikan kemasyarakatan produktif dalamrangka mendukung pembinaan kelembagaan
927.155.000 877.434.685 94,64 49.720.315
- Pendidikan kemasyarakatan produktif dalammendukung manajemen dan pemasaran pascaproduk hasil hutan masyarakat sekitar hutan
1.250.000.000 1.085.959.620 86,88 164.040.380
- Pemberdayaan dan pengembangan UPTPerbenihan Tanaman Hutan
1.238.000.000 1.020.553.025 82,44 217.446.975
- Pembinaan dan pengendalian produksi hasilhutan
800.000.000 714.880.250 89,36 85.119.750
- Penatausahaan hasil hutan dan pengawasanpungutan iuran kehutanan
897.800.000 854.228.800 95,15 43.571.200
- Pembinaan dan pengawasan industri hasilhutan
544.562.500 519.517.550 95,4 25.044.950
8. Perlindungan dan Konservasi Sumber DayaHutan
5.849.070.550 5.647.714.520 96,56 201.356.030
- Pelestarian dan penataan kawasan TahuraR.Soerjo
3.868.800.000 3.794.913.350 98,09 73.886.650
- Operasi perlindungan dan pengamanan hutan1.052.800.550 995.295.000 94,54 57.505.550
- Penanaman pohon sepanjang jalan nasionaldan jalan provinsi
197.950.000 176.500.870 89,16 21.449.130
- Rehabilitasi lahan kritis /potensial kritis631.520.000 583.006.300 92,32 48.513.700
- Pendampingan pelaksanaan kegiatan operasiperlindungan dan pengamanan hutan
98.000.000 97.999.000 100 1.000
9. Program Perencanaan dan PengembanganHutan
3.144.505.500 2.729.673.491 86,81 414.832.009
- Pengamanan (safeguarding) pembangunankehutanan (monitoring dan evaluasi,peningkatan data statistic dan legislasi hokumbidang kehutanan)
1.484.505.500 1.425.614.365 96,03 58.891.135
- Pengamanan (safeguarding) pembangunankehutanan (perencanaan dan penyusunanprogram satuan kerja dalam rangkaimplementasi pembangunan kehutanan
1.660.000.000 1.304.059.126 78,56 355.940.874
- JUMLAH BELANJA DAERAH50.855.653.550 46.852.233.205 92,13 4.003.420.345
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 59
C.2 Anggaran APBN 2014
Dana Dekonsentrasi yang bersumber dari APBN tahun 2014 sebesar
Rp. 4.661.068.000,- terealisasi sebesar 4.324.968.350 (92,79%) dengan
rincian sbb:
1. Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS berbasis
Pemberdayaan Masyarakat dengan jumlah dana sebesar Rp.
691.400.000,- terealisasi sebesar Rp. 640.506.950,- (92,64%). Program
tersebut terdiri atas 3 kegiatan, yaitu :
a. Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan dan reklamasi hutan di
DAS Prioritas dengan jumlah dana sebesar Rp. 590.140.000,- dan
terealisasi sebesar Rp. 546.318.375,-
b. Pembinaan penyelenggaraan pengelolaan DAS dengan jumlah dana
sebesar Rp. 15.300.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 14.916.125,-
c. Pengembangan perbenihan tanaman hutan dengan jumlah anggaran
sebesar Rp. 85.960.000 dan terealisasi sebesar Rp. 79.272.450,-
2. Program Peningkatan Usaha Kehutanan dengan jumlah dana
Rp. 437.000.000 dan terealisasi sebesar Rp. 432.398.220 (98,95 %).
Program tersebut terdiri atas 2 kegiatan, yaitu :
a. Peningkatan tertib peredaran hasil hutan dan iuran hasil hutan dengan
jumlah dana sebesar Rp. 211.000.000,- dan terealisasi sebesar
Rp. 206.408.020,-
b. Peningkatan usaha industri primer kehutanan dengan jumlah dana
sebesar Rp. 226.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 225.990.200,-
3. Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan
dengan jumlah dana sebesar Rp.800.000.000,- terealisasi sebesar
Rp. 641.767.305,- (80,22%). Program tersebut terdiri atas 3 kegiatan,
yaitu :
a. Pengembangan kawasan konservasi , ekosistem esensial, dan
pembinaan hutan lindung dengan jumlah anggaran sebesar
Rp. 200.000.000 dan terealisasi sebesar Rp. 115.807.500,-
b. Pengendalian kebakaran hutan dengan jumlah anggaran
Rp. 300.000.000 dan terealisasi sebesar Rp. 296.344.255,-
Laporan Kinerja Tahun 2014 |Bab III 60
c. Penyidikan dan pengamanan hutan dengan jumlah anggaran
Rp. 300.000.000 dan terealisasi sebesar Rp.229.615.550,-
4. Program Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan
Hutan dengan jumlah dana sebesar Rp. 610.800.000,- dan realisasi
sebesar Rp. 509.957.125,- (83,49%) dengan kegiatan penyiapan
pemantapan kawasan hutan
5. Program Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan dengan jumlah
dana sebesar Rp. 2.121.868.000,- dengan realisasi sebesar
Rp. 2.100.338.750,- (98,99 %) dengan kegiatan peningkatan penyuluhan
kehutanan
D. PRESTASI
Prestasi yang telah dicapai sepanjang Tahun 2014 adalah NIHIL